Anda di halaman 1dari 7

Bahasa Indonesia

RANCANGAN PENULISAN

Kompetensi Utama
Mahasiswa memahami tahapan dalam pembuatan sebuah tulisan atau laporan dan
mampu membuat tulisan dengan rancangan yang sesuai dengan tahapan yang ada.

Kompetensi Penunjang
1. Mahasiswa memahami dan mampu menjelaskan tahapan penulisan.
2. Mahasiswa memahami tahapan persiapan.
3. Mahasiswa memahami tahapan penulisan.
4. Mahasiswa memahami tahapan perbaikan atau revisi.
5. Mahasiswa mampu mengaplikasikan tahapan yang ada untuk rancangan karya
tulis ilmiah.

Dalam penulisan ilmiah, banyak faktor yang akan mempengaruhi hasil


penulisan, diantaranya disebut faktor interen dan eksteren . Faktor interen atau
faktor dalam adalah faktor yang berasal dari dalam diri si penulis itu sendiri.
Misalnya: (1) tidak memahami permasalahan yang akan ditulis, (2) tidak memadainya
pengetahuan tentag kaidah-kaidah penulisan, (3) tidak memiliki kebiasaan dan
kegemaran menulis, (4) tidak mempunyai sikap positif terhadap kegiatan menulis,
dan (5) pengetahuan kebahasaan yang rendah, dan lain sebagainya. Faktor eksteren
adalah faktor yang berasal selain dari diri penulis, misalnya: (1) tidak tersedianya
sarana dan alat-alat bantu lainnya yang sangat dibutuhkan untuk menulis, (2) suasana
dan kondisi lingkungan yang tidak mendukung, (3) tidak adanya motivasi luar yang
memberikan dorongan untuk menulis, dan lain sebagainya.
Melakukan kegiatan penulisan ilmiah, selain tidak dapat dipisahkan dari
tahapan langkah-langkah metode penelitian ilmiah, menurut Akhadiah, dkk (1990: 3)
juga mempunyai tiga tahapan, yaitu tahap persiapan, tahap penulisan, dan tahap

Dra. Welsi Haslina, M.Pd. – Politeknik Negeri Padang


1
Bahasa Indonesia

perbaikan. Proses ini mampu menjelaskan proses penulisan karya tulis ilmiah dengan
lebih rinci untuk memudahkan pemahaman.

1. Tahap Persiapan
Tahap persiapan juga disebut sebagai tahap prapenulisan. Pada tahap ini yang
dilakukan adalah proses yang mengacu ke arah proses selanjutnya, yaitu proses
penulisan. Sebelum melakukan kegiatan menulis, seorang penulis harus melakukan
persiapan, persiapan yang baik atau matang biasanya akan lebih memperlancar
proses penulisan. Dalam prosesnya, tahapan ini meliputi:
a. Merencanakan topik tulisan. Langkah awal dari kegiatan menulis adalah
merencanakan topik yang akan diangkat menjadi sebuah tulisan. Topik sering
juga disebut pokok pembicaraan atau pokok permasalahan. Karena topik atau
permasalahan ini merupakan suatu hal yang paling mendasar dari sebuah tulisan,
maka penulis harus mempunyai kemampuan dalam mencari, merencanakan, dan
memilih topik/masalah yang akan ditulis/dibahas. Sumber topik/masalah dari
suatu tulisan pada umumnya dapat diperoleh dengan dua cara, yaitu dengan cara
studi kepustakaan dan pengamatan atau observasi.
b. Menetapkan topik tulisan. Rangkaian topik/permasalahan yang sudah direka-reka
pada tahap perencanaan, sudah harus ditetapkan dengan setepat mungkin pada
tahapan ini. Hal ini tentunya untuk menghindari keraguan-raguan dari penulis
sehingga dapat menentukan langkah selanjutnya. Dalam memilih dan menetapkan
suatu permasalahan harus diperhatikan kelayakannya, diantaranya: (1) dari segi
keilmuan, masalah yang akan ditulis haruslah masalah yang berkaitan dengan
disiplin ilmu/bidang ilmu penulis, (2) dari segi metode keilmuan, masalah yang
ditulis dapat diselesaikan melalui langkah-langkah berpikir ilmiah dengan
menggunakan metode ilmiah artinya dapat dianalisis baik secara logika ataupun
empiris, (3) dari segi kepentingan dan kegunaan. Masalah yang diangkat haruslah
masalah-masalah yang mendasar dan berdaya guna.

