Anda di halaman 1dari 11

BAB II

TEKNIK DASAR UNTUK MENJADI SEORANG PEMIMPIN

A. MENJADI PRIBADI YANG MENGESANKAN

Niat dan kemauan saja tidak cukup untuk menjadi seorang pemimpin.
Pemimpin harus menguasai Teknik dasar untuk menjadi seorang pemimpin.
Salah satu teknik dasar menjadi seorang pemimpin adalah menjadi pribadi yang
mengesankan. Seorang pemimpin harus dapat diterima di lingkungan dan
pergaualan kelompoknya. Seorang pemimpin harus memahami bahwa sebagian
orang memang bisa dengan mudahnya disukai dan diterima oleh orang lain
karena ia memiliki pembawaan yang mengesankan. Untuk dapat disukai oleh
banyak orang, seorang pemimpin harus mampu menjadi individu yang
mengesankan. Kunci agar menjadi pribadi yang mengesankan terletak pada sikap
dan pembawaan diri sendiri.
Terdapat beberapa patokan tertentu agar seorang pemimpin dapat disukai
oleh banyak orang dalam suatu lingkungan dan pergaulan kelompok. Pada
dasarnya patokan tersebut bisa berbeda-beda, tergantung dengan budaya,
keadaan lingkungan, dan karakter masing-masing pribadi di sekitarnya. Perlu
diketahui bahwa mengesankan dapat juga diartikan dengan membekas dalam
ingatan. Seorang pemimpin dengan sifat dan tindakannya harus mampu
memberikan kesan yang menimbulkan suatu rangsangan yang berakhir dengan
kekaguman, kerinduan, dan rasa senang dalam ruang lingkup positif bagi
anggota kelompoknya. Dengan demikian, sangatlah penting bagi seorang
pemimpin untuk menciptakan kesan positif yang membuat orang lain kagum dan
menaruh rasa hormat. Berikut ini beberapa kiat agar menjadi pribadi yang
mengesankan bagi seorang pemimpin dalam kepemimpinannya.

1. Menunjukkan Sikap Positif


Seorang pemimpin akan berkesan di mata orang lain jika ia
menunjukkan sikap positif. Sikap positif tersebut hendaknya ditampilkannya
dalam bertutur kata dan melalui tindakan. Sikap positif didukung oleh
perilaku menyenangkan yang membuat orang-orang yang dipimpinnya
merasa nyaman. Namun, hal tersebut tidak menjadi jaminan seorang
pemimpin akan mampu terus-menerus menjadi pribadi mengesankan.
Dengan demikian, akan lebih baik apabila seorang pemimpin mampu
mengenali diri sendiri dengan mencari tahu bagian-bagian mana saja di

1
dalam diri yang dapat membuat orang lain terkesan. Setelah
mengetahuinya, maka seorang pemimpin dapat mempertahankannya.
Tujuannya agar ia tetap dapat menjadi pribadi yang mengesankan bagi
orang lain. Mengesankan dan akan terus hidup dalam ingatan orang-orang
yang dipimpinnya.

2. Berpenampilan Terbaik
Sebaik-baiknya penampilan adalah penampilan yang sesuai dengan
karakter diri. Tidak perlu mencoba berpenampilan seperti orang lain atau
memaksakan diri mengikuti tren tertentu. Penampilan yang tidak hanya
diukur melalui wajah yang tampan atau cantik, tetapi juga cara berpakaian
yang sesuai atau tidak berlebih-lebihan. Seorang pemimpin dapat dianggap
mengesankan ketika penampilan fisiknya terlihat sesuai karakter diri, tampak
elegan, dan mampu mencuri fokus banyak orang. Seorang pemimpin harus
mampu berpenampilan sebaik mungkin disesuaikan dengan situasi dan
kondisi yang dihadapinya. Pemimpin dengan berpenampilan terbaik akan
menjadi pemimpin idaman dan mengesankan bagi banyak orang.

3. Pribadi Yang Komunikatif

Seorang pemimpin yang komunikatif tentu mampu memberikan


arahan yang jelas kepada para anggota kelompok mengenai visi dan misi
kelompok. Pemimpin yang komunikatif akan sangat mudah membuat orang
lain terkesan, sehingga akan dengan mudah menggerakkan hati orang lain
untuk mengikuti komandonya. Tidak dipungkiri bahwa komunikasi dua arah
sangat diperlukan di dalam kelompok. Seorang pemimpin yang komunikatif
akan mengerti kebutuhan orang lain. Ia akan mengutamakan kepentingan
bersama di atas kepentingan pribadinya. Ia menjadi pemimpin yang rajin
mendengar, mempertimbangkan, dan mengarahkan orang-orang yang
dipimpinnya.

