Anda di halaman 1dari 2

Ethical Leaders Are Honest

Menjadi seorang pemimpin tidak mudah, namun seorang pemimpin perlu


menekankan aspek kejujuran pada diri nya sendiri agar ia dapat menjadi
pemimpin yang baik dan bijaksana. Ketidakjujuran merupakan lawan dari
keujujuran dan dapat memberikan dampak negatif terhadap hubungan antara
leader dan follower. Ketika seorang pemimpin tidak jujur, orang lain atau rekan-
rekan kerjanya melihat dia sebagai seseorang yang tidak dapat diandalkan dan
tidak dapat dipercaya. Orang-orang akan kehilangan rasa percaya dan
keyakinan terhadap perkataan dan perilaku pemimpin serta pemimpin akan
kehilagan rasa hormat dari rekan-rekan kerjanya. Ketidakjujuran membuat
seseorang memanipulasi hubungan yang mereka miliki dengan orang lain, jika
ketidakjujuran ini berlansung terus-menerus maka dapat memberikan efek
negatif dan memperburuk hubungan.

Namun menjadi jujur tidak hanya berarti harus menyatakan segala sesuatu
secara jujur, kejujuran juga meliputi perilaku terbuka kepada orang lain dan
berusaha untuk merepresentasikan realita sepenuhnya dan seluruhnya.
Meskipun memberitahu hal-hal tertentu dan informasi-infromasi yang destructive
dan counterproductive. Salah satu tantangan yang dihadapi oleh pemimpin
adalah mencapai keseimbangan yang terbuka dan jujur sambil memantau apa
yang pantas untuk diungkapkan atau diberitahukan pada situasi tertentu.
Seringkali, banyak kendala dan hambatan dari organisasi yang mencegah
pemimpin untuk membuka dang memberitahu informasi tertentu kepada
pengikutnya. Perlu diingat bahwa pemimpin dapat menjadi autentik atau jujur,
namun juga penting bagi pemimpin untuk sensitif terhadap perilaku dan
perasaan terhadap orang lain. Berdasarkan ungkapan dari Dalla Costa (1998),
penting bagi pemimpin untuk tidak menjanjikan hal apapun yang ia sendiri tidak
dapat tepati, jangan menghindari pertanggungjawaban, serta pemimpin tidak
memaksa obligasi/kewajiban tertentu. Juga Dalla Cost menyarankan untuk
menghargai dan memberikan penghargaan atas perilaku jujur dalam organisasi.
Ethical Leaders Build Community

Pada bab 1, kepemimpinan (leadership) didefinisikan sebagai proses dimana


pengaruh dari sekelompok individu bertujuan untuk mencapai common goal.
Common goal membutuhkan pemimpin dan seluruh pengikutnya untuk setuju
akan arahan yang diambil oleh kelompok. Pemimpin perlu mempertimbangkan
tujuan dari diri sendiri dan tujuan dari seluruh pengikutnya saat bekerja untuk
mencapai tujuan yang diinginkan. Kekhawatiran mengenai common goals berarti
bahwa pemimpin tidak dapat memaksakan keinginannya kepada yang
pengikutnya. Mereka perlu mencari tujuan yang sesuai dengan semua orang.

Menurut teori transformational yang dikemukakan oleh Burns, seorang


pemimpin yang transformasional berusaha untuk mengarahkan kelompoknya
untuk mencapai common goal yang bermanfaat dan menguntungkan bagi
pemimpin dan para pengikutnya. Menurut Burns, kepemimpinan (leadership)
harus didasarkan pada hubungan atau relasi antara pemimpin dan pengikutnya.
Seorang pemimpin yang etis memperhitungkan dan mempertimbangkan tujuan
dari semua orang yang terlibat dan memperhatikan kepentingan komunitas dan
budayanya. Pemimpin seperti itu adalah pemimpin yang peduli terhadap orang
lain, tidak memaksa atau mengabaikan kepentingan orang lain. Seluruh tujuan
individu dan kelompok terikat pada kepentingan umum. Juga kita perlu
memperhatikan bagaimana perubahan yang diusulkan oleh seorang pemimpin
dan pengikut akan mempengaruhi organisasi yang lebih besar, komunitas, dan
masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai