Anda di halaman 1dari 31

MANAJEMEN NYERI PADA PERSALINAN

Dosen:

Murtiningsih, S.Kp., M.Kep., Sp. Mat

Disusun Oleh :

Kelompok 3 Reguler B

1. Dhella Redya Pitra Dewi (NIM : 202313034)


2. Dwi Novitasari (NIM : 202313035)
3. Elsi Purnama Sari (NIM : 202313037)
4. Muhammad Agung Wijaya ( NIM : 202313044)

INSTITUT KESEHATAN DAN TEKNOLOGI PKP DKI JAKARTA


Jln. Raya PKP Kelapa Dua Wetan Kelurahan Kelapa Dua Kecamatan Ciracas Jakarta Timur 13730
Tahun Ajar 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT Karena atas berkat dan rahmat-Nya kami masih
diberi Kesehatan sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini
berjudul “Manajemen Nyeri pada persalinan” disusun untuk memenuhi tugas kelompok dari
mata kuliah Maternitas.
Kami menyadari nahwa makalah ini, tidak lah sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang bersifat membangun sangat penyusun harapkan demi kesempurnaan makalah
dimasa akan datang.
Semoga makalah ini, dapat bermanfaat bagi para mahasiswa khususnya pada
masyarakat umum. Dan semoga makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan untuk menambah
ilmu pengetahuan para mahasiswa, masyarakat, dan pembaca lainnya

Jakarta 07 Maret 2024

Kelompok 3 Reguler B Semester I

1
SISTEMATIKA PENULISAN

Cover terdiri dari Judul Makalah, Logo Instansi Kampus, Dosen pengampu, Nama kelompok
beserta NIM, Alamat instansi kampus, Tahun ajaran.

BAB I Pendahuluan terdiri dari Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan

BAB II Teori Manajemen nyeri persalinan terdiri dari Konsep Nyeri Persalinan,
Manajemen nyeri persalinan, Konsep teori

BAB III Asuhan Keperawatan Manajemen Nyeri persalinan terdiri dari Pengkajian
Keperawatan, Analisa data Keperawatan, Intervensi Keperawatan

BAB IV Penutup terdiri dari Kesimpulan

Daftar Pustaka terdiri dari referensi

2
DAFTAR ISI
Cover
KATA PENGANTAR.................................................................................................1
SISTEMATIKA PENULISAN..................................................................................2
DAFTAR ISI................................................................................................................3
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang..................................................................................................4
B. Rumusan Masalah ............................................................................................6
C. Tujuan...............................................................................................................6
BAB II Teori Manajemen nyeri persalinan
A. Konsep Nyeri Persalinan...................................................................................7
B. Manajemen nyeri persalinan...........................................................................12
C. Konsep teori....................................................................................................18
BAB III Asuhan Keperawatan Manajemen Nyeri persalinan
A. Konsep Asuhan Keperawatan.........................................................................19
1. Pengkajian Keperawatan...........................................................................19
a. Anamnesa............................................................................................19
b. Pemeriksaan Fisik...............................................................................20
2. Diagnosa Keperawatan.............................................................................22
a. Analisa data keperawatan.................................................................22
b. Rumusan diagnosa keperawatan.......................................................23
3. Intervensi Keperawatan............................................................................24
BAB IV Penutup
A. Kesimpulan.....................................................................................................27
Daftar Pustaka

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Persalinan suatu peroses alami dimana terjadi dilatasi servik, lahirnya bayi dan
plasenta dari rahim ibu secara pervagina. Persalinan menimbulkan rasa nyeri. Nyeri
persalinan yang tidak tertangani dengan tapat dapat menyababkan kecemasan sehingga
produksi hormon adrenalin meningkat serta adanya vasokonstriksi yang dapat
menyebabkan menurunnya aliran darah ke janin. Sehingga oksigen ke uterus akan
mengalami penurunan aliran darah serta adanya iskemia jaringan dapat mengakibatkan
hipoksia pada janin dan akan mengalami proses persalinan lama serta impuls nyeri
semakin banyak, selain itu dampak dari nyeri dapat menimbulkan terjadinya hiperventilasi
yang menyebabkan kebutuhan oksigen meningkat sehingga tekanan darah meningkat dan
pesalinan yang lebih berat dan lama dapat menyebabkan kematian ibu (Kemenkes RI,
2013).
Nyeri persalinan disebabkan oleh munculnya kontraksi peregangan servik pada waktu
membuka, sehingga terjadi dilatasi penipisan servik dan iskemia rahim akibat kontraksi
arteri miometrium. Rasa nyeri pada persalinan terjadi pada awal persalinan sampai
pembukaan lengkap dan berlangsung 12-18 jam, dilanjutkan kala pengeluran janin sampai
pengeluaran plasenta. Rasa nyeri dapat dipengaruhi oleh kelelahan, keletihan, .kecemasan
dan rasa takut (Sukmaningtyas & Windiarti, 2016)
Menurut World Health Organization (2017) setiap tahun sejumlah 358.000 ibu
meninggal saat bersalin dimana 358.000 (99%) berasal dari negara berkembang. Angka
Kematian Ibu di Negara berkembang merupakan peringkat tertinggi dengan 280 kematian
ibu per 100.000 kelahiran hidup jika dibandingkan dengan Angka Kematian Ibu di negara
maju yaitu 11 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup.
Di Indonesia, angka kematian ibu bersalin sebanyak 800 perhari dari 289.000 ibu
melahirkan, dimana penyebab kematian ibu antara lain 60% perdarahan, 40% persalinan
lama, dan 20% komplikasi lainya. Hasil peneliti (Yulriana 2014) Rumah Sakit Arifin
Ahmad Pekanbaru dimana ditemukan adanya peningkatan kasus persalinan lama sebanyak
32 kasus ditahun 2013 dan pada tahun 2014 bertambah menjadi 24 kasus yang di sebabkan
oleh ibu seperti his. Berdasarkan hasil survei data yang dilakuan peneliti dari Praktek
Mandiri Bidan (PMB) bidan Yulismita, SST. Dari bulan januari-desember 2021

