INTERPERSONAL SISTEM HUKUM FAKULTAS PSIKOLOGI UMBY 1. PERKENALAN Harian Maulana (230810248) 2. Elgi Winda Waliah (230810252) 3. Qurratu Aini Salsabila (230810254) 4. Ipa Wahyu Safitri (230810258) 5. Raisa Renata Nugroho (230810278) 6. Bagaskara Cahya Adyatma (230810288) A. EFEK DARI PROSEDUR KEPOLISIAN DAN LIPUTAN MEDIA Jauh sebelum kasus pidana sampai ke pengadilan, dan sebelum persidangan dimulai, ada dua faktor utama yang mempengaruhi kesaksian yang disampaikan dan sikap juri: bagaimana polisi menangani saksi dan tersangka, dan bagaimana informasi tentang kasus tersebut disajikan oleh media. EFEK DARI PROSEDUR KEPOLISIAN Peran polisi dalam investigasi kriminal harus berfokus pada pencarian Lorem ipsum kebenaran, dolor masih meskipun sit amet, consectetur banyak petugas adipiscing yang lebihelit, sed do tertarik pada eiusmod pengakuan mendapatkan tempor incididunt ut labore dari tersangka. et dolore Interogasi magna polisi aliqua. seringkali terjadi dalam situasi intimidasi, memungkinkan pengaruh sosial yang menghasilkan respon yang diinginkan. Tersangka dan saksi sering merasa tidak pasti tentang jawaban yang benar, sulit bagi mereka untuk mengakui ketidaktahuan. Interogator sering menggunakan pendekatan yang halus untuk memperkuat keyakinan tersangka bahwa kasusnya tidak serius atau bahwa bukti yang ada lemah, bahkan menyalahkan korban sebagai strategi untuk mendapatkan pengakuan EFEK DARI MEDIA Berita media massa sering fokus pada kejadian dramatis seperti pembunuhan, penyerangan, pemerkosaan, dan perampokan karena dianggap menarik bagi masyarakat. Namun, ini memengaruhi persepsi publik dan membuat tersangka sering dianggap bersalah sebelum bukti disajikan di pengadilan. Anggota juri yang berasal dari publik yang dipengaruhi media dapat terpengaruh oleh pemberitaan sebelumnya, merugikan pembela. Pejabat pemerintah juga memanfaatkan situasi ini dengan menyebarkan informasi tentang tersangka, mempengaruhi opini publik dan mendukung pihak penuntut. B. KESAKSIAN SAKSI MATA: BERBAGAI PERMASALAHAN DAN SOLUSINYA Kesaksian saksi mata memiliki dampak signifikan dalam keputusan pengadilan, namun seringkali tidak akurat. Bahkan saksi yang jujur dan cerdas dapat melakukan kesalahan identifikasi, yang sering kali menjadi faktor utama dalam kesalahan pengadilan terhadap terdakwa yang tidak bersalah. Rentang waktu antara peristiwa dan kesaksian, serta tingkat stres yang dialami saksi mata, merupakan faktor-faktor utama yang memengaruhi akurasi kesaksian. Kesalahan ini dapat mempengaruhi hasil persidangan secara dramatis. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESAKSIAN SAKSI MATA 1. Bias yang disebabkan oleh pengambilan foto kriminal (mug shot-induced bias). 2. Informasi setelah peristiwa. 3. Kadar alkohol yang tinggi. 4. Bias antar ras. 5. Keberadaan senjata. 6. Sugesti pada anak. Sebagai respons terhadap kasus-kasus di mana analisis DNA telah mengungkap kesalahan identifikasi tersangka, Jaksa Agung AS Janet Reno memerintahkan National Institute of Justice untuk mengembangkan petunjuk teknis nasional yang bertujuan meningkatkan akurasi bukti dari saksi mata. Upaya ini, yang dipimpin oleh Technical Working Group for Eyewitness Evidence pada tahun 1999, menargetkan perbaikan pada prosedur lineup polisi. Dalam prosedur ini, para saksi diminta untuk mengidentifikasi tersangka di antara sekelompok orang, termasuk tersangka dan non- tersangka, dengan pengawasan dari peneliti. Prosedur lain yang direkomendasikan untuk meningkatkan akurasi termasuk menunjukkan gambar atau tempat kejadian sebelum identifikasi, menampilkan orang dalam lineup satu per satu, dan meminta saksi untuk memberikan kesan pertamanya. Langkah-langkah ini diharapkan dapat meminimalkan kesalahan identifikasi saksi mata dalam proses peradilan. C. PEMERAN UTAMA DALAM PERSIDANGAN: DAMPAK DARI PENGACARA, HAKIM, JURI, DAN TERDAKWA
