Anda di halaman 1dari 76

1.

Seorang perempuan 39 tahun datang ke poli penyakit dalam ingin berkonsultasi mengenai
hasil medical check up yang dilakukan 3 hari sebelumnya. Didapatkan hasil USG abdomen
tampak nefrokalsinosis. Hasil lab darah terdapat hiperkalsemia Ca 2+ 11.5 mg/dl (normal 8.1-
10.4 mg/dl) tanpa ditemukan peningkatan kadar ureum dan creatinin. Saat ini pasien tidak
mengeluhkan kondisi apapun. Pasien menyangkal mengkonsumsi vitamin atau obat obatan
tertentu dalam jangka waktu yang lama. Pemeriksaan selanjutnya yang disarankan pada
pasien ini adalah
a. Pemeriksaan serum protein elektroforesis
b. Pemeriksaan elektrolit urin
c. Pemeriksaan kadar vitamin D
d. Pemeriksaan kadar PTH
e. Pemeriksaan DXA
2. Seorang laki-laki 48 tahun datang ke poli penyakit dalam karena merasa otot tangan dan
kakinya nyeri. Pasien adalah seorang penderita diabetes mellitus sejak 3 tahun yang rutin
berobat dengan menggunakan insulin. Bulan lalu pasien diberikan obat atorvastatin 20
mg karena kondisi kolesterol total dan LDL yang tinggi. Dari hasil pemeriksaan
laboratorium saat ini, didapatkan peningkatan nilai Craetinin Kinase (CK) 3x nilai batas
atas normal dengan GDP pasien 107 mg/dl. Apakah sebaiknya yang anda lakukan
terhadap pasien terkait keluhannya?
a. Monitoring keluhan dan periksa ulang CK secara reguler
b. Memberikan obat NSAID dan menghentikan atorvastatin
c. Mengganti atorvastatin dengan golongan fibrat
d. Mengganti atorvastatin dengan golongan niacin
e. Menurunkan dosis atorvastatin
3. Seorang laki-laki 55 tahun datang ke poli penyakit dalam dengan keluhan myopati
proksimal dan kulit yang nampak semakin kehitaman. Keluhan nyeri otot dan kulit
kehitaman sudah sekitar 1 tahun dirasakan pasien. Pasien juga mengaku berat badan
susah turun dengan lingkar perut 102 cm. Setelah dilakukan anamnesis serta pemeriksaan
fisik, pasien dicurigai menderita cushing syndrome. Dokter kemudian melakukan
pemeriksaan
lab dan didapatkan hipokalemia dengan alkalosis metabolik. Pernyataan yang benar
terkait kelainan pasien diatas adalah?
a. Kadar ACTH dalam sirkulasi kemungkinan meningkat
b. Kadar kalium serum dibawah 3.3 mmol/L menunjukkan adanya produksi ACTH
ektopik
c. Indikasi untuk pemeriksaan darah dari sinus petrosus inferior
d. MRI hipofisis akan menunjukkan semua lesi ACTH-secreting tumors
e. Kadar ACTH basal kemungkinan rendah
4. Seorang wanita usia 23 tahun datang berobat ke dokter penyakit dalam diantar oleh
keluarganya dengan membawa rujukan dari dokter kandungan karena gula darahnya yang
meningkat sejak akhir kehamilan. Pasien sudah melahirkan 3 hari yang lalu dengan
persalinan sectio caesaria atas indikasi partus yang lama. Berat badan bayi saat dilahirkan
adalah 3900 gram. Dari pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital TD 90/60 mmHg, HR
92 x/menit, RR 16 x/menit, Suhu 36,6 C. Pemeriksaan fisik lain dalam batas normal.
Dari pemeriksaan laboratorium didapatkan GDS 206 mg/dl. Pasien menyangkal memiliki
riwayat sakit kencing manis sebelumnya. Namun, ayah pasien memiliki riwayat kencing
manis sejak lama. Pemeriksaan TTGO sebagai skrining prediabetes atau diabetes pada
pasien paling cepat dilakukan pada
a. 1 minggu setelah persalinan
b. 2 minggu setelah persalinan
c. 4 minggu setelah persalinan
d. 6 minggu setelah persalinan
e. 8 minggu setelah persalinan
5. Seorang wanita 55 tahun rujukan dari dokter puskesmas dengan diagnosa DM tipe 2 dan
gagal jantung. Pasien sudah 6 tahun terdiagnosa DM dan rutin berobat dengan metformin
3x500 mg dan glimepiride 1x2 mg. Saat diperiksa di poli penyakit dalam, didapatkan
pemeriksaan tanda vital TD 130/100 mmHg, HR 92 x/menit, RR 22 x/menit, Suhu 36,6
C. Hasil laboratorium didapatkan GDS 186 mg/dl dan HbA1C 7,5%. Dokter berencana
melakukan pemeriksaan echocardiography serta memberikan tambahan obat golongan
SGLT-2 inhibitor kepada pasien. Berikut ini pertimbangan yang sesuai terkait pemberian
obat SGLT-2 inhibitor kepada pasien adalah?
a. Risiko terjadinya pneumonia meningkat pada pasien dengan pengobatan SGLT-2
inhibitor
b. SGLT-2 inhibitor diberikan hanya pada pasien dengan HFrEF
c. Risiko ketoasidosis meningkat pada pasien yang mengkonsumsi obat SGLT-2
inhibitor
d. SGLT-2 inhibitor dapat diberikan secara aman pada pasien dengan CKD stage 5
e. SGLT-2 inhibitor termasuk golongan obat incretin mimetic based
6. Wanita 58 tahun datang ke klinik Poli Penyakit Dalam rujukan dari dokter bedah karena
keluhan lemas, kebas dan kesemutan pada kedua tungkai sejak 1 minggu terakhir. Pasien
mengaku menjalani operasi pengangkatan tiroid kiri pada 3 minggu yang lalu. Pasien juga
mengeluh sulit BAB dan tampak lemah. Pada pemeriksaan fisik ditemukan TD 100/60,
nadi 52x/menit, RR 20x/m, suhu 36,8 C. Pasien rutin mengkonsumsi levotiroksin 1x100
mcg setelah operasi tiroid. Hasil PA tiroid didapatkan folikel colloid disertai dengan
infiltasi limfosit dan tidak ditemukan tanda ganas. Pemeriksaan selanjutnya yang
disarankan untuk pasien adalah
a. TSH dan Calcium
b. TSH dan FT4
c. PTH dan Calcium
d. FT4 dan Calcium
e. Calcitonin dan Calcium
7. Wanita 57 tahun datang ke poli klinik penyakit dalam rujukan dokter umum dengan
keluhan terdapat benjolan di lehernya. Pasien mengaku tidak mengetahui pasti awal
munculnya benjolan. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan TD 140/90 mmHg, N 92x/m,
RR 18x/m, S 36,3 C. Dari hasil lab didapatkan FT4 10,2 ng/dl (normal) dan TSH 1,2
ng/dl (normal). Hasil pemeriksaan USG leher didpatkan massa di tiroid sinistra sesuai
TIRADS 3 dengan ukuran 1,54 cm x 1,69 cm x 2,4 cm. Langkah selanjutnya yang tepat
pada pasien adalah
a. Melakukan pemeriksaan aspirasi jarum halus
b. Melakukan pemeriksaan core biopsi
c. Observasi
d. Konsul ke ts bedah onkologi
e. CT atau MRI dengan kontras
8. Seorang wanita 43 tahun diantar ke IGD oleh keluarganya karena penurunan kesadaran
sejak 2 jam SMRS. Menurut keluarga pasien sempat demam dan batuk sejak 5 hari yang
lalu dengan disertai sesak napas yang semakin memberat. Dari hasil pemeriksaan fisik
didapatkan kesadaran E3M4V3, TD 150/90 mmHg, N 124x/m, RR 28x/m, S 38,3 C. Pada
pasien terdapat pembesaran di leher yang difus serta konsistensi keras. Pemeriksaan
jantung ditemukan atrial fibrilasi Dari hasil lab didapatkan bahwa Hb 12,4 g/dl, leukosit
17.300 /uL, Trombosit 341.000 /uL, TSH < 0.01 IU/ml, FT4 33 mg/dl. Terapi yang tepat
pada pasien adalah
a. PTU, steroid dan lugol
b. PTU, lugol dan propranolol
c. Methimazole, steroid dan lugol
d. Methimazole, lugol, steroid dan propranolol
e. PTU, lugol, steroid dan propranolol
9. Seorang wanita 34 tahun telah didiagnosa mengalami penyakit Graves sejak 3 tahun ini.
Saat ini pasien datang ke poli Penyakit Dalam untuk kontrol rutin. Pasien saat ini tidak
ada keluhan. Sebelum mendapat pengobatan, pasien mengaku sering merasa berdebar,
berkeringat dan berat badan susah naik namun keluhan tersebut saat ini sudah tidak
dirasakan. Obat yang rutin diminum pasien saat ini adalah tiamazole 1x10 mg dan
propranolol 2x10 mg. Pasien mengaku saat ini hamil 10 minggu. Hasil pemeriksaan lab
bulan lalu didapatkan FT4 10,2 ng/dl (normal) dan TSH 1,2 ng/dl (normal). Tatalaksana
yang sesuai pada pasien adalah
a. Terapi diteruskan karena sudah terkontrol dengan baik
b. Propranolol dihentikan dan tiamazole diteruskan
c. Propranolol diganti dengan atenolol dan tiamazole diteruskan
d. Propranolol diganti dengan atenolol dan tiamazole diganti dengan PTU
e. Propranolol dihentikan dan tiamazole diganti dengan PTU
10. Seorang perempuan berusia 37 tahun datang ke poli penyakit dalam karena rujukan dari
dokter spesialis kandungan. Pasien adalah seorang penyandang diabetes mellitus tipe 2
sejak 5 tahun yang lalu dan tidak rutin berobat. Saat ini adalah kehamilan pasien yang
ketiga dengan usia kehamila 16 minggu. Pemeriksaan tanda vital TD 110/90 mmgHg, HR
108 x/m, RR 20x/m, suhu pasien 36,4 C. Hasil lab GD2PP 293 mg/dl, GDP 187 mg/dl,
dan HbA1c 10.6 %. Persalinan pertama berjalan normal dengan BB janin 2,9 kg dan
persalinan kedua dengan penyulit karena BB janin 4,2 kg. Berikut ini yang merupakan
rekomendasi terapi pada pasien adalah
a. Insulin aspart dan glargine
b. Insulin aspart saja
c. Insulin lispro saja
d. Insulin aspart dan detemir
e. Insulin aspart dan lispro
11. Seorang pasien 33 tahun dengan kehamilan kedua datang ke poli penyakit dalam karena
rujukan dari dokter spesialis kandungan. Usia kehamilan saat ini adalah 26 minggu.
Pasien dirujuk karena didapatkan hasil gula darah sewaktu pasien sebesar 208 mg/dl.
Pasien mengaku tidak memiliki riwayat diabetes mellitus, namun ibu pasien menderita
diabetes mellitus yang tidak terkontrol. Pada persalinan yang pertama juga tidak
ditemukan komplikasi persalinan. Anak pertama lahir normal dengan berat badan 3600
gram. Saran yang dilakukan oleh dokter pada pasien adalah
a. Dilakukan pemeriksaan tes toleransi glukosa oral
b. Diberikan pengobatan insulin
c. Diberikan obat penurun gula darah
d. Dilakukan pemeriksaan glukosa darah puasa saat usia kehamilan 32 minggu
e. Menyarankan pasien untuk menjaga pola makan
12. Seorang perempuan berusia 61 tahun (BB 81 kg, Tb 155cm, tidak pernah berolahraga,
memiliki riwayat riwayat hematemesis akbiat gastropati NSAID dalam pengobatan sejak
2 bulan yang lalu) datang ke klinik Anda mengeluhkan riwayat 4 tahun nyeri lutut di
medial bilateral, 6 bulan lalu muncul nyeri pinggul makin lama makin memburuk. Nyeri
memburuk dengan olahraga , membaik dengan istirahat. Saat ditanya, dia mengalami
kekakuan pagi hari yang berlangsung kurang dari 30 menit di kedua lututnya. Pasien
tidak mengeluh adanya keluhan nyeri hebat yang hilang timbul dibeberapa sendi lainnya.
Dia telah mencoba sendiri minum Paracetamol, hingga 1000 mg tiga kali sehari, tanpa
perbaikan, Pasien rutin mengkonsumsi aspirin 80 mg/hari, Ramipril 5 mg 1x1,
Atorvastatin 20 mg 1x1. Pemeriksaan fisik obese. Pinggul bilateralnya ROM terbatas
pada rotasi internal 12 derajat dan fleksi 90 derajat. Dia mengalami pembesaran tulang di
kedua lututnya dan efusi ringan. Dia mengalami pembesaran tulang pada sendi
carpometacarpal pertama bilateral dan dua sendi interphalangeal distal bilateral tidak
ditemukan efusi. Tatalaksana untuk OA yang dapat diberikan kepada pasien diatas
adalah
a. Naikkan dosis Paracetamol hingga maksimun 6 gram /hari
b. Berikan Naproxen dan omeperazole
c. berikan natrium diklofenak dosis rendah dan omeperasole
d. Tambahkan duloxetine dan NSAID
e. berikan celexocib dosis rendah dan omeperazole
13. Seorang wanita dengan usia 78 tahun datang ke Poliklinik Anda dengan keluhan 1 tahun
ini muncul nyeri distal interphalangeal (DIP) yang terus memburuk di jari telunjuk, jari
tengah kedua tangan. Pasien merasakan beberapa adanya pembengkakan, panas, dan
hangat pada lokasi nyeri. Pasien mengalami kaku sendi dengan durasi sekitar 45 menit
setiap pagi, dan kemudian muncul rasa sakit saat digerakkan. Pasien tidak memiliki
riwayat sakit psoriasis, keluarga psoriasis, ankylosing spondylitis, atau colitis. Pasien
dalam pengobatan metoprolol, lisinorpil untuk kondisi gagal jantungnya. Pada
pemeriksaan fisik hanya ditemukan pembengkakan, rasa hangat dan panas ringan
padajari telunjuk, jari tengah DIP bilateral. Pasien mengalami penyempitan ruang sendi,
keterbatasan ROM dan deviasi ke lateral phalanx distal bilateral. Pilihan Terapi yang
paling tepat pada pasien diatas adalah?
A. Paracetamol dosis 6g/24 jam
B. Paracetamol + Omeperazole
C. Celecoxib
D. Celexoxib rendah + omeperazole
E. tidak perlu diberikan terapi farmakologis
14. Seorang pria berusia 60 tahun datang ke Klinik Anda terdiagnosa dengan seropositif
artritis reumatoid. Pasien saat ini menggunakan metotreksat 20 mg/pekan. Dia
mengeluh sakit yang semakin parah dan bengkak di pergelangan tangan, tangan, dan
kakinya. Pada pemeriksaan fisik didapatkan pembengkaka dan sinovitis pada MCP
dan MTP-nya dan ruam yang menyakitkan dengan lepuh yang terletak di perutnya
terkait dengan herpes zoster. Anda berencana untuk meningkatkan terapi dan
menambahkan agen DMARDs lainya. Manakah dari obat berikut yang memberikan
risiko tertinggi untuk herpes zoster?
A. Leflunomide
B. Sulfasalazine
C. Anakinra
D. Metotrexate
E. Etanercept
15. Seorang laki-laki 36 tahun datang dengan keluhan kaku di leher sejak 3 bulan yang
lalu dan riwayat nyeri di pinggang dan kaku sejak 4 tahun yang lalu, nyeri terutama
pada pagi hari, membaik dengan pergerakan, terjadi perlahan-lahan dan tidak ada
riwayat trauma sebelumnya. Pada pemeriksaan terdapat keterbatasan pada rotasi leher
ke kiri maupun ke kanan, dan juga terdapat keterbatasan saat membungkuk. Menurut
Kriteria ASAS 2010 memenuhi kriteria SpA apabila?
A. Nyeri pinggang >3 Bulan (dengan atau tanpa manifestasi perifer), awitan usia
pasien <45 tahun, Sakroililtis, Uveutis, CRP meningkat
B. Nyeri pinggang >3 Bulan (dengan atau tanpa manifestasi perifer), awitan usia
pasien <45 tahun, HLA-B27 +, Uveutis
C. Nyeri pinggang >6 Minggu (dengan atau tanpa manifestasi perifer), awitan usia
pasien <45 tahun, Sakroililtis, Uveutis, CRP meningkat
D. Nyeri pinggang >6 Minggu (dengan atau tanpa manifestasi perifer), awitan usia
pasien <45 tahun, HLA-B27 +, Uveutis
E. Nyeri pinggang <3 Bulan (dengan atau tanpa manifestasi perifer), awitan usia
pasien <45 tahun, HLA-B27 +, Uveutis
16. Seorang laki-laki 27 tahun datang dengan keluhan kaku di leher sejak 3 bulan yang
lalu dan riwayat nyeri di pinggang dan kaku sejak 4 tahun yang lalu, nyeri terutama
pada pagi hari, membaik dengan pergerakan, terjadi perlahan-lahan dan tidak ada
riwayat trauma sebelumnya. Pada pemeriksaan terdapat keterbatasan pada rotasi leher
ke kiri maupun ke kanan, dan juga terdapat keterbatasan saat membungkuk. terdapat
nyeri di beberapa sendi besar yang disertai rasa hangat. Kemudian pasien dilakukan
Pemeriksaan Ro Panggul didapatkan gambaran seperti dibawah
Pasien sudah mengkonsumis Ibuproen 4x600mg, tetapi pasien masih mengeluhkan
nyeri. Terapi apa yang paling tepat pada pasien ini?
A. Secukinumab
B. Cyclosporin
C. MMF
D. Kortikosteroid Pulse Dose
E. MTX
17. Seorang perempuan berusia 32 tahun, datang dengan keluhan nyeri dan bengkak di
sendi sendi kedua tangannya, kadang-kadang disertai kaku, yang sudah dirasakan
selama 12 bulan. Pasien juga sering mengalami kejadian berupa ujungujung jari
berubah warna menjadi pucat dan nyeri setiap terpapar sesuatu yang dingin, seperti
saat mencuci, yang sudah dirasakan sejak berusia 29 tahun. Akhir-akhir ini pasien
juga mengeluh sesak napas saat beraktivitas berat. Pada pemeriksaan fisis didapatkan
edema di seluruh jari-jari tangan, kulit teraba menebal. Pada ujung jari-jari terlihat
adanya bekas lukaluka kecil dan sidik jari sudah tidak tampak jelas. Pada daerah
wajah didapatkan kulit yang terlihat kencang, mengeras, dan sulit dicubit, disertai
adanya telangektesia di daerah pipi. Hasil laboratorium: Hb 11 g/dL, leukosit 7.200 /
uL, trombosit 350.000/uL, LED 70 mm/jam. Pemeriksan Penunjang Apa yang
mendukung penegakkan diagnosis pada pasien tersebut?
A. Anti ds DNA positif
B. Anticentromere Negatif
C. Anti Scl 70 Negatif
D. Antitopoisomerase I positif
E. Anti CCP postif
18. Seorang laki-laki 32 tahun, datang dengan keluhan nyeri dan bengkak di sendi-sendi
kedua tangannya, kadang-kadang disertai kaku, yang sudah dirasakan selama 12
bulan. Pasien juga sering mengalami kejadian berupa ujungujung jari berubah warna
menjadi pucat dan nyeri setiap terpapar sesuatu yang dingin, seperti saat mencuci,
yang sudah dirasakan sejak berusia 25 tahun. 1 Bulan lalu pasien mengeluhkan
adanya luka yang menggerowong di jari manis
tangan kanan, luka tidak sembuh sembuh. Akhir-akhir ini pasien juga mengeluh sesak
napas saat beraktivitas berat. Pada pemeriksaan fisis didapatkan edema di seluruh jari-
jari tangan, kulit teraba menebal. Pada ujung jari-jari terlihat adanya bekas lukaluka
kecil dan sidik jari sudah tidak tampak jelas. Pada daerah wajah didapatkan kulit yang
terlihat kencang, mengeras, dan sulit dicubit, disertai adanya telangektesia di daerah
pipi. Hasil laboratorium: Hb 13 g/dL, leukosit 8.200 / uL, trombosit 400.000/uL, LED
76 mm/jam, anti centromere positif, Anti Scl 70 positif. Berikut Merupakan faktor
yang berhubugan dengan kejadian dan progresifitas SSc-PPI
A. Wanita
B. Fibrosis Kulit yang intermitten
C. FVC turun lebih dari 15 %
D. Anti-NOR90 Negatif
E. Ulkus Digiti
19. Seorang laki-laki 52 tahun, datang ke Instalasi Gawat Darurat dipapah keluarganya
karena tidak bisa berjalan akibat nyeri hebat dan bengkak di jempol kaki kiri yang
berlangsung sejak 3 jam yang lalu. Keluhan mendadak setelah sore harinya makan
emping melinjo 1 toples. Sebulan yang lalu dia mengalami keluhan yang sama di ibu
jari kaki kanannya. Keluhan demam tinggi disangkal. Pasien tidak memiliki riwayat
kencing batu. Ayah pasien memiliki riwayat penyakit asam urat tinggi. Paisen dalam
pengobatan rutin ramipril 5 mg, Pemeriksaan fisis didapatkan VAS 8/10, adanya
pembengkakan pada jempol kaki kiri, kemerahan dan teraba hangat, lingkup gerak
sendi terbatas. Pada telinga didapatkan tofus Hasil laboratorium: asam urat serum 11
mg/dL, ureum 63 mg/dL, kreatinin 3 mg/dL, LED 50 mm/jam, leukosit 11.000/uL.