4. Bersikap Rendah Hati


Pemimpin yang bersikap rendah hati akan selalu berkesan bagi orang
lain. Contohnya adalah di saat seorang pemimpin memiliki banyak hal hebat
dalam dirinya, namun ia mampu selalu bersikap rendah hati dihadapan
orang lain. Hal tersebut merupakan suatu nilai tambah yang menghadirkan
kesan positif di dalam diri seorang pemimpin. Sikap rendah hati seorang
pemimpin akan membuat langkahnya selaras dengan anggota kelompok dan

2
menjadi figur yang mengesankan. Sikap rendah hati pemimpin akan
memotivasi anggota kelompok untuk meneladaninya. Tidak ada
kesombongan bahkan sikap menggurui, namun keterbukaan dan saling
mengisi.

5. Memiliki Empati Terhadap Orang Lain


Empati merupakan kunci kepedulian seorang pemimpin kepada
anggota kelompoknya. Empati adalah kepekaan untuk memandang sesuatu
dari sudut pandang orang lain. Seorang pemimpin yang memiliki empati bisa
merasakan perasaan orang lain, mengerti keinginan orang lain, dan
menangkap motif di balik sikap orang lain. Hal ini akan menimbulkan kesan
mendalam bagi orang-orang yang ditolongnya. Sikap empati sangat
berlawanan dengan sikap egois atau sikap yang menuntutvagar selalu
diperhatikan dan dimengerti orang lain. Langkah paling mudah bagi seorang
pemimpin untuk berempati pada orang lain adalah dengan mencari tahu
apa-apa yang disukai dan tidak disukai oleh orang lain. Selain itu,
mengetahui situasi dan kondisi yang sedang dialami oleh orang lain, agar
tidak salah dalam mengambil sikap. Jika hal tersebut berhasil dilakukan,
maka orang lain akan merasa nyaman berada di dekat pemimpinnya.
Seluruh tindakan empati yang dilakukan pemimpin tersebut akan
menghadirkan kesan mendalam dan tidak terlupakan.

B. Mampu Berinteraksi Sosial Dengan Baik


Seorang pemimpin membutuhkan interaksi yang baik dengan orang
lain. Interaksi yang terjalin tersebut antara seseorang dengan orang lainnya
atau seseorang dengan kelompok. Interaksi ini disebut juga sebagai interaksi
sosial atau hubungan sosial. Perlu diketahui bahwa di dalam interaksi sosial
terdapat hubungan timbal balik antara satu pihak dengan pihak lainnya
dengan saling memberi respons. Mampu bersosial dengan baik merupakan
salah satu teknik dasar untuk menjadi seorang pemimpin. Seorang pemimpin
harus memiliki keterbukaan dan kehangatan yang ditunjukkannya dalam
hubungan sosial. Selain itu, seorang pemimpin juga harus memiliki
keterlibatan dalam hubungan sosial. Seorang pemimpin harus meningkatkan
diri untuk mengenal orang lain atau orang-orang yang dipimpinnya, begitu
pun sebaliknya.
Pemimpin harus pandai dalam menggunakan kesamaan untuk saling
mengenal satu sama lain dan tidak menjadikan perbedaan sebagai suatu

3
permasalahan. Mampu bersosial dengan baik juga dapat ditunjukkan
seorang pemimpin dengan menjalin keakraban dengan anggota
kelompoknya. Saling peduli dan memahami merupakan kunci dalam
membangun keakraban. Dengan keakraban yang terjalin hubungan sosial
semakin kuat dan sehat. Tidak saling menjatuhkan, namun justru menjaga
dan merawat kebersamaan. Tolong menolong dalam kebaikan dapat
dijadikan suatu kebiasaan dalam kelompok, sehingga seluruh kegiatan
berjalan lancar dan kinerja semakin berkualitas. Keharmonisan hubungan
sosial harus terjaga demi tercapainya visi dan misi bersama. Berikut ini
beberapa langkah yang dapat dilakukan pemimpin agar mampu bersosial
dengan baik.
1. Memberikan Apresiasi Terhadap Orang Lain
Seorang pemimpin harus mampu memberikan apresiasi
terhadap orang lain, terutama anggota di dalam kelompok. Apresiasi
sangatlah penting untuk mendorong dan memovitasi orang lain terkait
kinerja di dalam kelompok. Apresiasi dapat berupa ucapan, sikap,
hadiah dan lain sebagainya. Menghargai dan menghormati dalam
kehidupan bersosial merupakan keharusan. Keterbukaan dalam
menerima setiap kelebihan dan kekurangan orang lain merupakan
bukti bahwa seorang pemimpin mampu memberikan apresiasi. Di saat
berbincang-bincang dengan orang lain atau anggota kelompok,
seorang pemimpin harus mampu mengapresiasi pendapat, ide, saran
dan kritik mereka. Penghargaan tersebut akan melecut semangat
mereka untuk melakukan yang terbaik. Apresiasi juga merupakan
bentuk ucapan terima kasih yang dapat pemimpin berikan setiap saat
untuk mempererat hubungan sosialnya. Dengan demikian akan tercipta
suasana kebersamaan dan penuh penghargaan dalam hubungan
sosial.

