Subkloning Dan Ekspresi Gen Araa Menggunakan Plasmid Ekspresi PBF Untuk Menghasilkan Enzim
Subkloning Dan Ekspresi Gen Araa Menggunakan Plasmid Ekspresi PBF Untuk Menghasilkan Enzim
SKRIPSI
RAHMI SIREGAR
140805049
i
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
SUBKLONING DAN EKSPRESI GEN araA MENGGUNAKAN
PLASMID EKSPRESI pBF UNTUK MENGHASILKAN ENZIM
L-arabinose isomerase TERLARUT
SKRIPSI
RAHMI SIREGAR
140805049
ii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERNYATAAN ORISINALITAS
SKRIPSI
Saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri, kecuali beberapa
kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.
Rahmi Siregar
140805049
iii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PENGESAHAN SKRIPSI
Disetujui di
Medan, Januari 2019
Komisi Pembimbing
Pembimbing 2 Pembimbing 1
i
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
SUBKLONING DAN EKSPRESI GEN araA MENGGUNAKAN PLASMID
EKSPRESI pBF UNTUK MENGHASILKAN ENZIM
L-arabinose isomerase TERLARUT
ABSTRAK
Kata kunci: Ekspresi gen araA, L-arabinose isomerase, pBF, protein fusi.
ii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
SUBCLONING AND araA GENE EXPRESSION USING pBF EXPRESSION
PLASMID TO PRODUCE ENZYME L-arabinose isomerase SOLUBLE
ABSTRACT
Keywords: Expression of the araA gene, L-arabinose isomerase, pBF, protein fusion.
iii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PENGHARGAAN
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas karunia, rahmat dan
berkah-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi yang
berjudul Subkloning dan Ekspresi Gen araA Menggunakan Plasmid Ekspresi
pBF untuk Menghasilkan Enzim L-arabinose isomerase Terlarut. Skripsi ini
dapat diselesaikan dengan baik karena bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan
ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua
tercinta Alm. Ayahanda Jaroin Siregar dan Ibunda Seriawan Hutapea yang telah
membesarkan, mendidik, mencurahkan kasih sayang, memberikan motivasi, nasehat,
dukungan moril maupun material dan doa sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini. Terima kasih kepada kakak tercinta Nita Hardiyanti Siregar, dan adik-
adik saya tercinta Yandri Ripai Siregar dan Nurazizah Siregar yang selalu
memberikan motivasi dan doa sehingga skripsi ini dapat penulis selesaikan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada ibu Dr. Saleha Hannum, M.Si selaku dosen pembimbing I dan
Bapak Budi Saksono, M.Sc, Ph.D selaku dosen pembimbing II yang telah
membimbing, membantu penulis dalam penelitian dan penulisan skripsi ini,
memberikan dorongan, arahan, motivasi, perhatian serta doa sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini hingga selesai. Terima kasih juga penulis sampaikan
kepada Ibu Dr. Isnaini Nurwahyuni, M.Sc selaku dosen penguji I dan Ibu Dr.
Yurnaliza, M.Si selaku dosen penguji II yang telah banyak memberikan masukan,
motivasi dan saran kepada penulis. Semoga Allah SWT melimpahkan segala rahmat-
Nya atas segala kebaikan beliau.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr. Saleha Hannum, M.Si selaku
ketua Departemen Biologi dan kepada Bapak Riyanto Sinaga, M.Si selaku sekretaris
Departemen Biologi serta seluruh staf administrasi Departemen Biologi atas segala
bantuan yang diberikan. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr.
Isnaini Nurwahyuni, M.Sc selaku dosen pembimbing akademik yang telah banyak
memberikan nasehat, motivasi dan bimbingan kepada penulis dalam menjalani masa
perkuliahan. Tak lupa terima kasih kepada selurus dosen yang telah banyak
iv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
memberikan ilmu kepada penulis. Terima kasih juga tidak lupa penulis ucapkan
kepada dekan FMIPA USU beserta seluruh wakil dan stafnya.
Terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada rekan-rekan
di Laboratorium CBRG khususnya kepada Bapak Budi Saksono, M.Sc Ph.D dan
Puslit Bioteknologi LIPI atas segala bantuan, fasilitas, kerjasama dan diskusi yang
diberikan, juga kepada kak Rizki dan kak Zulfa yang selalu membantu dan
memberikan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan penelitian ini serta
kepada kak Wana, kak Deby serta kak Ade yang turut menemani penulis sewaktu
pengerjaan penelitian ini. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada seluruh
keluarga besar Laboratorium Genetika dan Biologi Molekuler khususnya teman-
teman satu perjuangan (Ummu, Indah, Metti), juga kepada keluarga besar
Laboratorium LIDA khususnya teman-teman seperjuangan (Rahma, Raysa, Dhaifina,
Zahra, Ares, Ummu, Deros, Dita, dll) atas kebersamaannya selama ini.
Terima kasih juga penulis ucapkan kepada semua teman-teman GENOM
2014 khususnya sahabat-sahabat tersayang (Ummu, Rince, Aisyah, Utika,
Mahdiyyah dan Rahma) yang senantiasa memberikan motivasi, dukungan, perhatian,
nasehat dan kasih sayang kepada penulis selama menjalani masa perkuliahan ini.
Terima kasih juga kepada adik-adik 2015 terkhusus Riska, Yani dan Atika serta
kepada adik-adik asuh 2016 yang turut memberikan dukungan dan semangat kepada
penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih untuk semua pihak yang membantu,
yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, semoga Allah membalas kebaikan
semuanya.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini masih
banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis mohon maaf dan mengharapkan kritik
dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Demikianlah skripsi ini,
semoga dapat memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.
Penulis
v
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR ISI
Halaman
PENGESAHAN SKRIPSI i
ABSTRAK ii
ABSTRACT iii
PENGHARGAAN iv
DAFTAR ISI vi
DAFTAR GAMBAR viii
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Permasalahan 2
1.3 Tujuan Penelitian 3
1.4 Manfaat Penelitian 3
vi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Bab 5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan 25
5.2 Saran 25
26
DAFTAR PUSTAKA
vii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR GAMBAR
viii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1
BAB 1
PENDAHULUAN
Plasmid ekspresi pBF ialah plasmid yang dikonstruksi dengan kerangka asal
plasmid ekspresi pET-15b dengan penambahan His-BLA sebagai mitra protein fusi.
β-laktamase (BLA) ialah enzim halofilik yang memiliki daya larut yang tinggi, sifat
molekul asam yang memiliki kandungan asam amino dengan muatan negatif yang
tinggi pada pH netral dapat mencegah agregasi protein. Kelarutan dan efisiensi
refolding yang tinggi tersebut menjadikan β-laktamase (BLA) sebagai pasangan
protein fusi untuk mengekspresikan agregasi protein heterolog yang sulit
diekspresikan dalam E. coli. Interleukin 1α manusia (IL1 α) dengan menggunakan
vektor ekspresi pET-15b membentuk protein agregasi (inclusion body), akan tetapi
ketika terekspresi sebagai protein fusi dengan His-BLA, lebih dari 90% His-BLA
IL1α protein fusi muncul dalam fraksi terlarut (Tokunaga et al. 2009). Halofilik BLA
menjadi pasangan fusi yang sempurna karena sifatnya yang memungkinkan protein
yang menyatu tetap larut ketika diekspresikan untuk waktu yang cukup lama dan
dapat kembali melipat ke struktur aslinya (Arakawa et al. 2010).
β-laktamase (BLA) sebagai mitra protein fusi dapat meningkatkan kelarutan
protein target sehingga dapat mengatasi pembentukan inclusion body. Oleh karena
itu, pada penelitian ini gen araA akan diekspresikan menggunakan plasmid ekspresi
pBF yang telah dirancang untuk BLA-protein fusi, sehingga diharapkan akan
menghasilkan enzim L-arabinose isomerase (L-AI) terlarut.
1.2 Permasalahan
Pada penelitian sebelumnya ekspresi dari enzim L-arabinose isomerase (L-
AI) dengan menggunakan plasmid ekspresi pET-21b membentuk inclusion body.