4
didapatkan jumlah ibu bersalin sebanyak 46 orang, dari 46 orang ibu bersalin rata-rata
mengalami nyeri persalinan kali 1
Nyeri persalinan adalah nyeri yang disebabkan oelh munculnya kontraksi otot-otot
uterus, hipoksia dari otot-otot yang mengalami kontraksi, pergelangan serviks pada waktu
membuka, iskemia, korpus uteri, dan peregangan segmen bawah rahim. Sebagian besar
ibu bersalin mengalami nyeri bersalin, ibu primigravida akan mengalami nyeri selama
persalinan dengan sekala rata-rata 8,83 (Rahayu, 2013). Penelitian di Amerika Serikat
mendapatkan 70%-80% wanita yang melahirkan mengharapkan persalinan berlangsung
tanpa nyeri dan sakit. Penelitian yang dilakukan oleh Karlina pada tahun (2015),
menyatakan bahwa nyeri persalinan ringan terjadi pada 15% kasus, nyeri sedang 35%,
nyeri berat 30% dan nyeri ekstrem terjadi pada 20% kasus, yang mana nyeri ekstrem
dirasakan oleh ibu primigravida.
Manajemen nyeri persalinan yang digunakan yaitu terapi non farmakologis seperti
teknik relaksasi, massage, akupresur, akupunktur dan kompres panas atau dingin. Ibu
intranatal tidak diperbolehkan mengkonsumsi obat pereda nyeri dikarenakan bisa
berdampak negatif pada janin, termasuk mempengaruhi tumbuh kembang janin dalam
kandungan dan meningkatkan resiko terjadinya kelainan bawaan lahir. terapi non
farmakologis sangat dibutuhkan ibu intranatal, yang dimana salah satu cara untuk
menghilangkan rasa lelah pada tubuh, memperbaiki sirkulasi darah, merangsang tubuh
untuk mengeluarkan racun, serta meningkatkan kesehatan pikiran serta membantu ibu
merasa lebih segar, rileks, dan nyaman selama persalinan (Sukmaningtyas & Windiarti,
2016).
Berbagai upaya dilakukan untuk menurunkan nyeri pada persalinan,baik secara
farmakologi maupun non-farmakologi. Metode farmakologi terdiri dari analgesia (inhalasi
dan opioid) dan analgesia/anestesia regional (anestesia spinal dan analgesia epidural),
sedangkan metode non farmakologi terdiri dari relaksasi, hipnoterapi, imajinasi, deep back
massage, musik, akupuntur, transcutaneous electrical nerve stimulation (TENS),
hidroterapi, serta posisi, postur dan ambulasi. Metode non-farmakologi juga dapat
meningkatkan kepuasan selama persalinan, karena ibu dapat mengontrol perasaannya dan
kekuatannya. Relakasasi, teknik pernafasan, pergerakan dan perubahan posisi, Deep back
massage, hidroterapi, terapi panas/dingin, music, guided imagery, akupresur, aromaterapi
merupakan beberapa teknik nonfarmakologi yang dapat meningkatkan kenyamanan ibu
saat bersalin dan mempunyai pengaruh pada koping yang efektif terhadap pengalaman
persalinan (Arifin, 2008 dalam Maita 2016).
5
Peran perawat maternitas dalam mengatasi masalah nyeri persalinan pada ibu
primigravida adalah mengajarkan ibu untuk melakukan teknik nafas dalam sambil perawat
melakukan teknik terapi su-jok jika nyeri sedang berlangsung untuk mengurangi rasa
nyeri. melakukan asuhan dengan cara menjaga dan mempertahankan komunikasi baik itu
pada pasien ataupun keluarga pasien, menginformasikan perkembangan ibu selama proses
persalinan, membantu proses persalinan sampai selesai kemudian perawat mengevaluasi
skala nyeri dengan mneggunakan numeric rating scale (NRS) serta memberikan asuhan
keperawatan untuk menjaga kesehatan ibu dan bayi serta mencegah terjadinya komplikasi
pasca persalinan.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksut dengan nyeri persalinan?
2. Bagaimana manajemen nyeri persalinan ?
3. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada manajemen nyeri persalinan ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui tentang nyeri persalinan
2. Untuk mengetahui manajemen nyeri persalinan
3. Untuk mengatahui asuhan keperawatan pada manajemen nyeri persalinan.

6
BAB II TEORI
MANAJEMEN NYERI PERSALINAN

A. Konsep Nyeri Persalinan


1. Definisi Nyeri
Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan bersifat sangat
subjektif karena perasaan nyeri pada setiap orang dalam hal skala atau tingkatannya,
dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri
yang dialaminya (Hidayat, 2006), Nyeri persalinan merupakan pengalaman
subjektif tentang sensasi fisik yang terkait dengan kontraksi uterus dilatasi dan
penipisan serviks serta penurunan janin selama persalinan. Respon fisiologi terhadap
nyeri meliputi peningkatan tekanan darah, denyut nadi, pernafasa, keringat, diameter
pupil, dan ketegangan otot (Arifin, 2008).
Rasa nyeri pada persalinan adalah manifestasi dari adanya kontraksi
(pemendekan) otot rahim. Kontraksi inilah yang menimbulkan rasa sakit pada
pinggang, daerah perut dan menjalar kearah paha. Kmontraksi ini menyebabkan
adanya pembukaan mulut rahim (serviks), Dengan adanya pembukaan servik ini maka
akan terjadi persalinan (Judha 2012).
2. Teori nyeri
Terdapat beberapa teori tentang terjadinya rangsangan nyeri, yaitu :
a. Teori Pemisahan ( Specificiy Theory) Menurut teori ini, rangsangan sakit masuk ke
medulla spinalis (spinal cord) melalui kornu dorsalis yang bersinaps di daerah
posterior, kemudian naik ke tractus lissur, dan menyilang di garis median ke sisi
lainnya, dan berakhir di korteks sensoris tempat rangsangan nyeri tersebut
diteruskan.
b. Teori Pola ( Pattern Theory), rangsangan nyeri masuk melalui akar ganglion
dorsal ke medulla spinalis dan merangsang aktivitas sel T. Hal ini mengakibatkan
suatu respons yang merangsang ke bagian yang lebih tinggi, yaitu korteks serebri,
serta kontraksi menimbulkan persepsi dan otot berkontraksi sehingga menimbulkan
nyeri. Persepsi dipengaruhi oleh modalitas respons dari reaksi sel T.
c. Teori Pengendalian Gerbang (Gate Control Theory). Yang dikemukakan oleh
melzak dan wall, teori ini lebih komprehensip dalam menjelaskan tramisi dan
presepsi nyeri, nyeri tergantung dari kerja serta saraf besar dan kecil yang
keduanya berada dalam akar ganglion dorsalis. Rangsang pada serat saraf besar
7
akan mengakibatkan tertutupnya pintu mekanisme sehingga aktivitas sel T
terhambat dan menyebabkan hantaran rangsangan ikut terhambat. Rangsangan
serat besar dapat langsung merangsang korteks serebri. Hasil persepsi ini akan
dikembalikan ke dalam medulla spinalis melalui spinalis serat eferen dan reaksinya
memengaruhi aktivitas sel T. Rangsangan pada serat kecil akan menghambat
aktivitas substansia gelatiosa dan membuka pintu mekanisme, sehingga
merangsang aktivitas sel T yang selanjutnya akan menghantarkan rangsangan
nyeri.
d. Teori Trasmisi dan Inhibisi, adanya stimulus pada noiciceptor memulai
implus-implus saraf, sehingga transmisi implus nyeri menjadi efektif oleh
neurotransmitter yang spesifik. Kemudian, inhibisi implus nyeri menjadi efektif
oleh implus-implus pada serabut-serabut besar yang memblok implusimplus pada
serabut lamban dan endogen opiate system supresif (Hidayat, 2006).

