Anda di halaman 1dari 7

MATERI

PRINSIP DASAR STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN


BERBASIS IFRS

Disusun Oleh :
Nanda Tia Supita Sari (32202531)
Dita Andini (32212653)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 BANYUWANGI
TAHUN 2024
PEMBAHASAN MATERI

1.1 Pengertian International Financial Reporting Standard (IFRS)


Pada era globalisasi saat ini dapat menuntut dengan diadakannya suatu
sistem akuntansi yang dapat diberlakukan secara internasional di berbagai negara
yang memiliki tujuan untuk menghasilkan informasi keuangan yang dapat
dibandingkan, mempermudah dalam melakukan analisis kompetitif dan hubungan
baik dengan pelanggan, investor, supplier dan kreditur, sehingga ada beberapa
organisasi yang menyusun standar akuntansi tersebut yang diberi nama
International Financial Reporting Standard (IFRS).
International Financial Reporting Standard (IFRS) merupakan Standar
Pelaporan Keuangan Internasional. IFRS adalah bagian dari akuntansi
internasional yang mengatur dan melaporkan informasi keungan di setiap negara.
Pada awalnya, IFRS ini berguna sebagai upaya untuk menyelaraskan akuntansi di
seluruh Uni Eropa, tetapi nilai harmonisasi cepat membuat konsep menarik di
seluruh dunia. IFRS juga banyak digunakan di berbagai dunia, termasuk Uni
Eropa, India, Hong Kong, Australia, Malaysia, Pakistan, negara-negara GCC,
Rusia, Chili, Filipina, Afrika Selatan, Singapura dan Turki, tetapi tidak di Amerika
Serikat. Saat ini, lebih dari 120 negara menginzinkan dan mengharuskan IFRS
untuk perusahaan publik, dengan lebih banyak negara diharapkan transisi ke IFRS
pada tahun 2016.
Jadi menurut Warren, dkk (2014: 57) International Financial Reporting
Standard (IFRS) merupakan seperangkat standar akuntansi global yang
dikembangkan oleh International Accounting Standards Board (IASB) untuk
penyusunan laporan keuangan perusahaan. Tujuan dilakukannya konvergensi
IFRS yaitu untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dalam laporan
keuangan serta dapat meningkatkan arus investasi global melalui perbandingan
laporan keuangan antar satu negara dengan negara lain.
IFRS ini sebagai standar akuntansi internasional memiliki tiga ciri utama :
1. Principles-Based. Standar ini hanya mengatur hal-hal yang pokok dalam
standarnya sedangkan dengan prosedur dan kebijakan detail diserahkan
kepada pemakai. Standar mengatur prinsip pengakuan sesuai dengan
substansi ekonomi, tidak didasarkan pada ketentuan detail dalam atribut
kontrak perjanjian.
2. Nilai Wajar. Standar akuntansi banyak menggunakan konsep nilai wajar (fair
value). Penggunaan nilai wajar untuk meningkatkan relevansi informasi
akuntansi untuk pengambilan keputusan. Informasi nilai wajar lebih relevan
karena menunjukkan nilai terkini. Hal ini sangat bertolak belakang dengan
konsep harga perolehan yang mendasarkan penilaian pada nilai perolehan
utama (historical value). IFRS membuka peluang penggunaan nilai wajar
yang lebih luas untuk beberapa item, seperti asset tetap dan asset tak
berwujud, dibuka opsi penggunaan nilai wajar selain nilai perolehan. Nilai
wajar lebih relevan namun harga perolehannya diyakini lebih reliabel.
3. Pengungkapan. Standar ini mengharuskan lebih banyak pengungkapan dalam
laporan keuangan. Pengungkapan diperlukan agar pengguna laporan
keuangan dapat mempertimbangkan informasi yang relevan dan perlu
diketahui terkait dengan apa yang dicantumkan dalam laporan keuangan dan
kejadian penting yang terkait dengan item tersebut. Pengungkapan dapat
berupa kebijakan akuntansi, rincian detail, penjelasan penting, dan komitmen.
1.2 Prinsip Dasar Akuntansi Keuangan yang Berbasis IFRS
Prinsip dasar SAK IFRS yaitu :
1. Prinsip laba rugi yang komprehensif. Laporan laba/rugi yang sudah diakui
secara general dapat lebih memberikan gambaran secara menyeluruh terhadap
stakeholder.
2. Prinsip fair value. Prinsip ini mejelaskan bahwa terdapat kewajiban dalam
pencatatan pembukuan dan mengenai penilaian kembali keakuratan
berdasarkan nilai kini atas suatu aset, liabilitas dan ekuitas.
3. Prinsip principle based. Prinsip ini dapat dijadikan bahan pertimbangan
akuntan atau managemen perusahaan sebagai dasar acuan untuk kebijakan
akuntansi perusahaan.
1.3 Kerangka Konseptual IFRS
Adapun kerangka konseptual dari IFRS :
1. Segi Tujuan Laporan Keuangan
Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta
perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi
sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi.
Pengguna adalah investor, karyawan, pemberi pinjaman, pemasok dan
kreditor usaha lainnya, pelanggan, pemerintah dan masyarakat.
2. Segi Karakteristik Kualitatif Informasi Akuntansi
Relevan (terdiri dari nilai prediksi, nilai konfirmasi dan materialitas).
Dapat dipercaya (terdiri dari: disajikan dengan jujur, netral, substansi
mengungguli bentuk, kehati-hatian.
Dapat dibandingkan.
3. Segi Elemen Laporan Keuangan
Aset
Kewajiban
Ekuitas
Pemeliharaan modal (diperoleh dari revaluasi asset dan kewajiban)
Laba (pendapatan dan keuntungan)
Beban (beban dan kerugian).
4. Segi pengakuan pengukuran (asumsi dasar)
Kelangsungan usaha
Basis akrual
5. Segi pengakuan dan pengungkapan (prinsip)
Biaya historis.
Biaya sekarang (apa yang harus dibayar hari ini untuk mendapatkan aset.
Ini sering diperoleh dalam penilaian yang sama dengan nilai wajar).
Nilai realisasi (jumlah kas yang dapat diperoleh saat ini jika asset dilepas.
Nilai wajar.
Pengakuan pendapatan.
Pengakuan beban.
Pengungkapan penuh.
6. Pengakuan dan pengukuran (kendala)
Keseimbangan antara biaya dan manfaat.
Tepat waktu.
Keseimbangan antara karakteristik kualitatif.
1.4 Perbedaan SAK IFRS dan SAK GAAP-UP
Level 1 : Tujuan Laporan Keuangan
SAK Menyediakan informasi yang berguna untuk pengambilan
GAAP-UP keputusan investasi dan kredit.
Menyediakan informasi yang berguna untuk memprediksi jumlah,
waktu dan ketidakpastian arus kas masa depan perusahaan.
Menyediakan informasi tentang sumber daya ekonomi, klaim
terhadap sumber daya tersebut dan perubahan terhadap keduanya.
SAK IFRS Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan,
kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang
bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan
keputusan ekonomi.
Pengguna adalah investor, karyawan, pemberi pinjaman, pemasok
dan kreditor usaha lainnya, pelanggan, pemerintah dan
masyarakat.

Level 2 : Karakteristik Kualitatif Informasi Akuntansi


SAK Relevan terdiri dari : a) Nilai prediksi (membantu pengguna
GAAP-UP memprediksi hasil dari kejadian masa lalu, saat ini dan masa
depan), b) Nilai umpan balik (membantu pengguna
menginformasikan dan membetulkan nilai prediksi sebelumnya),
c) Tepat waktu (tersedia sebelum kehilangan) dan d) Kapasitas
untuk mempengaruhi keputusan.
Dapat dipercaya terdiri dari : a) Disajikan secara jujur, b) Netral
dan c) Dapat diferivikasi.
Dapat dibandingkan.
Konsisten.
SAK IFRS Relevan terdiri dari : a) Nilai prediksi, b) Nilai konfirmasi dan c)
Materialitas.
Dapat dipercaya terdiri dari : a) Disajikan dengan jujur, b) Netral,
c) Substansi mengungguli bentuk, d) Kehati-hatian dan e)
Kelengkapan.
Dapat dibandingkan.

Level 3 : Pengakuan dan Pengukuran (asumsi dasar)


SAK Kelangsungan usaha.
GAAP-UP Entitas ekonomi.
Unit moneter.
Periodisitas.
SAK IFRS Kelangsungan usaha.
Berbasis akrual.

Level 4 : Pengakuan dan Pengungkapan (prinsip)


SAK Biaya historis
GAAP-UP Pengakuan pendapatan
Kesesuaian
Pengungkapan penuh
SAK IFRS Biaya historis
Biaya sekarang
Nilai realisasi
Nilai wajar
Pengakuan pendapatan
Pengakuan beban
Pengungkapan penuh

Level 5 : Pengakuan dan Pengukuran (kendala)


SAK Biaya dan manfaat
GAAP-UP Materialitas
Praktik Industri
Konservatisme
SAK IFRS Keseimbangan antara biaya dan manfaat
Tepat waktu
Keseimbangan antara karakteristik kualitatif
1.5 Isu-Isu Krusial serta Perkembangan Implementasi SAK IFRS
Adapun tiga permasalahan utama yang dihadapi oleh Indonesia dalam
melakukan adopsi penuh kepada IFRS :
1. Kurangnya persiapan infrastruktur seperti DSAK (Dewan Standar Akuntansi
Keuangan) sebagai Financial Accounting Standart Setter di Indonesia.
Banyak perusahaan yang bergerak di bidang financial dan mereka memiliki
suatu sistem dalam mengatur financialnya masing-masing. Sedangkan sistem
tersebut belum tentu memenuhi kriteria SAK, sehingga DSAK dan
pemerintah harus bekerjasama untuk mengaudit atau memeriksa perusahaan
tersebut agar dapat memenuhi kriteria SAK.
2. Kondisi peraturan perundang-undangan yang belum tentu sinkron dengan
IFRS. Pemerintahan Indonesia dalam membuat RUU mempertimbangkan
beberapa hal yang memperngaruhi perekonomian Indonesia, sehingga
perundang-undangan yang ada belum tentu sinkron dengan IFRS.
3. Kurang siapnya sumber daya manusia dan dunia pendidikan di Indonesia
karena pengaruh dari pendidikan, sumber daya manusia dan perekonomian
sangat kuat. Sehingga dalam hal ini pemerintah sangat penting dalam
menciptakan SDM yang baik untuk memperlancar pembangunan.
Selain itu ada juga permasalahan yang dihadapi dalam implementasi dan adopsi
IFRS :
1. Translasi (penerjemahan dan pengadopsian) Standar Internasional.
2. Ketidaksesuaian Standar Internasional dengan Hukum Nasional.
3. Struktur dan kompleksitas Standar Internasional.
4. Frekuensi perubahan dan kompleksitas Standar Internasional seperti contoh
IFRS menekankan pada fair value dan meninggalkan historical value.
5. Seperti yang diketahui perekonomian Indonesia adalah berdasarkan
kekeluargaan. Akan tetapi semakin kedepan perekonomian Indonesia akan
mengarah pada kapitalisme. Tidak bisa dipungkiri lagi mengenai kebudayaan
barat (negara kapital) dapat mempengaruhi seluruh pola hidup dan pola pikir
masyarakat Indonesia dari kehidupan sehari-hari hingga permasalah ekonomi.

Anda mungkin juga menyukai