Anda di halaman 1dari 283

SPESIFIKASI TEKNIS

PENINGKATAN GEOMETRIK JALUR KA UNTUK


MENUNJANG PEMBANGUNAN JEMBATAN KA BH 289
DAN BH 309 ANTARA BLAMBANGANUMPU – GIHAM
LINTAS PRABUMULIH - TARAHAN
PEJABAT PEMBUAT KOMIT

PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN (PPK)


PENGEMBANGAN PERKERETAAPIAN LAMPUNG I

WIBOWO ADI SAPUTRO


NIP. 19880728 201012 1 008

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN
DIREKTORAT JENDERAL PERKERETAAPIAN
BALAI TEKNIK PERKERETAAPIAN KELAS II PALEMBANG

TAHUN ANGGARAN 2024

1
KERANGKA ACUAN KERJA

PENINGKATAN GEOMETRIK JALUR KA UNTUK


MENUNJANG PEMBANGUNAN JEMBATAN KA BH 289
DAN BH 309 ANTARA BLAMBANGANUMPU – GIHAM
LINTAS PRABUMULIH - TARAHAN

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN
DIREKTORAT JENDERAL PERKERETAAPIAN
BALAI TEKNIK PERKERETAAPIAN KELAS II PALEMBANG

TAHUN ANGGARAN 2024

1
KERANGKA ACUAN KERJA
(TERM OF REFERENCE)

PENINGKATAN GEOMETRIK JALUR KA UNTUK MENUNJANG


PEMBANGUNAN JEMBATAN KA BH 289 DAN BH 309 ANTARA
BLAMBANGANUMPU - GIHAM LINTAS PRABUMULIH – TARAHAN

TAHUN ANGGARAN 2024

Kementerian Negara/Lembaga : Kementerian Perhubungan


Unit Eselon I : Direktorat Jenderal Perkeretaapian
Program : Pengelolaan dan Penyelengaraan Transportasi
Perkeretaapian
Hasil (Outcome) : Meningkatnya Kapasitas Prasarana untuk
Mendukung Pelayanan Perkeretaapian
Kegiatan : Peningkatan Geometrik Jalur KA Untuk
Menunjang Pembangunan Jembatan KA BH 289
Dan BH 309 Antara Blambanganumpu – Giham
Lintas Prabumulih - Tarahan
Indikator Kinerja Kegiatan : Perawatan Prasarana Perkeretaapian
Jenis Keluaran (Output) : Meningkatnya Geometrik Jalur KA antara
Blambanganumpu - Giham
Volume Keluaran (Output) : 1.621
Satuan Ukur Keluaran (Output) : Km’Sp

A. LATAR BELAKANG

1. Dasar Hukum
a) Peraturan Perundang – Undangan:
1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor: 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara;
2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor: 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional;
1
3) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor: 17 Tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional;
4) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor: 23 Tahun 2007 tentang
Perkeretaapian;
5) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor : 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan
Kerja;
6) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 143/PMK.02/2015 tentang Petunjuk
Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran
Kementerian/Negara/Lembaga dan Pengesahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
196/PMK.02/2015 tanggal 27 Oktober 2015;
7) Keputusan Menteri Perhubungan Nomor: KP. 2128 tahun 2018 tentang Rencana
Induk Perkeretaapian Nasional;
8) Peraturan Menteri Perhubungan Nomor: PM.3 Tahun 2014 tentang Pedoman
Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Di Lingkungan Kementerian
Perhubungan;
9) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor: PP.56 Tahun 2010 Tentang
Penyelenggaraan Perkeretaapiaan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor: PP.6 Tahun 2017;
10) Peraturan Pemerintah Nomor: 72 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Kereta Api sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 61
Tahun 2016;
11) Peraturan Menteri Perhubungan Nomor: PM. 60 Tahun 2012 tentang Persyaratan
Teknis Jalur Kereta Api;
12) Instruksi Menteri Perhubungan Nomor: IM 2 Tahun 2018 tentang Kelengkapan Data
Dukung Minimum Usulan Kegiatan Pagu Kebutuhan Rencana Kerja dan Anggaran
(RKA) Kementerian Perhubungan Tahun 2019; dan
13) Standar Spesifikasi Teknis Konstruksi Jalan Rel, Sipil, Jembatan dan Bangunan
Kereta Api Tahun 2021 yang disahkan oleh Direktur Prasarana Perkeretaapian
Ditjen Perkeretaapian.

b) Dokumen perencanaan:
1) Keputusan Menteri Perhubungan No. KP 2128 Tahun 2018 Tentang Rencana Induk
Perkeretaapian Nasional;
2
2) Dokumen Detail Enginering Design (DED) Peningkatan Jembatan Kereta Api
Wilayah Divre III dan Divre IV Tahun Anggaran 2022;
3) Kajian dan Rekomendasi Peningkatan Geometrik Jalur KA Untuk Menunjang
Pembangunan Jembatan KA BH.289 dan BH.309 Antara Blambanganumpu –
Giham Lintas Prabumulih - Tarahan 2023.

2. Gambaran Umum

Balai Teknik Perkeretaapian Kelas II Palembang merupakan unit pelaksana teknis di


Lingkungan Kementerian Perhubungan yang berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Direktur Jenderal Perkeretaapian mempunyai tugas melaksanakan peningkatan,
pengembangan, pengelolaan, pemeliharaan, pemanfaatan prasarana perkeretaapian dan
pengawasan penyelenggaraan sarana, dan keselamatan perkeretaapian. Dalam
melaksanakan tugas tersebut harus memperhatikan faktor kenyamanan, keamanan dan
keselamatan penumpang, mengutamakan kualitas pelayanan, pengawasan di dalam kereta,
dan fasilitas yang memadai agar para konsumen puas terhadap jasa pelayanan yang
diberikan, menanggapi kebutuhan transportasi, kualitas pelayanan dan keselamatan
menjadi dasar yang dapat mempengaruhi pilihan konsumen untuk memilih berbagai jenis
jasa yang berkembang saat ini.

