Anda di halaman 1dari 39

TUGAS IX

WAWASAN PROFESIONAL BK

“Kegiatan Pendukung”

Dosen Pembina Mata Kuliah:


Prof. Dr. Prayitno, Msc. Ed.
Dr. Yarmis Syukur, M.Pd. Kons.

Oleh:

Shintia Dwi Putri


20151030

PROGRAM STUDI PASCASARJANA


BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2020
D. KUNJUNGAN RUMAH
1. Deskripsi Umum
Kunjungan Rumah (KJRU) merupakan upaya untuk mendeteksi
kondisi keluarga dalam kaitannya dengan permasalahan anak atau
individu yang menjadi tanggung jawab konselor dalam pelayanan
konseling. Dengan KJRU akan diperoleh berbagai informasi atau data
yang dapat digunakan untuk lebih mengefektifkan pelayanan konseling.
Lebih dari itu, dengan kunjungan rumah konselor dapat mendorong
partisipasi orangtua (dan anggota keluarga lainnya) untuk sebesar-
besarnya memenuhi kebutuhan anak atau individu yang dimaksudkan itu.
2. Tujuan
a. Tujuan umum
Adalah diperolehnya data yang lebih lengkap dan akurat
berkenaan dengan masalah klien serta digalangkannya komitmen
orangtua dan anggota keluarga lainnya dalam rangka penanggulangan
masalah klien.

b. Tujuan khusus

Ditinjau dari fungsi-fungsi pelayanan konseling, kegiatan


KJRU terfokus pada lebih dipahaminya kondisi klien, khususnya
yang terkait dengan kondisi rumah dan keluarganya (fungsi
pemahaman). Dengan data yang lebih lengkap, mendalam dan
akurat ini upaya pengentasan masalah klien akan dapat lebih
intensif. Komitmen dari orangtua dan anggota keluarga lainnya akan
lebih mengefektifkan dan mengefisienkan pelayanan terhadap klien
(fungsi pengentasan).

Dengan data yang lebih lengkap dan komitmen orang tua,


upaya pencegahan masalah, khusunya yang disebabkan oleh faktor-
faktor keluarga, lebih mungkin untuk dilaksanakan (fungsi
pencegahan). Demikian pula, kerjasama antara konselor dan
orangtua memberikan fasilitas yang lebih baik bagi pengembangan
dan pemeliharaan potensi anak (fungsi pengembangan dan
pemeliharaan), serta lebih memungkinkan tegaknya hak-hak mereka
(fungsi advokasi).
3. Komponen
Kegiatan KJRU melibatkan tiga komponen pokok, yaitu : kasus yang
ditangani, keluarga yang dikunjungi, dan konselor.
a. Subjek Bermasalah dan Keluarganya
Unit keluarga dari subjek yang bermasalah, yang menjadi fokus
KJRU meliputi kondisi yang berkenaan dengan :
1) Orangtua dan/atau wali

2) Anggota keluarga yang lain

3) Orang-orang yang tinggal dalam lingkungan keluarga yang


dimaksud
4) Kondisi fisik rumah, isinya, dan lingkungan;

5) Kondisi ekonomi dan hubungan sosio-emosional yang


terjadi dalam keluarga.
Semua hal yang berkenaan dengan keluarga diatas dicermati
dalam hubungannya dengan diri subjek yang dimaksud dan
permasalahannya. Dalam hal ini, keterkaitan kondisi-kondisi
tersebut secara langsung didalami potensi peran dan komitmen
seluruh komponen keluarga itu demi kepentingan penanganan
maslaah yang dialami oleh subjek yang perlu mendapatkan
pelayanan.
b. Konselor
Konselor adalah ahli yang berkewajiban menangani permasalahan
yang dialami subjek tertentu, yang mana permasalahannya itu perlu
dikaitkan dengan kondisi keluarga dari subjek yang dimaksud.
c. Materi Kegiatan
1) Dalam merencanakan KJRU konselor mempersiapkan
berbagai informasi umum dan data tentang subjek yang
bermasalah (klien) yang layak diketahui oleh orangtua dan
anggota keluarga lainnya, dengan catatan, semuanya itu :
a) Tidak melanggar asas kerahasiaan klien

