ASUHAN KEBIDANAN PADA NY A Prakonsepsi
ASUHAN KEBIDANAN PADA NY A Prakonsepsi
LAPORAN KELOMPOK
Disusun Oleh:
Kelompok 1
Nama NIM
Disusun Oleh:
Kelompok 1
Nama NIM
Tanggal………………..
Disusun Oleh:
Kelompok 1
Nama NIM
Tanggal………………..
Disusun Oleh:
Kelompok 1
Nama NIM
Disetujui Oleh
Mengetahui
Ketua Program Studi Kebidanan Sarjana
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya kepada saya sehingga dapat menyelesaikan Laporan Kasus di.
Laporan Tugas ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat pencapaian
kompetensi mahasiswa, wajib diserahkan bentuk Laporan Kelompok Praktik
Asuhan Kebidanan Pada Masa Prakonsepsi .
Saya menyadari sepenuhnya bahwa Laporan Kasus ini masih banyak
terdapat kekurangan dan kelemahan, baik dari penulisan maupun materi. Untuk itu
saya mengharapkan saran dan kritik dari pembaca yang sifatnya membangun guna
penyempurnaan dimasa yang akan datang. Oleh karena itu dalam kesempatan ini
penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
Penulis
Penyususn
ii
DAFTAR ISI
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut PBB, penduduk dunia saat ini berjumlah 7,6 milliar. Angka ini
diperkirakan akan menanjak hingga 9,8 milliar pada tahun 2050.Demikian
laporan Departemen Populasi Divisi urusan sosial dan ekonomi Perserikatan
BangsaBangsa (PBB) pada Juni 2017.
Berdasarkan data yang disampaikan oleh Menteri Dalam Negeri
(Mendagri) RI Tjahjo Kumolo, jumlah penduduk Indonesia per 31 desember
2015 yakni 182.588.494 jiwa. Sedangkan penduduk Indonesia per 30 juni 2016
sebanyak 257.912.349 jiwa. Maka dalam satu tahun penduduk Indonesia
bertambah sekitar 4 juta jiwa, sebagaimana dikatakan Kepala BKKBN Pusat
dr.Surya Chandra.Artinya dibulan juli 2017 jumlah penduduk Indonesia lebih
dari 262 juta jiwa.
Pencapaian kesehatan ibu di Indonesia masih rendah karena AKI dan
AKB masih cukup tinggi. Berdasarkan Survey Penduduk Antar Sensus (
SUPAS) menunjukkan AKI sebanyak 305 per 100.000 KH , dan jumlah AKB
22,23 per 1000KH. (Kemenkes, 2017). Berdasarkan profil kesehatan
kabupaten/kota propinsi Sumatera Utara sebanyak 239 per 100.000KH.
Sedangkan AKB di Sumut 4 per 1.000KH. (Profil Sumut,2016).
Menurut World Health Organization (WHO) (2016) penggunaan
kontrasepsi meningkat dari 54% pada tahun 2014 dan 60,3% pada tahun 2016.
Secara regional, proporsi pasangan usia subur 15-49 tahun melaporkan
penggunaan kontrasepsi modern telah meningkat minimal 6 tahun terakhir.Di
Afrika dari 23,6% menjadi 27,6% ,di Asia telah meningkat dari 60,9% menjadi
61,6% sedangkan di Amerika Latin dan Karibia naik sedikit dari 66,0% menjadi
66,7%.Diperkirakan 225 juta perempuan dinegara-negara berkembang ingin
menunda atau menghentikan kesuburan tapi tidak menggunakan metode
kontrasepsi.Kebutuhan yang belum terpenuhi untuk kontrasepsi masih terlalu
tinggi.
1
Keluarga Berencana (KB) memungkinkan pasangan usia subur untuk
mengantisipasi kelahiran, mencapai jumlah anak yang mereka inginkan,dan
mengatur jarak waktu kelahiran mereka.Hal ini dapat dicapai melalui
penggunaan metode kontrasepsi dan tindakan infertilitas.
Data profil kesehatan Indonesia tahun 2016, cakupan KB aktif sebesar
74,87%.Cakupan peserta KB baru dan KB aktif di Indonesia pada tahun 2016
dengan jumlah pasangan usia subur (PUS) sebanyak 48.536.690.Peserta KB
baru sebesar 6.663.156 (13,73%) meliputi suntik sebanyak 3.433.666 (51,53%)
, pil KB sebanyak 1.544.079 (23,17%), kondom sebanyak 318.625 (4,78%),
implant sebanyak 757.928 (11,37%),IUD (intra Uterine Device) 481.564
(7,23%),Metode Operasi Wanita (MOW) sebanyak 115.531 (1,73%),Metode
Operasi Pria (MOP) sebanyak 11.765 (0,18%).
