Anda di halaman 1dari 51

DAMPAK KELUARGA BROKEN HOME TERHADAP PRESTASI

BELAJAR SISWA KELAS 1 SDN 3 BENTEK DUSUN


SELELOS DESA BENTEK KECAMATAN GANGGA
TAHUN AJARAN 2023/2024

PROPOSAL

OLEH:
HUSNUL HATIMAH
NIM. 21862063159

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
STKIP HAMZAR LOMBOK UTARA
TAHUN 2024
DAMPAK KELUARGA BROKEN HOME TERHADAP PRESTASI
BELAJAR SISWA KELAS 1 SDN 3 BENTEK DUSUN
SELELOS DESA BENTEK KECAMATAN GANGGA
TAHUN AJARAN 2023/2024

PROPOSAL

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat dan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan


Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

OLEH:
HUSNUL HATIMAH
NIM. 21862063159

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
STKIP HAMZAR LOMBOK UTARA
TAHUN 2024
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

Husnul Hatimah :
Damapak Keluarga Broken Home Terhadap Prestasi
Belajar Siswa Kelas 1 Sdn 3 Bentek Dusun Selelos Desa
Bentek Kecamatan Gangga Tahun Ajaran 2023/2024

Pembimbing 1

(……………………………….)
NIDN.

Pembimbing II

(……………………………….)
NIDN.

Mengetahui,
Ketua Program Studi PGSD

(M. Taufik, M.Pd)


NIDN. 0814078701

iii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulispanjatkan kehadirat Allah SWT. Karena atas


segala rahmat, taufik serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Proposal Skripsi sebagai mahasiswa, yang berjudul “Damapak Keluarag Broken
Home Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas 1 SDN 3 Bentek Tahun Ajaran
2023/2024” dapat dituntaskan sesuai dengan yang dipersiapkan.
Proposal Skripsi ini ditulis untuk menjalankan sebagian persyaratan
untuk menuntaskan studi di STKIP Hamzar Lombok Utara, Program Studi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD). Pada lembaran awal proposal skripsi ini
izinkan penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ketua STKIP Hamzar Lombok Utara H. Lalu Habiburrahaman, M.Pd., telah
memberi bantuan secara moril serta memfasilitasi berbagai kepentingan studi
selama penulis menempuh perkuliahan di STKIP Hamzar Lombok Utara.
2. Ketua Program Studi PGSD M. Taufik M.Pd, dan staf dosen pengajar pada
program studi PGSD yang telah banyak membantu serta memotivasi penulis
selama perjalanan studi dan penyusunan proposal skripsi.
3. Kepada Pembimbing I, yang dengan sabar membimbing, mengarahkan dan
memberikan motivasi yang demikian bermakna, sehingga penulis mampu
menyelesaikan proposal skripsi ini.
4. Kepada pembimbing II, yang juga selalu membimbing penulis dalam
menyelesaikan proposal skripsi ini.

Penulis menyadari proposal skripsi ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan dan
perbaikannya sehingga pada akhirnya laporan proposal skripsi ini dapat
memberikan manfaat bagi bidang pendidikan dan penerapan di lapangan serta bisa
dikembangkan lebih lanjut lagi. Aamiiin.

Tanjung, 9 Desember 2023

Husnul Hatimah
NIM. 21862063159

iv
DAFTAR ISI
COVER ........................................................................................................... i
HALAMAN JUDUL DAN MAKSUD........................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING........................................... iii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iv
DAFTAR ISI ................................................................................................... v
DAFTAR TABEL .......................................................................................... vi
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Batasan Masalah ....................................................................................... 6
C. Rumusan Masalah .................................................................................... 6
D. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 6
E. Manfaat Penelitian .................................................................................... 6
F. Penegasan Istilah ....................................................................................... 7
1. Dampak Broken Home............................................................................. 7
2. Prestasi Belajar......................................................................................... 10
G. Kajian Teoritis .......................................................................................... 11
1. Penelitian yang Relevan .......................................................................... 11
2. Landasan Teori ........................................................................................ 14
a. Keluarga ............................................................................................. 14
b. Broken Home ...................................................................................... 18
c. Faktor-Faktor Penyebab Keluarag Broken Home................................ 18
d. Prestasi Belajar.................................................................................... 22
e. Faktor-Faktor yang dapat Mempengaruhi Prestasi Belajar................. 23
H. Metode Penelitian ..................................................................................... 26
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ............................................................. 26
2. Lokasi Penelitina ..................................................................................... 27
3. Kehadiran Peneliti ................................................................................... 27
4. Data dan Sumber Data ............................................................................ 28
5. Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 28
6. Analisis Data .......................................................................................... 29
7. Pengecekan dan Keabsahan Data ............................................................ 32
Jadwal Penelitian ........................................................................................... 38
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 39
LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................ 41
v
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
Tabel 1. Peningkatan Angka Perceraian........................................................... 3
Tabel 2. Jadwal Penelitian................................................................................ 38

vi
A. Latar Belakang
Keluarga merupakan lingkungan yang paling utama bagi setiap
individu karena sebagian besar manusia memulai kehidupannya dari sebuah
keluarga dan hampir setengah kehidupannya ada dalam sebuah keluarga,
keluarga merupakan tempat pertama kali kita memulai kehidupan, berintraksi,
bersosialisasi dan masih banyak lagi hal lainnya yang bisa kita lakukan di
dalam sebuah keluarga, pengaruh lingkungan keluarga terhadap setiap individu
tidaklah minim sehingga dalam suatu pendidikan keluarga memiliki pengaruh
dalam membentuk watak dan kepribadian seseorang.
Keluarga adalah lembaga pendidik yang paling utama yang
bertanggung jawab atas penyelenggaraan pendidikan, keluarga tempat pertama
kali anak-anak menerima pelajaran tentang berbagai macam hal di dunia dan
dalam prosesnya anak-anak mendapatkan semua pembelajaran itu yang dimulai
dari orang tua mereka massing-massing ataupun bisa juga dilakukan oleh
anggota keluarga lainnya.1
Disaat seseorang memutuskan untuk membangun sebuah keluarga hal
yang terlintas dalam pikiran seseorang pasti bagaiman menjadi sebuah keluarga
yang sakinah, mawaddah, warrohmah dan bagaiman seseornag mampu
menciptakan sebuah keluarga yang bahagia, tentram, harmonis, lalu bagaiman
sikap seseorang saat menghadapi masalah yang terjadi dalam keluarganya.
Seseorang yang ingin berkeluarga harus melalui perkawinan yang
telah diatur dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan.
Menurut Undang-Undang Perkawinan Bab I Pasal 1 sebagai berikut:
“Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita
sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang
bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”.2
Pernikahan yang sudah terjalin antara satu individu dengan individu
yang lain tentu saja terjadi karena suatu hubungan baik namun hal ini tidak
menjamin bahwa setiap hubungan keluarga itu akan berjalan dengan mulus.
1
Zuhairini, dkk, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta :Bumi Aksara, 1995), hal 177.
2
Anggota IKAPI, Undang-Undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974 dengan Penjelasannya,
PP. No. 9 Tahun 1975, (Aneka Ilmu, Semarang, 1985), hal 1.

1
namun dapat juga tejadi sebaliknya seperti pernikahan yang terjadi karena
suatu perjanjian, hutang keluarga, nikah muda, bahkan paksaan dari orang lain.
karena pernikahan yang tidak didasari dengan rasa cinta mungkin tidak akan
bertahan lama namun hal ini tidak menjamin bahwa cinta dapat menyatukan
keluarga dalam waktu yang lama, hal ini disebabkan karena banyak faktor yang
dapat menggoyahkan rasa cinta itu sendiri, seperti masalah ekonomi,
perbedaan pendapat, menikah muda yang dimana dalam fase ini masih belum
matang dalam segi ekonomi, faktor keluarga dan masih banyak lagi.
Masalah-masalah seperti inilah yang mungkin mengakibatkan konflik
dalam keluarga tersebut. Lebih parahnya lagi, konflik tersebut menyebabkan
sebuah konflik yang berkelanjutan hingga berujung perceraian. Sehingga
terjadinya keluarga yang rusak (Broken Home). Dalam kasus ini, yang paling
merasakan dampkanya adalah seorang anak. Anak-anak akan merasakan stress
bahkan cenderung bersikap buruk dan masih banyak pengaruh-pengaruh
lainnya yang tidak diinginkan. Belum lagi dia akan dicap sebagai anak broken
home oleh sekitarnya yang membuat mentalnya down.
Istilah broken home biasa digunakan untuk menggambarkan situasi
keluarga yang berantakan dan tidak harmonis yang biasanya ditandai dengan
orang tua yang sudah tidak perduli terhadap kehidupan rumah tangganya.
Menurut Chaplin yang dikutip oleh Lis Islami Kartini dkk, keluarga broken
home adalah keluarga atau rumah tangga tanpa hadirnya salah seorang dari
kedua orang tua (ayah atau ibu) yang disebabkan akibat meninggal dunia,
perceraian, pergi dari rumah dan lain-lain. 3
Menurut Wilis yang dikutip oleh erika nurkumalarini, broken home
dapat dilihat dari dua aspek, yaitu orang tua yang tidak utuh karena orang tua
anak meinggal atau bercerai, dan anak yang orang tuanya utuh tetapi tidak
pernah diperlihatkan hubungan cinta dan sering bertengkar, anak-anak dengan
latar belakang broken home juga besekolah dan latar belakang keluarga sangat
berpengaruh di bidang akademik anak.4

3
Lis Isami Kartini, dkk, Gambaran Motivassi Belajar Siswa yYang Mengalami Keluarga
Broken Home, Jurnal Vokus, Vol 2, No 1 (Jakarta: Januari 2019) hal 9.

