KELOMPOK - 3 - REG - B - MANAJEMEN - NYERI - PERSALINAN - FIx BGT
KELOMPOK - 3 - REG - B - MANAJEMEN - NYERI - PERSALINAN - FIx BGT
Dosen:
Disusun Oleh :
Kelompok 3 Reguler B
Puji syukur kehadirat Allah SWT Karena atas berkat dan rahmat-Nya kami masih
diberi Kesehatan sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini
berjudul “Manajemen Nyeri pada persalinan” disusun untuk memenuhi tugas kelompok dari
mata kuliah Maternitas.
Kami menyadari nahwa makalah ini, tidak lah sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang bersifat membangun sangat penyusun harapkan demi kesempurnaan makalah
dimasa akan datang.
Semoga makalah ini, dapat bermanfaat bagi para mahasiswa khususnya pada
masyarakat umum. Dan semoga makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan untuk menambah
ilmu pengetahuan para mahasiswa, masyarakat, dan pembaca lainnya
1
SISTEMATIKA PENULISAN
Cover terdiri dari Judul Makalah, Logo Instansi Kampus, Dosen pengampu, Nama kelompok
beserta NIM, Alamat instansi kampus, Tahun ajaran.
BAB II Teori Manajemen nyeri persalinan terdiri dari Konsep Nyeri Persalinan,
Manajemen nyeri persalinan, Konsep teori
BAB III Asuhan Keperawatan Manajemen Nyeri persalinan terdiri dari Pengkajian
Keperawatan, Analisa data Keperawatan, Intervensi Keperawatan
2
DAFTAR ISI
Cover
KATA PENGANTAR.................................................................................................1
SISTEMATIKA PENULISAN..................................................................................2
DAFTAR ISI................................................................................................................3
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang..................................................................................................4
B. Rumusan Masalah ............................................................................................6
C. Tujuan...............................................................................................................6
BAB II Teori Manajemen nyeri persalinan
A. Konsep Nyeri Persalinan...................................................................................7
B. Manajemen nyeri persalinan...........................................................................12
C. Konsep teori....................................................................................................18
BAB III Asuhan Keperawatan Manajemen Nyeri persalinan
A. Konsep Asuhan Keperawatan.........................................................................19
1. Pengkajian Keperawatan...........................................................................19
a. Anamnesa............................................................................................19
b. Pemeriksaan Fisik...............................................................................20
2. Diagnosa Keperawatan.............................................................................22
a. Analisa data keperawatan.................................................................22
b. Rumusan diagnosa keperawatan.......................................................23
3. Intervensi Keperawatan............................................................................24
BAB IV Penutup
A. Kesimpulan.....................................................................................................27
Daftar Pustaka
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Persalinan suatu peroses alami dimana terjadi dilatasi servik, lahirnya bayi dan
plasenta dari rahim ibu secara pervagina. Persalinan menimbulkan rasa nyeri. Nyeri
persalinan yang tidak tertangani dengan tapat dapat menyababkan kecemasan sehingga
produksi hormon adrenalin meningkat serta adanya vasokonstriksi yang dapat
menyebabkan menurunnya aliran darah ke janin. Sehingga oksigen ke uterus akan
mengalami penurunan aliran darah serta adanya iskemia jaringan dapat mengakibatkan
hipoksia pada janin dan akan mengalami proses persalinan lama serta impuls nyeri
semakin banyak, selain itu dampak dari nyeri dapat menimbulkan terjadinya hiperventilasi
yang menyebabkan kebutuhan oksigen meningkat sehingga tekanan darah meningkat dan
pesalinan yang lebih berat dan lama dapat menyebabkan kematian ibu (Kemenkes RI,
2013).
Nyeri persalinan disebabkan oleh munculnya kontraksi peregangan servik pada waktu
membuka, sehingga terjadi dilatasi penipisan servik dan iskemia rahim akibat kontraksi
arteri miometrium. Rasa nyeri pada persalinan terjadi pada awal persalinan sampai
pembukaan lengkap dan berlangsung 12-18 jam, dilanjutkan kala pengeluran janin sampai
pengeluaran plasenta. Rasa nyeri dapat dipengaruhi oleh kelelahan, keletihan, .kecemasan
dan rasa takut (Sukmaningtyas & Windiarti, 2016)
Menurut World Health Organization (2017) setiap tahun sejumlah 358.000 ibu
meninggal saat bersalin dimana 358.000 (99%) berasal dari negara berkembang. Angka
Kematian Ibu di Negara berkembang merupakan peringkat tertinggi dengan 280 kematian
ibu per 100.000 kelahiran hidup jika dibandingkan dengan Angka Kematian Ibu di negara
maju yaitu 11 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup.
Di Indonesia, angka kematian ibu bersalin sebanyak 800 perhari dari 289.000 ibu
melahirkan, dimana penyebab kematian ibu antara lain 60% perdarahan, 40% persalinan
lama, dan 20% komplikasi lainya. Hasil peneliti (Yulriana 2014) Rumah Sakit Arifin
Ahmad Pekanbaru dimana ditemukan adanya peningkatan kasus persalinan lama sebanyak
32 kasus ditahun 2013 dan pada tahun 2014 bertambah menjadi 24 kasus yang di sebabkan
oleh ibu seperti his. Berdasarkan hasil survei data yang dilakuan peneliti dari Praktek
Mandiri Bidan (PMB) bidan Yulismita, SST. Dari bulan januari-desember 2021
4
didapatkan jumlah ibu bersalin sebanyak 46 orang, dari 46 orang ibu bersalin rata-rata
mengalami nyeri persalinan kali 1
Nyeri persalinan adalah nyeri yang disebabkan oelh munculnya kontraksi otot-otot
uterus, hipoksia dari otot-otot yang mengalami kontraksi, pergelangan serviks pada waktu
membuka, iskemia, korpus uteri, dan peregangan segmen bawah rahim. Sebagian besar
ibu bersalin mengalami nyeri bersalin, ibu primigravida akan mengalami nyeri selama
persalinan dengan sekala rata-rata 8,83 (Rahayu, 2013). Penelitian di Amerika Serikat
mendapatkan 70%-80% wanita yang melahirkan mengharapkan persalinan berlangsung
tanpa nyeri dan sakit. Penelitian yang dilakukan oleh Karlina pada tahun (2015),
menyatakan bahwa nyeri persalinan ringan terjadi pada 15% kasus, nyeri sedang 35%,
nyeri berat 30% dan nyeri ekstrem terjadi pada 20% kasus, yang mana nyeri ekstrem
dirasakan oleh ibu primigravida.
Manajemen nyeri persalinan yang digunakan yaitu terapi non farmakologis seperti
teknik relaksasi, massage, akupresur, akupunktur dan kompres panas atau dingin. Ibu
intranatal tidak diperbolehkan mengkonsumsi obat pereda nyeri dikarenakan bisa
berdampak negatif pada janin, termasuk mempengaruhi tumbuh kembang janin dalam
kandungan dan meningkatkan resiko terjadinya kelainan bawaan lahir. terapi non
farmakologis sangat dibutuhkan ibu intranatal, yang dimana salah satu cara untuk
menghilangkan rasa lelah pada tubuh, memperbaiki sirkulasi darah, merangsang tubuh
untuk mengeluarkan racun, serta meningkatkan kesehatan pikiran serta membantu ibu
merasa lebih segar, rileks, dan nyaman selama persalinan (Sukmaningtyas & Windiarti,
2016).
Berbagai upaya dilakukan untuk menurunkan nyeri pada persalinan,baik secara
farmakologi maupun non-farmakologi. Metode farmakologi terdiri dari analgesia (inhalasi
dan opioid) dan analgesia/anestesia regional (anestesia spinal dan analgesia epidural),
sedangkan metode non farmakologi terdiri dari relaksasi, hipnoterapi, imajinasi, deep back
massage, musik, akupuntur, transcutaneous electrical nerve stimulation (TENS),
hidroterapi, serta posisi, postur dan ambulasi. Metode non-farmakologi juga dapat
meningkatkan kepuasan selama persalinan, karena ibu dapat mengontrol perasaannya dan
kekuatannya. Relakasasi, teknik pernafasan, pergerakan dan perubahan posisi, Deep back
massage, hidroterapi, terapi panas/dingin, music, guided imagery, akupresur, aromaterapi
merupakan beberapa teknik nonfarmakologi yang dapat meningkatkan kenyamanan ibu
saat bersalin dan mempunyai pengaruh pada koping yang efektif terhadap pengalaman
persalinan (Arifin, 2008 dalam Maita 2016).
