Anda di halaman 1dari 22

KEMENTRIAN PENDIDIKAN KEBUDAYAAN RISET DAN

TEKNOLOGI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK
GEOLOGI
PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK
PERCOBAAN I :
ALKALIMETRI

LAPORAN PRAKTIKUM

OLEH :
GAMALIEL JHONI SIALLA
D061221082

GOWA
2022
BAB 1

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Kima Analitik merupakan suatu studi yag mempelajari tentang teori-teori


analisis suatu zat atau komponen serta metoda metoda dalam analisis. Dalam Kimia
Analitik banyak cara yang digunakan untuk menentukan kadar reaksi suatu larutan,
salah satu cara dalam penentuan kadar larutan asam basa adalah dengan melalui
proses titrasi alkalimetri. Cara ini cukup menguntungkan karena pelaksanaannya
mudah dan cepat, ketelitian dan ketepatannya juga cukup tinggi.
Titrasi asidi-alkalimetri dibagi menjadi dua bagian besar yaitu asidimetri dan
alkalimetri. Asidimetri adalah titrasi dengan menggunakan larutan standar asam
untuk menentukan basa. Asam-asam yang biasanya dipergunakan adalah HCl, asam
cuka, asam oksalat, asam borat. Sedangkan alkalimetri merupakan kebalikan dari
asidimetri yaitu titrasi yang menggunakan larutan standar basa untuk menentukan
asam.
Selain dalam air, reaksi asam basa juga dapat berlangsung dalam pelarut non
air. Sebenarnya pemeriksaan ini agak baru dalam pemeriksaan kimia, tetapi untuk
pemakaiannya kini digunakan untuk senyawa organik maupun
anorganik,sesungguhnya dalam titrasi bebas air ini juga berlangsung reaksi
netralisasi.
Walaupun cara ini terhitung baru namun para analis telah merasakan betapa
cara ini memiliki beberapa keuntungan diantaranya untuk senyawa yang tidak dapat
larut dalam air,dapat larut dalam air, dapat larut dalam pereaksi yang mudah didapat
dan dikenal. Sehingga untuk menentukan kadarnya tidak kesulitan dalam mencari
pelarut yang lain untuk melarutkannya. Keuntungan lain dengan pemakaian metode
ini adalah karena dalam percobaan digunakan pelarut non air seperti asam asetat
glacial, pelarut ini memiliki kekuatan asam basa yang sangat kuat.
Pada percobaan ini adalah penentuan kadar dengan metode alkalimetri menggunakan
indikator phenopthalein, hal ini dilakukan karena jika
meggunakan indikator yang lain, adanya kemungkinan trayek pH-nya jauh dari titik
ekuivalen.
Dalam bidang farmasi, alkalimetri dapat digunakan untuk menentukan kadar
suatu obat dengan teliti karena dengan titrasi ini, penyimpangan titik ekivalen lebih
kecil sehingga lebih mudah untuk mengetahui titik akhir titrasinya yang ditandai
dengan suatu perubahan warna, begitu pula dengan waktu yang digunakan seefisien
mungkin.
1. 2 Maksud dan Tujuan
Adapun tujuan percobaan adalah
1. Untuk mengetahui cara membuat larutan standar NaOH
2. Untuk mengetahui proses standarisasi larutan NaOH
3. Untuk mengetahui kadar CH3COOH setelah dititrasi

1.1 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam praktikum ini
1. Bagaimana membuat larutan standar NaOH ?
2. Bagaimana proses standarisasi larutan NaOH ?
3. Berapa kadar CH3COOH yang diperoleh setelah titrasi ?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Titrasi adalah proses penentuan banyaknya suatu larutan dengan


konsentrasi yang diketahui dan diperlukan untuk bereaksi secara lengkap
dengan sejumlah contoh tertentu yang akan dianalisis. Contoh yang akan
dianalisis dirujuk sebagai yang tak diketahui. Prosedur analitis yang
melibatkan titrasi dengan larutan-larutan yang konsentrasinya diketahui
disebut analisis volumetric (Keenan, 1980).
Alkalimetri merupakan metode yang berdasarkan pada reaksi netralisasi,
yaitu reaksi antara ion hidrogen yang berasal dari asam dengan ion hidroksida
yang berasal dari basa yang membentuk molekul air. Karenanya alkalimetri dapat
didefinisikan sebagai metode untuk menetapkan kadar asam dari suatu bahan
dengan menggunakan larutan basa yang sesuai. Asam menurut Arrhenius adalah
senyawa yang jika dilarutkan dengan air terurai menjadi ion hidrogen H+ dan
anion. Sedangkan basa adalah senyawa yang jika dilarutkan dalam air terurai
menjadi ion hidroksida OH- dan kation. Teori ini hanya berlaku untuk senyawa
anorganik yang larut dalam air. Titer yang digunakan pada alkalimetri adalah
NaOH atau KOH. NaOH mempunyai keunggulan dibandingkan KOH dalam
harga, NaOH maupun KOH mudah bereaksi dengan CO2 membentuk garam
karbonat. Garam natrium karbonat lebih mudah dipisahkan dari NaOH daripada
garam kalium karbonat yang sulit dipisahkan dari KOH, hal ini akan mengganggu
reaksi yang terjadi. Titer sebelum digunakan untuk menitrasi sampel harus
dibakuan terlebih dahulu menggunakan larutan asam baku primer. Indikator pada
titrasi asam-basa adalah asam atau basa organik lemah yang berada dalam dua
macam bentuk warna yang berbeda (Andari 2013).
Titrasi adalah proses mengukur volume larutan yang terdapat dalam buret
yang ditambahkan ke dalam larutan lain yang diketahui volumenya sampai terjadi
reaksi sempurna. Atau dengan perkataan lain untuk mengukur volume titran yang
diperlukan untuk mencapai titik ekivalen. Titik ekivalen adalah saat yang
menunjukkan bahwa ekivalen perekasi-pereaksi sama. Di dalam prakteknya titik
ekivalen sukar diamati, karena hanya meruapakan titik akhir teoritis atau titik
akhir
stoikometri. Hal ini diatasi dengan pemberian indikator asam-basa yang
membantu sehingga titik akhir titrasi dapat diketahui. Titik akhir titrasi merupakan
keadaan di mana penambahan satu tetes zat penitrasi (titran) akan menyebabkan
perubahan warna indikator. Kedua cara di atas termasuk analisis titrimetri atau
volumetrik. Selama bertahun-tahun istilah analisis volumetrik lebih sering
digunakan dari pada titrimetrik. Akan tetati, dilihat dari segi kata, Laporan
Praktikum Alkalimetri | 2 “titrimetrik” lebih baik, karena pengukuran volume
tidak perlu dibatasi oleh titrasi. Rekasi-reaksi kimia yang dapat diterima sebagai
dasar penentuan titrimetrik asam- basa adalah sebagai berikut : Jika HA
merupakan asam yang akan ditentukan dan BOH sebabagi basa, maka reksinya
adalah : HA + OH- →A- + H2O Jika BOH merupakan basa yang akan ditentukan
dan HA sebagi asam, maka reaksinya adalah
: BOH + H+ → B+ + H2O Dari kedua reaksi di atas dapat disimpulkan bahwa
prinsip reaksi titrasi asam basa adalah reaksi penetralan, yakni ; H+ + OH- →
H2O dan terdiri dari beberapa kemungkinan yaitu reaksi-rekasi antara asam kuat
dengan basa kuat, asam kuat dan basa lemah, asam lemah dan basa kuat, serta
asam lemah dan basa lemah. Khusus reaksi antara asam lemah dan basa lemah
tidak dapat digunakan dalam analisis kuantitatif, karena pada titik ekivalen yang
terbentuk akan terhidrolisis kembali sehingga titik akhir titrasi tidak dapat diamati.
Hal ini yang menyebabkan bahwa titran biasanya merupakan larutan baku
elektrolit kuat seperti NaOH dan HCl (Underwood, 1986).
Untuk menentukan konsentrasi suatu larutan asam atau basa diperlukan
suatu larutan baku. Larutan baku yang dibuat dengan menimbang zatnya lalu
melarutkan sampai volume tertentu, secara langsung konsentrasinya diketahui.
Larutan semacam ini disebut larutan baku primer, contohnya larutan asam oksalat.
Larutan baku yang konsentrasinya ditentukan melalu titrasi dengan larutan baku
primer dinamakan larutan baku sekunder. Contohnya NaOH yang konsentrasinya
didapatkan dengan mentitrasinya dengan larutan baku primer (Team teaching,
2005).
Banyak cara untuk memahami tentang asam dan basa. Kita dapat
mengartikan asam dan basa berdasarkan keniakan konsentrasi dari ion H+ dan
OH-
. Jika sebuah larutan didalamnya terdapat H+yang jumlah lebih besar dari ion OH-
, maka kita dapat menyebutkan sebagai larutan asam. Begitu pula jika suatu
larutan memiliki jumlah ion OH- yang lebih banyak dari pada jumlah ion H+,
maka larutan itu dapat kita katakan sebagai larutan basa. Hasil pereaksian asam
dan basa itu sendiri dapat membentuk suatu senyawa yang biasa disebut sebagai
garam, dan reaksi antara ion H+ dan OH- nya membentuk air yang bersifat netral
(Raymond, 2004).