2
Berdasarkan Data Badan Peradilan Mahkamah Agung, angka
perceraian terus meningkat setiap tahunnya. Namun menurun ditahun 2020
sebanyak 291.000 dan kembali meningkat ditahun 2021 sebanyak 447.000 dan
terus meninggkat hingga tahun ke tahun. Hal ini juga disampaikan oleh Dirjen
Bimas Islam Kamaruddin Amin yang mengatakan kasus tersebut terjadi
khususnya yang beragama islam. Berikut data angka perceraian di Indonesia
dari tahun 2017-2022.
Tabel 15
No Tahun Jumlah Kasus
1 2017 415.510
2 2018 444.358
3 2019 480.618
4 2020 291.000
5 2021 447.000
6 2022 516.344
Sumber: Kemenag RI

Anak yang broken home ialah anak yang berasal dari ayah dan ibu
bercerai atau anak yang berasal dari keluarga yang tidak utuh, dimana ayah dan
ibunya tidak dapat berperan dan berfungsi sebagai orangtua yang sebenarnya.
Orang tua kebanyakan hanya mementingkan kebutuhan finasial anak saja tanpa
peduli dengan kesehatan mental anaknya dan orangtua seringkali tidak
menyadari kebutuhan psikologis anak yang sama pentingnya dengan
memenuhi kebutuhan hidup. Anak membutuhkan kasih sayang berupa
perhatian, sentuhan, teguran dan arahan dari ayah dan ibunya, bukan hanya dari
pengasuhnya atau pun dari nenek kakeknya.
Perceraian ini banyak terjadi akibat konflik keluarga yang mengalami
kesulitan, ketidak harmonisan dalam keluarga atau kehilangan kebahagiaan.
4
Erika Nurkumala Sari, Tinjauan Motivasi Belajar Siswa pada Keluarga yang Mengalami
Perceraian (Broken Home) di Sekolah Dasar Negeri Jemur Wonosari 1, School Education Jurnal,
Vol 10, No 3, (Yogyakarta: 2020) hal 257.
5
Intan Umbari Prihatin, Kemenag Sebut Angka Perceraian Mencapai 306.688 per Agustus
2020, diakses melalui https://www.merdeka.com/peristiwa/kemenag-sebut-angka-
perceraianmencapai-306688-per-agustus-2020.html

3
Tentunya sebab ketidak bahagiaan itu bermacam-macam pula, ada yang
disebabkan karena kehilangan kesetiaan salah seorang suami atau istri. 6
Sehingga anak terabaikan dan kurang mendapat perhatian dari orang tuanya
Motivasi belajar merupakan suatu pendorong atau penggerak
seseorang untuk belajar. Motivasi belajar bisa berasal dari dalam diri ataupun
dari rangsangan lingkungan sekitar. Tindakan guru adalah bentuk motivasi
yang diberikan dari lingkungan sekitar.
Hal diatas menunjukkan bahwa terjadinya konflik dalam sebuah
keluarga dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak begitupula
pendidikannya, terkadang anak yang broken home sering merasa minder
dengan teman-teman seusinya yang keadaan keluarganya jauh berbeda darinya
dimana anak seusinya yang seharusnya dimanja namun dituntut untuk menjadi
dewasa oleh keadaan keluarganya yang berantakan hal ini juga menyebabkan
anak-anak mejadi penyendiri, hasil belajarnya kurang baik, dan bahkan
menjadi malas saat belajar.
Namun prestasi yang dicapai oleh siswa broken homesangat berbeda
dan bergantung pada faktor internal dan eksternal Faktor Internal meliputi
kondisi fisik siswa, psikologis siswa dan motivasi belajar siswa, sedangkan
Faktor Eksternal meliputi perhatian orang tua, kinerja atau tindakan guru dan
fasilitas belajar.7 Kedua faktor ini memiliki pengaruh yang besar terhadap prest
belajar.
Seorang anak atau siswa yang mengalami permasalahan dirumah,
sering menunjukkan perilaku menyimpang baik disekolah ataupun
dilingkungan lainnya seperti bolos, mengganggu temannya, sengaja datang
terlambat ke sekolah, tidak pernah mengikuti pembelajaran dikelas dengan
baik, mencari perhatian orang disekililingnya, mencuri dan masih banyak lagi
sehingga prestasi siswa yang termasuk keluarga broken home ini sangat
menurun.
6
Zakiah Daradjat, Perawatan Jiwa untuk Anak-Anak, (Bulan Bintang:Jakarta, 1972)
hal 493.
7
Astriyani, dkk, Hubungan Motivasi Belajar dan Tindakan Guru dengan Prestasi Belajar
Siswa dengan Latar Belakang Broken home Kelas V Sekolah dasar, (Bandung: CV IRDH, 2018)
hal 806.

4
Pada tanggal 5 Desember peneliti melakukan wawancara ke sekolah
di SDN 3 Bentek dan bertemu langsung dengan wali kelas, kelas satu dan
terdapat seorang siswa yang mengalami broken home sehingga peneliti
memutuskan untuk menuju ke rumah siswa unutk melakukan penelitian lebih
lanjut dan dari hasil penelitian, peneliti mendapatkan informasi dari guru kelas
dan wali murid terkait pencapaian prestasi dan faktor yang mempengaruhi
siswa yang mengalami broken home. Yang dimana saat proses pembelajaran
siswa tersebut agak menyendiri namun rajin masuk sekolah dan siswa tersebut
menempuh jarak yang jauh untuk sampai ke sekolahnya dan sering pulang
dengan orang tua temannya dikarenakan dia hanya tinggal dengan neneknya
yang sudah sangat tua, siswa tersebut juga memiliki kendala dalam proses
belajarnya karena tidak ada yang bisa mengajarinya dirumah sehingga hal
itulah yang membuat prestasinya agak menurun.8
Untuk mengetahui lebih lanjut terkait keadaan siswa broken home
peneliti memutuskan untuk mencari informasi lebih lanjut dengan langsung
menuju rumah siswa, setibanya peneliti di rumah siswa yang mengalami
broken home peneliti mendapat informasi lebih banyak terkait penyebab orang
tua siswa mengalami perceraian, informasi ini didapatkan dari nenek siswa
yang sudah merawat siswa sejak kecil sejak orang tuanya bercerai, tinggal
dirumah yang sederhana tidak membuat siswa kehilangan semangat untuk tetap
sekolah, hanya saja siswa sering mendapat hambatan disaat proses belajarnya
di rumah dikarenakan tidak ada yang membimbing, sedangkan neneknya yang
sudah sangat tua tidak memungkinkan untuk mengajar cucunya.9
Berdasarkan uraian diatas yang melatar belakangi penelitian ini
sehingga peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul dampak keluarga
broken home terhadap prestasi belajar siswa kelas 1 SDN 3 Bentek Tahun
Ajaran 2023/2024).

8
Wawancara, Denda Nanik Suprianti S.Pd (Guru Kelas 1 SDN 3 Bentek), pada hari Selasa
5 Desember 2023 pukul 10: 50 wita.
9
Observasi di Dusun Sengaran Desa Selelos Kec. Gangga, pada hari Selasa 5 Desember
2023 pukul 11: 00 wita.

5
B. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka batasan masalah dalam
penelitian ini adalah Damapak Keluarga Broken Home Terhadap Prestasi
Belajar Siswa Kelas 1 SDN 3 Bentek Tahun Ajaran 2023/2024.

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, dapat dirumuskan
permasalahan penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagaimana semanagat anak broken home di saat pembelajaran di kelas
berlangsung di SDN 3 Bentek Tahun Ajaran 2023/2024 ?
2. Bagaimana karakteristik anak broken home di SDN 3 Bentek Tahun Ajaran
2023/2024 ?

D. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan latar belakang, identifikasi, batasan, dan rumusan
masalah yang telah diajukan maka penelitian ini bertujuan untuk:
1. Menjelaskan bagaimana semangat anak broken home disaat pembelajaran di
kelas berlangsung di SDN 3 Bentek Tahun Ajaran 2023/2024.
2. Menguraikan karakteristik anak broken home di SDN 3 Bentek Tahun
Ajaran 2023/2024.

E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa manfaat sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
a. Penelitian ini berguna sebagai referensi yang dapat memperkaya ilmu
informasi dalam rangka meningkatkan hasil belajar.
b. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan wacana baru
dalam dunia pendidikan khususnya untuk mengatasi anak dari keluarga
Broken Home.

2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti

6
Dengan melakukan penelitian ini peneliti dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman serta dapat menerapkan pengetahuan ini di
lapangan.

b. Bagi Orang Tua


Penelitian ini sebagai masukan agar orang tua lebih
memperhatikan anakanaknya dan berusaha menjaga keharmonisan dalam
keluarga.

c. Bagi Guru
Diharapkan memahami secara lebih mendalam mengenai
Dampak keluarga Broken Home terhadap terhadap Prestasi Belajar Siswa
Kelas 1 SDN 3 Bentek yang dapat digunakan sebagai bahan perhatian
dan evaluasi guru dalam memberikan pelayanan pada siswa yang
bersangkutan.

d. Bagi Siswa
Dengan adanya penelitian ini, kasus yang dialami oleh
siswa/siswi yang terkena dampak broken home akan lebih mudah untuk
di tangani.

F. Penegasan Istilah
1. Dampak Keluarga Broken Home
Dampak keluarga broken home terhadap anak dapat dipengaruhi
oleh berbagai aspek seperti, rentan mengalami gangguan psikis, membenci
kedua orang tuanya, mudah mendapat pengaruh buruk dari linggkungannya,
memandang jika hidup adalah sia-sia, tidak mudah bergaul, dan
permasalahan pada moralnya,10beberapa dampak ini dapat diuaraikan
sebagai berikut:
a. Rentan mengalami gangguan psikis
Dalam masalah ini tentunya peran keluarga sangat dibutuhkan
untuk perkekmbangan anak di masa-masa mendatang baik secara
10
Nurtia Masa, Dampak Keluarga Broken Home Terhadap Prilaku Sosial Anak, Vol (1),
No (1), (2020), hal 1-12.

7
psikologis maupun fisik. Karena ketika perceraian terjadi maka akan
menyebabkan masa kristis untuk anak terutama menyangkut hubungan
orang tua yang tidak lagi tinggal bersama sehingga menimbulkan
berbagai perasaan yang berkecambuk dalam batin seorang anak.

b. Membenci kedua orang tuanya


Anak broken home terkadang cenderung menyalahkan salah satu
orang tuanya bahkan kedua orang tuanya hal ini terjadi karena seorang
anak kurang mendapat kasing sayang dari orang tuanya, perhatian yang
diperlukan seorang anak dari orang tuanya tidak hanya tentang kebutuhan
finansial tetapi yang paling penting itu tentang kebutuhan kasih sayang
seperti perhatian, disayangi dengan sepenuh hati, tidak dibeda-bedakan,
komunikasi verbal dengan baik, meski hanya menanyakan hal-hal kecil
tentang kesehariannay. Karena seorang anak butuh sentuhan dari orang
tuanya berupa simpati dan rasa empati untuk membuat anak menjai peka
terhdap lingkungannya, namun hal tersebut terkadang tidak sepenuhnya
didapatkan oleh anak dan sentuhan tersebut tidak pernah dirasakan oleh
anak broken home.

c. Mudah mendapat pengaruh buruk dari lingkungannya


Mudah mendapat pengaruh buruk dari lingkungan hal ini
cenderung sering dialami oleh anak broken home karena setlah
hancurnya sebuah keluarga yang menjadi satu-satunya tempat pulang
kini sudah tidak ada lagi, dan tergantikan oleh lingkungan
pertemanannya karena kini setelah tidak ada lagi keluarga yang menjadi
tempat pulang teman-temanlah yang menjadi satu-satunya tempat untuk
seorang anak broken home menghibur dirinya dan bersosialisasi.
Sehingga hal inilah yang menjadi pengaruh di dalam dirinya, ketika dia
bergaul dengan teman-teman yang baik maka prilakunya juga akan baik
begitupun sebaliknya.