5
Peran perawat maternitas dalam mengatasi masalah nyeri persalinan pada ibu
primigravida adalah mengajarkan ibu untuk melakukan teknik nafas dalam sambil perawat
melakukan teknik terapi su-jok jika nyeri sedang berlangsung untuk mengurangi rasa
nyeri. melakukan asuhan dengan cara menjaga dan mempertahankan komunikasi baik itu
pada pasien ataupun keluarga pasien, menginformasikan perkembangan ibu selama proses
persalinan, membantu proses persalinan sampai selesai kemudian perawat mengevaluasi
skala nyeri dengan mneggunakan numeric rating scale (NRS) serta memberikan asuhan
keperawatan untuk menjaga kesehatan ibu dan bayi serta mencegah terjadinya komplikasi
pasca persalinan.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksut dengan nyeri persalinan?
2. Bagaimana manajemen nyeri persalinan ?
3. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada manajemen nyeri persalinan ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui tentang nyeri persalinan
2. Untuk mengetahui manajemen nyeri persalinan
3. Untuk mengatahui asuhan keperawatan pada manajemen nyeri persalinan.
6
BAB II TEORI
MANAJEMEN NYERI PERSALINAN
3. Klasifikasi Nyeri
Klasifikasi nyeri dibagi menjadi dua yaitu nyeri secara umum dan nyeri dalam
persalinan sebagai berikut :
a. Klasifikasi nyeri secara umum, antara lain adalah
1) Nyeri akut yaitu nyeri yang timbul segera setelah rangsangan dan hilang
setelah penyembuhan.
2) Nyeri kronik yaitu nyeri yang menetap selama lebih dari 3 bulan
walaupun proses penyembuhan sudah selesai (Setyohadi, dkk, 2007).
b. Klasifikasi nyeri persalinan dibagi beberapa nyeri yaitu :
1. Nyeri Viseral bersifat lambat dalam yang tidak terlokalisir. Implus nyeri
selama kala I pada persalinan di trasmisi melalui T11-T12 segment saraf
spinal dan bagian bawah thorak dan bagian atas lumbal saraf simpatis,
dimana uterus dan serviks terjadi pada kala I akibat dari kontraksi uterus
dan pembukaan serviks. Lokasi nyeri ini meliputi bagian segmen abdomen
dan menjalar kedaerah lumbal bagian belakang dan turun sampai dengan
paha.
2. Nyeri somatic bersifat lebih cepat dan tajam menusuk dan lokasi jelas.
Implus nyeri pada kala II ditransmisi melalui S1-S2 saraf spina dan
parasimpatis dari jaringan perinal. Nyeri ini pada akhirnya kala I dan
selama kala II yang merupakan akibat dari penurunan kepala janin yang
8
menekan jaringan - jaringan maternal dan tarikan perinium dan
Utercocervical selama kontraksi.
3. pain nyeri selama kala II dimana uterus mengecil, sobek dari hasil
distensi dan laserasi dari serviks, vagina dan jaringan perinal nyeri yang
dirasakan seperti awal kala I dan kala II (Judha,2012)
4. Respon fisiologis Respon.
Bersamaan dengan naiknya impuls-impuls nyeri ke medula spinalis hingga
mencapai batang otak dan talamus, maka sistem saraf otonom menjadi terstimulus
sebagai bagian dari respon stres. Nyeri dengan intensitas rendah sampai nyeri
superfisial menimbulkan reaksi fight or fligt terhadap sindrom adaptasi general.