3. Klasifikasi Nyeri
Klasifikasi nyeri dibagi menjadi dua yaitu nyeri secara umum dan nyeri dalam
persalinan sebagai berikut :
a. Klasifikasi nyeri secara umum, antara lain adalah
1) Nyeri akut yaitu nyeri yang timbul segera setelah rangsangan dan hilang
setelah penyembuhan.
2) Nyeri kronik yaitu nyeri yang menetap selama lebih dari 3 bulan
walaupun proses penyembuhan sudah selesai (Setyohadi, dkk, 2007).
b. Klasifikasi nyeri persalinan dibagi beberapa nyeri yaitu :
1. Nyeri Viseral bersifat lambat dalam yang tidak terlokalisir. Implus nyeri
selama kala I pada persalinan di trasmisi melalui T11-T12 segment saraf
spinal dan bagian bawah thorak dan bagian atas lumbal saraf simpatis,
dimana uterus dan serviks terjadi pada kala I akibat dari kontraksi uterus
dan pembukaan serviks. Lokasi nyeri ini meliputi bagian segmen abdomen
dan menjalar kedaerah lumbal bagian belakang dan turun sampai dengan
paha.
2. Nyeri somatic bersifat lebih cepat dan tajam menusuk dan lokasi jelas.
Implus nyeri pada kala II ditransmisi melalui S1-S2 saraf spina dan
parasimpatis dari jaringan perinal. Nyeri ini pada akhirnya kala I dan
selama kala II yang merupakan akibat dari penurunan kepala janin yang
8
menekan jaringan - jaringan maternal dan tarikan perinium dan
Utercocervical selama kontraksi.
3. pain nyeri selama kala II dimana uterus mengecil, sobek dari hasil
distensi dan laserasi dari serviks, vagina dan jaringan perinal nyeri yang
dirasakan seperti awal kala I dan kala II (Judha,2012)
4. Respon fisiologis Respon.
Bersamaan dengan naiknya impuls-impuls nyeri ke medula spinalis hingga
mencapai batang otak dan talamus, maka sistem saraf otonom menjadi terstimulus
sebagai bagian dari respon stres. Nyeri dengan intensitas rendah sampai nyeri
superfisial menimbulkan reaksi fight or fligt terhadap sindrom adaptasi general.
Stimulasi dari cabang simpatis pada sistem saraf otonom mengakibatkan respon
fisiologis. Apabila nyeri terus berlanjut, semakin berat dan dalam, biasanya
melibatkan organ organ viseral dan dapat menyebabkan perubahan tanda vital
(Potter &Perry, 2010).
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri
Menurut Hidayat (2006) Faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri Faktor yang
mempengaruh nyeri :
a. Kontraksi otot rahim
Kontraksi otot rahim menyebabkan dilatasi dan penipisan servik serta iskemia
Rahim akibat kontraksi arteri myometrium. Karena Rahim merupakan organ
internal maka nyeri yang timbul merupakan organ internal maka nyeri yang
timbul disebut nyeri visceral. Pada persalinan nyeri alih dapat dirasakan pada
punggung bagian bawah dan sacrum biasanya ibu hanya mengalami rasa nyeri
ini hanya selama kontrasksi dan bebas dari rasa nyeri pada interval antar
kontraksi.
b. Regangan otot dasar panggul
Jenis nyeri ini timbul pada saat mendekati kala II. Tidak seperti nyeri visceral,
nyeri ini terlokalisir di daerah vagina, rectum dan perineum, sekitar anus.
Nyeri kenis ini disebut nyeri somatic dan disebabkan peregangan struktur jalan
lahir bagian bawah akibat peniruan bagian terbawah janin.
c. Episiotomi
Pada pereistiwa episiotomi nyeri yang dirasakan apabila ada tindakan
episiotomi, tindakan ini dilakukan sebelum jalan lahir mengalami laserasi
maupun ruptur pada jalan lahir
9
d. Kondisi psikologis
Nyeri dan rasa sakit yang berlebihan akan menimbulkan rasa cemas. Takut,
cemas dan tegang memicu produksi hormone prostalglandin sehingga timbul
stress. Kondisi stress dapat mempengaruhi kemampuan tubuh menahan rasa
nyeri (Judha,2012)

6. Instensitas Nyeri
Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri dirasakan
oleh individu. Pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan individual dan
kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan sangat berbeda oleh dua
orang yang berbeda. Pengukuran nyeri dengan pendekatan objektif yang paling
mungkin adalah menggunakan respon fisiologik tubuh terhadap nyeri itu sendiri.
Namun, pengukuran dengan teknik ini juga tidak dapat memberikan gambaran pasti
tentang nyeri itu sendiri. Menurut Smeltzer, S.C & Bare B.G (2002) skala intensitas
nyeri adalah berikut :
1) Skala Intensitas Nyeri Deskritif

