Anda di halaman 1dari 4

NAMA : RATI MANDASARI

NIM : 602191010031

HARAMNYA DARAH SEORANG MUSLIM


TIDAK HALAL DARAH SEORANG MUSLIM KECUALI KARENA TIGA ALASAN.

Ini diterangkan dalam hadits Arbain nomor #14 kali ini.


ٍ ‫ص لَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َس لَّ َم الَ يَ ِح لُّ َد ُّم ا ْم ِر‬
َّ‫ئ ُم ْس لِ ٍم إِال‬ َ ِ‫ال َر ُس وْ ُل هللا‬ َ َ‫ض َي هللاُ َع ْنهُ ق‬
َ َ‫ ق‬:‫ال‬ ُ ‫ال َح ِدي‬
ِ ‫ْث الرَّابِ ُع َع َش َر َع ِن ا ْب ِن َم ْسعُوْ ٍد َر‬
ِ َ‫ق لِ ْل َج َما َع ِة َر َواهُ البُخ‬
.‫اريُّ َو ُم ْسلِ ٌم‬ ِ َ‫ك لِ ِد ْينِ ِه ال ُمف‬
ُ ‫ار‬ ُ ‫ار‬ ِ ‫ َوالنَّ ْفسُ بِالنَّ ْف‬،‫ الثَّيِّبُ ال َّزانِي‬:‫ث‬
ِ َّ‫ َوالت‬،‫س‬ ٍ َ‫بِإِحْ دَى ثَال‬
Dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallambersabda, ‘Tidak halal darah seorang muslim kecuali karena salah satu dari tiga
sebab: (1) orang yang telah menikah yang berzina, (2) jiwa dengan jiwa (membunuh), (3)
orang yang meninggalkan agamanya (murtad), lagi memisahkan diri dari jamaah kaum
muslimin.” (HR. Bukhari dan Muslim) (HR. Bukhari dan Muslim) [HR. Bukhari, no. 6878
dan Muslim, no. 1676]
 
Penjelasan Hadits
 
Hadits ini menunjukkan bahwa asalnya darah seorang muslim yang bertauhid haram
ditumpahkan ketika ia bersyahadat laa ilaha illallah dan Muhammad adalah utusan Allah,
mengerjakan shalat, dan menunaikan zakat sebagaimana disebutkan dalam hadits nomor
delapan sebelumnya dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma. Dan menumpahkan darah
seorang muslim adalah haram dan termasuk dosa besar.
Haramnya darah seorang muslim disebutkan pula dalam hadits lainnya,
َ ‫فَإ ِ َّن ِد َما َء ُك ْم َوأَ ْم َوالَ ُك ْم َوأَ ْع َرا‬
‫ فِ ْي بَلَ ِد ُك ْم هَ َذا‬،‫ فِ ْي َشه ِْر ُك ْم هَ َذا‬،‫ض ُك ْم بَ ْينَ ُك ْم َح َرا ٌم َعلَ ْي ُك ْم َكحُرْ َم ِة يَوْ ِم ُك ْم هَ َذا‬
“Sesungguhnya darah kalian, harta benda kalian, kehormatan kalian, haram atas kalian seperti
terlarangnya di hari ini, bulan ini dan negeri ini.” (HR. Bukhari, no. 67, 105, 1741 dan
Muslim, no. 30, dari sahabat Abu Bakrah radhiyallahu ‘anhu)
Dari Buraidah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
.‫قَ ْت ُل ْال ُم ْؤ ِم ِن أَ ْعظَ ُم ِع ْن َد هللاِ ِم ْن زَ َوا ِل ال ُّد ْنيَا‬
“Dosa membunuh seorang mukmin lebih besar daripada hancurnya dunia.” (HR. An-Nasa’i,
7?83. Dikatakan shahiholeh Syaikh Al-Albani dalam Ghayah Al-Maram fii Takhrij Ahadits
Al-Halal wa Al-Haram, no. 439)
Bahkan darah seorang muslim lebih mulia daripada Kabah. Lihat Silsilah Al-Ahadits Ash-
Shahihah, no. 3420, riwayatnya hasan menurut Syaikh Al-Albani.
Ats-tsayyib az-zaani adalah siapa saja yang telah menikah dengan pernikahan yang sah lantas
berzina. Hukumannya adalah rajam, dilempari batu sampai mati.
Jiwa dibalas dengan jiwa yaitu ketika muslim membunuh muslim. Yang tidak termasuk
dalam bahasan ini adalah jika muslim membunuh kafir (misal ketika peperangan) dan orang
yang merdeka dengan seorang budak sebagaimana pendapat dalam madzhab Syafi’iyah dan
Hanafiyah.
Meninggalkan agama maksudnya adalah murtad. Sedangkan mufariq lil jama’ah maksudnya
adalah memberontak dari kepemimpinan yang sah.
 
Faedah Hadits
 
Pertama: Terhormatnya darah seorang muslim.
Kedua: Halalnya darah seorang muslim karena tiga sebab sebagaimana disebutkan dalam
hadits ini:
1. Yang sudah menikah lantas berzina dihukumi rajam sampai mati.
2. Jika seorang muslim membunuh muslim lainnya dan telah terpenuhi syarat qishash.
3. Murtad keluar dari Islam.
Ketiga: Para ulama berselisih pendapat mengenai hukuman bagi pezina yang sudah menikah
apakah dihukum dengan cambuk terlebih dahulu lalu rajam ataukah rajam saja. Kebanyakan
ulama memilih hanya dikenakan hukuman rajam saja.
Keempat: Ats-tsayyib az-zaani  dikenakan hukuman rajam jika terbukti dengan empat orang
saksi atau ia mengakuinya sendiri.
Kelima: Meninggalkan jamaah yang dimaksud dalam hadits adalah (1) meninggalkan agama
yang benar, (2) memberontak pada pemerintahan yang sah.
Keenam: Yang boleh menjalankan eksekusi mati ini adalah imam kaum muslimin, tidak bisa
dijalankan serampangan oleh lainnya.
 
HUKUM BAGI ORANG YANG MENINGGALKAN SEMUA RUKUN ISLAM

Rukun Islam merupakan pilar-pilar utama dalam agama Islam. Ada lima pilar dalam rukun
tersebut yang menjadi dasar bagi kaum muslmi untuk melaksanakan kehidupan selama
berada di dunia ataupun di akhirat kelak.
Ibarat sebuah bangunan, lima rukun Islam ini merupakan satu kesatuan yang tidak bisa
terpisahkan satu dengan lainnya. Bangunan itu tidak bisa berdiri kokoh apabila salah satu
unsur pembentuknya tidak ada.
Meninggalkan rukun Islam ternyata bisa menyebabkan pelakunya terjatuh ke dalam dosa
besar. Lebih dari itu ternyata ada beberapa rukun Islam yang jika ditinggalkan dapay
menyebabkan orang tersebut keluar dari agama Islam.

1. Meninggalkan Syahadat dan Iman

Rukun Islam yang paling krusial dan penting adalah mengucapkan dua kalimat
syahadat. Beriman kepada Allah dan Rasul-nya seperti yang terdapat dalam kalimat syahadat
menjadi bagian penyempurna dari rukun Islam.
Kalimat syahadat menjadi tiang pokok dari terbentuknya keimanan di hati seseorang.
Apabila rukun Islam yang satu ini ditinggalkan maka batallah rukun Islam yang lainnya.
Apabila ada keraguan dari rukun Islam yang pertama ini, maka hilanglah keimanan orang
tersebut terhadap agama Islam. Sebab di dalam riwayat sudah disebutkan bahwa:
“Islam itu dibangun di atas lima perkara: beriman pada Allah dan Rasul-Nya;
mendirikan shalat lima waktu; berpuasa Ramadhan; menunaikan zakat; dan berhaji ke
Baitullah.” (HR. Bukhari, no. 4514)

2. Meninggalkan Shalat
Rukun Islam selanjutnya yaitu shalat. Shalat menjadi salah satu tiang agama yang wajib
untuk didirikan oleh kaum muslimin. Ibnu Rajab berkata, ada berbagai hadits yang
menyatakan bahwa meninggalkan shalat mengakibatkan keluar dari Islam. Seperti hadits
Jabir berikut yang dikeluarkan oleh Imam Muslim,
“(Pembatas) antara seorang muslim dan kesyirikan serta kekafiran adalah
meninggalkan shalat.” (HR. Muslim, no. 82)
Bahkan tidak termasuk dalam Islam orang yang tidak mengerjakan shalat. Umar
radhiyallahu ‘anhu pernah berkata,
“Tidak ada bagian dalam Islam bagi orang yang meninggalkan shalat.” (Riwayat ini
disebutkan oleh Ibnul Qayyim dalam Ash-Shalah, hlm. 41-42. Dikeluarkan oleh Malik,
begitu juga diriwayatkan oleh Sa’ad dalam Ath-Thabaqat, Ibnu Abi Syaibah dalam Al-Iman.
Diriwayatkan pula oleh Ad-Daruquthniy dalam sunannya, juga Ibnu ’Asakir. Hadits ini
shahih sebagaimana dikatakan oleh Syaikh Al-Albani dalam Irwa’ Al-Ghalil, no. 209)
Bahkan karean mulianya ibadah shalat, bahkan kita harus tetap mengerjakannya dalam
keadaan apapun meskipun lupa atau ketiduran. Kita harus tetap shalat saat sudah ingat atau
tersadar. Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah SAW bersabda,
“Barangsiapa yang lupa shalat, hendaklah ia shalat ketika ia ingat. Tidak ada kewajiban
baginya selain itu.” (HR. Bukhari, no. 597; Muslim, no. 684)
Dalam riwayat Muslim disebutkan : “Barangsiapa yang lupa shalat atau tertidur, maka
tebusannya adalah ia shalat ketika ia ingat.” (HR. Muslim, no. 684)

3. Meninggalkan Puasa Ramadhan, Zakat dan Haji

Rukun Islam selanjutnya adalah puasa Ramadhan. Seperti yang diketahui bahwa hukum
melaksanakan puasa Ramadhan adalah wajib. Hal ini menyebabkan seseorang yang
mengingkari wajibnya puasa bisa dikatakan sebagai kafir. Akan tetapi, lain halnya jika ia
malas-malasan puasa Ramadhan padahal ia mampu maka orang tersebut terjatuh dalam dosa
besar. Hal yang sama juga berlaku pada ibadah zakat dan haji.
Demikianlah informasi mengenai hukum meninggalkan rukun Islam. Ketahuilah bahwa
rukun Islam yang ada lima itu saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Apabila kita
melalaikannya, maka bisa membuat kita terjerumus ke dalam dosa besar bahkan diragukan
keislamannya. Maka laksanakanlah seluruh isi dari rukun Islam tersebut agar hidup kita
senantiasa mendapat naungan dari Allah SWT.

JIWA DAN HARTA SEORANG MUSLIM TERPELIHARA

Pada saat Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam berkhutbah di hadapan ribuan kaum
Muslimin di hari Arafah, beliau bersabda,
"Sesungguhnya darah kalian, harta benda kalian dan kehormatan kalian adalah haram
(terpelihara) antara sesama kalian sebagaimana keharaman hari ini, bulan ini, dan negeri ini. Dan
hendaknya Yang hadir menyarnpaikan kepada yang tidak hadir..." (HR Bukhari dan Muslim).
Dalam hadits di atas, Rasulullah ‫ ﷺ‬menegaskan atas haramnya darah seorang
Muslim, sebagaimana agungnya hari Arafah, sebagaimana haramnya berperang di bulan Dzul
Hijjah, dan sebagaimana haramnya menumpahkan darah (berperang) di negeri Makkah.

Anda mungkin juga menyukai