Anda di halaman 1dari 3

LARANGAN BERMAIN DADU

1. Dari Buraidah bin Hashib radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa


sallam bersabda,

‫َم ْن َلِعَب ِبالَّنْر َد ِش يِر َفَك َأَّنَم ا َصَبَغ َيَد ُه ِفي َلْح ِم ِخ ْنِز يٍر َو َد ِمِه‬
“Siapa yang bermain dadu, seolah dia telah mencelupkan tangannya ke dalam daging
babi bercampur darahnya.” (HR. Muslim 2260, Abu Daud 4939, dan yang lainnya).
An-Nawawi mengatakan,
‫َو َم ْعَنى ” َص َبَغ َيده ِفي َلْح م اْلِخ ْنِز ير َو َدمه ِفي َح ال َأْك له ِم ْنُهَم ا ” َو ُهَو َتْش ِبيه ِلَتْح ِر يِمِه ِبَتْح ِر يِم َأْك لهَم ا‬
‘Yang dimaksud; mencelupkan tangannya ke dalam daging babi bercampur darahnya
adalah ketika makan dua benda ini. Maka hadis ini menyerupakan haramnya main
dadu sebagaimana haramnya makan daging dan darah babi.’ (Syarh Shahih Muslim,
15:16).

2. Dari Abu Musa Al-Asy’ari radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa


sallam bersabda,

‫ َفَقْد َع َص ى َهَّللا َو َر ُسوَلُه‬، ‫َم ْن َلِعَب ِبالَّنْر ِد‬


“Siapa yang bermain dadu, berarti dia telah bermaksiat kepada Allah dan Rasul-
Nya.” (HR. Abu Daud 4938, Ibn Majah 3762 dan dinilai Hasan oleh al-Albani)

3. Dari Nafi’, murid dan manantu Ibn Umar radhiyallahu ‘anhuma, beliau
menceritakan,
‫ ضربه وكسرها‬،‫أن عبد هللا بن عمر كان إذا وجد أحدا من أهله يلعب بالنرد‬
“Bahwa Ibnu Umar jika melihat salah satu diantara anggota keluarganya bermain
dadu, beliau langsung memukulnya dan memecahkan dadu itu.” (HR. Bukhari
dalam Adabul Mufrad. Dan dinilai shahih oleh al-Albani sampai Ibnu Umar)
4. Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, bahwa beliau penah menyewakan rumahnya
kepada seseorang. Dilaporkan kepada Aisyah bahwa ternyata penyewa rumah
menyimpan dadu di rumahnya. Aisyah pun mengirim surat kepada mereka,
‫لئن لم تخرجوها ألخرجنكم من داري‬
“Jika kalian tidak membuang dadu itu, aku yang akan keluarkan kalian dari rumahku.”
(HR. Malik dalam al-Muwatha’ 3519. diHasankan oleh al-Albani).

5. Dari Kultsum bin Jabr, bahwa sahabat Abdullah bin Zubair (yang saat itu
memimpin Mekah) pernah berkhutbah,
‫ وإني أحلف باهلل ال أوتى برجل‬..‫ النردشير‬: ‫بلغني عن رجاٍل من قريٍش يلعبون بلعبٍة يقال لها‬
‫ وأعطيُت سلبُه لمن أتاني به‬، ‫لعب بها إال عاقبته في شعرِه وبشرِه‬
“Telah sampai kepadaku berita bahwa ada beberapa orang Quraisy yang bermain
dadu. Saya bersumpah demi Allah, jika ada orang yang ditangkap dan diserahkan
kepadaku karena bermain dadu, pasti akan aku hukum dari rambut sampai kulitnya.
Dan orang yang melaporkan akan aku beri hadiah berupa harta yang dibawa orang
itu.” (HR. al-Baihaqi dalam al-Kubro 10:216 dan dalam Sahih Adabul
Mufrad dinyatakan, sanadnya hasan).

6. Sahhabat Abdullah bin Amr bin Ash radhiyallahu ‘anhuma mengatakan,

‫ كالغامِس يدُه في دِم خنزيٍر‬، ‫ والالعُب بهما غير قماٍر‬، ‫الالعُب بالفصين قمارًا ؛ كآكِل لحِم الخنزيِر‬
“Bermain dengan dua mata dadu ini dalam rangka berjudi seperti orang yang makan
daging babi. Dan orang yang bermain dengan kedua mata dadu tapi tanpa taruhan,
seperti orang yang mencelupkan tangannya di darah babi. (HR. Bukhari dalam Adabul
Mufrad, dan sadanya dishahihkan al-Albani)

7. Dari Nafi, bahwa Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhu, mengatakan,

‫النرُد من الميسِر‬
“Bermain dadu termasuk judi.” (HR. baihaqi, al-Ajuri dan sanadnya sahih).

Dari beberapa hadis dan keterangan sahabat di atas, dapat kita simpulkan:
Pertama, bermain dadu hukumnya haram, karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam menyerupakannya dengan menyentuh barang najis, seperti daging babi.
Bahkan kata an-Nawawi, statusnya seperti makan babi.
Kedua, tidak diperbolehkan menyimpan dadu. Meskipun tidak untuk digunakan
bermain. Karena sikap para sahabat yang membuang dadu dan merusaknya

Ketiga, para sahabat menilai, bermain dadu termasuk judi, meskipun tanpa taruhan.
Jika disertai taruhan, lebih terlarang lagi.
Al-Ajuri mengatakan,
‫والالعُب بهذه النرد من غيِر قماٍر عاٍص ِهلل عز وجل يجُب عليه أن يتوَب إلى هللا عز وجل‬
‫ فإن لعب بها وقامر فهو أعظُم ألنه أكل الميسر وهو القماُر‬. ‫من لهوه بها‬
“Orang yang bermain dadu tanpa taruhan judi, telah bermaksiat kepada Allah, dan dia
wajib bertaubat dari permainan ini. Jika dia bermain dadu disertai taruhan, maka
dosanya lebih besar, karena dia makan hasil judi.” (Tahrim an-Nardi was Syatranji,
Hal. 53).
Syaikhul Islam juga mengatakan,

‫َو الَّنْر ُد َحَر اٌم ِع ْنَد اَأْلِئَّمِة اَأْلْر َبَعِة َس َو اٌء َك اَن ِبِع َو ٍض َأْو َغْيِر ِع َو ٍض‬
“Bermain dadu hukumnya haram menurut imam 4 madzhab, baik dengan taruhan
maupun tanpa taruhan.” (Majmu’ Fatawa, 32:244)

Keempat, para sahabat mengingkari keras orang yang bermain dadu. Dan ini
termasuk kebiasaan mereka yang hampir tidak lagi kita temukan di zaman sekarang.

Kelima, orang yang bermain dadu dianggap sebagai orang yang jatuh wibawanya,
sehingga persaksiannya tidak diterima.
As-Saerozi (ulama syafiiyah) mengatakan,
‫ وُترُد به الشهادُة‬، ‫ويحرُم اللعُب بالنرِد‬
Haram bermain dadu dan persaksiannnya ditolak. (al-Muhadzab, 3:436)

Anda mungkin juga menyukai