d. Memandang jika hidup adalah sia-sia

8
Anak broken home tidak jarang beberapa dari mereka terkadang
tidak mempunyai tujuan hidup dan merasa hidup hanya sia-sia, hal ini
terjadi karena anak juga merasa kesepian tidak dapat kasing sayang orang
tua dan tidak mendapat kebahagaian dari keluarga yang utuh seperti yang
mereka lihat pada teman-teman lainnya sehingga mampu membuat anak
putus asa.
Anak broken home sering sekali merasakan kepedihan serta
kehancuran hati yang sangat mendalam, bahkan ada juga yang sampai
menyimpan dendam pada oarang tuanya ataupun orang lain yang
menyebabkan keluarganya hancur, sehingga pandangan hidup mereka
menjadi negatif dalam segala hal, bahkan merasa hidupnya sudah tidak
ada artinya bagi siapapun tidak ada yang bias dijadikan telandan dan
tidak ada yang merasa bahwa dirinya penting untuk ada di dunia ini.

e. Tidak mudah bergaul


Pada dasarnya anak broken home cenderung menjadi pribadi
yang pendiam setelah semua masalah yang terjadi di dalam keluarganya
dan kurangnya dorongan sosial, seperti yang dikemukakan oleh Alfred
Adler bahwa pada dasarnya manusia merupakan mahluk sosial, iapun
menjelaskan bahwa dorongan sosial sangat penting bagi anak broken
home agar dapat memahami problem solving masalah keluarga yang
dihadapinya.

f. Permasalahan pada moral


Dalam masa perkembangannya anak broken home anak akan selalu
di dalam kondisi pertengkaran dengan orang tuanya yang secara tidak
langsung bisa membentuk kepribadian anak menjadi kasar dan keras
kepala. Ini disebabkan karena anak juga terbiasa melihat hal-hal
kekerasan yang terjadi dalam keluarganya, tidak banyak juga anak yang
mendapatkan pengaruh dari lingkungan sekitar yang menyebabkan
moralnya menjadi lebih buruk lahi karena orang lain melihat bagaimana
kondisi anak tersebut, sering juga orang di lingkungan sekitarnya

9
memanfaatkan kondisi anak broken home untuk kepentingan pribadi
mereka.

g. Pengaruh pada minat belajar


Anak-anak di keluarga broken home mungkin memiliki minat
belajar yang lebih rendah daripada anak-anak dari keluarga yang
harmonis, hal ini dapat terjadi karena tidak ada dukungan dari orang tuan
anak yang selalu ada saat anak kesulitan dalam belajar.

h. Perubahan prilaku
Anak-anak dikeluaraga broken home mungkin menunjukkan
prilaku yang buruk seperti kekhawatiran, ketidakpastian, dan bahkan
ketergantungan pada guru dan murid lain.
Berdasarkan hasil Observasi di SDN 3 Bentek oleh siswa atas
nama maulana memiliki beberapa sifat yang terbilang cukup baik sebagai
anak broken home karena perilakunya terhadap lingkungan sekitar
tidaklah buruk, namun cenderung menjadi agak pendiam.11

2. Prestasi Belajar
Prestasi belajar ini mengacu pada penguasaan pengetahhuan atau
keterampilan yang dikembangkan oleh suatu mata pelajaran yang
ditunjukkan dengan hasil tes atau penilaian, yang mencanggkup berbagai
faktor seperti keaktifan siswa, motovasi belajar, lingkungan sekolah, dan
strategi pembelajaran yang ada dalam dunia pendidikan terhadap dua jenis
prestasi yaitu prestasi akademik dan non akademik merujuk pada hasil
pembelajaran yang diperoleh dari kegiatan sekolah.
Prestasi belajar ialah hasil dari kegiatan yang dilakukan secara
individu maupun kelompok, prestasi belajar ini dapat dipengaruhi berbagai
faktor seperti keaktifan siswa, motivasi belajar, lingkungan sekolah, guru
dan strategi pembelajaran. Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai maupun
diperoleh oleh siswa berupa perubahan kualitas atau kuantitas seperti

11
Observasi yang dilakukan peneliti di SDN 3 Bentek pada hari Selasa 5 Desember 2023
pukul 10: 00 wita.

10
tingkah laku, pengertahuan dan keterampilan, istilah mengenai prestasi
belajar siswa:
a. Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan
yang telah dikuasai anak.
b. Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu.
c. Prestasi belajar sebagai informasi dan inovasi pendidikan.
d. Prestasi belajar sebagai indikator internal dan eksternal dari suatu
institusi pendidikan.
e. Prestasi belajar dapat dijadikan indikator terhadap kecerdasan anak
didik.12

Prestasi belajar dapat diperoleh dengan menggunakan dan menilai


hasil belajar siswa, seperti nilai atau skor yang telah diperoleh melalui
pengukuran dan penilaian hasil belajar siswa, seperti nilai atau skor rata-
rata yang dapat diperoleh dengan evaluasi belajar atau ujian. Prestasi Belajar
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah hasil yang telah di
capai.

G. Kajian Teoritis
1. Kajian yang Relevan
Agar skirpsi ini mendapat hasil yang novelti dan memiliki bobot
yang ilmiah maka penulis melakukan kajian terhadap berbagai literatur atau
penelitian-penelitian yang pernah dilakukan oleh penulis sebelumnya,
khususnya penelitian yang berkaitan dengan Dampak Broken Home. Dari
kajian yang relevan yang penulis lakukan, maka ditemukan beberapa
penelitian yang dapat penulis paparkan sebagai berikut:
a. Penelitian Dinda Permata Sari yang dilaksanakan pada tahun 2021
menunjukkan bahwa anak broken home meiliki kemampuan belajar yang
berbeda meski mereka berasal dari keuarga broken home yang
membuatnya berbeda ialah dari faktor lingkungnnya sendiri, anak broken
home terkadang cenderung lebih malas dan meiliki keinginan untuk
12
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yYang Mempengaruhi (Rineka Cipta: Jakarta, 2015)
hal 33.

11
belajar hanya saat ditegur saja dan belajar hanya ketika ada tugas hal ini
disebabkan oleh faktor keluarga karena tidak ada yang memperhatikan
kebutuhannya. Adapun juga anak yang broken home mejadi motivasi
untuk dirinya agar lebih giat lagi untuk belajar karena mendapat
dukungan dari lingkungan sekitar seperti teman, keluarga jauh dan
lainnya.13
Adapun persamaan dalam penelitian ini sama-sama meneliti
tentang anak broken home dan menggunakan metode penelitian
kualitatif. Namun perbedaanya yaitu lokasi penelitiannya, penelitian ini
berlangsung di SD Al-Washliyah 25 Medan dan peneliti meneliti di SDN
3 Bentek Kabupaten Lombok Utara.

b. Penelitian oleh Ruslin yang dilaksanakan pada tahun 2022, menunjukkan


hasil bahwa anak broken home yang orang tuanya bercerai atau
meninggal dunia dan ditinggal dengan orang tua sambungnya sering
bertengkar dan adapula anak yang broken home namun orang tuanya
tidak bercerai ini dikatakan broken home karena struktur keluarganya
yang sudah tidak utuh hilangnya peran orang tau yang semestinya dan
terjadinya pertengkaran yang memicu pada kekerasan fisik, hal inilah
yang membuat anak merasa dirinya sudah seperti anak broken home.14
Adapun persamaan penlitian ini dengan peneliti ialah sama-
sama meneliti tentang anak broken home dan perbedaannya penelitian ini
menggunakan metode penelitian kuantitatif sedangkan peneliti
menggunakan metode penelitian kualitatif.

c. Penelitian Anggie Padillah Ramadani yang dilaksanakan pada tahun


2022, memperoleh hasil bahwa dampak terjadinya keluarga broken home
mengakibatkan tidak terpenuhinya kebutuhan anak, terutama kasih

13
Dinda Permata Sari, Dampak Keluarga Broken Home Terhadap Aktivitas Belajar Siswa
SD Al- Washliyah 25 Medan Marelan, Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhamaddiyah Sumatera Utara Sumatera Utara
Medan, 2021.
14
Ruslin, Pengaruh Keluarga Broken Home Terhadap Perilaku Keagamaan Remaja di Smk
Anak Bangsa Indonesia NTB,Program Studi Bimbingan Koseling Islam (Bki), Fakultas Dakwah
dDan Ilmu Komunikasi (Fdik), Universitas Islam Negeri Mataram, Mataram 2022.

12
sayang kedua orang tuanya, sehingga anak cenderung berprilaku agresif
seingga anak sering mencari perhatian terhadap orang lain, 15 dan dikap
agresif ini serta perilaku yang menyimpang di sebabkan orang tua tidak
memberikan pendidikan karakter sejak dini sehingga anak mengalami
perkembangan emosional yang kurang baik dikarenakan kondisi
keluarganya juga yang kurang baik dan mereka terbiasa melihat
kekerasan yang terjadi di dalam keluarga mereka adapun juga sebaliknya.
Adapun persamaan dalam penelitian ini sama-sama melakukan
penelitian dengan metode penelitian kualitatif dan perbedaanya ialah
penelitian ini melakukan penelitian di SMP negeri 8 Palopo, sedangkan
peneliti melakuka penelitian di SDN 3 Bentek.

d. Penelitian Marisa Angraini yang dilaksanakan pada tahun 2022,


menunjukkan bahwa berdasarkan hasil wawancara ada 3 indikator yang
difokuskan yaitu yang pertama kerjasama remaja sesama broken home
yang kedua rasa simpati dan empati remaja broken home, dan ketiga
bagaima remja broken home menghormati orang tua.16

Adapun persamaan dalam penelitian ini yaitu sama-sama


menggunakan metode penelitian kualitatif dan perbedaannya yaitu
penelitian ini menfokuskan broken home pada anak remaja sedangkan
peneliti memfokuskan penelitian broken home pada anak usia dini.

e. Penelitian Maulidya Cahya Fatiha yang dilaksanakan pada tahun 2022,


dengan hasil Broken home sangat berpengaruh dalam motivasi belajar
siswa. Pola asuh anak dalam keluarga juga akan mempengaruhi tingkat
motivasi belajar siswa. Salah satu hal yang perlu membangkitkan

15
Anggie Fadilah Ramadani, Keuarga Broken Home dan Dampaknya Terhadap Perilaku
Belajar Siswa di SMP 8 Palopo, Bimbingan dan Konseling Islam, Fakultas Usulludin Adab dan
Dakwah, Institut Agama Islam Negeri Palopo, 2022.
16
Marisa Anggraini, Perilaku Sosial Remaja dari Keluarga Broken Home di Kelurahan
Bentiring Kota Bengkulu, Program Studi Bimbingan dan Konseling Islam, Jurusan Dakwah,
Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah Uin Fatmawati Sukarno Bengkulu, 2022.

