Anda di halaman 1dari 2

2.

1 Perkeretaapian

2.1.1 Pengertian Perkeretaapian

Dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 23 Tahun (2007) Tentang Perkeretaapian.
“Perkeretaapian adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas prasarana, sarana dan sumber daya
manusia, serta norma, kriteria, persyaratan, dan prosedur untuk penyelenggaraan transportasi.”

Infrastruktur kereta api mencakup hal-hal seperti rel, stasiun, dan tempat-tempat di mana kereta api
dapat beroperasi. Sedangkan kereta api adalah sarana perkeretaapian yang memiliki kemampuan
untuk bergerak, baik yang beroperasi sendiri maupun bersama-sama dengan sarana perkeretaapian
lainnya, dan karenanya dihubungkan dengan perjalanan kereta api.

Lokomotif, kereta api, dan gerbong membentuk rangkaian kereta api. Lokomotif adalah kendaraan
kereta api dengan penggerak mandiri yang digunakan untuk mendorong atau menarik kereta api,
gerbong, dan/atau peralatan tertentu. Kereta api adalah kendaraan yang digunakan untuk
mengangkut orang dan/atau barang yang ditarik dan/atau didorong oleh lokomotif atau mempunyai
tenaga sendiri. Sedangkan gerbong adalah bagian dari kereta api yang ditarik atau didorong oleh
lokomotif dan digunakan untuk memindahkan barang atau hewan.

Awak sarana kereta api yang terdiri dari masinis dan asisten masinis mengoperasikan kereta api di
dalam lokomotif. Masinis adalah anggota awak sarana perkeretaapian yang bertanggung jawab
mengemudikan dan mengarahkan kereta api. Seorang awak sarana kereta api ditunjuk sebagai
asisten masinis dan bertanggung jawab untuk membantu masinis menjalankan kereta api. Terdapat
awak sarana kereta api di dalam kereta api, yaitu:

1. Kondektur bertugas membantu masinis selama perjalanan kereta api dan langsir serta
pelayanan dan penertiban penumpang;

2. Teknisi kereta api yang bertugas melayani fasilitas sarana keeta api dan melakukan perbaikan
ringan peralatan atau fasilitas sarana kereta api dan/atau sarana kereta api;

3. Petugas lainnya yang terdiri dari polisi khusus kereta api, petugas OTC/on trip cleaning atau
petugas kebersihan serta prama dan juga prami.

2.1.2 Sejarah Perkeretaapian

Sejarah panjang kereta api di Indonesia dimulai dari jaman penjajahan Belanda Tahun 1840 sampai
dengan saat ini 2010, kita rasakan bersama belum mencapai pada tahap yang membanggakan.
Infrastruktur yang beroperasi semakin lama semakin turun jumlah maupun kualitasnya dan belum
pernah ada upaya untuk melakukan modernisasi. Hal ini secara signifikan menyebabkan penurunan
peran dari moda ini dalam konteks penyelenggaraan transportasi nasional. Padahal dari sisi efisiensi
energi dan rendahnya polutan (karbon) yang dihasilkan, moda kereta api sangat unggul dibandingkan
dengan moda yang lain. Artinya jika diselenggarakan dengan baik dan tepat, moda ini pasti mampu
menjadi leading transportation mode khususnya sebagai pembentuk kerangka atau lintas utama
transportasi nasional.

Dalam sejarah, pengoperasian kereta api dimulai pada masa pemerintahan kolonial Hindia Belanda
(1840-1942), kemudian dilanjutkan pada masa penjajahan Jepang (1942-1945), dan kemudian di
bawah pemerintahan Indonesia (1945-sekarang). diselenggarakan oleh Setelah Proklamasi
Kemerdekaan (1945-1949) dan berdirinya Dinas Kereta Api Indonesia (DKARI) pada tanggal 28
September 1945, SS/VS (Staatsspoorwagen/Vereningde Spoorwagenbedrijf) atau perusahaan kereta
api pemerintah dan swasta di Jawa (Belanda ) dan DSM Sumatera Utara ingin terus beroperasi di
Indonesia. Pasal 33(2) UUD 1945 mengklasifikasikan angkutan kereta api sebagai industri nasional
penting yang menguasai hajat hidup orang banyak, oleh karena itu penggunaan angkutan kereta api
harus dikuasai oleh Negara. Maka pada tanggal 1 Januari 1950, Eisenbahndienst (DKA) dibentuk,
menggabungkan DKARI dan SS/VS.

Pada tanggal 25 Mei 1963 terjadi perubahan status DKA menjadi Perusahaan Negara Kereta Api
(PNKA) berdasarkan PP No. 22 Tahun 1963. Pada tahun 1971 berdasarkan PP No. 61 Tahun 1971
terjadi pengalihan bentuk usaha PNKA menjadi Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA). Selanjutnya
pada tahun 1990 berdasarkan PP No. 57 tahun 1990, PJKA beralih bentuk menjadi Perusahaan
Umum Kereta Api (Perumka), dan terakhir pada tahun 1998 berdasarkan PP No 12 Tahun 1998,
Perumka beralih bentuk menjadi PT.KA (Persero). Dalam perjalanannya PT. KA (Persero) guna
memberikan layanan yang lebih baik pada angkutan kereta api komuter, telah menggunakan sarana
Kereta Rel Listrik di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang (Serpong) dan Bekasi (Jabodetabek)
serta pengusahaan di bidang usaha non angkutan penumpang membentuk anak perusahaan PT. KAI
Commuter Jabodetabek berdasarkan Inpres No. 5 tahun 2008 dan Surat Menneg BUMN No. S-
653/MBU/2008 tanggal 12 Agustus 2008.

Dalam sejarah transformasi kelembagaan, dapat disarikan bahwa penyelenggaraan perkeretaapian


dimulai dari swasta (pada jaman Belanda), nasionalisasi republik, perusahaan negara (BUMN), dan
sekarang dengan regulasi yang mendorong keterlibatan swasta dalam penyelenggaraan infrastruktur
(Perpres No. 67 Tahun 2005), perkeretaapian diarahkan untuk dapat diselenggarakan oleh swasta.

Dari sisi pembinaan, kronologis terbentuknya kelembagaan regulator perkeretaapian dimulai dengan
dikeluarkannya Keputusan Menteri Perhubungan No. 58/1996 tentang perubahan Direktorat
Jenderal Perhubungan Darat, dimana salah satu Direktorat yang berada di bawahnya adalah
Direktorat Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Rel. Selanjutnya Keputusan Menteri Perhubungan No.
24/2001 tentang perubahan Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, menetapkan perubahan nama
Direktorat Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Rel menjadi Direktorat Perkeretaapian. Berikutnya
berdasarkan Peraturan Presiden No. 10/2005 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I, pada pasal
27 menetapkan Direktorat Jenderal Perkeretaapian menjadi salah organisasi eselon satu
Perhubungan yang akan di bawah mengurusi Departemen pembinaan perkeretaapian di Indonesia.
(Kementerian perhubungan republik indonesia & Ditjen Perkeretaapian, 2011)

Anda mungkin juga menyukai