Penelitian telah berulang kali menunjukkan bahwa hasil
persidangan tidak ditentukan oleh bukti dan logika saja, tetapi dipengaruhi oleh banyak aspek yang tampaknya tidak berhubungan, termasuk pikiran, kata-kata dan tindakan pengacara, hakim, juri dan terdakwa. PENGACARA: PERSETERUAN ANTARA JAKSA PENUNTUT DAN PEMBELA Perseteruan antara jaksa penuntut dan pembela dalam pengadilan tidak selalu berfokus pada kebenaran, melainkan pada kemenangan dalam kasus masing-masing. Pemilihan juri penting karena keduanya berusaha memilih juri yang mendukung posisi mereka. Selama persidangan, pengacara mempengaruhi juri melalui argumen dan pemeriksaan silang. Dalam kasus hukuman mati, jaksa sering berusaha mempengaruhi keputusan juri dengan argumen pro- hukuman mati. Penelitian menunjukkan bahwa bahasa yang digunakan oleh jaksa dapat memengaruhi keputusan juri, di mana bahasa yang tidak tepat dapat meningkatkan dukungan terhadap hukuman mati. HAKIM: MENEGAKKAN ATURAN DAN MEMINIMALKAN BIAS Hakim bertanggung jawab untuk menegakkan aturan dan meminimalkan bias dalam persidangan. Meskipun idealnya mereka harus objektif, manusia rentan terhadap kesalahan dan bias. Para juri seringkali mengabaikan instruksi hakim kecuali mereka yakin ada alasan kuat untuk melakukannya. Meskipun seharusnya keputusan bersalah atau tidak bersalah ditunda hingga akhir persidangan, sulit bagi siapapun untuk menunda keputusan mereka. Bahkan hakim pun bisa memiliki pendapat pribadi yang dapat memengaruhi keputusan juri. Penelitian menunjukkan bahwa keyakinan pribadi hakim, bahkan jika tidak diungkapkan, dapat mempengaruhi keputusan juri melalui isyarat non-verbal seperti ekspresi wajah dan gerakan tubuh. EFEK KARAKTERISTIK TERDAKWA DAN JURI Efek karakteristik terdakwa dan juri memainkan peran penting dalam proses peradilan. Kesamaan ras antara terdakwa dan juri dapat mempengaruhi keputusan, dengan juri cenderung memilih untuk memutuskan bersalah atau tidak bersalah berdasarkan ras terdakwa. Selain itu, daya tarik fisik juga memengaruhi keputusan, dengan terdakwa yang menarik cenderung mendapatkan hukuman yang lebih ringan. Selama persidangan, juri sering kali membentuk bias terhadap satu pihak, yang dapat memengaruhi cara mereka memproses bukti dan kesaksian. Bias ini juga mempengaruhi keputusan akhir mereka, dengan juri yang memiliki keyakinan tertentu cenderung membuat keputusan yang ekstrem dan sulit untuk berubah pikiran. Namun, juri yang kompeten mampu memproses informasi dengan lebih objektif, mempertimbangkan berbagai skema alternatif sebelum membuat keputusan. Keseluruhan, penelitian menunjukkan bahwa karakteristik manusia secara umum dapat merusak keadilan dan objektivitas dalam sistem peradilan. KESIMPULAN Kesimpulannya, psikologi forensik menunjukkan bahwa faktor-faktor kognitif, afektif, dan perilaku memiliki dampak yang signifikan pada proses hukum. Pengaruh sosial dari prosedur polisi, liputan media, dan interaksi interpersonal dapat menciptakan bias pada kesaksian dan sikap juri, yang kemudian dapat mempengaruhi keputusan yang diambil dalam persidangan. Meskipun prinsip-prinsip imparsialitas ada, juri seringkali membentuk opini sebelum persidangan berakhir, dan faktor-faktor seperti ras dan disposisi kepribadian juga mempengaruhi pengambilan keputusan. Penting untuk mengakui dan mengatasi bias-bias ini demi memastikan keadilan bagi semua pihak yang terlibat dalam sistem peradilan. TERIMA KASIH