Buku Pedoman Profesi - Bedah Mulut
Buku Pedoman Profesi - Bedah Mulut
KEWENANGAN KLINIS
PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER GIGI
fkg@ub.ac.id
http://www.fkg.ub.ac.id
LEMBAR PENGESAHAN
Buku Panduan Kewenangan Klinis program studi profesi ini telah disusun berdasarkan kurikulum dan prosedur
yang telah ditetapkan, serta dinyatakan sah untuk digunakan dalam proses pembelajaran bagi mahasiswa Program
studi profesi dokter gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Brawijaya.
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karuniaNya sehingga buku Modul
Pedoman Profesi Klinik Ilmu Bedah Mulut dan Maksilofasial ini bisa di selesaikan. Isi buku ini
mengacu pada requirement nasional yang diputuskan oleh AFDOKGI dengan penguraian macam
macam requirement yang harus dikerjakan mahasiswa ko-ass, serta manual prosedur yang harus
dikerjakan di profesi klinik Ilmu Bedah Mulut dan Maksilofasial. Kami berharap buku ini dapat
menjadi panduan bagi mahasiswa klinik Kedokteran Gigi RSGM UB serta memperlancar mahasiswa
Program Studi Profesi Dokter Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Brawijaya dalam ujiannya
nanti. Dalam buku ini diuraikan macam-macam
Kami berhadap buku ini bisa digunakan dengan semestinya dan mohon kritik serta saran
sebagai masukan, sehingga pada waktunya buku ini perlu dilakukan evaluasi dan direvisi supaya
kedepannya menjadi lebih baik dan selalu dapat meningkatkan mutunya.
TTD
PENDAHULUAN
1.1 Deskripsi
Ilmu Bedah Mulut dan Maksilofasial adalah ilmu yang mempelajari tentang infeksi
oromaksilofasial, trauma regio oromaksilofasial, penyakit kongenital, kelainan kelenjar ludah,
neoplasma rungga mulut, kelainan TMJ dan kedaruratan di bagian Bedah Mulut dan
Maskilofasial, dan bedah mayor maupun minor pada area kepala dan leher (Maksilofasial).
Adapun aspek psikomotor yang akan ditekankan pada pembelajaran profesi kedokteran gigi
meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik secara umu dan sistem stomatognatik, kemampuan
interpretasi, keterampilan prosedural, dan komunikasi, informasi, dan edukasi. Dalam hal ini
tahap kompetensinya sesuai yang diatur oleh KKI dan AFDOGI. Diharapkan mahasiswa
berkompeten dalam melakukan perawatan dan manajemen pasien di bidang Bedah Mulut dan
Maksilofasial sesuai dengan SKDGI 2015
1.3 Jadwal
Sesuai yang ditetapkan oleh koordinator profesi baik pada putaran luar dan dalam
1.4 Lokasi
Departemen Bedah Mulut RSGM Universitas Brawijaya Malang Jl Soekarno – Hatta Malang,
Veteran, RSSA, dan RSUD Mojokerto
BAB 2
PEMBELAJARAN
1
Ekstraksi gigi Diskusi 1
Posterior Rahang Asistensi Ekstraksi 1
Atas (MINICEX) Anestesi lokal (blok) 1
Pelaksanaan ekstraksi 1
Kontrol pasca ekstraksi
Indikasi Pasien 1
Bedah Minor 1
Asistensi steril 1
Asistensi nonsteril 1
Diskusi Awal 1
Anestesi Blok 1
Pelaksanaan Bedah Minor 1
Kontrol H+1, H+3, H+7 1
DIskusi Akhir 1
Adapun komposisi dari masing-masing instrumen penilaian pada penentuan nilai akhir departemen
adalah:
Nilai pekerjaan klinik departemen BMM putaran dalam : 35 %
Nilai observasi klinik KMBM putaran luar : 15 %
Nilai diskusi dan jurnal :5%
Nilai DOPS dan MINI CEX : 20 %
Nilai ujian lisan termasuk profesionalisme : 25 %
BORANG PENILAIAN BEDAH MINOR DEPARTEMEN ILMU
BEDAH MULUT DAN MAKSILOFASIAL
2. Anestesi lokal
6. Tahapan finishing
7. Instruksi pasien
Keterangan:
❖ Nilai masing-masing point memiliki bobot yang sama sehingga nilai akhir adalah rata-rata dari
keseluruhan nilai yang dicapai
❖ Penilaian dapat diambil dari kasus pencabutan multiple, kasus pencabutan dengan penyulit,
atau kasus odontektomi mandiri.