Stimulasi dari cabang simpatis pada sistem saraf otonom mengakibatkan respon
fisiologis. Apabila nyeri terus berlanjut, semakin berat dan dalam, biasanya
melibatkan organ organ viseral dan dapat menyebabkan perubahan tanda vital
(Potter &Perry, 2010).
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri
Menurut Hidayat (2006) Faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri Faktor yang
mempengaruh nyeri :
a. Kontraksi otot rahim
Kontraksi otot rahim menyebabkan dilatasi dan penipisan servik serta iskemia
Rahim akibat kontraksi arteri myometrium. Karena Rahim merupakan organ
internal maka nyeri yang timbul merupakan organ internal maka nyeri yang
timbul disebut nyeri visceral. Pada persalinan nyeri alih dapat dirasakan pada
punggung bagian bawah dan sacrum biasanya ibu hanya mengalami rasa nyeri
ini hanya selama kontrasksi dan bebas dari rasa nyeri pada interval antar
kontraksi.
b. Regangan otot dasar panggul
Jenis nyeri ini timbul pada saat mendekati kala II. Tidak seperti nyeri visceral,
nyeri ini terlokalisir di daerah vagina, rectum dan perineum, sekitar anus.
Nyeri kenis ini disebut nyeri somatic dan disebabkan peregangan struktur jalan
lahir bagian bawah akibat peniruan bagian terbawah janin.
c. Episiotomi
Pada pereistiwa episiotomi nyeri yang dirasakan apabila ada tindakan
episiotomi, tindakan ini dilakukan sebelum jalan lahir mengalami laserasi
maupun ruptur pada jalan lahir
9
d. Kondisi psikologis
Nyeri dan rasa sakit yang berlebihan akan menimbulkan rasa cemas. Takut,
cemas dan tegang memicu produksi hormone prostalglandin sehingga timbul
stress. Kondisi stress dapat mempengaruhi kemampuan tubuh menahan rasa
nyeri (Judha,2012)
6. Instensitas Nyeri
Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri dirasakan
oleh individu. Pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan individual dan
kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan sangat berbeda oleh dua
orang yang berbeda. Pengukuran nyeri dengan pendekatan objektif yang paling
mungkin adalah menggunakan respon fisiologik tubuh terhadap nyeri itu sendiri.
Namun, pengukuran dengan teknik ini juga tidak dapat memberikan gambaran pasti
tentang nyeri itu sendiri. Menurut Smeltzer, S.C & Bare B.G (2002) skala intensitas
nyeri adalah berikut :
1) Skala Intensitas Nyeri Deskritif
10
Skala pengukur nyeri VAS merupakan skala berupa garis lurus dengan
panjang biasanya 10 cm. Interpretasi nilai VAS 0-3 merupakan nyeri ringan,
4-6 merupakan nyeri sedang dan 7-9 adalah nyeri berat dan 10 adalah nyeri
terberat
11
relaks
Aktivitas Berbaring, Menggeliat, Menekuk,kaku
posisi normal, menaikan atau menghentak
mudah punggung dan
bergerak maju, menegang
Menangis Tidak Merintih atau Menangis keras,
menangis merengek,kadang- berpekik atau
(saat bangun kadang mengeluh sedu sedan,
maupun tidur) sering mengeluh
Hiburan Isi, relaks Kadang- kadang Kesulitan untuk
hati tentram menghibur atau
dengan sentuhan, kenyamanan
memeluk
berbicara untuk
mengalihkan
perhatian
Total skor 0 – 10
2) Distraksi
Distraksi adalah mengarahkan perhatian klien kepada suatu hal lain selain nyeri,
dengan demikian mengurangi kesadaranya terhadap nyeri. Distraksi dilakukan
dengan cara melakukan aktivitas yang disukai oleh klien, tentunya aktivitas
yang tidak berat agar tidak memperparah nyeri. Dengan stimulus sensorik yang
cukup, seseorang dapat mengabaikan atau tidak menyadari akan adanya nyeri.