Tatalaksana yang tepat pada pasien diatas adalah


A. Kolkisin 1 mg, dilanjutkan 0.5 mg 24 jam kemudian dan 0,5 mg/24 jam selama
3 bulan B. Kolkisin 1 mg tebagi menjadi 2 dosis pada jam pertama, dilanjutkan 0,5
mg/24 jam selama 3 minggu
C. Kolkisin 1 mg, dilanjutkan 0,5 mg pada 1 jam kemudian, dan dilanjutkan 0,5
mg/24 jam selama 3 bulan
D. Kolkisin 0,5 mg, ddilanjutkan 0,5 mg setiap 2 hari selama 16 hari
E. Kolkisin 0,5 mg, dilanjutkan 0,5 mg setiap 2 hari selama 3 bulan
20. Seorang perempuan usia 35 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan nyeri pada
persendian yang sudah dirasakan selama kurang lebih 3 bulan. Pemeriksaan fisis
didapatkan pembengkakan dan nyeri tekan pada sendi interfalang proksimal (PIP) II
sampai V kanan dan kiri, sendi metakarpofalang (MCP) II sampai V kanan dan kiri,
pergelangan tangan kanan dan kiri dan sendi lutut kanan dan kiri. Hasil laboratorium:
hemoglobin 11,5 gr/dL, leukosit 8.000/uL, Trombosit 260.000/uL, laju endap darah
(LED) 80 mm/jam Anti CCP +. Berikut yang bukan merupakan manifestasi extra
artikuler yang mungkin muncul pada pasien diatas?
A. Blefaritis Kronik, endokarditis, LGL syndrome
B. Miositis, episkleritis, Fenomena Raynoud
C. Amiloidosis sekunder, Neuropati Entrapment
D. Sariawan, Konjuntivitis vernal, Meniere Syndrome
E. Syndroma Sjogen Sekunder, Anemia Hemolitik, Caplan Syndrome

21. Seorang wanita 73 tahun dibawa keluarganya ke IGD karena tidak bisa dibangunkan sejak
2 jam yang lalu. Awalnya sejak 2 hari yang lalu pasien sulit diajak berkomunikasi. Pasien
memiliki riwayat diabetes mellitus dan hipertensi sejak 15 tahun yang lalu. Berat badan
pasien turun dari 4 kg dalam 2 bulan terakhir, IMT 18 kg/m2, Terapi rutin sebelumnya
diberikan glimepirid 1x1 mg, metformin 2x500mg, amlodipin 1x10 mg, Ramipril 1x5 mg,
dan alparazolam 1x0,5mg. Obat-obatan yang berhubungan dengan sindrom gagal pulih
adalah:
a. Amlodipin
b. Metformin
c. Glimepirid
d. Alprazolam
e. Ramipril

22.Laki-laki berusia 66 tahun datang ke poliklinik untuk berkonsultasi. Malam sebelumnya,


pasien memukul istrinya saat sedang tidur. Saat dibangunkan oleh istrinya, pasien
mengingat sedang memukul penjahat dalam mimpinya. Menurut istrinya, pasien memiliki
riwayat mengorok sejak lama, namun tidak ada riwayat berhenti napas saat tidur. Saat tidur
pasien juga sering berbicara sendiri, dan pernah berjalan ke kamar mandi. Tidak ada
riwayat depresi. Pasien minum obat darah tinggi sejak 15 tahun lalu. Tidak ada riwayat
gangguan tidur dalam keluarga. Pemeriksaan fisik dalam batas normal. Terapi pilihan yang
dapat diberikan pada pasien adalah:
a. Calcitriol
b. Benzodiazepin
c. MAO inhibitor
d. Antidepresan
e. Antimuskarinik

23. Seorang laki-laki 68 tahun datang ke poliklinik penyakit dalam dengan keluhan berkemih
tidak puas sehingga harus mengedan dan pancaran air kemih yang lemah. Pasien mengaku
tidak ada keluhan nyeri pinggang ataupun demam. Pasien sudah mengalami hal ini sejak 6
bulan yang lalu. Pasien menyangkal ada riwayat DM, stroke, keganasan, ataupun ISK
berulang. Prostat teraba membesar pada pemeriksaan colok dubur. PSA 6 ng/ml. Indeks
gejala AUA sebesar 7. Uji diagnostik lanjutan untuk pasien ini adalah :
a. Uroflowmetri
b. Urodinamika
c. USG prostat
d. Observasi
e. Urinalisis

24. Seorang laki-laki 72 tahun dibawa ke IGD oleh keluarganya karena semakin lemah dan
tidak bertenaga. Pasien mengalami stroke 3 minggu yang lalu dan sejak saat itu setiap hari
hanya berbaring ditempat tidur. Pasien juga tidak bisa makan dan minum mandiri. Pasien
memiliki riwayat OA genu sejak 6 tahun lalu dan sering mengeluhkan nyeri saat berjalan.
Pasien juga menderita demensia sehingga takut untuk pergi sendiri sejak 2 tahun terakhir.
Penyebab utama imobilitas pasa pasien ini adalah
a. Gangguan akibat nyeri
b. Deconditioning
c. Gangguan fungsi kognitif
d. Gangguan vestibuloserebral
e. Gangguan kecemasan

25. Seorang wanita 71 tahun dibawa keluarga ke IGD karena sulit untuk diajak berkomunikasi
sejak pagi ini. Pasien mengalami demam tinggi dan batuk selama 3 hari. Sejak 3 bulan
terakhir pasien hanya berbaring ditempat tidur. Pasien pernah menjalani operasi patah
tulang akibat jatuh di kamar mandi 6 bulan yang lalu karena osteoporosis yang
dideritanya. Setelah menjalani operasi pasien sudah dapat berjalan seperti biasa. Sebelum
menjalani operasi pasien sudah sering lupa, pasien sulit membedakan siang dan malam.
Pasien mendapat obat dari dokter yang merawatnya sebanyak 6 obat, tetapi keluarga
pasien tidak ingat nama obat tersebut. Akhir-akhir ini pasien sering murung dan merasa
sedih hingga menangis sendiri. Pasien selama ini tidak selera makan dan hanya makan
sebanyak 5 suap per kali makan bahkan sering memuntahkan makanannya. Dari
pemeriksaan saat datang ke IGD pasien sulit diajak berkomunikasi, ditemukan adanya
ulkus decubitus grade I di daerah punggung, dan ektremitas dalam batas normal. Faktor
risiko yang paling sering menyebabkan imobilitas pada pasien geriatri adalah?
a. Polifarmasi
b. Demensia dan depresi
c. Osteoporosis
d. Infeksi
e. Inanition

26. Wanita usia 70 tahun dengan Diabetes Mellitus tipe 2 dengan nefropati diabetikum kontrol
pasca rawat inap akibat pneumonia ke Poliklinik Terpadu Geriatri dan mengeluhkan
hilangnya berat badan sekitar 5 kg dalam 1 bulan terakhir, berat awal 49 kg. GDS 185
mg/dl, Kreatinin 1,5mg/dL, eGFR 34.9 mL/menit/1.73 m 2). Bioimpedance analysis (BIA)
massa otot sebesar 5.5 kg/m2 (cut off <5.7 kg/m2), kekuatan genggam tangan 15 kg (cut off
<18 kg), kecepatan uji jalan 6 meter 0.9 meter/detik (cut off < 0.8 meter/detik). Pernyataan
yang paling tepat terkait dengan diagnosis pasien tersebut adalah:
a. Hormonal replacement therapy terbukti paling baik untuk mencegah kehilangan massa
otot lebih lanjut karena proses menua mengakibatkan disregulasi neurohormonal b.
Penurunan kapasitas fungsional menunjukkan penurunan total energy expenditure c. Kadar
kreatinin pasien tidak menggambarkan penurunan massa otot pada pasien gangguan ginjal
d. Penurunan massa otot pada pasien tersebut akibat peningkatan katabolisme protein
meski sintesis protein normal
e. Pilar utama penatalaksanaan berupa suplementasi nutrisi dan aktivitas fisik

27.Pria 69 tahun, yang baru menjalani masa pensiun 4 tahun terakhir, berobat ke puskesmas
karena keluhan sering sakit kepala, tidur terganggu, sering terbangun, merasa sepi di rumah,
kawan jarang yang datang, dan anak-anaknya jarang menengok karena jauh di luar kota.
Pasien seharian hanya dirumah dan malas untuk beraktivitas. Keluhan lainnya kurang nafsu
makan, buang air kecil (BAK) tidak lancar, namun tidak pernah merasa demam. Pasien
memiliki riwayat tekanan darah tinggi dan pernah dirawat karena serangan jantung 6 tahun
yang lalu. Oleh dokter puskesmas pasien diberikan obat Amitriptilin 2 x 25 mg, amlodipin
1x10 mg, dan parasetamol 3x500 mg. Lima hari setelah dari puskesmas pasien datang kepada
saudara karena keluhan BAK semakin tersendat dan mulut terasa kering. Masalah pada pasien
tersebut di atas adalah :
a. Depresi dan mengalami gejala efek samping dari amitriptilin
b. Gangguan cemas menyeluruh dan mengalami gejala efek samping dari amlodipin c.
Gangguan cemas menyeluruh dan mengalami gejala efek samping dari amitriptilin d.
Gangguan cemas disertai episode depresi dan mengalami gejala efek samping dari
amlodipin
e. Gangguan penyesuaian dengan efek depresi dan perburukan gejala pembesaran prostat
jinak.

28. Perempuan berusia 65 tahun dirawat di rumah sakit akibat stroke selama 4 hari. Pasien
telah dikonsultasikan kepada dokter penyakit dalam karena memiliki riwayat diabetes
mellitus dan hipertensi yang tidak terkontrol sejak 10 tahun terakhir. Saat awal masuk
rumah sakit didapatkan kekuatan motorik ekstremitas sisi kanan bernilai 2 serta terdapat
parese nervus VII, IX, X dan XII. Pasca perawatan rumah sakit, pasien harus
menggunakan kursi roda untuk mobilisasi dan sementara menggunakan selang
nasogastric tube (NGT) untuk makan. Pasien rutin menjalani fisioterapi dan speech
therapy. Pasien tidak dapat lagi bekerja sebagai penjual sayur. .Handicap yang terjadi
pada pasien adalah :
a. Hemiparesis dekstra
b. Diabetes mellitus dan hipertensi
c. Gangguan menelan, bicara dan berjalan.
d. Harus menggunakan kursi roda dan NGT
e. Tidak dapat bekerja sebagai penjual sayur

29. Seorang laki-laki usia 70 tahun dibawa keluarga ke poliklinik penyakit dalam karena sudah
3 minggu sering kencing di luar toilet. Pasien juga mengatakan sering merasa sulit
menahan kencing pada tengah malam. Keluarga mengatakan pasien masih bisa berjalan
kaki sendiri dari kamar ke toilet sehari-harinya. Pasien tidak mengeluhkan nyeri lutut
ataupun sakit pada kakinya. Keluarga pasien mengakui bahwa pasien rutin berobat ke
puskesmas akibat sakit kencing manis. Pada pemeriksaan fisik didapatkan kondisi umum
kompos mentis, TD 140/80 Nadi 88x/menit, suhu 36.2 dan RR 20x/menit. Hasil lab GDS
215 mg/dl. Intervensi yang paling tepat dilakukan untuk pasien adalah
a. Latihan kegel
b. Bladder training
c. Manipulasi lingkungan
d. Pemberian insulin long acting
e. Pemberian pads setiap malam

30. Pasien perempuan 24 tahun, Hamil 30 minggu, berencana akan ke Papua menemani
suaminya yang bertugas selama 1 tahun di Papua. Berikut adalah upaya pencegahan
terhadap terjadinya infeksi malaria kehamilan
A. klorokuin 250 mg setiap hari mulai pada trimester III sampain saat akan
melahirkan B. klorokuin 250 mg setiap pekan mulai pada trimester III sampain saat
akan melahirkan C. klorokuin 250 mg setiap hari mulai pada trimester III sampain 1
bulan setelah melahirkan D. klorokuin 250 mg setiap pekan mulai pada trimester III
sampain 1 bulan setelah melahirkan
E. klorokuin 250 mg setiap hari mulai pada trimester III sampain 3 bulan setelah
melahirkan

31. Pasien Laki laki usia 35 tahun, berencana ke Mesir untuk kunjungan kerja selama satu
bulan. pasien saat ini dalam kondisi sehat. Pasien dalam pengobatan hepatitis B, vaksinasi
yang disaran kan untuk pasien adalah
A. Typoid, meningitis, influenza
B. Typeid, Hepatitis B, Yellowfever
C. Typoid, Influenza, YellowFever
D. Typoid, Hepatitis A, YellowFever
E. Typoid, Kolera, Yellow Fever

32. Seorang wanita usia 36 tahun, datang dengan penurunan kesadaran sejak 2 hari, diketahui
riwayat perjalanan ke Nusatenggara, sebelumnya ada keluhan demam sejak 3 hari. Pasien
sedang hamil 22 minggu. Berat Badan 50 kg Tinggi Badan 155 cm. Pemeriksaan Vital
SIgn TD 150/80 Nadi 124x/menit, Rerspirasi Rater 22x/menit Suhu 38,5 Celcius. Dari
hasil pemeriksaan lab Hb 9.2 mg/dL, Leukosit 4700, Trombosit 110.000, ditemukan
Plasmodium falciparum dari hapusan darah tepi. Pilihan terapi yang tepat untuk pasien
tersebut adalah….
A. Artesunat 120 mg jam ke 0,12,24 dan dilanjutkan 120 mg/24jam hingga sadar
diganti dengan dengan tablet arsesunat 100mg hingga hari ke-7
B. Artesunat 125 mg jam ke 0,12,24 dan dilanjutkan 125 mg/24jam hingga sadar
diganti dengan dengan tablet arsesunat 100mg hingga hari ke-7
C. Artesunat 125 mg jam ke 0,6, 12,,24 dan dilanjutkan 125 mg/24jam hingga sadar
diganti dengan dengan tablet arsesunat 100mg hingga hari ke-14
D. Artesunat 120 mg jam ke 0,6,12,24 dan dilanjutkan 120 mg/24jam hingga sadar
diganti dengan dengan tablet arsesunat 100mg hingga hari ke-7
E. Artesunat 120 mg jam ke 0,12,24 dan dilanjutkan 120 mg/24jam hingga sadar
diganti dengan dengan tablet arsesunat 100mg hingga hari ke-14

33. Wanita 23 tahun yang merupakan pengguna NAPZA suntk, datang dengan tempat
suntikan yang terinfeksi di pangkal paha kiri.. Pasien dalam kondisi syok septik dan
memerlukan inotropik serta resusitasi cairan yang agresif. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan pangkal paha kiri berwarna merah, panas, dan ditandai dengan edema
lokal di sekitar lesi nekrotik sentral. Pasien kemudian dilakukan debridement dan
kemudian dipindahkan ke ICU. Hasil pengecatan gram didapatkan adanya basil
gram positif khas Bacillus anthracis. Berikut merupakan patogenesis
A. Spora yang masuk ke kulit, berubah bentuk vegetatif, mengeluarkan exotoxin
dan material antifagositik, edema dan nekrosis jaringan
B. Spora yang masuk ke kulit, berubah bentuk aktif, mengeluarkan
exotoxin dan material antifagositik, edema dan nekrosis jaringan
C. Spora yang masuk ke kulit, berubah bentuk vegetatif, mengeluarkan
endotoxin dan material antifagositik, edema dan nekrosis jaringan
D. Spora yang masuk ke kulit, berubah bentuk vegetatif, mengeluarkan exotoxin
dan material antifagositik, merusak makrofag dan menyebar melalui aliaran darah E.
Spora yang masuk ke kulit, berubah bentuk aktif mengeluarkan exotoxin dan material
antifagositik, merusak makrofag dan menyebar melalui aliaran darah 34. Seorang laki-laki
berusia 23 tahun datang ke poliklinik penyakit dalam untuk konsultasi mengenai rencana
vaksinasi Covid-19. Pasien membawa hasil laboratorium sebagai berikut : Hb 13.5 g/dL,
leukosit 6.700/µL, trombosit 235.000/µL, ureum 40 mg/dL, kreatinin 0.5 mg/dL, SGOT
33 U/L, SGPT 43 U/L, HBsAg non reaktif, anti HCV non reaktif, dan anti HIV reaktif.
Pasien selama ini mengonsumsi ARV FDC satu tablet per hari selama satu tahun dengan
teratur. Saat ini pasien tidak memiliki keluhan terhadap penyakitnya. Apa rekomendasi
yang tepat untuk vaksinasi Covid-19 pada pasien ini?
A. Cek CD4 dahulu sebelum vaksinasi
B. Vaksinasi Covid-19 dapat langsung diberikan
C. Vaksinasi Covid-19 diberikan jika CD4 lebih dari 350 sel / mm3
D. Vaksinasi tidak dapat diberikan karena sistem imun pasien terganggu
E. Vaksinasi Covid-19 diberikan jika IgG/IgM SARS CoV-2 rendah dan CD4 lebih
dari 350 sel / mm3
35. Seorang laki-laki usia 55 tahun dengan keluhan demam disertai sesak nafas sejak 2
hari yang lalu. Pasien juga mengeluh batuk produktif. Pasien MRS sejak 6 hari lalu
dan dirawat di ICU karena edema paru akut akibat penyakit ginjal kronik yang
dideritanya dan memakai ventilator selama 3 hari. Setelah dilakukan terapi
hemodialisa kondisi pasien berangsur membaik dan bisa pindah di ruangan biasa.
Riwayat PGK dan DM yang tidak terkontrol. Kondisi saat ini keadaan umum tampak
sakit sedang, compos mentis. TD=150/90, Nadi= 108, Resp 26, Suhu 39C, SaO2=
88%. Conjungtiva anemis (+), Ronkhi basah pada basal paru dextra, Wheezing -/-.
Foto thoraks terbaru ditemukan konsolidasi di paru kanan bawah. Hasil laboratorium:
Leukosit 13800/mm3, Hb 8,8 g/dl, Trombosit 153.000/mm3. Ureum 128, Cr 5,8.
GDS=210, HIV, HbsAg, Anti HCV non reaktif. PaO2/FiO2 =240. Riwayat antibiotik
sebelumnya Ceftriaxone inj 1x 2 gr IV (H3). Kultur darah dan sputum tunggu hasil.
Tata laksana empiris yang paling tepat untuk kasus diatas adalah:
a. Cefepime+Amicilin Sulbactam
b. Piperacillin/Tazobactam+ Linezolid + Levofloxacin
c. Azitromicin + Klindamicin
d. Vancomycin+Tygecycline+Carbapenem
e. Meropenem+Levofloxacin+ Amikacin
36. Laki-laki 65 tahun di IGD tidak sadar sejak 3 jam sebelum Masuk Rumah Sakit. Dari
keluarganya didapatkan bahwa mengeluh demam dan batuk sejak 6 hari sebelumnya dan
sudah berobat ke puskesmas namun tidak perbaikan. Pasien dalam terapi untuk DM
dengan obat metformin 3x 500 mg dan glikuidon 3x30 mg. Pemeriksaan fisifk
didapatkan kesadaran somnolen, TD 105/60 mmHg, nadi 120x/menit. Nafas 28x/menit
cepat dan dalam, suhu 38.7 C. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb 14.2 g/dL,
leukosit 17.000/uL, trombosit 350.000/uL. Glukosa
sewaktu 579 mg/dL. Betahidroksi butirat 2.1. Penatalaksanaan yang paling tepat untuk
pasien tersebut?
A. Rawat ICU, pasang akses vena sentral, infus kristaloid, bolus iv dilanjutkan infus
kontinyu insulin kerja cepat dan monitor gula darah berkala, antibiotik intravena
empirik B. Rawat ICU, pasang akses vena sentral, infus kristaloid, bolus iv dilanjutkan
infus kontinyu insulin kerja cepat dan monitor gula darah berkala, antibiotik intravena
empirik, natrium bikarbonat intravena dan KC IVL, monitor elektrolit
C. Rawat ICU, pasang akses vena sentral, infus kristaloid, infus kontiyu insulin kerja
cepat dan sliding scale, Antibiotik Definitif, monitor elektrolit
D. Rawat ruang ICU, pasang akses vena sentral, infus kristaloid, infus kontiyu insulin
kerja cepat dan monitor gula darah berkala, kultur darah dan sputum, antibiotik
intravena Definitif monitor elektrolit
E. Rawat ruang ICU, pasang akses vena sentral, infus kristaloid, infus kontiyu insulin
kerja cepat dan monitor gula darah berkala, kultur darah dan sputum, antibiotik
intravena Empirik monitor elektrolit
37. Seorang laki-laki berusia 60 tahun, pasien dibawa oleh keluarganya ke IGD dalam
keadaan demam tinggi dan menggigil sejak 3 hari yang lalu disertai dengan batuk
berdahak warna kuning. Pasien sudah minum obat penururun panas paracetamol, demam
tidak turun. Pasien tampak sangat lemah, Pasien tidak buang air kecil dalam 6 jam
terakhir. Pada pemeriksaan fisik didapatkan pasien tampak sakit berat; tekanan darah
85/50mmHg, frekuensi nadi 122x/menit, isi cukup, frekuensi nafas 26x/ menit, suhu 38,5
derajat celcius. Hasil Pemeriksaan hb 14 mg/dL, leukosit 16.000, Trombosit 100.000,
Bilirubin total 3.6, Laktat 2,4 Tatalaksana yang tepat pada pasien ini adalah?
A. Pasang Norepinerine dengan target MAP >65 mm Hg, Berikan Infus Kristaloid
30ml/kg IV dalam 3 Jam, Antbiotik empirik dalam 1 jam, Injeksi vitamin C, Inj Albumin
20% 100cc B. Pasang Vasopressin dengan target MAP >65 mm Hg, Berikan Infus
Kristaloid 30ml/kg IV dalam 3 Jam, Antbiotik empirik dalam 1 jam, Injeksi vitamin C,
Injeksi Kortikosteroid C. Pasang Norepinerine dengan target MAP >65 mm Hg, Berikan
Infus Kolloid 30ml/kg IV dalam 3 Jam, Antbiotik empirik dalam 1 jam, Injeksi vitamin
C, Injeksi Kortikosteroid D. Pasang Vasopressin dengan target MAP >65 mm Hg,
Berikan Infus Koloid 30ml/kg IV dalam 3 Jam, Antbiotik empirik dalam 1 jam, Injeksi
vitamin C, Injeksi Kortikosteroid
E. Pasang Norepinerine dengan target MAP >65 mm Hg, Berikan Infus Kristaloid
30ml/kg IV dalam 3 Jam, Antbiotik empirik dalam 1 jam, Injeksi vitamin C, Injeksi
Kortikosteroid 38. Seorang primigravida berusia 24 tahun, hamil 32 minggu datang dengan
riwayat demam, menggigil, mialgia, dan malaise selama 1 hari. Kehamilannya tidak ada
penyulit hingga saat ini. Riwayat vaksinasi lengkap dan sesuai jadwal, Tidak pernah terkena
penyakit dengan gejala ruam pada kehamilan ini.Pasien bekerja di kantor, tidak ada teman
sekantor maupun dirumah yang sakit. Saat datang suhu tubuh terukur 38,0 °C, tpemeriksaan
lainya dalam batas normal. Tidak ada tanda meningisme, tidak ada ruam dan tidak ada
faringitis. Urinalisis menggunakan dipstik dalam batas normal. Kemudian pasien diobservasi
hingga selama 6 jam bebas demam. Pasien dipulangkan ke rumah segera periksan kembali
bila gejalanya terus berlanjut. Pasien sempat dilakukan kultur darah, didapatkan hasil batang
gram positif. Komplikasi apa yang mungkin muncul terhadapat kehamilan pasien tersebut.?
A. Glaukoma Kogenital
B. Hydrocepalus
C. Tidak ada peningkatan bahaya apaun terhadap bayi
D. Stilbirth
E. Trombositopenia Purpura
39. Seorang wanita 32 tahun datang dengan keluhan selama 7 hari sakit perut kram dan diare
berdarah. Dia telah diare lebih dari 15 kali dalam 24 jam sebelumnya. Diare berupa darah
merah segar bercampur dengan tinja, disertai dengan muntah sekali, dan merasa demam.
Gejalanya tidak mereda sejak awal. Pasien habis berlibur bersama keluarga dengan
pasangannya dan tiga anaknya 2 hari sebelum ke Rumah sakit, Tidak ada orang lain yang
bergejala. Pasien memiliki riwayat hipertensi yang terkontrol dengan amlodipin 5 mg.
Hasil pemeriksaan feces didapatkan Shigella Selain tatalaksana cairan yang adekuat,
langkah selanjutnya yang paling tepat adalah?
A. Azitrhromycin 500mg/24 jam
B. Ciprofloxacin
C. Metronidazole
D. tidak perlu antibiotik
E. Trimethoprim-sulfamethoxazole

40. Seorang pasien usia 18 tahun, datang dengan keluhan diare setelah darmawisata. Diare cair
seperti air cucian beras. Baru-baru ini konfirmasi adanya wabah kolera pada daerah yang
dia kunjungi, dan pasien minum minuman yang terkontaminasi. Bagaimana patogenesis
kolera?
A. vibrio yang selamat dari asam lambung, akan melakukan multiplikasi di colon,
kemudian menempel pada mukosa colon
B. mengelurkan enterotoksin yang menyebabkan kehilangan carain dan elektrolit C.
toksin akan menyebabkan penghambatan absorbsi laktat dan merangsang ekskresi
Klorida D. toksin tambahan adalah zonila accludens (Zot) yang memperbaiki
permeabilitas usus halus E. toksin Accessory cholera exotoxin akan menurunakn
transport ion
41. Seorang laki-laki 40 tahun datang ke IGD dengan keluhan nyeri dada khas di sebelah kiri
yang menjalar hingga ke punggung, pasien merasakan keluhan tersebut 10 jam SMRS.
Tanda vital menunjukkan TD 90/50, HR 110, RR 26, temp 36, Vas 5 regio thoraks kiri,
EKG menunjukkan ST depresi di lead V5 & V6, lead I & AVL. Satu jam setelah
pemberian DAPT loading dose dan nitrat, pasien masih merasakan nyeri dada yang
berulang. Hs troponin menunjukkan angka 110 ng/mL. Apa yang harus dilakukan
terhadap pasien tersebut:
a. Routine angiography, PCI jika diperlukan
b. Routine angiography, antikoagulan UFH
c. Selective angiography, PCI jika diperlukan
d. Emergency angiography, PCI jika indikasi
e. Early invasive angiography, PCI jika diperlukan
Jenis pemeriksaan Nilai rujukan

TROPONIN I 0-0.04 ng/ml

42. Seorang pasien Wanita datang kontrol ke poli penyakit dalam karena memiliki riwayat
CAD 6 bulan yang lalu dan telah dipasang stent. Pasien memiliki riwayat hipertensi
dan obesitas. Saat ini pasien merasa membaik, tidak memiliki keluhan apapun. TTV:
TD 120/80, HR 88, RR 20, temp 36, Vas 0. Obat yang masih dikonsumsi rutin adalah
aspilet 80 mg, CPG 75 mg, Bisoprolol 5 mg, ramipril 5 mg, atorvastastin 20 mg. EKG
di poli menunjukkan gambaran sebagai berikut:

Apa diagnosis baru pada pasien tersebut berdasarkan gambaran


EKG nya: a. RBBB
b. LBBB
c. Iskemia heart disease inferior
d. Brugada syndrome
e. Chronic Coronaria Syndrome
43. Seorang laki-laki 70 tahun datang dengan keluhan dada terasa memberat saat
beraktivitas. Pasien dikatakan keluarganya tidak pernah sakit apapun selama ini,
namun beberapa minggu yang lalu mulai sering capek. Pemeriksaan fisik
menunjukkan JVP R +- 2 cm mmHg, batas jantung kesan melebar ke kaudolateral,
didapatkan murmur sistolik di area apek menjalar ke leher, tidak ada ronki maupun
suara tambahan paru, kedua kaki tidak ada edema. TTV TD 140/80, HR 110, RR 24,
temp 36, Vas 0. EKG sinus takikardia 100x, LAD, CCWR, Cornell 28kk.
Ekokardiografi menunjukkan EF 60%, LVH konsentrik dan kalsifikasi di katup aorta,
velocity transvalvular katup aorta 4 ml/s. Diagnosis pasien:
a. Stenosis Mitral
b. Stenosis Aorta
c. Regurgitasi mitral
d. Regurgitasi Aorta
e. Stenosis dan regurgitasi Aorta
44. Seorang laki-laki 70 tahun datang ke IGD dengan lemas, demam sumer-sumer, nyeri
otot dan nyeri dada dalam seminggu terakhir. Pasien sering sesak nafas dalam
aktivitas sehari-hari. Dalam pemeriksaan fisik didapatkan TTV TD 120/80, HR 100,
RR 24, temp 38, Vas 0. Tampak petekie di area konjunctiva dan ekstremitas.
Didapatkan murmur holosistolik di area apek jantung. Pemeriksaan lab didapatkan Hb
13, AL 20, AT 150, LED 25 mm/jam, EKG didapatkan sinus takikardia HR 110x,
normoaksis, normorotation. Ekokardiografi menunjukkan adanya vegetasi > 6mm di
AML. Pasien direncanakan untuk kultur darah sebagai gold standard untuk
mendiagnosis penyakit pasien. Faktor risiko yang cukup sering terjadi pada kasus –
kasus katup jantung asli tersebut adalah:
Jenis pemeriksaan Nilai rujukan

Hb 13-17 gr/dl (Laki-laki)


12-15 gr/dl (Wanita)

AL 4-11 x109/l

AT 150-400 x109/l

LED Laki: < 10 mm/jam,


Perempuan: < 15 mm/jam

a. Gagal jantung
b. Atrial Fibrilasi
c. Prosthetic valves
d. Penyakit jantung rematik
e. NAPZA oral
45. Pasien Wanita 40 th datang dengan berdebar-debar dan sesak nafas, sering sesek nafas
saat bekerja sebagai karyawan di sebuah toko, kelelahan, tidak tahan panas, berat
badan menurun, memiliki riwayat keguguran. Pemeriksaan fisik CM dan gelisah,
tangan terasa lembab, tensi 150 / 75 mmHg, nadi 142x tidak teratur, suhu 37 C, RR
30x. pemeriksaan leher terdapat benjolan di leher simetris, tidak nyeri, mengikuti
pergerakan menelan dan terdengar bruit, pemeriksaan jantung ditemukan detak jantung
yang sangat tidak beraturan, dan terdengar bising jantung. EKG menunjukkan hasil
sbb:

Hasil laboratorium yang diharapkan pada pasien ini adalah:


a. TSH < 0.05 mikroIU/ml
b. ANA test < 1/80
c. Hs Troponin I > 0.04
d. FT4 < 0.8 ng/dl
e. NT Pro BNP > 300 pg/ml
46. Seorang Wanita usia 50 th datang ke IGD karena nyeri di kaki kanan yang semakin
memberat, nyeri awalnya membaik saat istirahat, namun seminggu ini saat istirahat
tetap dirasakan nyeri. Pasien memiliki riwayat DM dengan meminum Metformin 2 x
500 mg setiap hari, kadang pasien lupa meminum obatnya. Pasien memiliki BMI >
30, TD 170/90, HR 98, RR 22, temp 36.7, Vas 3 di regio tungkai kanan. GDS: 225
mg / dl. Pemeriksaan fisik didapatkan ABI 0.4, status lokalis tungkai kanan: kulit
tungkai kanan mengkilap, terdapat luka kering di beberapa tempat, pulsasi arteri
tibialis posterior dan dorsalis pedis melemah, sedangkan pulsasi arteri femoralis dan
poplitea masih teraba kuat. Lesi arterosklerotik yang terjadi pada pasien terbanyak ada
pada:
Jenis pemeriksaan Nilai rujukan

GDS < 100 mg / dl

a. Tunika media arteri tungkai bawah


b. Vena saphena magna
c. Arteri iliaka
d. Bifurcatio arteri tibialis dan peroneal
e. Kapiler-kapiler pada tungkai bawah
47. Seorang laki-laki 60 tahun datang kontrol di poli, pasien memiliki riwayat penyakit
gagal jantung dan hipertensi, dan sudah rutin meminum obat furosemide 20 mg,
candesartan 16 mg selama 1 tahun. Ekokardiografi awal 1 tahun yang lalu di dapatkan
LVH konsentrik dengan EF Simpson 65%. Saat ini dilakukan Ekokardiografi ulang
dengan hasil LVH konsentrik dan EF Simpson 60%. Pasien saat ini tidak memiliki
keluhan, TTV TD 155/90, HR 88, RR 22, temp 36, Vas 0. Medikamentosa yang harus
ditambahkan pada pasien ini adalah, menurut ESC guideline 2023 acute and chronic
heart failure:
a. Dapaglifozin
b. Bisoprolol
c. Digoxin
d. Spironolakton
e. Thiazid
48. Seorang pasien laki-laki usia 50 tahun datang ke ruang HD untuk dialysis rutin,
diketahui pasien memiliki riwayat DM yang selama ini tidak pernah berobat. Pasien
sering bengkak di kedua kaki dan perut, namun tidak pernah memiliki riwayat Tensi
tinggi sebelum sakit ginjal. Pada pemeriksaan fisik pasien CM, TD 170/90, HR 98,
RR 22, temp 36.7, Vas 0. Pasien mengaku tensi mulai sering tinggi sejak dialisis
rutin. Mekanisme yang terjadi pada tensi pasien tersebut disebabkan oleh factor:
a. Vasodilatasi peningkatan simpatis
b. Peningkatan Nitrit Oxide
c. Vasodilatasi arteri renalis
d. Penghambatan pelepasan renin
e. Gangguan ekskresi natrium
49. Seorang pasien Wanita datang ke poliklinik dengan keluhan kadang dada berdebar.
Pasien adalah guru SMA dan sering membuat soal untuk ujian di malam hari hingga
begadang, oleh karena itu pasien sering mengonsumsi kopi. Pasien tidak memiliki
riwayat keluhan lain dan penyakit penyerta lain. TTV TD 120/70, HR 98, RR 20.
Temp 36.7, Vas 0. Ro thoraks dalam batas normal, EKG didapatkan gambaran
sebagai berikut:

Interpretasi hasil EKG tersebut:

a. NSTE-ACS
b. Atrial fibrilasi NVR
c. Atrial flutter
d. PAC
e. RBBB
50. Seorang laki-laki 46 tahun dengan riwayat PPOK datang ke IGD dengan kondisi sesak
nafas memberat sejak 3 jam SMRS. Pasien diketahui perokok berat dan kontrol rutin
dengan inhaler yang berisi kortikosteroid dan LAMA. Pada pemeriksaan fisik
ditemukan pasien bernafas dengan otot-otot bantu pernapasan, TD 90/50, HR 120, RR
40, temp 35.6, VAS 0, SpO2 90%. Pemeriksaan thoraks tidak didapatkan ronki
maupun wheezing. Akral teraba dingin. Pemeriksaan rontgen thoraks cito
menunjukkan adanya clarified area, ECG di dapatkan gambaran sebagai berikut:
Kemungkinan diagnosis kegawatan pada pasien:

a. Kor Pulmonal Kronik


b. Emboli pulmonal
c. NSTE-ACS
d. Status asmatikus
e. Syok Kardiogenik
51. Seorang Wanita usia 56 tahun datang dengan keluhan perut kanan bawah sakit sejak 4
hari SMRS, pasien tersebut memiliki riwayat sesak nafas sejak 1 tahun yang lalu dan
sempat didiagnosis gagal jantung oleh dokter. Saat ini pasien tidak ada keluhan sesak
nafas, tidak ada edema pretibial, pada pemeriksaan fisik hanya ditemukan pelebaran
apeks jantung ke caudolateral. Pasien akan dilaksanakan operasi appendicitis oleh
dokter bedah dan dikonsultasikan ke penyakit dalam untuk toleransi operasinya. TTV
140/80, HR 98, RR 22, temp 36, Vas 0, SpO2 99, EKG didapatkan sinus takikardia
HR 106, LAD, CCWR dan LVH cornell. Ro thoraks didapatkan cardiomegaly dengan
CTR 65%. Ekokardiografi didapatkan EF 55% dan LVH konsentrik. Pasien mengaku
tidak rutin meminum obat jantung. pada kasus tersebut, pilihan obat pertama yang
perlu diberikan untuk memperbaiki fungsi ventrikel dalam upaya pre operasi adalah:
a. Bisoprolol
b. Propanolol
c. Carvedilol
d. Digoxin
e. Ivabradin
52. Seorang laki-laki usia 48 tahun memiliki riwayat dada terasa seperti terbakar dan
batuk malam hari yang semakin lama semakin memberat. Tidak ada keluhan lain.
Pasien tidakmemiliki riwayat penyakit lain. Hasil gastroskopi menunjukkan adanya
Barrett’s
oesophagus (segmen 3 cm) dengan biopsi didapatkan hasil adanya perubahan displasia
ringan. Manajemen selanjutnya adalah
a. Menekan produksi asam dan gastroskopi untuk surveilans setelahnya b.
Menekan produksi asam dan modifikasi gaya hidup
c. Fundoplikasi
d. Esofagektomi
e. Diskusi tim multidisiplin
53. Seorang wanita usia 40 tahun dibawa ke IGD RSDM karena mudah lebam. Pasien
didiagnosis penyakit Crohn sejak 3 bulan yang lalu dan mendapatkan terapi sulfasalazine.
Keluhan perutnya telah membaik sejak memulai terapi. Pada pemeriksaan didapatkan
beberapa hematom. Pemeriksaan darah didapatkan pansitopenia.
Penyebab pansitopenia pasien tersebut kemungkinan besar adalah
a. Leukemia akut
b. ITP
c. Terapi sulfasalazine
d. Infeksi virus
e. Perburukan penyakit Crohn pasien
54. Seorang laki-laki usia 32 tahun datang dengan keluhan diare, penurunan berat badan.
Diare hilang timbul sejak 3 tahun yang lalu. Berat badan pasien berkurang 4 kg selama 3
bulan terakhir. Diare tidak disertai lendir maupun darah. Pada pemeriksaan TD 135/70
mmHg, nadi 70x/menit, regular. Konjungtiva pucat (+/+). Dinding abdomen supel, nyeri
tekan (-). Pitting edema (+) ringan pada kedua kaki. Pemeriksaan lab
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan

Hb 10.6 mg/dl 11.5-16.5

MCV 71 fl 80-100

Apusan darah tepi Howell-Jolly bodies

AL 8.9 x 109/l 4-11

AT 189 x 109/l 150-400

Natrium 138 mmo/L 135-146

Kalium 3.9 mmo/L 3.5-5

Kreatinin 1.53 mg/dl 0.89-1.33

SGPT 45 U/l 7-56

Albumin 2.9 mg/dl 3.5-5.5

Diagnosis yang paling mungkin adalah


a. Pankreatitis kronik
b. Penyakit seliak
c. Penyakit Crohn
d. Penyakit Whipple
e. Limfoma usus kecil
55. Seorang laki-laki usia 19 tahun dengan riwayat sindrom Down dibawa ke IGD dengan
keluhan nyeri perut akut dan muntah. Pasien belum BAB sejak 36 jam yang lalu.
Pemeriksaan didapatkan TD 105/60 mmHg, suhu 37.8℃, nadi 85x/menit, regular.
Abdomen agak distended, nyeri tekan (+), perkusi timpani. Gerakan usus melambat. Foto
polos abdomen didapatkan adanya dilatasi lengkung usus kecil. Pemeriksaan
laboratorium:
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan

Hb 13.1 mg/dl 11.5-16.5

AL 15 x 109/l 4-11

AT 192 x 109/l 150-400

Natrium 139 mmo/L 135-146

Kalium 4.3 mmo/L 3.5-5

Kreatinin 1.64 mg/dl 0.89-1.33

SGPT 31 U/l 7-56

Albumin 3.8 mg/dl 3.5-5.5

Penyebab keluhan pasien yang paling mungkin adalah


a. Penyakit Seliak
b. Penyakit Crohn
c. Perforasi duodenum
d. Intususepsi
e. Divertikulum Meckel
56. Seorang laki-laki usia 42 tahun yang bekerja sebagai manajer di klab malam datang
dengan keluhan dada terasa tidak nyaman dan nyeri dada retrosternal, terutama setelah
makan. Pasien juga kadang-kadang merasa bagian belakang lidahnya terasa pahit,
terutama saat sedang berbaring di kasur. Keluhan dirasakan membaik dengan sirup
lambung yang ia peroleh dari apotek. Pasien mengaku sering minum alcohol saat di
tempat kerjanya dan sering merokok. Keluhan penurunan berat badan maupun disfagia
disangkal. Pemeriksaan fisik tidak ada yang bermakna. BMI 29 k/m 2. Langkah
selanjutnya adalah
a. EGD
b. Manometri esofagus
c. Urea breath test (UBT)
d. Memulai ranitidine
e. Memulai omeprazole
57. Pasien laki 25th datang ke poli penyakit dalam kontrol karena hepatitis C positif dengan
RNA HCV 5.28, SGOT 120, SGPT 220. Fibroscan menunjukkan F3. Indikasi utama
pemberian terapi antivirus pada pasien tersebut adalah:
a. Fibrosis hati
b. Nilai SGOT
c. Nilai SGPT
d. Anti HCV positif
e. Jumlah HCV RNA
Jenis pemeriksaan Nilai rujukan

SGOT < 45 iu/l

SGPT < 41 iu/l

HCV RNA Normal: not detected


<8.0 Log iu/ml: low
>8.0 Log iu/ml: high

58. Pasien wanita usia 40 th datang dengan keluhan mual dan perut terasa penuh. Pasien
memiliki riwayat batu empedu 6 bulan yang lalu dan mendapatkan terapi UDCA
sampai saat ini. Tanda vital nomal, pemeriksaan fisik antropometri BMI 25, lingkar
perut 80 cm. Saat dilakukan USG ulang tidak ditemukan batu empedu namun terdapat
fatty liver. Gambaran apa yang ditemukan pada USG pasien tersebut:
a. Terdapat nodul single
b. Terdapat kantung hyperechoic dengan internal debris
c. Pelebaran vena-vena hepatika
d. Bright liver
e. Gambaran hipoekoik parenkim hepar
Jenis pemeriksaan Nilai rujukan

BMI <18.5: Underweight


18.5-22.9: Normal
23-24.9: Overweight
>25: Obese

Lingkar perut Laki-laki: <90 cm


Perempuan: <80 cm

59. Pasien Wanita 60 th datang ke IGD RS tipe B dengan nyeri perut kanan atas 5 hari
SMRS, mual muntah BAB seperti dempul. Pasien sebelumnya dirawat di Puskesmas
dengan sakit asam lambung, namun tidak membaik. TD 110/80, HR 100x/menit, suhu
36.7, RR 22x/menit, Vas 5 regio hipokondriaka dekstra. Pemeriksaan fisik: kulit
tampak ikterik, sklera ikterik, konjunctiva tidak pucat, nyeri tekan hipokondriaka
dekstra. Laboratorium: Hb 11, leu 8, trombosit 250.000. USG abdomen terdapat lesi
hyperechoic dengan acustic shadow dengan ukuran 2.5 x 1.2 cm dan dilatasi common
biliary duct di distal. Lain-lain tampak normal. Apa pilihan tatalaksana pada pasien?
a. ERCP
b. Laparotomi
c. PTBD
d. Lithotripsy
e. Medikamentosa dengan UDCA dan antibiotik
Jenis pemeriksaan Nilai rujukan

Hb 13-17 gr/dl (Laki-laki)


12-15 gr/dl (Wanita)

AL 4-11 x109/l

AT 150-400 x109/l

60. Pasien wanita 60 th datang ke IGD RS dengan nyeri perut kanan atas 5 hari SMRS,
mual muntah BAB seperti dempul. Pasien sebelumnya dirawat di puskesmas dengan
sakit asam lambung, namun tidak membaik. BAK sangat berkurang 3 hari SMRS. Di
IGD pemeriksaan fisik: GCS 14, gelisah, TD 80/50, HR 110x/menit, suhu 38, RR
24x/menit. Pemeriksaan fisik: kulit tampak ikterik, sklera ikterik, konjunctiva tidak
pucat. Abdomen: nyeri tekan hipokondriaka dektra. Laboratorium didapatkan hasil
Hb:11, Leu 8000, Trombosit 250.000. USG abdomen terdapat lesi hyperechoic
dengan acustic shadow ukuran 2.5 x 1.2 cm dan tampak dilatasi common biliary duct
di proximal. Lain-lain tampak normal. Apa diagnosis kegawatan pada pasien:
a. Kolelitiasis
b. Koledokolelitiasis
c. Kolesistitis akut
d. Kolangitis akut
e. Kolangitis akut supuratif
Jenis pemeriksaan Nilai rujukan

Hb 13-17 gr/dl (Laki-laki)


12-15 gr/dl (Wanita)

AL 4-11 x109/l

AT 150-400 x109/l

61. Pasien laki 35 tahun datang dengan keluhan nyeri perut kanan atas sudah 2 minggu
hilang timbul, badan meriang, mual muntah. Tanda vital dalam batas normal,
pemeriksaan fisik didapatkan nyeri tekan kuadran kanan atas. Laboratorium
didapatkan hasil Hb 12gr/dl, Leu 28.000, trombosit 150.000. Pemeriksaan lanjutan
USG abdomen ditemukan gambaran hypoechoic pada lobus liver kiri sebesar 6 cm,
disertai dengan internal debris.
Tatalaksana yang tepat untuk pasien:
a. Medikamentosa dengan metronidazole 3 x 750 mg
b. Aspirasi jarum perkutan
c. Drainase operasi
d. Drainase per kutan
e. Reseksi hati
Jenis pemeriksaan Nilai rujukan
Hb 13-17 gr/dl (Laki-laki)
12-15 gr/dl (Wanita)

AL 4-11 x109/l

AT 150-400 x109/l

62. Wanita, 36 tahun ke klinik untuk pemeriksaan dengan keluhan pusing dan cepat lelah.
Tidak ada perdarahan menstruasi dan tanda perdarahan dari tempat lain. Riwayat
penyakit keluarga ada yang menderita anemia. Hasil laboratorium pasien Hb 8,7 g/dL,
lekosit 11000, trombosit 240000. Ditemukan retikulosit 2.3 %, LDH 450, dan
bilirubin indirek 1.9. Pasien tidak dalam pengobatan dan tidak ada infeksi saluran
napas. Hasil Coombs test negatif, pasien kemudian melakukan pemeriksaan tes
fragilitas osmotik dengan hasil positif. Kelainan apa yang paling mungkin mendasari
pada pasien ini?
a. Glutamate to valine point mutation
b. Enzim defisiensi
c. Defek Membran
d. Defisiensi CD55 atau CD59
e. Defisiensi Besi
63. Seorang wanita usia 60 tahun menderita chronic lymphocytic leukemia (CLL)
mengeluh lemah dan air seni berwarna gelap. Telah dilakukan kemoterapi terhadap
CLL dengan sesi kemoterapi terakhir sekitar 3 bulan yang lalu. Pemeriksaan fisik
didapatkan sklera ikterik, limfadenopati cervical, dan splenomegali. Pemeriksaan
laboratorium menunjukkan Hb 6,5 g/dl, trombosit 200.000/μl, retikulosit 13%,
bilirubin total 6 mg/dl, LDH 357 U/L dan tes direct antiglobulin (+) untk IgG. Apakah
diagnosis paling mungkin dari pasien tersebut?
A. Cold-antibody mediated hemolytic anemia
B. Warm-antibody mediated hemolytic anemia
C. Microangiopathic hemolytic anemia
D. Oxidative hemolytic anemia
E. Paroxysmal nocturnal hemoglobinuria (PNH)
64. Wanita 70 tahun seorang perokok berat. 6 bulan terakhir pasien mengeluh lemah,
hemoptysis, dan penurunan berat badanlebih dari 20 kg. Pasien hanya dapat berbaring
di tempat tidur selama beberapa minggu terakhir karena lemah. Pemeriksaan fisik
dalam batas normal. Laboratorium menunjukkan natrium serum 128 meq/l, dan CT
scan kepala, thorax, abdomen dan pelvis menunjukkan pembesarn limfonodi hilus kiri
diameter 14 cm, multile lesi metastasis pada liver, dan tiga lesi metastasis pada otak.
Bonescan menunjukan lesi metastasis multiple. Biopsi bronkhoskopic menunjukkan
gambaran SCLC. Bagaimana manajemen yang paling tepat untuk pasien ini?
A. Kemoterapi, whole brain radiotherapy, dan pemberian terapi bifosfonat tiap bulan
B. Kemoterapi paliatif dan terapi bifosfonat tiap bulan
C. Hanya dapat diberikan terapi supportif
D. Radioterapi paliatif
E. Reseksi masa tumor, dilanjutkan dengan kemoterapi
65. Seorang laki-laki 40 tahun mengeluh badan terasa lemah, pusing dan demam. 2
minggu ini keluhan semakin memberat disertai dengan sesak nafas, berdebar-debar,
gusi berdarah dan nafsu makan turun. Pasien sudah berobat ke dokter setempat,
namun keluhan tidak kunjung membaik. Pasien kemudian dirujuk ke rumah sakit.
Pemeriksaan fisik di dapatkan T 120/80 mmHg, nadi 100 x/mnt, RR 24 x/mnt, t 38 oC,
conjunctiva pucat, hepar teraba 3 cm. Hasil laboratorium menunjukkan Hb 7 g/dl,
trombosit 60.000/uL, limfosit 45 %, laju endap darah 110/mm, PTT 15 detik.
Diagnosa yang tepat pada pasien diatas adalah
a. Anemia Defisiensi Besi
b. Anemia Aplastik
c. Anemia Hemolitik
d. Thallasemia
e. Idiopatic Trombositopenia Purpura
66. Seorang laki-laki datang ke unit gawat darurat dengan badan mudah lelah, muntah darah
dan demam. Tidak dikeluhkan adanya sesak nafas, nyeri dada atau nyeri sendi, keringat
malam, batuk, riwayat ganti-ganti pasangan atau bepergian keluar kota. Dari
pemeriksaan di dapatkan T 110/80 mmHg, N 80 x/mnt, RR 16 x/mnt, conjunctiva pucat,
hepar tidak teraba. Hasil laboratorium Hb 5 g/dl, trombosit 75.000/uL, suhu 38,5 oC,
hapusan darah tepi menunjukkan adanya normokromik normositik, hiperseluler, sel blas
< 20 % dengan atau tanpa monositosis. Diagnosa yang benar pada kasus diatas adalah
A. Idiopathic Trombosis Purpura
B. Leukemia Limfoblastik Akut
C. Leukemia Limfositik Kronik
D. Anemia Aplastik
E. Sindrom Dismielopoetik
67. Pasien laki-laki usia 65 tahun, datang ke poliklinik penyakit dalam dengan keluhan lemas
badan, pucat, demam, terdapat riwayat perdarahan berupa bercak kemerahan di kulit.
Sebelumnya selama 2 tahun terakhir, pasien ini sering transfusi berulang dan sempat
dilakukan aspirasi sumsum tulang dengan hasil myelodysplastic syndrome. Pada
pemeriksaan saat ini di dapatkan Hb 7 gr/dL, trombosit 80.000/mm 3, leukosit 35.000/uL.
Pada apusan darah tepi, sel blast 20% dan pada aspirasi sumsum tulang kali ini didapatkan
sel blast 30% . Diagnosis pasien saat ini:

A.Refractory Anemia with Excessive Blast in transformation to Leukimia

(RAEBt) B.Chronic myeloid leukemia

C. Chronic lymphpasienitic leukemia

D.Myedisplatic syndrome akut

E.Acute myeloid leukemia

68. Wanita 50 tahun dengan keluhan Sakit kepala , telingga berdenging , mudah lelah, dan
gangguan penglihatan HB: 19 g/dl, MCV 80, MCH 30, Leu 16, PLT 1,2juta. HCT 52. Pada
pemeriksaan fisik ditemukan splenomegaly yang progresif. Pada Biopsi sumsum tulang
menunjukan hiperseluler trilinier dengan proliferasi seri eritroid, granulositik dan
megakariosit, dan kadar eritropoitin serum dibawah normal. Penatalaksanan yang tepat
adalah:
A. Flebotomy
B. Flebotomy dan terapi mielosupresi
C. Flebotomi, terapi mielosupresi dan aspirin sebagai profilaksis
D. Terapi simptomatik
E. Flebotomi, tanpa terapi mielosupresi dan aspirin sebagai profilaksis 69. Seorang
perempuan 50 tahun datang dengan keluhan nyeri pada tulang belakang, lemas badan, sesak
napas, pucat, dada berdebar. Pada pemeriksaan didapatkan conjungtiva pucat, Hb 6 gr/dL,
kalsium serum 2,6 mmol/L, radiologis terdapat gambaran punch out lesion dan lesi litik di
costae. Protein bence jones 8 gr/24 jam, pada BMP didapatkan sel plasma > 30%. Apakah
diagnosis pasien tersebut di atas:
A. Multiple Myeloma stadium I
B. Myeloma Indolen
C. Multiple Myeloma stadium II
D. Smoldering Myeloma
E. Multiple Myeloma stadium III
70. Seorang wanita berusia 45 tahun datang ke poliklinik dikonsulkan dari bagian bedah
dengan keluhan timbul borok pada payudara kanan sejak 5 bulan terakhr. Pasien
memiliki riwayat sejak 1 tahun timbul benjolan sebesar kelereng yang lama kelamaan
membesar, pasien tidak pernah memeriksakan payudaranya ke dokter. Payudara juga
terasa nyeri, benjolan pecah serta mengeluarkan nanah. Pasien juga mengeluh sering
mual mual, berat badan turun. Pasien berobat ke dokter bedah dikatakan menderita
kanker payudara. Pada pemeriksaan fisik didapatkan conjungtiva pucat, pada regio
mamae dextra tampak borok yang bernanah, benjolan tirfiksir. Hasil laboratirium Hb
8,9 , leukosit 12.000, trombosit 238.000, MCV, MCH, MCHC, LDH 600, asam urat 8,9.
Vas score 4. Dari pemeriksaan USG didapatkan metastase ke hepar, pasien menderita
kanker payudara stadium IV. Dari pemeriksaan IHK didapatkan estrogen (+), progesteron
(+), HER2 (+). Penatalaksanaan yang tepat pada pasien ini adalah:
a. Operasi
b. Tamoxifen
c. Tamoxifen dan goserelin
d. Kemoterapi adjuvant
e. Kemoterapi neoadjuvant
71. Seorang perempuan berusia 49 tahun datang ke IGD dengan keluhan diare berdarah
hilang timbul sejak 3 minggu terakhir. Pemeriksaan fisik hanya menunjukkan
konjungtiva pucat danditemukan darah segar pada pemeriksaan rectal touche.
Pemeriksaan laboratorium yang abnormal meliputi kadar Hb 8,7 g/dL, dan albumin
serum 2,8 g/L. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan
diagnosis pada kasus di atas adalah:

A. Kolonoskopi dan gatroskopi sekaligus

B. Pemeriksaan feses rutin, CEA dan gastroskopi

C. Pemeriksaan feses rutin, CEA dan kolonoskopi

D. Pemeriksaan feses rutin, CEA dan USG abdomen

E. Pemeriksaan feses rutin, kolonoskopi dan USG abdomen


72. Seorang pria berusia 40 tahun datang ke unit gawat darurat dengan sakit kepala dan
penglihatan kabur memberat 2 hr ini, keluhan sudah dirasakan sejak 3 minggu.
Pemeriksaan fisik TD 270/140, funduskopi ditemukan perdarahan retina.
Laboaratorium darah sel darah putih 5500/mm3, hemoglobin 8 g/dL, dan trombosit
50.000/μL. Kreatinin serum 19 mg/dL. Hasil pemeriksaan koagulasi normal.
Fibrinogen meningkat. Laktat dehidrogenase (LDH) meningkat, indeks retikulosit
meningkat, dan haptoglobin rendah. apusan darah tepi ditemukan schistosit. Hasil
urinalisa eritosituria. Elektrokardiografi didapatkan LVH. Apa diagnosisnya?
A. Atipikal HUS
B. Glomerulonefritis
C. Hipertensi Emergensi
D. TTP
E. DIC
73. Seorang wanita berusia 65 tahun dengan CKD 4, hipertensi, stroke, dan kanker paru-
paru. Kontrol rutin ke poliklinik dengan hasil laboratorium Hb 8,8 g/dL. Pasien tidak
ada keluhan. Tidak ada perdarahan. Hemoglobin adalah 9 g/dL. kadar besi normal.
Kadar vitamin B12 dan folat normal. Apa langkah selanjutnya?
a. Mulai terapi eritropoetin
b. Berikan asam folat
c. Transfusi PRC 1 kolf untuk persiapan transplantasi ginjal
d. Mulai terapi besi oral.
e. Pasang akses vaskular untuk dialisis.
74. Seorang laki-laki berusia 71 tahun kontrol dengan CKD. Saat ini tidak ada keluhan.
Pada pemeriksaan fisik vena jugularis tidak distensi dan tidak ada edema perifer. Data
laboratorium natrium 130 mEq/L, kalium 4 mEq/L, klorida 104 mEq/L, bikarbonat 24
mEq/L, ureum 28 mg/dL, kreatinin 3 mg/dL, dan glukosa 90 mg/ dL. Anion gap +.
Urin stick negatif untuk protein. Manakah yang paling mungkin penyebab
hiponatremia pada pasien tersebut?
a. A.Hipovolemia
b. Asupan zat terlarut rendah
c. C.Mieloma multipel
d. SIADH
e. Hipotiroidisme
75. Seorang pria berusia 18 tahun dengan riwayat tuli dan hematuria periksa ke poli
penyakit dalam karena hasil laboratorium peningkatan kreatinin. Kakak perempuan,
ibu, dan ayahnya semuanya sehat, kakek dari pihak ibu meninggal akibat komplikasi
penyakit ginjal. Apa kemungkinan diagnosisnya?
a. Thin basement menmbrant disease
b. B.sindrom Alport
c. C.Penyakit Fabry
d. D.amiloidosis
e. Nefritis tubulointerstitial dengan uveitis
76. Seorang pria berusia 55 tahun dengan riwayat sirosis hepatis akibat fatty liver ke IGD
RSDM karena hematemesis. Hasil pemeriksaan fisik TD 90/50mmHg, rr 20x /menit,
N 105x /menit regular, suhu 36,6C. Pemeriksaan laboratorium Hb 8,2g/dL, AL 15rb,
AT 120rb, SGOT 50, SGPT 48, albumin 3, ureum 80, creatinine 1,5. Dirawat 1 hari,
perdarahan sudah berkurang namun urin berkurang jumlahnya. Hasil urinalisa
proteinuria negatif dan sedimen urin normal. Hb 7, AL 15rb, AT 125rb, Ur 90, cr 3,5.
Natrium urin < 10 mEq/L. Diberikan rehidrasi dengan larutan kristaloid dan transfusi
darah namun fungsi ginjal tidak membaik. Manakah pernyataan berikut ini yang
benar mengenai kemungkinan diagnosis klinisnya?
a. Octreotide dan midodrine dapat digunakan untuk penatalaksanaan deinitif
kondisi ini. b. Transplantasi hati merupakan kontraindikasi.
c. Hemodialisis, jika diindikasikan, biasanya dapat ditoleransi dengan
baik. d. Biopsi ginjal diharapkan dapat menunjukkan ginjal yang
normal
e. Jika akan transplantasi hati, transplantasi ginjal juga perlu dilakukan.
77. Seorang pria berusia 65 tahun ke IGD RSDM dengan keluhan nyeri perut memberat 2
hr ini, awalnya hanya pegal-pegal di kedua pinggang. Nyeri hingga mual dan muntah.
Tak ada demam. BAK dan BAB masih lancar teratur. Nyeri sendi-sendi tangan kanan.
Pasien memiliki riwayat diabetes melitus, hipertensi, dan asam urat. Mengonsumsi
obat rutin metformin 3x 500mg, lisinopril 1x10mg, amlodipine 1x5mg dan
allopurinol 1x 100mg. Elektrolit dalam batas normal. Asam urat 9,7 mg/dL, dan
kreatinin 1,2 mg/dL. Dilakukan CT scan abdomen nonkontras didapatkan batu pada
ginjal berukuran 9 mm di sebelah kanan dan beberapa batu ginjal kecil di sebelah kiri.
Manakah dari berikut ini yang merupakan target pH urin untuk pengobatan batu ginjal
pasien tersebut ?
a. A.pH 5,0–5,5
b. B.Tidak ada; pH bukan merupakan faktor dalam pengelolaan batu
ginjal. c. pH >7,5
d. D.pH 6,5–7,0
e. E.pH < 5,0
78. Seorang wanita berusia 29 tahun dengan lupus sejak 5 tahun ini, kontrol ke poliklinik
penyakit dalam dengan keluhan kaki bengkak, BAK berbusa. Tanda vital dalam batas
normal, hasil urinalisa proteinuria 3+. Rasio protein urin terhadap kreatinin adalah 5.
Kreatinin serum stabil pada 0,9 mg/dL. Kadar C3 dan C4 rendah, titer dsDNA
meningkat. Kemudian pasien disarankan rawat inap untuk biopsy ginjal, didapatkan
hasil nefritis lupus fokal (WHO kelas III). Apa langkah selanjutnya?
a. Tidak ada terapi, lanjutkan pemantauan ketat.
b. ACE inhibitor dan prednison
c. ACE inhibitor dan rituximab
d. ACE inhibitor, prednison, dan mikofenolat mofetil
e. ACE inhibitor, prednison, dan siklofosfamid
79. Seorang pria berusia 53 tahun dibawa temannya le IGD RSDM dalam kondisi tidak
sadar akibat mabuk. Pasien baru saja pesta miras. Pemeriksaan fisik tampak delirium,
TD 140/80 mmHg, rr 24x /menit, suhu 37, HR 115x/menit regular. Hasil uji
laboratorium kadar etanol negatif, natrium 137 mEq/L, bikarbonat 8 mEq/L, klorida
101 mEq/L, glukosa 110 mg/dL, BUN 18 mg/dL, dan osmolalitas serum 312
mOsm/kg. Urinalisis menunjukkan kristal kalsium oksalat. Apa langkah selanjutnya
yang dapat dilakukan?
a. Infus isotonik.
b. Lakukan bilas lambung.
c. Berikan furosemid.
d. Berikan arang aktif.
e. Berikan fomepizole dan persiapan untuk dialysis
80. Seorang pria berusia 49 tahun dengan infeksi virus hepatitis C yang tidak diobati
didapatkan hasil urinalisa proteinuria persisten. Berikut ini yang merupakan
manifestasi ginjal berhubungan dengan infeksi virus hepatitis C adalah …
a. Nefritis interstitial akut
b. Glomerulosklerosis segmental fokal
c. Poliarteritis nodosa
d. Diabetes insipidus nefrogenik
e. Sindrom Fanconi
81. Seorang laki-laki usia 75 tahun datang dengan keluhan sesak napas saat aktivitas yang
memberat progresif dalam 10 tahun. Pasien sering merokok 50 bungkus per tahun. Pasien
pernah mengalami serangan mengi dan sesak napas hingga 2x/tahun. Pemeriksaan
auskultasi paru didapatkan suara napas menjauh dan perkusi paru yang hipersonor.
Pemeriksaan fisik lain dalam batas normal. Rontgen toraks didapatkan hiperinflasi
dengan diafragma yang mendatar. Spirometri didapatkan FEV1 50% prediksi, FVC 70%
prediksi, FEV1/FVC 0.50. Tidak ada respon terhadap bronkodilator.Pola spirometri
pasien menunjukkan adanya
a. Tidak dapat ditentukan tanpa adanya tambahan informasi
b. Normal
c. Obstruksi
d. Restriksi
e. Campuran restriksi dan obstruksi
82. Seorang laki-laki usia 25 tahun dengan riwayat asma datang ke IGD dengan mengi dan
sesak napas sejak 1 hari yang lalu. Sebelumnya pasien rutin menggunakan
flutikason/salmeterol inhaler dua kali sehari dan albuterol jika diperlukan. Sejak 2 hari
yang lalu pasien mengeluh pilek dan batuk kering. Gejala tersebut muncul setelah pasien
kontak dengan sepupunya yang sedang menderita infeksi saluran pernapasan atas.
Pemeriksaan suhu 37℃, HR 90x/menit, TD 130/80 mmHg, RR 24x/menit, SaO2 97%
dengan oksigen nasal kanul 2 lpm. Pemeriksaan auskultasu paru didapatkan wheezing di
seluruh lapang paru. Rontgen toraks dalam batas normal. Langkah menajemen
selanjutnya yang paling tepat adalah
a. Nebulisasi albuterol dan metilprednisolon intravena
b. Epinefrin dilusi 1:1000, 0,3 ml intramuskuler
c. Magnesium 2 gr intravena
d. Ventilasi non invasive tekanan positif
e. CT scan toraks
83. Seorang wanita usia 50 tahun dengan riwayat asma datang dengan keluhan gejala mengi
yang semakin memberat. Pasien memiliki riwayat asma sejak 20 tahun yang lalu, yang
sebelumnya terkontrol dengan albuterol dan inhalasi kortikosteroid dosis rendah. Pasien
menyangkal merokok maupun terpapar asap. Pasien baru-baru ini merenovasi ruang
bawah tanah rumah yang telah ia tinggali selama 5 tahun. Pemeriksaan leukosit normal,
dengan hitung eosinophil 2000 sel/μl. Spirometri didapatkan hasil obstruksi. Pemeriksaan
selanjutnya yang paling tepat adalah
a. ANA (Antinuclear Antibody)
b. Bronkoskopi fleksibel
c. Spirometri dengan tes metakolin
d. IgE total dan IgE spesifik Aspergillus
e. CT scan toraks
84. Seorang wanita usia 75 tahun dengan riwayat hipertensi dan sering mengalami infeksi
paru sejak 5 tahun terakhir datang dengan keluhan batuk kronik, sesak napas, dan dahak
kental. Pemeriksaan auskultasi didapatkan wheezing inspirasi. Rontgen toraks tampak
adanya dilatasi dengan penebalan dinding bronkus di lapang bawah paru. Pemeriksaan di
bawah ini untuk menentukan etiologi kondisi pasien adalah
a. ANA (Antinuclear Antibody)
b. CT scan toraks dan kultur sputum (kultur mikobakterium dan fungi) c.
IgA, IgG, IgM, IgG
d. Tes keringat
e. Spirometri
85. Seorang wanita usia 35 tahun datang dengan keluhan batu dan sesak napas. Keluhan
nyeri/bengkak persendian, demam, keringat malam disangkal. 2 bulan yang lalu muncul
ruam kemerahan yang nyeri pada betis kanan pasien yang menghilang dengan sendirinya.
Pasien bekerja sebagai sekreetaris dan tidak memiliki hewan peliharaan. Pasien tidak
pernah merokok. Pemeriksaan paru didapatkan ronki di seluruh lapang paru. CT scan
toraks didapatkan pembesaran lifonodi perihilar dan perubahan fibrotic. Spirometri
didapatkan pola campuran obstruktif dan restriktif. Diagnosis pasien yang paling mungkin
adalah
a. Pneumonitis hipersensitivitas
b. Pneumonia interstisial idiopatik
c. Sarkoidosis
d. Scleroderma
e. Fibrosis kistik
86. Seorang laki-laki usia 55 tahun datang dengan keluhan batuk disertai darah dan nyeri dada
pleuritik. Pasien kemudian dilakukan cT scan toraks dan didapatkan hasil opasitas noduler
bilateral dan massa pad alapang paru perifer dengan beberapa kavitas.Emboli paru (-).
Dalam 6 bulan terakhir, pasien juga mengeluh kehilangan pendengaran dan beberapa kali
mimisan. Urinalisis didapatkan hematuria mikroskopis. Pemeriksaan di bawah ini yang
mendukung diagnosis pasien adalah
a. Antineutrophilic cytoplasmic antibody (ANCA)
b. CT scan dengan protocol ILD
c. D Dimer
d. Ekokardiografi transtorakal
e. Kultur sputum
87. Seorang wanita usia 46 tahun datang dengan keluhan sesak napas dan batuk berdahak.
Pasien memiliki riwayat DM tipe 2, kardiomiopati iskemik (fraksi ejeksi 45%), merokok
(+). Vital sign t.37.6℃, nadi 96x/menit, TD 112/68 mmHg, RR 28x/menit, dan SaO2 91%
dengan udara ruang. Rontgen toraks didapatkan efusi pleura kanan. Analisis cairan pleura
LDH 202 unit/L, protein 4.1 g/dl, kolesterol 52 mg/dl, glukosa 49 mg/dl, pH 7.1. Protein
serum 6.8 g/dl, LdH serum 243 unit/L. Didapatkan netrofil PMN yang dominan pada
hitung jenis. Efusi pleura yang terjadi pada pasien tersebut disebabkan karena
a. Eksaserbasi gagal jantung kongestif
b. Infeksi
c. Malignansi
d. Artritis rematoid
e. Autoimun
88. Seorang wanita usia 52 tahun datang dengan keluhan sesak napas saat aktivitas. Pasien
belum pernah periksa ke dokter selama 20 tahun terakhir. SaO2 92%. Rontgen toraks
dalam batas normal. CT scan toraks tidak didapatkan proses interstisial. Spirometri
menunjukkan adanya pola restriksi tanpa obstruksi. Ekokardiografi transtorakal
menunjukkan EF 54%, katup normal, tekanan sistolik ventrikel kanan 55 mmHg. Pasien
dilakukan kateterisasi jantung kanan dengan hasil PCWP 13 mmHg dan tekanan arteri
pulmoner 35 mmHg. Penyebab sesak napas pasien adalah
a. PPOK
b. Gagal jantung
c. Hipertensi pulmonal idiopatik
d. Penyakit paru interstisial
e. Emboli paru
89. Seorang laki-laki usia 32 tahun datang dengan keluhan demam, sesak napas dan batuk
berdahak sejak 5 minggu yang lalu. Sebelumnya pasien sehat dan tidak memiliki riwayat
sakit apapun kecuali gigi berlubang yang mengharuskan pasien ke dokter gigi. Pasien juga
adalah seorang peminum alkohol. 3 minggu yang lalu pasien diberik antibiotik oleh dokter
giginya, sempat membaik tetapi kemudian memberat. Diagnosis pasien yang paling
mungkin adalah
a. Asma yang dipicuoleh pneumonia
b. Bronkiektasis
c. Empiema
d. Abses paru
e. Emboli paru
90. Seorang laki-laki usia 26 tahun datang dengan batik dan sesak napas saat aktivitas yang
semakin lama semakin memberat. Pasien sebelumnya tidak memiliki riwayat penyakit.
Pasien belum menikah dan merokok 20 batang/hari. Sejak 1 tahun yang lalu pasien sering
mengalami infeksi, dan bulan lau didiagnosis dengan candidiasis esofagus saat dilakukan
endoskopi. SaO2 pasien 93% saat istirahat, tetapi turun menjadi 82% pada aktivitas
ringan.
Pemeriksaan fisik paru dalam batas normal. Pasien direncanakan untuk dilakukan rontgen
toraks. Kemungkinan diagnosis pasien adalah
a. Asma
b. PPOK
c. Abses paru
d. Pneumonia Pneumocystisjiroveci (PCP)
e. Emboli paru
91. Seorang pasien mengalami distress respirasi dan kolaps kardiovaskuler saat induksi
anestesi general. Pemeriksaan di bawah ini yang paling bermanfaat dalam menetapkan
pencetus proses yang dimediasi IgE (mekanisme anafilaksis) adalah
a. Peningkatan tryptase serum sekitar 1 jam setelah kolaps
b. Kadar IgE serum total
c. Skin prick test terhadap agen anestesi
d. Kadar C3 dan C4 plasma
e. IgE spesifik terhadap lateks
92. Seorang wanita usia 67 tahun dengan riwayat diabetes melitus tipe 2 dan hipertensi dan
sedang mengkonsumsi bebera[a obat sekaligus datang dengan serangan angioedema yang
kedua dalam periode 4 bulan ini. Serangan dapat diatasi dengan anti-histamin, steroid iv,
dan adrenalin s/c di IGD. Obat di bawah ini yang paling mungkin menyebabkan kondisi
angioedema pasien tersebut adalah
a. Atorvastatin
b. Doxazosin
c. Metformin
d. Ramipril
e. Sitagliptin
93. Seorang turis ditemukan tidak sadar di tempat ski dan dibawa ke rumah sakit. Pasien
memiliki riwayat penggunaan obat-obatan terlarang dan terdapat ulkus kaki kronik pada
tungkainya disertai ruam purpura pada kedua tungkai bawah. Dari hasil laboratorium
didapatkan adanya acute kidney injury. Pemeriksaan lanjutan yang paling membantu
diagnosis pasien adalah
a. Cold agglutinin
b. Krioglobulin
c. Pemeriksaan hepatitis A
d. Viskositas darah
e. Pemeriksaan komplemen
94. Seorang laki-laki usia 38 tahun datang dengan keluhan mudah lelah, nyeri sendi, tidak
nafsu makan, dan penurunan berat badan. Pasien tidak memiliki riwayat penyakit yang
signifikan. Pada pemeriksaan TD 150/92 mmHg, nadi 78x/menit, regular. Paru dalam
batas normal. Abdomen supel, nyeri tekan (-), BMI 24. Pemeriksaan lab

Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan

Hb 10 mg/dl 11.5-16.5

AL 10.2 x 109/l 4-11

AT 198 x 109/l 150-400


Natrium 137 mmol/l 135-146

Kalium 5.4 mmol/l 3.5-5

Kreatinin 1.9 mg/dl 0.89-1.33

Urin Darah ++, protein ++

Rontgen toraks Dalam batas normal

Biopsi ginjal Nekrotisasi, glomerulonephritis granulomatosa

Marker imunologi yang akan positif pada pasien ini adalah


a. Antibodi anti-CCP
b. Antibodi anti-nuklear
c. Antibodi anti-Ro
d. Antibodi anti-smooth muscle
e. p-ANCA
95. Seorang wanita usia 18 tahun datang dengan riwayat poliartralgia dan kekakuan sendi
terutama saat pagi hari sejak 3 bulan yang lalu. Gejala membaik dengan pemberian
diklofenak tetapi pasien khawatir karena gejala-nya semakin lama semakin memberat.
Pasien memiliki riwayat penyakit acne yang terkontrol dengan pemberian minosiklin. Ibu
pasien memiliki riwayat artritis rematoid. Pemeriksaan lab didapatkan

Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan

LED 50 mm/jam 0-20

hsCRP 100 mg/L <10

Faktor rematoid Negatif

ANA Positif kuat (1:1600)

Antibodi anti-dsDNA Negatif

IgG 25 g/L <15

Penyebab yang paling mungkin adalah


a. Drug-induced lupus
b. Fibromialgia
c. Artritis rheumatoid
d. Spondiloartropati seronegative
e. SLE
96. Seorang Wanita 45 tahun, single parents yang bekerja di sebuah instansi, datang
dengan keluhan tidak bisa tidur selama 1 minggu. Pasien sejak muda memiliki
riwayat asam lambung namun seiring bisa mengatur waktu makan lama-lama jarang
kambuh. Dalam 3 bulan ini pasien merasa tidak bisa tenang karena anak pertamanya
sedang persiapan masuk perguruan tinggi, pasien juga sering bertanya-tanya tentang
masa depan anaknya dengan harapan anaknya mendapat pekerjaan sebaik dirinya di
masa depan nanti. Pasien setiap bekerja selalu menelepon anaknya untuk memastikan
anaknya belajar dengan baik, sehingga pasien kadang lupa dengan pekerjaannya
sendiri. Pemeriksaan fisik CM, tanda vital TD 130/80, HR 110 x / menit, RR 22 x /
menit, suhu 36,5, Vas 0. Kedua ekstremitas superior teraba dingin. Tatalaksana pada
pasien tersebut:
a. Alprazolame
b. Diazepam
c. Amitriptilin
d. Buspiron
e. Fluoxetine
97. Seorang Wanita 30 tahun datang diantar oleh saudaranya dengan keluhan tidak tidur
sejak 3 hari, pasien sulit diajak komunikasi karena lebih sering melamun dan kosong
pandangannya. Menurut saudaranya, pasien sempat mengungkapkan keinginan untuk
mati. Pasien mulai sulit melakukan aktivitas sehari-hari sejak cerai dengan suaminya
1 bulan lalu, sulit diajak bicara dan sekali berkomunikasi pasien hanya mengatakan
bahwa dirinya tidak berguna dan tidak memiliki rencana apapun ke depannya. Pasien
sempat mengatakan rumah tangga orangtuanya juga tidak harmonis. Faktor presipitasi
pada kasus ini adalah:
a. Tidak bisa tidur
b. Cerai dengan suami
c. Keinginan untuk mati
d. Rumah tangga orang tua yang tidak harmonis
e. Sulit melakukan aktivitas sehari-hari
98. Pasien laki-laki 40 tahun datang ke poli penyakit dalam karena diare selama 3 minggu
terakhir dengan frekuensi diare > 3x dalam sehari. Konsistensi feses lembek dan
sedikit. Pasien juga merasakan kembung dan perasaan tidak nyaman di perut bagian
bawah. Pasien merasa membaik setelah buang air besar, namun keluhan selalu
muncul kembali. Pasien mengatakan selalu diare di setiap pekerjaannya menumpuk
dan harus lembur. Pasien menyangkal memiliki riwayat komorbid apapun. Pasien
masih ingin bekerja, masih ada semangat namun merasa terhambat karena keluhan
penyakitnya. Tanda Vital dalam batas normal, pemeriksaan fisik abdomen didapatkan
nyeri tekan di perut kiri bawah. Tatalaksana pada pasien ini:
a. Psikoterapi dan diet tinggi serat
b. Psikoterapi, diet tinggi serat dan alprazolam
c. Psikoterapi, diet renda serat dan psilium
d. Psikoterapi, diet rendah serat dan metilselulosa
e. Psikoterapi, antispasmodik
99. Laki-laki, 42 tahun, sering mengeluh lemas secara tiba-tiba sejak 3 bulan yang lalu.
Disertai keringat banyak, gelisah dan tidak sanggup melakukan kegiatan apapun.
Serangan tersebut datangnya tiba-tiba tanpa diketahui penyebabnya. Dengan durasi
10-20 menit. Dalam 1 minggu bisa terjadi 2-3 kali serangan. Nafsu makan tidak
berubah, tidak ada gangguan tidur,
tidak ingin bunuh diri tapi takut keluhannya membawa pada kematian. Pasien
memiliki riwayat sakit TBC yang sudah selesai diobati 6 bulan lalu. Dari pemeriksaan
fisik didapatkan TD 140/80, nadi 76x/m, RR 18x/m, suhu 36.2 Kemungkinan
diagnosis penderita adalah : a. Ganguan cemas
b. Transient ischemic attack
c. Depresi
d. Gangguan panik
e. Stress pasca trauma
100. Seorang laki-laki 28 tahun memiliki keluhan sering mudah lelah hingga tidak mampu
menyelesaikan pekerjaan sehari-hari. Pasien merasakan lelah sepanjang hari dan
tidak berkurang rasa lelahnya saat istirahat. Pasien juga mengeluhkan demam sumer-
sumer serta nyeri tenggorokan, saat ini terdapat benjolan nyeri di area leher. Riwayat
penyakit sebelumnya adalah demam tifoid. Pemeriksaan tanda vital TD 110/70, HR
98 x/ menit, RR 20 x / menit, suhu 37.5, Vas 0. Pemeriksaan fisik terdapat
limfadenopati area cervical anterior. Laboratorium darah dan rontgen dada masih
dalam batas normal. Diagnosis pasien:
a. Fibromyalgia
b. Depresi terselubung
c. Depresi ringan
d. Sindrom Lelah kronik
e. Faringitis akut
SESSION 2

1. Seorang laki-laki 53 tahun datang ke poli penyakit dalam dengna keluhan nyeri di perut
kanan atas sejak 1 minggu terakhir. Pasien adalah seorang penderita diabetes mellitus
sejak 2 tahun yang rutin berobat dengan menggunakan insulin basal bolus. Bulan lalu
pasien dilakukan pemeriksaan profil lipid dan didapatkan hasil kolesterol total, HDL,
LDL, TG. Pasien kemudian diberikan obat simvastatin 20 mg. Dari hasil pemeriksaan
laboratorium saat ini, didapatkan peningkatan nilai SGPT 5x nilai batas atas normal
dengan GDP pasien 112 mg/dl. Apakah sebaiknya yang anda lakukan terhadap pasien
terkait keluhannya?
a. Mengganti dengan statin yang water soluble
b. Menurunkan dosis statin
c. Meneruskan penggunaan statin
d. Menambahkan hepatoprotektor
e. Mengganti dengan golongan fibrat
2. Seorang perempuan 59 tahun datang ke poli penyakit dalam karena rujukan dari dokter
jantung. Pasien baru didiagnosa atrial fibrilasi dan hipertensi sejak 1 bulan lalu. Pasien
sudah diberikan pengobatan carvedilol, ramipril, warfarin, dan CPG. Pasien membawa
hasil pemeriksaan fungsi tiroid bulan lalu dan didapatkan hasil TSH : 0,05 mU/L (normal
0,4-5 mU/L) FT4 : 1,2 ng/dL (normal 0,71-1,8 ng/dl). Hasil pemeriksaan fisik didapatkan
TD 140/70 mmHg, N 108x/m ireguler, RR 20x/m, S 36,9 C Manajemen selanjutnya pada
pasien tersebut adalah :
a. USG tiroid
b. Observasi
c. Terapi dengan obat antitiroid
d. Ulang pemeriksaan TSH dan FT4
e. Lakukan pemeriksaan FT3
3. Pasien perempuan 28 tahun datang ke Poli Penyakit Dalam dengan keluhan nyeri di sekitar
leher dan batuk sejak 1 minggu. Keluhan lain yang dialami pasien adalah dada berdebar
debar dan penurunan berat badan sejak sekitar 3 bulan terakhir. Pemeriksaan tanda vital
TD 110/60 mmHg, nadi 104x/m, pernafasan 22x/m, suhu 37,3 C. Pemeriksaan fisik lain
dalam batas normal. Hasil USG Doppler color pada tiroid ditemukan gambaran folikel
tiroid yang membesar dan homogen serta tampak gambaran vascular yang meningkat.
Diagnosis pasien adalah
a. Tiroiditis subakut
b. Tiroiditis Hashimoto
c. Graves disease
d. Tirotoksikosis
e. Tiroiditis Riedl
4. Seorang wanita 30 tahun datang ke poli penyakit dalam dengan keluhan lemas, letih dan
berat badan yang meningkat sejak 3 bulan SMRS. Pasien juga mengaku memiliki keluhan
nyeri kepala yang hilang timbul sejak 6 bulan terakhir dan membaik dengan minum obat
nyeri. Pemeriksaan fisik normal, namun mulai tampak hiperpigmentasi di sekitar jari
tangan. IMT pasien 21,7 kg/m2. Pemeriksaan tanda vital TD 90/60 mmHg, nadi 64x/m,
pernafasan 22x/m, suhu 36,5 C. Hasil pemeriksaan lab didapatkan Hb 11,7 mg/dl,
Leukosit 7000/mm, Trombosit 200.000/mm, TSH 1,3 ng/dl (0,25-4,2 ng/dl). Hasil usg
abd dalam batas normal. Usulan pemeriksaan selanjutnya pada pasien ini adalah?
a. MRI kepala
b. Cek ACTH
c. Cek kortisol
d. Cek fungsi ginjal
e. Cek FT4
5. Seorang laki-laki 50 tahun datang ke poli penyakit dalam untuk berkonsultasi. Pasien
adalah penyandang diabetes mellitus yang rutin berobat. Gula darah puasa dan sewaktu
pasien terkontrol baik dengan obat-obatan glimepiride, acarbose, dan thiazolidindione.
Dulu pasien pernah mengkonsumsi metformin namun mual dan diare. Pasien mengaku
ingin menjalankan Ibadan puasa Ramadan dan ingin berkonsultasi tentang cara minum
obat-obatannya. Edukasi yang tepat kepada pasien adalah
a. Glimepiride tetap sesuai dosis awal dan diminum saat sahur
b. Glimepiride diturunkan dosisnya dan diminum saat buka puasa
c. Acarbose sebaiknya dihentikan karena efek sampingnya pada GI tract
d. Thiazolidindione sebaiknya diminum saat sahur
e. Thiazolidindione diturunkan dosisnya sebanyak 50% untuk menghindari hipoglikemia 6.
Wanita 21 tahun datang ke poli penyakit dalam dengan keluhan belum pernah menstruasi
selama ini. Menurut orang tua, pasien juga memiliki tinggi badan yang kurang bila
dibandingkan dengan kakak perempuannya di usia yang sama. Gizi yang diberikan oleh
orang tua juga cukup. Dari pemeriksaan fisik didapatkan leher pendek, pertumbuhan
payudara yang minimal, rambut pubis yang jarang serta jari-jari di tangan dan kaki yang
pendek. Pemeriksaan ginekologi dalam batas normal. IMT pasien 27 kg/m2 dengan hasil
lab FSH dan LH yang tinggi. Diagnosis yang paling mungkin pada pasien adalah a.
Agenesis saluran Muller
b. Sindrom Klinefelter
c. Sindrom Jacob
d. Sindrom Turner
e. Sindrom insensivitas androgen
7. Seorang perempuan 41 tahun datang diantar keluarganya ke IGD karena keadaan yang
lemah dan keringat dingin. Pasien masih dalam keadaan composmentis. Pasien masih
sanggup berkomunikasi walau dengan tangan dan kaki yang masih gemetar. Keluarga
menyatakan bahwa pasien sering mengalami kondisi seperti ini sejak 4 bulan ini. Pasien
juga mengeluhkan nyeri di ulu hati. Sekitar 2 minggu yang lalu pasien juga mengeluhkan
keadaan yang sama. Dari hasil pemeriksaan tanda vital didapatkan TD 100/70 mmHg, N
106x/menit, RR 16x/menit, suhu 36,8°C. Hasil pemeriksaan fisik lainnya dalam batas
normal. Pemeriksaan GDS pasien didapatkan hasil 48 mg/dl. Setelah diberikan infus
dekstrosa, kondisi pasien membaik. Hasil pemeriksaan lanjutan yang diharapkan pada
pasien adalah
a. Proinsulin meningkat, C peptide menurun, insulin menurun
b. Proinsulin meningkat, C peptide meningkat, insulin menurun
c. Proinsulin meningkat, C peptide menurun, insulin meningkat
d. Proinsulin meningkat, C peptide meningkat, insulin meningkat
e. Proinsulin menurun, C peptide menurun, insulin menurun
8. Seorang wanita 31 tahun sedang hamil G2P1A0 usia kehamilan 12 minggu datang ke
dokter untuk kontrol kehamilan. Pemeriksaan obstetric tidak dijumpai kelainan, keadaan
janin baik, namun ibu mengeluhkan sering BAK dan haus. Pemeriksaan glukosa GDP
didapatkan hasil 110 mg/dl. Kapan pemeriksaan ulangan sebaiknya dilakukan?
b. Usia kehamilan 14 – 18 minggu
c. Usia kehamilan 24 – 28 minggu
d. Usia kehamilan 34 – 38 minggu
e. Mulai trimester 3
f. Sesegera mungkin
9. Seorang perempuan 25 tahun dibawa ke IGD oleh keluarganya dengan kondisi lemas.
Pasien mengeluh sering buang air kecil sejak 2 minggu terakhir. Riwayat kecelakaan 1
bulan yang lalu dengan kontusio cerebri. Pada pemeriksaan fisik didapatkan TD 80/60
mmHg; HR 120x/menit, regular; frekuensi nafas 20x/menit; suhu badan 36,4 C.
Pemeriksaan fisik lain dalam batas normal. Hasil laboratorium: GDS 145 mg/dL; ureum
43 mg/dL; kreatinin 0,9 mg/dL; natrium 153 mEq/L; kalium 4,2 mEq/L; klorida 120
mEq/L; osmolalitas urine 160 mOsm/kg; osmolalitas plasma 312 mOsm/kg. Urinalisis:
berat jenis (BJ) 1,001. Setelah water deprivation test dan uji pitresin, terdapat penurunan
produksi urin, peningkatan osmolalitas urin dan penurunan osmolalitas plasma. Diagnosis
yang paling sesuai pada pasien ini adalah:
a. Diabetes insipidus tipe campuran
b. Diabetes insipidus nefrogenik
c. Diabetes insipidus sentral
d. Polidipsia psikogenik
e. Sindrom SIADH
10. Seorang pria 50 tahun dibawa ke Rumah sakit karena penurunan kesadaran sejak 1 hari
SMRS. Menurut keluarga, pasien tampak lemah dan tidak banyak beraktivitas. Pesien
sekitar 3 hari yang lalu baru pulang dari RS setelah dilakukan operasi pengankatan
adrenal akibat adanya massa di kelenjar adrenal sinistra. Hasil PA masih belum
diketahui. Kesadaran pasien didapatkan GCS E3M3V4, TD 90/50 mmHg, nadi 60x/m,
RR 24x/m S 36,8 C. Hasil lab; Hb 10,4 g/dl, leukosit 5000/mm, trombosit 250.000/mm,
GDS 91 mg/dl. Pemeriksaan selanjutnya yang dianjurkan pada pasien adalah:
a. Tes metanefrin
b. Kortisol pagi
c. Tes ACTH
d. Tunggu hasil PA
e. Urin rutin
11. Seorang laki laki usia 53 tahun kontrol ke poli penyakit dalam dengan riwayat DM sejak
10 tahun yang lalu. Pasien memiliki riwayat stroke dan pemasangan stent coroner. PF:
tekanan darah 150/80mmHg; frekuensi nadi 90x/menit, frekuensi napas 20x/menit.
Laboratorium: HbA1C 9.5%, kolesterol total 250 mg/dL, trigliserida 202 mg/dL, LDL
170 mg/dL, HDL 40 mg/dL. Pilihan tatalaksana dislipidemia yang tepat untuk pasien ini
adalah:
a. Atorvastatin 20 mg dengan target LDL < 70 mg/dL
b. Simvastatin 40 mg dengan target LDL< 100 mg/dL
c. Pitavastatin 40 mg dengan target LDL< 100 mg/dL
d. Rosuvastatin 40 mg dengan target LDL< 70 mg/dL
e. Atorvastatin 40 mg dengan target LDL< 100 mg/dL
12. Seorang perempuan usia 35 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan nyeri pada
persendian yang sudah dirasakan selama kurang lebih 3 bulan. Pemeriksaan fisis
didapatkan pembengkakan dan nyeri tekan pada sendi interfalang proksimal (PIP) II
sampai V kanan dan kiri, sendi metakarpofalang (MCP) II sampai V kanan dan kiri,
pergelangan tangan kanan dan kiri dan sendi lutut kanan dan kiri. Pasien memiliki
riwayat merokok dan konsumsi alkohol lebih dari 2 gelas perhari. Hasil laboratorium:
hemoglobin 10 gr/dL, leukosit 4.000/uL, Trombosit 260.000/uL, laju endap darah
(LED) 80 mm/jam, SGOT 23 mg/dL, SGPT 26 mg/dL, RF +. Terapi yang paling
tepat pada pasien tersebut adalah
A. OAINS+ MTX
B. Kortikoteroid dosis tinggi +MTX
C. MTX+Leflunomid
D. Leflunomid+Sulfasalazine
E. Sulfasalazine + MTX
13. Berikut merupakan deformitas sendi pada AR
A. Swan Neck : Hiperfleksi PIP dan Flexi DIP
B. Boutonniere: Flexi DIP dan Hiperextensi PIP
C. Mallet: Felxi DIP dengan kesulitan Felxi jari
D. Z-Tumb : Hiperfelxi parah ibu jari tangan sehingga membentuk bentuk Z E.
Fusiform Sweeling : Sinovitis pada DIP sehingga menyebabkan jari terlihat lebih kurus
14. Seorang perempuan 21 tahun datang dengan keluhan nyeri sendi, rasa lelah, rambut
rontok, dan wajah merah, nyeri kepala hebat, mual muntah, sempat tidak sadar di rumah.
Keluhan disertai demam tidak begitu tinggi dan sariawan yang sudah dialami sejak 1
bulan terakhir. Pemeriksaan fisis didapatkan suhu 37,8o C, rambut mudah dicabut,
anemis, malar rash, ulkus oral, dan bengkak di sendi kedua tangan dan lutut. TB 165 cm,
BB 50 kgHasil laboratorium: Hb 8,2 g/dl, L 3600/mm3 , trombosit 98.000/mm3, ANA +

1/320, Anti SMith +


Tatalaksana pada pasen diatas adalah
A. Methilprednisolon 500 mg/24 jam + Azatrioprin 100mg/hari+Hidroxicloroquin
200mg/hari
B. Methilprednisolon 125 mg/24 jam + Azatrioprin 50mg/hari+Hidroxicloroquin
200mg/hari
C. Methilprednisolon 250 mg/48 jam + Azatrioprin 100mg/hari+Hidroxicloroquin
200mg/hari
D. Methilprednisolon 125 mg/24 jam + Azatrioprin 75mg/hari+Hidroxicloroquin
200mg/hari
E. Methilprednisolon 32 mg/24 jam + Azatrioprin 100mg/hari+Hidroxicloroquin
200mg/hari
15. Seorang perempuan 21 tahun datang dengan keluhan nyeri sendi, rasa lelah, rambut
rontok, dan wajah merah. Keluhan disertai demam tidak begitu tinggi dan sariawan
yang sudah dialami sejak 1 bulan terakhir. Pemeriksaan fisis didapatkan suhu 37,8o
C, rambut mudah dicabut, anemis, malar rash, ulkus oral, dan bengkak di sendi kedua
tangan dan lutut. TB 165 cm, BB 50 kgHasil laboratorium: Hb 8,2 g/dl, L 3600/mm3 ,
trombosit 98.000/mm3, ANA + 1/320, Anti SMith +. Pasien baru menikah dan ingin
segera memiliki anak. Apada sarah yang dapat anda berikan terkait kondisi pasien.
A. Boleh langsung hamil dan tidak perlu gunakan kontrasepsi. diberikan MMF dan
HCQ B. Boleh langsung hamil dan tidak perlu gunakan kontrasepsi. diberikan
MMF dan HCQ C. Tunda Kehamilan dan gunakan kontrasepsi yang efektif.
diberikan MMF dan HCQ D. Tunda Kehamilan dan gunakan kontrasepsi yang
efektif. diberikan Azatioprin dan HCQ
E. Tunda Kehamilan dan gunakan kontrasepsi yang efektif. diberikan High Dose
Kortikoteroid dan HCQ
16. Seorang perempuan 21 tahun datang dengan pengobatan SLE rutin dengan Azatioprin
50 mg/24 jam, Methilprednisolon 8 mg/24 jam, HCQ 200mg /24 jam, pasien
mengeluhkan nyeri perut yang hebat diseluruh lapang perut, terdapat tanda defans
muskuler, dan perut seperti papan. Pasien BB 50 kg Hasil laboratorium: Hb 13.6 g/dl,
L 15600/mm3 , trombosit 98.000/mm3, ureum 30 cr 1,0 Sgot 40 Sgpt 50. Pasien
hendak dilakuakn operasi laparatomi cito untuk kondisinya. Bagiamana dosis
supementasi kortikosteroid pada pasien ini
A. Dosisi Harian ditambahkan 100-150 mg Methilprednisolon pada hari prosedur
dilanjut minimal hingga 3 hari
B. Dosis harian ditambakan 30 mg Methilprednisolon pada hari prosedur,
diturunkan 1-2 hari berikutnya
C. Dosis harian ditambakan 30 mg Methilprednisolon pada hari prosedur, dilanjut
minimal hingga 3 hari
D. Dosisi Harian ditambahkan 100-150 mg Methilprednisolon pada hari prosedur
diturunkan 1-2 hari berikutnya
E. Tidak Memerlukan suplemenytasi KS bila operasi lancar, bila gagal dapat
diberikan injeksi 125 mg Methilprednisolon
17. Seorang laki-laki berusia 18 tahun datang dengan keluhan nyeri dan bengkak di lutut
kanan dalam 2 hari ini, tanpa riwayat trauma. Seminggu yang lalu pasien juga pernah
mengalami nyeri dan bengkak di kedua sendi pergelangan kaki, pergelangan tangan
dan juga siku namun sudah sembuh dengan obat asam mefenamat. Dua minggu yang
lalu pasien mengalami nyeri tenggorokan. Pasien saat ini juga mengeluhkan demam.
Pemeriksaan fisis didapatkan TD: 130/80 mmHg, nadi: 80 x/menit. respirasi: 16
x/menit, Suhu 38.5o C. Pemeriksaan auskultasi jantung tidak didapatkan murmur.
Pada pemeriksaan ekstrimitas: kedua lengan pasien
didapatkan nodul subkutan. Terdapat hangat dan nyeri tekan di genu dekstra. Hasil
laboratorium: Hb 12 g/dL, leukosit 8000 /uL, trombosit 330.000 /uL, LED 75
mm/jam. ASTO 800. Terapi pada yang tepat pada kasus diatas adalah
A. Eritromisin 400mg/8 jam selama 10 hari, Aspirin 100mg/kg/hari
B. Eritromisin 600mg/6 jam selama 10 hari, Aspirin 100mg/kg/hari
C. Klaritomisin 500mg/8 jam selama 10 hari, Aspirin 50mg/kg/hari
D. Klaritomisin 500mg/8 jam selama 10 hari, Aspirin 50mg/kg/hari
E. Azitromicin 250mg/ 6 jam selama 10 hari, Aspirin 100mg/kg/hari
18. Seorang perempuan berusia 65 tahun mengeluhkan nyeri punggung setelah jatuh
dalam posisi duduk di kamar mandi 2 hari yang lalu, pasein masih dapat berdiri dan
berjalan setelah jatuh. Pasien memiliki riwayat histerektomi total pada usia 43 tahun
sehingga sudah menopause sejak usia tersebut. Pasien sebelumnya bekerja sebagai
salah satu manajer perusahaan swasta, sehingga rutin melakukan pemeriksaan
kesehatan saat bekerja dan saat ini didapatkan tinggi badannya 165 cm, padahal
sebelum purnatugas tinggi badannya 168 cm. Pada pemeriksaan fisis didapatkan nyeri
tekan (+) pada area ruas tulang belakang torakal VIII IX. Hasil BMD didapatkan T
Score -2,6
Tatalaksanan farmakologis pada pasien diatas adalah
A. Pasien terdiagnosa Osteopenia Berat diberikan edukasi pola makan seimbang,
pertahankan berat badan seimbang, mulai terapi bifosfonat, suplementasi
calsium dan vitamin D
B. Pasien terdiagnosa Osteoporosis Berat diberikan edukasi pola makan seimbang,
pertahankan berat badan seimbang, belum perlu terapi bifosfonat, suplementasi
calsium dan vitamin D
C. Pasien terdiagnosa Osteoporosis diberikan edukasi pola makan seimbang,
pertahankan berat badan seimbang, mulai terapi bifosfonat, suplementasi
calsium dan vitamin D
D. Pasien terdiagnosa Osteoporosis diberikan edukasi pola makan seimbang,
pertahankan berat badan seimbang, Belum perlu terapi bifosfonat,
suplementasi calsium dan vitamin D
E. Pasien terdiagnosa Osteoporosis Berat diberikan edukasi pola makan seimbang,
pertahankan berat badan seimbang, mulai terapi bifosfonat, suplementasi
calsium dan vitamin D
19. Seorang perempuan berusia 28 tahun datang ke poliklinik dengan nyeri-nyeri sendi di
sendi jari tangan dan kaki. Ditemukan adanya tanda kehitaman di ujung jari. Pasien
mimiliki riwayat rhinitis alergy dan asma. Pasien mengalami kelemahan pada kaki
sebelah kanan, disertai dengan kebas. Pasien juga mengatakan adanya bab yang
bercampur lendir darah. ANCA +. Diagnosis yang paling mungkin pada pasien
tersebut adalah
A. Granulomatous Wagener
B. Churg Straus Syndrome
C. PAN
D. Takayasu
E. SJogren Syndrome
20. Seorang pria berusia 54 tahun datang untuk evaluasi demam, sinusitis dengan sekret
hidung purulen, dan malais selama 6 bulan terakhir. Gejalanya telah refrakter
terhadap berbagai rangkaian antibiotik oral. Ia menyangkal adanya sesak napas, mati
rasa atau kesemutan, kelemahan fokal, atau lesi kulit. Pemeriksaan Fisik didapatkan
untuk perforasi septum hidung anterior, pengerasan kulit hidung dengan gumpalan,
dan kelainan bentuk hidung pelana awal. Paru-paru dalam batas normal. Pemeriksaan
kulit dan neurologis dalam batas normal. cANCA positif pada titer 1:640, dan PR3
positif. Parameter ginjal biasa-biasa saja. Rontgen dada jelas. Sinus CT menunjukkan
pan-sinusitis kronis. Selain steroid oral, obat yang dapat diberikan adalah
A. Rituximab
B. Hydroxychloroquine
C. Colchicine
D. Methotrexate
E. Sulfasalazine
21. Seorang laki-laki 74 tahun diantar keluarganya ke poliklinik penyakit dalam dengan
keluhan nyeri pada daerah bokong. Keluhan semakin dirasakan memberat sejak 2 hari
terakhir. Sejak 3 hari yang lalu pasien hanya dapat berbaring di tempat tidur setelah
sebelumnya pasien mengalami jatuh saat berada dikamar mandi. Berikut ini metode
pemeriksaan fisik manakah
yang paling tepat untuk menentukan diskrepansi panjang tungkai pasien dengan posisi
berbaring?
a. Mengukur panjang antara spina iliaka anterior inferior dengan malleolus medialis b.
Mengukur panjang antara spina iliaka anterior inferior dengan malleolus lateralis
c. Mengukur panjang antara spina iliaka anterior superior dengan malleolus medialis
d. Mengukur panjang antara spina iliaka anterior superior dengan malleolus lateralis
e. Mengukur panjang antara simfisis pubis dengan malleolus medialis