b) Semata-mata untuk pendalaman masalah klien dan


penuntasan penanganannya; dan
c) Tidak merugikan klien dalam kaitannya dengan
kedudukan dan hubungan kekeluargaan dalam
keluarga itu, hubungan sosio- emosional, pemberian
kesempatan dan fasilitas, serta keterkaitan kerja.
2) Materi yang dibicarakan, dijangkau dan didalami dalam
KJRU meliputi semua kondisi unit keluarga sebagaimana
diutarakan diatas. Keseluruhan materi tersebut dirangkai
secara sistematis, baik dalam penggaliannya bersama
anggota keluarga yang dikunjungi maupun dalam
penyusunan hasil KJRU nantinya, serta penggunaannya
dalam penanganan permasalahan subjek (klien) secara
menyeluruh.
4. Asas Dan Dinamika Kegiatan
a. Asas Kegiatan
Pertama-tama asas kesukarelaan dan keterbukaan ditegakkan.
Dalam hal ini terlebih dahulu subjek yang bermasalah atau klien
diminta persetujuannya untuk dilakukan KJRU. Dengan klien dibahas
kegunaan KJRU, khusunya dalam kaitannya dengan masalah yang ia
alami. Selanjutnya keluarga yang akan dikunjungi pun diminta
persetujuannya, dilengkapi dengan informasi tentang waktu dan hal-
hal teknis rencana kedatangan konselor. Lebih jauh, asas keterpaduan,
yaitu keterpaduan antara KJRU dengan berbagai aspek pelayanan
konseling terhadap klien, perlu mendapat perhatian. Berkenaan
dengan data yang diperoleh sebagai hasil KJRU, asas kerahasiaan
diberlakukan. Apa yang menjadi rahasia keluarga benar- benar
dilindungi.
b. Dinamika kegiatan : BMB3
Seluruh unsur BMB3 diaktifkan konselor bagi seluruh anggota
keluarga yang dijumpai dalam KJRU, termasuk subjek (klien) yang
menjadi sasaran layanan. Mereka semua didorong dan diaktifkan oleh
konselor untuk benar-benar secara positif memahami, merasakan, dan
menyikapi berbagai aspek yang ada dan dibahas itu. Lebih jauh,
mereka juga diminta memberikan perlakuan atau tindakan yang
mengarah pada tersolusikannya dengan baik permasalahan yang
dialami oleh subjek (klien). Semua itu disertai dengan tanggung
jawab penuh demi kebaikan subjek yang bermasalah, dan juga
keluarganya.
5. Data, Diagnosis, Prognosis, Dan PERPOSTUR
a. Data dan Permasalahannya
Data awal yang menjadi titik tolak konselor dalam
mempersiapkan kinerja KJRU ada dua jenis yaitu :
1) Data subjek sasaran layanan, yaitu subjek-subjek
(individual, kelompok, klasikal) yang perlu atau sedang
mendapatkan layanan tertentu.
2) Data keluarga, yaitu objek-objek dan kondisi yang ada
dalam keluarga subjek sasaran layanan yang dialami unsur-
unsurnya terkait langsung maupun tidak langsung dengan
permasalahan subjek yang sedang atau hendak dilayani.
Hasil pengaitan dan analisis kedua jenis data (a dan b) diatas
menghasilkan keterkaitan antara materi layanan yang sedang atau
akan ditangani konselor dengan arah dan substansi pemecahan
masalah subjek yang ditangani itu. Ketekaitan ini tentu saja
berhubungan dengan kondisi KES dan/atau KES-T sasaran layanan,
yang sedang atau akan ditangani oleh konselor secara individual,