Berbagai upaya untuk melarutkan protein target seperti penambahan urea hingga
konsentrasi 8 M dan produksi enzim pada suhu rendah (18°C) telah dilakukan, tetapi
belum berhasil terlarutkan (Wibowo, 2017), sehingga biokonversi menggunakan
enzim L-AI untuk menghasilkan tagatosa yang memiliki manfaat besar dalam
kesehatan belum dapat dilakukan. Oleh karena itu, pada penelitian ini gen araA akan
diekspresikan menggunakan plasmid ekspresi yang berbeda yaitu plasmid ekspresi
pBF yang telah dirancang untuk BLA-protein fusi, sehingga diharapkan akan
menghasilkan enzim L-arabinose isomerase (L-AI) terlarut, agar dapat diproduksi
untuk jangka waktu ke depan dalam skala besar.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.2 D-tagatosa
D-tagatosa termasuk ke dalam monosakarida golongan ketoheksosa. D-
tagatosa merupakan jenis pemanis yang paling mirip rasa dan sifat fisiknya dengan
sukrosa dari seluruh pemanis yang sudah ada, tingkat kemanisannya 92% apabila
dibandingkan dengan sukrosa dalam 10% larutan. Temperatur lelehnya 1340C,
memiliki nilai kalori yang lebih rendah untuk manusia yaitu 1,5 kkal/g. Nilai
curahnya sama dengan sukrosa (Kim, 2004).
Tagatosa memiliki efek antidiabetes dan bermanfaat dalam pengobatan
obesitas (Lu et al. 2008). Pemberian asupan harian tagatosa yang diberikan kepada
pasien diabetes tipe 2 menunjukkan hasil penurunan hemoglobin terglikosilasi
(GlyHb) dalam uji coba jangka pendek dan jangka panjang (Donner et al. 2006). D-
tagatosa adalah gula rendah kalori. Permintaan D-tagatosa terutama bidang industri
semakin meningkat karena sifat dan manfaatnya yang baik bagi kesehatan, termasuk
nilai kalori rendah (Levin et al. 1995), meningkatan rasa produk makanan
(Rosenplenter dan Mende, 2004), pengobatan obesitas (Mendoza et al. 2005),
hiperglikemia, anemia, dan hemofilia (Seri et al. 1997), dan pengurangan gejala yang
terkait penyakit diabetes tipe 2 (Oh, 2007). Tagatosa sebagai pemanis yang aman
digunakan pada bahan pangan dan produk farmasi. Food and Drug Administration
karena plasmid memiliki tiga region yang berperan penting untuk DNA kloning,
yaitu titik ORI (replication origin), marker yang memungkinkan adanya seleksi
(biasanya gen resisten antibiotik) dan region yang mampu disisipi oleh fragmen
DNA asing (Lodish et al. 2000).
Berdasarkan fungsinya vektor terdiri dari dua jenis yaitu vektor kloning dan
vektor ekpresi. Vektor kloning adalah vektor yang digunakan untuk perbanyakan
gen. Vektor ekspresi merupakan vektor yang tidak hanya dapat bereplikasi sendiri,
tetapi juga memiliki sinyal-sinyal ekspresi sehingga gen yang dikloning dapat
ditranskripsi menjadi mRNA dan kemudian ditranslasi menjadi protein (Brown,
2010). Salah satu vektor ekspresi ialah vektor pBF yang memiliki ukuran 6600 bp
(Gambar 2.2), yang dirancang untuk BLA-fusi protein yang tujuannya agar ekspresi
gen target terekspresi dalam fraksi terlarut (Tokunaga et al. 2009).
Gambar 2.2 Maping vektor ekspresi pBF untuk BLA- protein fusi. A). Promotor T7
P T7, T7 T T7 daerah terminator; BLA daerah pengkodean dari mature
halophilic β-laktamase; Amp ampilin resisten marker; titik ori replikasi
asal plasmid. Kerangka vektor ekspresi adalah pET15b (Novagen). B).
Nukleotida dan deduksi rangkaian asam amino dari situs pemotongan
trombin dan multi-cloning site (MCS) dari vektor pBF.
BAB 3
METODE PENELITIAN
dengan kecepatan 10000 rpm selama 10 menit pada suhu 4oC. Supernatan dibuang,
pellet yang diperoleh dikeringkan dan ditambahkan dengan 30 μl larutan RNAse
dalam buffer TE (3μl RNAse dalam 1 mL TE) dan diinkubasi pada suhu 37oC selama
30 menit. Hasil isolasi plasmid dapat disimpan pada freezer dengan suhu -20 oC
hingga digunakan.
