Laporan Kimia Analitik - Gamaliel Jhoni Sialla - D061221082
Laporan Kimia Analitik - Gamaliel Jhoni Sialla - D061221082
TEKNOLOGI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK
GEOLOGI
PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK
PERCOBAAN I :
ALKALIMETRI
LAPORAN PRAKTIKUM
OLEH :
GAMALIEL JHONI SIALLA
D061221082
GOWA
2022
BAB 1
PENDAHULUAN
aA + tT produk
Jika HA merupakan asam yang akan ditentukan dan BOH sebabagi basa,
maka reksinya adalah : HA + OH- →A- + H2O
Jika BOH merupakan basa yang akan ditentukan dan HA sebagi asam, maka
reaksinya adalah : BOH + H+ → B+ + H2O
(grek) asam yang bereaksi sama dengan jumlah ekivalen (grek) basa.
Diketahui : grek(garam ekivalensi) = Volume (V) x Normalitas (N),
Untuk asam berbasa satu dan basa berasam satu, normalitas sama
dengan molaritas, berarti larutan 1 M = 1 N. Akan tetapi untuk asam
berbasa dua dan basa berasam dua1 M = 1 N.
V1 M1 x 1 = V2 M 2 x 2V2 M 2
x M(COOH)2x
4. Zat harus dapat diuji terhadap zat-zat pengotor dengan uji-uji kualitatif
atau uji-uji lain yang kepekaannya diketahui (jumlah total zat-zat
pengotor, umumnya tak boleh melebihi 0,01-0,02 %).
(grek) asam yang bereaksi sama dengan jumlah ekivalen (grek) basa.
Diketahui : grek(garam ekivalensi) = Volume (V) x Normalitas (N),
Untuk asam berbasa satu dan basa berasam satu, normalitas sama
dengan molaritas, berarti larutan 1 M = 1 N. Akan tetapi untuk asam
berbasa dua dan basa berasam dua1 M = 1 N.
2. Berdasarkan koefisein reaksi atau penyetaraan jumlah mol Misalnya
untuk reaksi : 2NaOH + (COOH)2→(COONa) + H2O(COOH)2 = 2
NaOH Jika M1 adalah molaritas NaOH dan V1 adalah volume
NaOH, sedangkan M2adalah molaritas (COOH)2 dan V2 adalah
volume (COOH)2, maka :
V1 M1 x 1 = V2 M 2 x 2V2 M 2
x M(COOH)2x
10. Zat harus dapat diuji terhadap zat-zat pengotor dengan uji-uji kualitatif
atau uji-uji lain yang kepekaannya diketahui (jumlah total zat-zat
pengotor, umumnya tak boleh melebihi 0,01-0,02 %).
11. Reaksi dengan larutan standar itu harus stoikiometrik dan praktis
sekejap. Sesatan titrasi harus dapat diabaikan, atau mudah ditetapkan
dengan cermat dengan eksperimen.
12. Zat harus tak berubah dalam udara selama penimbangan; kondisi-
kondisi ini mengisyaratkan bahwa zat tak boleh higroskopik, tak pula
dioksidasi oleh udara, ataudipengaruhi oleh karbondioksida. Standar
ini
harus dijaga agar komposisinya tak berubah selama penyimpanan.
Titrasi asam-basa dapat memberikan titik akhir yang cukup tajam dan
untuk digunakan penggunaan dengan indikator pH pada titik ekivalen 4-10.
Demikian juga titik akhir titrasi akan tajam pada titrasi asam atau basa lemah jika
penetralan adalah basa atau asam kuat ( Mulyono, 2006 ).
Salah satu metode titrasi adala alkalimetri, yaitu penetralan asam dengan
basa. Kadar suatu larutan basa dapat ditentukan dengan mengambil volume
tertentu larutan asam tersebut dan kemudian titrasi dengan larutan basa yang
konsentrasinya diketahui. Jadi titrasi adalah penetapan kadar suatu larutan dengan
mengambil volume tertentu dengan mengukur volume suatu pereaksi yang
diketahui kadarnya dengan tepat bereaksi dengan sejumlah tertentu larutan
tersebut (Harjadi, 1993).
Temperatur mempengaruhi titrasi asam basa. pH dan perubahan warna
indikator tergantung secara tidak langsung pada temperatur. Ini disebabkan
perubahan kesetimbangan asam basa dengan temperatur. Ka akan bertambah
besar dengan kenaikan temperatur sampai suatu batas tertentu, kemudian akan
turun kembali pada kenaikan labih lanjut ( Rivai, 1995 )
Titrasi asam basa dapat memberikan titik akhir yang cukup tajam dan
untuk itu digunakan pengamatan dengan indicator, bila pH pada titik ekivalen
antara 410. Demikian juga titik akhir titrasi akan tajam pada titrasi asam atau
basa lemah jika penitrasian tetapan disosiasi asam lemah besar dari 104. Pada
reaksi asam basa, protonditransfer dari satu molekul ke molekul yang lain.