kelompok, dan/atau klasikal, secara sukses, yang antara lain melalui
dukungan kegiatan KJRU.
b. Diagnosis dan Prognosis
Agar kegiatan nyata tersebut, mendapatkan landasan dan arah
yang lebih tepat dan akurat konselor, diharapkan melaksanakan dua
aktivitas berikut :
1) Kajian diagnosis, yaitu analisis tentang latar belakang dan
sebab terjadinya/timbulnya masalah atau hal-hal yang
dipermasalahkan sehingga menjadi permasalahan bagi subjek
yang sedang atau akan ditangani konselor, dalam kaitannya
dengan kondisi keluarga yang perlu dikunjungi oleh
konselor.
2) Kajian prognosis, yaitu analisis tentang (perkiraan) apa yang
dapat terjadi kalau permasalahan yang didiagnosis itu
(dengan dua sisi materi diagnosis), yaitu subjek yang
dilayani dan sisi keluarganya tidak mendapatkan penanganan
melalui keikutsertaan peran keluarga.
Hasil kajian diagnosis dan prognosis tersebut merupakan
landasan sekaligus pertimbangan mendasar mengapa kegiatan
KJRU itu perlu bahkan harus dilaksanakan. Inilah arah kegiatan
profesional konselor menggunakan kegiatan pendukung KJRU.
c. PERPOSTUR
Dalam layanan konseling yang mengaktifkan KJRU konselor
bekerja dengan dua PERPOSTUR, yaitu PERPOSTUR final yang
perlu dibinakan dan dilaksanakan oleh subjek sasaran layanan, dan
PERPOSTUR pendukung yaitu apa yang perlu dibinakan dan
dilaksanakan oleh para anggota keluarga dalam peran masing-masing
membantu mengentaskan permasalahan subjek layanan. Untuk
PERPOSTUR final konselor mendasarkannya pada jenis layanan yang
sedang atau akan dilaksanakan terhadap calon sasaran layanan;
sedangkan untuk PERPOSTUR pendukung konselor memfokuskan
diri pada peran (para) anggota keluarga untuk membantu penanganan
permasalahan subjek yang dilayani, yang semuanya itu didasarkan
pada hasil analisis kebutuhan yang diperoleh/dicapai sasaran layanan.
Untuk PERPOSTUR pendukung perlu dirumuskan pertanyaan
yang sangat penting, yaitu :
Hal-hal apa (yang baru) yang perlu diperoleh/dikuasai dan
dilakukan oleh para anggota keluarga untuk suksesnya
penanganan permasalahan subjek sasaran layanan, yang ditangani
oleh konselor, dengan mengikutsertakan peran anggota keluarga
melalui kegiatan KJRU?
6. Pendekatan Dan Unsur Kegiatan Layanan
a. Pendekatan
Dengan KJRU konselor memasuki lapangan permasalahan klien
yang menjangkau kehidupan keluarga. Dengan jangkauan yang lebih
luas ini diharapkan penangana permasalahan klien semakin
komprehensif dan intensif. Disamping itu, strategi kolaboratif pun
dilaksanakan, yaitu dengan menghubungi pihak-pihak terkait dalam
keluarga. Peran positif pihak-pihak terkait itu dibangkitkan menuju
penuntasan pengentasan masalah klien serta optimalisasi
pengembangan potensi-potensinya.
b. Format dan Penahapan
Format kegiatan KJRU adalah format kolaboratif, yaitu format
kerjasama dengan pihak lain diluar subjek yang ditangani, dan juga
dalam kegiatan KJRU konselor sepenuh menyelenggarakan tahapan 5-
an/5-in.
c. Teknik
1) Peran Subjek yang Bermasalah