Salah satu faktor penting dalam mendukung kualitas pelayanan dan keselamatan adalah
prasarana. Prasarana kereta api harus selalu senantiasa dalam keadaan laik serta
memerlukan perbaikan serta perawatan rutin/berkala. Kegiatan perbaikan prasarana
perkeretaapian memiliki peran penting tidak hanya bertujuan untuk perbaikan pelayanan
angkutan penumpang dan barang, namun juga untuk mengurangi potensi terjadinya
kecelakaan kereta api. Beberapa kejadian kecelakaan kereta api terutama kecelakaan yang
disebabkan oleh faktor prasarana perkeretaapian berpeluang terjadi secara berulang apabila
kondisi prasarana yang sudah tidak memenuhi laik operasi tidak ditingkatkan dan/atau
diperbaiki. Seperti halnya infrastruktur lainnya, kondisi prasarana perkeretaapian yang
tidak didukung dengan kelaikan dan kehandalan yang optimal dapat menimbulkan potensi
kecelakaan.

Jalur kereta api lintas Prabumulih – Tarahan merupakan jalur kereta api yang cukup
strategis pada wilayah Divre IV Tanjungkarang. Mengingat bahwa landasan pokok bagi

3
kegiatan usaha operasional kereta api yang aman dan lancar adalah antara lain dengan
mengoperasikan aset produksi prasarana yang memenuhi syarat – syarat :
a. Aman dalam konstruksi (Safe in Construction);
b. Aman dalam penempatan (Safe in Position);
c. Keselamatan melekat (Built in Safety); dan
d. Aman terhadap lingkungan (Environment Friendly).

Kondisi jalan rel pada lokasi pekerjaan peningkatan jembatan BH 289 dan BH 309 Antara
Blambanganumpu – Giham pada lintas Prabumulih – Tarahan saat ini pada BH 289
terdapat lengkung IP 28 dan IP 29 yang menghimpit pada operitan jembatan dengan Radius
390 m dan 400 m dengan jarak peralihan 4.00 m arah St. Blambanganumpu dan 3.44 m ke
arah St. Giham. Dan BH 309 terdapat lengkung vertikal IP 40 dan IP 41 arah St.
Blambangan dengan kelandaian 9 per/mil dan ke Arah St. Giham 13 per/mil Umpu.

Dengan demikian, kondisi kelaikan dan/atau kehandalan prasarana perkeretaapian


mempunyai korelasi yang sangat erat dengan keselamatan, keamanan, kehandalan operasi,
dan pelayanan. Selain itu, untuk mendukung pekerjaan peningkatan Jembatan BH 289 dan
BH 309 Antara Blambanganumpu – Giham Lintas Prabumulih – Tarahan diperlukan juga
penyesuaian alinyemen horizontal dan vertikal Jalan KA ke arah hulu dan hilir Jalur KA
agar elevasi jembatan BH 289 dan BH 309 yang nantinya akan ditingkatkan sesuai dengan
elevasi jalur KA. Adapun foto dan titik lokasi pekerjaan penyesuaian geometrik.

4
3. Lokasi Pekerjaan

Lokasi pekerjaan Peningkatan Geometrik Jalur KA untuk menunjang pembangunan


Jembatan KA BH 289 dan BH 309 terletak pada petak jalan KA Antara Blambanganumpu –
Giham Lintas Prabumulih – Tarahan, Kabupaten Waykanan, Provinsi Lampung.

Prabumulih

Lokasi
Pekerjaan

Tarahan

NO LOKASI KETERANGAN
1 BH 289 - Lengkung Eksisting No. IP 28 Km. 164+267,87 s.d 164+615,38
Km.164+640 R=400 PL= 347.511 m’sp;
- Rencana Perubahan Geometri Menjadi Km.164+271,50 s.d
164+612,80 R=380 PL= 333.578 m’sp;
Panjang kelangsaman = 278 m’sp
Total = 611,578 m’sp
- Lengkung Eksisiting No. IP 29 Km. 164+654,38 s.d 165+009,87 R=
400 PL=355.491 m’sp;
- Rencana Perubahan Geometri Menjadi Km.164+666,90 s.d
165+007,60 R=380 PL=341.023 m’sp
5
Panjang kelangsaman = 101 m’sp
Total = 442,023 m’sp

2 BH 309 - Hanya penyesuaian angkatan track sesuai dengan elevasi rencana


Km.172+147 Jembatan BH 309.
- Arah A1 Blambanganumpu 171+800 s.d 172+095 = 265 m’sp
- Arah A2 Giham 172+200 s.d 172+500 = 302 m’sp

4. Maksud dan Tujuan

a. Maksud Kegiatan

Maksud dilaksanakannya kegiatan Peningkatan Geometrik Jalur KA Untuk Menunjang


Pembangunan Jembatan KA BH 289 Dan BH 309 Antara Blambanganumpu – Giham
Lintas Prabumulih - Tarahan adalah meningkatkan kapasitas prasarana untuk mendukung
pelayanan perkeretaapian sehingga beroperasi secara maksimal dan berbanding lurus
dengan peningkatan keselamatan, keamanan, kehandalan operasi, dan pelayanan
perjalanan kereta api.

b. Tujuan Kegiatan

Tujuan dilaksanakannya kegiatan Peningkatan Geometrik Jalur KA Untuk Menunjang


Pembangunan Jembatan KA BH 289 Dan BH 309 Antara Blambanganumpu – Giham
Lintas Prabumulih - Tarahan adalah melakukan penyesuaian Geometrik Jalur KA Untuk
Menunjang Pembangunan Jembatan KA BH 289 dan BH 309 antara Blambanganumpu –
Giham Lintas Prabumulih – Tarahan berupa penyesuaian alinyemen horizontal track ke
arah hulu dan hilir Jalur KA agar elevasi jembatan BH 289 dan BH 309 sesuai dengan
elevasi jalur KA.