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)
propinsi sumatera utara (Sumut) menyebutkan pada tahun 2017 mencapai
282.478.Hingga januari, pencapaiannya sudah mencapai 31.642 PB atau
11,20% dari PMM.Target yang akan dicapai pada 2017 diantaranya Metode
Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) dengan total 74.686 aseptor baru,
sedangkan non MKJP sebanyak 207.792 akseptor .Non MKJP diantaranya
kondom 20.564 akseptor,suntik 103.619 akseptor dan pil 83.609
akseptor.Sedangkan untuk MKJP diantaranya IUD sebanyak 13.578
akseptor,Implant 51.173 akseptor,Metode Operasi Wanita (MOW) sebanyak
9.268 dan Metode Operasi Pria (MOP) 667 akseptor.
Kontrasepsi di Negara Indonesia saat ini tersedia banyak metode atau
alat kontrasepsi meliputi: Intra Uterin Device (IUD), suntik, pil, implant,
kontrasepsi tetap, kondom (BKKBN,2014). Salah satu kontrasepsi yang populer
di Indonesia adalah kontrasepsi suntik. Kontrasepsi suntik yang digunakan
adalah Noretisteron Enentat (NETEN), Depo Medroksi Progesteron Acetat
(DMPA) dan Cyclofem.
Kontrasepsi suntik memiliki efek samping, efek samping dari
kontrasepsi suntik antara lain amenorea (tidak dapat haid),
perdarahan/perdarahan bercak (spotting), meningkatnya berat badan (Irianto,
2012). Efek samping kontrasepsi suntik yang paling tinggi frekuensinya adalah
2
peningkatan berat badan. Beberapa studi penelitian didapatkan peningkatan
berat badan dihubungkan dengan kandungan pada DMPA yaitu hormon
progesteron, yang dapat merangsang pusat pengendalian nafsu makan di
hipotalamus sehingga menyebabkan terjadinya peningkatan nafsu makan
(Pratiwi, 2014).
Dari latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk melakukan
penulisan dengan judul “Asuhan Kebidanan Pada Ny. “A” dengan Keluarga
Berencana KB suntik 3 bulan di Klinik Siaga Medika Pekanbaru
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang dapat dirumuskan
permasalahan yaitu “Bagaimana asuhan kebidanan pada akseptor Kontrasepsi
suntik 3 bulan di Klinik Pratama Siaga Medika Pekanbaru?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Melaksanakan asuhan kebidanan akseptor Kontrasepsi suntik 3 Baru di
Klinik Pratama Siaga Medika Pekanbaru.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian data subjektif pada akseptor Kontrasepsi suntik
3 Baru di Klinik Pratama Siaga Medika Pekanbaru.
b. Melakukan pengkajian data objektif pada akseptor Kontrasepsi suntik 3
bulan di Klinik Pratama Siaga Medika Pekanbaru.
c. Merumuskan analisis data pada akseptor Kontrasepsi suntik 3 bulan
Baru di Klinik Pratama Siaga Medika Pekanbaru.
d. Melakukan penatalaksanaan asuhan kebidanan pada akseptor
Kontrasepsi suntik 3 bulan baru di Klinik Pratama Siaga Medika
Pekanbaru.
e. Mengevaluasi asuhan kebidanan pada akseptor Kontrasepsi suntik 3
bulan baru di Klinik Pratama Siaga Medika Pekanbaru.
3
D. Manfaat Kegiatan Asuhan Kebidanan
1. Bagi Klinik Pratama Siaga Medika
Dapat dimanfaatkan sebagai referensi atau informasi dalam
meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya dalam pendokumentasian
secara lengkap pada akseptor Kontrasepsi suntik tiga bulan.
2. Bagi pasien dan keluarga
Memberikan informasi tentang efek samping Kontrasepsi suntik 3 bulan
baru.
3. Bagi Mahasiswa
Masukan serta informasi dalam upaya mengembangkan asuhan
kebidanan pada akseptor Kontrasepsi suntik tiga bulan baru.
4
BAB II
TINJUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Kontrasepsi
a. Pengertian
Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan,
upaya itu dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen,
penggunaan kontrasepsi merupakan salah satu variabel yang
mempengaruhi fertilitas (Haryati,2010). Kontrasepsi atau antikonsepsi
adalah upaya mencegah terjadinya konsepsi dengan memakai cara, alat
atau obat-obatan. Salah satu metode kontrasepsi modern adalah
kontrasepsi hormonal. Kontrasepsi hormonal adalah alat atau obat
kontrasepsi yang bertujuan untuk mencegah terjadinya kehamilan
dengan menggunakan bahan baku preparat estrogen dan progesteron.