22. Seorang perempuan 76 tahun dibawa keluarganya ke poliklinik dengan keluhan sering lupa
sejak 6 bulan terakhir. Akhir-akhir ini pasien sering mengatakan bahwa dia belum diberikan
makan padahal pasien baru selesai makan. Sesaat setelah minum obat pun pasien juga lupa
bahwa obat sudah diminumkan oleh anaknya. Pasien memiliki riwayat hipertensi terkontrol
sejak 15 tahun dan rutin mengkonsumsi amlodipine 1x5 mg, captopril 3x12,5 mg dan
metformin 3x500 mg yang diperoleh dari puskesmas. Stroke dan sakit jantung disangkal. Skor
ADL Barthel 18/20. Tatalaksana yang paling tepat untuk pasien ini adalah a. Serotonin
selective reuptake inhibitor
b. Cognitive behavior therapy
c. Kolinesterase inhibitor
d. Psikoterapi inhibitor
e. Antikolinergik

23. Pria 60 tahun mengeluh sulit BAB sejak 14 hari yang lalu. Pasien mengaku sebelumnya
BAB rutin 2-3 hari sekali. tidak ada perubahan pola makan, sehari hari rutin
mengkonsumsi sayur dan buah dan minum air putih 7-8 gelas sehari. Sejak 7 bulan yang
lalu pasien didiagnosis kanker prostat,dikatakan sudah menyebar ke tulang belakang.
Sudah dilakukan operasi dan radiasi. Sejak 3 bulan terakhir pasien mengkonsumsi obat
anti nyeri golongan morfin dan sirup pencahar. Tindakan yang paling tepat yang dapat
dilakukan yaitu :
a. Mengurangi dosis morfin
b. Menambah dosis pencahar
c. Diit tinggi serat lebih banyak
d. Memberikan fosfat enema
e. Mengganti morfin dengan fentanyl patch

24. Seorang perempuan 67 tahun dibawa ke IGD oleh keluarga karena gelisah dan marah-
marah sejak 2 hari yang lalu. Keluarga mengaku sejak 2 minggu terakhir mengalami sulit
tidur. Pasien memiliki riwayat jatuh 3 bulan yang lalu dan dinyatakan terkena stroke.
Semenjak
stroke, pasien masih dapat berjalan dengan kaki kiri dengan dipapah dan lebih sering
berbaring di tempat tidur. Pasien mulai sering lupa, buang air kecil tidak terkontrol namun
sulit buang air besar. Keluhan batuk, demam dan nyeri diangkal. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan pasien tampak gelisah, pemeriksaan paru tidak didapatkan ronkhi, abdomen
teraba skibala, paralisis nervus VII dan X dekstra, kekuatan motorik ekstremitas kanan
2222 dan ekstremitas kiri 5555. Pemeriksaan lain dalam batas normal. Skor ADL barthel
5/20. Pemeriksaan foto thoraks dan laboratorium dalam batas normal. Faktor pencetus
yang dipikirkan mengakibatkan kondisi pasien ini adalah
a. Impairment of cognition
b. Gangguan pola tidur
c. Instabilitas postural
d. Inkontinensia urin
e. Imobilisasi

25. Seorang laki-laki 70 tahun, datang ke poli geriatri dengan keluhan sulit BAB sejak 2
minggu. BAB hanya sekali dalam 3 hari terakhir ini. BAB harus mengejan, merasa tidak
tuntas, feces keras, disertai nyeri perut saat BAB. BAB tidak disertai darah maupun lendir,
berat badan tidak menurun dan tidak demam. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan
darah 140/90, nadi 95x/menit, RR 20x/menit, suhu 36,5 C. Pada rectal toucher didapatkan
ampula recti tidak kolaps tonus sfingter anicukup, tidak didapatkan massa, teraba feces
dengan konsistensi keras. Dari pemeriksaan uji manometri didapatkan hasil normal.
Penyebab terbanyak dari kasus diatas adalah :
a. Non spesifik
b. Keganasan kolorektal
c. Gangguan tekanan rectum dan anus
d. Gangguan kontraksi dan tonus otot
e. Gangguan sistem saraf pudendus

26. Perempuan usia 74 tahun berobat ke poliklinik dengan keluhan sering lupa sejak 3 bulan
terakhir. Menurut keluarganya 3 bulan lalu pasien tiba-tiba bicaranya cadel disertai
kelemahan sisi tubuh bagian kanan, namun keluhan cadel dan kelemahan tubuh bagian
kanan berangsur angsur membaik setelah diperiksakan ke dokter saraf. Pasien memiliki
riwayat hipertensi yang tak terkontrol sejak 15 tahun. Pemeriksaan Mini Mental State
Examination (MMSE) hasilnya 25/30, skor basic activity of daily living (ADL) Barthel
20/20. Diagnosis yang sesuai dengan pasien ini adalah :
a. Demensia Alzheimer
b. Mild cognitive impairment
c. Temporoparietal demensia
d. Hungtington disease dementia
e. Vascular cognitive impairment

27.Seorang laki-laki 81 tahun dibawa keluarganya ke poliklinik dengan keluhan mudah lelah
sejak 3 bulan terakhir. Pasien harus dibantu oleh keluarganya apabila ingin berjalan atau
berkatifitas. Keluhan juga disertai dengan berat badan yang semakin turun dan nafsu
makan yang kurang. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan TD 100/70 mmHg, N 88 x/m, RR
18x/m dan S 36,5 C. IMT pasien adalah 17,5 kg/m2. Kecepatan berjalan pasien adalah 0.7
meter/menit, kekuatan genggam tangan rendah. Terapi nutrisi yang direkomendasikan
untuk pasien adalah
a. Diet tinggi protein leusin
b. Diet tinggi protein isoleusin
c. Diet tinggi protein valin
d. Diet tinggi serat dan mineral
e. Diet tinggi karbohidrat kompleks

28. Seorang wanita berusia 76 tahun datang untuk pemeriksaan kesehatan rutin. Saat ini pasien
tidak memiliki keluhan fisik khusus. Pasien mengaku selama ini mengikuti pola hidup yang
sehat, tidak memiliki penyakit kronik, dan rutin berolah raga teratur. BBnya turun dari
yang sebelumnya agak gemuk. Pemeriksaan fisik dan penunjang umum menunjukkan
tidak ada kelainan yang berarti. Dokter kemudian menyarankan pasien menjalani
pemeriksaan Bioimpedance analysis dan didapatkan adanya penurunan massa otot yang
signifikan. Pemeriksaan handgrip strength menurun dan get-up-and-go test masih dalam
batas normal. Salah satu komponen frailty pada kasus ini adalah:
a. Penurunan berat badan
b. Penurunan massa otot
c. Penurunan kekuatan genggaman tangan
d. Tes get up and go yang masih normal
e. Tidak memiliki penyakit kronik

29. Seorang perempuan berusia 68 tahun, dibawa berobat ke poliklinik geriatri oleh
keluarganya dengan keluhan sering mengompol sejak 3 bulan ini. Keluhan dirasakan
bertambah berat sejak 1 bulan terakhir. Keluhan timbul terutama bila batuk ataupun bersin.
Buang air besar rutin 2 hari sekali. Tidak terdapat riwayat stroke, diabetes mellitus maupun
hipertensi. Riwayat melahirkan 6 orang anak. Pemeriksaan residu urine pasca miksi
didapatkan volume residu 50 ml. Mekanisme yang mendasari terjadinya inkontinensia urin
persisten pada pasien ini adalah :
a. Hipersensitivitas otot kandung kemih
b. Peningkatan tegangan kandung kemih
c. Kelemahan otot dinding perut disertai penutupan spinchter yang tidak adekuat d.
Kelemahan otot detrusor disertai penutupan sphincter yang tidak adekuat e. Kelemahan
otot dasar panggul disertai penutupan sphincter yang tidak adekuat

30. Seorang pria berusia 47 tahun datang dengan HIV on ARV, pasien mengakui tidak
minum rutin obat ARV. saat ini keluhan yang paling dirasakan pasien adalah adanya
sariawan di mulut yang lebar dan nyeri sehingga pasien tidak bisa makan. Sariawan
dengan sepeti plak dengan dasar kemerahan disertai dengan bercak2 purtih di plak
tersebut.

Tatalaksana yang paling tepat pada pasien diatas adalah?

A. Flukonazole 1x 100 mg
B. Flukonazole 2x200mg
C. Itrakonazole 3x100mg
D. Itrakonazole 3x200mg
E. Ketokonazole 1x400mg

31. Seorang pasien .Pria 25 tahun datang dengan demam 5 hari SMRS dan saat ini terasa
pegal-pegal, lemas, sakit menelan dan tidak mau makan. Muncul kemerahan di ujung-
ujung bibir. Pada pemeriksaan didapatkan ginggivostomatitis dan faringitis. Terapi yang
paling tepat diberikan adalah
A. Asiklovir (200mg 5x/hari)

B. Asiklovir (400mg 5x/hari)


C. Asiklovir (600mg 5x/hari)

D. Asiklovir (800mg 5x/hari)

E. Asiklovir (1000mg 5x/hari)

32. Tn YH, 37 tahun, dibawa ke IGD dengan dengan tidak sadarkan diri dan kejang-kejang
sejak 6 jam smrs. Pasien telah diketahui HIV (+) saat 3 tahun yang lalu ketika menjalani
skrining kesehatan untuk masuk kerja, pasien juga memiliki riwayat berganti-ganti
pasangan tanpa menggunakan pengaman sejak SMA hingga saat ini. Hingga saat ini
pasien tidak pernah mau untuk berobat. Pada hasil CT scan kepala, diperoleh gambaran
abses dengan ring enhancement di beberapa titik. pasien memiliki riwayat alergi obat
golongan sulfa. Pilihan pengobatan pilihan Anda berikan pada kasus ini adalah:
A. Pirimetamine 300mg hari 1 selanjutnya 50 mg/hari + Leukoforin 15 mg/hari +
Sulfadiazin 100mg/hari
B. Pirimetamine 200mg hari 1 selanjutnya 25mg/hari + Leukoforin 15 mg/hari +
Sulfadiazin 100mg/hari
C. Pirimetamine 200mg hari 1 selanjutnya 50 mg/hari + Leukoforin 15 mg/hari +
Klindamisin 4x600
D. Pirimetamine 200mg hari 1 selanjutnya 50 mg/hari + Leukoforin 15 mg/hari +
Klindamisin 4x600mg
E. Pirimetamine 200mg hari 1 selanjutnya 50 mg/hari + Leukoforin 15 mg/hari +
Dapson 1x100mg

33. Pasien 56 tahun dirawat dengan riwayat syok sepsis. Pasien masuk dalam kondisi syok
sepsis, terdapat ulkus diabetik pada kaki kananya. Saat dilakukan perawatan luka,
masih keluar cairan nanah berwarna kehijauan dari daerah luka, dan berbau. Terapi
antibiotik yang sesuai dengan kemungkinan penyebab infkesi diatas adalah?
A. Pipercilin /Tazobactam
B. Cefadroxil
C. moxifloxacin
D. Azitromicin
E. Eritromicin

34. Seorang wanita 60 tahun, saat ini dirawat di ruang intensif sejak 6 hari lalu. KOndisi
saat ini lemah, tanda vital didapatkan Tekanan dara 80/50 mmHg, Nadi 120x/menit,
laju nafas 24x./menit, pasien terpasang ventilator. Hb 12 Al 8.900 AT 98.000 SGOT 37
SGPT 40, Ureum 34 Cr 1,0. Pasien post operasi laparatomi karena peritonistis. Candida
Score 4. Tatalaksana yang sesuai pada pasien diatas adalah
A. LFamB 6-7 mg/kgBB/hari
B. AmB 2-3 mg/kgBB
C. Flukonazole 12mg/kgBB
D. Echinokandin 500mg/12 jam
E. Varikonazole 12 mg/kg /12 jam
35. Seorang Perempuan 28 tahun dengan HIV on ARV, datang karena ingin program
kehamilan, dan melahirkan secara normal. Bagaimana pendapat anda mengenai hal
tersebut? A. Pasien harus di cek CD4 sebelum program dengan syarat CD4 > 200
B. Dianjurkan SC saat proses persalinan
C. Viral load sebelum kehamilan harus blohe terdeteksi lowi dan melakukan
PPIA D. Ketika lahir bayu langsung diberikan Neviral Diviral untun
pencegahan
E. Rejimen ARV harus diganti dengan rejimen ARV yang mengandung boosted lopinavir

36. Seorang Wanita 34 tahun dengan HIV postif on ARV dengan kepatuhan yang buruk.
didapatkan keluhan demam, berat badan turun, diaere, rasa letih. Pemeriksaal lab
didapatkan adanya peninkatanadanya Cryptosporidia sp. Tatalaksana yang paling tepat
untuk kondisi yang dialami pasien dalan
A. Albendazole 400mg 2x1 selama 14 hari
B. Azitrimisin 1x400mg selama 14 hari
C. Klaritomisin 3x500mg sleama 7 hari
D. Kalritomisin 3x500mg selama 14 hari
E. Paramomisin3x 500mg selama 14 hari

37. Pasien datang serorang perawat usia 24 tahun, pasien tertusuk jarum bekas menginfus
pasien dengan HIV stadium IV, tetusuk sedalam 0,5 cm menembus sarung tangan.
Kejadi tertusuk 2 jam yang lalu. Pasien sudah ditest HIV dan hasil non reactif. Pasien
tidak ada riwayat perilaku berisiko sebelumnya. Bagaimana prosedur pemberian
Profilasis Pasca Pajanan (PPP) A. Pasien tidak memerlukan PPP
B. Pasien memerlukan PPP dengan 2 jenis obat
C. Pasien memerlukan PPP dengan 3 jenis obat
D. Pasien memerlukan PPP dengan 4 jenis obat
E. Pasien diberikan PPP bila bergejala

38. Pasien 23 tahun datang dengan keluhan demam sejak 8 hari lalu, demam muncul
mendadak tinggi, disertai dengan nyeri kepala, tidak mau makan, nyeri otot seluruh
badan terutama di extermitas bawah, mual muntah dan nyer abdomen. Pasien merasa
ngantuk dan susah dibangunkan. Pemeriksaan fisik didapatkan injeksi konjuntiva tanpa
sekret purulen, eritem faring, nyeri takan otot, terutama pada betis, dan rhonki pada
daerah par, splenomogali. Urine outpun pasien hanya 100 cc dalam 12 jam terakhir.
Pasen beberapa hari sebelum demam mengikuti kerjabakti membersihkan selokan yang
sering mampat saat musim hujan. Hasil Pemeriksaan Lanboratorium pasien Hb (,
bilirubin 10, SGOT 100 SGPT 110 Ureum 256 Cr 2,5. Tatalaksana yang tepat untuk
pasien tersebut adalah?
A. Doksisiklin Oral 2x100mh selama 7 hari
B. Penisilin G 1 Juta IU/6 Jam selama 6 hari
C. Penislin G 1,5 Juta IU/6 Jam selama 7 Hari
D. Doksisiklin IV 100mg/6 jam selama 7 hari
E. Sefotaksim 1g/6 Jam selama 5 hari
39. Seorang pria 52 tahun datang dengan keluhan demam, sakit kepala, mual muntah, BAK
kemerahan dan berbusa, muncul bejolan di area buah zakar dan selangkangan. Pasien
juga mengeluhkan adanya kaki kanan bengkak, membekas saat di pencet dan tidak
hilang saat kaki diangkat. Berat Badan 60 kg TB 160 cm. Hasil pemeriksaan tanda vital
dan fisik dalam batas normal. Hasil pemeriksaan darah kapiler didapatkan mikrofilaria.
Tatalaksana yang paling pada pasien tersebut adalah
A. Tirah baring, penggunaan stoking elastis, Dietilkarbamazine 360 mg/hari selama
6 hari kemudian diulang 1-6 bulan
B. Tirah baring, penggunaan stoking elastis, Dietilkarbamazine 360 mg/hari selama
12 hari kemudian diulang 6-12 bulan
C. Tirah baring, penggunaan stoking elastis, Dietilkarbamazine 360 mg/hari selama 12
hari kemudian diulang 1-6 bulan
D. Tirah baring, penggunaan stoking elastis, ivermectin 120mg/hari selama 12 hari
kemudian diulang 6-12 bulan
E. Tirah baring, penggunaan stoking elastis, Dietilkarbamazine 300mg/hari selama
12 hari kemudian diulang 6-12 bulan

40. Seorang petani tergigit ular di kaki kanannya saat berjalan di area rawa. Pasien
menggigil, nyeri, kemerahan disekitar lokasi giigtan, masih merasa sakit kepala, mual,
lidah tebal dan muntah. Otot rahang mulai merasa kaku dan susah membuka. Pasien
didapatkan luka gigitan terlihat ada bekas taring, dengan diamter kemerahan sekitar 18
cm. TD 160/98, RR 26x/menit, NAdi 124x/menit Suhu 37,7 NRS 8 di area tergigit.
Setelah di identifikasi ularnya menggigit jenis Hydropiidae. Berikut yang merupakan
tatalaksana yang tepat dalam pemberian SABU
A. Belum perlu sabu karena pasien masih sadar
B. 3-4 Vial SABU
C. 5-12 Vial SABU
D. 15-20 Vial SABU
E. Lebih dari 25 vial SABU
41. Seorang perempuan riwayat DM, datang dengan keluhan nyeri perut di ulu hati hilang
dan timbul sejak 1 hari SMRS, keluhan disertai sesak nafas. Pasien sudah minum
omeprazole 2 kali sehari namun masih tetap meraskaan nyeri yang hilang timbul.
TTV di poliklinik TD 150/70, HR 110 irreguler, RR 24, temp 36.5, Vas 3 di regio
hipokondriakan sinsitra. EKG menunjukkan aritmia, ST elevasi dan Q patologis di
V1-V5 dan gelombang p sulit dinilai GDS 215, LDL 250, HDL 30, Hs Troponin 250
mg / dl. Tatalaksana pada pasien:
a. Routine PPCI
b. Rescue PCI
c. Fibrinolysis
d. Antikoagulan UFH
e. Medical treatment dengan DAPT dan GP IIb/IIIa receptor inhibitors
Jenis pemeriksaan Nilai rujukan

TROPONIN I 0-0.04 ng/ml


GDS < 100 mg/dl

LDL 125-200 mg/dl

HDL 40 mg/dl

42. Seorang laki-laki usia 38 tahun datang ke IGD karena post pingsan saat bekerja.
Pasien bekerja sebagai kuli bangunan dan sering merasa lelah saat bekerja.
Karena pasien mengejar target dari atasannya, maka pasien bekerja dari pagi
hingga sore setiap harinya. Pasien tidak memiliki riwayat sakit apapun
sebelumnya, orang tua pasien dikabarkan memiliki riwayat meninggal karena
serangan jantung. TTV pasien TD 150/90, HR 70, RR
22, temp 36, Vas 0. EKG didapatkan gambaran sebagai berikut:

Diagnosis pasien:
a. AV block 1st degree
b. AV block 2nd degree Mobitz 1
c. AV block 2nd degree Mobitz 2
d. AV block 3rd degree
e. Atrial ekstra systole
43. Pasien laki-laki 40 th datang kontrol di poliklinik penyakit dalam setelah berbulan-
bulan kontrol karena sakit sesak nafas saat beraktivitas dan tidur malam, pasien
diketahui memiliki riwayat perokok berat hingga 3 bungkus perhari sejak masih
muda. Saat kontrol hari ini sesak nafas mulai berkurang. Pemeriksaan fisik pasien
tampak kakeksia, TD 130/70, RR 24, HR 88, temp 36, Vas 0. Tanda klinis didapatkan
JVP R+- 3, pelebaran batas jantung kanan, didapatkan juga murmur sistolik di SIC 4
linea parasternalis sinistra terutama meningkat saat inspirasi (Rivero-Carvello’s sign).
Pemeriksaan penunjang pertama yang dilakukan:
a. Kateterisasi jantung kanan
b. TEE
c. TTE
d. CT angiografi
e. Cardiac MRI
44. Seorang laki-laki 70 tahun datang ke IGD dengan lemas, demam sumer-sumer, nyeri
otot dan nyeri dada dalam seminggu terakhir. Pasien sering sesak nafas dalam
aktivitas sehari-hari. Dalam pemeriksaan fisik didapatkan TTV TD 120/80, HR 100,
RR 24, temp 38, Vas 0. Tampak petekie di area konjunctiva dan ekstremitas.
Didapatkan murmur holosistolik di area apek jantung. Pemeriksaan lab didapatkan Hb
13, AL 20, AT 150, LED 25 mm/jam, EKG didapatkan
sinus takikardia HR 110x, normoaksis, normorotation. Ekokardiografi menunjukkan
adanya vegetasi > 6mm di AML. Pasien direncanakan untuk kultur darah sebagai
gold standard untuk mendiagnosis penyakit pasien. Gejala mayor pada pasien tersebut
adalah: a. Petekie pada konjunctiva
b. Demam
c. Sesak nafas
d. Atralgia
e. Vegetasi pada AML
Jenis pemeriksaan Nilai rujukan

Hb 13-17 gr/dl (Laki-laki)


12-15 gr/dl (Wanita)

AL 4-11 x109/l

AT 150-400 x109/l

LED Laki: < 10 mm/jam,


Perempuan: < 15 mm/jam

45. Seorang Wanita 30 th datang berkonsultasi di poli penyakit dalam, pasien tersebut
telah terdiagnosis SLE sejak 3 tahun yang lalu dan sempat berhenti pengobatan
selama 1 tahun dengan MMF karena merasa bosan. Setelah vakum pengobatan,
pasien mulai merasakan adanya nyeri dada dan sesak nafas. Pada pemeriksaan fisik
pasien didapatkan friction rub, tidak ada ronki paru dan pembesaan jantung.
Manifestasi pada jantung yang tersering pada kasus pasien tersebut adalah:
a. Miokarditis
b. Endokarditis infektif
c. ADHF
d. Perikarditis akut
e. Perikarditis rheumatoid
46. Seorang laki-laki usia 60 th kontrol di poli penyakit dalam setelah rutin kontrol DM
dengan obat Metformin 3 x 500 Insulin kerja panjang disuntikkan 10 iu setiap malam.
Pasien juga memiliki riwayat hipertensi dengan pengobatan Ramipril 10 mg / hari dan
Bisoprolol 5 mg / hari. Pasien baru saja mengalami nyeri dada dan rawat inap dengan
diagnosis UAP 1 bulan yang lalu. Saat ini pasien tidak memiliki keluhan apapun. TD
130/80, HR 88, Tempt 36, RR 20, Vas 0. Dokter memutuskan melakukan USG dopler
terutama di kedua kaki dan leher pasien. Pada pemeriksaan USG dopler tersebut
terdapat gambaran plak di percabangan arteri karotis interna dan eksterna dengan
kemungkinan fibrofatty, stenosis 55%. Tambahan tatalaksana yang tepat pada pasien
ini selain terapi yang sudah ada adalah:
a. Atorvastatin, Aspilet
b. Aspilet dan Clopidogrel
c. Carotid Artery Stenting
d. Carotid Artery Endarterectomy
e. DAPT dan Carotid Artery Stenting
47. Seorang Wanita 65 tahun datang ke IGD dengan kondisi sesak nafas berat sejak 6 jam
SMRS. Pasien memiliki riwayat sakit jantung yang berhenti kontrol sejak 6 bulan lalu
dan berhenti minum obat rutin karena sibuk berjualan di pasar. Pasien tampak sakit
sedang, tampak sesak dengan bantuan otot2 pernafasan. TD 180/100, HR 120, RR 40,
temp 36, Vas 0, SpO2 90%. JVP R + 5 cm mmHg. Ditemukan RBK di kedua lapang
paru, dan edema tungkai pretibial. Lab Hb 12, AL 9, AT 300, Ur 60, Cr 1.0, Na 130,
K 4.8, urin output sehari hari 1 botol aqua 600 cc lebih
dengan BB 50 kg. Dokter di IGD memberikan infus syring pump Nitrat dan
Furosemide. Penyebab utama yang terjadi pada pasien tersebut adalah:
a. Disfungsi ventrikel kanan dan hipertensi pulmonal
b. Disfungsi cardiac berat dan hipoperfusi sistemik
c. Redistribusi cairan ke paru
d. Peningkatan tekana vena sentral
e. Peningkatan tekana intraventrikular
Jenis pemeriksaan Nilai rujukan

Hb 13-17 gr/dl (Laki-laki)


12-15 gr/dl (Wanita)