2) Macam-macam pengukuran skala nyeri


Alat pengukur skala nyeri adalah alat yang digunakan untuk mengukur skala nyeri
yang dirasakan seseorang dengan rentang 0 sampai 10. Terdapat tiga alat pengukur
skala nyeri, yaitu:
a) Numerical Rating Scale (NRS)
Merupakan skala yang digunakan untuk pengukuran nyeri pada dewasa.
Dimana 0 tidak ada nyeri, 1-3 nyeri ringan, 4-6 nyeri sedang, 7-9 nyeri berat,
dan 10 sangat nyeri

b) Visual Analogue Scale (VAS)

10
Skala pengukur nyeri VAS merupakan skala berupa garis lurus dengan
panjang biasanya 10 cm. Interpretasi nilai VAS 0-3 merupakan nyeri ringan,
4-6 merupakan nyeri sedang dan 7-9 adalah nyeri berat dan 10 adalah nyeri
terberat

c) Face Rating Scale (FRS)


Skala pengukur nyeri Wong Baker Face Scale banyak digunakan oleh tenaga
kesehatan untuk mengukur nyeri pada pasien anak. Perawat terlebih dulu
menjelaskan tentang perubahan mimik wajah sesuai rasa nyeri dan pasien memilih
sesuai dengan rasa nyeri yang dirasakan. Interpretasinya adalah 0 tidak ada nyeri,
2 sedikit nyeri,4 sedikit lebih nyeri, 6 semakin lebih nyeri, 8 nyeri sekali, 10
sangat sangat nyeri

d) skala nyeri dengan “observasi perilaku”


Menurut Judha (2012) Skala nyeri dengan observasi prilaku terlihat pada tabel
berikut :
Kategori Skor
0 1 2
Muka Tidak ada Wajah Sering dahi tidak
ekspresi atau menyeringai, konstan rahang
senyuman dahi, berkerut, menegang, dagu
tertentu, tidak menyendiri gemetar
mencari
perhatian
Kaki Tidak ada Gelisah,resah dan Menendang atau
posisi atatu menegang disiapkan

11
relaks
Aktivitas Berbaring, Menggeliat, Menekuk,kaku
posisi normal, menaikan atau menghentak
mudah punggung dan
bergerak maju, menegang
Menangis Tidak Merintih atau Menangis keras,
menangis merengek,kadang- berpekik atau
(saat bangun kadang mengeluh sedu sedan,
maupun tidur) sering mengeluh
Hiburan Isi, relaks Kadang- kadang Kesulitan untuk
hati tentram menghibur atau
dengan sentuhan, kenyamanan
memeluk
berbicara untuk
mengalihkan
perhatian
Total skor 0 – 10

B. Manajemen Nyeri persalinan


Pada umumnya untuk mengatasi nyeri selama persalinan digunakan
farmakologi yaitu dengan menggunakan obat-obat yang dapat mengurangi nyeri. Cara
farmokologi adalah dengan pemberian obat-obatan analgesik yang disuntikan, melalui
infus intra vena yaitu syaraf yang menghantarkan nyeri selama persalinan. Tindakan
farmokologi masih menimbulkan pertentangan karena pemberian obat selama
persalinan dapat menembus sawar plasenta, sehingga dapat berefek pada aktifitas
rahim. Efek obat yang diberikan kepada ibu terhadap bayi secara langsung maupun
tidak langsung (Judha,2012)
Metode pengontrolan nyeri secara nonfarmakologi sangat penting karena tidak
membahayakan bagi ibu maupun janin, tidak memperlambat persalinan jika diberikan
kontrol nyeri yang kuat, tidak mempunyai efek alergi maupun efek obat. Metode
nonfarmakologi dibagi menjadi tiga komponen yang saling berinteraksi sehingga
mempengaruhi respon terhadap nyeri menurut Melzack, yaitu strategi motivasi-efektif
(interpretasi setral dari pesan yang berada diotak yang dipengaruhi oleh perasaan,
memori, pengalaman dan kultur seseorang), kognitif-evaluati (interpretasi dari pesan
12
nyeri yang dipengaruhi oleh pengetahuan, perhatian seseorang, penggunaan strategi
kognitif dan evaluasi kognitif dari situasi) dan sensori-diskriminatif (pemberian
informasi keotak menurut sensasi fisik) (Batbual, 2010).
a. Manajemen nyeri farmakologi
Strategi dalam penatalaksanaan nyeri mencakup baik pendekatan farmakologi dan
non-farmakologi. Pendekatan ini diseleksi berdasarkan kebutuhan dan tujuan
pasien secara individu. Analgesic merupakan metode penanganan nyeri yang
paling umum dan sangat efektif. Ada tiga tipe analgesic, yaitu:
1) Non-opioid mencakup asetaminofen dan obat antiinflamatory drug/NSAID
2) Opioid : secara tradisional dikenal dengan narkotik
3) Tambahan /pelengkap / koanalgesik (adjuvants): Variasi dari pengobatan yang
meningkatkan analgesik atau memiliki kandungan analgesik yang semula tidak
diketahui (Potter& Perry, 2010).
b. Manajemen nyeri non-farmakologi
1) Relaksasi dan guided imagery
Relaksasi merupakan teknik yang dilakukan agar tercapai keadaan
relaks. Teknik relaksasi lain mencakup meditasi, yoga, dan latihan relaksasi
otot progresif. Guided imagery adalah teknik relaksasi cognitive behavioral
dimana pasien dibimbing untuk membayangkan sesuatu yang indah atau
pengalaman yang indah sehingga memberikan perasaan bebas secara mental
dan fisik dari ketegangan atau stres yang membuat individu memiliki rasa
kontrol
terhadap nyerinya.
Ada beberapa posisi relaksasi yang dapat dilakukan selama dalam keadaan
istirahat atau selama proses persalinan :
a) Berbaring telentang, kedua tungkai kaki lurus dan terbuka sedikit, kedua
tangan rileks di samping di bawah lutut dan kepala diberi bantal.
b) Berbaring miring, kedua lutut dan kedua lengan ditekuk, di bawah kepala
diberi bantal dan di bawah perut sebaiknya diberi bantal juga, agar perut
tidak menggantung.
c) Kedua lutut ditekuk, berbaring terlentang, kedua lutut ditekuk, kedua
lengan di samping telinga.
d) Duduk membungkuk, kedua lengan diatas sandaran kursi atau diatas
tempat tidur. Kedua kaki tidak boleh mengantung.
13
e) Keempat posisi tersebut dapat dipergunakan selama ada his dan pada saat
itu ibu harus dapat mengonsentrasikan diri pada pernapasan atau pada
sesuatu yang menyenangkan (Salmah, 2006).
Dibawah ini tiga alternatif panduan untuk ibu melakukan teknik pernapasan sederhana
(Danuatmadja & Meiliasari, 2004) yaitu :
a) Pikirkan kata ”rileks” yang terdiri dari dua suku kata, yaitu ”ri” dan ”leks”.
Selanjutnya, cobalah latihan ini. Ketika menarik napas, pikirkan kata ”ri”,saat
menghembuskan , pikirkan kata ”leks”. Jangan alihkan pikiran dari kata ”rileks”
tersebut. Ketika menghembuskan napas, singkirkan segala ketegangan dari tubuh,
khususnya otot-otot yang biasanya mudah tegang setiap kali stres.
b) Cobalah menghitung pernapasan. Begitu bernapas, hitung tiga sampai empat, atau
lebih secara perlahan-lahan. Ketika menghembuskan napas, hitung sampai tiga atau
empat lagi
c) Cobalah bernapas melalui hidung dan menghembuskan melalui mulut. Embuskan
napas dari mulut dengan lembut. Banyak ibu merasa lebih enak mengeluarkan suara
saat menghembuskan napas, misalnya ”fuuuuuuuuuh”