Beberapa jenis kontrasepsi dengan metode hormonal yaitu suntik, pil,
dan implan (Sriwahyuni, 2008).
b. Macam-macam kontrasepsi
1) Kontrasepsi tanpa alat
a) Coitus interruptus (senggama terputus)
Nama lain dari coitus interuptus adalah senggama terputus atau
ekspulsi pra ejakulasi atau pancaran ekstra vaginal atau
withdrawal methods atau pull-out method dalam bahasa latin
disebut interrupted intercourse
b) Sistem kalender (pantang berkala)
Metode keluarga berencana alamiah yang paling tua. yaitu cara
atau metode kontrasepsi sederhana yang dilakukan oleh
pasangan suami istri dengan tidak melakukan senggama atau
hubungan seksual pada masa subur/ovulasi.
c) Metode suhu basal tubuh
Adalah suhu badan asli, yaitu suhu terendah yang dicapai oleh
tubuh selama istirahat atau dalam keadaan istirahat/tidur.
5
d) Metode pengamatan lendir/mukosa serviks/ovulasi
Merupakan metode keluarga berencana alamiah dengan cara
mengenali masa subur dalam siklus menstruasi dengan
mengamati lendir serviks dan perubahan rasa pada vulva
menjelang hari-hari ovulasi.
e) Metode menyusui tanpa haid /lactational amenorrhea Method
Adalah metode kontrasepsi sementara yang mengandalkan
pemberian air susu ibu secara eksklusif (Proverawati,2010)
2) Kontrasepsi dengan alat
a) Kondom
Kondom merupakan selubung atau sarung karet yang terbuat
dari berbagai bahan diantaranya karet /lateks, plastik vinil atau
bahan alami /produksi hewani yang dipasang pada penis untuk
menampung sperma ketika seorang pria mencapai ejakulasi
saat berhubungan seksual.
b) Diafragma
Diafragma adalah kap berbentuk bulat cembung, terbuat dari
karet (lateks) yang diinsersikan ke dalam vagina sebelum
berhubungan seksual dan menutup serviks.
c) Spermisida
Spermisida adalah sediaan kimia (biasanya non oksinol-9)
yang dapat membunuh sperma (Mulyani,2013).
6
Implant adalah alat kontrasepsi yang terdiri dari enam kapsul kecil
berisi hormon lovonorgestrel yang dipasang di bawah kulit lengan
atas bagian dalam (Yuhedi, 2011).
3) IUD/AKDR
IUD/AKDR adalah bahan inert sintetik (dengan atau tanpa unsur
tambahan untuk sinergi efektivitas) (Proverawati, 2010).
4) Kontrasepsi suntik
a) Kontrasepsi suntikan
progestin merupakan metode kontrasepsi yang hanya
mengandung hormone progesterone diberikan secara
intramuscular setiap 3 bulan (Mulyani, 2013).
b) Suntikan kombinasi
Jenis suntikan kombinasi yang mengandung 25 mg Depo
Medroksiprogesterone Asetat dan 5 mg Estradiol Sipionat yang
diberikan injeksi secara Intra Muscular (IM) atau 50 mg
Noretindron Enantat dan 5 mg Estradiol Valerat yang diberikan
injeksi Intra Muscular(IM) sebulan sekali (Saifuddin, 2006).
b. Kontrasepsi mantap (sterilisasi)
1) Tubektomi
Tubektomi adalah setiap tindakan pada kedua saluran telur wanita
yang mengakibatkan wanita tidak akan mendapatkan keturunan lagi
2) Vasektomi
Vasektomi adalah metode sterilisasi dengan cara mengikat saluran
sperma (Proverawati,2010).
3. Kontrasepsi Suntik
a. Pengertian
Kontrasepsi suntik adalah alat kontrasepsi berupa cairan yang berisi
hormon progesterone yang disuntikan ke dalam tubuh wanita secara
periodik atau yang mengandung kombinasi hormone estrogen dan
progesterone (Irianto, 2012).
b. Jenis Kontrasepsi suntik
7
1) Kontrasepsi suntikan progestin
DMPA(Depot medroxy progesterone acetate) atau Depo Provera
yang diberikan tiap tiga bulan dengan dosis 150 miligram yang
disuntik secara IM, Depo Noristerat diberikan setiap 2 bulan dengan
dosis 200 mg Nore-tindron Enantat (Mulyani, 2013).
2) Kontrasepsi suntikan kombinasi
Jenis suntikan kombinasi yang mengandung 25 mg Depo
Medroksiprogesterone Asetat dan 5 mg Estradiol Sipionat yang
diberikan injeksi secara Intra Muscular (IM) atau 50 mg Noretindron
Enantat dan 5 mg Estradiol Valerat yang diberikan injeksi Intra
Muscular (IM) sebulan sekali (Saifuddin, 2006).