AL 4-11 x109/l

AT 150-400 x109/l

Ureum 15-44 mg/dl

Kreatinin 0.5-1.2 mg/dl

Kalium 3.4-5.5 mmol/l

Natrium 134-146 mmol/l

48. Seorang Wanita usia 40 tahun kontrol ke poliklinik untuk pengobatan rematoid artritis
yang dideritanya semenjak 1 tahun ini, pasien sebelumnya mengeluhkan nyeri sendi
di jari-jari tangan, tidak memiliki riwayat keluhan lain seperti rambut rontok,
sariawan, DM maupun tensi tinggi. Pasien rutin mengonsumsi leflunomide. Saat ini
diketahui pasien mulai sering sesak nafas saat berjalan kaki jauh, serta saat naik
tangga. Pasien mengaku sering capek dan dada berdebar kencang. TTV TD 130/80,
RR 24, HR 100, temp 36.8, Vas 0. Ro thoraks terdapat siluet pembesaran jantung
kanan, pemeriksaan ECG didapatkan p pulmonal dan RBBB, ekokardiografi
didapatkan RV dilatasi, gambaran D sign pada PSAX, TAPSE 16 mm. pemeriksaan
penunjang untuk menegakkan diagnosis keluhan pasien tersebut adalah:
a. Pengukuran RAP (Right Atrial Pressure) dengan Ekokardiografi
b. CT thoraks kontras
c. Cardiac Magnetic Resonance Imaging
d. Right heart catheterization
e. Cardiopulmonary Exercise testing
49. Seorang Wanita usia 56 tahun datang ke IGD dengan keluhan sesak nafas dan dada
berdebar sejak 1 hari SMRS, pasien diketahui memiliki riwayat gagal jantung dan
rutin pengobatan di poliklinik dengan Furosemide 20 mg, Ramipril 5 mg, Bisoprolol
5 mg dan Spironolakton 25 mg. TTV pasien TD 150/80, HR 110, RR 26, temp 36.8,
Vas 0. Ro thoraks tampak cardiomegaly dengan CTR 60%, tidak ada edema paru.
EKG menunjukkan gambaran sebagai berikut:

Interpretasi hasil EKG tersebut adalah:


a. NSTE-ACS
b. Atrial fibrilasi NVR
c. Atrial flutter
d. LBBB
e. Left posterior fascicular block
50. Seorang laki-laki 46 tahun dengan riwayat PPOK datang ke IGD dengan kondisi sesak
nafas memberat sejak 3 hari SMRS. Pasien diketahui perokok berat dan kontrol rutin
dengan inhaler yang berisi kortikosteroid dan LAMA. Pada pemeriksaan fisik
ditemukan JVP meningkat, TD 140/80, HR 120, RR 26, temp 36.6, VAS 0.
Pemeriksaan thoraks didapatkan ronki basah halus di kedua basal paru. Pemeriksaan
ro thoraks menunjukkan adanya pembesaran jantung bagian kanan. ECG didapatkan P
pulmonal, dan gelombang R meninggi di lead V1 serta gelombang S persisten di lead
V6. Dokter akan melakukan pemeriksaan ekokardiografi, apa yang diharapkan
ditemukan pada pasien tersebut untuk menunjang diagnosis:
a. LVH konsentrik
b. Dilatasi aorta
c. Mitral regurgitasi
d. Peningkatan RA pressure
e. Hipertrofi RV
51. Seorang Wanita 55 tahun dikonsultasikan oleh dokter obsgyn untuk toleransi operasi.
Pasien akan dilakukan operasi pengangkatan mioma yang membesar, namun pasien
memiliki riwayat Af dan sedang menjalani pengobatan bisoprolol dan warfarin.
Sebagai dokter penyakit dalam, berapa nilai INR yang harus diperhatikan untuk
memberikan toleransi yang aman:
a. < 1.5
b. < 2
c. < 2.5
d. < 3
e. < 3.5
52. Seorang laki-laki usia 27 tahun dibawa ke IGD dengan keluhan nyeri perut yang
hilang timbuldan diare berdarah. Nyeri perut dirasakan mencengkeram pada perut
bagian bawah dan diare 5-6x/hari. Penurunan berat badan disangkal. Pasien adalah
seorang
perokok berat dan suka minum alkohol. Pada pemeriksaan TD 135/88 mmHg, nadi
98x/menit, regular. Suhu normal. BMI 25 kg/m2. Abdomen supel, nyeri tekan (+) pada
sisi kiri bawah. Kalprotektinfekal borderline. Pemeriksaan lab:
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan

Hb 13.1 mg/dl 11.5-16.5

AL 8.9 x 109/l 4-11

AT 198 x 109/l 150-400

Natrium 137 mmo/L 135-146

Kalium 3.9 mmo/L 3.5-5

Kreatinin 0.90 mg/dl 0.89-1.33

LED 13 mm/jam pertama <15

hsCRP 18 mg/l <0.3

Kemungkinan diagnosis pasien adalah


a. Penyakit Crohn
b. Diare infeksi
c. Sindrom kolon iritabel
d. Kolitis iskemik
e. Kolitis ulseratif
53. Seorang laki-laki usia 41 tahun datang dengan riwayat diare berdarah yang kambuh
kambuhan sejak 5 tahun yang lalu. Pasien pernah didiagnosis dengan colitis ulseratif,
tetapi meskipun telah minum sulfasalazine dengan dosis adekuat, pasien masih
mengalami beberapa kali eksaserbasi penyakitnya, yang membutuhkan beberapa
minggu penggunaan steroid untuk mengontrol penyakitnya. Terapi selanjutnya yang
paling tepat untuk pasien ini adalah
a. Azatioprin
b. Siklosporin
c. Siklofosfamid
d. Metotreksat
e. Kolektomi subtotal
54. Seorang laki-laki usia 38 tahun datang dengan keluhan feses berlemak dan diare yang
berbau busuk hingga 10x/hari. 3 minggu sebelumnya pasien pernah dibawa ke IGD
karena nyeri dada pleuritik dan batuk dan diberikan antibiotik karena diduga
mengalami infeksi paru. Pasien kemudian menjalani EGD dan dilakukan biopsi
duodenum yang didapatkan hasil infiltrasi lamina propria oleh makrofag yang positif
dengan PAS (periodic acid Schiff) positif. Diagnosis pasien yang paling mungkin
adalah
a. Pankreatitis kronis
b. Penyakit seliak
c. Mycobacterium avium intracellulare
d. Tuberkulosis yang melibatkan kolon
e. Penyakit Whipple
55. Seorang wanita usia 60 tahun dengan riwayat DM tipe 2 datang dengan keluhan diare
bercampur darah dan nyeri perut sejak beberapa bulan terakhir. Pasien menjalani
histerektomi dan radioterapi karena karsinoma endometrium 8 bulan yang lalu dan
diare pasien terjadi tidak lama setelahnya. Kemungkinan diagnosis pasien adalah
a. Enteritis radiasi kronis
b. Sindrom kolon iritabel
c. Limfoma
d. Kolitis pseudomembranosa
e. Kolitis ulseratif
56. Seorang laki-laki usia 42 tahun datang dengan keluhan konstipasi dan perdarahan
rektal sejak beberapa bulan terakhir. Pasientidak memiliki riwayat penyakit
sebelumnya, tidak sedang mengkonsumsi obat, dan berolahraga teratur. Pada
pemeriksaan TD 122/72 mmHg, nadi 70x/menit, regular, BMI 23 kg/m 2. Abdomen
supel, nyeri tekan (- ). Pemeriksaan lab:
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan

Hb 10.5 mg/dl 11.5-16.5

AL 9.1 x 109/l 4-11

AT 299 x 109/l 150-400

Natrium 139 mmo/L 135-146

Kalium 4.0 mmo/L 3.5-5

Kreatinin 0.90 mg/dl 0.89-1.33

LED 62 mm/jam pertama <15

Pemeriksaan selanjutnya yang paling tepat adalah


a. BMP
b. Kolonoskopi dengan biopsi rektal
c. CT scan abdomen dengan kontras
d. Elektroforesis Hb
e. USG abdomen
57. Wanita usia 50 th datang dengan keluhan nyeri perut kanan atas sudah 2 minggu,
badan meriang, mual muntah. Pasien memiliki riwayat batu empedu sejak 5 bulan lalu
dan sedang dalam pengobatan. Tanda vital dalam batas normal, pemeriksaan fisik
didapatkan nyeri tekan kuadran kanan atas. Laboratorium didapatkan hasil Hb 10
gr/dl, Leu 28.000, trombosit 150.000, SGPT 100, SGPT 90. Pemeriksaan lanjutan
USG abdomen ditemukan gambaran hypoechoic pada lobus liver kanan sebesar 7 cm,
disertai dengan internal debris. Pada aspirasi hepar didapatkan cairan berwarna
purulent. Dokter memberikan antibiotik Ampisilin dan Metronidazol. Diagnosis
pasien:
a. Abses hepar amuba
b. Abses hepar piogenik
c. Kista hepar
d. Hepatocelluler carcinoma
e. Sirosis hepatis
Jenis pemeriksaan Nilai rujukan

Hb 13-17 gr/dl (Laki-laki)


12-15 gr/dl (Wanita)

AL 4-11 x109/l

AT 150-400 x109/l

SGPT < 41 iu/l

SGOT < 45 iu/l

58. Pasien laki usia 55 dtg ke IGD dengan kondisi gelisah. Keluarga yang mengantarkan
pasien, mengatakan bahwa pasien sebenarnya mulai bingung dan sulit diajak
komunikasi beberapa hari ini. BAB dan BAK tidak ada keluhan. Riwayat pasien
pernah sakit kuning namun tidak pernah berobat, hanya menggunakan jamu-jamuan
di rumah. Pemeriksaan fisik didapatkan GCS E4V4M5, TD 100/70, HR 90x/menit,
suhu 36,8. RR 20x/menit. Sklera ikterik, cor pulmo dalam batas normal, abdomen
didapatkan area troube pekak, colok dubur terdapat feses lengket berwarna hitam. Lab
didapatkan Hb 10, leu 9, AT 120.000, SGOT 120, SGPT 230, serum albumin 2.8.
Ureum 90, Creatinine 1.0. Kalium 5.4, Natrium 135. USG abdomen tampak ascites
minimal, splenomegaly, liver dengan ekoparenkim meningkat kasar dan heterogen
pada sisi superfisial dan ekodensitas menurun pada sisi profunda, dengan size liver
mengecil. Kegawatan pada pasien adalah:
a. Sirosis hepatis dekompensata
b. Melena ec varises esofagus
c. Varises esofagus
d. Ensefalopati hepatikum
e. Peritonitis bacterial spontan
Jenis pemeriksaan Nilai rujukan
Hb 13-17 gr/dl (Laki-laki)
12-15 gr/dl (Wanita)

AL 4-11 x109/l

AT 150-400 x109/l

SGOT < 45 iu/l

SGPT < 41 iu/l

Serum albumin 3.8-5.1 gr/dl

Ureum 15-44 mg/dl

Kreatinin 0.5-1.2 mg/dl

Kalium 3.4-5.5 mmol/l

Natrium 134-146 mmol/l

59. Wanita usia 35 th datang dengan ke poli penyakit dalam dengan keluhan mual muntah,
nyeri di perut kanan atas hilang timbul, jika saat nyeri perut dapat berlangsung hingga
30 menit. TD 120/80, HR 80x/menit, RR 20x/menit, suhu 37.5. Laboratorium: Leu
15. SGOT 55, SGPT 80. Pemeriksan fisik abdomen didapatkan murphy sign (+).
Dokter memberikan diagnosis banding kolesistitis dan kolelitiasis. Selanjutnya
direncanakan pemeriksaan USG. Gambaran pada USG yang diharapkan adalah:
a. Hiperekoik dengan acustic shadow dan penebalan dinding kandung empedu
b. Bayangan hipoekoik pada kandung empedu
c. Gambaran hyperechoic dengan internal echo
d. Pelebaran pada ductus sistikus
e. Pelebaran CBD
Jenis pemeriksaan Nilai rujukan

Hb 13-17 gr/dl (Laki-laki)


12-15 gr/dl (Wanita)

AL 4-11 x109/l

AT 150-400 x109/l

SGOT < 45 iu/l

SGPT < 41 iu/l

60. Wanita usia 35 th datang dengan ke poli penyakit dalam dengan keluhan mual muntah,
nyeri di perut kanan atas hilang timbul, nyeri perut dapat berlangsung hingga 30
menit. Keluhan ini sudah berlangsung selama 1 bulan. Pasien mengaku sedang diet
ketat hingga turun 3 kg dalam 1 minggu karena pasien menghitung BMI awal 24
sebelum memulai diet. Pasien juga sempat mengonsumsi Metformin untuk membantu
menurunkan berat badan. Tanda vital dalam batas normal. Laboratorium: Leu 15.
SGOT 55, SGPT 80. USG abdomen didapatkan multiple lesi hyperechoic dengan
posterior acustic shadow dengan ukuran terbesar 1 cm di Gall Bladder.
Mekanisme yang terjadi pada kasus pasien:
a. Kepekatan cairan empedu
b. Kerusakan lapisan mukosa kandung empedu oleh prostaglandin
c. Kerusakan mukosa empedu oleh factor pro inflamasi
d. Hipersaturasi kolesterol pada kandung empedu
e. Perlambatan kristalisasi kolesterol
Jenis Nilai rujukan
pemeriksaan

BMI <18.5: Underweight


18.5-22.9: Normal
23-24.9:
Overweight
>25: Obese

Hb 13-17 gr/dl (Laki-


laki) 12-15 gr/dl
(Wanita)

AL 4-11 x109/l

AT 150-400 x109/l

SGOT < 45 iu/l

SGPT < 41 iu/l

61. Pasien laki-laki usia 40 th datang dengan keluhan muntah dan mual, dan diare 3
SMRS, dengan frekuensi > 5x dalam sehari. Pasien tidak pernah sakit dan tidak
memiliki riwayat penyakit dahulu. Pasien baru saja melakukan perjalanan dari luar
negeri 1 minggu yang lalu di negara yang masih memiliki kasus Covid-19 tinggi.
Pada pemeriksaan swab antigen pada tenggorok Covid-19 didapatkan hasil (+).
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan pada kelainan tractus digestivus tersebut
adalah: a. SGOT dan SGPT
b. SGPT
c. Bilirubin direk dan indirek
d. EGD
e. Swab feses
62. Seorang laki-laki berusia 50 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan benjolan diperut
sebelah kiri semakin membesar sejak 2 bulan terakhir. Pasien mempunyai riwayat sejak
8 bulan yang lalu os mengeluh badan lemas, nafsu makan kurang, badan semakin kurus.
Pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 100/70 mmHg, nadi 115 x/menit, pernafasan
24 x/menit, suhu 37,ºC, perdarahan gusi tidak ada, lien shufner 6, hepar tidak membesar.
Hasil laboratorium Hb 9 g/dl, lekosit 112.000/mm 3, trombosit 700.000 /mm3, Hitung
netrofil 60/mm3, LDH 1127, asam urat 8,9. Dari gambaran aspirasi sumsum tulang
didapatkan hiperselular, dengan jumlah sel blast 4%, pemeriksaan BCR-ABL (+). Pasien
diberikan imatinib mesylat 1 x 400 mg, dan kontrol rutin. Setelah kontrol 3 bulan dari
hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan kadar Hb 10 g/dl, lekosit 15.000, trombosit
550.000/mm3. Lien schufner 3, hepar tidak teraba. Penatalaksanaan yang tepat pada
pasien ini:
a. Menaikan dosis imatinib menjadi 600 mg
b. Menggantikan imatinib dengan nilotinib
c. Tetap memberikan imatinib dosis yang sama
d. Kombinasi imatinib dengan sitoreduksi
e. Sitoreduksi
63. Seorang laki-laki berusia 34 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan badan lemah dan
lesu sejak 3 hari terakhir. Pasien memiliki keluhan buang air besar darah segar sejak 1
tahun yang lalu, hilang timbul dan berhenti sendiri tanpa minum obat. Riwayat sering
buang air besar cair tidak ada. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 110/80
mmHg, nadi 110 x/menit, pernafasan 24 x/menit, suhu 36,5ºC, ditemukan atrofi papil
lidah, tidak ada koilinikia dan hepatosplenomegali. Hasil laboratorium menunjukkan Hb
3,8 g/dl, Ht 17 Vol%, MCV 62,7 fl, MCH 17 pg, MCHC 27%, besi serum 27 µg/dl, TIBC
493 µg/dl, ferritin 115 µg/dl, saturasi transferin 28%. Tatalaksana yang tepat untuk anemia
pasien di atas adalah:
a. Terapi penyebabnya dan transfusi packed red cell
b. Terapi penyebabnya dan terapi besi parenteral
c. Terapi penyebabnya dan terapi besi oral
d. Terapi penyebabnya, transfusi packed red cell dan terapi besi parenteral e. Terapi
penyebabnya, transfusi packed red cell dan terapi besi oral 64. Seorang perempuan, 54 tahun,
ibu rumah tangga, mengeluh badan lemah dan mudah lelah sejak 1 minggu, dan mimisan
sejak 1 hari yang lalu, dibawa ke IGD karena mimisan tidak berhenti. Pada pemeriksaan
fisik didapatkan, kesadaran compos mentis, tekanan darah 100/70 mmHg, nadi 96
kali/menit, frekuensi napas 20 kali/menit,suhu 37,2 °C, lebam di kulit terutama perut,
kedua tangan dan kaki. Didapatkan pemeriksaan limpa Schuffner 6, dan pembesaran hati
2 cm dibawah arcus costa.Pemeriksaan darah menunjukkan Hb 8,5 g/dL, hematokrit
25%, leukosit 5600/µL, trombosit 20000/ µL, dan hitung jenis 0/1/5/78/10/6. Masalah
yang paling mungkin terjadi pada pasien ini adalah:
a. Sindrom Evans
b. Anemia aplastik
c. Myelofibrosis
d. Myelodisplasia syndrome
e. Leukemia granulositik kronik
65. Seorang laki – laki berusia 50 tahun, berobat ke poliklinik dengan membawa hasil
pemeriksan penunjang histopatologi limfoma non-Hodgkin. Sejak 1 bulan pasien
mengeluh demam tidak terlalu tinggi tanpa disertai penurunan berat badan dan keringat
malam. Pada pemeriksaan fisik terdapat pembesaran kelenjar getah bening di aksila,
leher dan inguinal. Secara klinis, berdasarkan system staging Ann Arbor , pasien tersebut
saat ini masuk kategori limfoma non – Hodgkin stadium :
A. Stadium IA
B. Stadium IB
C. Stadium IIA
D. Stadium IIIB
E. Stadium IIIA
66. Seorang lelaki berusia 46 tahun datang ke IGD dengan keluhan muntah berwarna hitam
sejak 12 jam yang lalu. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 90/60 mmHg;
frekuensi nadi 105x/menit; frekuensi nafas 24x/menit. Konjungtiva palpebra pucat;
sklera ikterik; terdapat palmar eritem. Pemeriksaan penunjang menunjukkan Hb 8,6
g/dL, hematokrit 25,8%; leukosit 4000/µL; trombosit 100.000/µL; PT 6 detik (kontrol 11
detik); aPTT 36 detik (kontrol 36 detik ); fibrinogen 150 mg/dL; D-Dimer 2000µg/L;
bilirubin total 3,2 mg/dL; bilirubin direk 2,1 mg/dL; bilirubin indirek 1,1 mg/dl.
Tatalaksana transfusi darah yang paling sesuai diperlukan pada pasien ini adalah :
a. FFP
b. PRC
c. PRC dan FFP
d. Cryoprexipitate
e. PRC, cryoprecipitate, dan FFP
67. Seorang perempuan berusia 30 tahun datang berobat ke Poliklinik Penyakit Dalam
dengan keluhan lemas memberat sejak dua minggu. Pasien sudah diketahui menderita
nefritis lupus sejak dua tahun terakhir. Terapi terakhir pasien adalah metilprednisolon 1x
8 mg, azathioprine 2x 50 mg, dan warfarin 1x2 mg. Pasien mengeluh dua bulan terakhir
menstruasi lebih banyak dibandingkan sebelumnya, 2x per bulan, selama 8 hari setiap
siklus. Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran kompos mentis, tampak sakit
ringan; tekanan darah 120/80 mmHg; nadi 96x/menit, irama regular, isi cukup; frekuensi
napas 20x/menit. Konjungtiva pucat, sklera tidak ikterik, jantung dan paru dalam batas
normal. Abdomen datar lemas, tidak ada pembesaran hepar atau lien. Hasil laboratorium
menunjukkan Hb 8 g/dL; hematokrit 24%; MCV 63 fl; MCH 21 pg; leukosit 6500/µL;
trombosit 130.000/µL; retikulosit 1%; ureum darah 40 mg/dL; kreatinin darah 1,5
mg/dL; SGOT 45 U/L; SGPT 48 U/L; Na 133 mEq/L; K 3,5 mEq/L; Cl 110 mEq/L.
Pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan untuk mencari diagnosis penyebab anemia
pada pasien ini adalah
a. Analisis Hb
b. Coombs test
c. Feritrin darah
d. Bilirubin indirek
e. Kadar vitamin B12
68. Seorang lelaki berusia 20 tahun datang ke poliklinik penyakit dalam dengan keluhan rasa
tidak nyaman di daerah dada bagian tengah sejak sebulan yang kadang-kadang disertai
sesak napas. Tidak ada riwayat perawatan rumah sakit sebelumnya. Pemeriksaan fisik:
tekanan darah 130/80 mmHg; frekuensi nadi 80x/menit; frekuensi napas 16x/menit;
pemeriksaan fisik lain dalam batas normal. Hasil pemeriksaan laboratorium
menunjukkan Hb 12 g/dL; leukosit 10.500/µL; trombosit 410.000/µL. Pada CT scan
dada didapatkan gambaran massa pada mediastinum superior. Pemeriksaan laboratorium
yang tepat dilakukan pada pasien untuk menegakkan kemungkinan diagnosis adalah:
a. β HCG, CEA, AFP, LDH
b. Cyfra 21-2, AFP , CEA, CA 15-3
c. CEA, tiroglobulin, LDH, CA 15-3
d. β HCG, CA 15-3, tiroglobulin, LDH
e. β HCG, JAK-2, tiroglobulin, CyMpo
69. Pasien laki-laki usia 65 tahun, datang ke poliklinik penyakit dalam dengan keluhan lemas
badan, pucat, demam, terdapat riwayat perdarahan berupa bercak kemerahan di kulit.
Pada pemeriksaan di dapatkan Hb 7 gr/dL, Trombosit 80.000/mm3. Pada apusan darah
tepi
Blast < 5%. Pada Sumsum tulang didapatkan Sideroblast < 15, Blast 10%. Menurut
penggolongan penyakit tersebut berdasarkan kriteria French-American-British (FAB),
termasuk
A. Refractory Anemia (RA)
B. Refractory Anemia with Ringed Sideroblast (RASB)
C. Refractory Anemia with Excessive Blast (RAEB)
D. Refractory Anemia with Excessive Blast in transformation to Leukimia
(RAEBt) E. Chronic Myelomonocytic Leukimia
70. Seorang laki-laki 53 tahun dengan Zollinger-Ellison syndrome datang dengan riwayat
anemia selama 3 bulan. Ia mengecat rumahnya pada 2 tahun yang lalu. Ia menyangkal
mengonsumsi alkohol kecuali saat hari libur. Obat-obatan yang sedang dikonsumsi : Hct,
Sildenafil, Sertraline, Omeprazole, Diphenhydramine. LAB: Hb: 10, Hematokrit: 30,
MCV: 114, MCH 40, sel darah putih: 3600/uL Hal dibawah ini yang menjadi penyebab
anemia adalah
A. Keracunan timbal akibat pajanan cat rumah
B. Alkohol
C. Defisiensi folat akibat penggunaan sildenafil
D. Deficsiensi B12
E. Anemia sideroblastik
71. Seorang lelaki berusia 67 tahun, berat badan 70kg, datang berobat ke poliklinik dengan
keluhan bengkak di kaki kanan sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit. Pasien baru
saja pulang dari bepergian jauh dengan pesawat . Pada pemeriksaan fisik hanya
ditemukan edema tungkai kanan, tidak kemerahan, lebih hangat dibandingkan tungkai
kiri , dan terdapat nyeri tekan. Pada pemeriksaan penunjang Hb 10,8 g/dl, hematocrit
35,6%, Leukosit 10.500/uL, trombosit 461.000/uL. Ureum 40 mg/dl, kreatinin 1,3 mg/dl.
USG Doppler menunjukan adanya trombus di vena femoralis kanan. Tatalaksana
antikoagulan yang paling tepat pada pasien ini adalah :
a. Warfarin 2mg 0-0-1
b. Enoxaparin 0.6mg/12jam
c. Rivaroxaban 2x15mg
d. Fondaparinux 1x2.5mg
b. Unfractionated heparin 3x5.000unit
72. Seorang pria berusia 42 tahun dengan diagnosis hipertensi, CAD, CHF, dan OSA kontrol
rutin ke poliklinik penyakit dalam. Pada pemeriksaan didapatkan edema ringan di kedua
kaki, BMI 29, TD
180/90 mmHg, rr 20x/menit, N 80x/menit suhu 36,8C. Pasien tersebut rutin
mengkonsumsi candesartan 1x16mg, furosemide 1x1, bisoprolol 1x5mg. Kemudian
pasien dilakukan beberapa pemeriksaan untuk mengetahui penyebab hipertensi yang
belum terkontrol. Pemeriksaan endokrin negatif. Aktivitas aldosteron serum dan renin
plasma dalam batas normal. Pemeriksaan USG dopler ginjal tidak didapatkan stenosis
arteri renalis. Apa langkah terbaik berikutnya ?
a. Tambahkan CCB
b. CPAP pada malam hari.
c. denervasi simpatis ginjal.
d. diet DASH.
e. diet rendah garam.
73. Wanita berusia 48 tahun dengan rheumatoid arthritis dan penyakit Crohn periksa ke IGD
RSDM karena keluhan diare berdarah dan sakit perut. Pemeriksaan fisik didapatkan TD
120/85 mmHG, rr 22x/menit, suhu 37. Nadi 110x/menit, VAS 5 abdomen. laboratorium
menunjukkan Hb 8 g/dL, AL 10,5rb, AT 140rb, natrium 135 mEq/L, kalium 3,0 mEq/L,
klorida 110 mEq/L, bikarbonat 16 mEq/L, urea 20 mg/dL, dan kreatinin 1,2 mg/dL.
Urinalisis dalam batas normal. PH urin 6,5. anion gap urin positif. Apa kemungkinan
penyebab hipokalemia pasien tersebut ?
a. Hilangnya kalium dan bikarbonat dalam tinja
b. Hipokalemia akibat pemberian kortikosteroid
c. RTA tipe 1
d. RTA tipe 2.
e. RTA tipe 4
74. Seorang pria berusia 42 tahun dengan riwayat penyalahgunaan alkohol datang ke unit
gawat darurat RSDM dengan kejang akibat penghentian alkohol. Diberikan infus
lorazepam dan dipindahkan ke ICU. Saat lorazepam akan stop, pasien kejang kembali.
Hasil natrium 138 mEq/L, kalium 3,6 mEq/L, klorida 98 mEq/L, bikarbonat 22 mEq/L,
ureum 13 mg/dL, kreatinin 0,9 g/dL, dan glukosa 90 mg/dL. Kadar etanol tidak
terdeteksi. Osmolalitas serum 298 mOsm/kg. Keton serum negatif. Asam laktat serum
dalam batas normal. Urinalisis dalam batas normal. Apa kemungkinan penyebab anion
gap asidosis pada pasien tersebut ?
a. A.Lorazepam
b. Rhabdomyolysis
c. Ketoasidosis alkoholik
d. D.Uremia
e. d-Asidosis laktat
75. Seorang laki-laki 54 tahun dikonsul dari bagian bedah orthopedi dengan fraktur patologis
pada bagian paha kiri, 4 bulan sebelumnya pasien sering mengeluh adanya nyeri-nyeri
pada tulang belakang dan panggul dari hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan hasil
Hb:10,0 gr/dl WBC:5200/mm3, PLT: 457000/mm3, kalsium serum : 11,7 g/dl,
A.urat :11mg/dl, Ur:92mg/dl, Cr:2,4mg/dl, LED I/II: 140/180 hasil radiologis terdapat
gambaran fraktur 1/3 proximal femur sinistra disertai gambaran punch out lession dan
lesi litik pada pelvis. Hasil pemeriksaan biopsi ginjal yang diharapkan pada pasien diatas
adalah :
a. Adanya granuloma non-caseating yang terdiri dari limfosit,histiosit dan giant cell
b. Infiltrasi sel mononuklear terutama makrofag dan sel limfosit T CD4 disekitar
tubulus c. Ditemukan fibrosis interstitial dan atrofi tubulus kadang disertai infiltrasi
mononuklear d. Endapan light chain dan protein Tamm-Horsfall pada silinder
protein segmen nefron distal
e. Penumpukan kristal asam urat pada interstitial medula yang disertai inflamasi
dan fibrosis interstitial
76. Seorang perempuan usia 50 tahun di bawa ke IGD dalam keadaan tidak sadar 2 jam yang
lalu. Sebelumnya pasien mengeluh sakit kepala yang memberat. Pasien memiliki riwayat
hipertensi sejak 10 tahun yang lalu, namun berobat tidak teratur. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan tekanan darah 200/130 mmHg; frekuensi nadi 96x/menit; frekuensi napas
22x/menit; suhu 37,1 0C. Pemeriksaan paru normal. Pemeriksaan neurologi tidak
didapatkan adanya parese nervus kranialis. Pada pemeriksaan motorik didapatkan kesan
tidak ada hemiparesis. Hasil EKG sebagai berikut.