2) Distraksi
Distraksi adalah mengarahkan perhatian klien kepada suatu hal lain selain nyeri,
dengan demikian mengurangi kesadaranya terhadap nyeri. Distraksi dilakukan
dengan cara melakukan aktivitas yang disukai oleh klien, tentunya aktivitas
yang tidak berat agar tidak memperparah nyeri. Dengan stimulus sensorik yang
cukup, seseorang dapat mengabaikan atau tidak menyadari akan adanya nyeri.
Distraksi dapat dilakukan dengan cara mendengarkan musik yang disukai oleh
pasien untuk mendapatkan efek terapeutik, atau pasien bernyanyi, bermain game
ringan dan memainkan alat musik. Penelitian telah membuktikan bahwa teknik
distraksi mampu mengurangi ketidaknyamanan akibat dari nyeri (Potter &
Perry, 2010).
3) Stimulasi kutaneus
Stimulasi kutaneus adalah stimulasi pada kulit yang dapat membantu
mengurangi nyeri, karena menyebabkan pelepasan endorfin sehingga klien
memiliki rasa kontrol terhadap nyerinya. Masase atau pijatan (Deep Back
Massage), pemberian sensasi hangat dan dingin dapat mengurangi nyeri dan
14
memberikan kesembuhan. Contoh stimulasi kutaneus lainnya adalah
transcutaneus electrical nerve stimulation (TENS) meliputi menstimulasi kulit
dengan arus elektrik ringan berjalan melewati elektroda eksternal. TENS sangat
efektif untuk mengontrol nyeri post pembedahan dan tindakan procedural
(Potter & Perry, 2010)
4) Herbal
Kebanyakan masyarakat Indonesia menggunakan herbal,namun penggunaannya
belum sesuai dosis yang tepat sehingga pengobatan menggunakan herbal kurang
dianjurkan. Apabila akan menggunakan herbal, harus dikonsultasikan terlebih
dahulu dengan tenaga kesehatan ahli agar tidak mengganggu bekerjanya obat di
dalam tubuh namun justru membantu kesembuhan. Salah satu herbal yang dapat
digunakan adalah ekstrak chamomile. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di
Jerman, ekstrak chamomile yang mengandung flavonoid mampu menurunkan
skala nyeri dan juga perdarahan (Potter &Perry, 2010).
5) Massage
a) Pengertian Massage
Massage adalah tindakan penekanan oleh tangan pada jaringan lunak,
biasanya otot tendon atau ligamen, tanpa menyebabkan pergeseran atau perubahan
posisi sendi guna menurunkan nyeri, menghasilkan relaksasi, dan/atau meningkatkan
sirkulasi. Gerakan-gerakan dasar meliputi gerakan memutar yang dilakukan oleh
telapak tangan, gerakan menekan dan mendorong kedepan dan kebelakang
menggunakan tenaga, menepuk- nepuk, memotong-motong, meremas-remas, dan
gerakan meliuk-liuk. Setiap gerakan gerakan menghasilkan tekanan, arah, kecepatan,
posisi tangan dan gerakan yang berbeda-beda untuk menghasilkan efek yang di
inginkan pada jaringan yang dibawahnya (Henderson, 2010).
Salah satu metode yang sangat efektif dalam menanggulanginya adalah dengan
massage yang merupakan salah satu metode nonfarmakologi yang dilakukan untuk
mengurangi nyeri persalinan. Dasar teori massage adalah teori gate control yang
dikemukakan oleh Melzak dan Wall, Teori ini menjelaskan tenteng dua macam
serabut syaraf berdiameter kecil dan serabut berdiameter besar yang mempunyai
fungsi yang berbeda. Bidan mempunyai andil yang sangat besar dalam mengurangi
nyeri nonfarmakologi. Intervensi yang termasuk dalam pendekatan nonfarmakologi
adalah analgesia psikologis yang dilakukan sejak awal kehamilan, relaksasi, massage,
stimulasi kuteneus, aroma terapi, hipnotis, akupuntur dan yoga (Gadysa, 2009)
15
b) Metode Massage
Merupakan salah satu metode nonfarmakologi yang dilakukan untuk
mengurangi rasa nyeri persalinan. Impuls rasa sakit yang dibawah oleh saraf yang
berdiameter kecil menyebabkan gate control dispinal cord membuka dan impuls
diteruskan ke korteks serebral sehingga akan menimbulkan rasa sakit. Tetapi impuls
rasa sakit ini dapat diblok yaitu dengan memberikan rangsangan pada saraf yang
berdiameter besar yang menyebabkan gate control akan tertutup dan rangsangan sakit
tidak dapat diteruskan ke korteks serebral. Beberapa macam massage yang dapat
dilakukan untuk merangsang saraf yang berdiameter besar yaitu :
1) Metode Effluerage
Metode effleurage memperlakukan pasien dalam posisi atau setengah duduk,
lalu letakkan kedua telapak tangan pada perut dan secara bersamaan digerakkan
melingkar kearah pusat kesimpisis atau dapat juga menggunakan satu telapak
tangan dengan gerakkan melingkar atau satu arah. Cara ini dapat dilakukan
langsung oleh pasien.