Analisa volumetrik (titrimetri) merupakan bagian dari kimia analisa


kuantitatif, dimana penentuan zat dilakukan dengan cara pengukuran volume
larutan atau berat zat yang diketahui konsentrasinya yang bereaksi secara
kuantitatif dengan larutan yang ditentukan.
Suatu metode titrimetri untuk analisis didasarkan pada

suatu reaksi kimia seperti berikut:

aA + tT produk

Dimana a molekul analit A, bereaksi dengan t molekul reagen T. Reagen T.


yang disebut titran, ditambahkan sedikit demi sedikit (secara inkremental),
biasanya dari dalam buret, dalam bentuk larutan yang konsentrasinya
diketahui. (Khopkar, 1984)

Rekasi-reaksi kimia yang dapat diterima sebagai dasar penentuan


titrimetrik asam-basa adalah sebagai berikut :

Jika HA merupakan asam yang akan ditentukan dan BOH sebabagi basa,
maka reksinya adalah : HA + OH- →A- + H2O

Jika BOH merupakan basa yang akan ditentukan dan HA sebagi asam, maka
reaksinya adalah : BOH + H+ → B+ + H2O

Dari kedua reaksi di atas dapat disimpulkan bahwa prinsip reaksi


titrasi asam basaadalah reaksi penetralan, yakni ; H+ + OH- → H2O dan
terdiri dari beberapa kemungkinan yaitu reaksi-rekasi antara asam kuat
dengan basa kuat, asam kuat dan basa lemah, asam lemah dan basa kuat,
serta asam lemah dan basa lemah. Khusus reaksi antara asam lemah dan basa
lemah tidak dapat
digunakan dalam analisis kuantitatif, karena pada titik ekivalen yang
terbentuk akan terhidrolisis kembalisehingga titik akhir titrasi tidak dapat
diamati. Hal ini yang menyebabkan bahwa titranbiasanya merupakan larutan
baku elektrolit kuat seperti NaOH dan HCl. (Underwood,1986)

Perhitungan titrasi asam basa didasarkan pada reaksi pentralan,


menggunakan dua macam cara, yaitu :

1. Berdasarkan logika bahwa pada reaksi penetralan, jumlah ekivalen

(grek) asam yang bereaksi sama dengan jumlah ekivalen (grek) basa.
Diketahui : grek(garam ekivalensi) = Volume (V) x Normalitas (N),

Maka pada titik ekivalen : V asam x N asam = V basa x N basa; atau V1


x N1 = V2 xN 2

Untuk asam berbasa satu dan basa berasam satu, normalitas sama
dengan molaritas, berarti larutan 1 M = 1 N. Akan tetapi untuk asam
berbasa dua dan basa berasam dua1 M = 1 N.