(...............................................)
BORANG PENILAIAN DOPS/MINICEX EKSTRAKSI
DEPARTEMEN ILMU BEDAH MULUT DAN MAKSILOFASIAL
2. Persiapan penderita
3. Persiapan operator
4. Prosedur asepsis
5. Prosedur anestesi
● meliputi teknik, ketepatan prosedur dan
evaluasi keberhasilan anestesi
6. Prosedur pencabutan
● meliputi ketrampilan dalam penggunaan alat-
alat yang tepat baik untuk mencabut maupun
untuk tahap finishing
● mempertimbangkan waktu dan keadaan
soket post pencabutan
7. Instruksi post ekstraksi dan peresepan
Penguji DOPS,
(...............................................)
BORANG PENILAIAN PORTOFOLIO
DEPARTEMEN ILMU BEDAH MULUT DAN MAKSILOFASIAL
Keterangan:
❖ Nilai masing-masing point memiliki bobot yang sama sehingga nilai akhir adalah rata-rata dari
keseluruhan nilai yang dicapai
❖ Ujian ini ditempuh sebagai syarat kelulusan dari Departemen Ilmu Bedah Mulut dan
Maksilofasial
❖ Syarat mengikuti ujian lisan adalah telah mengikuti DOPS RA, DOPS RB, DOPS Flap dan
Suturing serta 80% requirement tercapai
(...............................................)
BORANG PENILAIAN OBSERVASI KASUS
COMPROMISE MEDIS/EMERGENCY MEDIS MAHASISWA PROFESI
No Kriteria penilaian Nilai ( 50 Keterangan
– 99)
1 Anamnesis
Kemampuan menggali informasi dari pasien untuk
mengungkapkan keluhan utamanya berkaitan dengan
permasalahan di rongga mulut. Mencakup kualitas
pertanyaan yang diajukan serta respon yang sesuai
dengan apa yang disiratkan oleh pasien
2 Riwayat penyakit penyerta (compromise
medis) Mengetahui tentang jenis compromise medis
yang dihadapi berikut gejala klinis yang menonjol, tahap
perawatan yang sedang dijalani oleh pasien, serta tingkat
keparahan penyakit yang diderita penderita
3 Pemeriksaan Fisik Umum
Mengetahui cara melakukan pemeriksaan fisik, termasuk
informasi apakah yang diharapkan diperoleh dari
pemeriksaan fisik tersebut serta gunanya dalam
kaitannya dengan penatalaksanaan pasien secara holistik
4 Pemeriksaan Fisik Maksilofasial
Mengetahui cara melakukan pemeriksaan fisik secara
khusus pada rongga mulut berkaitan dengan keluhan
penderita maupun saat didapatkan abnormalitas pada
rongga mulut baik pada gigi, jaringan penyangga gigi,
tulang maupun jaringan lunak di sekitarnya
5 Pemeriksaan Penunjang
Mengetahui macam pemeriksaan penunjang yang
dibutuhkan untuk mendukung tatalaksana penderita
(Radiografi, pemeriksaan laboratorium darah atau
spesimen lain yang diperlukan) dalam hubungannya
dengan faktor resiko yang mungkin terjadi
6 Penegakan Diagnosa
Kemampuan mensitesa data-data sebelumnya menjadi
suatu konsep pikir yang terintegrasi sehingga dapat
menentukan diagnosa dan diagnosa banding dari kasus
tersebut
7 Rencana Terapi
Mengetahui rencana terapi yang akan dilakukan pada
kasus tersebut dengan mempertimbangkan berbagai
resiko yang mungkin dihadapi sehingga dapat pula
menentukan waktu terbaik untuk memulai perawatan
yang direncanakan serta dapat mengetahui cara
mengealuasi hasil perawatan yang akan diberikan
8 Disiplin dan Profesionalitas
Penilaian berkaitan dengan disiplin dan profesionalitas
mahasiswa selama pengambilan data kasus, berdiskusi
dan mempresentasikan hasil diskusinya
BAB 5
TOPIK
MODUL PEMBELAJARAN
Modul 1. ANAMNESA
TOPIK 1: ANAMNESIS
Dari anamnesis kita dapat mendapatkan keluhan utama, keluhan tambahan, riwayat gigi sekarang, riwayat gigi dahulu,
riwayat penyakit sistemik, riwayat penyakit herediter, riwayat penyakit alergi.
a. Keluhan utama
Keluhan terpenting yang membawa pasien datang berobat yang membawa pasien meminta pertolongan dokter atau
petugas kesehatan lainnya. Keluhan utama secara singkat beserta lamanya Misalnya gigi sakit sejak 3 hari yang lalu.
Contoh pernyataan agar mendapat keluhan utama:
1. Apa yang Anda keluhkan/rasakan?
2. Apa yang menyebabkan Anda ke dokter?
3. Mulai kapan hal itu Anda rasakan?
b. Keluhan tambahan
Merupakan keluhan penyerta yang timbul bersamaan atau beberaasaat setelah keluhan utama timbul. Keluhan ini
dapat dicatat lebih dari 1 dan ditulis secara singkat dan tepat
c. Riwayat penyakit gigi sekarang
Dapat memberi gambaran jelas tentang penyakit yang diderita oleh pasien. Riwayat penyakit sekarang mencakup
berbagai hal seperti:
a. Keadaan pasien sebelum menderita keluhan atau penyakit sekarang
b. Rincian keluhan yang timbul pertama kali dan keadaan pasien saat itu
c. Perjalanan atau perkembangan penyakit atau keluhan pasien sejak keluhan itu timbul pertama kali sampai pasien
dating untuk berobat
d. Keadaan keluhan saat pasien bertemu dengan dokter sekarang ini
e. Alasan pasien berobat sekarang
f. Perkembangan dari keluhan setelah ditangani serta pengobatan yang sudah diterima
Riwayat penyakit sekarang harus ditulis secara kronologis, lengkap, jelas, serta sistematis. Keluhan atau riwayat
penyakit yang dialami pasien harus ditulis dengan bahasa yang digunakan oleh pasien itu sendiri secara apa adanya
d. Riwayat penyakit gigi dahulu
Informasi tentang penyakit yang diderita sebelumnya sangat penting, kemungkinan berhubungan dengan penyakit
yang sedang dideritanya sekarang dan berpengaruh pada
penatalaksanaannya.
Sebagai contoh:
Seorang datang dengan keluhan sakit gigi dengan abses di sisi kanan bawah, ditanyakan penyakit yang pernah diderita
pada masa lalu; apakah pernah mengalami kecelakaan, pernah dioperasi, dsb? Hal ini perlu dipikirkan bahwa
kecelakaan dan operasi yang dialami berhubungan dengan keluhan yang sekarang diderita yaitu abses gigi sebelah
kanan bawah.