Keikutsertaan subjek yang bermasalah (klien) dalam


kegiatan KJRU pertama-tama melalui persetujuannya terhadap
diselenggarakannya KJRU itu. Konselor perlu
mempertimbangkan dengan matang apakah klien akan
dilibatkan dalam pembicaraan antara konselor dengan anggota
keluarga yang dikunjungi. Keterbukaan, objektivitas,
kenyamanan suasana, kelancaran kegiatan, serta dampak
positif bagi klien dan keluarganya, menjadi kriteria
keterlibatan klien
2) Kegiatan
Dalam rangka KJRU, konselor melakukan wawancara
dengan anggota keluarga utama dan/atau kunci atau anggota
keluarga lainnya sesuai dengan permasalah klien.pengamatan
terhadap berbagai objek dalam keluarga dan lingkungan
sekitar dapat dilakukan atas seizin pemiliknya. Konselor tidak
diperkenankan memeriksa dokumen-dokumen yang dimiliki
keluarga, kecuali keluarga itu menghendakinya.
Format kelompok dengan berbagai tekniknya dapat
diselenggarakan oleh konselor dengan mengikutsertakan
sejumlah “anggota keluarga” dalam pembicaraan tentang
masalah klien. “Konseling Keluarga” (KKj) merupakan bentuk
khusus kegiatan dalam KJRU. Dalam kegiatan ini tujuan dan
syarat-syarat serta teknik-teknik penyelenggaraan layanan
Bimbingan Kelompok (BKp), Konseling Kelompok (KKp),
dan Konferensi Kasus (KOKA) diterapkan. Keikutsertaan
klien dalam “Konseling Keluarga” dipertimbangkan dengan
kriteria diatas.
d. Waktu dan Tempat
Waktu KJRU, baik kapan maupun berapa lama kunjungan itu
dilaksanakan, tergantung pada perkembangan proses pelayanan
terhadap klien. KJRU dapat dilakukan pada awal (atau bahkan
sebelum pelayanan), sewaktu pelayanan diselenggarakan, atau KJRU
sebagai tindak lanjut layanan tertentu. Lamanya konselor berkunjung
kerumah keluarga tergantung materi yang dibicarakan dan kegiatan
yang dilakukan di dalam keluarga itu, dapat 1-2 jam saja, dapat juga
lebih. Apabila “Konseling Keluarga” diselenggarakan kunjungan itu
dapat lebih lama, bahkan dapat berulang berkunjung beberapa kali.
Tempat pertemuan antara keluarga dengan konselor yang paling jelas
adalah di rumah keluarga yang dimaksud. Sebagai alternatif,
pertemuan tersebut dapat diselenggarakan ditempat konselor bekerja,
seperti di sekolah, atau di tempat konselor praktik pribadi (privat),
atau bahkan ditempat lain, di luar rumah keluarga atau tempat kerja
konselor. Di manapun KJRU berlangsung, ditentukan berdasarkan
kesepakatan pihak-pihak terkait.

e. Karakteristik

Memerhatikan gambar diatas terlihatlah bahwa unsur-unsur KJRU


terkait dengan layanan dan kegiatan pendukung lain konseling.
7. Operasionalisasi Layanan
KJRU harus dilakukan secara cermat, mulai dari perencanaannya,
sampai dengan diakhiri kegiatan itu. Kelancaran dan hasil-hasil KJRU
sangat ditentukan.
a. Perencanaan, dengan kegiatan pokok :
1) Menetapkan data (subjek yang bermasalah) yang memerlukan
KJRU.

2) Menganalisis data dan menetapkan perlunya KJRU.

3) Menyakinkan subjek yang bermasalah tentang pentingnya


KJRU.
4) Menyiapkan data atau informasi pokok yang perlu
dikomunikasikan kepada keluarga.
Menyusun rencana kegiatan dalam bentuk SATKUNG (Satuan
Kegiatan Pendukung).

b. Undangan Kepada Keluarga

KJRU dapat diganti dengan “undangan terhadap anggota


keluarga”. Orangtua dan/atau anggota keluarga lainnya dapat
diundang, misalnya kesekolah sesuai dengan permasalahan klien.
Pelaksanaan undangan ini (bukan pemanggilan, melainkan
undangan) sama dengan KJRU : dimulai dari izin klien, disertai
data yang perlu disiapkan terlebih dahulu dan materi pembicaraan,
serta penegasan peran klien “Konseling Keluarga” juga dapat
diselenggarakan dengan anggota keluarga yang diundang itu.

c. Pengorganisasian Unsur-unsur dan Sarana Kegiatan, dengan


kegiatan pokok :

1) Menetapkan materi KJRU (data yang perlu diungkapkan dan


peranan masing-masing anggota keluarga yang akan ditemui).