2. Berdasarkan koefisein reaksi atau penyetaraan jumlah mol Misalnya


untuk reaksi : 2NaOH + (COOH)2→(COONa) + H2O(COOH)2 = 2
NaOH Jika M1 adalah molaritas NaOH dan V1 adalah volume
NaOH, sedangkan M2adalah molaritas (COOH)2 dan V2 adalah
volume (COOH)2, maka :

V1 M1 x 1 = V2 M 2 x 2V2 M 2

Oleh sebab itu : V NaOH x M NaOH x 1 = V (COOH)2

x M(COOH)2x

Larutan yang mengandung reagensia dengan bobot yang diketahui


dalam suatu volume tertentu dalam suatu larutan disebut larutan
standar. Sedangkan larutan standar primer adalah suatu larutan yang
konsentrasinya dapat langsung ditentukan dari beratbahan sangat
murni yang dilarutkan dan volume yang terjadi. Suatu zat standar
primerharus
memenuhi syarat seperti dibawah ini:

1. Zat harus mudah diperoleh, mudah dimurnikan, mudah dikeringkan


(sebaiknya padasuhu 110-1200C).
2. Zat harus mempunyai ekuivalen yang tinggi, sehingga sesatan
penimbangan dapatdiabaikan.

3. Zat harus mudah larut pada kondisi-kondisi dalam mana ia digunakan.

4. Zat harus dapat diuji terhadap zat-zat pengotor dengan uji-uji kualitatif
atau uji-uji lain yang kepekaannya diketahui (jumlah total zat-zat
pengotor, umumnya tak boleh melebihi 0,01-0,02 %).

5. Reaksi dengan larutan standar itu harus stoikiometrik dan praktis


sekejap. Sesatan titrasi harus dapat diabaikan, atau mudah ditetapkan
dengan cermat dengan eksperimen.

6. Zat harus tak berubah dalam udara selama penimbangan; kondisi-


kondisi ini mengisyaratkan bahwa zat tak boleh higroskopik, tak pula
dioksidasi oleh udara, ataudipengaruhi oleh karbondioksida. Standar
ini harus dijaga agar komposisinya tak berubah selama penyimpanan.

Perhitungan titrasi asam basa didasarkan pada reaksi pentralan,


menggunakan dua macam cara, yaitu :

1. Berdasarkan logika bahwa pada reaksi penetralan, jumlah ekivalen

(grek) asam yang bereaksi sama dengan jumlah ekivalen (grek) basa.
Diketahui : grek(garam ekivalensi) = Volume (V) x Normalitas (N),

Maka pada titik ekivalen : V asam x N asam = V basa x N basa; atau V1


x N1 = V2 xN 2

Untuk asam berbasa satu dan basa berasam satu, normalitas sama
dengan molaritas, berarti larutan 1 M = 1 N. Akan tetapi untuk asam
berbasa dua dan basa berasam dua1 M = 1 N.
2. Berdasarkan koefisein reaksi atau penyetaraan jumlah mol Misalnya
untuk reaksi : 2NaOH + (COOH)2→(COONa) + H2O(COOH)2 = 2
NaOH Jika M1 adalah molaritas NaOH dan V1 adalah volume
NaOH, sedangkan M2adalah molaritas (COOH)2 dan V2 adalah
volume (COOH)2, maka :

V1 M1 x 1 = V2 M 2 x 2V2 M 2

Oleh sebab itu : V NaOH x M NaOH x 1 = V (COOH)2

x M(COOH)2x

Larutan yang mengandung reagensia dengan bobot yang diketahui


dalam suatu volume tertentu dalam suatu larutan disebut larutan
standar. Sedangkan larutan standar primer adalah suatu larutan yang
konsentrasinya dapat langsung ditentukan dari beratbahan sangat
murni yang dilarutkan dan volume yang terjadi. Suatu zat standar
primerharus memenuhi syarat seperti dibawah ini:

7. Zat harus mudah diperoleh, mudah dimurnikan, mudah dikeringkan


(sebaiknya padasuhu 110-1200C).

8. Zat harus mempunyai ekuivalen yang tinggi, sehingga sesatan


penimbangan dapatdiabaikan.

9. Zat harus mudah larut pada kondisi-kondisi dalam mana ia digunakan.

10. Zat harus dapat diuji terhadap zat-zat pengotor dengan uji-uji kualitatif
atau uji-uji lain yang kepekaannya diketahui (jumlah total zat-zat
pengotor, umumnya tak boleh melebihi 0,01-0,02 %).

11. Reaksi dengan larutan standar itu harus stoikiometrik dan praktis
sekejap. Sesatan titrasi harus dapat diabaikan, atau mudah ditetapkan
dengan cermat dengan eksperimen.