13
17
semangat belajar adalah dengan adanya dorongan motivasi. Tetapi hal
ini ternyata tidak semua anak broken home kehilangan motivasi
belajarnya. Peran keluarga sangat penting bagi anak broken home. Dan
semua kembali lagi kepada pilihan siswa-siswi yang mengalami broken
home.
Adapun persamaan antara penelitian ini ialah sama-sama
meneliti tentang dampak broken home dan menggunakan metode
penelitian kualitatif sedangkan perbedaanya yaitu penelitian ini di
lakukan di Sekolah Menengah Atas (SMA) sedangkan peneliti
melakukan penelitian di Sekolah Dasar (SD).
1.
2. Landasan Teori
a. Keluarga
Dalam suatu kehidupan manusia yang saling membutuhkan satu
sama lain, kehidupan menjadi dapat lebih berarti ketika kita mampu
mendedikasikan dan mengamalkan sebagian dari kehidupan kita untuk
membantu orang lain, sebagai manusia yang merupakan makhluk
individu yang diciptakan dimuka bumi juga membutuhkan pasangan
untuk melanjutkan kehidupan memberi arti dari sebuah hidup hingga
membangun sebuah keluarga, yang didalam sebuah keluarga itu terdapat
beberapa orang yang sangat kita cintai dan kita anggap begitu berarti
dalam kehidupan kita yang mampu mengubah kehidupan kita yang
awalnya hanya seorang individu yang kesepian dan kini telah
menemukan pasangan hidup dan membentuk sebuah keluarga kecil, yang
didalam keluarga itu terdapat seorang ayah, ibu, dan anak yang
melengkapi kehidupan keluarga itu sendiri.
Dalam Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 yang membahas
Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga dinyatakan
bahwa: (1) Keluarga ialah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri
dari suami istri, atau suami, istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya,
17
Maulidya Cahya Fatiha, Dampak Keluarga Broken Home Terhadap Motivasi Belajar
Siswa di SMA Negeri 10 Tangerang Selatan Angkatan 2019, Jurusan Tadris Ilmu Pengetahuan
Sosial, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Uin Syarif Hidayatullah Jakarta 2022.

14
atau ibu dan anaknya; (2) Pembangunan keluarga ialah usaha
menciptakan keluarga berkualitas yang hidup dalam lingkungan yang
sehat. 18Untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas yang hidup dalam
lingkungan yang sehat tidaklah mudah untuk sebagian masyarakat.
Mereka dihadapkan pada berbagai persoalan yang menghambat
tumbuhnya kepribadian yang menjadi landasan dalam menghadapi
lingkungan.
Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)
keluarga mengacu pada laki-laki dan perempuan dan anak-anak mereka
atau ayah dan anak-anak mereka atau bahkan ibu dan anak-anak
mereka.19 Keluarga dalam kehidupan setiap orang sangatlah berarti
keluarga ialah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan
perkawinan, adaptasi dan kelahiran yang bertujuan menciptakan dan
mempertahankan budaya dalam sebuah kehidupan, keluarga adalah
kelompok terkecil yang paling berpengaruh dan penuh tanggung jawab di
dalamnya.20
Duval (1972) duval menyatakan bahwa keluaraga adalah
sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adaptasi,
dan kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya
yang umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental dan emosional
21
serta sosial individu yang ada didalamnya, dilihat dari intraksi reguler
dan ditandai dengan adanya ketergantungan dan hubungan untuk
mencapai tujuan umum.
Intraksi reguler disini menjelaskan tentang bagaimana intreraksi
antara dua individu atau lebih yang direncanakan dan terjadi secara
teratur maupun tidak teratur, beberapa interaksi reguler ialah suatu
kegiatan yang dilakukan untuk bertemu dengan teman-teman sekolah,

18
Heryanto., Pembinaan Keluarga Broken home., Juni, 2016, hal 38
19
Mareta Akhriansyah, dkk, Keperawatan Keluarga, (Padang Sumatera Barat: GET PRESS
INDONESIA, 2023) hal 11.
20
Zaidin Ali, Pengantar Keperawatan Keluarga, (Jakarta: EGC, 2010) hal 6.
21
Zaidin Ali, Dasar-Dasar Perencanaan Keperawatan (Jakarta: Sangung Seto Official,
2010) hal 22.

15
atau berjumpa dengan tetangga di lingkungan sekitarnya, selain interaksi
reguler dalam kehidupan sebuah keluarga terdapat interaksi sosial yang
dimana interaksi ini dapat mempengaruhi prilaku individu yang ikut di
dalam interaksi tersebut, interaksi sosial ini bisa terjadi antara individu
dengan individu, kelompok dengan kelompok, bahkan bisa terjadi antara
individu dengan kelompok, interaksi sosial ini sangat penting dalam
kehidupan dikarenakan dapat membangun sistem dalam hubungan sosial
bermasyarakat.
Adapun ciri-ciri sebuah keluarga menurut (Wahyuni Et Al)
antara lain ialah:
1) Terorganisasi, yang dimaksudkan disini ialah suatu keluarga yang
saling berhubungan, saling ketergantungan antara anggota keluarga.
2) Ada keterbatasan, dimana setiap anggota keluarga memiliki kebebasan
namun mereka juga memiliki keterbatasan entah itu dalam hal apapun
seperti dalam menjalankan tugasnya masing- masing.
3) Ada perbedaan antara kekhususan dimana setiap anggota keluarga
memiliki perannya masing-masing.22

Koerner dan Fitzpatrick, definisi keluarga dapat ditinjau dari


tiga sudut pandang, yaitu definisi structural, definisi fungsional, dan
definisi interaksional.23
1) Definisi struktural. Keluarga didefinisikan berdasarkan kehadiran atau
ketidakhadiran anggota keluarga seperti orang tua, anak, dan kerabat
lainnya. Definisi ini memfokuskan pada siapa yang menjadi bagian
dari keluarga.
2) Definisi fungsional. Keluarga didefinisikan dengan penekanan pada
terpenuhinya tugas-tugas dan fungsi-fungsi psikososial. Fungsi-fungsi
tersebut mencakup perawatan, sosialisasi pada anak, dukungan emosi

22
Joko Prasetyo, Keperawatan Keluarga dan Puskesmas, (Padang Sumatera Barat: PT
Global Eksekutif Teknologi, 2023) hal 5.
23
Sri Lestari. Psikologi Keluarga. (Jakarta: Kencana, 2012) hal 5.

16
dan materi, dan pemenuhan peran-peran tertentu. Definisi ini
memfokuskan pada tugas-tugas yang dilakukan oleh keluarga.
3) Definisi transaksional. Keluarga didefinisikan sebagai kelompok yang
mengembangkan keintiman melalui perilaku-perilaku yang
memunculkan rasa identitas sebagai keluarga (family identity), berupa
ikatan emosi, pengalaman historis, maupun cita-cita masa depan.
Definisi ini memfokuskan pada bagaimana keluarga melaksanakan
fungsinya.

Dari tiga devinisi di atas dapat disimpukan, dari definisi di atas


mengenai keluarga dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah kehadiran
anggota keluarga dalam suatu kelompok yang menekankan keintiman,
tugas-tugas dan fungsi psikososial. Keluarga merupakan satu kesatuan
hidup (sistem sosial) yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak. Ikatan
kekeluargaan membantu anak mengembangkan sifat persahabatan, cinta
kasih, hubungan antar pribadi, kerja sama, disiplin, dan tingkah laku
yang baik. Sementara itu, keluarga harus menciptakan situasi belajar
yang kondusif bagi anak.
b. Broken Home
Broken home terdiri dari dua kata yaitu broken dan home,
broken berasal dari kata break yaitu keretakan sedangkan home yaitu
rumah atau rumah tangga.24 Keluarga broke home juga dapat diartikan
sebagai keluarga yang tidak harmonis karena tidak sama seperti keluarga
pada umumnya yang rukun, damai, dan terlihat lebih bahagia. Karena
sering terjadi pertengkaran dan kekerasan yang menyebabkan perceraian,
hal inilah yang menjadi penyebab broken home (rumah tangga yang
berantakan) jauh dari kata harmonis, rukun dan kebahagiaan.
Anak yang terlahir dari keluarga broken home mempengaruhi
tumbuh kembang anak dan keluarganya, keluarga merupakan tempat
berkembang anak dan keluarga seperi fisik, mental, emosi, spiritual, dan

24
Jhon M. Echols Kamus Inggris-Indonesia (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008)
hal 81.

17
sosial. 25 Anak yang dalam kondisi keluarga seperti ini rata-rata memiliki
prilaku yang sulit dikendalikan dan prilakunya di luar batas mereka
bahkan seolah-olah memiliki gangguan mental karena bentuk tekanan-
tekanan yang dialaminya, anak broken home terkadang sulit menerima
apa yang terjadi pada dirinya dan melihat perbedaan kehidupannya
dengan orang lain.

c. Faktor Penyebab Keluarga Broken Home


Dalam setiap lehidupan sebuah keluarga tidak terlepas dari yang
namnya masalah keluarga siapaun mau sedamai apapun yang terlihat
pasti dalam keluarga tersebut juga menyimpan masalah seperti masalah
ekonomi, egoisme, kesibukan, gangguan pihak ketiga, bahkan sikap yang
kurang baik, dan perbedaan pendapat yang terjadi karena kuranggnya
pengetahuan,26 serta masih banyak lagi, namun kembali kepada keluarga
itu sendiri bagaiman mereka mengatasi masalah tersebut.
Berdasarkan hasil wawancara dengan wali murid siswa yang
mengalami broken home orang tua siswa mengalami percerain karena
sang istri terlalu posesif terhadap sang suami dan suami merasa sangat
tidak nyaman dengan sikap istrinya tersebut sehingga mengambil
tindakan yang dirasa terlalu terburu-buru untuk memutuskan bercerai.
Bisa saja istri punya virasat kalo sang suami mungkin berselingkuh
karena pasangan suami istri ini menikah muda dan bisa menyebabkan
rentan terjadinya perselingkuhan karena masa remaja yang belum puas
mereka rasakan.27
Menurut Delia ada 2 faktor yang menyebabkan terjadinya
broken home dalam keluarga yaitu faktor internal dan faktor eksternal.28
1) Faktor internal
25
Desi Wulandari dkk, Pengalaman Remaja Broken Home (Studi Kualitatif
Fenomenologis) Jurnal Empati vol 8, No.1 (2019), hal 2.
26
Imron Muttaqin, dkk, Analisis Faktor Penyebab dan Dampak, Jurnal Rahema: Jurnal
Studi Gender dDan Anak Vol 6, No.2 (2019) hal 56.
27
Wawancara (Nenek Supiah) di Dusun Sengaran Desa Selelos Kec. Gangga, pada hari
Selasa 5 Desember 2023 pukul 11: 00 wita.
28
Delia, dkk, Penyebab Broken Home dalam Keluarga dan Cara Mencegahnya, (Bandung:
Rineka Cipta, 2021), hal 65.