2) Menyiapkan kelengkapan administrasi.


d. Pelaksanaan

Setelah rencana kegiatan KJRU dikomunikasikan kepada


pihak-pihak terkait, konselor melakukan kunjungan rumah.
KJRU dilakukan dengan menerapkan tahapan 5-an/5-in dalam
dinamika BMB3, melalui kegiatan :
1) Bertemu orangtua/wali dan anggota keluarga lain;

2) Melengkapi data;

3) Membahas/mendalami permasalahan klien;

4) Mengembangkan komitmen orangtua/wali/anggota lain


dalam rangka membina PERPOSTUR peran masing-masing
anggota keluarga;
Meneguhkan komitmen peran dan koordinasi antar anggota
keluarga demi keberhasilan subjek yang bermasalah.

e. Penilaian

Kegiatan KJRU dinilai atas proses dan hasil-hasilnya.


Kelancaran penyelenggaraan KJRU, sejak dari perencanaan
sampai dengan berakhirnya kegiatan, harus menjadi perhatian
konselor. Partisipasi aktif para anggota keluarga perlu
dioptimalkan. Penilaian terhadap unsur-unsur proses dilakukan
terus-menerus selama berlangsungnya KJRU.

d. Tindak Lanjut dan Laporan, dengan kegiatan pokok :

Tindak lanjut kegiatan KJRU dilakukan melalui kegiatan


berikut :

1) Mempertimbangkan tindak lanjut layanan dengan


menggunakan data hasil KJRU yang lebih lengkap atau
akurat.
2) Mempertimbangkan apakah diperlukan KJRU ulang atau
lanjutan.

3) Menyusun laporan kegiatan KJRU.

4) Menyampaikan laporan kepada pihak terkait.

5) Mendokumentasikan laporan.

Laporan disusun dalam bentuk LAPELKUNG (Laporan Pelaksanaan


Kegiatan Pendukung).
E. TAMPILAN KEPUSTAKAAN
1. Deskripsi Umum
Kegiatan pendukunng Tampilan Kepustakaan membatnu klien
dalam memperkaya dan memperkuat diri berkenaan dengan permasalahan
yang dialami dan dibahas bersama konselor pada khususnya dan dalam
perkembangan diri pada umumnyaa. Permanfaatan tampilan kepustakaan
dapat diarahkan oleh konselor dalam rangka pelaksanaan pelayanan,
dan/atau klien secara mandiri mengunjungi perpustakaan untuk mencari
dan memanfatkan sendiri bahan-bahan yang ada di sana sesuai dengan
keperluan.
Tampilan kepustakaan merupakan kondisi yang sangat
memunngkinkan individu atau klien memperkuat atau memperkaya diri
sendiri. Dengan atau tanpa bantuan konselor, terlebih-lebih pada tahap
apsca-konseling, individu yang bersangkutan dapat terus-menerus
mengembangkan diri melalui pemanfaatan tampilan kepustakaan.
2. Tujuan
Sebagaimana telah disinggung diatas, tujuan umum digunakannya
tampilan kepustakaan dalam rangka pelayanan konseling ialah:
a. Melengkapi substansi pelayanan konseling berupa bahan-bahan
tertulis dan/atau rekaman lainnya yang ada dalam tampilan
kepustakaan.

