Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN HASIL OBSERVASI KURIKULUM SEKOLAH

SMA KEMALA BHAYANGKARI 1 SURABAYA

Dosen Pengampu :
Dr. Eko Hariyono, M.Pd.
Dra. Suliyanah, M.Si

Disusun Oleh :
Kelompok 4
1. Ananda Dwi Pratiwi (22030184073)
2. Heny Aryani (22030184075)
3. Amelia Sherina Widya Permata (22030184082)
4. Berliana Nur Aulia Putri (22030184083)
5. Ranika Putri Agustin (22030184086)

Kelas :
Pendidikan Fisika C 2022

JURUSAN FISIKA PRODI PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan rahmat
nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas 'Observasi Kurikulum'. Tugas ini dilakukan
untuk mengetahui penerapan dan penggunaan kurikulum di sekolah. Kami mengucapkan
terimakasih kepada bapak Dr. Eko Hariyono, M. Pd. dan ibu Dra. Suliyanah, M.Si. selaku
dosen pengampu mata kuliah Kurikulum Sekolah di kelas PFC 2022, yang telah
membimbing kami dan telah memberikan kami tugas untuk melakukan observasi di sekolah.
Terimakasih juga kepada kedua orang tua kami yang telah membimbing dan mendukung
kami baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Dalam penyelesaian tugas ini
masih banyak hal yang kurang dan belum sesuai. Untuk itu setiap saran, masukan, dan
kritikan sangat kami perlukan. Dengan harapan agar kami dapat terus berkembang melalui
saran, masukan, dan kritikan dari bapak Dr. Eko Hariyono, M. Pd dan ibu Dra. Suliyanah,
M.Si. maupun teman-teman sekalian. Semoga hasil observasi kami dapat bermanfaat dan
menjadi laporan yang objektif sehingga dapat digunakan oleh banyak orang.

Jumat, 17 November 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar………………………………………………………..……2
Daftar Isi……………………………………………………………………3
BAB 1……………………………………………………………………….4
3.1 Latar Belakang…………………………………………………………..4
3.2 Rumusan Masalah……………………………………………………….5
3.3 Tujuan…………………………………………………………………...5
3.4 Metode Pengambilan Data……………………………………….……...5
3.5 Waktu Wawancara dan Observasi…………………………………….…5
BAB 2……………………………………………………………………….6
4.1 Identitas Sekolah………………………………………………….……..6
4.2 Visi dan Misi Sekolah……………………………………………….…..6
4.3 Tujuan Sekolah……………………………………………….…………7
4.4 Kurikulum yang Berlaku di Sekolah…………………….……………...7
4.5 Analisis Instrumen Modul Ajar………………………………………..14
4.6 Analisis Instrumen Alur Tujuan Pembelajaran (ATP)...........................16
4.7 Analisis Pelaksanaan Pembelajaran…………………………………...17
4.8 Analisis Instrumen Administrasi Pembelajaran……………………..…19
BAB 3……………………………………………………………………...20
5.1 Kesimpulan…………………………………………………………….20
5.2 Saran…………………………………………………………………...20
Daftar Pustaka…………………………………………………………....21
Lampiran……...……………………………………………….………….22

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting, dimana dari adanya
pendidikan maka suatu bangsa dapat berkembang dan mengalami kemajuan
peradaban. Pendidikan juga merupakan suatu hal yang wajib dilakukan untuk
memberikan manusia bekal dalam hidup dan untuk bekal dalam dunia kerja. Di
sekolah pembelajaran diatur dalam kurikulum yang merupakan pedoman dalam
melakukan proses belajar - mengajar. Kurikulum adalah suatu perangkat dalam proses
pembelajaran yang digunakan untuk acuan agar suatu proses pembelajaran dapat
berjalan dan berlangsung sesuai dengan tujuan. Kurikulum ini tidak hanya terbatas
beberapa mata pelajaran saja, tapi mencangkup semua proses pendidikan.
Semakin adanya suatu perkembangan atau perubahan dunia maka proses
pendidikan ataupun tujuan pendidikan mengalami perubahan seiring dengan
perkembangan zaman. Untuk itu perlu adanya ke terus harian kurikulum, perubahan
kurikulum semestinya didasarkan atas hasil penilaian yang dilakukan oleh para ahli
dengan melihat kondisi riil yang terjadi, baik saat ini maupun yang akan tiba.
Perubahan Kurikulum di Indonesia telah mengalami beberapa kali perubahan. Proses
perubahan kurikulum terjadi atas dasar kebutuhan serta tuntutan baik rakyat menjadi
pengguna lulusan juga sekolah menjadi institusi yang melahirkan produk lulusan.
Perubahan Kurikulum tidak ada tujuan lain selain untuk meningkatkan kualitas proses
pembelajaran dan rancangan pembelajaran yang terdapat pada sekolah. oleh sebab itu,
perubahan kurikulum menjadi suatu keharusan pada institusi pendidikan dalam upaya
mencari jalan keluar dari berbagai kesulitan menuju pendidikan yang berkualitas,
guna melahirkan lulusan yang inovatif, kreatif, kritis dan mempunyai karakter
kepribadian yang bertanggung jawab. Berangkat dari kurikulum yang baik inilah
diperlukan bisa dikembangkan sehingga bisa membentuk masa depan anak bangsa
yang cerah yang berimplikasi pada kemajuan bangsaserta negara. Setiap kurikulum
yang yg dirancang serta diimplementasikan, mempunyai beberapa perbedaan sistem.
perbedaan sistem yang terjadi bisa merupakan kelebihan juga kekurangan dari
kurikulum itu sendiri. menurut para ahli pendidikan, kurikulum bisa ditinjau asal 4
aspek dimensi, ialah kurikulum itu bukanlah sesuatu yang tunggal, tapi merupakan
sesuatu yang majemuk, artinya ketika mengartikan kurikulum tersebut mampu

4
dipandang dari berbagai dimensi. Keempat dimensi kurikulum tadi ialah: (1)
kurikulum menjadi suatu inspirasi. (2) kurikulum menjadi suatu rencana tertulis yang
sebenarnya merupakan perwujudan dari kurikulum menjadi suatu pandangan baru, (3)
kurikulum menjadi suatu aktivitas yang seringkali pula disebut menggunakan istilah
kurikulum sebagai suatu realita atau implementasi kurikulum, (4) Kurikulum sebagai
suatu hasil yang artinya konsekuensi berasal kurikulum menjadi suatu kegiatan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana penerapan kurikulum merdeka di SMA Kemala Bhayangkari 1
Surabaya sudah sesuai?
2. Bagaimana kesesuaian kurikulum merdeka yang diterapkan di SMA Kemala
Bhayangkari 1 Surabaya dengan kurikulum merdeka yang telah ditetapkan
oleh pemerintah?
3. Bagaimana kualitas perangkat pembelajaran (modul ajar dan alur tujuan
pembelajaran) yang digunakan di SMA Kemala Bhayangkari 1 Surabaya?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui kesesuaian penerapan kurikulum merdeka di SMA Kemala
Bhayangkari 1 Surabaya.
2. Untuk mengetahui kesesuaian kurikulum merdeka yang diterapkan di SMA
Kemala Bhayangkari 1 Surabaya dengan kurikulum merdeka yang telah
ditetapkan oleh pemerintah.
3. Untuk mengetahui kualitas perangkat pembelajaran (modul ajar dan alur
tujuan pembelajaran) yang digunakan di SMA Kemala Bhayangkari 1
Surabaya.
D. Metode Pengambilan Data
Data ini diambil dengan cara wawancara kepada guru terkait dan dengan
melakukan observasi langsung dikelas saat jam pembelajaran berlangsung.
E. Waktu Wawancara dan Observasi
1. Hari : Kamis
2. Tanggal : 16 November 2023
3. Pukul : 11.40 WIB
4. Tempat : SMA Kenalan Bhayangkari 1 Surabaya
5. Narasumber : Amelia Savitri, S.Pd.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Identitas Sekolah

Nama Sekolah : SMA Kemala Bhayangkari 1 Surabaya


Alamat Sekolah : Jl. Ahmad Yani No. 30-32
Kelurahan : Ketintang
Kecamatan : Gayungan
Kode Pos : 60235
Kota : Surabaya
Provinsi : Jawa Timur
Nama Kepala Sekolah : Betty Hendri Puspitarini
Akreditasi : A
Status : Swasta
NPSN : 20532149
E-mail : Smabhaone.surabaya@gmail.com
Telepon : 0318286995
Website : https://www.smakmlbhayangkari1sby.sch.id

B. Visi dan Misi Sekolah


Visi SMA Kemala Bhayangkari 1 Surabaya :
Terwujudnya sekolah unggul berprestasi berdasarkan iman dan taqwa, berilmu,
pengetahuan luas, berbudi pekerti luhur dan kreatif.
Misi SMA Kemala Bhayangkari 1 Surabaya :
1. Menyelenggarakan pendidikan berwawasan global, berasaskan keimanan dan
ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
2. Menyelenggarakan pembelajaran efektif dengan pendekatan multimedia
pembelajaran.
3. Mengembangkan kultur sekolah yang kondusif sehingga tercipta akhlak mulia
dan penguasaan ilmu pengetahuan, bahasa, teknologi, olahraga, seni, dan
berbudi pekerti luhur.

6
C. Tujuan Sekolah
1. Terbentuknya warga sekolah yang santun.
2. Terpenuhinya sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan belajar
mengajar sesuai dengan tuntutan masyarakat.
3. Terciptanya suasana pembelajaran yang aman dan menyenangkan.
4. Proses belajar mengajar ber karena guru dan karyawan bekerja secara
profesional.
5. Siswa terbiasa belajar mandiri, semakin banyak jumlah siswa lulusan yang
diterima di Perguruan Tinggi Negeri (PTN).
6. Meningkatkan prestasi kegiatan ekstrakurikuler minimal sampai tingkat
provinsi, siswa tamatan mempunyai bekal keterampilan.
7. Terciptanya manajemen pelayanan yang partisipatif dan optimalnya peran
stakeholder sekolah.
D. Kurikulum Yang Berlaku di Sekolah
1. Pengertian Kurikulum
J. Galen Saylor dan William M. Alexander dalam bukunya Curriculum
Planning to better Teaching and Learning mengatakan bahwa kurikulum
adalah segala usaha sekolah untuk mempengaruhi anak belajar, apakah dalam
ruang kelas, di halaman sekolah atau diluar sekolah termasuk kurikulum.
Kurikulum juga meliputi kegiatan ekstrakurikuler. Menurut pendapat ini
kurikulum itu bersifat luas meliputi semua usaha sekolah yang berhubungan
dengan pengalaman siswa belajar dan terjadi bukan hanya di lingkungan
sekolah, akan tetapi juga di luar sekolah dan sifatnya dapat mempengaruhi
siswa dalam belajar, maka itu disebut kurikulum. Pendapat lain yaitu Harold
B. Alberty‟s, dalam Reorganizing The High School Curriculum
mengemukakan bahwa kurikulum adalah Kurikulum tidak hanya terbatas
pada mata pelajaran, tetapi meliputi kegiatan-kegiatan lain di dalam dan di
luar kelas, yang berada di bawah tanggung jawab sekolah. Pendapat ini
memperkuat bahwa ruang lingkup kajian kurikulum itu bersifat luas, artinya
bukan hanya terbatas pada kumpulan mata pelajaran yang diajarkan di dalam
kelas akan tetapi kegiatan-kegiatan di luar kelas yang dapat
dipertanggungjawabkan baik oleh sekolah maupun guru. Dengan demikian
perubahan kurikulum semestinya berangkat dari kondisi di lapangan yang
ditemukan, kemudian diusulkan ke diknas untuk mendapatkan pengakuan dan

7
kelayakan atas perubahan kurikulum tersebut. Jadi kurikulum adalah
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta
cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggara kegiatan belajar
mengajar. Semua kegiatan yang memberikan pengalaman belajar atau
pendidikan bagi siswa pada hakekatnya adalah kurikulum.
Menurut Nasution (1989), kurikulum merupakan suatu rencana yang
disusun untuk melancarkan proses belajar mengajar di bawah bimbingan dan
tanggung jawab sekolah atau lembaga pendidikan beserta staf pengajaran.
Selanjutnya sejumlah ahli teori kurikulum berpendapat bahwa kurikulum
bukan hanya meliputi semua kegiatan yang direncanakan melainkan peristiwa
peristiwa yang terjadi di bawah pengawasan sekolah. Jadi, selain kegiatan
kurikulum yang formal yang sering disebut kegiatan ko-kurikuler atau
ekstrakurikuler (co-curriculum atau extra curriculum).
Kurikulum dijelaskan sebagai salah satu istilah dalam dunia di sekolah.
Pada tingkat satuan pendidikan dikenal istilah KTSP atau Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan yang merupakan kurikulum operasional yang disusun oleh
dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan yang mulai
diperkenalkan pada tahun 2006 seiring dengan pemberlakuan Standar Isi (SI)
dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) uang menjadi acuan dalam
pengembanganKTSP (Somantrie, 2009).
Pengertian kurikulum juga tercantum dalam Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1
butir 19, yaitu :“Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu”, sehingga dapat dilihat bahwa kurikulum adalah sebagai
sebuah rencana dalam pelaksanaan proses pembelajaran untuk mencapai
tujuan pendidikan.
2. Perkembangan Kurikulum
a. Kurikulum 1947 “Rentjana Pelajaran 1947”
Kurikulum 1947 merupakan kurikulum pertama yang lahir setelah
masa kemerdekaan. Dalam Bahasa Belanda kurikulum ini disebut
sebagai “leer plan” yang artinya “rencana pelajaran”. Kurikulum ini
baru dilaksanakan sekolah-sekolah pada tahun 1950. Hal tersebut

8
dikarenakan masih tingginya angka buta huruf pada masyarakat
Indonesia saat itu. Pada kurikulum ini terdapat tiga macam struktur
program, yaitu untuk sekolah yang mempergunakan pengantar Bahasa
Daerah (Jawa, Sunda, Madura) pada kelas-kelas yang lebih rendah,
untuk sekolah yang berbahasa pengantar Bahasa Indonesia mulai kelas
I, untuk sekolah yang diselenggarakan sore hari karena terpaksa
menyesuaikan keadaan (terbatas sampai kelas IV, sedangkan kelas V
dan VI diselenggarakan pagi hari). Pada kurikulum 1947 ini belum
terdapat sistem penskoran melalui butir soal. Hal ini karena masih
mengikuti sistem peninggalan Belanda yaitu sistem materi pelajaran
yang dihubungkan dengan kejadian dan kehidupan sehari-hari.
b. Kurikulum 1964 “Rentjana Pendidikan”
Pada kurikulum ini sistem dari Rencana Pembelajaran Sekolah Dasar
saat itu yang menitikberatkan pada pengembangan daya cipta, rasa,
karsa, karya, dan moral yang kemudian dikenal dengan istilah
Panca-Wardhana. Disebut Panca-Wardhana dikarenakan terdapat lima
aspek bidang studi yaitu kelompok perkembangan moral, kecerdasan,
emosional/artistik, keprigelan (keterampilan), dan jasmaniah.
Kurikulum untuk jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP)
mengalami perubahan menjadi kurikulum SMP gaya baru. Berbeda
dengan jenjang SD, mata pelajaran dibagi menjadi beberapa kelompok,
yaitu Kelompok Dasar, Kelompok Cipta, Kelompok Rasa/Karsa, dan
Krida. Kurikulum untuk jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) juga
mengalami perubahan dalam penjurusan. Sebelum 1961, jenjang SMA
terdiri atas SMA-A, SMA-B, dan SMA-C. Model pengembangan
rencana pembelajaran pada kurikulum ini adalah berbasis Separated
Subject Curriculum.
c. Kurikulum 1968
Pada kurikulum ini, Kurikulum SD 1968 terdiri atas empat unsur
pokok yaitu dasar, tujuan, dan asas pelaksanaan pendidikan nasional
Pancasila di SD, struktur program atau kerangka kurikulum SD,
bahan pendidikan atau garis-garis besar program pengajaran, serta
pedoman evaluasi atau pengisian dan penggunaan buku rapor peserta
didik SD. Selain itu, Kurikulum SMA 1968 disahkan dalam rapat kerja

9
antara Direktorat di Tugu, Jawa Barat pada tanggal 18 – 20 Maret
1967. Dimana kurikulum ini memiliki tujuan untuk mengembalikan
posisi pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila setelah tragedi
G30S/PKI.
d. Kurikulum 1975
Kurikulum 1975 ini bersifat sentralistik yang berarti kurikulum ini
dibuat oleh pemerintah pusat dan sekolah-sekolah hanya menjalankan
saja. Dalam pelaksanaannya, kurikulum ini menuai kritik dari
pelaksana di lapangan, terutama guru. Kurikulum ini membuat guru
sibuk menulis perincian apa yang akan dicapai dari setiap kegiatan
pembelajaran. Pada kurikulum ini terdapat prinsip yaitu pendidikan
harus efektif dan efisien. Selain itu, juga terdapat beberapa prinsip lain
yang meliputi pendidikan harus berorientasi pada tujuan, menggunakan
pendekatan integratif, dalam daya dan waktu menekankan pada
keefisienan dan keefektifan, menganut pendekatan sistem instruksional
yang dikenal dengan Pendekatan Prosedur, pengembangan Sistem
Instruksional (PPSI), dimana pendekatan ini merupakan suatu konsep
pembelajaran yang mengharuskan proses belajar mengajar diarahkan
pada pencapaian tujuan, serta stimulus dan respon yang dipengaruhi
oleh psikologi tingkah laku, perubahan tingkah laku peserta didik
menjadi tujuan utama dari kurikulum ini. Hal ini dikarenakan memiliki
tujuan yaitu perubahan tingkah laku, maka teori belajar yang
digunakan adalah teori belajar behavioristik.
e. Kurikulum 1984 “Kurikulum 1975 yang Disempurnakan”
Pada kurikulum 1984 ini lebih mengarah pada orientasi pelajaran yang
menekankan pada keseimbangan antara kognitif, psikomotorik, dan
afektif, antara teori dan praktik, serta menunjang tercapainya tujuan
pendidikan dan pengajaran. Pendidikan ideologi tetap menjadi hal
yang terpenting dalam kurikulum. Pemerintah menetapkan Pendidikan
Pancasila sebagai mata pelajaran wajib dalam kurikulum sejak SD
sampai dengan perguruan tinggi. Salah satu mata pelajaran yang
ditambahkan dalam Kurikulum 1984 adalah Pendidikan Sejarah
Perjuangan Bangsa (PSPB). Kurikulum 1984 di tingkat SD lebih
menekankan pada tujuan SD yang meliputi mendidik siswa agar

10
menjadi manusia Indonesia seutuhnya berdasarkan Pancasila yang
mampu membangun dirinya sendiri dan ikut bertanggung jawab
terhadap pembangunan bangsa, memberi bekal kemampuan yang
diperlukan oleh peserta didik untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat
yang lebih tinggi, dan memberi bekal kemampuan dasar untuk hidup di
masyarakat dan mengembangkan diri sesuai dengan bakat, minat,
kemampuan, dan lingkungan, sedangkan tujuan kurikulum SMP 1984
tidak jauh berbeda dengan kurikulum SD 1984 yaitu mendidik siswa
menjadi manusia pembangunan dan warga negara Indonesia yang
berpedoman pada Pancasila dan UUD 1945, memberikan bekal
kemampuan yang diperlukan peserta didik untuk dapat melanjutkan
pendidikannya ke lembaga pendidikan yang lebih tinggi, dan
memberikan bekal keterampilan dasar untuk memasuki kehidupan di
masyarakat sesuai dengan minat, kemampuan, dan lingkungannya.
Serta Kurikulum SMA 1984 memiliki tujuan pendidikan yaitu untuk
mendidik para siswa agar menjadi manusia pembangunan dan warga
negara Indonesia yang berpedoman pada Pancasila dan UUD 1945,
memberi bekal kemampuan yang diperlukan bagi siswa yang akan
melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi terutama di universitas dan
institut, memberi bekal kemampuan yang diperlukan bagi siswa yang
akan melanjutkan pendidikan di sekolah tinggi, akademik, politeknik,
program diploma atau program lainnya yang setingkat, dan memberi
bekal kemampuan bagi siswa yang akan terjun ke dunia kerja setelah
menyelesaikan pendidikannya.
f. Kurikulum 1994
Kurikulum SD 1994 terdiri atas 12 mata pelajaran: Agama Islam,
Agama Kristen, Agama Katolik, Agama Hindu, Agama Budha,
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn), Bahasa
Indonesia, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan
Sosial, Kerajinan Tangan dan Kesenian, dan Pendidikan Jasmani dan
Kesehatan. Pada kurikulum ini, terdapat mata pelajaran Muatan Lokal
yang harus ditetapkan oleh Kantor Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Provinsi. Istilah SMP pada kurikulum 1994 berubah
menjadi Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) sebagai penerapan

11
UU No. 2 Tahun 1989. Jumlah jam belajar di tingkat ini juga
bertambah dari 38 menjadi 40 jam pelajaran. Mata pelajaran pada
tingkat SLTP terdiri atas mata pelajaran seperti SD, hanya saja terdapat
mata pelajaran Bahasa Inggris. Selain itu, Kurikulum Sekolah
Menengah Umum (SMU) 1994 juga mengalami perubahan. Dalam
kurikulum ini, dikenal kelompok umum dan kelompok khusus.
Kelompok khusus terdiri atas tiga program/jurusan, yaitu Program
Bahasa, Program IPA, dan Program IPS. Peserta didik baru bisa
mengambil program khusus tersebut setelah naik ke kelas III.
g. Kurikulum 2004 “Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)”
Kurikulum 2004 atau dikenal sebagai Kurikulum Berbasis Kompetensi
(KBK) mulai diterapkan di Indonesia sejak tahun 2004. KBK adalah
suatu konsep kurikulum yang menekankan pada pengembangan
pengetahuan, pemahaman, kemampuan, nilai sikap, dan minat peserta
didik agar dapat melakukan sesuatu dalam bentuk kemahiran,
ketepatan, dan keberhasilan dengan penuh tanggung jawab. Pasa
kurikulum 2004 ini terdapat empat kompetensi dasar yang harus
dimiliki peserta didik yaitu kompetensi akademik, yaitu peserta didik
harus memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam mengatasi
tantangan dan persoalan hidup, kompetensi okupasional, dimana
peserta didik harus memiliki kesiapan dan mampu beradaptasi terhadap
dunia kerja, kompetensi kultural, dimana peserta didik harus mampu
menempatkan diri sebaik-baiknya dalam sistem budaya dan tata nilai
masyarakat serta kompetensi temporal, dimana peserta didik tetap
eksis dalam menjalani kehidupannya sesuai tuntutan perkembangan
zaman. KBK menggunakan pendekatan pembelajaran Student
Centered Approaches. Disamping itu, KBK menerapkan strategi
pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL).
h. Kurikulum KTSP
Pada kurikulum ini, struktur kurikulum tingkat SD/MI terdiri atas
delapan mata pelajaran, muatan lokal, dan pengembangan diri dengan
alokasi waktu satu jam pembelajaran adalah 40 menit. Minggu efektif
dalam satu tahun pelajaran (dua semester) adalah 34 – 38 minggu,
sedangkan pada tingkat SMP/MTs, struktur kurikulum terdiri atas

12
sepuluh mata pelajaran, muatan lokal, dan pengembangan diri. Mata
pelajaran yang ditambahkan adalah Bahasa Inggris dan Teknologi
Informasi dan Komunikasi dengan alokasi waktu satu jam
pembelajaran adalah sama dengan tingkat dasar.
i. Kurikulum 2013
Orientasi kurikulum 2013 tidak hanya aspek kognitif saja, melainkan
juga aspek psikomotorik dan afektif. Kurikulum 2013 diharapkan
mampu memperbaiki akhlak serta mencetak Sumber Daya Manusia
(SDM) yang mampu berkompetisi dan berkompetensi mengikuti arus
perkembangan globalisasi guna mempertahankan kelangsungan
hidupnya. Elemen yang berubah pada kurikulum 2013 adalah pada
standar kompetensi lulusan, standar proses, standar isi, dan standar
penilaian. Kompetensi lulusan kurikulum ini adalah adanya
peningkatan dan keseimbangan antara soft skills dan hard skills yang
meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan.
Kompetensi yang semula diturunkan dari mata pelajaran berubah
menjadi mata pelajaran dikembangkan dari kompetensi inti dan
kompetensi dasar. Model-model pembelajaran yang dapat diterapkan
pada kurikulum ini adalah Inquiry Based Learning, Discovery
Learning, Project Based Learning, dan Problem Based Learning.
j. Kurikulum Merdeka
Kurikulum Merdeka adalah kurikulum dengan pembelajaran
intrakurikuler yang beragam di mana konten akan lebih optimal agar
peserta didik memiliki cukup waktu untuk mendalami konsep dan
menguatkan kompetensi (Putra,et.al.,2022). Guru memiliki keleluasaan
untuk memilih berbagai perangkat ajar sehingga pembelajaran dapat
disesuaikan dengan kebutuhan belajar dan minat peserta didik.
Landasan pengembangan kurikulum terdiri dari filosofis, sosial budaya
dan agama,ilmu pengetahuan teknologi dan seni, kebutuhan
masyarakat, dan perkembangan masyarakat. Kurikulum ini dirancang
untuk memanifestasikan tujuan pendidikan nasional.
3. Penerapan Kurikulum di Sekolah
Kurikulum didesain untuk menghasilkan perubahan kualitas
pembelajaran siswa agar sesuai tujuan pendidikan. Berarti implementasi

13
kurikulum adalah proses perubahan untuk memperoleh hasil yang mendekati
pencapaian tujuan pendidikan ideal. Berdasarkan hal tersebut, semua kerja
kurikulum, sejak dari rancangan, implementasi dan evaluasi, merupakan
perubahan siklus. Artinya, implementasi kurikulum, baik yang lama apalagi
yang baru, adalah perubahan, bukan hanya perubahan konten kurikulum atau
proses pembelajaran saja, tetapi juga perubahan personal,sosial dan
profesional, karena implementasi kurikulum mengubah persepsi, filosofi,
sikap, nilai dan praktik pendidikan guru dalam kelas. Implementasi sebagai
proses perubahan untuk mengurangi kesenjangan antara praktik pendidikan
menurut kurikulum sekarang dan praktik pendidikan seperti diharuskan
kurikulum versi perubahan. Saylor & Alexander (1974) mengartikan
implementasi sebagai suatu proses aktualisasi kurikulum dalam proses
pembelajaran. Oleh Karenanya Benar apa yang dikemukakan oleh Ornstein
dan Hunkins (2013), bahwa Implementasi merupakan bagian penting dari
pengembangan kurikulum, yaitu sebagai proses untuk merealisasi perubahan
yang diinginkan.
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di SMA Kemala
Bhayangkari 1 Surabaya, diketahui bahwa sekolah tersebut sudah
menggunakan kurikulum merdeka sebagai acuan pengajaran yang di lakukan
di sekolah tersebut. Namun, pelaksanaanya belum seluruhnya sesuai dengan
kurikulum merdeka yang telah dirancang oleh Kemendikbud. Hal ini
dikarenakan belum terciptanya pembelajaran terdiferensiasi, yang mana
pembelajaran terdiferensiasi termasuk dalam kurikulum merdeka. Dalam
kenyataannya, pembelajaran terdiferensiasi sulit diterapkan dalam kelas,
dikarenakan saat menyusun modul guru mengalami kendala pada waktu yang
diberikan untuk menyusun modul yaitu sekitar 2 minggu sedangkan dalam
menyusun LKPD (Lembar Kerja Peserta Didik) yang merupakan bagian dari
modul memerlukan waktu yang cukup lama sehingga belum terlaksananya
pembelajaran terdiferensiasi

E. Analisis Instrumen Modul Ajar


Pada observasi yang dilakukan, kami menelaah Instrumen Supervisi
Akademik (Kurikulum Merdeka) Telaah Modul Ajar yang digunakan pada mata
pelajaran matematika kelas X. Modul ajar yang kami observasi disusun oleh ibu

14
Amelia Savitri, S.Pd. Pada instrumen supervisi terdapat 11 sub-poin yang dibahas,
yaitu poin A-K. Hasil telaah digolongkan menjadi 3 penilaian yaitu tidak ada/tidak
sesuai, kurang lengkap/sesuai sebagian, dan sudah lengkap/sesuai seluruhnya. Pada
poin A (Identitas mata pelajaran) pada instrumen disebutkan bahwa apakah pada
modul terdapat nama penyusun, institusi, dan tahun disusunnya, kelas, alokasi waktu.
Dari hasil observasi didapatkan jawaban bahwa pada modul yang digunakan sudah
ada semua komponen tersebut, sehingga modul tersebut masuk kategori sudah
lengkap. Pada poin B (Kompetensi awal dan profil pelajar Pancasila) terdapat poin 2
dan 3 didalamnya, yang mana poin 2 adalah adanya kompetensi awal pada modul, dan
berdasarkan hasil observasi pada modul sudah ada kompetensi awalnya, sehingga
modul tersebut masuk kategori sudah lengkap. pada poin 3 adalah profil pelajar
Pancasila, yang mana pada modul sudah terdapat profil pelajar Pancasila, sehingga
nilai modulnya juga sudah lengkap dalam komponen ini. Komponen selanjutnya
adalah poin C (Sarana dan Prasarana), pada komponen ini terdapat dua poin, yaitu
poin 4 dan 5. pada poin 4 yaitu kesesuaian dan ketepatan penggunaan fasilitas yang
dibutuhkan untuk menunjang kegiatan pembelajaran dinilai sudah sesuai seluruhnya.
pembelajaran yang dilakukan di sekolah tersebut sudah menyesuaikan dengan fasilitas
yang disediakan oleh sekolah. pada poin 5 yaitu kesesuaian dan ketepatan penggunaan
materi dan sumber bahan ajar lain yang relevan yang digunakan dalam kegiatan
pembelajaran, poin ini pada observasi masuk kategori sesuai sebagian karena karena
pada kurikulum merdeka ini guru membebaskan peserta didik untuk mencari referensi
dari sumber lain, namun dari hasil yang didapat masih ada peserta didik yang
materinya belum sesuai dengan modul ajar yang digunakan. Berikutnya adalah poin D
(Target Peserta Didik), pada modul sudah dicantumkan target peserta didik, yaitu
reguler sesuai dengan sekolahnya. Pada poin E (model pembelajaran) terdapat dua
poin, yaitu nomor 6 dan 7. Pada poin 6 mengenai model pembelajaran tatap muka, hal
ini mendapat nilai sesuai seluruhnya, karena pembelajaran yang dilakukan memang
dilakukan secara tatap muka. Sedangkan pada poin 7, mengenai model pembelajaran
blended, pihak sekolah sudah tidak pernah melakukan pembelajaran secara blended,
melainkan melakukan kegiatan KBM dengan model tatap muka, namun tetap
memanfaatkan kecanggihan teknologi saat ini, seperti presensi siswa dan guru yang
dilakukan lewat aplikasi yang disediakan sekolah dan tugas-tugas yang diberikan
lewat aplikasi sekolah tersebut. Pada poin F (Komponen Pembelajaran) terdapat
empat poin, yang mana poin ketepatan tujuan pembelajaran dan persiapan

15
pembelajaran sudah mendapat nilai sesuai seluruhnya, sedangkan untuk poin
pemahaman bermakna dan pertanyaan pemantik masuk kategori sesuai sebagian. Pada
pertanyaan pemantik, sebenarnya sudah dicantumkan pada modul, namun pada saat
pembelajaran masih belum bisa dilakukan secara intens di setiap pertemuan. Pada
poin G (Skenario Pembelajaran), terdapat beberapa poin, yaitu poin 12 mendapat nilai
sesuai sebagian, poin 13a mendapatkan nilai sesuai seluruhnya, poin 13b
mendapatkan nilai sesuai sebagian, poin 13c, 13d, 13e, 14a, dan 14c mendapatkan
nilai sesuai seluruhnya. Sedangkan poin 14b mendapatkan nilai tidak sesuai. Pada
poin H (Rancangan Penilaian Pembelajaran) poin 15 mendapatkan nilai sesuai
seluruhnya, poin 16 mendapatkan nilai sesuai sebagian karena, nilai sikap tidak
dilakukan secara tertulis, namun bapak/ibu guru tetap membimbing dan membentuk
sikap peserta didik yang baik, seperti mengajarkan sikap jujur, disiplin, dsb. Pada poin
18, dan 19 merupakan bagian dari komponen kurikulum 2013, sehingga tidak
dilakukan lagi pada modul ajar kurikulum merdeka. Poin I (Pembelajaran Remidial)
mendapatkan nilai sesuai seluruhnya. Pada poin J (Pembelajaran Pengayaan) juga
mendapatkan nilai yang sesuai seluruhnya, pada sekolah tersebut pengayaan biasanya
diberikan pada peserta didik yang sudah mengerjakan semua tugasnya dan meminta
tugas lagi kepada bapak/ibu guru. Pada poin K (Lampiran) terdapat poin 21, 22, 23,
dan 24 yang semuanya memperoleh nilai sesuai seluruhnya. Total akhir penilaian dari
instrumen supervisi menelaah modul ajar adalah 96% atau sangat baik.

F. Analisis Instrumen Alur Tujuan Pembelajaran (ATP)


Pada bagian Penelaah Alur Tujuan Pembelajaran (ATP) di modul ajar, dari
hasil observasi yang telah dilakukan diperoleh hasil terkait kesesuaian identitas ATP
yaitu mencantumkan nama sekolah, mata pelajaran, kelas, semester, dan capaian
pembelajaran. Kemudian dalam peta kompetensi dan tujuan pembelajaran yang berisi
peta kompetensi sesuai fase usia/ pembelajaran, capaian pembelajaran, dan tujuan
pembelajaran sudah ada. Komponen ATP seperti ATP mencakup komponen
kompetensi dan komponen konten sudah terdapat namun belum mencakup komponen
variasi dimana, tidak ada kaitan antara materi dengan kehidupan sehari-hari. Pada
kriteria ATP hasil observasi telah menggambarkan urutan pengembangan kompetensi
yang harus dikuasai peserta didik, alur tujuan pembelajaran dalam satu fase
menggambarkan cakupan dan tahapan pembelajaran yang linier dari awal hingga
akhir fase sudah sesuai juga alur tujuan pembelajaran pada keseluruhan fase

16
menggambarkan cakupan dan tahapan pembelajaran menggambarkan tahapan
perkembangan kompetensi antar fase dan jenjang juga sesuai dan ada serta
identifikasi elemen dan atau sub elemen Profil Pelajar Pancasila yang sesuai dengan
tujuan pembelajaran yang dirumuskan. Pada kesesuain Alur Tujuan Pembelajaran
juga sudah ada sehingga diperoleh jumlah 11 komponen atau indikator yang sesuai
dan 1 komponen atau indikator yang tidak sesuai. Skor total diperoleh dari
perhitungan dengan perkalian. Apabila komponen atau indikator sesuai maka dapat
dikalikan dua dan dikalikan satu apabila tidak sesuai maka skor totalnya 11 x 2 = 22
(sesuai) dan 1 x 1 = 1 (tidak sesuai). Jadi, nilai akhir dengan perumusan skor
perolehan dibagi skor maksimal (24) dikalikan 100% = 23/24 x 100% = 95%
sehingga tercapainya dinilai sangat baik dalam analisis menelaah Alur Tujuan
Pembelajaran (ATP).

G. Analisis Pelaksanaan Pembelajaran


Berdasarkan observasi yang telah dilakukan, didapatkan hasil dari instrumen
supervisi pelaksanaan pembelajaran diperoleh nilai akhir sebesar 82 % dengan
perincian penilaian terdiri atas tiga kegiatan yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti
dan kegiatan penutup. Dalam kegiatan pendahuluan terdapat tiga poin, yaitu orientasi,
motivasi, dan apersepsi. Pada orientasi guru sudah sesuai dalam menyiapkan fisik dan
psikis peserta didik dengan memberi salam dan menyapa serta menyampaikan
rencana kegiatan baik individu, kerja kelompok, dan melakukan observasi. Pada
bagian motivasi, guru sudah mengajukan pertanyaan yang menantang untuk
memotivasi peserta didik serta belum sesuai dalam menyampaikan manfaat materi
pembelajaran. Pada poin terakhir yaitu apersepsi, guru sudah sesuai dalam
menyampaikan kompetensi yang akan dicapai peserta didik, mengaitkan materi
dengan materi pembelajaran sebelumnya serta mendemonstrasikan sesuatu yang
terkait dengan materi pembelajaran. Pada kegiatan inti terdiri dari 6 poin, yaitu yang
pertama penguasaan materi pembelajaran. Pada poin ini guru sudah dapat
menyesuaikan materi dengan tujuan pembelajaran, guru belum sesuai dalam
mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevan, perkembangan iptek dan
kehidupan nyata, serta guru telah sesuai dalam menyajikan materi secara sistematis
(mudah kesulit, dari konkrit ke abstrak). Poin kedua yaitu, penerapan strategi
pembelajaran yang mendidik. Pada poin ini, guru telah sesuai dalam melaksanakan
pembelajaran yang sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai, guru telah sesuai

17
dalam melaksanakan pembelajaran yang menumbuhkan partisipasi aktif peserta didik
dalam mengajukan pertanyaan, guru telah sesuai dalam melaksanakan pembelajaran
yang menumbuhkan partisipasi aktif peserta didik dalam mengemukakan pendapat,
guru telah sesuai dalam melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual, serta
guru telah sesuai dalam melaksanakan pembelajaran yang sesuai dengan alokasi
waktu yang direncanakan. Poin ketiga yaitu aktivitas pembelajaran HOTS dan
kecakapan abad 21 (4C). Pada poin ini, guru belum sesuai dalam melaksanakan
pembelajaran yang mengasah kemampuan Creativity, Critical Thinking,
Communication, dan Collaboration peserta didik. Poin keempat yaitu kualitas
pembelajaran manajemen kelas. Pada poin ini sudah terciptanya suasana kelas yang
kondusif untuk proses belajar mengajar (tanpa disrupsi yang mengalihkan perhatian
dari aktivitas belajar), telah terlaksananya penerapan prinsip disiplin positif dalam
menegakkan aturan kelas yang telah disepakati bersama. Poin kelima yaitu
pemanfaatan sumber belajar/media pembelajaran. Pada poin ini, guru telah sesuai
dalam menunjukkan keterampilan dalam penggunaan sumber belajar yang bervariasi,
guru belum dapat menunjukkan keterampilan dalam penggunaan media pembelajaran,
guru belum dapat melibatkan peserta didik dalam pemanfaatan sumber belajar, guru
belum dapat melibatkan peserta didik dalam pemanfaatan media pembelajaran, serta
telah sesuai dalam menghasilkan kesan yang menarik. Poin keenam yaitu penggunaan
bahasa yang benar dan tepat dalam pembelajaran. Pada poin ini, guru dan peserta
didik telah menggunakan bahasa lisan secara jelas dan lancar, serta telah
menggunakan bahasa tulis yang baik dan benar. Dalam kegiatan penutup terdiri dari
dua poin. Poin pertama yaitu proses rangkuman, refleksi, dan tindak lanjut. Pada poin
ini, guru telah memfasilitasi dan membimbing peserta didik dalam merangkum materi
pelajaran, guru telah menunjukkan aktivitas belajar yang bertujuan meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan mengajar, guru sudah menunjukkan aktivitas untuk
mengevaluasi dan merefleksi praktik pengajaran yang telah diterapkan, terutama dari
sisi dampaknya terhadap belajar murid, belum terlaksananya penerapan cara, bahan,
dan/atau pendekatan baru dalam praktik pengajaran, mulai dari perencanaan,
pelaksanaan, sampai evaluasi pembelajaran serta guru telah melaksanakan tindak
lanjut dengan memberikan arahan kegiatan berikutnya dan tugas perbaikan dan
pengayaan secara individu atau kelompok. Poin kedua yaitu pelaksanaan penilaian
hasil belajar. Pada poin ini, guru belum sesuai dalam melaksanakan penilaian sikap
melalui observasi, guru telah sesuai dalam melaksanakan penilaian pengetahuan

18
melalui tes, lisan, dan tulisan, serta guru telah sesuai dalam melaksanakan penilaian
keterampilan, penilaian kinerja, projek, produk atau portofolio. Karena dalam kriteria
ketercapaian tujuan pembelajaran disarankan menggunakan deskripsi. Deskripsi
tentang perkembangan peserta didik menjadi lebih terukur dan personal sesuai dengan
kemampuan mereka. Jika ada peserta didik yang mencapai nilai sama dengan peserta
didik lain penjelasan dalam laporan hasil belajarnya bisa jadi berbeda. Penjelasannya
benar-benar disesuaikan dengan kebutuhan, kemampuan, progres, dan area
perkembangan peserta didik. Jika peserta didik tidak mencapai indikator tuntas maka
dilakukan refleksi dan evaluasi.

H. Analisis Instrumen Administrasi Pembelajaran


Berdasarkan observasi yang dilakukan didapatkan nilai untuk instrumen
Administrasi Pembelajaran yang digunakan memiliki poin 92% dalam lembar
penilaian. Dengan kelengkapan perangkat administrasi berupa kalender akademik,
program tahunan, program semester, Alur Tujuan Pembelajaran (ATP), Modul Ajar,
Jadwal Tatap Muka, Agenda Mengajar, Daftar Nilai, Absensi Siswa, Buku Pegangan
Guru, Buku Teks Siswa semua kelengkapan ini ada dan sesuai dengan nilai-nilai pada
instrumen yang disajikan. Ada satu instrumen yang belum terpenuhi yaitu KKTP
yaitu Kriteria Ketercapaian Tujuan Pembelajaran dimana pada kurikulum merdeka ini
tingkat kriteria ketercapaian tidak dituliskan dengan paten dan mutlak berapa nilainya,
karena kurikulum merdeka tidak hanya menekankan pada aspek akademik saja,
namun aspek lainnya seperti sikap, kreativitas, dan aspek non akademik lainnya.
Instrumen - instrumen yang sudah terpenuhi berupa kalender akademik, program
tahunan, program semester, Alur Tujuan Pembelajaran (ATP), Modul Ajar, Jadwal
Tatap Muka, Agenda Mengajar, Daftar Nilai, Absensi Siswa, Buku Pegangan Guru,
Buku Teks Siswa merupakan semua perangkat yang digunakan untuk pembelajaran di
sekolah sehingga dari segi administrasi SMA Kemana Bhayangkari 1 Surabaya masih
sesuai dengan kurikulum merdeka.

19
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kurikulum merdeka merupakan program kemendikbud, kurikulum dengan
pembelajaran intrakurikuler yang beragam di mana konten akan lebih optimal agar
peserta didik memiliki cukup waktu untuk mendalami konsep dan menguatkan
kompetensi. Sehingga kurikulum merdeka saat ini mendukung siswa berkembang
pada segala aspek, baik itu akademik maupun non akademik, Untuk hasil observasi di
SMA Kemala Bhayangkari 1 Surabaya menggunakan beberapa instrumen sebagai
bahan penilaian apakah perangkat yang digunakan sudah sesuai atau belum. Dari hasil
yang didapatkan dengan instrumen berikut ini; Instrumen supervisi pelaksanaan
pembelajaran, instrumen administrasi pembelajaran, instrumen telaah modul ajar, dan
instrumen penelaah alur tujuan pembelajaran. Didapatkan hasil sebagai berikut ini :
1. Instrumen supervisi pelaksanaan pembelajaran (82%)
2. Instrumen administrasi pembelajaran (92%)
3. Instrumen telaah modul ajar (96%)
4. Instrumen penelaah alur tujuan pembelajaran (95%)
Dari hasil yang didapatkan ini diketahui bahwa SMA Kemala Bhayangkari 1
Surabaya dalam pelaksanaan kurikulum merdeka sudah baik dibuktikan dengan
pendapatan penilaian di atas 80%.

B. Saran
Untuk pelaksanaan kurikulum merdeka di SMA Kemala Bhayangkari 1
Surabaya bisa dilakukan peningkatan lagi di bagian pelaksanaan yang ada di sekolah,
karena nilai dari instrumen ini yang paling rendah. Untuk kelengkapan dari instrumen
lainnya yang menunjang pembelajaran sudah sangat baik namun dalam pelaksanaanya
masih dibilang rendah. Selain itu peningkatan penggunaan kurikulum merdeka untuk
kelas lainnya selain kelas X (sepuluh) juga harus dilakukan agar kurikulum di sekolah
bisa merata dari kelas X hingga XII.

20
DAFTAR PUSTAKA

Kurikulum,6(2),30-40. https://doi.org/10.17509/jik.v6i2.35698.

Leny, Lince. Implementasi Kurikulum Merdeka untuk Meningkatkan Motivasi Belajar pada
Sekolah Menengah Kejuruan Pusat Keunggulan. Prosiding Sentikja, 2022: 38-58.

Nasution,S. (1989). Kurikulum dan Pengajaran. Jakarta : Rineka Cipta.

Putra,M.I.,Neliwati,N.,Azmar,A.,&Azhar,A.(2022). An Analysis of Madrasah Curriculum


and Its Implementation in Basic Education Institutions. Jurnal Basicedu, 6(6).
https://jbasic.org/index.php/basicedu/article/view/4102.

Saylor, J. Galen, Alexander, William; Lewis, Arthur, J (1974), Planning Curriculum for
Schools, New york: Holt-Rinehart and Winston, Inc.

Somantrie,H.(2009). Evaluasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jurnal Inovasi

21
LAMPIRAN

22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Anda mungkin juga menyukai