Dra. Welsi Haslina, M.Pd. – Politeknik Negeri Padang


2
Bahasa Indonesia

c. Membatasi topik tulisan. Topik tulisan yang sudah ditetapkan belum tentu akan
dibahas seluruhnya. Dalam kenyataannya, sebuah topik dapat dibagi-bagi lagi
menjadi beberapa subtopik. Pemecahan topik sangat perlu dilakukan apabila
topik yang akan dibahas terlalu luas. Dilakukan pembatasan agar
topik/permasalahan tidak mengambang. Manfaat lain dari pembatasan ini adalah
untuk lebih memperdalam pembahasan terhadap topik itu sendiri, dan lebih
mensistematiskan organisasi penulisan.
d. Merumuskan topik tulisan. Topik tulisan yang sudah dibatasi hendaklah
dirumuskan dalam bentuk rumusan masalah. Biasanya rumusan masalah dibuat
dalam bentuk pertanyaan. Jawaban dari rangkaian pertanyaan inilah yang akan
dikembangkan. Penulis harus dapat merumuskan masalah yang akan ditelitinya
dengan baik. Secara teoritis dikatakan masalah-masalah yang telah dirumuskan
sangat besar manfaatnya untuk mengarahkan pengembangan tulisan, mengontrol
pengembangan tulisan, memudahkan penggunaan bahasa secara teratur,
memudahkan pencarian bahan rujukan dan data yang diperlukan, serta
memudahkan merumuskan tujuan penelitian.
e. Menetapkan tujuan penulisan. Sasaran akhir dari suatu tulisan adalah untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan yang akan dicapai sangat besar
peranannya dalam menentukan organisasi penulisan, panjang tulisan, sifat, dan
tata cara penulisan. Oleh karena itu tujuan merupakan suatu yang hendak dicapai,
maka rumusan tujuan harus jelas. Ketidakjelasan tujuan akan mengakibatkan pola
pembahasan masalah juga menjadi kabur.
f. Membuat kerangka tulisan. Apabila masalah telah dirumuskan dan tujuan yang
akan dicapai juga telah ditetapkan maka langkah selanjutnya adalah membuat
kerangka penulisan. Tidak sedikit orang yang membuatnya berupa outline dan ada
pula yang mengartikannya berupa proposal penelitian itu sendiri. Penulisan
kerangka ini diharapkan mampu memberikan gambaran keseluruhan dari tulisan,
sekaligus menjadi media pengontrol dalam mengembangkan ide/tulisan.

Dra. Welsi Haslina, M.Pd. – Politeknik Negeri Padang


3
Bahasa Indonesia

g. Memperdalam landasan konseptual terhadap masalah atau topik yang akan ditulis.
Langkah ini dimaksudkan agar penulis menguasai dengan baik permasalahan yang
akan dibahasnya. Pemahaman yang baik akan sangat membantu penulis dalam
mengembangkan kerangka tulisan yang sudah dibuatnya. Pendalaman konseptual
ini dapat dilakukan dengan studi kepustakaan, tanya jawab dengan ahlinya,
mengamati langsung sesuatu hal, dan lain-lain. Melalui serangkaian kegiatan
pendalaman ini diharapkan penulis dapat lebih menguasai permasalahan yang
akan ditulisnya dengan lebih baik.
h. Menulis instrumen penelitian. Penelitian ilmiah biasanya dikembangkan
berdasarkan data dan fakta. Instrumen jelas diperlukan untuk memperoleh data,
karena instrumen yang dimaksudkan di sini adalah alat untuk mengumpulkan
data. Instrumen secara umum dapat dibuat dalam bentuk angket, tes, dan daftar
wawancara. Untuk mendapatkan data yang valid dibutuhkan juga kemampuan
penulis untuk menyusun instrumen.
i. Mengumpulkan data dan fakta. Kelanjutan dari penulisan instrumen adalah
mengumpulkan data. Data diperoleh dengan cara yang sudah dipersiapkan
sebelumnya. Peranan data dalam penelitian sangat berpengaruh besar terhadap
hasil penelitian.
j. Menganalisis data. Inti dari suatu kegiatan ilmiah adalah menganalisis data. Pada
tahapan inilah yang akan membuktikan jawaban dari rumusan pertanyaan yang
disampaikan sebelumnya. Prosedur analisis data ini sangat ditentukan oleh jenis
penelitian (apakah kualitatif atau kuantitatif). Pengolahan data secara kualitatif
tidak menuntut adanya perhitungan statistik karena data yang ada memiki makna
sebagaimana adanya dapat dioleh langsung dan kemudian ditafsirkan. Hasil
penafsiran inilah yang menghasilkan sebuah kesimpulan, sedangkan pengolahan
secara kuantitatif menggunakan analisis statistik karena data kuantitatif belum
memiliki makna sebelum diolah. Hasil pengolahan inilah yang kemudian
ditafsirkan menjadi kesimpulan. Setelah analisis data dilakukan, pembahasannya

Dra. Welsi Haslina, M.Pd. – Politeknik Negeri Padang


4
Bahasa Indonesia

harus selalu dikaitkan dengan teori-teori yang digunakan. Landasan-landasan


tentang metode penelitian sangat diperlukan dalam menganalisis data.
k. Merumuskan kesimpulan. Kesimpulan baru dapat dimunculkan setelah
pembahasan hasil analisis data (untuk penelitian yang akan ditulis). Dalam tulisan
ilmiah, kemampuan merumuskan kesimpulan ini harus dimiliki, sebab di sinilah
dapat dilihat hasil dari suatu pembahasan yang telah dilakukan.
Keseluruhan tahapan pada tahap persiapan ini tidaklah mutlak. Namun,
diharapkan dapat memberikan pemahaman ketika akan menjalani proses penelitian
lengkap sampai pada tahapan penulisan hasil penelitian yang dimaksud.

2. Tahap Penulisan
Yang dimaksud dengan tahap penulisan adalah tahap penuangan segala
sesuatu yang telah dilakukan dalam tahap persiapan. Proses penuangan ini tentukan
dilakukan secara tertulis baik berupa laporan ataupun makalah. Sebenarnya pada
tahap persiapan, kegiatan menulis juga sudah dilakukan namun prosesnya masih
berupa ancangan, bukan tulisan jadi dan pada tahap inilah hasilnya akan berupa
naskah jadi. Pada pelaksanaan tahap penulisan ini, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan, diantaranya:
a. Yakinilah diri bahwa segala sesuatunya telah dipersiapkan dengan baik dan siap
untuk menulis. Keyakinan atau yang lebih dikenal dengan percaya diri ini sangat
besar manfaatnya untuk kelancaran proses menulis. Sekiranya keyakinan untuk
menulis itu telah muncul, hindarilah hal-hal yang akan menghambat, pertebal
motivasi, dan mulailah menulis segala sesuatu yang telah dikerjakan pada tahap
persiapan.
b. Informasikan segala sesuatu sesuai dengan permasalahan dan kerangka karangan
yang telah dibuat. Informasi yang disampaikan adalah informasi yang apa adanya
(sebagaimana adanya). Bila tidak demikian cirri keilmiahan tulisan tentu akan
berkurang.