Distraksi dapat dilakukan dengan cara mendengarkan musik yang disukai oleh
pasien untuk mendapatkan efek terapeutik, atau pasien bernyanyi, bermain game
ringan dan memainkan alat musik. Penelitian telah membuktikan bahwa teknik
distraksi mampu mengurangi ketidaknyamanan akibat dari nyeri (Potter &
Perry, 2010).
3) Stimulasi kutaneus
Stimulasi kutaneus adalah stimulasi pada kulit yang dapat membantu
mengurangi nyeri, karena menyebabkan pelepasan endorfin sehingga klien
memiliki rasa kontrol terhadap nyerinya. Masase atau pijatan (Deep Back
Massage), pemberian sensasi hangat dan dingin dapat mengurangi nyeri dan
14
memberikan kesembuhan. Contoh stimulasi kutaneus lainnya adalah
transcutaneus electrical nerve stimulation (TENS) meliputi menstimulasi kulit
dengan arus elektrik ringan berjalan melewati elektroda eksternal. TENS sangat
efektif untuk mengontrol nyeri post pembedahan dan tindakan procedural
(Potter & Perry, 2010)
4) Herbal
Kebanyakan masyarakat Indonesia menggunakan herbal,namun penggunaannya
belum sesuai dosis yang tepat sehingga pengobatan menggunakan herbal kurang
dianjurkan. Apabila akan menggunakan herbal, harus dikonsultasikan terlebih
dahulu dengan tenaga kesehatan ahli agar tidak mengganggu bekerjanya obat di
dalam tubuh namun justru membantu kesembuhan. Salah satu herbal yang dapat
digunakan adalah ekstrak chamomile. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di
Jerman, ekstrak chamomile yang mengandung flavonoid mampu menurunkan
skala nyeri dan juga perdarahan (Potter &Perry, 2010).
5) Massage
a) Pengertian Massage
Massage adalah tindakan penekanan oleh tangan pada jaringan lunak,
biasanya otot tendon atau ligamen, tanpa menyebabkan pergeseran atau perubahan
posisi sendi guna menurunkan nyeri, menghasilkan relaksasi, dan/atau meningkatkan
sirkulasi. Gerakan-gerakan dasar meliputi gerakan memutar yang dilakukan oleh
telapak tangan, gerakan menekan dan mendorong kedepan dan kebelakang
menggunakan tenaga, menepuk- nepuk, memotong-motong, meremas-remas, dan
gerakan meliuk-liuk. Setiap gerakan gerakan menghasilkan tekanan, arah, kecepatan,
posisi tangan dan gerakan yang berbeda-beda untuk menghasilkan efek yang di
inginkan pada jaringan yang dibawahnya (Henderson, 2010).
Salah satu metode yang sangat efektif dalam menanggulanginya adalah dengan
massage yang merupakan salah satu metode nonfarmakologi yang dilakukan untuk
mengurangi nyeri persalinan. Dasar teori massage adalah teori gate control yang
dikemukakan oleh Melzak dan Wall, Teori ini menjelaskan tenteng dua macam
serabut syaraf berdiameter kecil dan serabut berdiameter besar yang mempunyai
fungsi yang berbeda. Bidan mempunyai andil yang sangat besar dalam mengurangi
nyeri nonfarmakologi. Intervensi yang termasuk dalam pendekatan nonfarmakologi
adalah analgesia psikologis yang dilakukan sejak awal kehamilan, relaksasi, massage,
stimulasi kuteneus, aroma terapi, hipnotis, akupuntur dan yoga (Gadysa, 2009)
15
b) Metode Massage
Merupakan salah satu metode nonfarmakologi yang dilakukan untuk
mengurangi rasa nyeri persalinan. Impuls rasa sakit yang dibawah oleh saraf yang
berdiameter kecil menyebabkan gate control dispinal cord membuka dan impuls
diteruskan ke korteks serebral sehingga akan menimbulkan rasa sakit. Tetapi impuls
rasa sakit ini dapat diblok yaitu dengan memberikan rangsangan pada saraf yang
berdiameter besar yang menyebabkan gate control akan tertutup dan rangsangan sakit
tidak dapat diteruskan ke korteks serebral. Beberapa macam massage yang dapat
dilakukan untuk merangsang saraf yang berdiameter besar yaitu :
1) Metode Effluerage
Metode effleurage memperlakukan pasien dalam posisi atau setengah duduk,
lalu letakkan kedua telapak tangan pada perut dan secara bersamaan digerakkan
melingkar kearah pusat kesimpisis atau dapat juga menggunakan satu telapak
tangan dengan gerakkan melingkar atau satu arah. Cara ini dapat dilakukan
langsung oleh pasien.