18
a) Orang tua terlalu sibuk dengan dunianya sendiri
Dimana saat kedua orang tua yang sibuk bekerja dari pagi
bahkan sampai sore kadang lupa dengan kehidupan dirumah jarang
juga berkomunikasi antar keluarga memicu terjadinya broken home
disaat ayang kehilangan peran sebagai kepala keluarga dan ibu
sebagai ibu rumah tangga, kehilangan kehangatan dalam rumah
dapat memicu hal buruk saat anggota keluarga jarang
menghabiskan waktu bersama.

b) Orang tua tidak dewasa dalam berfikir


Kebanyakan disaat-saat sekarang ini pasangan yang
menikah muda hanya bermodalkan cinta dan tidak banyak yang
bisa berfikir bagaiman kehidupan setelah menikah, pada usia muda
seperti ini masih masa labil dan sering mengedepankan ego
masing-masing dan tidak mau mengalah, seorang remaja yang
tidak berfikir panjang dalam mejalani sebuah hubungan, tidak
berfikir dewasa dapat memicu pertengkaran dikarenakan perbedaan
pendapat yang tidak bisa ditoleransi oleh satu sama lain, sehingga
menciptakan pertengkaran hebat yang mampu memicu terjadinya
broken home.

c) Rumah tangga dengan landasan keimanan yang tidak kuat


Sebelum memulai sebuah rumah tangga dan sebelum
memutuskan menjalin sebuah hubungan pernikahan alagkah
baiknya seseorang membekali dirinya dengan pengetahuan
keimanan dalam dirinya sehingga bisa membantu memahami satu
sama lain ketika terjadi suatu masalah dan saling mengalah agar
tidak terjadinya kekacauan.
Dalam rumah tangga yang menyebabkan broken home,
dalam kehidupan berumah tangga kita harus mengutamakan iman
daripada rasas cinta karen cinta itu bisa luntur kapan saja sejatinya
keimananlah yang mejadi penguat dalam sebuah rumah tangga,

19
karena iman ibarat imam dalam suatu rumah tangga dan cinta
adalah makmumnya, yang artinya ketika kita tidak tau siapa yang
memimpin maka kita pula tidak tau tujuan kita kemana.

d) Wawasan pikiran yang kurang lurus


Pemikiran yang tidak luas bisa terjadinya karena
kuranggya pendidikan yang menyebabkan minimnhya
pengetahuan, suami sebagai kepala rumah tangga dituntut untuk
lebih dewasa dalam bersikap dan bertindak dan hal ini dapat terjadi
ketidak suami mampu berfikir lebih luas dan bisa mengambil
keputusan yang terbaik dalam setiap permasalahan yang ditemui
dalam keluarganya.

e) Masalah keuangan dalam keluarga


Tidak bisa kita pungkiri keuangan dalam rumah tangga
menjadi hal yang sangat vital. Satu keluarga bisa bercerai berai
hanya karena system keuangan yang buruk, misal suami bekerja
keras untuk nafkah keluarga sementara istri boros dalam
penggunaan, penghasilan istri yang lebih tinggi dari suami, atau
tidak bisa menerapkan tips mengatur keuangan rumah tangga agar
tidak boros.
Adanya masalah ekonomi dalam suatu keluarga
mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga.
Istri banyak menuntut hal-hal di luar makan dan minum. Padahal
dengan penghasilan suami sebagai buruh lepas, hanya dapat
memberikan makan dan rumah petak tempat berlindung, karena
suami tidak sanggup memenuhi tuntutan istri dan anak-anaknya
akan kebutuhan-kebutuhan yang disebutkan tadi, maka timbulah
pertengkaran suami-istri yang sering menjurus kearah perceraian.

2) Faktor external
a) Hadirnya orang ke tiga dalam pernikahan

20
Godaan pasangan yang sudah menikah bisaanya adalah
orang ketiga yang hadir diantara mereka, bila tidak bisa
menghindari masalah ini bisa berakibat hilangnya kepercayaan
karena ketidak setiaan pasangan.

b) Ada campur tangan orang lain dalam keluarga


Misal ada kasus orang tua yang ikut ambil bagian dalam
kehidupan rumah tangga anaknya, setiap masalah yang ada
bukannya mencari cara mendamaikan keluarga yang bertengkar
tetapi bertambah runyam karena ada pihak yang terpojokkan.
Ada bebrapa faktor penyebab terjadinya perselingkuhan.
Pertama, hubungan suami istri yang sudah kehilangan kemesraan
dan cinta kasih. Kedua, tekanan pihak ketiga seperti mertua, dan
lainnya dalam hal ekonomi. Ketiga, adanya kesibukan masing-
masing sehingga kehidupan diluar lebih nyaman dari pada
kehidupan keluarga.
Dalam kehidupan anak yang broken home yang
disebabkan oleh beberapa hal di atas juga dapat memicu prilaku
anak yang tidak diinginkan bahkan efek buruk dapat terjadi dalam
mental dan psikis anak seperti, depresihal ini disebabkan ketika
anak merasa bersalah ketika kehilangan salah satu orang tua
mereka, merasa kesepian dan lebih suka menyendiri.
Hal seperti ini jika tidak cepat ditangani bahkan anak akan
berfikir untuk bunuh diri, selanjutnya cenderung berprilaku kasar
hal seperti dapat terjadi karena anak juga kurang kasih sayang dan
dedikasi dari salah satu orang tua mereka dan sering melihat orang
tuanya melakukan tindak kekerasan dihadapannya, dan anak juga
bisa sulit fokus saat melakukan sesuatu karena selalu terfikirkan
tentang permasalahn yang terjadi didalam keluarganya, sehingga
bisa mengambil jalan yang salah yang tidak diinginkan.29

29
Zainul Fiqri. Dampak dan Saran bagi Anak dengan Orang Tua yang Bercerai. (Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama, 2021), hal 30.

21
d. Prestasi Belajar
Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan,
diciptakan baik secara individual maupun secara kelompok. 30 Sedangkan
pengertian belajar menurut para ahli psikologi adalah suatu perubahan
yang relatif permanen dalam suatu proses adaptasi atau penyesuaian
tingkah laku sebagai hasil dari praktik atau latihannya.31
Belajar merupakan suatu proses adaptasi atau penyesuaian
tingkah laku yang berlangsung secara progresif. Yang mana pengertian
belajar dibatasi dengan dua rumusan. Pertama belajar adalah perolehan
perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan
pengalaman.Kedua belajar adalah proses memperoleh respon-respon
sebagai akibat adanya latihan khusus.32

Jadi berdasarkan pendapat para ilmuan diatas dapat disimpulkan


bahwa yang dimaksud dengan prestasi belajar adalah perubahan tingkah
laku individu sebagai akibat dari pengetahuan yang diperoleh atau
keterampilan yang dikembangkan pada pelajaran sekolah dan biasanya
ditunjukkan dengan nilai-nilai pada test atau angka-angka hasil
penugasan guru dan lain-lain. Prestasi belajar adalah penilaian hasil
usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka,
huruf, maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah
dicapai oleh setiap anak dalam periode tertentu.33

e. Faktor-Faktor yang dapat Mempengaruhi Prestasi Belajar


Dalam proses belajarnya seorang siswa sangat banyak yang
dapat mempengaruhinya berbagai faktor yang dapat mempengaruhinya
yang dapat dilihat berdasarkan faktor (internal) dan (ekternal)prestasi
30
Syaful Bahri Djamarah, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, (Surabaya : Usaha
Nasional, 1999), hal 19.
31
Nana Sudjana, Teori-Teori Belajar untuk Pengajaran (Jakarta : Lembaga Penerbit
Fakultas Ekonomi UI, 1991), hal 5.
32
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan suatu Pendekatan Baru (Bandung : Rosdakarya,
2010), hal 80.
33
Sutratinah Tirtonegoro, Anak Super Normal dan Program Pendidikannya (Jakarta : Bina
Aksara, 2015), hal 43.

22
belajar yang dapat dicapai pada hakikatnya merupakan hasil interaksi
34
dari kedua faktor tersebut, dalam pengalaman seorang guru terhadap
bebrapa faktor yang bisa mempengaruhi prestasi belajar siswa hal ini
penting sekali untuk membantu siswa mencapai prestasi belajar yang
seoptimal mungkin sesui dengan kemampuannya masing- masing.
Berikut bebrapa faktor yang dapat mempengaruhi prestasi
belajar siswa:
1) Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan atau kondisi
jasmani dan rohani siswa. Seperti dibawah ini;
a) Sosiologis
Keadaan jasmani dapat dikatakan sebagai aktivitas belajar
siswa : misalnya keadaan jasmani yang segar akan lain
pengaruhnya dengan keadaan jasmani yang kurang segar. fungsi
jasmani tertentu. Hal ini ialah fungsi panca indera seperti mata,
telinga dan sebagainya. Orang mengenal dunia sekitarnya dan
belajar dengan mempergunakan panca inderanya. Oleh karena itu,
berfungsinya panca indera merupakan syarat dapatnya belajar itu
berlangsung dengan baik.

b) Psikologis
Yaitu suatu faktor yang dapat mendorong aktivitas belajar
atau motivasi dilakukannya belajar. Dalam hal ini, Arden N.
35
Frendsen mengatakan bahwa yang mendorong seseorang untuk
belajar antara lain :
(1) Memiliki sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang
lebih luas.
(2) Terdapat sifat yang kreatif yang ada pada manusia dan
keinginan untuk selalu maju.
(3) Memiliki keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang tua,
guru dan teman-teman.
34
Moh. Uzer Usman dkk, Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar (Bandung :
Remaja Rosdakarya, 1993), hal. 10.
35
Arden N Frandsen, Educational Psychology, (USA: Mc. Graw Hill, 1967), hal 188.

23
(4) Punya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu
dengan usaha yang baru.
(5) Keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila menguasai
pelajaran.
(6) Adanya penghargaan atau hukuman terhadap hasil belajar.

2) Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan


disekitar siswa.
Faktor eksternal ini ialah faktor yang berasal dari luar diri
pelajar, seperti yang kita ketahui faktor dari luar itu pasti merujuk
terhadap lingkungan sosial peserta didik. Seperti lingkungan sekolah,
lingkungan sosial siswa, dan yang paling berpengaruh yaitu
lingkungan keluarag.36 Beberapa faktor dari lingkungan sosial yang
dapat mempengaruhi dapat simpulkan sebagai berikut:

a) Lingkungan sekolah
Lingkungan sosial siswa di sekolah seperti para guru, dan
teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar seseorang
siswa. Para guru yang selalu menunjukkan sikap dan perilaku yang
simpatik danmemperlihatkan suri teladan yang baik dan rajin
khususnya dalam hal belajar misalnya rajin membaca dan
berdiskusi dapat menjadi daya dorong yang positif bagi kegiatan
belajar siswa.

b) Lingkungan sosial siswa


Lingkungan sosial siswa ialah masyarakat, tetangga, dan
juga teman-teman sepermainan disekitar perkembangan siswa
tersebut. Kondisi masyarakat di lingkungan kumuh yang serba
kekurangan dan anak-anak penganggur misalnya akan sangat
mempengaruhi aktivitas belajar siswa, saat siswa tersebut akan
menemukan kesulitan ketika memerlukan teman belajar, berdiskusi
36
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru, (Bandung: Rosdakarya,
2010), hal 135-138.

