Terakhir, tak kalah penting dalam membangun konstruksi rumah tahan gempa adalah material kayu
yang harus tahan rayap. Adapun banyak bangunan yang mudah roboh saat gempa disebabkan
karena konstruksi bangunan yang kurang kokoh dan tidak memenuhi standar baku.
Berdasarkan teks di atas, apa penyebab dari masalah yang dihadapi masyarakat Indonesia saat
gempa?
A.Masyarakat Indonesia memahami dan membuat bangunan dengan konstruksi tahan gempa.
C.Masyarakat Indonesia menjaga lingkungan agar tidak terkena dampak dari bencana alam, salah
satunya gempa.
D.Masyarakat Indonesia membeli rumah yang tahan gempa.
E.Masyarakat Indonesia membantu untuk membangun rumah yang sesuai dengan standar
Angka penderita diabetes melitus di dunia, tak terkecuali di Indonesia, terus meningkat setiap
tahunnya. Salah satu komplikasi diabetes yang sering dilaporkan yakni kerusakan saraf. Menurut
data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2019, diabetes melitus termasuk ke dalam 10 besar
penyakit penyebab kematian. Hal itu disampaikan dr. Esti Widiastuti Mangunadikusumo, M.Sc.PH
dari Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular, Kementerian Kesehatan.
Dalam konferensi pers “World Diabetes Day 2022 dan Peluncuran Neurometer”, berdasarkan data
International Diabetes Federation tahun 2021, Esti mengungkapkan bahwa tercatat 530 juta orang
berusia 20--79 tahun yang menderita diabetes. Diperkirakan angka penderita diabetes melitus ini
akan terus meningkat dan pada tahun 2030 jumlahnya akan mencapai 643 juta orang. Sementara,
Indonesia adalah negara dengan jumlah penderita diabetes melitus tertinggi ke-5 di dunia dengan
jumlah 19,5 juta orang. Ironisnya, dari sekian banyak penderita diabetes melitus, Esti
mengungkapkan 3 dari 4 orang dengan diabetes tidak mengetahui bahwa dirinya menderita
penyakit tersebut. Seringkali kasus yang ditemukan, pasien sudah mengalami berbagai komplikasi.
“Diabetes merupakan salah satu dari penyebab neuropati perifer (kerusakan saraf). Diperkirakan 50
persen orang dengan diabetes menderita neuropati perifer,” ungkap Esti.
Sementara itu, Sekretaris Umum Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) Dr. dr.
Wismandari, Sp.PD-KEMD dalam kesempatan yang sama mengatakan, gejala neuropati atau
kerusakan saraf akibat komplikasi diabetes banyak dialami oleh sebagian besar penderita diabetes
melitus.
Dokter Ahli Saraf, Dr. dr. Rizaldi Taslim Pinzon, Sp.S, M.Kes, menjelaskan neuropati perifer adalah
salah satu komplikasi dari diabetes melitus. Kondisi tersebut disebabkan oleh adanya kerusakan
saraf di luar otak dan sumsum tulang belakang (saraf perifer) atau kerusakan saraf yang mengacu
pada saraf tepi. Kerusakan saraf tersebut dapat memengaruhi sistem motorik, sensorik dan otonom.
Pada kondisi kerusakan saraf yang memengaruhi sistem otonom akan muncul gejala seperti gairah
seks menurun hingga mudah kenyang.
Angka penderita diabetes melitus di dunia, tak terkecuali di Indonesia, terus meningkat setiap
tahunnya. Salah satu komplikasi diabetes yang sering dilaporkan yakni kerusakan saraf. Menurut
data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2019, diabetes melitus termasuk ke dalam 10 besar
penyakit penyebab kematian. Hal itu disampaikan dr. Esti Widiastuti Mangunadikusumo, M.Sc.PH
dari Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular, Kementerian Kesehatan.
Dalam konferensi pers “World Diabetes Day 2022 dan Peluncuran Neurometer”, berdasarkan data
International Diabetes Federation tahun 2021, Esti mengungkapkan bahwa tercatat 530 juta orang
berusia 20--79 tahun yang menderita diabetes. Diperkirakan angka penderita diabetes melitus ini
akan terus meningkat dan pada tahun 2030 jumlahnya akan mencapai 643 juta orang. Sementara,
Indonesia adalah negara dengan jumlah penderita diabetes melitus tertinggi ke-5 di dunia dengan
jumlah 19,5 juta orang. Ironisnya, dari sekian banyak penderita diabetes melitus, Esti
mengungkapkan 3 dari 4 orang dengan diabetes tidak mengetahui bahwa dirinya menderita
penyakit tersebut. Seringkali kasus yang ditemukan, pasien sudah mengalami berbagai komplikasi.
“Diabetes merupakan salah satu dari penyebab neuropati perifer (kerusakan saraf). Diperkirakan 50
persen orang dengan diabetes menderita neuropati perifer,” ungkap Esti.
Sementara itu, Sekretaris Umum Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) Dr. dr.
Wismandari, Sp.PD-KEMD dalam kesempatan yang sama mengatakan, gejala neuropati atau
kerusakan saraf akibat komplikasi diabetes banyak dialami oleh sebagian besar penderita diabetes
melitus.
Dokter Ahli Saraf, Dr. dr. Rizaldi Taslim Pinzon, Sp.S, M.Kes, menjelaskan neuropati perifer adalah
salah satu komplikasi dari diabetes melitus. Kondisi tersebut disebabkan oleh adanya kerusakan
saraf di luar otak dan sumsum tulang belakang (saraf perifer) atau kerusakan saraf yang mengacu
pada saraf tepi. Kerusakan saraf tersebut dapat memengaruhi sistem motorik, sensorik dan otonom.
Pada kondisi kerusakan saraf yang memengaruhi sistem otonom akan muncul gejala seperti gairah
seks menurun hingga mudah kenyang
Pernyataan di bawah ini yang menunjukkan hubungan antara paragraf 1 dan paragraf 2 adalah
C.Para penderita diabetes sering tidak sadar bahwa dirinya mengidap penyakit diabetes.
D.Penderita diabetes harus melakukan deteksi dini diabetes agar tidak terkena neuropati perifer.
6.