Proses isolasi plasmid pBF dilakukan menggunakan metode yang sama
dengan isolasi plasmid pET-araA. Hasil isolasi plasmid dikonfirmasi dengan
elektroforesis pada gel agarosa 1% (1 gram agarosa dilarutkan dalam 100 mL buffer
TAE 1x ), di running selama 20 menit dengan tegangan 100 volt. Gel di staining
dalam larutan fluorovue nucleid acid gel stain selama ±15 menit, kemudian dilihat
hasil visualisasinya pada UV transluminator.
Hasil isolasi plasmid pET-araA yang kemudian dijadikan sebagai cetakan
(template) untuk amplifikasi gen araA yang selanjutnya dipurifikasi sebelum
diligasikan ke vektor kloning yaitu pGEM-T Easy. Sedangkan hasil isolasi plasmid
pBF digunakan sebagai vektor ekspresi dari gen araA.
b. Transformasi pGEM-araA
Proses transformasi dilakukan dengan metode heat shock menurut Sambrook
dan Russel (2001), hasil reaksi ligasi pGEM-araA sebanyak 10 µl dicampurkan
dengan 150 µl sel kompeten kemudian diinkubasi dalam es selama 30 menit. Proses
heat shock dilakukan pada suhu 420C selama 45 detik dalam waterbath dan tube
langsung dimasukkan ke dalam es, diinkubasi dalam es selama 3 menit untuk
menghentikan reaksi. Campuran reaksi selanjutnya ditambah dengan 1 mL LB (Luria
Bertani) cair, diinkubasi pada shaker incubator pada suhu 370C selama 1 jam dengan
kecepatan 160 rpm, kemudian disentrifugasi selama 5 menit dengan kecepatan 6000
rpm. Supernatan dibuang sebanayak 1 mL, kemudian sisa larutan diresuspensi dan
disebar merata ke dalam medium LB agar yang mengandung antibiotik ampisilin
(100 mg/mL), IPTG (Isopropyl β-D-1-thiogalactopyranosidase) 0.1 M dan X-gal (5-
bromo-4-chloro-3-indolyl-beta-D-thiogalactopyranosidase) 20 mg/mL. Selanjutnya
diinkubasi overnight pada suhu 37 °C.
tegangan 100 volt. Hasil elektroforesis dilihat pada UV transluminator. Hasil positif
pemotongan enzim restriksi ditandai dengan munculnya pita DNA berukuran 3015
bp yang menunjukkan plasmid pGEM-T Easy dan pita berukuran 1518 bp yang
menunjukkan gen araA. Selanjutnya dilakukan purifikasi gel gen araA menggunakan
metode pada poin 3.2.3. sebelum diligasikan ke plasmid ekspresi pBF yang juga
telah dipotong dengan enzim restriksi yang sama.
kemudian disentrifugasi dengan kecepatan 10000 rpm selama 10 menit pada suhu
4°C. Biomassa yang diperoleh ditambahkan 10 mM Tris-HCl pH 8, selanjutnya
disebut Total (T). Total kemudian disonikasi dan disentrifugasi untuk mendapatkan
fraksi supernatan (S) dan pellet (P). Fraksi pellet, kemudian ditambah dengan buffer
10 mM Tris-HCl pH 8. Ekspresi dan distribusi enzim L-arabinose isomerase (L-AI)
dianalisis menggunakan SDS-PAGE.
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
M 1 2 3 4 5 M 1
8000 bp
3000 bp
6000 bp
1500 bp 1518 bp
A B
Gambar 4.1 A). Plasmid pET-araA hasil isolasi (Ket: M= marker, 1-5= plasmid pET-
araA) B). Gen araA hasil amplifikasi (Ket: M= marker, 1= produk
PCR)
Konfirmasi keberadaan gen araA pada plasmid pET-araA yang telah diisolasi
ialah dengan cara mengamplifikasi fragmen gen araA dengan menggunakan plasmid
pET-araA yang diperoleh sebagai cetakan (template) dengan teknik PCR. Hasil PCR
menunjukkan adanya pita DNA pada ukuran sekitar 1518 bp (Gambar 4.1.B), yang
menunjukkan bahwa gen araA telah berhasil diamplifikasi. Primer didesain spesifik
untuk gen araA, sehingga hanya plasmid rekombinan yang membawa gen araA yang
akan diamplifikasi. Ada beberapa komponen yang diperlukan dalam reaksi PCR
yaitu DNA polimerase, dNTP, dua oligonukleotida sebagai primer, buffer PCR dan
3000 bp
1500 bp 1518 bp
1000 bp
Gambar 4.2 Gen araA hasil purifikasi (Ket: M= marker, 1= setelah purifikasi, 2=
sebelum dipurifikasi)
DNA pure araA yang diiperoleh memiliki konsentrasi 36,8 ng/µl. Proses
purifikasi perlu dilakukan agar insert (gen yang disisipkan) yang akan digunakan
dalam proses ligasi adalah DNA murni yang sudah bersih dari komponen pengotor
seperti buffer, sisa-sisa primer dan komponen lain yang digunakan dalam reaksi
PCR.