Dra. Welsi Haslina, M.Pd. – Politeknik Negeri Padang


5
Bahasa Indonesia

c. Perhatikan masalah kebahasaan, organisasi penulisan, komponen tulisan, tata cara


penulisan serta kaidah-kaidah penulisan karya ilmiah lainnya.

3. Tahap Perbaikan
Kebiasaan yang juga sering dilakukan dalam proses penulisan adalah merevisi
tulisan. Kebiasaan positif ini sangatlah baik. Tulisan ilmiah pada umumnya melalui
tahapan ini, denga kata lain perlu penyempurnaan. Bahkan tidak jarang
penyempurnaan ini dilakukan berulang kali. Tahap merevisi ini merupakan tahap
akhir dari suatu kegiatan penulisan ilmiah. Tahap ini bertujuan untuk lebih
menyempurnakan hasil penulisan. Biasanya tulisan yang direvisi juga akan
memperlancarkan komunikasi antara penulis dengan pembaca.
Revisi terhadap tulisan yang telah dibuat dapat dilakukan oleh penulis itu
sendiri selain orang lain yang tentunya juga harus memiliki pengetahuan tentang
masalah yang ditulis selain memiliki pengetahuan kebahasaan dan kaidah penulisan
karya ilmiah. Dengan bekal pengetahuan tersebut diharapkan perevisi akan dapat
memberikan masukan yang berarti demi penyempurnaan draf suatu tulisan.

Kegiatan yang dapat dilakukan pada tahapan revisi ini adalah:


1. Yakinilah bahwa tulisan yang baru saja diselesaikan masih berbentuk draf (tulisan
kasar). Karena masih dalam bentuk draf, semua kesalahan dan kekurangan yang
mungkin ada dapat dihilangkan atau ditekan sekecil mungkin.
2. Berdasarkan keyakinan di atas, baca dan telusurilah draf tersebut. Gunakan
prinsip kehati-hatian, kekritisan, dan keanalitisan dalam penelusuran tersebut.
Dengan prinsip-prinsip tersebut, diharapkan kelemahan dan kesalahan yang ada
pada draf tersebut dapat diungkapkan. Proses perbaikan dapat dilakukan dengan
cara:
 Kurangi hal-hal yang dirasa terlalu royal, misalnya penggunaan kata yang
berulang-ulang.

Dra. Welsi Haslina, M.Pd. – Politeknik Negeri Padang


6
Bahasa Indonesia

 Buanglah hal-hal yang tidak ada manfaatnya, misalnya penjelasan-penjelasan


yang tidak efektif, atau kalimat-kalimat yang akan mengacaukan pemahaman
pembaca.
 Tumbuhkanlah hal-hal yang dirasa perlu, yang belum termuat pada draf
tulisan.
 Tata kembali susunan yang salah letak. Perubahan susunan atau penyusunan
kembali ini dapat saja dalam bentuk tanda baca, ejaan, pilihan kata, struktur
kata, struktur dan susunan kalimat serta tata urutan permasalahan.
3. Berdasarkan perbaikan-perbaikan tersebut, tulislah kembali perbaikan terhadap
draf tulisan sehingga diperoleh tulisan yang telah jadi. Dengan telah selesainya
revisi yang dilakukan, berarti selesailah sebuah karya tulis ilmiah.
Keseluruhan dari tahapan di atas, merupakan langkah-langkah umum yang
sering digunakan dalam tahapan penulisan karya ilmiah. Dikatakan umum karena
urutan ini sering dipedomani, terutama bagi penulis pemula. Sekali lagi disampaikan,
rincian urutan ini tidaklah mutlak, jangankan untuk rincian bahkan dalam tahapan
yang besar saja juga tidak mutlak.

Dra. Welsi Haslina, M.Pd. – Politeknik Negeri Padang


7

Anda mungkin juga menyukai