24
atau meminjamkan alat-alat belajar tertentu yang kebetulan belum
dimilikinya.

c) Lingkungan keluarga
Lingkungan sosial selajutnya yaitu keluarga dimana ini
merupakan lingkungan paling penting dan yang lebih banyak
mempengaruhi kegiatan belajar ialah orang tua dan keluarga siswa
itu sendiri. Sifat orang tua dananggota keluarga dapat memberikan
dampak baik bahkan buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil
yang dicapai oleh siswa. Seperti kebiasaan yang ditetapkan orang
tua siswa dalam mengelola keluarga yang keliru, seperti kelalaian
orang tua dalam memonitor kegiatan anak, dapat menimbulkan
dampak yang lebih buruk lagi. Dalam hal ini, bukan saja anak tidak
mau belajar melainkan ia cenderung berprilaku menyimpang,
terutama perilaku menyimpang yang berat seperti anti sosial.
H. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian/penyelidikan secara sistematis memerlukan metode-
metode. Metodologi penelitian ialah metode yang berisi pengetahuan
bertujuan untuk mengkaji mengenai metode yang digunakan dalam sebuah
penelitian.37Menurut Sobry Research is a process of steps used to collect
and analyze information to increase our understanding of a topic or issue.
Penelitian merupakan proses dari langkah-langkah mengumpulkan data dan
menganalisinya, untuk mengembangkan pemahaman terhadap isu-isu atau
pokokpembicaraan umum.38
Penelitian Kualitatif merupakan penelitian yang bermaksud dan
bertujuan untuk memahami fenomena-fenomena tentang apa yang dialami
oleh subjek penelitian seperti perilaku, persepsi, motivasi, tindakan,
dampak, dan lain-lain secara holiatik dan dengan cara dideskripsikan

37
Abdul manab, Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif (Yogyakarta: Kalimedia,
2015), hal 1.
38
M. Sobry Sutikno dan Prosmala Hadisaputra, Penelitian Kualitatif (Lombok: Holistica
Lombok, 2020), hal 1-2.

25
kedalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang
alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.39
Studi kasus adalah eksploras dari sistem terikat atau sebuah kasus
(atau banyak kasus) dari waktu ke waktu melalui pengumpulan data
mendalam dan mendetail yang melibatkan sumber-sumber informasi yang
banyak dengan konteks yang kaya.40
Adapun jenis penelitian yang peneliti gunakan dalam penelitian ini
adalah studi kasus (cases studies). Menurut Mukhtar penelitian studi kasus
dibagi kedalam tiga tipe, pertama, studi kasus eksplanotaris, kedua,
eksploratoris, dan ketiga studi kasus deskriptif.41 Dalam penelitian ini
peneliti menggunakan tipe studi kasus yang pertama yaitu eksplanotaris
dikarenakan penelitian eksplanotaris sangat baik untuk melihat penjelasan
atau suatu peristiwa yang sama atau berbeda, dan menunjukkan rangkaian
kasus seperti itu bisa berlaku atau diaplikasikan pada situasi sosial atau
peristiwa yang lain. Dari uraian diatas, maka pendekatan yang digunakan
adalah pendekatan kualitatif studi kasus, karena penelitian ini akan berfokus
pada Damapak Broken Home Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas 1 SDN
3 Bentek Dusun Selelos Desa BentekKecamatan Gangga Tahun Ajaran
2023/2024. Untuk melihat berbagai bentuk penjelasan suatu peristiwa yang
sama atau bahkan berbeda.
1.
2. Lokasi Penelitian
Tempat penelitian merupakan tempat yang digunakan saat
penelitian untuk memperoleh data yang dibutuhkan. Lokasi yang dimaksud
dalam penelitian ini adalah di SDN 3 Bentek Dusun Selelos Desa Bentek
Kecamatan Gangga Kabupaten Lombok Utara. Peneliti melakukan
penelitian di kelas 1 SDN 3 Bentek karena dikelas tersebut terdapat seorang
siswa yang mengalami kasus broken home dan sekaligus peneliti melakukan

39
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2012), hal 6.
40
Abdul Manab, Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuaitatif (Yogyakarta: Kalimedia,
2015), hal 7
41
Mukhtar, Metode Praktis Penelitian Deskriptif (Jakarta: Referensi, 2013), hal 26.

26
penelitian tindak lanjut menuju rumah siswa dan bertemu dengan wali
murid guna mendapatkan informasi yang lebih akurat.

3. Kehadiran Peneliti
Karena penelitian ini merupakan penelitian kualitatif maka
kehadiran peneliti sangat penting dalam mengumpulkan data dan
mengungkapkan makna dari penelitian. Peneliti juga harus terlibat dalam
kehidupan responden dalam keterbukaan antara kedua belah pihak. Maka
peneliti harus berperan aktif dalam mengumpulkan data-data yang diberikan
sebelum peneliti terjun ke lapangan, terlebih dahulu peneliti menyesuaikan
prosedur atau syarat-syarat melakukan penelitian seperti surat izin penelitian
agar peneliti dapat di terima di lapangan.
a. Melakukan Observasi terhadap objek penelitian
b. Mengadakan wawancara langsung dengan pihak-pihak yang terkait.
Oleh karena itu peneliti akan terjun langsung ke lapangan untuk
mengamati dan mengumpulkan data yang dibutuhkan. Penelitian ini akan
berlangsung di kelas 1 SDN 3 Bentek Dusun Selelos Desa Bentek
Kecamatan Gangga, dan rumah siswa di Dusun Sengaran Desa Selelos Kec.
Gangga. Data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah mengenai
Damapak Broken Home Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas 1 SDN 3
Bentek Dusun Selelos Desa Bentek Kecamatan Gangga.

4. Data dan Sumber Data


Sumber data dibagi menjadi dua macam yaitu data primer dan data
sekunder:
a. Data Primer
Sumber data primer merupakan sumber data yang pertama. Dari
subjek atau objek penelitianlah data langsung diambil.42 Adapun sumber
data primer dalam penelitian ini yaitu guru kelas, kelas 1 SDN 3 Bentek
dan wali murid.

42
Johni Dimyati, Metodologi Penelitian Pendidikan dan Aplikasinya pada Pendidikan
Anak Usia Dini, (Jakarta: Kencana, 2013), hal 39.

27
b. Data Skunder
Adalah data yang dikumpulkan dan data yang di dapat dengan
cepat oleh peneliti yang berupa dokumentasi. 43 Adapun sumber data
dalam penelitian ini yaitu data primer berupa wawancara dari responden
yakni guru kelas, kelas 1 SDN 3 Bentek wali murid.

5. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis
dalam penelitian karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan
data. Beberapa tehnik pengumpulan data ialah sebagai berikut:
a. Observasi
Observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Observasi
dilakukan dengan mengamati dan melihat langsung keadaan sekolah
dalam melakukan proses belajar. Observasi dilakukan dengan cara
mengamati tingkah laku siswa di dalam kelas, bagaimana tingkah
lakunya saat bersama teman-temannya, mengamati saat proses belajarnya
siswa hingga mengamati bagaiman lingkungan keluarganya. Observasi
pada penelitian ini tertuju pada bagaimana dampak broken home terhadap
prestasi belajar siswa di SDN 3 Bentek.

b. Interview (Wawancara)
Dalam tahap wawancara pada penelitian ini akan di wawancarai
mengenai dampak broken home terhadap prestaasi belajar siswa di SDN
3 Bentek. Subjek yang akan diwawancarai adalah guru kelas, kelas 1
SDN 3 Bentek dan wali murid. Peneliti melakukan wawancara dengan
mengunjungi sekolah serta rumah siswa dan mewawancarai guru kelas.

c. Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah sebagian dari metode atau teknik
yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan informasi atau data.
Dokumentasi adalah setiap bahan tertulis dimana dokumentasi digunakan

43
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D (Bandung: Alfabeta,
2014), hal 225.

28
dalam penelitian sebagai sumber data karena dimanfaatkan untuk
menguji dan menafsirkan.
Selain melalui observasi dan wawancara. Informasi juga dapat
diperoleh dari fakta dalam bentuk hasil belajar siswa, subjek
dokumentasi pada penelitian ini adalah kegiatan siswa saat proses
menerima pembelajaran maupun diluar pembelajaran. Tujuannya untuk
mengetahui kegiatan-kegiatan dari siswa dan guru ketika belajar
Pengumpulan dokumentasi dilakukan berupa foto siswa yang melakukan
proses belajar.

6. Analisis Data
Setelah memperoleh informasi yang diperoleh dalam penelitian ini,
langkah selanjutnya adalah mengolah data yang terkumpul dengan
menganalisis materi, mendeskripsikan materi dan membuat kesimpulan
tentang susunan kata dan kalimat. Dalam penelitian ini analisis data
dilakukan dengan menggunakan teknik analisis data kualitatif karena data
yang diperoleh bersifat klaim. Analisis data dalam penelitian kualitatif
dilakukan bersamaan dengan pengumpulan data. Miles, Huberman, dan
Saldana menemukan bahwa ada tiga aliran aktivitas dalam analisis data
kualitatif yang terjadi secara bersamaan. Aktivitas dalam analisis data yaitu:
Data Condensation, Data Display, dan Conclusion Drawing/Verifications.44
Jadi menurut peneliti bahwa, setelah kita mendapatkan data melalui
observasi, wawancara dan dokumentasi, kita akan menganalisis data
tersebut, memilih menyusun bagian mana yang perlu diambil dan bagian
mana yang tidak perlu diambil sehingga data yang didapat menjadi
beraturan dan dapat dipahami.
Aktivitas analisis data kualitatif yaitu:
a. Kondensasi Data (Data Condensation)
Kondensasi data atau pemadatan data adalah proses menyeleksi,
memfokuskan, menyederhanakan, mengabstrakkan, dan mengubah

44
Miles, Huberman, & Saldana, Qualitatif Data Analysis, a Methods Sourcebook, Edition
3. (USA: Sage Publications, 2014), hal 31- 33.