Koloni warna putih adalah koloni yang berhasil disisipi oleh insert (gen
target), insert yang berhasil tersisip bisa berupa fragmen gen target (gen araA) yang
diharapakan tersisip atau sesama plasmid yang bergabung. Sedangkan koloni biru
merupakan koloni yang tidak berhasil disisipi gen insert. Sisipan fragmen gen araA
ini akan menghambat gen lacZ yang terdapat pada situs Multiple Cloning Site
(MCS) pada pGEM-T Easy untuk mengkode subunit β-galactosidase, sehingga
enzim tersebut tidak dapat mendegradasi substrat galaktosa yang tersedia. Koloni
bakteri berwarna biru, tidak memiliki fragmen DNA sisipan sehingga dapat
mendegradasi substrat galaktosa yang tersedia (Agus dan Irfandi, 2017).
Koloni yang berwarna putih dipilih sebanyak 14 koloni untuk di PCR koloni,
dan hasilnya ada 10 yang positif koloni dengan munculnya pita berukuran sekitar
1518 pb (Gambar 4.4.A). Semua koloni putih yang di PCR seharusnya menunjukkan
pita gen target, hal ini bisa disebabkan karena koloni putih yang tumbuh tidak
membawa gen araA karena sesama plasmid yang tergabung/terligasi.
Koloni yang positif membawa gen target di streak kembali pada media LB
agar + ampisilin (100 mg/mL) yang tujuannya agar didapat semua koloni yang
tumbuh adalah murni koloni yang membawa plasmid rekombinan pGEM-araA
(Gambar 4.4.B).
M 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 K
3000 bp 1518 bp
1500 bp
1000 bp
A
M 1 2 3 4 5 K
1518 bp
B C
Gambar 4.4 A). Hasil PCR koloni transforman pGEM-araA DH5α (Ket: M= marker,
1-14= koloni transforman, K= kontrol positif araA), B). Streak koloni
positif pGEM-araA, C) PCR koloni dari hasil streak koloni positif (Ket:
M= marker, 1-5= koloni transforman, K= kontrol positif araA)
Hasil streak replika bakteri yang tumbuh diskrining kembali dengan memilih
koloni sebanyak 5 secara acak untuk selanjutnya di PCR koloni dan hasil
visualisasinya dengan elektroforesis menunjukkan bahwa semua koloni yg dipilih
adalah positif koloni dengan munculnya pita DNA pada ukuran sekitar 1518 bp
(Gambar 4.4.C). Plasmid rekombinan pGEM-araA kemudian diisolasi dengan
menumbuhkan koloni positif pada media LB cair + ampisilin.
berhasil dilakukan dengan munculnya pita pada ukuran sekitar 3015 yang
menunjukkan pita pGEM-T Easy dan pita pada ukuran sekitar 1518 bp yang
menunjukkan pita gen araA (Gambar 4.5 lajur 5). Hasil pemotongan dengan satu
enzim restriksi baik oleh SmaI ataupun KpnI juga menunjukkan pGEM-araA telah
terpotong dengan munculnya ukuran pita pada ukuran sekitar 4533 bp (Gambar 4.5
lajur 6-7). Hasil dari pemotongan pGEM-araA menunjukkan bahwa gen araA telah
berhasil dikloning.