2. Tidak Menghakimi Sikap Orang Lain


Seorang pemimpin harus melakukan pendekatan terhadap pola
pikir orang lain. Pemimpin yang baik tidak perlu menghakimi orang lain
dengan emosional. Berhenti memberikan penilaian buruk terhadap
orang lain hanya berdasarkan sudut pandang yang sempit. Seorang
pemimpin harus memiliki sudut pandang terbuka dalam hubungan
sosial. Pemimpin harus berani menyelami satu persatu orang-orang
yang bekerja sama dengannya. Membiasakan diri memandang orang

4
lain dengan cara bijak adalah yang terbaik. Stop menghakimi orang
lain hanya karena seorang pemimpin merasa memiliki sikap atau
pandangan yang berbeda. Dalam hubungan sosial, pemimpin harus
menjauhkan diri dari sikap merasa paling baik dan paling benar.

3. Menguasai Bahasa Dengan Baik

Seorang pemimpin harus menguasai bahasa verbal maupun


nonverbal dengan baik dalam kegiatannya bersosialisasi. Mempelajari
Bahasa merupakan nilai lebih bagi seorang pemimpin di dalam
hubungan sosialnya. Terlebih di era globalisasi yang semakin
berkembang, keterampilan berbahasa seorang pemimpin sangat
dibutuhkan. Baik menggunakan Bahasa ibu, Bahasa nasional,
maupun bahasa internasional seorang pemimpin harus mampu
memahaminya dengan baik dalam rangka kelancaran berkomunikasi.
Pengetahuan mengenai bahasa verbal harus diimbangi dengan
pemahaman mengenai bahasa nonverbal. Bahasa tubuh tidak bisa
dikesampingkan dalam bersosialisasi. Seorang pemimpin harus
mampu menggunakan bahasa tubuh dasar yang baik, yaitu kontak
mata, tersenyum, dan bersalaman. Seorang pemimpin patut memilih
dan memilah bahasa tubuh yang digunakan sehingga tidak
menyinggung orang lain. Semakin sering seorang pemimpin
bersosialisasi dengan orang lain, maka semakin luas wawasannya
mengenai bahasa verbal maupun non verbal.

4. Menjadi Pendengar Yang Baik


Menjadi pendengar yang baik berarti tidak akan membiarkan
diri terjebak pada ego pribadi. Maksudnya, pemimpin harus mampu
mendengarkan keluh kesah, masukan, bahkan kritik dari orang lain.
Menerima kritik artinya seorang pemimpin mampu berpikir jernih dan
bersikap bijak. Menerima kritik merupakan bagian dari sikap sigap
seorang pemimpin terhadap keadaan dan lingkungan. Menjadi
pendengar yang baik mampu mendorong pemimpin untuk selalu
memberikan suntikan semangat pada orang lain. Salah satu
kebiasaan yang perlu ditumbuhkan dalam bersosialisasi adalah
berusaha memahami orang lain sebelum meminta untuk dipahami.
Seorang pemimpin harus menyadari bahwa untuk membangun

5
hubungan yang baik, sifat mendengarkan harus mendapatkan porsi
yang sama dengan berbicara.

5. Membangun Pergaulan Yang Positif


Di lingkungan pergaulannya, seorang pemimpin harus bisa
memberikan energi positif yang mampu mendorong proses
pengembangan diri dan meraih tujuan bersama anggota kelompok.
Salah satunya adalah dengan menumbuhkan sikap optimism yang
akhirnya menjadikan sumber motivasi bagi orang-orang di lingkungan
sosialnya. Seorang pemimpin harus mampu mencegah kebiasaan-
kebiasaan buruk terjadi di dalam interaksi sosialnya. Membangun
pergaulan yang positif merupakan langkah yang dapat dilakukan
pemimpin agar mampu bersosial dengan baik.