16
3) Abdominal Lifting
Abdominal lifting memperlakukan pasien dengan cara membaringkan pasien
pada posisi terlentang dengan posisi kepala agak tinggi. Letakkan kedua
telapak tangan pada pinggang belakang pasien, kemudian secara bersamaan
lakukan usapan yang berlawanan kearah puncak perut tanpa menekan kearah
dalam, kemudian ulangi lagi. Begitu seterusnya (Gadysa, 2009)
17
C. Konsep Teori
Faktor yang
Faktor yang Proses mempengaruhi nyeri
mempengaruhi Persalinan persalinan
persalinan 1. Kala I 1. Kontraksi Otot
1. Power 2. Kala II Rahim
2. Passanger 3. Kala III 2. Regangan otot dasar
3. Passage 4. Kala IV panggul
4. Psiklogi 3. Episiotomi
5. Penolong 4. Keadaan otot panggul
Intensitas Nyeri
Mengurangi
nyeri Pendekatan
persalinan nonfarmakologi
1. Distraksi
2. Relaksasi
3. Massage
4. Herbal
18
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
MANAJEMEN NYERI PERSALINAN
A. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Anamnesa
No Anamnesa Hasil anamnesa
1 Identitas klien nama, umur, agama, suku bangsa, pendidikan,
pekerjaan, status perkawinan, lamanya perkawinan,
dan alamat. Usia ibu dalam kategori
usia subur (15-49 tahun).
2 Keluhan utama Biasanya klein mengeluh sakit pinggang pada
awal-awal kontraksi,
3 Riwayat penyakit Usia kehamilan 37-42 minggu, klien mengeluh sakit
sekarang perut dan keluar lender bercampur pada pemeriksaan
dalam serviks mendatar dan
pembukaan telah ada
4 Riwayat penyakit Perlu dikaji adanya riwayat penyakit dalam
5 Keluarga keluarga yang dapat memperburuk kondisi klien
saat persalinan
6 Spiritual Biasanya klien sering melakukan aktifitas seperti
beribadah meskipun kondisi fisik terganggun
seperti biasanya
7 Perilaku yang Klien mengeluh sakit oleh adanya his yang datang
mempengaruhi lebih kuat, sering dan teratur keluar lender dan
Kesehatan bercampur darah
8 Riwayat Kehamilan perlu dikaji untuk mengetahui apakah ibu resti atau
tidak, meliputi : Hari Pertama Haid Terakhir
(HPHT), Hari Perkiraan Lahir (HPL), Keluhan-
keluhan pada trimester I,II dan II, Ante Natal Care
(ANC) : Mengetahui riwayat ANC, teratur / tidak,
tempat ANC, dan saat kehamilan berapa
19
(Wiknjosastro, 2012)
b. Pemeriksaan fisik
Tabel hasil pemeriksaan fisik ibu bersalin
20
2. Paru paru Jalan nafas spontan, vokal
remitus getarannya sama, tidak teraba massa,
perkusi, s o n o r , vesikuler, ada suara
nafas tambahan atau tidak yaitu wheezing atau
ronchi.
3. Jantung Kecepatan denyut apical
reguler, irama jantung normal,
umumnya tidak ada kelainan bunyi
jantung, tidak ada nyeri tekan.
4. Abdomen : Abdomen mungkin masih
menonjol atau membesar, terdapat luka
operasi tertutup perban. Nyeri pada luka bekas
operasi. Tinggi fundus uterus turun 1-2 jari
setiap 24 jam, konsistensi uterus keras atau
lembek. Perkusi timpani pada usus, bising
usus normal
5. Genetalia: pemeriksaan dalam
seperti vagina toucher (VT) , status
portio, warna air ketuban.