12. Zat harus tak berubah dalam udara selama penimbangan; kondisi-
kondisi ini mengisyaratkan bahwa zat tak boleh higroskopik, tak pula
dioksidasi oleh udara, ataudipengaruhi oleh karbondioksida. Standar
ini
harus dijaga agar komposisinya tak berubah selama penyimpanan.

Indikator adalah suatu zat yang warnanya berbeda-beda sesuai dengan


konsentrasiion hydrogen. Asam atau basa indicator yang tidak terdisosiasi
mempunyai warna yang berbeda dengan hasil disosiasinya. Contohnya
fenolftalein yang tergolong asamyang sangat lemah, dalam keadaan yang
tidak terionisasi tersebut tidak berwarna. Jikadalam lingkungan basa,
fenolftalein akan terionisasi lebih banyak dan memberikan warna yang terang
karena adanya anionnya (Keenan, 1994).

Indikator asam basa adalah zat yang berubah warnanya atau


membentuk flouresenatau kekeruhan pada suatu range atau trayek pH
tertentu. Indikator asam basa terletakpada titik ekivalen dan ukuran dari pH.
Zat-zat indicator dapat berupa asam ataupun basa-larut, stabil dan
menunjukkan perubahan warna yang kuat serta biasanya juga adalah zat-zat
organic. Perubahan warna disebabkan oleh resonansi isomer electron. Berbagai
indicator mempunyai tetapan ionisasi yang berbeda dan akibatnya mereka
menunjukkan warna pada range atau trayek pH yang berbeda ( Khopkar 1990)

Titrasi asam-basa dapat memberikan titik akhir yang cukup tajam dan
untuk digunakan penggunaan dengan indikator pH pada titik ekivalen 4-10.
Demikian juga titik akhir titrasi akan tajam pada titrasi asam atau basa lemah jika
penetralan adalah basa atau asam kuat ( Mulyono, 2006 ).
Salah satu metode titrasi adala alkalimetri, yaitu penetralan asam dengan
basa. Kadar suatu larutan basa dapat ditentukan dengan mengambil volume
tertentu larutan asam tersebut dan kemudian titrasi dengan larutan basa yang
konsentrasinya diketahui. Jadi titrasi adalah penetapan kadar suatu larutan dengan
mengambil volume tertentu dengan mengukur volume suatu pereaksi yang
diketahui kadarnya dengan tepat bereaksi dengan sejumlah tertentu larutan
tersebut (Harjadi, 1993).
Temperatur mempengaruhi titrasi asam basa. pH dan perubahan warna
indikator tergantung secara tidak langsung pada temperatur. Ini disebabkan
perubahan kesetimbangan asam basa dengan temperatur. Ka akan bertambah
besar dengan kenaikan temperatur sampai suatu batas tertentu, kemudian akan
turun kembali pada kenaikan labih lanjut ( Rivai, 1995 )

Titrasi asam basa dapat memberikan titik akhir yang cukup tajam dan
untuk itu digunakan pengamatan dengan indicator, bila pH pada titik ekivalen
antara 410. Demikian juga titik akhir titrasi akan tajam pada titrasi asam atau
basa lemah jika penitrasian tetapan disosiasi asam lemah besar dari 104. Pada
reaksi asam basa, protonditransfer dari satu molekul ke molekul yang lain.
Dalam aside-alkalimetri, 1 ekivalenasam atau basa ialah sebanyak senyawa
ini yang dapat melepaskan 1 mol ion H+. Proses untuk menentukan
banyaknya ekivalen asam dibutuhkan untuk menetralkan sevolume larutan
basa atau

sebaliknya disebut titrasi, sehingga :

Jumlah ekivalen asam = jumlah ekivalen basa.

Proses penambahan larutan standar sampai reaksi tepat lengkap,


disebut titrasi. Titik (saat) dimana reaksi itu tepat lengkap, disebut titik
ekivalen (setara) atau titik akhir teoritis. Lengkapnya titrasi, lazimnya harus
terdeteksi oleh suatu perubahan, yang tak dapat di salah lihat oleh mata, yang
dihasilkan oleh larutan standar (biasanyaditambahkan dari dalam sebuah
buret) itu sendiri, atau lebih lazim lagi, oleh penambahan suatu reagensia
pembantu yang dikenal sebagai indikator. (Day, 1981).