Dalam aside-alkalimetri, 1 ekivalenasam atau basa ialah sebanyak senyawa
ini yang dapat melepaskan 1 mol ion H+. Proses untuk menentukan
banyaknya ekivalen asam dibutuhkan untuk menetralkan sevolume larutan
basa atau
3.1 Alat
Adapun alat yang digunakan adalah :
1. Labu ukur 100 mL
2. Erlenmeyer 250 mL
3. Buret 50 mL
4. Pipet volume 10ml
5. Labu ukur 100ml
6. Gelas piala 250 mL
7. Statif dan klem
8. Corong
9. Neraca analitik
10. Bulb
3.2. Bahan
Adapun bahan yang digunakan adalah :
- Asam cuka
- NaOH 0,1 N (Natrium Hidroksida)
- C2H2O4 (Asam Oksalat) 0,1 N
- Aquades
- Indikator PP
3.3. Prosedur Percobaan
Adapun prosedur percobaan adalah :
3.3.1 Asidimetri
- Asam oksalat dehidrat 0,1 N dimasukkan kedalam buret
- Dicampurkan 10ml NaOH dan 10ml aquades di dalam tabung
gelas kimia, laludiguncang-guncang (homogenkan)
- Ditetesi dengan indikator PP sebanyak 3 tetes ke dalam
gelas kimia yang berisiNaOH dan aquades
3.3.2. Alkalimetri
- Dimasukkan NaOH 0,1 N kedalam buret
- Dituangkan 10ml asam cuka yang telah diencerkan terlebih dahulu
kedalam gelaskimia
- Ditetesi indikator PP sebanyak 3 tetes kedalam gelas kimia berisi
asam cuka
- Ditetesi larutan asam cuka dengan NaOH 0,1 N hingga
warna larutan menjadi pinktransparan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
I 15 Ml 16 mL
Hitung :
1. Normalitas NaOH pada percobaan I
= 0.09
II 15 mL 5 mL
Hitung :
1. Kadar sampel (asam asetat) pada percobaan 1
= 180 %
4.2 Pembahasan
Pada praktikum alkalimetri ini, sampel yang akan ditentukan konsentrasi atau
kadarnya adalah senyawa asam lemah yaitu asam asetat (CH3COOH). Pada saat
pengambilan asam asetat di lakukan dengan menggunakan pipet, sebanyak 10 mL.
Pada saat memasukkan asam asetat kedalam labu ukur, sebaiknya gelas ukur di
cuci dengan aquades agar kandungan asam asetat yang masih menempel ikut serta
masuk kedalam labu ukur, kemudian hasil bilasannya di masukkan kedalam labu
ukur.Larutan NaOH yang akan diteteskan (titran) dimasukkan ke dalam buret
(pipa panjang berskala) melalui corong terlebih dahulu, hal ini bertujuan agar
pertumpahan larutan baku dapat lebih diminimalisir dan jumlah titran yang
terpakai dapat diketahui dari tinggi sebelum dan sesudah titrasi. Larutan asam
oksalat yang dititrasi dimasukkan kedalam gelas kimia (erlenmeyer) dengan
mengukur volumenya terlebih dahulu dengan memakai pipet. Untuk mengamati
titik ekivalen, dipakai indikator yang warnanya disekitar titik ekivalen.
Pada praktikum ini, kami menggunakan indikator Fenophtalein yang akan
berubah warna menjadi pink pada saat telah tercapainya titik ekivalen, namun
pada saat praktikum, perubahan warna yang terjadi adalah pink keunguan karena
titik ekivalennya telah terlampaui.
Data titrasi yang diamati adalah titik akhir bukan titik ekivalen Seperti yang
telah diketahui sebelumnya, dalam stoikiometri titrasi, titik ekivalen dari reaksi
netralisasi adalah titik pada reaksi dimana asam oksalat dan natrium hidroksida
keduanya setara, yaitu dimana keduanya tidak ada yang berlebihan. Dalam titrasi,
suatu larutan yang akan dinetralkan, misal asam, ditempatkan di dalam flask
bersamaan dengan beberapa tetes indikator asam basa. Kemudian larutan lainnya
(misal basa) yang terdapat didalam buret, ditambahkan ke asam. Pertama-tama
ditambahkan cukup banyak, kemudian dengan tetesan hingga titik ekivalen.
Titik ekivalen terjadi pada saat terjadinya perubahan warna indikator
phenolptalein. Titik pada titrasi dimana phenolptalein warnanya berubah menjadi
warna pink transparan, karena indikator ini dapat berubah warna dalam keadaan
basa, yaitu diantara PH 8-10, fenomena ini disebut dengan disebut titik akhir
titrasi. Volume NaOH yang terpakai dicatat dan percobaan ini dilakukan dua kali
lagi, data yang telah terkumpul digunakan untuk menentukan kadar NaOH dalam
satuan Normalitas.Pembakuan pun telah selesai dilakukan, langkah terakhir
adalah menentukan kadar Asam asetat yang menjadi sampelnya, cara yang
digunakan sama dengan cara pembakuan NaOH dengan asam oksalat.
Fenolftalein berwarna merah dalam kondisi basa akibat struktur ion resonansinya.
Fenolftalein kembali menjadi tidak berwarna dalam penambahan basa pekat yang
berlebih karena perubahan strukturnya menjadi karbinol. Perubahan struktur
fenolftalein dapat dijelaskan sebagai berikut. Pada pH < 8,3 adanya larutan alkali
encer, menyebabkan cincin lakton pada struktur fenilftalein terbuka dengan
menghasilkan struktur trifenilkarbinol, dan struktur trifenilkarbinol akan
kehilangan air dengan menghasilkan ion beresonansi (struktur resonansi) yang
memberikan warna
Fenoftalein memiliki rumus molekul C20H14O4. Fenolftalein berupa serbuk
putihkuning yang tidak berbau. Titik leleh fenolftalein berkisar antara 258oC
sampai 262oC. Fenolftalein hampir tidak larut dalam air, sedikit larut dalam
kloroform, dan larut dalam alkohol, dietil eter, larutan alkali encer, dan larutan
panas alkali karbonat (Report On Carcinogens, 2002).
Fenolftalein termasuk indikator asam-basa golongan ftalein. Fenolftalein
merupakan senyawa yang memiliki gugus fenol, sehingga bersifat sebagai asam
lemah (Sukarta, 1999). Fenolftalein dapat dibuat melalui reaksi kondensasi,
menggunakan fenol dan ftalat anhidrida.
Perubahan struktur yang terjadi pada fenolftalein khas bagi semua indikator
golongan ftalein. Terbentuknya struktur karbinol mengakibatkan terbentuknya
struktur kuinoid dan resonansi.
Fenolftalein berwarna merah dalam kondisi basa akibat struktur ion
resonansinya. Fenolftalein kembali menjadi tidak berwarna dalam penambahan
basa pekat yang berlebih karena perubahan strukturnya menjadi karbinol.
Perubahan struktur fenolftalein dapat dijelaskan sebagai berikut. Pada pH < 8,3
adanya larutan alkali encer, menyebabkan cincin lakton pada struktur fenilftalein
terbuka dengan menghasilkan struktur trifenilkarbinol, dan struktur
trifenilkarbinol akan kehilangan air dengan menghasilkan ion beresonansi
(struktur resonansi) yang memberikan warna merah. Dengan adanya penambahan
basa alkali alkoholik pekat yang berlebih, maka atom C sp2 yang mengikat tiga
gugus fenil akan diserang oleh OH- yang menyebabkan pemutusan ikatan rangkap
konjugasi dan membentuk atom C sp3 dengan struktur karbinol.
5.1 Kesimpulan
Titrasi alkalimetri pada percobaan ini adalah untuk mengukur kadar konsentrasi
CH3COOH (asam lemah) dengan NaOH sebagai basa kuat. Reaksi netralisasi dapat
diamati dengan baik ketika terjadi perubahan warna dari bening menjadi pink dengan
adalah :
Dan pada praktikum alkalimetri ini dapat diketahui % kadar v/v dari asam asetat
(v/v)
5.2 Saran
5.2.1 laboratorium
3. mengadakan loker
5.2.2 Asisten
Bassett, J., Denney, R.C., Jeffrey, G.H., dan Mendham, J. 1994. Buku Ajar
Vogel: Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Alih Bahasa A.
Hadnyana P. Daintith, J.,1997, Kamus Lengkap Kimia, 7, 17, Erlangga,
Jakarta.
http://renditanjung.blogspot.com/2013/11/laporan-
praktikum- alkalimetri.html diakses 16
Oktober 2022.
http://www.slideshare.net/dausfaisalidos/laporan-praktikum-
kimia- analisis-terupdate di akses 16 Oktober
2022.
Keenan, Charles W., 1980, Ilmu Kimia untuk Universitas, Edisi VI, 422,
Erlangga, Jakarta.