B. PENERIMA MANFAAT

Penerima manfaat dari kegiatan Peningkatan Geometrik Jalur KA untuk Menunjang


Pembangunan Jembatan KA BH 289 dan BH 309 Antara Blambanganumpu – Giham Lintas
Prabumulih - Tarahan adalah:
1. Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan;
2. Balai Teknik Perkeretaapian Kelas II Palembang;
3. Operator Sarana Perkeretaapian; dan

6
4. Masyarakat Pengguna Jasa Angkutan KA.

C. STRATEGI PENCAPAIAN KELUARAN

1. Metode Pelaksanaan
Peningkatan Geometrik Jalur KA untuk Menunjang Pembangunan Jembatan KA BH 289
dan BH 309 Antara Blambanganumpu – Giham Lintas Prabumulih - Tarahan dilaksanakan
dengan sistem kontraktual melalui pelelangan umum dengan lingkup pekerjaan sebagai
berikut :
I. Lokasi Jembatan KA BH 289 Blambanganumpu
a. Pekerjaan Persiapan, yang meliputi:
1) Mobilisasi dan Demobilisasi Peralatan:
a) Direksi keet, Barak Kerja dan Gudang.
b) Fasilitas Operasional Lapangan.
c) Fasilitas Alat Bantu Lapangan.
2) Pematokan;
3) Pembuatan Jalan Inspeksi Kerja.
b. Pekerjaan Sipil, yang meliputi:
1) Pekerjaan Galian (Badan Jalan KA);
2) Timbunan Tanah (Borrow Material) Termasuk Pemadatan;
3) Pekerjaan DPT (Dinding Penahan Tanah);
a) Pengadaan Mini Pile 25 x 25 L 3 m.
b) Pemancangan Mini Pile 25 x 25 L 3 m.
c) Galian Pondasi DPT.
d) Timbunan Tanah Biasa (Borrow Material) termasuk pemadatan.
e) Batu kosong 15/20.
f) Beton K.175.
g) Beton K.250.
h) Pengadaan Baja Tulangan.
i) Pemasangan Baja Tulangan.
j) Ijuk dan Pipa sulingan 2".
4) Pengadaan Saluran Beton Pracetak Tipe U 600D;
5) Pemasangan Saluran Beton Pracetak Tipe U 600D.
c. Pekerjaan Jalan KA, yang meliputi:
7
1) Pengadaan Ballast;
2) Pengadaan Subbalas Temasuk Pemadatan;
3) Angkutan Rel R.54 Dari Gudang ke Lokasi Pekerjaan dengan KA;
4) Pengangkutan Bantalan Beton dari gudang penumpukan lengkap dengan penambat
(Uk.1067);
5) Pengelasan Rel dengan Alominothermit Termasuk Bahan;
6) Penggantian Bantalan Beton;
7) Memotong Rel Bekas Bongkaran;
8) Pemasangan Rel 54 Dengan Bantalan Beton;
9) Mengebor Rel;
10) Pemasangan Plat Sambung;
11) Pergeseran Geometerik Pada Lengkung;
12) Pergeseran Geometerik Pada Lurusan;
13) Pengeceran Ballast Angkutan Dengan KA;
14) Memasukkan/Menambah Ballast;
15) Angkat Listring Rel Dengan HTT Sampai Kec.20 Km/Jam;
16) Angkat Listring Rel Dengan MTT Dan PBR;
17) Pengujian Prasarana Perkeretaapian.
d. Fasilitas Kesehatan Dan Keselamatan Kerja/ Penerapan SMKK, yang meliputi:
1) Penyiapan RKK,RKPL dan RMLLP;
2) Sosialisasi,Promosi dan Pelatihan;
3) Alat Pelindung Kerja dan Alat pelindung Diri;
4) Asuransi dan Perizinan;
5) Personil Keselamatan Konstruksi;
6) Fasilitas Sarana,Prasarana dan Alat Kesehatan;
7) Rambu dan Perlengkapan Lalu Lintas yang diperlukan atau Manajemen Lalu Lintas;
8) Konsultasi dengan Ahli Terkait Keselamatan Konstruksi;
9) Kegiatan dan Peralatan terkait dengan pengendalian Resiko Keselamatan Konstruksi,
termasuk Biaya Pengujian/Pemeriksaan Lingkungan.

II. Lokasi Jembatan KA BH 309 Giham


a. Pekerjaan Persiapan, yang meliputi:
1) Mobilisasi dan Demobilisasi Peralatan;
a) Direksi keet, Barak Kerja dan Gudang;