1 2 3 4 M 5 6 7 8
6600 bp
3000 bp
1500 bp
4533 bp
Gambar 4.5 Hasil pemotongan pBF dan pGEM-araA dengan enzim restriksi (Ket:
1= pBF tidak dipotong dengan enzim, 2= pBF dipotong KpnI, 3= pBF
dipotong SmaI, 4= pBF dipotong SmaI dan KpnI, M= marker, 5=
pGEM-araA dipotong SmaI dan KpnI, 6= pGEM-araA dipotong SmaI,
7= pGEM-araA dipotong KpnI, 8= pGEM-araA tidak dipotong (uncut)
3000 bp
1500 bp
Gambar 4.6 Hasil PCR koloni dari hasil streak koloni positif pBF-araA (Ket:
M=marker, 1-10= koloni positif pBF-araA)
juga menunjukkan pBF-araA telah berhasil terpotong dengan munculnya pita pada
ukuran sekitar 8118 bp (Gambar 4.7 lajur 3-4).
M 1 2 3 4
8000 bp 6600 bp
6000 bp
8118 bp
1500 bp
1518 bp
Gambar 4.7 Hasil pemotongan pBF-araA dengan enzim restriksi (Ket: M= marker,
1= pBF-araA dipotong SmaI dan KpnI, 2= pBF-araA dipotong KpnI, 3=
pBF-araA dipotong SmaI, 4= pBF-araA tidak dipotong dengan SmaI
dan KpnI (uncut)
M 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 K
3000 bp
1500 bp 1518 bp
1000 bp
Gambar 4.8 Hasil PCR koloni transforman pBF araA ke E. coli BL-21 (DE3) (Ket:
M= marker, 1-10= koloni transforman, K= kontrol positif araA)
hanya spesifik pada E. coli BL21. Menurut Stratagene (2004), ekspresi protein
rekombinan umumnya menggunakan sel inang E. coli BL21 karena mempunyai
stabilitas dan kontrol yang tinggi dalam mengekspresikan protein. BL21 adalah salah
satu strain E. coli yang mengandung lisogen lambda bakteriophage 21. Salah satu
jenis E. coli BL21 ialah E. coli BL21 (DE3). Koloni positif yang membawa pBF-
araA kemudian ditumbuhkan pada media LB cair + ampisilin untuk mengetahui
ekspresi dari gen araA dan mengetahui berat molekulnya sebagai protein fusi dengan
SDS-PAGE.
A + IPTG
B
- IPTG
pBF- araA pBF pBF- araA pBF
kDa M T S P T S P kDa M T S P T S P
180 180
100
100
60 60
45 45
35
35
25
25
Gambar 4.9 Hasil SDS-PAGE protein rekombinan pBF-araA dan pBF, A).
Penambahan IPTG, B). Tanpa penambahan IPTG (ket: M= marker,
T= total protein, S= supernatan, P= pellet)
BAB 5
KESIMPILAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapat dari penelitian ini ialah gen araA telah
berhasil di subkloning ke vektor ekspresi pBF yang dirancang untuk BLA-fusi
protein. Gen araA penyandi Enzim L-arabinose isomerase (L-AI) telah berhasil
terekspresi dalam kondisi terlarut pada sel inang E. coli BL21 (DE3) sebagai protein
fusi ditunjukkan dengan munculnya pita protein target dengan berat molekul ±100
kDa pada fraksi supernatan dengan menggunakan SDS-PAGE.
5.2 Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk memurnikan protein target yang
didapat dengan pemotongan oleh thrombin, yang bertujuan untuk memisahkan
protein target dengan His-BLA agar enzim L-arabinose isomerase (L-AI) yang
diperoleh murni, sehingga selanjutnya dapat diuji dan dikarakterisasi lebih lanjut
serta dapat dimanfaatkan dalam industri obat-obatan dan makanan.
DAFTAR PUSTAKA
Abd-Elsalam KA, 2003. Bioinformatics Tools and Guideline for PCR Primer Design.
African Journal of Biotechnology. 2(5): 91-95.
Agus R, Irfandi, 2017. Ligasi Gen Rv 1980c Pengkode Protein MPT 64 ke pGEM-T
Mycobacterium tuberculosis sebagai Antigen untuk Immunodiagnostik
Tuberkulosis Laten. Jurnal Ilmu Alam dan Lingkungan. 8 (15): 42-48.
Arakawa T, Tokunaga H, Yamaguchi R, Tokunaga M, 2010. High Solubility
Supports Efficient Refolding of Thermally Unfolded β-lactamase.
International Journal of Biological Macromolecules. 47: 706-709.