Indikator fenolftalein yang sudah dikenal merupakan asam diprotik


dan tidak berwarna. Indicator ini terurai dahulu menjadi bentuk tidak
berwarnanya dan kemudian, dengan hilangnya proton kedua, menjadi ion
dengan system terkonjugat, menghasilkan warna merah. Metal oranye,
indicator lainnya yang banyak digunakan,merupakan basa dan berwarna
kuning dalam molekulnya. Penambahan proton menghasilkan kation yang
berwarna merah muda (Underwood, 1998).

Fenophtalein tergolong asam yang sangat lemah dalam keadaan yang


tidak terionisasi indikator tersebut tidak berwarna. Jika dalam lingkungan
basa fenophtalein akan terionisasi lebih banyak dan memberikan warna
terang karena anionnya (Day, 1981)
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat
Adapun alat yang digunakan adalah :
1. Labu ukur 100 mL
2. Erlenmeyer 250 mL
3. Buret 50 mL
4. Pipet volume 10ml
5. Labu ukur 100ml
6. Gelas piala 250 mL
7. Statif dan klem
8. Corong
9. Neraca analitik
10. Bulb

3.2. Bahan
Adapun bahan yang digunakan adalah :
- Asam cuka
- NaOH 0,1 N (Natrium Hidroksida)
- C2H2O4 (Asam Oksalat) 0,1 N
- Aquades
- Indikator PP
3.3. Prosedur Percobaan
Adapun prosedur percobaan adalah :
3.3.1 Asidimetri
- Asam oksalat dehidrat 0,1 N dimasukkan kedalam buret
- Dicampurkan 10ml NaOH dan 10ml aquades di dalam tabung
gelas kimia, laludiguncang-guncang (homogenkan)
- Ditetesi dengan indikator PP sebanyak 3 tetes ke dalam
gelas kimia yang berisiNaOH dan aquades

- Ditetesi latutan dengan asam oksalat dehidrat hingga larutan


menjadi jernih, sambildiguncang-guncang

3.3.2. Alkalimetri
- Dimasukkan NaOH 0,1 N kedalam buret
- Dituangkan 10ml asam cuka yang telah diencerkan terlebih dahulu
kedalam gelaskimia
- Ditetesi indikator PP sebanyak 3 tetes kedalam gelas kimia berisi
asam cuka
- Ditetesi larutan asam cuka dengan NaOH 0,1 N hingga
warna larutan menjadi pinktransparan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

A. Penentuan Normalitas larutan bauk sekunder NaOH

Indikator yang digunakan : Indikator PP


Perubahan warna yang terjadi : Merah Muda Bening

Percobaan Volume C2H2O4 Volume NaOH

I 15 Ml 16 mL

Hitung :
1. Normalitas NaOH pada percobaan I

(V C2H2O4) x (N C2H2O4) ( 15 mL ) x ( 0,1 )