Pada saat melakukan anamnesis permasalahan kesehatan masa lalu, dapat dipergunakan pertanyaan tertutup dan
terbuka tergantung informasi yang dibutuh spesifik atau tidak
spesifik. Contohnya menanyakan tentang kemungkinan pernah menderita penyakit diabetes allergi, hipertentsi, asma,
penyakit infeksi dan lain-lain.
e. Riwayat penyakit sistemik
Penyakit sistemik dapat bermanifestasi pada rongga mulut sehingga menyebabkan penyakit mulut. Penyakit gigi
dan mulut juga dapat menjadi salah satu faktor resiko adanya penyakit sistemik. Pada pasien yang memiliki penyakit
sistemik harus dikompromikan terlebih dahulu sebelum dilakukan tindakan yang berkaitan dengan penyakit tersebut.
Beberapa penyakit yang merupakan kondisi medically-compromised adalah diabetes melitu, anemia, hipertensi, dan
gagal ginjal kronik.
f. Riwayat penyakit herediter
Riwayat herediter didapatkan dari riwayat penyakit keluarga, hal ini dikarenakan ada beberapa penyakit yang
bersifat herediter. Anamnesis ini digunakan untuk mencari ada tidaknya penyakit keturunan dari pihak keluarga
(diabetes mellitus, hipertensi, tumor, dll) atau riwayat penyakit yang menular.
g. Riwayat penyakit alergi
Riwayat alergi terhadap makanan dan obat-obatan juga perlu diperhatikan, hal ini berguna untuk menentukan
alternatif pemberian obat ataupun tindakan lain.
Penilaian kesadaran juga dapat menggunakan skala koma Glasgow (GCS/Glasgow Coma Scale) yaitu dengan
memperhatikan respon pasien terhadap rangsangan yang diberikan dan menilai respons tersebut dengan skor tertentu.
Respons yang diperhatikan adalah respons membuka mata, respons motorik (gerakan), dan respons verbal (bicara).
Biasanya disingkat dengan menggunakan istilah bahasa Inggris yaitu EMV (E=Eye, M=Motor responses, V= Verbal
responses).
Tabel 1. Skala Koma Glasgow
Tanda tanda vital meliputi: tekanan darah, frekuensi nafas, denyut nadi, suhu.
A. Pengukuran tekanan darah
Pengukuran tekanan darah adalah bagian penting pemeriksaan fisis kardiovaskular. Tekanan darah sistolik
adalah tekanan puncak tertinggi yang timbul pada pembuluh darah arteri segera setelah ventrikel berkontraksi
atau mengalami fase sistolik. Tekanan darah diastolik adalah tekanan darah terendah saat tekanan menurun
selama fase diastolik ventrikel. Tekanan darah normal menurut Joint National Comittee JNC VIII: sistolik <
130 dan diastolik < 85 mmHg.
Lima bunyi yang berbeda akan terdengar pada saat cuff dikempiskan yang disebut bunyi Korotkoff. Berikut
adalah bunyi Korotkoff pada tiap fasenya:
Fase 1 Suara detak (A thud)
Fase 2 Suara meniup (A blowing noise)
Fase 3 Detak lemah (A softer thud)
Fase 4 Suara mulai menghilang (A disappearing blowing noise) Sering tidak ada, biasanya 20 mmHg di atas
fase 5
Fase 5 Suara/bunyi menghilang
Tekanan sistolik adalah bunyi pertama yang terdengar (Korotkoff I). Penurunan tekanan secara perlahan terus
dilanjutkan. Tekanan diastolik adalah saat bunyi hilang (Korotkoff V)
13. Data yang perlu dicatat adalah nama pasien, tanggal dan jam, sisi lengan, posisi pasien, ukuran manset bila
tidak standar, dan tekanan darah. Tekanan darah dapat ditulis fase 1/fase 4/fase 5 (missal: 120/50/44
mmHg) bila suara terdengar sampai mendekati 0 mmHg.