Arnau J, Lauritzen C, Petersen GE, Pedersen J. 2006, Current Strategies for The Use
of Affinity Tags and Tag Removal for The Purification of Recombinant
Proteins. Protein Expr Purif. 48:1-13.
Beadle JR, Sauder JP, Wajada TJ, 1992. Process for Manufacturing Tagatose. US
patent 500261.
Brooker RJ, 2005. Genetics: Analysis and Principles. McGraw Hill Companies, Inc.,
Boston.
Brown TA, 2010. Gene Cloning and DNA Analysis: An Introduction Iley-Blackell.
Hal: 35-36.
Cheetam PS, Wootton AN, 1993. Bioconversion of D-galactose to D-tagatose.
Enzyme Microb Technol. 15: 105-108.
Donner TW, 2006. The Metabolic Effects of Dietary Supplementation with D-
tagatose in Patients with Type 2 Diabetes. 55 (Suppl. 1): A110; 461P.
Esposito D, Chatterjee DK, 2006. Enhancement of Soluble Protein Expression
Through The Use of Fusion Tags. Curr Opin Biotechnol. 17: 353–358.
Felis GE, Dellaglio F, 2007. Taxonomy of Lactobacilli and Bifidobacteria. Curr
Issues Intest Microbiol 8: 44-61.
[FDA] Food and Drug Administration. 2003. Health Claims: Dietary Noncariogenic
Carbohydrate Sweeteners and Dental Caries in: Code of Federal Regulations.
U.S. Government Printing Office. Sec. 101.80.
Fitriani D, Saksono B, 2010. Cloning of araA Gene Encoding L-arabinose isomerase
from Marine Geobacillus stearothermophilus Isolated from Tanjung Api, Poso,
Indonesia. Hayati Journal of Bioscience 17: 58-62.
Gardner EJ, Mertens TR,1991. Genetics: Laboratory investigations. 6th ed. Burgess
Publishing Company, Minneapolis.
Granstrom TB, Takata G, Tokuda M, Izumori K, 2004. Izumoring: A Novel and
Complete Strategy for Bioproduction of Rare Sugars. Journal Biosci Bioeng.
97(2): 89-94.
Hugenholtz J, Smid EJ, 2002. Nutraceutical Production with Food-Grade
Microorganisms. Food Biotechnol.13: 497–507.
Izumori K, Miyoshi T, Tokuda S, Yamabe K, 1984. Production of D-tagatosa from
Ducitol by Arthrobacter globiformis. Appl Environ Microbiol. 46: 1055–
1057.
Izumori K, Tsuzaki K, 1988. Production of D-tagatosa from D-galactitol by
Mycobacterium smegmatis. Journal Ferment Technol. 66: 225–227.
Lee DW, Jang HJ, Choe EA, Kim BC, Lee SJ, Kim SB, Hong YH, Pyun YR, 2004.
Characterization of A Thermostable L-arabinosa (D-galactose) isomerase
from The Hyperthermophilic Eubacterium Thermotoga maritima. Appl
Environ Microbiol. 70: 1397-1404.
Lee DW, Choe EA, Kim SB, Eom SH, Hong YH, Lee SJ, Lee HS, Lee DY, Pyun
YR, 2005. Distinct Metal Dependence for Catalytic and Structural Functions
in The L-arabinosa isomerase from The Mesophilic Bacillus halodurans and
The Thermophilic Geobacillus stearothermophilus. Arch Biochem Biophys.
434: 333-343.
Levin GV, Zehner LR, Saunders JP, Beadle JR, 1995. Sugar Substitutes: Their
Energy Values, Bulk Characteristics, and Potencial Health Benefits. Am J
Clin Nutr 126:1601-1609.
Levin GV, 2002. Tagatose, The New GRAS Sweeteners and Health Product. Journal
of medicinal food. 5: 23-36.
Lodish H, Arnold B, Lawrence Z, Paul M, David B, James D, 2000. Moleculer Cell
Biology. Wh freeman Company.
Lu Y, Levin GV, Donner TW, 2008. Tagatose A New Antidiabetec and Obesity
Control Drug. Journal compilation. 10: 109-134.
Kim P, 2004. Current Studies on Biological Tagatose Production Using L-arabinose
isomerase: a Review and Future Perspective. Appl Microbiol Biotechnol 65:
243–249.