Hasil
Laboratorium: Hb 13.2 g/dL; leukosit 8.700/μL; trombosit 320.000/μL; natrium 138
meq/L; kalium 4,8 meq/L; klorida 101 mEq/L; glukosa darah sewaktu 146 mg/dL;
ureum 28 mg/dL; kreatinin 0,6 mg/dL. Analisis gas darah dalam batas normal.
Pilihan obat antihipertensi yang paling tepat pada pasien ini adalah:
a. Furosemide 200 mg/24 jam/intravena
b. Diltiazem 20-25 ug/kgBB/menit
c. Klonidin 150μg sebanyak 4 ampul dalam
250ml dekstrose 5%
d. Nikardipin 5 mg per jam intravena
e. Nitroglisserin 1 mcg/kgBB/menit intravena
77. Wanita 38 tahun memiliki riwayat hipertensi selama kehamilan, pasien tidak teratur
dalam minum obat, saat pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 120/80 mmhg,
pasien saat ini tidak ada keluhan, rata-rata tekanan darah setiap hari pasien 150/110
mmhg, riwayat minum metildopa 250 mg 2x1 tidak teratur setiap hari. Pasien merasa
khawatir dan datang untuk memastikan kondisi kehamilan dan tekanan darahnya, hal
apakah yang mungkin terjadi jika penurunan tekanan darah yang terlalu rendah
didapatkan pada pasien?
a. Beresiko mengurangi perfusi uteroplasenta yang dapat menganggu
perkembangan janin
b. Beresiko memberikan kelahiran sebelum waktunya (preterm)
c. Beresiko memberikan efek gangguan vaskuler
d. Beresiko meningkatkan komplikasi perdarahan otak
e. Beresiko meningkatkan kerusakan organ target
78. Laki-laki 63 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan sering berkemih dialami sejak 6
bulan terakhir. Pasien berkemih tiap 1-2 jam sehingga mengganggu aktivitas harian dan
tidurnya. Pasien juga merasa tidak lampias jika berkemih serta urine yang terputus-putus
sehingga kadang harus mengedan saat berkemih. Riwayat nyeri berkemih, BAK disertai
darah dan demam tidak ada. Riwayat Hipertensi dan DM disangkal. Riwayat merokok
dan alkohol tidak ada. Pemeriksaan tanda vital dan pemeriksaan fisik dalam batas
normal. Pada pemeriksaan rectal touché
didapatkan pembesaran prostat, simetris, lunak, tidak teraba nodul, tidak ada nyeri tekan.
Pemeriksaan urinalisa didapatkan blood -, protein -, eritrosit -, leukosit 1-2/lpb. PSA 3
ng/dl. Pada USG abdomen didapatkan volume residu kandung kemih 150 ml. Terapi
yang tepat pada pasien ini adalah
a. Tamsulosin
b. Flutamide
c. Tadalafil
d. Siproteron asetat
e. Dapoxetine
79. Seorang perempuan 20 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan nyeri saat berkemih
sejak 3 hari terakhir, pasien juga mengeluh sering-sering berkemih. Demam tidak ada,
mual dan muntah tidak ada. Pada pemeriksaan tanda vital didapatkan TD 110/60 mmHg,
nadi 80x/menit, pernapasan 20x/menit, suhu 36,7c. Pada pemeriksaan fisis hanya
didapatkan nyeri tekan suprapubik, tidak didapatkan ballotemen ginjal. Pada
pemeriksaan urin porsi tengah didapatkan Leukosit penuh, eritrosit 2-3/LPB, bakteri +2.
Antibiotik empirik yang dapat diberikan pada pasien ini adalah:
a. Cotrimoxazole 2x480mg selama 7 hari
b. Cotrimoxazole 2x960mg selama 3 hari
c. Levofloxacin 2x500mg selama 3 hari
d. Nitrofurantoin makrokristal 4x200mg selama 3 hari
e. Levofloxacin 2x250mg selama 7 hari
80. Seorang laki-laki berusia 48 tahun datang berobat ke praktek saudara dengan keluhan
lemas, cepat lelah dan sesak napas bila beraktifitas. Pasien dengan riwayat penyakit
ginjal kronik dan menjalani hemodialisa teratur sejak 1 tahun yang lalu. Pasien sadar, TD
110/70, napas 20x/menit, nadi 100x/menit, suhu 36,6C. Pada pemeriksaan fisik
konjunctiva pucat, lain-lain dalam batas normal. Hasil pemeriksaan laboratorium: Hb 6.9
WBC 6500 PLT 215000 GDS 110 Ur 128 Cr 4,7 (eGFR 14 CKD-EPI), saturasi
transferin 22%, feritine 550 ng/ml. Bagaimana anjuran terapi anemia pada pasien ini:
a. Tranfusi PRC
b. SF Tablet
c. Tranfusi PRC dan SF tablet
d. Epoetin 80-120U/kgBB/minggu
e. Asam Folat
81. Seorang laki-laki usia 32 tahun datang dengan keluhan sesak napas, mengi, dan batuk
kronik. Pasien tidak pernah merokok. Pasien adalah seorang tukang batu dan juga bekerja
di peternakan. Ayah pasien memiliki riwayat sakit PPOK yang berat dan menggunakan
oksigen di rumah meskipun hanya merokok 5-10 batang/hari. Pada pemeriksaan paru
pasien didapatkan adanya wheezing bilateral dan ronki kasar yang mendukung kea rah
penyakit paru obstruktif. Pemeriksaan lab
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan

Hb 12.1 mg/dl 11.5-16.5

AL 6.2 x 109/l 4-11

AT 172 x 109/l 150-400

Natrium 137 mmo/L 135-146

Kalium 4.2 mmo/L 3.5-5

Kreatinin 0.90 mg/dl 0.89-1.33

SGPT 86 U/l 5-40

APE 280 l/menit (prediksi 550)

Rontgen toraks Emfisema lobus bawah

Diagnosis pasien yang paling mungkin adalah


a. Defisiensi alfa-1 antitripsin
b. Asma
c. Bronkitis kronis
d. Alveolitis alergik ekstrinsik
e. Silikosis
82. Seorang wanita usia 60 tahun datang dengan keluhan sesak napas. Pasien memiliki
riwayat penyakit artritis rematoid dan telah lama mendapatkan terapi. Rontgen toraks
didapatkan adanya perselubungan interstisial bilateral. Obat di bawah ini yang
kemungkinan besar menyebabkan gejala pasien adalah
a. Azatioprin
b. Hidroksiklorokuin
c. Infliksimab
d. Metotreksat
e. Penisilamin
83. Seorang wanita usia 50 tahun dengan riwayat artritis rematoid berat gagal dalam terapi
DMARD tradisional. Saat ini pasiendiberikan metotreksat 20 mg/minggu dan sejak 6
bulan yang lalu pasien rutin mendapatkan infus antibodi monoclonal anti-TNF-α.
Kondisi penyakit sendinya membaik. Saat ini pasien mengeluh demam, nyeri dada
pleuritik. Rontgen toraks didapatkan adanya efusi pleura kanan massif. Sinovitis sendi
(-). Kemungkin diagnosis pasien adalah
a. Karsinoma bronkus primer
b. Emboli paru
c. Metastasis paru
d. Efusi pleura akibat artritis rematoid
e. Tuberkulosis
84. Seorang laki-laki usia 19 tahun dicurigai menderita fibrosis kistik. Berikut ini yang
paling mendukung diagnosis tersebut adalah
a. Tes fungsi pankreas abnormal
b. Tes fungsi paru abnormal
c. Rontgen toraks bronkiektasis
d. Peningkatan konsentrasi klorida keringat
e. Tripsinogen plasma imunorekatif rendah
85. Seorang wanita usia 34 tahun datang dengan keluhan sesak napas saat aktivitas dan
batuk disertai darah sekali sejak beberapa bulan yang lalu. Pasien merokok 20 batang
sehari. Pasien tidak sedang mengkonsumsi obat apapun kecuali pil kontrasepsi.
Riwayat medis sebelumnya pasien pernah mengalami DVT setelah penerbangan lama
dari luar negeri. Tinggi badan 165 cm berat badan 78 kg. Diagnosis pasien yang paling
mungkin adalah
a. Sindrom Goodpasture
b. Sindrom hiperventilasi akibat stress
c. Emboli paru rekuren
d. Sarkoidosis
e. Tuberkulosis
86. Seorang wanita usia 19 tahun datang dengan serangan asma eksaserbasi akut yang
dikaitkan dengan infeksi paru. Pasien tidak dapat menyelesaikan 1 kalimat penuh dan
APE 35% dari normal. Pasien diberikan terapi oksigen aliran tinggi, nebulisasi
bronkodilator, dan minum kortikosteroid selama 2 hari sebelum rawat inap, tetapi
kondisi-nya tidak membaik. Terapi di bawah ini yang diberikan selanjutnya secara
intravena yang paling tepat pada kasus tersebut adalah
a. Aminofilin
b. Augmentin
c. Hidrokortison
d. Magnesium
e. Salbutamol
87. Seorang laki-laki usia 40 tahun datang dengan keluhan batuk berdahak dan sesak
napas kronis. Pasien juga mengeluh halitosis dan eksaserbasi berupa batuk berdahak
kental, nyeri dada, dan kadang-kadang hemoptisis.Pemeriksaan paru didapatkan
adanya ronki inspiratorik bilateral. Terapi di bawah ini yang paling tepat untuk
menurunkan frekuensi eksaserbasi pasien adalah
a. Terapi antibiotik
b. Kortikosteroid inhalasi
c. Nebulisasi bronkodilator
d. Drainase postural
e. Reseksi bedah
88. Seorang laki-laki gemuk dengan riwayat hipertensi datang dengan keluhan sering
mengantuk siang hari secara tiba-tiba, tidur malam terganggu.Istri pasien mengatakan
bahwa pasien sering gelisah pada malam hari dan kadang-kadang mengorok. Pasien
overweight dengan BMI 42 kg/m2. Diagnosis pasien yang paling mungkin adalah
a. Obstructive sleep apnea
b. Central sleep apnea
c. Narkolepsi
d. Obesitas
e. Kejang parsial kompleks
89. Seorang laki-laki usia 42 tahun didiagnosis tuberculosis mediastinum 3 minggu yang
lalu dan diberikan OAT. Saat ini pasien mengeluh sesak napas yang semakin
memberat dan stridor. Rontgen toraks didapatkan limfonodi mediastinum yang
menekan karina.
Pasien masih sadar dan oksigenasi baik meskipun gelisah. Pasien diberikan injeksi
hidrokortison. Langkah pemeriksaan/manajemen selanjutnya yang paling tepat adalah
a. CT scan paru cito
b. Trakeostomi
c. Heparin
d. Ethambutol
e. Antibiotik spektrum luas
90. Seorang wanita usia 29 tahun datang ke IGD dengan keluhan nyeri dada pleuritik dan
sesak napas. Pasien memiliki riwayat konsumsi pil kontrasepsi. Riwayat kehidupan
didapatkan adanya cerai dengan suaminya akibat KDRT. Pasien juga pernah terkena
herpes zoster sebelumnya, tetapi saat ini sudah sembuh. Pada pemeriksaan nadi
74x/menit, regular, TD 124/72 mmHg, Saturasi 98% saat istirahat dan tidak
mengalami desaturasi saat aktivitas.AGD: pH 7.48, PaO 2 3.4 kPa.D Dimer negatif,
FT4 17.1 pmol/l ( normal 10-22 pmol/l), rontgen toraks dalam batas normal.
Diagnosis yang paling mungkin pada pasien tersebut adalah
a. Hipertiroid
b. Penyakit tromboemboli kronis
c. Pneumonitis chickenpox
d. Sindrom hiperventilasi
e. Penyakit paru interstisial difus
91. Seorang laki-laki usia 26 tahun mengeluh artralgia, ulserasi pada mulut dan iritasi
mata sejak 3 bulan yang lalu. Pada pemeriksaan didapatkan apireksi, ulerasi mulut
(+), bengkak dan efusi pada kedua pergelangan tangan, dengan penurunan lingkup
gerak kedua lutut. Pemeriksaan fisik didapatkan ulkus pada skrotum. Pemeriksaan
lab :

Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan


AL 12 x 109/l 4-11

CRP 120 mg/l <10

Faktor reumatoid negatif

Diagnosis yang paling mungkin adalah


a. Behcet’s syndrome
b. Inflammatory bowel disease
c. Artritis psoriatic
d. Reiter’s syndrome
e. Sjogren’s syndrome
92. Seorang wanita usia 45 tahun dibawa ke IGD karena sesak napas dan rasa tercekik
sejak 1 jam yang lalu. Pasien sebelumnya periksa ke dokter dan dikatakan menderita
tekanan darah tinggi dan penyempitan pembuluh darah di jantung. Pasien
mendapatkan terapi berupa ISDN 3x5 mg, aspirin 1x80 mg, ramipril 1x5 mg,
amlodipin 1x10 mg dan
bisoprolol 1x2,5 mg. Pada pemeriksaan didapatkan pasien nampak sesak dan gelisah
dengan TD 70/palpasi, HR 116x/menit, RR 32x/menit, SaO2 90%, stridor (+). Obat
yang dicurigai menyebabkan kondisi syok pada pasien tersebut adalah aspirin yang
menimbulkan reaksi anafilaktoid melalui mekanisme ...
a. Aktivasi komplemen
b. Modulasi metabolisme asam arakidonat
c. Memicu pelepasan histamin secara langsung
d. Ikatan antara antibodi dan alergen memicu pelepasan histamin
e. Antibody-dependent cellular cytotoxicity
93. Seorang wanita usia 52 tahun datang dengan keluhan malaise dan nyeri pada sendi
sendi ekstremitas bawah yang berhubungan dengan ruam pada betis, paha dan
pantatnya sejak 2 minggu lalu. Pemeriksaan penunjang didapatkan:

Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan

Hb 9.8 mg/dl 11.5-16.5

AT 275 x 109/l 150-400

Kreatinin serum 5.1 mg/dl 0.6-1.24

Antinuclear antibody Negatif


Antineutrophil Negatif
cytoplasmic antibody

Antiglomerular basement Negatif


membrane antibody

Urinalisis dipstik Blood +++, protein +

Diagnosis yang paling mungkin adalah


a. Amiloidosis
b. Haemolytic Uraemic Syndrome (HUS)
c. Henoch-Schonlein purpura
d. Mebranous nephropaty
e. Sarkoidosis
94. Seorang wanita usia 18 tahun menderita infeksi paru bakterial rekuren yang
membutuhkan terapi antibiotik. Pemeriksaan di bawah ini yang paling tepat untuk
mengeksklusi adanya defisiensi antibody adalah
a. Imunoglobulin serum
b. Subkelas immunoglobulin
c. Antibodi spesifik terhadap hemofilus dan pneumokokus
d. Kadar komplemen
e. Mannan-binding protein
95. Seorang wanita 20 tahun WNI kelahiran Jerman yang semasa hidupnya baru kali ini
pulang ke Indonesia untuk berlibur ke Solo dan Yogyakarta. Pasien kemudian
berkonsultasi melalui email kepada salah satu dokter penyakit dalam di Indonesia
sebelum pergi berlibur. Vaksinasi apakah yang disarankan oleh dokter kepada
wisatawan tersebut?
a. Vaksinasi Hepatitis B, Tifoid, Influenza
b. Vaksinasi Hepatitis A, Tifoid, Meningokok, MMR
c. Vaksinasi Tifoid, Influenza, Meningokok
d. Vaksinasi Tifoid, Influenza, Hepatitis A
e. Vaksinasi Tifoid, Meningokok, MMR
96. Pasien laki-laki 40 tahun datang ke IGD dengan keluhan sakit perut dan diare sejak 1
hari ini. Diare dirasakan > 3x dengan konsistensi feses lembek tanpa ada darah.
Menurut keluarganya pasien beberapa bulan ini mudah marah, karena setiap malam
susah tidur sehingga pekerjaan siangnya sering terbengkalai. Namun dalam satu
minggu terakhir sudah mulai mereda walaupun kadang masih sulit tidur. Tanda vital
TD 120/80, HR 90 x/menit, RR 20 x /menit, suhu 36, vas 0. Ketidakseimbangan
vegetatif yang sedang terjadi pada pasien:
a. Ataksi vegetative
b. Amfotoni
c. Hipertoni parasimpatis
d. Hipertoni simpatis
e. Pseudo-vagotoni
97. Pasien laki-laki 45 tahun datang diantar oleh keluarganya ke IGD RS karena mencoba
bunuh diri dengan menerjunkan diri ke sumur. Beberapa minggu terakhir pasien
tampak pendiam dan tidak lagi mau beraktivitas. Pasien sulit sekali diajak periksa ke
dokter dan hanya berdiam diri di kamar semenjak kehilangan pekerjaan 3 bulan yang
lalu. Pasien juga sering tidak tidur di malam hari dan susah diajak makan. Keluarga
menanyakan apa obat yag tepat untuk gangguan tidurnya. Tatalaksana terutama untuk
gangguan tidurnya adalah:
a. Alprazolam
b. Amitriptilin
c. Fluoxetine
d. Midazolame
e. Sertralin
98. Pasien laki-laki usia 35 tahun datang ke poliklinik untuk konsultasi tentang dirinya
yang sulit masuk tidur beberapa minggu terakhir. Pasien sering mengkhawatirkan
masa depannya dan pekerjaannya setiap malam sebelum tidur, pasien juga mudah
sakit hati saat ditegur oleh rekan kerjanya karena pekerjaan kantor melebihi tenggat
waktu. Pasien hidup seorang diri setelah pindah rumah dari kota lain. Pasien mengaku
pindah rumah dan pekerjaan sejak istrinya meninggal karena kecelakaan mobil tepat
di depan mata pasien sejak 2 tahun yang lalu. Pemeriksaan fisik tanda vital normal
dan pemeriksaan fisik lainnya dalam batas normal. Diagnosis banding pertama pada
pasien tersebut:
a. Gangguan depresi sedang
b. Gangguan panik menyeluruh
c. Posttraumatic stress disorder
d. Insomnia
e. Agoraphobia
99. Pasien Wanita 35 tahun datang ke IGD dengan keluhan sesak nafas sejak 1 hari smrs,
sesak nafas dirasakan kadang-kadang, pasien lebih merasakan bernafas tidak bebas,
dada terasa seperti terikat, pasien juga mengeluhkan kesemutan di jari-jari tangan dan
kaki. Pasien sering merasakan keluhan ini namun hanya kadang-kadang, sekali ke
IGD selalu minta di oksigenasi saja dan setelahnya pulang dengan keadaan yang lebih
baik. Pasien menyangkal riwayat asma dan paparan asap yang lama. Pasien
mengatakan timbul keluhan saat melewati beberapa masalah hidup. Pemeriksaan
fisik, TD 100/70, HR 100 x /menit, RR 24 x /menit, Vas 0, SpO2 98%, tampak
pernafasan tipe thorakal. Rontgen dada dan laboratorium dalam batas normal.
Diagnosis pada pasien:
a. Sindrom hiperventilasi
b. Hipertoni simpatis
c. Gangguan jantung fungsional
d. PPOK
e. Angina pektoris stabil
100.Seorang laki-laki usia 55 tahun saat ini sedang dirawat di sebuah bangsal penyakit
dalam karena baru saja terdiagnosis karsinoma kolorektal dengan metastasis liver,
pasien direncanakan akan dilakukan kemoterapi pertama kalinya namun
mengharapkan kesembuhan seperti sedia kala seperti saat sebelum pasien sakit.
Apa langkah pertama yang harus dilakukan oleh seorang dokter paliatif dalam
memberikan edukasi terhadap pasien:
a. Menyediakan waktu dan ruang untuk konsultasi khusus selesai jam
praktik b. Melakukan skoring beck depression inventory terlebih dahulu
c. Dokter perlu duduk di samping bed pasien, mendengarkan semua keluhan pasien
sambal memegang nadi sebagai tanda empati
d. Menyampaikan prognosis di samping tempat tidur pasien
e. Mengajak keluarga untuk memanjatkan doa bersama

Anda mungkin juga menyukai