14. Pengukuran diulang setelah minimal 30 detik, dan dua pembacaan di rata-ratakan
B. Frekuensi nafas : metode inspeksi gerak naik turun perut dan dada tiap menit
Frekuensi pernafasan normal dalah 14-20 x per menit
Bradipnea adalah frekuensi nafas kurang dari 14 x per menit
Takipnea adalah frekuensi pernafasan lebih dari 20x per menit
C. Frekuensi nadi: arteri radialis
Pulsasi arteri radialis biasanya dapat dirasakan maksimal di medial radius di dekat pergelangan tangan
menggunakan 2 atau 3 jari tengah pemeriksa. Pemeriksaan nadi arteri radialis dengan palpasi dilakukan pada
arteri radialis kanan dan kiri.
Yang harus diperhatikan pada saat pemeriksaan nadi adalah Frekuensi denyut nadi. Frekuensi denyut nadi
diperiksa dalam satu menit. Pemeriksaan nadi sebaiknya dilakukan setelah pasien istirahat 5 - 10 menit.
Brakikardia: (pulsus rasus) adalah frekuensi nadi kurang dari 60 kali per menit. Bradikardia dapat ditemukan
pada kondisi kelainan pada hantaran rangsang jantung atau hipertoni parasimpatis.
Takikardia: (pulsus frequent) adalah frekuensi nadi lebih dari 100 kali per menit. Frekuensi nadi yang cepat
dapat ditemukan pada kondisi demam, saat latihan jasmani, atau nyeri.
c. Cara Pemeriksaan
1. INSPEKSI
Inspeksi merupakan metode pemeriksaan pasien dengan melihat langsung seluruh tubuh pasien atau hanya
bagian tertentu yang diperlukan. Metode ini berupaya melihat kondisi pasien dengan menggunakan sense of
sign baik melalui mata telanjang atau alat bantu penerangan lampu.
Pada ekstraoral dan ekstraoral inspeksi dapat dilakukan apabila ada kelainan yang dapat dilihat oleh mata
seperti pembekakan/benjolan untuk menentukan ukuran, permukaan, warna, sifat, atau adakah ulkus.
2. PALPASI
Merupakan metode pemeriksaan pasien dengan menggunakan sense of touch. Palpasi adalah suatu
tindakan pemeriksaan yang dilakukan dengan perabaan dan penekanan bagian tubuh dengan menggunakan jari
atau tangan. Tangan dan jari-jari adalah instrumen yang sensitif digunakan untuk mengumpulkan data,
misalnya metode palpasi ini dapat digunakan untuk mendeteksi suhu tubuh, konsistensi, nyeri tekan, dll.
3. PERKUSI
Perkusi adalah suatu tindakan pemeriksaan dengan mendengarkan bunyi getaran/gelombang suara yang
dihantarkan kepermukaan tubuh dari bagian tubuh yang diperiksa.
d. Pemeriksaan Eksraoral
• Mata
Pemeriksaan mata biasanya dilihat dengan inspeksi, palpasi, dan juga menggunakan bantuan alat. Perhatikan
apakah ada konjungtiva yang pucat, hal ini dapat ditemukan pada pasien yang mengalami anemia. Sklera yang
terdapat icterus berwarna kekuningan dapat menandakan pasien memiliki gangguan hepar. Apabila pupil mata
yang memiliki bentuk dan ukuran yang sama besar, maka disebut isokor.
• THT
Pemeriksaan telinga dan hidung dilakukan dengan cara inspeksi, palpasi, dan menggunakan bantuan alat untuk
melihat apakah normal atau tidak. Pemeriksaan tenggorokan dilakukan dengan inspeksi menggunakan alat spatula
lidah untuk melihat keadaan faring apakah terdapat hiperemi atau tidak, posisi uvula ditengah atau tidak, letak
tonsil, serta apakah terdapat detritus atau tidak, dan apakah terdapat post nasal drip pada dinding faring posterior
• Bibir
Inspeksi dinilai dari kesimetrisan bentuk bibir, tanda-tanda bibir pucat dan sianosis.