29
catatan lapangan, transkrip wawancara, dokumen, dan materi (temuan)
empirik lainnya.
Dalam kondensasi data, peneliti menyesuaikan seluruh data
yang dijaring tanpa harus memilih (mengurangi) data. Dengan demikian,
dapat disimpulkan bahwa pada proses kondensasi data peneliti lebih
mengakomodir data secara menyeluruh tanpa harus mengurangi temuan
lapangan berupa datadata, hasil wawancara, dokumen, dan data lain yang
diperoleh selama penelitiann (proses penjaringan data) berlangsung.

b. Penyajian Data Data (Data Display)


Kegiatan kedua dari aktivitas analisis data adalah penyajian data
(data display). Secara umum, penyajian adalah kumpulan informasi yang
terorganisasi dan terkompresi yang memungkinkan penarikan
kesimpulan dan tindakan. Penyajian data merupakan kegiatan saat
sekumpulan data disusun secara sistematis dan mudah dipahami,
sehingga memungkinkan menghasilkan kesimpulan. Bentuk penyajian
data kualitatif bisa berupa teks naratif (berbentuk catatan lapangan),
matriks, grafik, jaringan ataupun bagan. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa dalam penyajian data, peneliti menususn data-data
yang diperoleh secara sistematis.
Sehingga melalui penyajian data tersebut, maka nantinta data
akan terorganisasikan dan tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan
semakin mudah dipahami.

c. Menggambar dan Memverifikasi Kesimpulan (Drawing and Verifying


Conclusions)
Alur kegiatan analisis yang ketiga adalah penarikan kesimpulan
dan verifikasi. Dari awal pengumpulan data, analis kualitatif
menginterpretasikan apa yang dimaksud dengan mencatat pola,
penjelasan, alur sebab akibat, dan proposisi.
Peneliti yang kompeten memegang kesimpulan ini dengan
ringan, mempertahankan keterbukaan dan skeptisisme, tetapi

30
kesimpulannya tetap ada, awalnya samar-samar, kemudian semakin
eksplisit dan membumi. Kesimpulan “final” mungkin tidak muncul
sampai pengumpulan data selesai, tergantung pada ukuran korpus catatan
lapangan; metode pengkodean, penyimpanan, dan pengambilan yang
digunakan; kecanggihan peneliti; dan tenggat waktu yang diperlukan
untuk dipenuhi.
Tahap ini bertujuan untuk mencari makna data yang
dikumpulkan dengan mencari hubungan, persamaan atau perbedaan
untuk ditarik kesimpulan sebagai jawaban dari permasalahan yang ada.
Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan
memungkinkan mengalami perubahan apabila tidak ditemukan bukti
yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apaila
kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung oleh bukti-
bukti yang valis, maka kesimpulan yang dihasilkan merupakan
kesimpulan yang kredibel.
Verifikasi 48 dimaksudkan agar penilaian tentang kesesuaian
data dengan maksud yang terkandung dalam konsep dasar analisis
tersebut lebih tepat dan obyektif.45
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa setelah melakukan
tahap kondensasi data dan penyajian data, maka peneliti melakukan
verifikasi atau menarik kesimpulan dari data-data yang sudah disajikan.
Hal ini dimaksudkan untuk menganalisis dan mencari makna dari data
yang ada sehingga dapat ditemukan dalam penelitian yang telah
dilakukan.

7. Pengecekan dan Keabsahan Data


Supaya data penelitian kualitatif bisa dipertanggungjawabkan
sebagai penelitian ilmiah maka perlu di lakukan uji keabsahan data. Adapun
teknik pengujian keabsahan data yaitu sebagai berikut.
a. Uji Kreadibilitas
45
Matthew B. Miles, Qualitative Data Analysis A Methods Sourcebook, (America : Asia-
Pacific pte. ltd.: 2014), hal 34.

31
Uji kreadibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil
penelitian kualitatif diantaranya dilakukan dengan perpanjangan
pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi
dengan teman sejawat, membercheck.46
1) Perpanjangan Pengamatan
Menurut Sugiyono, dengan memperpanjang masa observasi
maka hubungan peneliti dengan narasumber akan semakin terbentuk
rapport, sekmakin akrab, (tidak ada jarak lagi), semakin terbuka,
saling mempercayai sehingga tidak ada informasi yang
disembunyikan lagi. Bila telah terbentuk raport, maka telah terjadi
kewajaran dalam penelitian, dimana kehadiran peneliti tidak lagi
menggangu perilaku yang di pelajari.
Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa perpanjangan
observasi menguji kredibilitas bahan penelitian, yang menitikberatkan
pada pembenaran informasi yang diperoleh. Apakah informasi yang
diterima setelah dilakukan pengecekan ulang benar atau tidak. Apabila
informasi yang diperoleh selama ini dicek kembali ke sumber data asli
atau sumber lain dan ternyata tidak benar, maka peneliti harus
melakukan pengamatan yang lebih luas dan mendalam.
Dengan memperluas observasi maka hubungan peneliti
dengan informan menjadi lebih dekat, ketika hal ini dilakukan
informan lebih terbuka kepada peneliti untuk memberikan informasi
yang peneliti butuhkan. Memperpanjang waktu penelitian untuk
menguji keabsahan data sangat diperlukan di lapangan. Peningkatan
waktu observasi dalam penelitian memberikan efek positif bagi
peneliti karena menekankan kedekatan peneliti dan informan.
Kedekatan yang dibangun dapat memberikan data yang lebih valid
atau kredibel. Jika kebenaran semua informasi telah diverifikasi, masa
tenggang dapat diakhiri.

46
Sugyono, Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif, R & D cetakan ke 27, (Bandung:
Alfabeta, 2019), hal 270.

32
2) Meningkatkan Ketekunan
Sugiyono mengemukakan meningkatkan ketekukan
bermakna melakukan pengamatan secara lebih cermat dan
berkesinambungan. Hal ini sangat dibutuhkan pada penelitian
kualitatif sebab dengan meningkatkan ketekunan berarti peneliti akan
mengecek kembali ternyata ada kesalahan, maka peneliti dapat
memperbaiki data tersebut sehingga peneliti bisa memberikan
deskripsi data yang akurat dan sistematis tentang hal yang diamati.47
Maka dari itu peneliti dapat menyimpulkan bahwa triangulasi
sumber dapat di lakukan dengan cara mengecek kembali data yang
telah di peroleh dari responden yang telah diteliti.

3) Triangulasi
Triangulasi dalam pengujian kreadibilitas ini dimaknakan
sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan cara, dan
berbagai waktu dengan penjelasan sebagai berikut:
a) Triangulasi Sumber
Sugiyono mengemukakan, Triangulasi Sumber berarti,
untuk mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan
cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa
sumber.48Maka dari itu peneliti dapat menyimpulkan bahwa
triangulasi sumber dapat dilakukan dengan cara mengecek kembali
data yang telah di peroleh dari responden yang telah diteliti.

b) Triangulasi Teknik
Sugiyono mengungkapkan bahwa Triangulasi Teknik
merupakan pengumpulan data yang berbeda-beda dengan cara
mengecek data sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.
Misalnya data bisa didapat dengan cara wawancara, selain itu dicek
dengan cara observasi, dokumentasi, atau kuisioner.49
47
Sugyono, Memahami Penelitian..., hal 272.
48
Sugyono, Memahami Penelitian..., hal 273.
49
Sugyono, Memahami Penelitian..., hal 273.

33
Dari sini dapat disimpulkan bahwa dalam kedua teknik
pengujian kredibilitas data dapat dihasilkan data yang sama untuk
menyimpulkan hasil penelitian. Namun informasi yang diperoleh
bervariasi, sehingga peneliti melakukan wawancara tambahan
dengan sumber informasi yang relevan untuk memastikan
keakuratan informasi yang diperoleh.
Dari sini dapat disimpulkan bahwa tujuan triangulasi data
adalah untuk memeriksa kebenaran data dan membandingkannya
dengan data yang diperoleh dari sumber lain. Triangulasi dalam
penelitian ini dilakukan dengan cara membandingkan hasil
wawancara dan observasi yang dilakukan peneliti dengan
menggunakan sumber data yang berbeda. Jika hasil pengujian
menunjukkan data yang berbeda, maka akan diulangi untuk
memastikan keamanan data.

4) Analisis Kasus Negatif


Sugiyono menegaskan bahwa “Melakukan analisis kasus
negatif berarti peneliti mencari data yang berbeda atau bertentangan
dengan data yang telah ditemukan. Bila tidak ada lagi data yang
berbeda atau bertentangan dengan data yang di temukan, berarti data
yang ditemukan sudah dapat dipercaya. Namun jika peneliti masih
mendapatkan data-data yang bertolak belakang dengan data yang
ditemukan, maka peneliti mungkin akan merubah temuannya”.50
Dilihat dari peryataan di atas, dapat disimpulkan bahwa
dalam tahap ini, peneliti mencari data yang berbeda dengan data yang
sudah di temukan sampai data tersebut sudah tidak lagi bertentangan
dengan temuan. Dengan kata lain data tersebut sudah dapat dipercaya
kebenarannya.

5) Menggunakan Bahan Referensi

50
Sugyono, Memahami Penelitian..., hal 241.

34
Sugiyono, menyatakan bahwa: “yang dimaksud dengan
bahan referensi di sini yaitu adanya pendukung untuk membuktikan
data yang sudah ditemukan oleh peneliti”.51
Dapat di simpulkan dari pernyataan di atas yaitu adanya bukti
bahwa peneliti telah melakukan penelitian, sebagai contoh rekaman
wawancara, catatan hasil wawancara, foto-foto yang dapat membantu
dalam melaksanakan penelitian kualitatif sehingga data tersebut dapat
dipercaya kebenarannya.

6) Mengadakan Membercheck
Sugiyono menyatakan bahwa: “Membercheck merupakan
proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data.
Tujuan Membercheck adalah agar informasi yang diperoleh dan akan
digunakan dalam penulisan laporan sesuai dengan apa yang dimaksud
sumber data atau informan”.52
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dalam hal ini
peneliti melakukan pengecekan terhadap data yang sudah diperoleh
dari pemberi data, apakah data yang diberikan oleh pemberi data
sudah memenuhi kredibilitas atau valid. Data yang diperoleh peneliti
harus sesuai dengan apa yang telah diberikan oleh pemberi data guna
keabsahan data dalam penelitian. Adapun peneliti melakukan
Membercheck kepada subjek penelitian diakhir kegiatan penelitian
lapangan tentang fokus yang diteliti.

b. Transferability (Validitas Eksternal)


Dalam hal ini Sugiyono menjelaskan bahwa: “Transferability
merupakan validitas eksternal dalam penelitian kualitatif. Validitas
eksternal menunjukkan derajat ketepatan atau dapat diterapkannya hasil
penelitian ke populasi dimana sampel tersebut diambil.