8
b) Fasilitas Operasional Lapangan;
c) Fasilitas Alat Bantu Lapangan.
2) Pematokan;
3) Pembuatan Jalan Inspeksi Kerja.
b. Pekerjaan Sipil, yang meliputi:
1) Pekerjaan Galian (Badan Jalan KA);
2) Timbunan Tanah (Borrow Material) Termasuk Pemadatan;
3) Pekerjaan DPT (Dinding Penahan Tanah);
a) Pengadaan Mini Pile 25 x 25 L 3 m.
b) Pemancangan Mini Pile 25 x 25 L 3 m.
c) Galian Pondasi DPT.
d) Timbunan Tanah Biasa (Borrow Material) termasuk pemadatan.
e) Batu kosong 15/20.
f) Beton K.175.
g) Beton K.250.
h) Pengadaan Baja Tulangan.
i) emasangan Baja Tulangan.
j) Ijuk dan Pipa sulingan 2".
4) Pengadaan Saluran Beton Pracetak Tipe U 600D;
5) Pemasangan Saluran Beton Pracetak Tipe U 600D.
c. Pekerjaan Jalan KA, yang meliputi:
1) Pengadaan Ballast;
2) Pengadaan Subbalas Temasuk Pemadatan;
3) Angkutan Rel R.54 Dari Gudang Ke Lokasi Pekerjaan Dengan KA;
4) Pengangkutan Bantalan Beton dari gudang penumpukan lengkap dengan penambat
(Uk.1067);
5) Pengelasan Rel Dengan Alominothermit Termasuk Bahan;
6) Penggantian Bantalan Beton;
7) Memotong Rel Bekas Bongkaran;
8) Pemasangan Rel 54 Dengan Bantalan Beton;
9) Mengebor Rel;
10) Pemasangan Plat Sambung;
11) Pengeceran Balas Angkutan Dengan KA;
12) Memasukkan/Menambah Ballast;
9
13) Angkat Listring Rel Dengan HTT Sampai Kec.20 Km/Jam;
14) Angkat Listring Rel Dengan MTT dan PBR;
15) Pengujian Prasarana Perkeretaapian.
d. Fasilitas Kesehatan Dan Keselamatan Kerja/ Penerapan SMKK, yang meliputi:
1) Penyiapan RKK,RKPL dan RMLLP;
2) Sosialisasi,Promosi dan Pelatihan;
3) Alat Pelindung Kerja dan Alat pelindung Diri;
4) Asuransi dan Perizinan;
5) Personil Keselamatan Konstruksi;
6) Fasilitas Sarana,Prasarana dan Alat Kesehatan;
7) Rambu dan Perlengkapan Lalu Lintas yang diperlukan atau Manajemen Lalu Lintas;
8) Konsultasi dengan Ahli Terkait Keselamatan Konstruksi;
9) Kegiatan dan Peralatan terkait dengan pengendalian Resiko Keselamatan
Konstruksi, termasuk Biaya Pengujian/ Pemeriksaan Lingkungan.

2. Metode Kerja Pekerjaan


Metode kerja pekerjaan Peningkatan Geometrik Jalur KA untuk Menunjang Pembangunan
Jembatan KA BH 289 dan BH 309 Antara Blambanganumpu – Giham Lintas Prabumulih –
Tarahan antara meliputi antara lain :

I. Pekerjaan Persiapan
a. Mobilisasi dan demobilisasi proyek adalah kegiatan mendatangkan ke lokasi (mobilisasi)
dan mengembalikan (demobilisasi) alat-alat proyek sesuai spesifikasi yang ditentukan
dalam dokumen persyaratan teknis dengan menggunakan alat angkutan trailer atau truck
besar menyesuaikan dengan kondisi dilapangan dengan beban jalan maksimun 8 ton;
b. Direksi keet dan gudang kerja dibuat sesuai dengan ketentuan spesifikasi teknis,
direncanakan dengan baik (site plan) dan disetujui oleh pengawas serta ditempatkan di
tempat yang aman mudah dijangkau dengan kendaraan;
c. Operasional lapangan yang harus dilengkapi oleh penyedia adalah seperti alat
komunikasi, telepon sementara, petunjuk panggilan darurat, operasional kantor
kontraktor, listrik / penerangan dan menjaga semua peralatan layanan sementara sampai
kerja permanen terinstal dan diaktifkan;
d. Fasilitas alat bantu lapangan adalah peralalatan pendukung pekerjaan yang berupa bahan
habis pakai berupa linggis, palu, gerindra, penggorek ballast, kunci inggris, tali

10
tambang/manila, gerobak dorong, lori, bendera semboyan, kunci tirepon, penpuler serta
kebutuhan lainnya sesuai dengan kondisi dilapangan;
e. Pekerjaan pematokan sebelum melaksanakan pengukuran dan pematokan juru ukur perlu
menyiapkan dokumen gambar kerja (gambar rencana, titik referensi BM dan dokumen
lainnya). Pada pengukuran dan pematokan profil penyedia harus menyediakan tenaga
ukur (surveyor), Peralatan ukur (total station/waterpass), meteran, patok kayu, pilok,
paku dan tenaga labour untuk membantu memasang patok dan memegang prisma/bak
ukur, pada pemasangan patok harus sesuai dengan koordinat gambar kerja serta di
laksanakan dengan pendampingan konsultan pengawas dan pengawalan oleh Train
Watcher (Pengawas Kereta) mengingat berada pada jalur kereta aktif yang beroperasi;
f. Pembuatan Jalan Inspeksi kerja yang digunakan untuk mobilisasi pekerja, alat berat dan
kendaraan-kendaraan proyek. Salah satu hal yang paling penting dalam merencanakan
jalan akses adalah desain geometri jalan yang sesuai dengan tingkat keamanan dan
kenyamanan serta material perkerasan yang digunakan, dalam pelaksanaannya
kontraktor harus berkoordinasi dengan stakehoulder dan masyrakat setempat agar tidak
terjadi masalah sosial dan hal- hal yang di inginkan.

II. Pekerjaan Sipil


a. Pekerjaan galian Badan Jalan KA menggunakan excavator mini pc 78/100 bucket 0.2 –
0,3 m3, lereng harus dibuat galian dengan metode bertangga dengan lebar yang cukup
sehingga alat vibro roller 2 – 3 ton yang digunakan dapat beroperasi, lereng galian harus
dijaga tetap stabil sehingga mampu menahan pekerjaan, struktur atau mesin disekitarnya;
b. Timbunan Tanah untuk pekerjaan badan jalan ka dilakukan penghamparan secara lapis –
demi lapis menggunakan excavator pc 78/100 bucket 0.2 – 0,3 m3 dengan ketebalan 30
cm dan dipadatkan dengan vibro roller 2 – 3 ton, harus serta di laksanakan dengan
pengawalan oleh Train Watcher mengingat berada pada jalur aktif yang beroperasi ;
c. Pengadaan Mini Pile 25 x 25 L 3 m (Precast) K.450 untuk pondasi bawah dinding
penahan tanah (retaining wall) dilakukan dari pabrikan dengan menaikan dengan
peralatan forklift dan angkutan truck kapasitas 8 ton serta pembongkaran dilapangan
menggunakan peralatan excavator;
d. Pemancangan Mini Pile 25 x 25 L 3 m menggunakan peralatan drop hammer dengan
kapasitas 2 – 3 ton, jarak as rel dengan as pemancangan minipile 15 meter berada dengan
ketinggian 6 sd 7 meter, dan jarak pemancangan minipile arah memanjang 90 cm dan
jarak melintang menyesuaikan lebar footing dengan jumlah 3 titik, pada saat pelaksanaan