2) Firm Counter Pressure


Metode firm counter pressure memperlakukan pasien dalam kondisi duduk
kemudian bidan atau keluarga pasien menekan secrum secara bergantian
dengan tangan yang dikepalkan secara mantap dan beraturan.

16
3) Abdominal Lifting
Abdominal lifting memperlakukan pasien dengan cara membaringkan pasien
pada posisi terlentang dengan posisi kepala agak tinggi. Letakkan kedua
telapak tangan pada pinggang belakang pasien, kemudian secara bersamaan
lakukan usapan yang berlawanan kearah puncak perut tanpa menekan kearah
dalam, kemudian ulangi lagi. Begitu seterusnya (Gadysa, 2009)

4) Metode Deep Back Massage,


Metode deep back massage memperlakukan pasien berbaring miring, kemudian
bidan atau keluarga pasien menekan daerah sacrum secara mantap dengan
telapak tangan, lepaskan dan tekan lagi, begitu seterusnya. Pada metode pijat
ini bertujuan merangsang tubuh melepaskan senyawa endhorpin juga dapat
menciptakan persaan nyaman dan enak.

17
C. Konsep Teori

Faktor yang
Faktor yang Proses mempengaruhi nyeri
mempengaruhi Persalinan persalinan
persalinan 1. Kala I 1. Kontraksi Otot
1. Power 2. Kala II Rahim
2. Passanger 3. Kala III 2. Regangan otot dasar
3. Passage 4. Kala IV panggul
4. Psiklogi 3. Episiotomi
5. Penolong 4. Keadaan otot panggul

Intensitas Nyeri

Mengurangi
nyeri Pendekatan
persalinan nonfarmakologi
1. Distraksi
2. Relaksasi
3. Massage
4. Herbal

Keterangan : Bercetak tebal adalah variabel yang diteliti


Sumber : Potter & Perry (2010), (Wiknjosastro, 2014), Judha (2012) dan Mochtar (2012).

18
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
MANAJEMEN NYERI PERSALINAN
A. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Anamnesa
No Anamnesa Hasil anamnesa
1 Identitas klien nama, umur, agama, suku bangsa, pendidikan,
pekerjaan, status perkawinan, lamanya perkawinan,
dan alamat. Usia ibu dalam kategori
usia subur (15-49 tahun).
2 Keluhan utama Biasanya klein mengeluh sakit pinggang pada

awal-awal kontraksi,
3 Riwayat penyakit Usia kehamilan 37-42 minggu, klien mengeluh sakit
sekarang perut dan keluar lender bercampur pada pemeriksaan
dalam serviks mendatar dan
pembukaan telah ada
4 Riwayat penyakit Perlu dikaji adanya riwayat penyakit dalam
5 Keluarga keluarga yang dapat memperburuk kondisi klien
saat persalinan
6 Spiritual Biasanya klien sering melakukan aktifitas seperti
beribadah meskipun kondisi fisik terganggun
seperti biasanya
7 Perilaku yang Klien mengeluh sakit oleh adanya his yang datang
mempengaruhi lebih kuat, sering dan teratur keluar lender dan
Kesehatan bercampur darah
8 Riwayat Kehamilan perlu dikaji untuk mengetahui apakah ibu resti atau
tidak, meliputi : Hari Pertama Haid Terakhir
(HPHT), Hari Perkiraan Lahir (HPL), Keluhan-
keluhan pada trimester I,II dan II, Ante Natal Care
(ANC) : Mengetahui riwayat ANC, teratur / tidak,
tempat ANC, dan saat kehamilan berapa

19
(Wiknjosastro, 2012)

b. Pemeriksaan fisik
Tabel hasil pemeriksaan fisik ibu bersalin

Observasi Hasil obsevasi


Tingkat kesadaran Kesadaran Untuk mengetahui tingkat kesadaran klien
apakah composmetis, apatis, somnolen, delirium, semi
koma dan koma. Pada kasus ibu bersalin dengan
letak sunsang kesadarannya
composmentis (Nugroho, 2011).
Tanda Vital a. Tekanan darah Untuk mengetahui faktor resiko
pendarahan. Batas normalnya 120/80 mmHg
b. Nadi Untuk mengetahui nadi klien yang dihitung
dalam menit. Batas normalnya 69- 100 x/ menit
c. Respirasi Untuk mengetahui frekuensi pernafasan
klien yang dihitung dalam 1 menit.
Batas normalnya 12-22 x/ menit

d. Untuk mengetahui keadaan umum apakah baik,


sedang, jelek (Prihardjo, 2011). Pada persalinan
normal keadaan umum klien baik (Nugroho,
2011).
e. Suhu Untuk mengetahui suhu tubuh klien,
memungkinkan febris/ infeksi dengan
menggunakan skala derajat celcius. Suhu wanita
saat bersalin tidak lebih dari 38º.
(Saifuddin, 2012).
Pemeriksaan fisik Dada :
Head To Toe pervagina
1. Payudara Payudara simetris, tidak ada
pembesaran kelenjar limfe, areola mamae
berwarna hitam merata, payudara terasa
padat, papilla mammae menonjol, colostrum
ada, tidak ada kelainan pada payudara.

20
2. Paru paru Jalan nafas spontan, vokal
remitus getarannya sama, tidak teraba massa,
perkusi, s o n o r , vesikuler, ada suara
nafas tambahan atau tidak yaitu wheezing atau
ronchi.
3. Jantung Kecepatan denyut apical
reguler, irama jantung normal,
umumnya tidak ada kelainan bunyi
jantung, tidak ada nyeri tekan.
4. Abdomen : Abdomen mungkin masih
menonjol atau membesar, terdapat luka
operasi tertutup perban. Nyeri pada luka bekas
operasi. Tinggi fundus uterus turun 1-2 jari
setiap 24 jam, konsistensi uterus keras atau
lembek. Perkusi timpani pada usus, bising
usus normal
5. Genetalia: pemeriksaan dalam
seperti vagina toucher (VT) , status
portio, warna air ketuban.
6. Ekstermitas Atas dan bawah : lihat
dan raba apakah adnya tanda-tanda
edema, varises, dan lain sebaginya.
7. VT (pemeriksaan dalam) Untuk
mengetahui keadaan vagina, portio
keras atau lunak, pembukaan servik
berapa, penurunan kepala, UKK
dan untuk mendeteksi panggul
normal atau tidak (Prawirohardjo,
2010)
8. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan darah meliputi
haemoglobin, faktor Rh, jenis
penentuan, waktu pembekuan,
hitung darah lengkap, dan kadang-
kadang pemeriksaan serologi untuk

21
sifilis

22
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan menurut Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI, 2017).
a. Analisah Data

No Data Etiologi Masalah


1 DS : Kontraksi Uterus Nyeri
1. Biasanya klien melahirkan
mengeluh nyeri pada
pinggang.
Adekuat
2. Biasanya klien
mengeluh nyerinya
terasa saat pagi hari
Kontraksi Uterus Kuat
dan banyak
aktifitas.
3. Biasanya klien sulit
Involusi
berbicara karena
rasa nyeri
DO :
1. Biasnya klien Nyeri

Tampak Meringis.
2. Biasanya Frekuensi
nadi dan nafas
meningkat
3. Biasanya tekanan
darah klien
meningkat
4. Pola nafas berubah

2 Ds : Peningkatan kontraksi Gangguan


pembukaan servik
1. Klien mengeluh rasa nyaman
uterus
tidak nyaman karena
merasa nyeri

2. klien mengeluh
Rasa mules dan ingin
mual- muntah
mengejan

23
Do :

1. klien nampak Klien mengatakan tidak


merintih/menangis nyaman
2. pola eliminasi
berubah
Gangguan rasa nyaman
3. postur tubuh
meningkat

3 DS : Pasien menegeluh nyeri


1. Biasanya klien Gangguan pola
mengeluh sulit tidur. tidur
2. Biasanya klien Pasien tampak meringis
mengeluh tidak puas
tidur.
3. Biasanya klien Pasien mengluh tidak
mengeluh pola tidur bisa tidur
berubah.
DO :
1. Tampak lemah Pasien mengeluh tidak
2. Sulit tidur puas tidur
3. Tampak gelisah

Gangguan rasa nyaman

b. Rumusan diagnosa keperawatan (berdasarkan SDKI)


a) Nyeri melahirkan b.d dilatasi serviks d.d mengeluh nyeri, ekpresi napak meringis, tekanan
darh meningkat, perineum tersa tertekan ( D.0079).
b) Gangguan rasa nyaman d.d gangguan adaptasi kehamilan b.d mengeluh nyaman, mengeuh
sulit tidur, mengeluh mual, postur tubuh berubah (D.0074)
c) Gangguan pola tidur b.d kurangnya kontrol tidur b.d mengeluh sulit tidur, mengeluh pola
tidur berubah (D. 0055)
3. Intervensi Keperawata
Intervensi keperawatan menurut Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (PPNI, 2018).

24
a) Nyeri melahirkan b.d dilatasi serviks d.d mengeluh nyeri, ekpresi napak meringis, tekanan
darh meningkat, perineum tersa tertekan ( D.0079).
Standar luaran Luaran Utama : Tingkat Nyeri menurun ( L.08066) dengan Kriteria Hasil
Keluhan nyeri menurun, Tidak nampak meringis lagi, Frekuensi nadi normal, Pola nafas
menjadi normal, Tekanan dara normal. Intervensi Keperawatan :
Intervensi Utama : Manajemen Nyeri (I.08238)
Tindakan Observasi:
1) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
2) dentifikasi skala nyeri
3) Identifikasi respons nyeri non verbal
4) Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
5) Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
Terapeutik:
1. Berikan Teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri nyeri (mis. TENS,
hypnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat, aromaterapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain)
2. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. suhu rungan, pencahayaan,
kebisingan)
3. Fasilitasi Istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi:
1. Jelaskan penyebab periode, dan pemicu nyeri
2. strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
4. Ajarkan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri

b) Gangguan rasa nyaman d.d gangguan adaptasi kehamilan b.d mengeluh nyaman, mengeuh
sulit tidur, mengeluh mual, postur tubuh berubah (D.0074)
Luaran Utama : tingkat nyeri menurun (L.08066)
Kriteria Hasil
1. Dukungan sosial dari kelurga meningkat
2. Keluhan tidak nyaman berkurang

25
3. Merintih tidak terlihat
4. Menangis tidak terlihat
Intervensi Utama : terapi relaksasi (I.08238) Tindakan
Observasi
1. Identifikasi penurunan tingkat energi, ketidak mampu berkonsentrasi, atau gejala lain yang
menggunakan kemampua kognitif
2. Periksa ketegangan otot, frekuensi nadi, tekanan darah, dan suhu sebelumnya dan sesudsh
latihan
3. Monitor respons terhadap terapi relaksasi
Teraupetik
1. Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa gangguan dengan pencegahan pengcegahannya dan
sushu ruangan nyaman, jika memungkinkan
2. Berikan informasi tertulis tentang persiapan dan prosedur teknik relaksasi
3. Gunakan pakaian longgar
4. Gunakan nada suara lembut dengan irama lambat dan berirama
5. Gunakan relaksasi sebagai strategi penunjang dengan analgetik atau tindakan medis
lainnya, jika sesuai
Edukasi
1. Jelaskan tujuan, manfaat batasan, dan jenis relaksasi yang tersedia (mis. Musik, meditasi,
nafas dalam, relaksasi otot progresif)
2. Jelaskan secara rinci intervensi relaksasi yang dipilih
3. Anjurkan mengambil posisi nyaman
4. Anjurkan rileks dan merasakan sensasi relaksasi
5. Anjurkan sering mengulangi atau melatih teknik yang dipilih
6. Demonstrasikan dan latih teknik relaksasi ( mis, nafas dalam, peregangan, atau imajinasi
terbimbing)

c) Gangguan pola tidur b.d kurangnya kontrol tidur b.d mengeluh sulit tidur, mengeluh pola tidur
berubah (D. 0055)
Luaran Utama : pola tidur meningkat (L.05045)
Keriteria Hasil
1. Keluhan sulit tidur menurun
2. Keluhan sering terjaga menurun
3. keluhan pola tidur berubah menurun