Kim HJ, Oh DK, 2005. Purification and Characterization of an L-arabinose
isomerase from an Isolated Strain of Geobacillus thermodenitrificans
Producing D-tagatose. Journal of Biotechnology 120: 162-173.
Mendoza MR, Olano A, Villamiel M, 2005. Chemical Indicators of Heat Treatment
in Fortified and Special Milks. Journal Agric. Food Chem. 53: 2995-2999.
Men Y, Zhu Y, Zhang L, Kang Z, Izumori K, Sun Y, Ma Y, 2014. Enzymatic
Convertion of D-tagatose to D-tagatose: Cloning, Overexpression and
Characterization of L-arabinose isomerase from Pediococcus pentosaceus
PC-5. Microbiol Res. 169(2):171-178.
Muladno, 2010. Teknologi Rekayasa Genetika. Edisi kedua. IPB Press: Bogor.
Oh DK, 2007. Tagatose: Properties, Application and Biotechnological Processes.
Appl Microbiol Biotechnol 76: 1-8.
Puspitaningrum A, Sajidan, pangastuti A, 2014. Isolasi dan Kloning Gen Penyandi
Fitase Bacillus Sp En 6. El-vivo. 2(1): 1-9.
Rosenplenter K, Mende K, 2004. Use of D-tagatose for Improving Aroma and
Flavor in Foodsand Beverages. WO patent 073419.
Roh HJ, Kim P, Park YC, Choi JH, 2000. Bioconversion of D-galactose into D-
tagatosa by Expression of L-arabinosa isomerase. Biotechnol Appl Biochem.
31: 1-4.
Russell PJ, 1994. Fundamentals of genetics. Harper Collins Collage Publisher, New
York.
Sambrook J, Russell DW, 2001. Molecular Cloning: A laboratory manual. Edisi ke-
3. New York: Cold Spring Harbor Laboratory Press.
Simpson PJ, Stanton C, Fitzgerald GF, Ross RP. 2005, Intrinsic Tolerance of
Bifidobacterium Species to Heat and Oxygen and Survival Following Spray
Drying and Storage. Journal Appl Microbiol. 99(3): 493-501.
Snustads DP, Simmons MJ, 2003. Principles of Genetics. 3rd ed. John Wiley and
Sons, Inc.
Stansfield WD, Jaime SC, Raul JC, 2006. Molecular and Cell Bilogy. New york: Mc
Graw Hill.
Seri K, Sanai K, Negishi S, Akino T, 1993. Prophylactic and Remedial Preparation
for Diseases Attendant on Hyperglycemia and Wholesome Food. European
Patent 560284.
Stratagene, 2004. BL21 (DE3) Competent Cells, BL21 (DE3) pLysS Competent Cells,
and BL21 Competent Cells. Stratagenen. California.
Tokunaga H, Saito S, Sakai K, Yamaguchi R, Katsuyama I, Arakawa T, Onozaki K,
Arakawa T, Tokunaga M, 2009. Halophilic β-lactamase as A New Solubility-
and Folding-Enhancing Tag Protein: Production of Native Human Interleukin
1α and Human Neutrophil α-defensin. Appl Microbial Biotechnol.
Waugh DS,2000. Making The Most of Affinity Tags. Trends Biotechnol. 23: 316–
320
Wibowo LA, 2017. Kloning dan Ekspresi Gen araA dari Bifidobacterium longum
pada E. Coli BL21(DE3) dan E. Coli BL21(DE3)Plyss. [Thesis]. IPB. Bogor
Wong DWS, 1997. The ABCs of gne cloning. International Thomson Publishing.
New York.
Xu Z, Qing Y, Li S, Feng X, Xu H, dan Ouyang P, 2011. A Novel L-arabinose
isomerase from Lactobacillus fermentum CGMCC2921 for D-tagatosa
Production: Gene Cloning, Purification and Characterization. Journal Mol.
Catal. B: Enzym. 70: 1–7.
Yoon SH, Kim P, Oh DK, 2003. Properties of L-arabinose isomerase from
Escherichia coli as Biocatalyst for Tagatose Production. World J of Microbiol
& Biotechnol 19: 47-51.
Zhang YW, Jeya M, Lee JK, 2010. Enhaced Activity and Stability of L-arabinosa
isomerase by Immobilization on Aminopropyl Glass. Appl Microbiol
Biotechnol, in press. 87(6): 1993-1999.