51
Sugyono, Memahami Penelitian..., hal 241
52
Sugyono, Memahami Penelitian..., hal 241

35
Nilai transfer berkenaan dengan kenyataan, hingga mana hasil
penelitian dapat diterapkanatau digunakan dalam situasi lain”. 53 Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa, dalam hal ini peneliti menyusun
laporan dengan uraian yang terperinci, jelas sistematis, dan dapat
dipercaya agar bisa dipahami oleh orang lain dalam melakukan penelitian
kualitatif.
Adapun nilai transfer yang digunakan harus sesuai dengan
pertanyaan yang diajukan guna mencapai hasil penelitian yang dapat
digunakan dalam situasi lain dan agar orang lain dapat memahami hasil
penelitiannya.

c. Dependability (Reliabilitas)
Sugiyono mengemukakan bahwa: “Dalam penelitian kualitatif,
dependability disebut juga reliabilitas. Suatu penelitian yang reliable
adalah apabila orang lain dapat mengulangi/merefleksi proses penelitian
tersebut.
Dalam penelitian kualitatif, uji dependability dilakukan dengan
mengaudit terhadap keseluruhan proses penelitian. Sering terjadi peneliti
tidak melakukan proses penelitian ke lapangan, tetapi bisa memberikan
data. Penelitian seperti ini perlu di uji dependability”. 54
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pada tahap ini
selama peneliti melakukan penelitian, peneliti dibimbing dan diarahkan
oleh pembimbing untuk menguji reliabilitas dalam memasukkan seluruh
proses penelitian yang bertujuan supaya peneliti memperoleh hasil
penelitian di lapangan dan bisa mempertanggungjawabkan keseluruhan
data penelitian di lapangan.

d. Comfirmability (Obyektivitas)
Sugiyono menegaskan bahwa:”Pengujian Comfirmability dalam
penelitian kualitatif disebut juga dengan uji obyektivitas penelitian.

53
Sugyono, Memahami Penelitian..., hal 276.
54
Sugyono, Memahami Penelitian..., hal 368.

36
Penelitian dikatakan obyektif bila hasil penelitian telah disepakati banyak
orang.
Dalam penelitian kualitatif, uji comfirmability mirip dengan uji
dependability, sehingga pengujian bisa dilakukan secara bersamaan.
Comfirmability bermakna menguji hasil penelitian, dikaitkan dengan
proses yang dilakukan. Bila hasil penelitian merupakan fungsi dari proses
penelitian yang dilakukan, maka penelitian tersebut telah memenuhi
standar comfirmability.55
Dari sini dapat disimpulkan bahwa dalam hal ini peneliti
memandang hasil penelitian kualitatif dengan cara yang sama, dimulai
dari proses penelitian dan diakhiri dengan diperolehnya hasil penelitian
di lapangan. Hal ini dilakukan untuk menghasilkan hasil penelitian yang
dapat diterima oleh masyarakat luas. Dari pemaparan beberapa teknik
pengecekan dan keabsahan data di atas, maka dalam menguji
kreadibilitas data dalam penelitian kualitatif ini, peneliti menggunakan
teknik Triangulasi dalam pengujian kreadibilitas datanya.
Triangulasi dalam penelitian ini dilakukan dengan cara
membandingkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan peneliti
dengan menggunakan sumber data yang berbeda. Jika hasil pengujian
menunjukkan data yang berbeda, maka akan diulangi untuk memastikan
keamanan data.

I. Jadwal Penelitian
Tabel 256
Februari Maret April Mei Juni Juli
No Kegiatan 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Obsrvasi
Penelitian
2 Pelaksanaan
Wawancara
Penelitian
55
Sugyono, Memahami Penelitian..., hal 368.
56
Tabel Jadwal Penelitian

37
3 Dokumentasi
Penelitian
4 Analisis Data
Penelitian
5 Pengambilan
Data
Penelitian
6 Pengumpulan
Data
Penelitian
7 Melaksanakan
Keabsahan Data

8 Penyusunan
Hasil
Penelitian

DAFTAR PUSTAKA

Akhriansyah, Mareta, dkk, 2023, Keperawatan Keluarga, Padang Sumatera Barat:


Get Press Indonesia.

Ali, Zaidin, 2010, Dasar-Dasar Perencanaan Keperawatan, Jakarta: Sangung


Seto Official.

Ali, Zaidin, 2010, Pengantar Keperawatan Keluarga, Jakarta: EGC.

Anggota IKAPI, 1985, Undang-Undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974 dengan


Penjelasannya, PP. No. 9 Tahun 1975, Aneka Ilmu, Semarang.

Astriyani, dkk, 2018, Hubungan Motivasi Belajar dan Tindakan Guru dengan
Prestasi Belajar Siswa dengan Latar Belakang Broken home Kelas V
Sekolah dasar, Bandung: CV IRDH.

B, Miles, Matthew, 2014, Qualitative Data Analysis A Methods Sourcebook,


America : Asia-Pacific pte. ltd.

Bahri, Djamarah Syaful, 1999, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, Surabaya :
Usaha Nasional.

38
Delia, dkk, 2021, Penyebab Broken Home dalam Keluarga dan Cara
Mencegahnya, Bandung: Rineka Cipta.

Dimyati, Johni, 2013, Metodologi Penelitian Pendidikan dan Aplikasinya Pada


Pendidikan Anak Usia Dini, Jakarta: Kencana.

Fiqri, Zainul, 2021, Dampak dan Saran bagi Anak dengan Orang Tua yang
Bercerai. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Frandsen, Arden, N, 1967, Educational Psychology, USA: Mc. Graw Hill.

Heryanto, 2016, Pembinaan Keluarga Broken home.

Lestari, Sri, 2012, Psikologi Keluarga. Jakarta: Kencana.

Lexy J. Moleong, 2012, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja


Rosdakarya.

M, Echols, Jhon, 2008, Kamus Inggris-Indonesia, Jakarta: PT Gramedia Pustaka


Utama.

Manab, Abdul, 2015, Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuaitatif, Yogyakarta:


Kalimedia.

Miles, Huberman, & Saldana, 2014, Qualitatif Data Analysis, A Methods


Sourcebook, Edition 3. USA: Sage Publications.

Muhibbin Syah, 2010, Psikologi Pendidikan suatu Pendekatan Baru, Bandung :


Rosdakarya.

Mukhtar, 2013, Metode Praktis Penelitian Deskriptif, Jakarta: Referensi.

Nana Sudjana, 1991, Teori-Teori Belajar untuk Pengajaran, Jakarta : Lembaga


Penerbit Fakultas Ekonomi UI.

Prasetyo, Joko, 2013, Keperawatan Keluarga dan Puskesmas, Padang Sumatera


Barat: PT Global Eksekutif Teknologi.

Slameto, 2015, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi, Rineka Cipta:


Jakarta.

Sobry, Sutikno, M, dan Hadisaputra, Prosmala, 2020, Penelitian Kualitatif,


Lombok: Holistica Lombok.

39
Sugyono, 2019, Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif, R & D cetakan ke 27,
Bandung: Alfabeta.

Sutratinah Tirtonegoro, 2015, Anak Super Normal dan Program Pendidikannya


Jakarta : Bina Aksara.

Uzer, Usman, Moh, dkk, 1993, Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar
Bandung : Remaja Rosdakarya.

Zuhairini, dkk, 1995, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta :Bumi Aksara.

40
LAMPIRAN - LAMPIRAN
INSTRUMEN WAWANCARA

Wawancara dengan Wali Kelas, Kelas 1 SDN 3 Bentek Dusun Selelos Desa
Bentek Kecamatan Gangga

Waktu Wawancara : 5 Desember 2023 pukul 10: 50


Tempat Wawancara : Batu Ringgit, Dusun Selelos Desa Bentek.
Narasumber : Denda Nanik Suprianti S.Pd

No Instrumen Wawancara Jawaban Narasumber


1 Seperti apa saja dampak lingkungan kelas
yang terjadi oleh siswa yang broken home,
apakah dia suka menggangu temannya atau
sebaliknya ?
2 Bagaimana dampak peningkatan belajar
siswa yang broken home ?
3 Apakah siswa broken home diberikan
perhatian khusus pada setiap pembelajaran
yang sulit ia terima ?
4 Bagaiman tingkah laku dari siswa broken
home saat menerima pembelajaran di kelas
maupun diluar kelas ?
5 Apakah siswa broken home mampu
menerima dan menyelesaikan
pembelajaran seperti tugas mandiri atau PR
secara maksimal ?
6 Bagaiman terkait keaktifan kehadiran
ataupun saat bertanya didalam kelas, oleh
siswa broken home ?
7 Seperti apa tingkah laku yang susah diubah
pada siswa broken home saat belajar ?
8 Apa saja kendala bapak/ibu dalam
mengajar siswa broken home apalagi di
kelas rendah ?
9 Seperi apa solusi yang bapak/ibu lakukan
dalam mengatasi kendala pada proses
mengajar siswa broken home ?
10 Apakah bapak/ibu pernah meninjau
keadaan rumah pada siswa broken home
jika sering terjadi masalah pada saat proses
belajarnya, jika iya lalu seperti apa
kondisis rumah dan keluarga siswa broken
home sehingga menyebabkan ia
bermasalah salam belajar ?
INSTRUMEN WAWANCARA

Wawancara dengan Wali Murid dari Siswa Broken Home

Waktu Wawancara : 5 Desember 2023 pukul 11: 00


Tempat Wawancara : Dusun Sengaran Desa Selelos Kec. Gangga
Narasumber : Nenek Supiah

No Instrumen Wawancara Jawaban Narasumber


1 Apa penyebab perceraian dari oarang
tua siswa ?
2 Sejak usia berapa siswa ditinggal oleh
orang tuanya ?
3 Apakah siswa pernah menempuh
pendidikan TK/PAUD sebelumnya ?
4 Apakah ada yang membimbing siswa
ketika belajar di rumah ?
5 Bagaimana prilaku siswa saat di
rumah?
6 Apakah siswa pernah menanyakan
prilhal keberadaan orang tuanya ?
7 Apakah orang tua siswa sering
mengunjungi siswa broken home ?
Observasi

Observasi Damapak Keluarga Broken Home Terhadap Prestasi Belajar

Siswa

No Kategori Iya Tidak


1 Saat proses pembelajaran guru memberikan
pendampingan khusus terhadap anak broken home ?
2 Ekonomi mempengaruhi kelangsungan pendidikan
terhadap anak broken home ?
3 Anak broken home memiliki gangguan terhadap
kesehatan mental ?
4 Anak broken home memiliki gangguan terhadap
kesehatan fisiknya ?
5 Anak broken home tinggal dengan salah satu orang
tua saja ?
6 Subjek memiliki kepeduliaan terhadap lingkungan
sekitarnya ?
7 Hubungan subjek dengan teman- temannya terlihat
dekat dan hangat ?
8 Subejk memiliki kepercayaan diri yang baik saat
bergaul dilingkungan sosial ?
9 Subjek memiliki indeks prestasi yang baik dalam
raport disekolah ?
10 Subjek terliht dekat dengan anggota keluarga ?
11 Apakah subjek memahami kondisi keluarganya ?
12 Ketikat diberikan tugas apakah subjek menjalankan
dengan amanah ?

Anda mungkin juga menyukai