NaOH = =
(V NaOH) 16

= 0.09

B. Penentuan Kadar Sampel (Asam Asetat)

Indikator yang digunakan :Indikator PP

Perubahan warna yang terjadi : Merah Muda Bening

Percobaan Volume CH3COOH Volume NaOH

II 15 mL 5 mL

Hitung :
1. Kadar sampel (asam asetat) pada percobaan 1

V NaOH x N NaOH x BE CH3COO-


%CH3COOH N
ml sampel
5 x 0,09 x 60
= x 100%
15

= 180 %

4.2 Pembahasan

Pada praktikum alkalimetri ini, sampel yang akan ditentukan konsentrasi atau
kadarnya adalah senyawa asam lemah yaitu asam asetat (CH3COOH). Pada saat
pengambilan asam asetat di lakukan dengan menggunakan pipet, sebanyak 10 mL.
Pada saat memasukkan asam asetat kedalam labu ukur, sebaiknya gelas ukur di
cuci dengan aquades agar kandungan asam asetat yang masih menempel ikut serta
masuk kedalam labu ukur, kemudian hasil bilasannya di masukkan kedalam labu
ukur.Larutan NaOH yang akan diteteskan (titran) dimasukkan ke dalam buret
(pipa panjang berskala) melalui corong terlebih dahulu, hal ini bertujuan agar
pertumpahan larutan baku dapat lebih diminimalisir dan jumlah titran yang
terpakai dapat diketahui dari tinggi sebelum dan sesudah titrasi. Larutan asam
oksalat yang dititrasi dimasukkan kedalam gelas kimia (erlenmeyer) dengan
mengukur volumenya terlebih dahulu dengan memakai pipet. Untuk mengamati
titik ekivalen, dipakai indikator yang warnanya disekitar titik ekivalen.
Pada praktikum ini, kami menggunakan indikator Fenophtalein yang akan
berubah warna menjadi pink pada saat telah tercapainya titik ekivalen, namun
pada saat praktikum, perubahan warna yang terjadi adalah pink keunguan karena
titik ekivalennya telah terlampaui.
Data titrasi yang diamati adalah titik akhir bukan titik ekivalen Seperti yang
telah diketahui sebelumnya, dalam stoikiometri titrasi, titik ekivalen dari reaksi
netralisasi adalah titik pada reaksi dimana asam oksalat dan natrium hidroksida
keduanya setara, yaitu dimana keduanya tidak ada yang berlebihan. Dalam titrasi,
suatu larutan yang akan dinetralkan, misal asam, ditempatkan di dalam flask
bersamaan dengan beberapa tetes indikator asam basa. Kemudian larutan lainnya
(misal basa) yang terdapat didalam buret, ditambahkan ke asam. Pertama-tama
ditambahkan cukup banyak, kemudian dengan tetesan hingga titik ekivalen.
Titik ekivalen terjadi pada saat terjadinya perubahan warna indikator
phenolptalein. Titik pada titrasi dimana phenolptalein warnanya berubah menjadi
warna pink transparan, karena indikator ini dapat berubah warna dalam keadaan
basa, yaitu diantara PH 8-10, fenomena ini disebut dengan disebut titik akhir
titrasi. Volume NaOH yang terpakai dicatat dan percobaan ini dilakukan dua kali
lagi, data yang telah terkumpul digunakan untuk menentukan kadar NaOH dalam
satuan Normalitas.Pembakuan pun telah selesai dilakukan, langkah terakhir
adalah menentukan kadar Asam asetat yang menjadi sampelnya, cara yang
digunakan sama dengan cara pembakuan NaOH dengan asam oksalat.
Fenolftalein berwarna merah dalam kondisi basa akibat struktur ion resonansinya.
Fenolftalein kembali menjadi tidak berwarna dalam penambahan basa pekat yang
berlebih karena perubahan strukturnya menjadi karbinol. Perubahan struktur
fenolftalein dapat dijelaskan sebagai berikut. Pada pH < 8,3 adanya larutan alkali
encer, menyebabkan cincin lakton pada struktur fenilftalein terbuka dengan
menghasilkan struktur trifenilkarbinol, dan struktur trifenilkarbinol akan
kehilangan air dengan menghasilkan ion beresonansi (struktur resonansi) yang
memberikan warna
Fenoftalein memiliki rumus molekul C20H14O4. Fenolftalein berupa serbuk
putihkuning yang tidak berbau. Titik leleh fenolftalein berkisar antara 258oC
sampai 262oC. Fenolftalein hampir tidak larut dalam air, sedikit larut dalam
kloroform, dan larut dalam alkohol, dietil eter, larutan alkali encer, dan larutan
panas alkali karbonat (Report On Carcinogens, 2002).
Fenolftalein termasuk indikator asam-basa golongan ftalein. Fenolftalein
merupakan senyawa yang memiliki gugus fenol, sehingga bersifat sebagai asam
lemah (Sukarta, 1999). Fenolftalein dapat dibuat melalui reaksi kondensasi,
menggunakan fenol dan ftalat anhidrida.
Perubahan struktur yang terjadi pada fenolftalein khas bagi semua indikator
golongan ftalein. Terbentuknya struktur karbinol mengakibatkan terbentuknya
struktur kuinoid dan resonansi.
Fenolftalein berwarna merah dalam kondisi basa akibat struktur ion
resonansinya. Fenolftalein kembali menjadi tidak berwarna dalam penambahan
basa pekat yang berlebih karena perubahan strukturnya menjadi karbinol.
Perubahan struktur fenolftalein dapat dijelaskan sebagai berikut. Pada pH < 8,3
adanya larutan alkali encer, menyebabkan cincin lakton pada struktur fenilftalein
terbuka dengan menghasilkan struktur trifenilkarbinol, dan struktur
trifenilkarbinol akan kehilangan air dengan menghasilkan ion beresonansi
(struktur resonansi) yang memberikan warna merah. Dengan adanya penambahan
basa alkali alkoholik pekat yang berlebih, maka atom C sp2 yang mengikat tiga
gugus fenil akan diserang oleh OH- yang menyebabkan pemutusan ikatan rangkap
konjugasi dan membentuk atom C sp3 dengan struktur karbinol.

4.3 Hubungan Dengan Geologi

Dalam geologi, banyak hal mengenai batuan yang dipelajari. Termasuk


mineral- mineral yang terkandung di dalamnya. Di Kimia Analitik, juga
mempelajari mengenai unsur-unsur. Unsur-unsur yang dibahas pada kimia
anailitik adalah unsur yang sama batuan sehingga untuk tau unsur yang
terkandung pada mineral dalam batuan perlu mempelajarinya dari kimia analitik.
Jadi keduanya terkait satu sama lain.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Titrasi alkalimetri pada percobaan ini adalah untuk mengukur kadar konsentrasi

CH3COOH (asam lemah) dengan NaOH sebagai basa kuat. Reaksi netralisasi dapat

diamati dengan baik ketika terjadi perubahan warna dari bening menjadi pink dengan

menggunakan indikator phenophtalein sebagai indikatornya. Reaksi netralisasinya

adalah :

CH3COOH + NaOH → CH3COONa + H2O.

Dan pada praktikum alkalimetri ini dapat diketahui % kadar v/v dari asam asetat

(CH3COOH) dengan melakukan perhitungan, dan diketahui hasilnya yaitu 0,084 %

(v/v)

5.2 Saran

5.2.1 laboratorium

1. menambahkan papan tulis di belakang

2. memperbanyak bahan kimia

3. mengadakan loker

5.2.2 Asisten

1. hilangkan hitung mundur dan minus di responsi

2. jelaskan tahap praktikum perlahan

3. tetap membimbing praktikan dengan baik


DAFTAR PUSTAKA

Bassett, J., Denney, R.C., Jeffrey, G.H., dan Mendham, J. 1994. Buku Ajar
Vogel: Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Alih Bahasa A.
Hadnyana P. Daintith, J.,1997, Kamus Lengkap Kimia, 7, 17, Erlangga,
Jakarta.

Dan L. Setiono. Vogel’s Textbook of Quantitative Inorganic Analysis


Including Elementary Instrumental Analysis, Fourth Edition. 1991. Jakarta: EGC.
FRITZ and SCHENK. 1979. Quantitative Analytical Chemistry. 4th ed. Allyn and Bacon
Inc. Boston.
Hughes, A. A. 2008. Phenolphthalein-NaOH Kinetics. Tersedia pada
http://faculty.ccri.edu/aahughes/GenChemII/Lab%20Experiment
s/Phenolp hthalein_NaOH_Kinetics.pdf. Diakses pada tanggal 2
Januari 2015.
http://farmasi.site88.net diakses 16 Oktober 2022.

http://khimiya.org/pdfs/KHIMIYA_16_4_PETRUSEVSKI.pdf. Diakses pada


tanggal 16 Oktober 2022.
http://mrblogc.blogspot.com/2012/02/laporan-praktikum-
percobaan- alkalimetri.html diakses 16
Oktober 2022.

http://renditanjung.blogspot.com/2013/11/laporan-
praktikum- alkalimetri.html diakses 16
Oktober 2022.

http://www.slideshare.net/dausfaisalidos/laporan-praktikum-
kimia- analisis-terupdate di akses 16 Oktober
2022.

Keenan, Charles W., 1980, Ilmu Kimia untuk Universitas, Edisi VI, 422,
Erlangga, Jakarta.

Khopkar.1984. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI-Press.


LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai