Anda di halaman 1dari 8

ACARA V

PENGENALAN STUMP, CABUTAN, PUTERAN, DAN PENANAMAN

ABSTRAK
Stump, cabutan, dan puteran merupakan metode pengadaan bibit tumbuhan secara
generative dikarenakan berupa anakan hasil permudaan alami. Teknik pembibitan stump
berupa pemilihan semai kedaluwarsa yang kemudian dipangkas bagian batang dan
akarnya sesuai variasi yang dibutuhkan. Teknik cabutan yaitu mengambil semai tanpa
disertai tanahnya, sedangkan teknik puteran mengambil semai dengan disertai tanahnya.
Dari hasil pengambilan tersebut semai dipindahkan ke polybag berisi media tumbuh yang
baru yang kemudian diamati pertumbuhan dan persentase hidup semai selama 4 minggu
untuk mengetahui teknik pembibitan yang paling baik dari ketiga teknik tersebut.
Kata kunci: bibit, anakan, stump, cabutan, puteran

I. TINJAUAN PUSTAKA
Stump, cabutan, dan puteran merupakan metode pengadaan bibit tumbuhan secara
generative dikarenakan berupa anakan hasil permudaan alami. Ketiga metode tersebut
dibedakan berdasarkan cara pemindahan anakan dari persemaian ke lapangan. Stump
adalah suatu cara pengadaan bibit yang meggunakan anakan semai yang bisa diambil dari
alam ataupun dari persemaian, yang kemudian dilakukan pemangkasan pada sebagian
batang, daun dan akar dengan perbandingan yang bervariasi (Sutriyani., Wardah., &
Yusran., 2016). Stump berasal dari semai kedaluwarsa yaitu semai yang sudah ditanam
lama di wadah/kontiner hingga tingginya melebihi ukuran semai normal dan umumnya
sudah mengalami kondisi akar menggulung sesuai bentuk wadah dikarenakan ruang
tumbuh yang terbatas. Cabutan merupakan anakan pohon yang dipindahkan ke lapangan
tanpa disertai dengan tanahnya, sedangkan puteran adalah anakan pohon atau bibit yang
diambil bersama dengan semua tanah di sekeliling perakarannya sehingga lebih
menjamin keberhasilan pertumbuhan di lapangan (Nurkin, 2019). Cabutan berasal dari
anakan yang tumbuh sacara alami, dekat dengan pohon induk (Winggai, 2009).
Penanaman adalah kegiatan memindahkan bibit dari tempat persemaian untuk
menghasilkan produk dari tanaman yang di budidayakan (Pidu., & Hamzari., 2020). Pada
saat dilakukan penanaman dilakukan pemasangan ajir dan lubang tanam sesuai ukuran
semai. Tujuan pemasangan ajir adalah sebagai penanada lokasi penanaman,
menyeragamkan jarak bibit (Bibin, M., & Ardian, A., 2020). Penanaman dilakukan untuk
melihat kondisi lapangan dari hasil pengadaan bibit secara generative.

II. TUJUAN
Tujuan Praktikum Silvikultur Acara V adalah:
1. Mengenal stump sebagai salah satu bibit generative.
2. Mengetahui Teknik pemindahan dan pemeliharaan stump, cabutan, dan puteran.
3. Mengetahui kelebihan dan kekurangan membuat bibit secara cabutan dan puteran.
4. Mengetahui cara pembuatan lubang tanam dan penanaman yang benar.

III. ALAT DAN BAHAN


Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum Acara V adalah:
Alat: - Ember/tas plastic/pelepah pisang
- Alat tulis Bahan:
- Kaliper - Anakan permudaan alam dan
- Penggaris semai siap tanam
- Gunting atau gergaji - Acir bambu setinggi 1,25 m
- Cetok atau cangkul
- Kamera

IV. METODE
4.1. Waktu dan Tempat
Pelaksanaan Praktikum Silvikultur Acara V. Pengenalan Stump, Cabutan,
Puteran, dan Penanaman dilakukan pada hari Kamis, 28 Oktober 2021 pukul 19.00
WIB hingga selesai, yang dilaksanakan secara daring melalui platform Zoom.
Pengamatan praktikum dilakukan berdasarkan video yang diberikan saat
pelaksanaan praktikum. Pengamatan praktikum dilakukan berdasarkan video yang
diberikan saat pelaksanaan praktikum dimana lokasi praktikum dilakukan di
Laboratorium Silvikultur Intensif Klebengan (LABSIK), Fakultas Kehutanan.
4.2. Cara Kerja
Berdasarkan video, cara kerja Praktikum Silvikultur Acara V adalah sebagai berikut:
1. Teknik Cabutan
Dipilih semai yang akan dibibitkan, kemudian tanah disekitar semai
dibasahkan untuk memudahkan dalam pengambilan semai. Setelah dipastikan
tanah disekitar semai cukup basah, maka semai diambil dengan menghilangkan
sisa tanah pada bagian akar. Selanjutnya semai ditaruh di ember berisikan air
agar tetap segar. Setelah itu, beberapa tangkai daun dipotong agar pertumbuhan
semai lebih optimal, baru setelahnya semai dimasukkan pada polybag yang
sudah berisikan media tumbuh.
2. Teknik Puteran
Dipilih semai yang akan dibibitkan, kemudian digali tanah disekitar semai
berjarak kurang lebih 10 cm dari semai. Kemudian semai beserta tanah
dibawahnya diambil dan dimasukkan ke wadah. Setelah itu, beberapa tangkai
daun dipotong agar pertumbuhan semai lebih optimal, baru setelahnya semai
dimasukkan pada polybag yang sudah berisikan media tumbuh.
3. Teknik Stump
Dipilih semai kedaluwarsa yang akan dibibitkan. Dikeluarkan semai tersebut
dari polybag lama, dan dibersihkan sisa tanah pada akar. Selanjutnya dipangkas
batang dan akar semai dengan variasi yang sudah ditentukan perbandingan
batang:akar, yaitu 1:1, 1:2, dan 1:3. Setelah itu semai stump dimasukkan pada
polybag yang sudah berisikan media tumbuh baru.

V. HASIL OLAH DATA


Berdasarkan hasil pengamatan praktikum diperoleh hasil data sebagai berikut:
Tabel 5.1. Pengamatan terhadap stump
Jumlah semai yang hidup
Nama
Metode/Perlakuan Nomor Tanggal
lokal
28/10/21 6 Nov 2021 13/11/21 20/ 11/ 21
SA1 Sengon Hidup belum tumbuh belum tumbuh Mati
Stump 1:1 SA2 Sengon Hidup belum tumbuh belum tumbuh Mati
SA3 Sengon Hidup hidup hidup Hidup
SB1 Sengon Hidup hidup belum tumbuh Mati
Stump 1:2 SB2 Sengon Hidup hidup belum tumbuh Mati
SB3 Sengon Hidup hidup hidup Mati
SC1 Sengon Hidup belum tumbuh belum tumbuh Mati
Stump 1:3 SC2 Sengon Hidup hidup hidup Mati
SC3 Sengon Hidup hidup hidup Hidup
Keterangan (penginput)
Tabel 5.2. Pengamatan pertumbuhan tunas pada perlakuan stump
Ukuran Jumlah presentase tunas yang tumbuh
Stump 10/28/2021 10/6/2021 11/13/2021 11/20/2021
Stump 1:1 100 33.333 33.333 33.333
Stump 1:2 100 100 33.333 0
Stump 1:3 100 66.667 66.667 33.333

Grafik 5.1. Pengamatan pertumbuhan tunas pada perlakuan stump

Tabel 5.3. Pengamatan terhadap cabutan dan puteran


Jumlah semai yang hidup
Metode/ Nama Persen
Nomor Tanggal
Perlakuan lokal hidup
28/10/21 6/11/2021 13/11/21 20/11/21
Cb1 Sengon Hidup Hidup Hidup Hidup
Cb2 Sengon Hidup Hidup Hidup Hidup
Cabutan Cb3 Sengon Hidup Hidup Hidup Hidup 100
Cb4 Sengon Hidup Hidup Hidup Hidup
Cb5 Sengon Hidup Hidup Hidup Hidup
Pt1 Sengon Hidup Hidup Hidup Hidup
Pt2 Sengon Hidup Hidup Hidup Hidup
Puteran Pt3 Sengon Hidup Hidup Hidup Hidup 100
Pt4 Sengon Hidup Hidup Hidup Hidup
Pt5 Sengon Hidup Hidup Hidup Hidup
Keterangan (penginput)

Tabel 5.4. Persen hidup semai pada perlakuan cabutan dan cabutan
Rerata hidup(%)
Perlakuan
10/28/2021 6/11/2021 11/13/2021 11/20/2021
Cabutan 100 100 100 100
Puteran 100 100 100 100
Grafik 5.2. Persen hidup semai pada perlakuan cabutan dan puteran

VI. PEMBAHASAN
Metode cabutan, putaran, dan stump merupakan metode pengadaan bibit pohon
berdasarkan anakan pohon yang tumbuh secara alami (permudaan alam) di persemaian
dan akan ditanam secara langsung di lapangan/hutan dan dibedakan berdasarkan cara
pengambilan anakan pohon untuk dijadikan bibit. Kelebihan metode cabutan adalah lebih
hemat biaya angkutan karena tidak membawa media tumbuh (tanah), kekurangannya
adalah bibit cabutan tidak tahan lama dikarenakan terbukanya area akar sehingga
penyerapan unsur hara, air, dan lainnya menjadi hampa hingga tumbuhan menjadi stress
dan bibit cepat layu. Metode putaran memiliki kelebihan bibit tidak cepat layu karena
metode ini mengikutsertakan media tumbuh disekitar bibit sehingga tidak terlalu stress,
kekurangannya tidak hemat biaya dalam penyediaan media tumbuh. Untuk metode stump
memiliki kelebihan berupa penggunaannya semai yang sudah kadaluwarsa sehingga
lebih hemat biaya dan tempat, kekurangannya adalah bibit dari semai kadaluwarsa belum
tentu dapat hidup optimal setelah berada pada polybag terlalu lama menjadikan beberapa
fungsi tumbuhan tidak optimal seperti ballroot.
Faktor yang mempengaruhi keberhasilan pembuatan bibit yang dilakukan adalah
faktor eksternal berupa media tumbuh dan kondisi lingkungan dan faktor internal berupa
sifat genetic dan kemampuan fisiologis tumbuhan. Media tumbuh yang baik, harus
disterilkan terlebih dahulu dari pathogen hama, penyakit, dan biji gulma, serta
berpengaruh terhadap tersedianya unsur hara bagi bibit hingga saat pemindahan bibit ke
lapangan kondisi tumbuhan baik. Kondisi lingkungan akan berpengaruh dalam
tersedianya air, penyinaran matahari, suhu dan kelembaban. Faktor internal yang
mempengaruhi adalah viabilitas dan kualitas benih berdasarkan sifat induk benih yang
akan mempengaruhi ketahanan bibit di lapangan apabila dipindahkan. Faktor yang
mempengaruhi keberhasilan pembuatan bibit yang dilakukan adalah kemampuan bibit
dalam memproduksi akar, dikarenakan meskipun kondisi tempat tumbuh cukup memadai
namun bibit akan tumbuh optimal apabila didukung dengan fungsi fisiologis yang baik
(Daniel., dkk, 1994 dalam Putri., dkk, 2021). Selain itu, faktor lainnya adalah perlakuan
yang diberikan berupa cara pengambilan bibit saat pemindahan ke lapangan, masa
simpan bibit sebelum dipindahtanamkan, dan penyiraman berkala.
Dari data pengamatan diperoleh 2 data, yaitu pengamatan terhadap perlakuan stump
dan pengamatan terhadap perlakuan cabutan dan putaran. Dari data pengamatan
perlakuan stump dapat dipahami bahwa dari 3 perlakuan yang berbeda berdasarkan
perbandingan batang:akar, yaitu SA (1:1), SB (1:2), dan SC (1:3) dengan 3 kali
pengulangan dimana 1 sama dengan 4 cm. Stump yang memiliki persentase hidup bibit
lebih tinggi adalah stump SC diikuti SA kemudian SB. Antara bibit SA dan SC pada
akhir pengamatan masing-masing perlakuan menyisakan 1 bibit, tetapi perlakuan bibit
SC pada minggu kedua dan ketiga memiliki 2 bibit hidup sedangkan pada bibit SA pada
minggu kedua sudah tersisa 1 bibit. Untuk bibit SB, selama 2 minggu pertama se mua
bibit masih hidup namun pada minggu ketiga hanya tersisa 1 bibit hingga pada minggu
akhir pengamatan tidak tersisa bibit yang hidup. Namun berdasarkan kurva grafik, bibit
SA lebih stabil dan konstan, bibit SC memiliki kurva yang menurun cenderung konstan,
sedangkan kurva bibit SB memiliki kurva menurun yang lebih tajam. Sehingga dipahami
bahwa untuk perlakuan stump yang paling konsisten adalah bibit stump SA yaitu dengan
perbandingan batang:akar adalah 1:1. Untuk metode cabutan dan putaran menghasilkan
persentase bibit yang hidup 100% untuk masing-masing metode hingga akhir
pengamatan. Sehingga dipahami bahwa dari 3 metode perolehan bibit dari anakan pohon
yang paling baik adalah antara metode cabutan atau putaran karena persentase hidup
semainya 100% dan juga dikarenakan kondisi anakan pohon yang masih mengalami
masa pertumbuhan yang tinggi dan belum memiliki permasalahan fisiologis.
VII. KESIMPULAN
Berdasarkan Praktikum Silvikultur Acara V. Pengenalan Stump, Cabutan, Puteran, dan
Penanaman, dapat disimpulkan bahwa:
1. Stump termasuk sebagai salah satu bibit generative dikarenakan berasal dari bibit
tanaman berupa biji yang sudah disemai lama namun belum dipindahtanamkan.
2. Teknik pemindahan dan pemeliharaan stump adalah dengan menggunakan semai
kedaluwarsa yang kemudian dibersihkan bagian akarnya dari tanah, lalu dipangkas
bagian batang dan akarnya sesuai dengan ketentuan. Untuk teknik cabutan
dipindahkan dengan tidak mengikutsertakan tanah/media tumbuhnya yang kemudian
beberapa tangkai daunnya dipangkas untuk mengoptimalkan pertumbuhannya
setelah pemindahan. Dan untuk teknik puteran, bibit dipindahkan dengan
mengikutsertakan media tumbuhnya yang kemudian juga dipangkas beberapa
tangkai daunnya untuk mengoptimalkan pertumbuhan setelah pemindahan
3. Kelebihan dari teknik cabutan adalah biaya pengangkutan yang dikeluarkan lebih
murah karena tidak membawa media tumbuh, kekurangannya adalah bibit cepat layu
dan stress setelah dipindahkan. Kelebihan bibit dari puteran adalah bibit lebih tahan
dan terjamin keberhasilan pertumbuhannya, namun kekurangan membuat bibit secara
puteran adalah biaya pengangkutan yang dikeluarkan lebih mahal karena membawa
media tumbuh bibit.
4. Cara pembuatan lubang tanam yang benar adalah harus sesuai dengan ukuran bibit
semai yang akan ditanam. Usahakan lubang tanam tidak terlalu kecil karena dapat
menggulung akar sehingga pertumbuhan akar dari bibit tidak dapat optimal, dan
jangan terlalu besar karena akar dapat menggantung ataupun batang akar dapat
tenggelam. Cara penanaman yang benar adalah dengan menyiapkan ajir, pembuatan
ubang tanam yang sesuai dengan ukuran akar bibit, lapisan top soil tanah diletakkan
pada bagian bawah lubang, kemudian saat pemindahan bibit ke lubang tanam
polybag dilepaskan dan disangkutkan pada ajir sebagai penanda, kemudian lubang
tanam ditutup dengan tanah.
VIII. DAFTAR PUSTAKA
Bibin, M., & Ardian, A. (2020). Pengembangan Potensi Wisata Mangrove Melalui
Kegiatan Penanaman Mangrovedi Kawasan Pesisir Suppa. Jurnal Pemberdayaan
Pariwisata, 2(1), 36-41. Retrieved from https://www.researchgate.net/
Nurkin, B. (2019). Buku Ajar Silvikultur. Makassar: Fakultas Kehutanan Universitas
Hasanuddin.
Pidu, M. Z. A., & Hamzari. (2020). Evaluasi Kegiatan Penanaman Tanaman Karet di
KPHP Model Dolago Tanggunung Desa Olo Baru Kecamatan Parigi Selatan
Kabupaten Parigi Moutong. Jurnal Warta Rimba, 8(3), 245-253. Retrieved from
https://core.ac.uk
Putri, V. S., Mardhiansyah, M., & Sribudiani, E. (2021). Komposisi Media Untuk
Memacu Pertumbuhan Cabutan Kulim Scorodocarpus borneensis Becc. Jurnal
Ilmu-ilmu Kehutanan, 5(1), 12-18.
doi:http://dx.doi.org/10.2579/jiik.v5i1.7353.g6458
Sutriyani., Wardah., & Yusran. (2016). Pertumbuhan Stump Nyatoh (Palaquium sp.)
Pada Berbagai Komposisi Media Tumbuh dan Konsentrasi Rootone-F di
Persemaian. Jurnal Mitra Sains, 4(4), 14-21. Retrieved from
https://media.neliti.com/media/publications/153539-ID-pertumbuhan-stump-
nyatoh-palaquium-sp-pa.pdf
Winggai, F. (2009). Manajemen Hutan Pengelolaan Sumberdaya Hutan Secara
Berkelanjutan. Jakarta: Grasindo.

IX. LAMPIRAN

Gambar 5.1. Data pengamatan lapangan Tim 4 pada tanggal 6-11-2021

Anda mungkin juga menyukai