8
5) Sedikit efek samping
6) Klien tidak perlu menyimpan obat suntik
7) Dapat digunakan oleh perempuan usia > 35 tahun sampai
perimenopause
8) Membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik
9) Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara
10) Mencegah beberapa penyebab penyakit radang panggul
(Haryani,2010).
e. Keterbatasan
1) Sering ditemukan gangguan haid
2) Permasalahan berat badan merupakan efek samping tersering, berat
badan yang bertambah 1-5 kg dalam tahun pertama
(Rahmawati,2014). Rata-rata kenaikan berat badan menggunakan
kontrasepsi suntik DMPA adalah 1-5 kg dalam tahun pertama. Rata-
rata tiap tahun naik antara 2,3- 2,9 kg (Hartanto,2010).
3) Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi menular
seksual, hepatitis B virus, dan infeksi virus HIV
4) Terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian
5) Pada penggunaan jangka panjang dapat sedikit menurunkan
kepadatan tulang, kekeringan pada vagina, menurunkan libido,
gangguan emosi, sakit kepala, nervositas, dan jerawat
(Haryani,2010).
f. Yang dapat menggunakan kontrasepsi suntikan progestin
1) Usia reproduksi
2) Nulipara dan yang telah memiliki anak
3) Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai
4) Setelah melahirkan dan tidak menyusui
5) Setelah abortus atau keguguran
6) Telah banyak anak, tetapi belum menghendaki tubektomi
7) Perokok
8) Tekanan darah < 180/110 mmHg, dengan masalah gangguan
pembekuan darah atau anemia bulan sabit
9
9) Menggunakan obat untuk epilepsi (fenitoin dan barbiturat) atau obat
tuberkulosis (rifampisin)
10) Tidak dapat memakai kontrasepsi yang mengandung estrogen
11) Anemia defisiensi besi
12) Mendekati usia menopause yang tidak mau atau tidak boleh
menggunakan pil kontrasepsi kombinasi (Haryani,2010).
g. Yang tidak boleh menggunakan kontrasepsi suntikan progestin
1) Hamil atau dicurigai hamil (risiko cacat pada janin 7 per 100.000
kelahiran)
2) Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya
3) Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid, terutama amenorea
4) Menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara
5) Diabetes mellitus disertai komplikasi(Haryani,2010).
h. Waktu mulai menggunakan kontrasepsi suntikan progestin
1) Waktu 7 hari siklus haid, tidak diperlukan kontrasepsi tambahan,
bila diberikan setelah hari ke 7 siklus haid tidak boleh melakukan
hubungan seksual / menggunakan kontrasepsi lain untuk 7 hari.
2) Setiap saat waktu tidak haid dan dipastikan tidak hamil, tidak boleh
melakukan hubungan seksual dan menggunakan kontrasepsi lain
selama 7 hari.
3) Ibu sedang menggunakan kontrasepsi hormonal yang lain dan
menggunakannya dengan benar dan ibu dipastikan tidak hamil lalu
ingin menggantinya dengan kontrasepsi suntikan dapat segera
diberikan atau sesuai jadwal kontrsepsi
4) Bila ibu menggunakan AKDR suntikan diberikan hari 1 - 7 siklus
haid, atau dapat diberikan setiap saat setelah hari ke-7 siklus haid,
asal diyakini ibu tersebut tidak hamil (Saifuddin, 2006).
i. Cara penggunaan kontrasepsi suntikan
1) Kontrasepsi suntikan DMPA diberikan setiap 3 bulan dengan cara
disuntik intramuskuler dalam di daerah pantat
10
2) Bersihkan kulit yang akan disuntik dengan kapas alkohol yang
dibasahi oleh etil/ isopropil alkohol 60-90%. Biarkan kulit kering
sebelum disuntik. Setelah kulit kering baru disuntik
3) Kocok dengan baik, dan hindarkan terjadinya gelembung-
gelembung udara. Kontrasepsi suntik tidak perlu didinginkan
4) Bila terdapat endapan putih pada dasar ampul, upayakan
menghilangkannya dengan menghangatkannya (Haryani,2010).
11
c. Langkah-langkah konseling Asuhan keluarga berencana
Menurut kemenkes RI dalam buku sakupelayanan kesehatan ibu di
fasilitas kesehatan dasar dan rujukan (2013). Prinsip pelayanan
kontrasepsi saat ini adalah memberikan kemandirian pada ibu dan
pasangan untuk memilih metode yang diinginkan (dapat dilihat pada
tabel 2.1). Pemberi pelayanan berperan sebagai konselor dan fasilitator,
sesuai langkahlangkah berikut:
1) jalin komunikasi yang baik dengan ibu
Beri salam kepada ibu, tersenyum, perkenalkan diri anda.
Gunakan komunikasi verbal dan non-verbal sebagi awal interaksi
dua arah. Tanya ibu tentang identitas dan keinginannya pada
kunjungan ini.