• Kelenjar Getah Bening, submandibular dan submental
Pemeriksaan dilakukan dengan inspeksi dan palpasi untuk menentukan apakah terdapat pembesar kelenjar
getah bening, hal ini dapat dijumpai pada tuberculosis kelenjar, leukemia, limfoma malignum. Apabila terdapat
pembesaran perlu dideskripsikan letak, ukuran, jumlah, unilateral/bilateral, konsistensi, mobilitas, dan ada tidaknya
nyeri tekan. Pemeriksaan palpasi dengan menggunakan ujung telunjuk dan jari tengah pada kelenjar submandibular
dan submental.
• Asimetri wajah
Pemeriksaan secara inspeksi wajah simetri atau tidak.
TOPIK 3: ANESTESI
A. Anestesi Lokal
Anestesi lokal didefinisikan sebagai hilangnya sensasi pada area tubuh yang terbatas, disebabkan oleh depresi
eksitasi di ujung saraf atau nerve ending atau akibat penghambatan proses konduksi pada saraf perifer. Anestesi lokal
menghasilkan hilangnya sensasi nyeri tanpa menyebabkan hilangnya kesadaran. Hal ini yang membedakan anestesi
lokal dengan general anestesi
a. Anterior Palatine
1. Saraf yang dituju adalah nervus palatina anterior atau nervus palatina majus yang keluar dari foramen
palatinus majus
2. Mengeringkan area yang akan didesinfeksi
3. Daerah yang akan dilakukan injeksi diolesi dengan antiseptic melingkar dari tengah keluar
6. Setelah jarum masuk, dilakukan aspirasi, dengan cara tangan kiri memegang tabung syringe untuk fiksasi
dan tangan kanan menarik sedikit handle pada syringe sesaat untuk memastikan jarum tidak masuk ke
pembuluh darah
7. Menginjeksikan cairan anestesi sekitar 0,25 - 0,5 ml dengan perlahan-lahan
8. Setelah minimal 5 menit injeksi, menanyakan kepada pasien apakah sudah terasa tebal, kebas, kesemutan
pada daerah yang dianastesi
9. Melakukan pengecekan apakah obat anastesi sudah bekerja, menggunakan alat tumpul pada:
1. mukoperiosteum dan mukosa palatal duapertiga posterior palatum durum
2. mulai dari pertengahan kaninus atas sampai dengan batas posterior palatum durum
5. Memasukkan jarum dari sisi berlawanan yakni antara premolar pertama dan kedua rahang bawah
kontralateral dengan bevel menghadap ke arah tulang, kemudian jarum ditusukkan tepat di pertengahan
ujung jari telunjuk tadi sampai ujung jarum menyentuh tulang
6. Jarum ditarik sedikit kemudian arah syringe diubah sehingga menjadi sejajar dengan gigi -gigi posterior
rahang bawah pada sisi yang sama, kemudian jarum dimasukkan ke arah posterior sejauh kira-kira 10 mm
sambil menyusuri tulang linea oblique interna
7. Kemudian syringe diubah lagi posisinya dengan arah kontralateral, langkah terakhir masukkan lagi jarum
ke dalam jaringan sampai ujung jarum terasa menyentuh tulang
8. Jarum ditarik sedikit, dilakukan aspirasi, kemudian larutan anestesi lokal diinjeksikan secara perlahanlahan
sebanyak 1,0 ml
9. Setelah injeksi pada inferior alveolar nerve block maka dilanjutkan dengan injeksi lingual nerve block
10. Menarik jarum sejauh kirakira 10 mm dari posisi terakhir inferior alveolar nerve block
11. Dilakukan aspirasi untuk memastikan tidak masuk pembuluh darah, kemudian arutan anestesi lokal
diinjeksikan secara perlahanlahan sebanyak 0,5 ml, setelah selesai jarum ditarik ke luar dari mukosa
dengan perlahan
12. Melakukan pengecekan apakah obat anastesi sudah bekerja atau belum setelah minimal 5 menit injeksi,
dengan cara : menanyakan kepada pasien apakah sudah terasa tebal, kebas, kesemutan pada daerah yang
dianastesi serta, memastikan dengan palpasi dgn alat tumpul pada area yang SEHARUSNYA
TERANASTESI
13. Saraf yang teranestesi: nervus alveolaris inferior dan cabang-cabangnya yaitu: rami dentalis, nervus
mentalis dan nervus incisivus, dan nervus lingualis beserta cabang cabangnya
14. Daerah yang teranestesi: sama dengan daerah yang teranestesi oleh teknik inferior alveolar nerve block
tersebut di atas, ditambah dengan daerah yang dilayani oleh nervus lingualis yaitu: dua pertiga anterior
lidah, mukosa dasar mulut, dan mukosa gingiva dan alveolaris sisi lingual mulai region retromolar sampai
dengan linea mediana
d. Paraperiosteal
1. Nervus yang dituju adalah cabang saraf simpatis dari n.sensoris
2. Menginsersikan pada cekungan terdalam mukobukal/mukolabial fold dengan sudut 45 o dan bevel
menghadap tulang
3. Insersi hingga menyentuh tulang setinggi apeks gigi yang bersangkutan
4. Aspirasi
5. Injeksi 1 ml secara perlahan
6. Lepas jarum secara perlahan untuk mencegah perdarahan
7. Melakukan pengecekan apakah obat anastesi sudah bekerja atau belum setelah minimal 5 menit injeksi,
dengan cara : menanyakan kepada pasien apakah sudah terasa tebal, kebas, kesemutan pada daerah yang
dianastesi serta, memastikan dengan palpasi dgn alat tumpul pada area mukosa gingiva
bukal/labial/pulpa/tulang allveolar
Topik 4 : ODONTEKTOMI DENGAN TEKNIK SEPARASI
Odontektomi adalah pengambilan gigi dengan prosedur bedah dengan pengangkatan mukoperiosteal flap
dan membuang tulang yang ada diatas gigi dan juga tulang disekitar akar sisi bukal dengan chisel, bur, atau rongeurs.
Tang Trismus
INTRAOPERATIF POSTOPERATIF
- Perdarahan - Sakit
- Fraktur apikal gigi - Bengkak
- Kerusakan gigi terdekat - Hematoma
- Kerusakan jaringan lunak - Trismus
- Fraktur mandibular - Parestesi nervus labialis dan lingualis
- Infeksi jaringan lunak dan tulang
- Cardiac disease
- Rheumatic heart disease
- Blood dyscratia (anemi, leukemi, trombositopeni, hemofili)
- Nephritis.
- Toxic goiter
- Jaundice, hepatitis
- Hipertensi
- Gravid trisemester I & III.
- Therapi kortikosteroid dan antikoagulan
Komplikasi Pencabutan Gigi :
- Fraktur mahkota, akar, tulang alveolar atau tulang rahang.
- Laserasi gingiva, trauma jaringan lunak.
- Cedera N. Alveolaris inferior.
- Perdarahan.
- Perforasi Sinus maksilaris, akar terdorong ke rongga sinus.
- Luksasi mandibula, trauma pada sendi temporomandibula.
- Komplikasi saat penyembuhan : infeksi, abses, drysocket, osteomielitis.
PENUTUP
Buku Modul Kepaniteraan klinik Ilmu Bedah Mulut dan Maksilofasial ini memuat semua macam
perawatan kedokteran gigi ang sesuai dengan kompetensi. Dalam buku ini terdapat macam-macam
requirement wajib yang harus diselesaikan oleh mahasiswa Program Studi Profesi Dokter Gigi FKGUB
serta manual prosedur yang benar dan tepat dari setiap macam tindakan perawatan. Dengan adanya
buku ini, mahasiswa diharapkan mampu menyelesaikan requirement yang wajib dikerjakan, dan
meiliki skill yang baik dalam melakukan perawatan gigi