C. Memiliki Keterampilan Berbicara

Berbicara merupakan suatu penyampaian maksud baik gagasan,


pikiran, maupun isi hati seseorang kepada orang lain menggunakan bahasa
lisan. Dengan berbicara, sikap dan perasaan seseorang atau sekelompok
orang dapat dipahami oleh pihak lain. Berbicara merupakan proses
pertukaran informasi antarindividu maupun antarkelompok.

Keterampilan berbicara sangat penting untuk mendukung kemajuan


karier seorang pemimpin. Keterampilan berbicara dapat menentukan
seberapa baik seorang pemimpin dapat menjalin relasi dengan orang lain
atau mengembangkan suatu hubungan. Melalui keterampilan berbicara,
seorang pemimpin mampu mengemukakan pandangannya dengan baik.
Seorang pemimpin harus memiliki keterampilan dalam menggunakan kata-
kata dengan arti yang tepat dan penuh pemahaman. Dengan demikian
sangatlah penting bagi pemimpin untuk memiliki pengetahuan yang luas
mengenai makna dalam bertutur kata. Seorang pemimpin harus terus
mengasah keterampilan berbicaranya, sehingga akan terjalin komunikasi
dengan lancar dan baik sesuai tujuan yang ingin disampaikannya kepada
orang lain. Berikut ini beberapa keterampilan berbicara yang wajib dipelajari
oleh seorang pemimpin.

1. Memliki Etika Dalam Berbicara

6
Seorang pemimpin harus memiliki etika dalam berbicara.
Sebagai contoh, pemimpin tidak boleh mengucapkan kata-kata kasar
atau mencaci, tidak menggunakan kata-kata yang menyesatkan, dan
tidak menggunakan bahasa nonverbal yang tidak sesuai dengan
lingkungannya. Etika dalam berbicara juga mencakup hal-hal sebagai
berikut :

(1) berbicara harus menatap lawan bicara


(2) menggunakan tata bahasa yang baik dan benar
(3) suara harus terdengar jelas
(4) tidak menggunakan nada suara tinggi
(5) menggunakan bahasa yang mudah dimengerti.

Dengan memahami etika dalam berbicara tersebut, maka seorang


pemimpin mencegah kegagalan dalam berkomunikasi.

2. Mampu Beradaptasi Dengan Lawan Bicara


Seorang pemimpin harus mampu beradaptasi dengan lawan
bicaranya. Hal tersebut menunjukkan bahwa ia menguasai
keterampilan berbicara dengan baik. Misalnya dengan mengamati
bahasa tubuh dan nada suara lawan bicara, seorang pemimpin
mampu memahami apa maksud yang ingin disampaikan orang lain.
Perlu dipahami bahwa berkomunikasi dengan orang lain mencakup
dua hal, yaitu bebicara dan mendengarkan. Seorang pemimpin tidak
boleh mendominasi obrolan dengan terlalu banyak berbicara, terlebih
memotong pembicaraan orang lain. Seorang pemimpin harus bisa
menjaga setiap perkataannya, hal ini menunjukkan bahwa ia
merupakan pribadi yang berkomitmen dan bisa dipercaya.

3. Menggunakan Bahasa Tubuh Yang Baik


Seorang pemimpin harus mampu menggunakan bahasa tubuh
yang baik. Ekspresi wajah, gestur, dan postur tubuh merupakan
bagain dari bahasa tubuh untuk berkomunikasi secara nonverbal.
Oleh sebab itu, membaca bahasa tubuh seseorang memanglah
sangat penting untuk memahami situasi. Perlu diketahui bahwa
sebenarnya bahasa tubuh itu memengaruhi berjalannya komunikasi
hingga 55%. Seorang pemimpin harus mampu menggunakan bahasa
tubuh yang baik saat berkomunikasi dengan orang lain. Gerak
tangan, tubuh, dan ekspresi wajah yang tepat akan membantu

7
menyampaikan maksud pembicaraan dengan baik. Seorang pemimpin
dapat menciptakan komunikasi yang menyenangkan dengan
menggunakan bahasa tubuh yang baik.

4. Menghindari Pembicaraan Negatif


Seorang pemimpin harus mampu menghindari pembicaraan
negatif. Sebisa mungkin segala perkataan yang keluar dari mulut
memiliki nilai positif dan akan membawa manfaat bagi orang lain.
Dalam kegiatan berkomunikasi, seorang pemimpin harus menghindari
membicarakan kejelekan orang lain. Dengan kata lain, seorang
pemimpin harus selalu mengusahakan untuk tidak melakukan
pembicaraan yang negatif. Sebagai pemimpin harus mampu berpikir
jernih untuk tidak mempermalukan orang lain di hadapan orang
banyak. Kewibawaan pemimpin harus dijaga terutama terutama dari
tutur kata dan tindakannya.