11
pemancangan kondisi lereng badan jalan KA harus dilaksanakan pengaman shoring
menggunakan cerucuk rel/gelam dan bantalan stapling atau papan dengan penahan kayu
dolken;
e. Galian pondasi DPT dilaksanakan menggunakan excavator pc 78/100 bucket 0.2 – 0,3
m3, galian tidak di ijinkan melebihi panjang 12 meter jika belum dilaksanakan
penghamparan batu kosong (coble stone), pengecoran lantai kerja dan penyetelan
pembesian dan harus dilakukan pengamanan shoring menggunakan rel dan bantalan
stapling atau papan dengan penahan kayu dolken;
f. Batu kosong (coble stone) adalah batu bulat alami yang disusun sebagai pondasi dasar
sebelum pelaksanaan beton lantai kerja dilaksanakan, pada saat penghamparan batu
kosong kontraktor harus memastikan elevasi rencana dan ketebalan ukuran agar sesuai
dengan gambar kerja;
g. Beton k.175 dilaksanakan dengan truck mixer kapasitas 3 – 5 m3, pada saat penuangan
harus dilakukan dengan alat bantu talang cor agar supaya beton tidak tercecer dan sesuai
dengan perletakannya;
h. Beton k.250 dilaksanakan dengan truck mixer kapasitas 3 – 5 m3, pada saat penuangan
pada pile cap harus menggunakan concrete pump dan pemadatan beton menggunakan
vibrator beton agar sesuai dengan spesifikasi yang sudah ditentukan;
i. Pengadaan baja tulangan dilakukan dari pabrikan dengan menaikan dengan peralatan
forklift dan angkutan truck kapasitas 8 ton serta pembongkaran dilapangan menggunakan
peralatan excavator;
j. Pemasangan baja tulangan dilaksanakan dengan tenaga kerja yang dirakit sesuai dengan
gambar shopdrawing dan dilaksanakan dengan pengikatan antar besi dengan kawat beton
serta penyambungan dengan metode 40 d;
k. Ijuk dan Pipa sulingan 2” dipasang pada dinding penahan tanah dengan material ijuk
dan pipa sulingan yang berfungsi untuk mengalirkan air yang terjebak di dalam struktur
dinding penahan tanah;
l. Pengadaan saluran Beton Pracetak 600D dari pabrikan menaikan dengan peralatan
forklift dan angkutan truck kapasitas 8 ton serta pembongkaran dilapangan menggunakan
peralatan excavator;
m. Pemasangan saluran Beton Pracetak 600D dilaksnakan dengan menurunkan kelubang
galian menggunakan tenaga kerja yang terdiri 1 grup 4 orang dan menggunakan tambang
manila sebagai penahan pada saat menurunkan sehingga tidak terjadi benturan.

12
III. Pekerjaan Jalan KA
a. Pengadaan Ballas dari quary menaikan dengan peralatan excavator/loader dan angkutan
menggunakan gerbong type ZZOW dengan muatan 300 m3 serta pembongkaran
dilapangan langsung di lakukan pengeceran pada sisi kanan dan kiri jalan rel dibantu
dengan tenaga kerja, crew langsir dan train wather dilapangan untuk memastikan KA
dalam kondisi aman;
b. Pengadaan Sub Ballas dari quary menaikan dengan peralatan excavator/loader dan
angkutan menggunakan Truck kapasitas 3 – 5 dengan muatan 300 m3 serta
pembongkaran dilapangan langsung di lakukan pengeceran pada sisi kanan dan kiri jalan
rel dibantu dengan tenag kerja, crew langsir dan train wather dilapangan untuk
memastikan KA dalam kondisi aman;
c. Angkutan Rel 54 dari Gudang payakabung sumatera selatan dengan menaikan
menggunakan 2 unit forklift, estimasi jarak tempuh ± 300 km’sp ke lokasi pekerjaan
dengan KA (gerbong datar) 10 rangkaian dengan volume 1 kali angkutan 150 btg,
metode pembongkran dengan tenaga kerja yang di ecer pada sisi kiri dan kaan jalan rel
dengan penumpukan maksimal 4 btg, pada proses pembongkaran harus di ijinkan dengan
window time dari PT,KAI (Operator) dan wajib dilakukan pengawalan oleh personil
Crew juru langsir dan train watcher;
d. Pengangkutan bantalan beton uk.1067 dari gudang penumpukan dengan menaikan
menggunakan forklift, estimasi jarak tempuh ± 180 km’sp ke lokasi pekerjaan dengan
menggunakan truck kapasitas 8 ton, metode pembongkaran dengan tenaga kerja /
excavator pc 78/100 bucket 0.2 – 0,3 m3 kemudian setiap penumpukan di ganjal dengan
balok uk.5/7 cm;
e. Pengelasan Rel dengan Aluminothermit dilakukan untuk penyambungan tiap batang rel
dengan panjang 25 meter, tahapan pekerjaan nya pemeriksaan ujung rel yang akan dilas,
pastikan tidak ada cacat dan distorsi, sikat pada ujung rel menggunakan kawat panjang
pembersihan tidak kurang dari 200 mm, dan endapan permukaan seperti karat, minyak
dihilangkan, tempatkan penggaris baja pada sisi kedua rel pastikan rel sejajar, jarak celah
rel antara 26 – 30 mm, selanjutnya persiapan cetakan pasir, kemudian dilakukan
pemanasan menggunakan blander las lalu dipasang wadah untuk memasukan bahan
aluminothermit panaskan dengan blander las lalu tutup sampai terbakar dan meleleh,
setelah selesai bongkar cetakan pasir menggunakan linggis pada posisi sambungan
dilakukan scrap menggunakan mesian sampai permukaan rata dan tahap finisihing
dilakukan menggunakan erinda Mp 12;
13
f. Penggantian bantalan beton dilaksanakan dengan menggunakan tenaga kerja yang sudah
berpengalaman dengan metode penyisipan bantalan dengan peralatan seperti palu
bodem, penpuler serta dongkrak, pekerjaan secara terus menerus dilaksanakan sampai
dengan jumlah keseleruhan bantalan yang sudah rusak diganti dengan per tiap masing –
masing jaraknya 60 cm;
g. Memotong rel bekas bongkaran dilakukan untuk mempermudah pada saat rel di
pindahkan ke lokasi penumpukan yang disetujui oleh pengawas dan untuk pengangkutan
mengunakan truck dengan panjang pemotongan antara 7 sd 10 meter serta pengembalian
material BMN bongkaran harus di bawa ke gudang BTP Kelas II Palembang di
Payakabung;
h. Pemasangan plat sambung dilaksanakan pada jarak antara penyambungan rel memanjang
dengan jarak 300 meter, dengan perlatan yang digunakan kunci inggris, penpuler, palu
bodem, 12 bh baut pengikat plat sambung, pemotongan rel harus siku terhadap as
memanjang rel;
i. Pergeseran Geometrik pada Track Lengkung dan Track Lurusan pekerjaan ini harus
dilakukan pada saat Kereta Api tidak beroperasi (window time) harus dilindungi
semboyan 2A, 2B dan 2 C (3) atas ijin dan oleh operator setempat, khususnya pada
pekerjaan pembongkaran rel eksisting pada saat penyambungan dengan jalur baru
(shifting), peralatan pendukung yang digunakan pada saat pekerjaan mulai dari Mesin
Potong (Gerinda), linggis, palu, penggorek ballast, kunci inggris, tali tambang/manila,
gerobak dorong, lori, bendera semboyan, kunci tirepon, penpuler serta kebutuhan lainnya
sesuai dengan kondisi dilapangan;
j. Memasukan ballast ke dalam Track dilaksanakan menggunakan tenaga kerja dan
peralatan penggorek ballas sesuai dengan volume yang ditentukan;
k. Angkat Lestring Rel dengan HTT sampai dengan Kec.20 km/jam pada bantalan dan rel
yang sudah tersusun harus segera dilakukan angkatan dan listringan dengan HTT dan
ditambahkan dengan pengisian ballas secukupnya diantara bantalan maupun di ujung
bantalan sehingga dapat dilewati Kereta Api dengan aman, kedua ujung bantalan harus
dipecok secara serentak dibagian dalam dan luar rel dan harus dilakukan pada waktu
bersamaan, terlepas dari jenis ballas atau jenis mesin pemadat (Tamping Tools) yang
digunakan mesin pecok harus bekerja saling berhadapan pada simpul yang sama;
l. Angkat Lestring Rel dengan MTT dan PBR pekerjaan pemadatan akhir (Finishing) harus
mencakup segala survei dan pengukuran dilapangan yang diperlukan untuk

14
melaksanakan pekerjaan tamping agar sesuai dengan alinyemen horisontal dan vertikal
yang sudah direncakan sesuai dengan gambar kerja (shopdrawing);
m. Pengujian Prasarana Perkeretaapian (Uji pertama) dilaksanakan oleh Balai pengujian
untuk melaksanakan rancang bangun dan assesment pekerjaan konstruksi sebagai syarat
sertifikasi pekerjaan kontruksi sudah sesuai dengan Spektek DJKA tahun 2021 dan
PM.60 2012 Tentang Persyaratan Jalur dan Bangunan Kereta Api.

IV. Fasilitas Kesehatan dan Keselamatan Kerja/Penerapan SMKK


a. Penyiapan RKK, RKPL dan RMLLP penyusunan dokumen Rencana Keselamatan
Kontruksi, Rencana Kerja Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan dan Rencana
Manajemen Lalu Lintas Pekerjaan harus sesuai dengan lingkup pekerjaan dan sesuai
dengan tingkat resiko konstruksi;
b. Sosialisasi, Promosi dan Pelatihan Penerapan k3 wajib dilaksanakan sebelum dimulainya
pekerjaan berupa tools box meeting, safety induction, poster, rambu-rambu, keselamatan,
spanduk, safety line;
c. Alat pelindung Kerja dan Alat pelindung diri terdiri dari safety helmet, pelindung mata,
face shield, masker selama, pelindung telinga, sarung tangan, safety shoes, full body
harness, jaket pelampung, rompi keselamatan, apron, dan pelindung jatuh. Sedangkan
peralatan pelindung kerja antara lain jaring pengaman, tali keselamatan, penahan jatuh,
pagar pengaman, pembatas area, dan perlengkapan keselamatan bencana. Singkatnya,
perbedaan yang melekat diantara keduanya adalah ruang lingkup penggunaannya, jika
APD melekat ke tubuh pekerja, sedangkan APK digunakan disekitar tempat kerjanya
dengan tujuan yang sama yaitu mengurangi risiko kecelakaan kerja atau melindungi dari
potensi bahaya di tempat kerja;
d. Asuransi dan Perizinan untuk kelancaran pekerjaan penyedia harus mendata seluruh
pekerja yang masuk ke dalam pekerjaan untuk dapat di berikan asuransi Jamsostek dan
terdaftar resmi sebagai pekerja di dalam pekerjaan peningkatan geometrik ini;
e. Personil Keselamatan Konstruksi berperan memantau keselamatan dan kesehatan para
pekerja di lingkungan pekerja dan pemberian saran serta masukan dalam perencanaan,
proses organisir, desain tempat kerja hingga pelaksanaan kerja agar pekerja terlindungi
kesehatan dan keselamatan dirinya;
f. Fasilitas Sarana, Prasarana dan Alat Kesehatan adalah sarana dan peralatan yang
disediakan untuk memberikan pertolongan pertama saat terjadi kecelakaan atau insiden
darurat pertolongan P3K, Kotak Pertolongan P3K, Obat-obatan P3K, Alat Evakuasi

15
Tandu serta Transportasi untuk membantu dalam memindahkan korban dengan aman
dari tempat kejadian ke area pertolongan pertama atau ke fasilitas medis lebih lanjut;
g. Rambu dan Perlengkapan Lalu Lintas yang diperlukan atau Manajemen Lalu Lintas
pengaturan lalu lintas penyedia harus menyediakan perlengkapan jalan sementara dan
tenaga manajemen keselamatan untuk mengendalikan dan melindungi pekerja, dan
pengguna jalan yang melalui daerah konstruksi, termasuk sumber bahan dan rute
pengangkutan, sesuai dengan rencana detail manajemen dan keselamatan lalu lintas yang
telah disusun atau atas perintah pengawas;
h. Konsultasi dengan Ahli Terkait Keselamatan Kontruksi dalam merencanakan,
melaksanakan dan mengevaluasi penerapan SMKK di lokasi proyek agar dapat di
mitigasi potensi dan kendala pada pekerjaan konstruksi;
i. Kegiatan dan Peralatan terkait dengan Pengendalian Resiko Keselamatan Konstruksi
termasuk Biaya Pengujian/Pemeriksaan Lingkungan.

D. PERSYRATAN TEKNIS DAN KUALIFIKASI

I. PERSYARATAN TEKNIS
1. Personil Manajerial
Penyedia memiliki kemampuan menyediakan personil manajerial untuk melaksanakan
pekerjaan dengan persyaratan sebagai berikut :
a. Tenaga Pelaksana Terampil Memiliki SKK Jalan Rel Madya dengan pengalaman 2
Tahun Jenjang 5;
b. Ahli K3 Konstruksi, memiliki SKK Ahli Muda K3 Konstruksi dengan Pengalaman 3
Tahun Jenjang7.
2. Peralatan Utama
Penyedia memiliki kemampuan menyediakan peralatan utama yang dibutuhkan sesuai
dengan kapasitas dan jumlahnya untuk melaksanakan pekerjaan ini adalah sebagai berikut :

No. Jenis Alat Kapasitas Jumlah


1. Truck Mixer 3 - 5 m3 2 Unit
2. Pile Drope Hammer 2 - 3 Ton 1 Unit
3. Excavator 4 – 5 ton dan Bucket 0.1 – 0,2 m3 2 Unit
4. Multi Tie Tampe (MTT) Plasser dan Theurer Double Sleeper 1 Unit
09-32 CSM

16
5. Vibro Roller 2 – 3 ton 2 Unit
6. Hand Tie Tamper (HTT) 3-phase elektrik power 200-220 dan 2 Set
vibrations 2800/3400 min-1

Keterangan :
a. Truck mixer dibutuhkan sebanyak 2 unit dengan kapasitas 3 – 5 m3 karena
menyesuaikan kondisi jalan akses dan lokasi pengecoran yang berada di antara Jalur KA,
alat ini digunakan untuk Pengecoran Beton Lantai Kerja K.175 dan Dinding Penahan
Tanah K.250;
b. Pile Drop Hammer dibutuhkan sebanyak 1 unit dengan kapasitas 2 – 3 ton, Pile Drop
Hammer digunakan untuk pemancangan mini pile beton dengan dimensi 25 cm x 25 cm
Panjang 3 meter;
c. Excavator dibutuhkan sebanyak 2 unit dengan kapasitas berat operasional 4 – 5 ton serta
kapasitas bucket 0,1 – 0,2 m3, alat ini digunakan untuk pekerjaan pembersihan,
penggalian tanah baik saluran maupun badan jalan, dinding penahan tanah hingga
mengangkut muatan material (loading);
d. Multie Tie Tamper (MTT) dibutuhkan sebanyak 1 unit dengan kapasitas Plasser dan
Theurer Double Sleeper 09-32 CSM. Kedalaman pemecokan bisa diatur melalui kabin
pengontrol dengan satuan mm yang tentunya agar lebih presisi, alat ini digunakan untuk
pekerjaan pemadatan batu ballast, angkatan rel vertikal dan penggeseran rel horisontal;
e. Vibro Roller dibutuhkan sebanyak 2 unit dengan kapasitas berat operasional 3 – 4 ton
serta kapasitas getar max. 7 ton, alat ini digunakan untuk pekerjaan pemadatan tanah
timbunan badan Jalan KA;
f. Hand Tie Tamper dibutuhkan sebanyak 2 set. Alat ini digunakan untuk pemadatan batu
ballast secara manual sebelum dilakukan oleh MTT, kelengkapan yang diperlukan dalam
menggunakan mengoperasikan Hand Tie Tamper dengan menggunakan prinsip kerja
sistem mekanik ringan (HTT) meliputi sebagai berikut :
- Genset + tie temper lengkap dengan kabel;
- Dongkrak Angkatan;
- Mistar angkatan, benang nilon/teropong dan bak pembacaan;
- Timbangan dan kapur tulis;
- Penggorek ballas dari kawat baja;
- Palu besi;
- Kunci terepon.
17
Kondisi peralatan yang digunakan harus sesuai dengan kapasitas dan kebutuhan
dilapangan serta tidak melebihi batas maksimal alat yang sudah ditentukan.

2. Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK)


Penyedia menyampaikan rencana keselamatan konstruksi sesuai identifikasi bahaya,
membuat fakta komitmen keselamatan dan penjelasan manejemen resiko serta tindakan
keselamatan kontruksi.
No. Uraian Pekerjaan Identifikasi Bahaya Tingkat Bahaya
1. Pekerjaan Pemancangan Tertimpa Alat/Material Sedang
Minipile 25 x 25 L 3 m

II. DOKUMEN KUALIFIKASI


Penyedia memiliki kemampuan menyediakan dokumen yang dibutuhkan sesuai dengan
kualifikasi yang di persyaratkan dalam pekerjaan ini adalah sebagai berikut :
1. Peserta yang berbadan usaha harus memiliki perizinan usaha di bidang Jasa Konstruksi
NIB Berbasis Resiko dengan KBLI 42103;
2. Memiliki Sertifikat Badan Usaha (SBU) dengan Kualfikasi Usaha Kecil, serta
disyaratkan sub bidang kalsifikasi/layanan konstruksi jalan rel dengan Kode SI 003;
3. Memiliki pengalaman paling kurang 1 (satu) pengalaman pada bidang yang sama dalam
kurun waktu 4 (tahun) terakhir, baik di lingkungan pemerintah termasuk pengalaman
subkontrak;
4. Memperhatikan Sisa Kemampuan Paket (SKP), dengan ketentuan :
SKP = KP - P di mana:
KP adalah nilai Kemampuan Paket, dengan ketentuan :
a) Untuk usaha kecil, nilai kemampuan paket (KP) ditentukan sebanyak 5 (lima) paket
pekerjaan; dan
b) Untuk usaha non kecil, nilai Kemampuan Paket (KP) ditentukan sebanyak 6
(enam) atau 1,2 (satu koma dua) N.
P adalah Paket pekerjaan konstruksi yang sedang dikerjakan.
N adalah jumlah paket pekerjaan terbanyak yang dapat ditangani pada saat
bersamaan selama kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir.
5. Untuk kualifikasi Usaha Kecil yang baru berdiri kurang dari 3 (tiga) tahun:

18
a) Dalam hal penyedia belum memiliki pengalaman, dikecualikan dari ketentuan huruf i
untuk pengadaan dengan nilai paket sampai dengan paling banyak
Rp2.500.000.000,00 (dua miliar lima ratus juta rupiah).
b) Harus mempunyai 1 (satu) pengalaman pada bidang yang sama, untuk pengadaan
dengan nilai paket pekerjaan paling sedikit di atas Rp2.500.000.000,00 (dua miliar
lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp15.000.000.000,00 (lima
belas miliar rupiah).
6. Nomor NPWP dan telah memenuhi kewajiban perpajakan (SPT tahunan) Tahun Pajak
2023 dan bukti KSWP Valid;
7. Memiliki akta pendirian perusahaan dan akta perubahan perusahaan (apabila ada
perubahan);
8. Mempunyai atau mengusai tempat usaha/kantor dengan alamat yang benar, tetap dan
jelas berupa milik sendiri atau sewa;
9. Tidak masuk dalam Daftar Hitam, keikutsertaannya tidak menimbulkan pertentangan
kepentingan pihak yang terkait, tidak dalam pengawasan pengadilan, tidak pailit,
kegiatan usahanya tidak sedang dihentikan dan/atau yang bertindak untuk dan atas nama
Badan Usaha tidak sedang dalam menjalani sanksi pidana, dan pengurus/pegawai tidak
berstatus Aparatur Sipil Negara, kecuali yang bersangkutan mengambil cuti diluar
tanggungan Negara.

E. KURUN WAKTU PENCAPAIAN KELUARAN

1. Tahapan pelaksanaan
Tahapan pelaksanaan Peningkatan Geometrik Jalur KA untuk Menunjang Pembangunan
Jembatan KA BH 289 dan BH 309 Antara Blambanganumpu – Giham Lintas
Prabumulih - Tarahan, meliputi:
1) Penyusunan dokumen lelang
2) Penyampaian dokumen lelang
3) Proses pelelangan
4) Pelaksanaan Konstruksi, yang meliputi:
a) Pekerjaan Persiapan
b) Pekerjaan Sipil
c) Pekerjaan Jalan KA
d) Penerapan SMKK

19
e) Pemeriksaan dan Pengujian
f) Serah Terima Hasil Pekerjaan
g) Pelaporan dan Dokumentasi

2. Waktu Pelaksanaan
Waktu pelaksanaan kegiatan Peningkatan Geometrik Jalur KA untuk Menunjang
Pembangunan Jembatan KA BH 289 dan BH 309 Antara Blambanganumpu – Giham
Lintas Prabumulih – Tarahan adalah selama 210 (dua ratus sepuluh hari) kalender atau 7
(tujuh) bulan Tahun Anggaran 2024, matrik pelaksaan kegiatan dapat dilihat sebagai
berikut:
Tahun Anggaran 2024
N0 URAIAN KEGIATAN Bulan Ke-
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1. Penyiapan Dokumen
2. Pelelangan
3. Pelaksanaan Pekerjaan
4. Pemeriksaan dan Pengujian Pertama

5. Serah Terima Pekerjaan (BAST 1)

F. BIAYA YANG DIPERLUKAN

Total biaya HPS (Harga Perkiraan Sendiri) yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan ini
sebesar Rp. 9.706.830.000,- (Sembilan Milyar Tujuh Ratus Enam Juta Delapan Ratus Tiga
Puluh Ribu Rupiah) yang berasal dari SBSN DIPA Balai Teknik Perkeretaapian Kelas II
Palembang Tahun Anggaran 2024.

Bandar Lampung, 13 Februari 2024


DIREKTUR PRASARANA PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN
PENGEMBANGAN PERKERETAAPIAN LAMPUNG 1
PERKERETAAPIAN

WIBOWO ADI SAPUTRO


NIP. 19880728 201012 1 008
20

Anda mungkin juga menyukai