2) Nilailah kebutuhan dan kondisi ibu
Tanyakan tujuan ibu berkontrasepsi dan jelaskan pilihan metode
yang dapat digunakan untuk tujuan tersebut. Tanyakan juga apa ibu
sudah memikirkan pilihan metode tertentu.
Tabel 2.5
Pilihan Metode Kontrasepsi Berdasarkan Tujuan Pemakaiannya
Urutan Fase menunda Fase menjarangkan Fase tidak
prioritas kehamilan kehamilan hamil lagi (anak
>3)
1 pil AKDR Steril
2 AKDR Suntik AKDR
3 kondom Minipil Implant
4 Implant pil Suntik
5 Suntik Implant Kondom
6 Kondom Pil
Sumber: Kemenkes RI, 2013. Jakarta, halaman 232.
Kemudian menurut Handayani (2010) ada 6 langkah yang sudah
dikenal dengan kata kunci SATU TUJU yaitu :
1. SA : Sapa dan Salam
12
Sapa dan salam klien secara terbuka dan sopan, berikan
perhatian sepenuhnya , berbicara ditempat yang nyaman serta
terjamin privasinya.
2. T : Tanya
Tanyakan kepada klien informasi tentang dirinya, bantu klien
untuk berbicara mengenai pengalaman keluarga berencana dan
kesehatan reproduksinya, tujuan, kepentingan, harapan, serta
keadaan kesehatan dan kehidupan keluarganya.
3. U : Uraikan
Uraikan kepada klien mengenai pilihannya dan beritahu apa
pilihan reproduksi yang paling mungkin, termasuk pilihan
beberapa jenis kontrasepsi.
4. Tu : Bantu
Bantulah klien menentukan pilihannya, bantulah klien berfikir
mengenai apa yang paling sesuai dengan keadaan dan
kebutuhannya.
5. J : Jelaskan
Jelaskan secara lengkap bagaimana menggunakan kontrasepsi
pilihannya setelah klien memilih jenis kontrasepsinya, jika
diperlukan perlihatkan alat/obat kontrasepsinya, jelakan cara
penggunaannya.
6. U : Kunjungan Ulang
Bicarakan dan buatlah perjanjian kapan klien akan kembali
untuk melakukan pemeriksaan atau permintaan kontrasepsi jika
dibutuhkan. Perlu juga selalu mengingatkan klien untuk kembali
apabila terjadi suatu masalah
d. Persetujuan Tindakan Medis (Informed Consent)
Kontrasepsi yang dipilih memerlukan tindakan medis, surat
persetujuan tindakan medis diperlukan. Informed Consent adalah
persetujuan yang diberikan oleh klien atau keluarganya atas dasar
13
informasi dan penjelasan mengenai tindakan medis yang akan dilakukan
terhadap klien tersebut.
Tindakan medis yang mengandung resiko harus dengan
persetujuan tertulis yang ditandatangani oleh yang berhak memberikan
persetujuan, yaitu klien yang bersangkutan dalam keadaan sadar dan
sehat mental. Sesudah calon peserta dan pasangannya menandatangani
informed consent pelayanan kontrasepsi baru dilakukan. Pada halaman
belakang lembar persetujuan tindakan medis terdapat catatan tindakan
dan pernyataan oleh dokter/bidan/perawat yang melakukan tindakan
(Affandi,2011).
2. Asuhan kebidanan pada akseptor KB
Dokumentasi adalah kebidanan pad ibu / akseptor keluarga berencana
(KB) merupakan bentuk catatan dari asuhan kebidanan yang diberikan pada
ibu yang akan melaksanakan pemakian KB atau calon akseptor KB, seperti
pil, suntik ,implant , metode operassi pria (MOP) dan lain sebagainya .
Beberapa teknik penulisan dalam dokumentasi asuhan kebidanan pada
akseptor KB antara lain :
1) Mengumpulkan Data Data yang dikumpulkan pada akseptor antara lain
identitas pasien, keluhan utama tentang keinginan menjadi akseptor ,
riwayat kesehatan sekarang, riwayat kesehtana dahulu , riwayat
kesehatan keluarga , riwayat menstruasi (bagi akseptor wanita ), riwayat
perkawinan,riwayat KB,riwayat obsestri, keadaaan psikologis ,pola
kebiasaan sehari-hari ; riwayat sosial, budaya,dan ekonomi ,
pemeriksaan fisik dan penunjang .
2) Melakukan intrepestasi data Interprestasi data dasar yang akan
dilakukan adalah berasal dari beberapa data yang ditemukan pada saat
pengkajian ibu/akseptor KB.
3) Melakukan identifikasi diagnosis atau masalah potensial dan
mengantisipai penanganannya.
Beberapa hasil dari interprestasi data dasar dapat digunakan dalam
mengidentifikasi diagnosis atau masalah potensial kemungkinanan
sehingga ditemukan beberapa diagnosis atau masalah potensial ibu atau
14
akseptor KB seperti ibu ingin menjadi akseptor KB pil dengan antisipasi
masalah potensial, seperti potensial terjadinya peningkatan berat badan,
potensial fluor albus meningkat, obesitas, mual dan pusing.
4) Menetapkan kebutuhan
terhadap tindakan segera atau masalah potensial pada ibu atau
akseptor KB Langkah ini dilakukan untuk mengantisipasi dan
melakukan konsultasi dan kolaborasi dengan kesehatan lain berdasarkan
kondisi pasien seperti kebutuhan KIE ( komunikasi, informasi dan
edukasi )
5) Menyusun rencana asuhan yang menyeluruh
Rencana asuhan menyeluruh pada ibu atau akseptor KB yang
dilakukan sebagaimana contoh berikut : apabila ibu adalah akseptor KB
pil , maka jelaskan tentang pengertian dan keuntungan KB pil , anjurkan
menggunakan pil secara teratur dan anjurkan untuk periksa secara dini
bila ada keluhan.
6) Melaksankan perencanaan Pada tahap ini dilakukan rencana asuhan
kebidanan menyeluruh yang dibatasi oleh standar asuhan kebidanan
pada ibu / akseptor KB
7) Evaluasi
Evaluasi pada ibu / akseptor KB dapat menggunakan bentuk SOAP
sebagai berikut:
S : Data subjektif , berisi tentang data dari pasien melalui anamesis
(wawancara) yang merupakan ungkapan langsung tentang keluhan atau
masalah KB
O : Data objektif , data yang diapat dari hasil observasi melalui
pemeriksaaan fisik sebelum atau selama pemakaian KB
A : Analisis dan interprestasi , berdasarkan data yang terkumpul
kemudian dibuat kesimpulan meliputi diagnosis , antisipassi diagnosis
atau masalah potensial , serta perlu tidaknya tindakan segera
P : Perencanaan , merupakan rencana dari tindakan yang akan diberikan
termasuk asuhan mandiri , kolaborasi , tes diagnosis atau laboratorium ,
serta konseling untuk tindak lanjut.
15
C. Pendokumentasian Kebidanan
1. VARNEY Menurut Helen Varney,proses manajemen kebidanan terdiri dari
7 langkah yang berurutan yaitu :
1) Langkah I : Pengumpulan data dasar
Pada langkah ini, kegiatan yang dilakukan adalah pengkajian
dengan mengumpulkan semua data yang diperlukan untuk
mengevaluasi klien secara lengkap. Data yang dikumpulakan antar lain:
a. Keluhan pasien
b. Riwayat kesehatan klien
c. Pemeriksaan fisik secara lengkap sesuai dengan kebutuhan
d. Meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya e. Meninjau data
laboratorium. Pada langkah ini, dikumpulkan semua informasi yang
akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Pada
langkah ini, bidan mengumpulkan data dasar awal secara lengkap.
2) Langkah II : Interpretasi data dasar
Pada langkah ini, kegiatan yang dilakukan adalah
menginterpretasikan semua data dasar yang telah dikumpulkan sehngga
ditemukan diagnosis atau masalah.
Diagnosis yang dirmuskan adalah diagnosis dlam lingkup praktik
kebidanan yang tergolong pada nomenklatur standart diagnosis,
sedangkan perihal yang berkaitan dengan penglaman klien ditemukan
dari hasil pengkajian.
3) Langkah III : Identifikasi diagosis / Masalah potensial
Pada langkah ini, kita mengidentifikasi masalah atau diagnosis
potensial lain berdasarkan rangkaian diagnosis dan masalah yang sudah
teridentifikasi.Berdasarkan temuan tersebut, bidan dapat melakukan
antisipasi agar diagnosis/maslah tersebut tidak terjadi. Selain itu, bidan
harus siap-siap apabila diagnosis atau masalah tersebut benar-benar
terjadi. Contoh diagnosis/masalah potensial :
a. Potensial perdarahan postpartum, apabila diperoleh data ibu hami
kembar, poli hidramnion, hamil besar akiat menderita diabetes.
16
b. Kemungkinan distosia bahu, apabila data yang ditemukan adalah
kehamilan besar.
4) Langkah IV : Identifikasi kebutuhan yang memerlukan penanganan
segera
Pada langkah ini, yang dilakukan bidan adalah mengidentifikasi
perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter untuk dikonsultasikan
atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan lain sesuai dengan
kondisi klien. Ada kemungkinan, data yang kita peroleh memerlukan
tindakan yang segera dilakukan oleh bidan, sementara kondisi yang lain
masih bisa menunggu beberapa waktu lagi. Contohnya pada kasus-
kasus kegawat daruratan kebidanan, seperti perdarahan yang
memerlukan tindakan KBI dan KBE.
5) Langkah V : Perencanaan asuhan yang menyeluruh
Pada langkah ini, direncanakan asuhan yang menyeluruh yang
ditentukan berdasarkan langkah-langkah sebelumnya. Rencana asuhan
yang menyeluruh tidak hanya meliputi hal yang sudah teridentifikasi
dari kondisi klien dan setiap masalah yang berkaitan, tetapi dilihat juga
dari apa yang akan diperkirakan terjadi selanjutnya, apakah dibutuhkan
konseling dan apakah perlu merujuk klien. Setiap asuhan yang
direncanakan harus disetujui oleh kedua belah pihak, yaitu bidan dan
pasien.
6) Langkah VI : Pelaksanaan
Pada langkah ke enam ini, kegiatan yang dilakukan adalah
melaksanakan rencana asuhan yang sudah dibuat pada langkah ke-5
secara aman dan efisie. Kegiatan ini bisa dilakukan oleh bidan atau
anggota tim kesehatan yang lain. Jika bidan tidak melakukan sendiri,
bidan tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan
pelaksanaannya.
Dalam situasi ini, bidan harus berkolaborasidengan tim kesehatan
lain atau dokter. Dengan demikian, bidan harus bertanggung jawab atas
17
terlaksananya rencana asuhan yang menyeluruh yang telah dibuat
bersama tersebut.
7) Langkah VII : Evaluasi Pada langkah terakhir ini, yang dilakukan oleh
bidan adalah :
a. Melakukan evaluasi keefektifan asuhan yang sudah diberikan, yang
mencakup pemenuhan kebutuhan, untuk menilai apakah sudah
benar-benar terlaksana/tepenuhi sesuai dnegan kebutuhan yang telah
teridentifikasi dalam masalah dan diagnosis.
b. Mengulang kembali dari awal kembali stiap asuhan yang tidak
afektif untuk megetahui mengapa proses manajemen ini tidak
efektif. (Mangkuji, dkk 2013)
18
BAB III
TINJAUAN KASUS
No. RM : 0003478
Tanggal masuk : 25 Januari 2023
Tanggal & jam pengkajian : 25/ 14.10 WIB
Nama pengkaji : Penyusun
A. IDENTITAS
B. DATA SUBJEKTIF
1. Alasan datang ke RS/Klinik
Ibu mengatakan ingin menggunakan kontrasepsi suntik 3 setelah
melahirkan anak ke 1 pada tanggal Desember 2022
2. Keluhan utama
Ingin menggunakan kb suntik 3 bulan
19
3.1 Riwayat Menstruasi
3.2.1. Menarche : 14 thn
3.2.2. Siklus : 28 hari
3.2.3. Lamanya : 7 hari
3.2.4. Banyaknya : 2-3 kali ganti pembalut
3.2.5. Dismenorhoe : keram pada perut
3. Riwayat Pernikahan : ibu mengatakan perkawinan sah,usia
menikah
25 tahun
4. Riwayat Obstetri : Mempunyai 1 anak hidup
5. Riwayat Kontrsepsi : Ibu mengatakan belum pernah
menggunakan
alat kontra sepsi
6. Riwayat Kesehatan : Tidak ada penyakit yang lalu dan sekarang
3.6.1. Riwayat kesehatan sekarang : Tidak Ada
3.6.2. Riwayat kesehatan yang lalu : Tidak Ada
3.6.3. Riwayat kesehatan keluarga : Tidak Ada
7. Pola Nutrisi : Makan : 4 X/hari (teratur /tidak teratur)
Pantang makan : Tidak Ada
Minum :. Tidak Ada
8. Pola Eliminasi : BAB : 2 X/hari
BAK : 6 X/hari
Masalah : .Tidak Ada
9. Pola Tidur : Malam : 6 Jam
Siang : 1 Jam
Masalah : sering terbangun tengah malam karna
menyusui
10. Data psikososial spiritual : Ibu tidak ada gangguan pisikologi
C. DATA OBJEKTIF
20
1. Kesadaran : Compoas Mentis
2. Tanda-tanda Vital
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 82 X/mnt
Suhu : 36,2`C X/mnt
Respirasi : 22 X/mnt
Berat Badan : 61 Kg
Tinggi Badan : 154 Cm
Rambut : Bersih
Wajah : Bersih
Mata : Konjungtiva :Tidak Pucat
Sclera : Tidak Ikterus
Penglihatan : Jelas
Telinga : Bersih
Hidung : Bersih
Mulut : Bersih
Leher : Tidak Ada Kelainan
3. Thorax
Dada : Bentuk simetri : Ya
Mamae : Bentuk simetris : Ya
Puting Susu : Menonjol
Benjolan : Tidak ada
Ekskresi :
Paru-paru : Tidak ada mur-mur
Jantung : Tidak ada ronch
4. Abdomen
Bentuk : Simetris
21
Bekas luka : Ada bekas operasi
5. Genetalia : tidak dilakukan
6. Ekstremitas
Oedema :Tidak Ada
Varises : Tidak Ada
Refleks Patela : -
Kuku : Bersih .
7. Pemeriksaan Penunjang : Tidak Ada
E. PENATALAKSANAAN
a. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan
TD : 120/80 mmHg
RR : 22 x/menit
Suhu : 36,20C
pols : 82 x/menit
Ibu sudah mengetahui tentang keadaannya.
b. Menginformasikan kepada ibu tentang KB yang akan digunakan. Ibu
telah memilih suntik KB 3 bulan
c. Memberitahu ibu bahwa ibu akan disuntik KB 3 bulan (Depo
Progesteron) secara IM dibagian bokong ibu. Ibu bersedia disuntik.
d. Menganjurkan ibu kembali apabila ada keluhan dan suntik ulang pada
tanggal Ibu sudah mengerti dan bersedia datang kembali untuk
mendapatkan suntikan ulang.
e. Menjelaskan kepada ibu tentang efek kontrasepsi suntik 3 bulan
menggunakan leaflet, diantaranya :
1. Gangguan haid
22
2. Penambahan berat badan disebabkan nafsu makan meningkat
dikarenakan hormone progesterone merangsang pusat pengendalian
nafsu makan di hipotalamus
3. Terlambatnya kembali kesuburan setelah pemakaian
4. Pada penggunaan jangka panjang menurunkan libido, jerawat, dan
menurunkan kepadatan tulang “ibu mengerti tentang efek samping
kontrasepsi suntik 3 bulan
23
BAB IV
PEMBAHASAN
24
compos mentis, tinggi badan pasien 1564cm, berat badan awal saat ini adalah
61 kg, berat badan pada saat awal pemakaian 56 kg. Tanda–tanda vital pasien
meliputi tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 80x/menit, suhu 36,2oC, respirasi
22 x/menit.
3. Analisis Data
Dari hasil pengkajian data subjektif dan data objektif didapatkan diagnosa
pada kasus ini adalah Ny. A P1A0 umur 26 tahun akseptor kontrasepsi suntik 3
bulan.
4. Penatalaksanaan
Dilakukan penyuntikan KB suntik 3 bulan kepada Ny. A pada tanggal 25
januari 2023, setelah dilakukan penyuntikan penulis memberitahu kepada ibu
untuk kembali tanggal 20 April 2023 untuk penyuntikan 3 bulan kemudian.
Memberitahu kepada Ny. A untuk tidak lupa tanggal kebali untuk melakukan
penyuntikan ulang dan apabila ibu merasakan keluhan dianjurkan untuk datang
ke klinik.
5. Evaluasi
Efek samping dari kontrasepsi suntik salah satunya adalah kenaikan berat
badan. Kenaikan berat badan ini banyak faktor yang mempengaruhi diantaranya
karena hormon progesterone yang terkandung dalam kontrasepsi, faktor
genetik, aktivitas fisik, pola makan, dan psikis( Harahap,2015). Pada akseptor
Kontrasepsi suntik 3 bulan akan mengalami kenaikan berat badan rata-rata
antara 1-5 kg pada tahun pertama pemakaian, selanjutnya Rata-rata tiap tahun
naik antara 2,3-2,9 kg meskipun penyebab pertambahan tidak terlalu jelas dan
nampaknya terjadi karena bertambahnya lemak dalam tubuh, kurangnya
olahraga, serta asupan makanan yang berlebihan(Rahmawati,2014).
25
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Telah dilakukan pengolahan data secara subjektif pada Ny Y akseptor baru
KB suntik 3 bulan di Klinik Siaga Medika.
2. Telah dilakukan pengolahan data secara objektif pada Ny Y akseptor baru
KB suntik 3 bulan di Klinik Siaga Medika.
3. Telah dilakukan analisa data pada Ny Y akseptor baru KB suntik 3 bulan di
Klinik Siaga Medika.
4. Telah dilakukan penatalaksanaan asuhan kebidanan pada Ny Y akseptor
baru KB suntik 3 bulan di Klinik Siaga Medika.
B. Saran
1. Bagi Mahasiswa
Sebaiknya melakukan penelitian analisa yang lebih bermanfaat dan yang
berbeda sebagai sumber informasi yang akurat tentang KB suntik 3 bulan.
2. Bagi Klien
Diharapkan klien mampu menerapkan asuhan kebidanan KB suntik 3
bulan yang sudah diberikan.
3. Bagi Lahan Praktik
Diharapkan mampu memberkan Asuhan Kebidanan secara continuity
care kepada semua klien yang ingin mendapatkan suntik KB 3 bulan di
Klinik Siaga Medika.
26
DAFTAR PUSTAKA