6. Ekstermitas Atas dan bawah : lihat
dan raba apakah adnya tanda-tanda
edema, varises, dan lain sebaginya.
7. VT (pemeriksaan dalam) Untuk
mengetahui keadaan vagina, portio
keras atau lunak, pembukaan servik
berapa, penurunan kepala, UKK
dan untuk mendeteksi panggul
normal atau tidak (Prawirohardjo,
2010)
8. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan darah meliputi
haemoglobin, faktor Rh, jenis
penentuan, waktu pembekuan,
hitung darah lengkap, dan kadang-
kadang pemeriksaan serologi untuk
21
sifilis
22
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan menurut Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI, 2017).
a. Analisah Data
Tampak Meringis.
2. Biasanya Frekuensi
nadi dan nafas
meningkat
3. Biasanya tekanan
darah klien
meningkat
4. Pola nafas berubah
2. klien mengeluh
Rasa mules dan ingin
mual- muntah
mengejan
23
Do :
24
a) Nyeri melahirkan b.d dilatasi serviks d.d mengeluh nyeri, ekpresi napak meringis, tekanan
darh meningkat, perineum tersa tertekan ( D.0079).
Standar luaran Luaran Utama : Tingkat Nyeri menurun ( L.08066) dengan Kriteria Hasil
Keluhan nyeri menurun, Tidak nampak meringis lagi, Frekuensi nadi normal, Pola nafas
menjadi normal, Tekanan dara normal. Intervensi Keperawatan :
Intervensi Utama : Manajemen Nyeri (I.08238)
Tindakan Observasi:
1) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
2) dentifikasi skala nyeri
3) Identifikasi respons nyeri non verbal
4) Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
5) Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
Terapeutik:
1. Berikan Teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri nyeri (mis. TENS,
hypnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat, aromaterapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain)
2. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. suhu rungan, pencahayaan,
kebisingan)
3. Fasilitasi Istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi:
1. Jelaskan penyebab periode, dan pemicu nyeri
2. strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
4. Ajarkan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
b) Gangguan rasa nyaman d.d gangguan adaptasi kehamilan b.d mengeluh nyaman, mengeuh
sulit tidur, mengeluh mual, postur tubuh berubah (D.0074)
Luaran Utama : tingkat nyeri menurun (L.08066)
Kriteria Hasil
1. Dukungan sosial dari kelurga meningkat
2. Keluhan tidak nyaman berkurang
25
3. Merintih tidak terlihat
4. Menangis tidak terlihat
Intervensi Utama : terapi relaksasi (I.08238) Tindakan
Observasi
1. Identifikasi penurunan tingkat energi, ketidak mampu berkonsentrasi, atau gejala lain yang
menggunakan kemampua kognitif
2. Periksa ketegangan otot, frekuensi nadi, tekanan darah, dan suhu sebelumnya dan sesudsh
latihan
3. Monitor respons terhadap terapi relaksasi
Teraupetik
1. Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa gangguan dengan pencegahan pengcegahannya dan
sushu ruangan nyaman, jika memungkinkan
2. Berikan informasi tertulis tentang persiapan dan prosedur teknik relaksasi
3. Gunakan pakaian longgar
4. Gunakan nada suara lembut dengan irama lambat dan berirama
5. Gunakan relaksasi sebagai strategi penunjang dengan analgetik atau tindakan medis
lainnya, jika sesuai
Edukasi
1. Jelaskan tujuan, manfaat batasan, dan jenis relaksasi yang tersedia (mis. Musik, meditasi,
nafas dalam, relaksasi otot progresif)
2. Jelaskan secara rinci intervensi relaksasi yang dipilih
3. Anjurkan mengambil posisi nyaman
4. Anjurkan rileks dan merasakan sensasi relaksasi
5. Anjurkan sering mengulangi atau melatih teknik yang dipilih