26
4. keluha istirahat tidak cukup menurun
Intervensi Utama : Dukungan Tidur (I.05174)
Observasi
1. Identifikasi poia aktivitas dan tidur
2. Identifikasi faktor pengganggu tidur (fisik dan/atau psikologis)
3. Identifikasi makanan dan minuman yang mengganggu tidur (mis. kopi, teh, alkohol, makan
mendekati waktu tidur, minum banyak air sebelum tidur)
4. Identifikasi obat tidur yang dikonsumsi
Terapeutik
1. Modifikasi lingkungan (mis. pencahayaan, kebisingan, suhu, matras, dan tempat tidur)
2. Batas waktu tidur slang, jika perlu
3. Fasilitasi menghilangkan stres sebelum tidur
4. Tetapkan jadwal tidur rutin
5. Lakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan (mis. pijat, pengaturan posisi, terapi
akupresur)
6. Sesuaikan jadwal pemberian obat dan/atau tindakan untuk menunjang siklus tidur-terjaga
Edukasi
1. Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit
2. Anjurkan menepati keblasaan waktu tidur
3. Anjurkan menghindari makanan/minuman yang mengganggu tidur
4. Anjurkan penggunaan obat tidur yang tidak mengandung supresor terhadap tidur
5. Ajarkan faktor-faktor yang berkontribusi terhadap gangguan pola tidur (mis. psikologis, gaya
hidup, sering berubah shift bekerja)
6. Ajarkan ralaksasi otot autogenik atau cara nonfarmakologi lainnya.

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Menekan rasa nyeri selama proses persalinan merupakan aspek yang esensial dalam
perawatan obstetrik. Prinsip dari teknik anestesi pada persalinan ini secara ideal ialah dapat
mengurangi rasa nyeri selama persalinan, tetapi pasien tetap dapat berpartisipasi secara aktif dalam
proses persalinan. Penanganan nyeri yang tepat selain dapat meningkatkan kepuasan ibu terhadap
proses persalinan juga mempu memlancarkan proses presalinan itu sendiri.
Secara garis besar, ada dua teknik mengurangi rasa nyeri pada ibu hamil yaitu non
27
farmakologis dan farmakologis. Intervensi non-farmakologis yang dapat digunakan dalam
mengelola nyeri pada persalinan diantaranya: hidroterapi, injeksi air intradermal, pergerakan dan
pengaturan posisi ibu saat persalinan, dukungan yang kontinu saat persalinan, pemijatan/masase,
TENS, hipnosis, teknik relaksasi dan pernapasan, kompres panas/dingin, accupresure, aromaterapi,
terapi musik serta audioanalgesia. Sedangkan untuk terapi farmakologis, antinyeri dibedakan
menjadi 2 kategori yaitu penggunaan analgesik dan anestesi. Analgesik sistemik yang digunakan
dibedakan menjadi opioid (morfin, mepereidein, alphaprodine, fentanil, remifetanil) serta sedative
dan tranquilizer (phnotiazine dan benzodiasepin). Analgesia dan anastesi regional diberikan
melalui teknik epidural, sinal, kombinasi spinal dengan epidural, blok para servikal dan blok
pudendal.
Berbagai keuntungan, kerugian, efek samping, indikasi dan kontraindikasi pada berbagai
teknik mengatasi nyeri pada persalinan perlu diperhatikan dan dipertimbangkan penggunaanya
terhadap ibu saat persalinan untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan kedepannya.

28
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, Retna Eni, Wulandari. 2014. Asuhan Kebidanan Nifas. Jogjakarta:


Nuha Medika.
Aspiani, Reni Yuli. (2017). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Maternitas.
Jakarta: Trans Info Media
Fengge, A. 2012. Terapi Akupresur Manfaat dan Teknik Pengobatan.
Yogyakarta: Crop Circle Corp.
Hamilton, 2011. Dasar – Dasar Keperawatan Maternitas. Edisi 6. Jakarta : EGC.

Ikhtiarinawati, F. dan Nuraini, R. (2010) “Pengaruh Pemberian Teknik


Akupresur Terhadap Penurunan Nyeri Persalinan Kala I Pada Ibu
Primipara,” Tesis.
Maritalia, D. 2012. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Editor Sujono
Riyadi.

Yogyakarta: PustakaBelajar.

Muhlisin Abi. 2012. Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Gosyen Publishing

Murray, M. L. & Huelsman M. Gayle. 2013. Persalinan dan Melahirkan. EGC.


Jakarta
Nugroho, T. 2011. Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah Dan
Paenyakit Dalam. Yogyakarta : Nuha Medika
Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Priharjo, Robert. 2011. Konsep & Perspektif Praktik Keperawatan Profesional
Edisi 2. Jakarta: EGC

Saifuddin, A. 2012. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal


dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sondakh Jenny J.S. 2013. Asuhan Kebidanan Persalinan & Bayi Baru
Lahir.

Erlangga

Sukmaningtyas, Wilis, Windiarti, dan Prahesti Anita. (2016). Efektivitas


Endorphine Massage terhadap Tingkat Kecemasan Ibu Bersalin

29
Primipara.Bidan Prada. Jurnal Ilmiah Kebidanan, Vol. 7 No. 1 Edisi Juni
2016, hlm. 53-62
Wiknjosastro, Hanifa. 2012. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo

30

Anda mungkin juga menyukai