5. Mengusai Taktik Retoris


Taktik retoris dapat membantu seorang pemimpin untuk
mencapai sasaran dan tujuan secara efektif dalam proses komunikasi
retoris. Taktik retoris ini dapat dilatih dan dipraktikkan agar
keterampilan berbicara semakin baik. Taktik retoris terdiri dari taktik-
taktik sebagai berikut :
a. Taktik Afirmasi

Taktik afirmasi mencakup taktik ya, taktik mengulang dan taktik

sugesti.

1) Taktik Ya

Pertanyaan yang diajukan hanya membutuhkan jawaban

“Ya”. Contohnya dalam sebuah percakapan seseorang

menggiring lawan bicara untuk menjawab pertanyaannya

hanya dengan jawaban “Ya”.

2) Taktik Mengulang

8
Taktik mengulang dapat dilakukan seseorang dengan

mengutarakan gagasannya terus-menerus, dengan demikian

lawan bicara akan berpikir ulang, merenungkan, dan

mengiyakan gagasan tersebut. Salah satu contoh kalimat

yang digunakan adalah “sekali lagi saya menekankan bahwa

persoalan ini sangatlah penting, kita harus segera mencari

jalan keluar”.

3) Taktik Sugesti
Taktik sugesti dapat dilakukan dengan memengaruhi orang
lain untuk menyetujui perkataan yang diucapkan seseorang.
Salah satu contoh kalimat yang digunakan adalah “Ini
merupakan awal yang baik untuk membuka usaha karena
kamu sudah memiliki modal yang cukup besar dan
keterampilan yang mumpuni di dunia bisnis.”

4) Taktik Ofensif
Taktik ofensif terdiri dari taktik antisipasi, taktik

mengagetkan, taktik bertanya balik, taktik provokasi, taktik

mencakup, dan taktik memotong.

a. Taktik antisipasi

Seseorang menggunakan taktik ini dengan cara

mengantisipasi ucapan lawan bicara dan telah siap

dengan argumentasi yang tidak kalah tepat. Salah satu

contoh kalimat yang digunakan adalah “barangkali anda

keberatan jika saya mencopot jabatan anda karena

alasan tersebut”.

b. Taktik mengagetkan

9
Seseorang meggunakan taktik ini dengan menyanggah

pernyataan negatif lawan bicara tanpa diduganya. Salah

satu contoh kalimat yang digunakan adalah “Justru

Karena itu saya memilih untuk tidak melanjutkan kerja

sama ini.

c. Taktik bertanya balik

Seseorang menggunakan taktik ini dengan melemparkan

pertanyaan balik yang menyebabkan lawan bicara

menyadari kesalahannya. Salah satu contoh kalimat

yang digunakan adalah “Jadi kamu yang mengizinkan

Pak Andi memalsu tanda tangan?”

d. Taktik Provokasi

Seseorang menggunakan taktik ini dengan cara

memengaruhi orang lain untuk berbicara jujur sesuai

dengan kenyataan. Salah satu contoh kalimat yang

digunakan adalah “Hal tersebut tidaklah benar, tidak ada

alas an yang menguatkan.”

e. Taktik Mencakup

Seseorang menggunakan taktik ini dengan cara

memadupadankan hasil pengamatan dan argumentasi

orang lain. Sehingga dengan mudah argumentasi orang

lain dapat dipatahkan. Salah satu contoh kalimat yang

dapat digunakan adalah “siapa sih yang tidak jatuh

cinta pada produk ini, selain awet produk ini juga

fashionable.

f. Taktik Memotong

Seseorang menggunakan taktik ini untuk mengendalikan

pembicaraan lawan bicara yang sudah terlalu

10
berlebihan. Ada hal penting yang harus segera

disampaikan, sehingga memotong pembicaraan

merupakan cara tepat. Salah satu contoh kalimat yang

dapat digunkan adalah “Perbolehkanlah saya

menyampaikan satu saja pertanyaan.”

5) Taktik Negasi

Taktik negasi mencakup taktik Tidak dan taktik kontradiksi.

a. Taktik Tidak

Seseorang menggunakan taktik ini dengan

mengemukakan pertanyaan retoris dikarenakan

menyangkal ucapan lawan bicara karena tidak sepakat.

Contoh “ sebaiknya katakana, apa yang terjadi dengan

kucing Persia kita?”

b. Taktik Kontradiksi

Seseorang menggunakan taktik ini dengan

mengutarakan pernyataan dengan tegas yang

bertentangan dengan lawan bicara. Contoh : “Kamu ini

hiperbolis, suka membesar-besarkan masalah.

11

Anda mungkin juga menyukai