6. Demonstrasikan dan latih teknik relaksasi ( mis, nafas dalam, peregangan, atau imajinasi
terbimbing)
c) Gangguan pola tidur b.d kurangnya kontrol tidur b.d mengeluh sulit tidur, mengeluh pola tidur
berubah (D. 0055)
Luaran Utama : pola tidur meningkat (L.05045)
Keriteria Hasil
1. Keluhan sulit tidur menurun
2. Keluhan sering terjaga menurun
3. keluhan pola tidur berubah menurun
26
4. keluha istirahat tidak cukup menurun
Intervensi Utama : Dukungan Tidur (I.05174)
Observasi
1. Identifikasi poia aktivitas dan tidur
2. Identifikasi faktor pengganggu tidur (fisik dan/atau psikologis)
3. Identifikasi makanan dan minuman yang mengganggu tidur (mis. kopi, teh, alkohol, makan
mendekati waktu tidur, minum banyak air sebelum tidur)
4. Identifikasi obat tidur yang dikonsumsi
Terapeutik
1. Modifikasi lingkungan (mis. pencahayaan, kebisingan, suhu, matras, dan tempat tidur)
2. Batas waktu tidur slang, jika perlu
3. Fasilitasi menghilangkan stres sebelum tidur
4. Tetapkan jadwal tidur rutin
5. Lakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan (mis. pijat, pengaturan posisi, terapi
akupresur)
6. Sesuaikan jadwal pemberian obat dan/atau tindakan untuk menunjang siklus tidur-terjaga
Edukasi
1. Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit
2. Anjurkan menepati keblasaan waktu tidur
3. Anjurkan menghindari makanan/minuman yang mengganggu tidur
4. Anjurkan penggunaan obat tidur yang tidak mengandung supresor terhadap tidur
5. Ajarkan faktor-faktor yang berkontribusi terhadap gangguan pola tidur (mis. psikologis, gaya
hidup, sering berubah shift bekerja)
6. Ajarkan ralaksasi otot autogenik atau cara nonfarmakologi lainnya.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menekan rasa nyeri selama proses persalinan merupakan aspek yang esensial dalam
perawatan obstetrik. Prinsip dari teknik anestesi pada persalinan ini secara ideal ialah dapat
mengurangi rasa nyeri selama persalinan, tetapi pasien tetap dapat berpartisipasi secara aktif dalam
proses persalinan. Penanganan nyeri yang tepat selain dapat meningkatkan kepuasan ibu terhadap
proses persalinan juga mempu memlancarkan proses presalinan itu sendiri.
Secara garis besar, ada dua teknik mengurangi rasa nyeri pada ibu hamil yaitu non
27
farmakologis dan farmakologis. Intervensi non-farmakologis yang dapat digunakan dalam
mengelola nyeri pada persalinan diantaranya: hidroterapi, injeksi air intradermal, pergerakan dan
pengaturan posisi ibu saat persalinan, dukungan yang kontinu saat persalinan, pemijatan/masase,
TENS, hipnosis, teknik relaksasi dan pernapasan, kompres panas/dingin, accupresure, aromaterapi,
terapi musik serta audioanalgesia. Sedangkan untuk terapi farmakologis, antinyeri dibedakan
menjadi 2 kategori yaitu penggunaan analgesik dan anestesi. Analgesik sistemik yang digunakan
dibedakan menjadi opioid (morfin, mepereidein, alphaprodine, fentanil, remifetanil) serta sedative
dan tranquilizer (phnotiazine dan benzodiasepin). Analgesia dan anastesi regional diberikan
melalui teknik epidural, sinal, kombinasi spinal dengan epidural, blok para servikal dan blok
pudendal.
Berbagai keuntungan, kerugian, efek samping, indikasi dan kontraindikasi pada berbagai
teknik mengatasi nyeri pada persalinan perlu diperhatikan dan dipertimbangkan penggunaanya
terhadap ibu saat persalinan untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan kedepannya.
28
DAFTAR PUSTAKA
Yogyakarta: PustakaBelajar.
Erlangga
29
Primipara.Bidan Prada. Jurnal Ilmiah Kebidanan, Vol. 7 No. 1 Edisi Juni
2016, hlm. 53-62
Wiknjosastro, Hanifa. 2012. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo
30