b. Mendorong klien memanfaatkan bahan-bahan yang ada dalam


tampilan kepustakaan untuk memperkuat pengentasan masalah
dan pengembangan diri pihak-pihk yang beersangkutan.
c. Mendorong klien untum dapat memanfaatkan pelayanan
konseling secara lebih langsung dan berdaya guna.
Tujuan no.c diatas terarah terutama bagi individu yang belum
pernah menjalani proses pelayanan konseling, namun berkehendak
untuk memperolehnya. Dengan memanfaatkan bahan-bahan yang ada
bagaiman pelayanan konseling, individu tersebut lebih termotivasi
untuk datang ke konselor dengan kemauan sendiri (self-reral).
Lebih jauh, bagi klien-klien yang sedang atau telah menjalani
proses konseling bahan-bahan yang ada di perpustakaan dapat
dimanfaatkan dengan tujuan no 1 dan no 2 diatas. Dengan demikian,
tampilan kepustakaan dapat didayagunakan untuk kepentingan
pelayanan konseling baik dalam tahap pra layanan, dalam layanan,
maupun pasca-layanan
3. Komponen
Komponen poko dalam TKP adalah, konselor, peserta layanan, dan bahan
yang ada diperpustakaan.
a. Konselor
Konselor adalah tenaga profesi pelayanan konnseling yang
menyelenggarakan berbagai jenis layanan konseling dan kegiatan
pendukungnya. Berkenaan dengan TKP. Konselor menyediakan atau
setidak-tidaknya memilik akses dengan berbagai bahan yang ada di
perpustakaan yang disiapkan oleh konselor sendiri, atau di
perpustakaan lembaga tempat konselor bekerja, atau di perpustakaan
lainnya yang dimunngkinkan untuk diakses.
b. Peserta Kegiatan

Peserta yang terkait dengan kegiatan TKp adalah individu-


individu, baik sendiri-sendiri mau pun yang terkait dengan
kelompok atau kelas tertentu yang berkepentingan dengan
pengaksesan terhadap bahan kepustakaan tertentu. Pada tahap
pra-konseling, kegiatan akses kepada bahan-bahan kepustakaan
dilakukan oleh siapa saj, tanpa terikat oleh layanan konseling.
Pada tahap proses dalam proses konseling, kegiatan TK
dilakukan oleh mereka yang sedang menjalani proses
konseling. Peserta kegiatan TKp adalah siapapun juga, dengan
syarat sudah pandai membaca dengan pemahaman yang cukup
tinggi dan dapat mengaitkan materi yang dibaca, yaitu dengan
permasalahan dan pengembangan diri
c. Bahan Tampilan Kepustakaan
Bahan tampilah kepustakaan sangan bervariasi, baik dalam jenis
materinya mauun tingakt kesulitannya dalam pemahamannya. Jenis
materi yang dimaksudkan itu tersebar dalam semua bidang pelayanan
konseling, yaitu:
1) Bidang pengembangan pribadi, seperti bacaan yang
menyangkut tugas perkembangan pada tiap tahap
perkembangan, potensi diri, kemampuan berpikir dan merasa,
suasana hati, cara-cara menjaga iri, upaya penampilan diri,
dan lain-lain.
2) Bidang pengembangan hubungan sosial, seperti bacaan
tentang cara berkomunikasi, kiat-kiat berhubungan dengan
orang lain, kepemimpinan, kehidupan kelompok, nilai-nilai
sosial dan moral, cara berorganisasi, dan lain-lain.
3) Bidang pengembangan kegiatan belajar, seperti bacaan
tentang cara-cara belajar yang baik, kiat-kiat mengikuti
belajar dalam kelas, mempersiapkan dan mengikuti ujian,
menyusun makalah, mengerjakan PR, dan lainlain
4) Bidang perencanaan dan pengembangan pilihan karir dan
hidup berpekerjaan, misalnya bacaan tentang keterkaitan
antara bakat, minat dan pekerjaan.
5) Bidang Pengembangan kehidupan bekeluarga, misalnya
bacaan tentang perrsiapan berumah tangga, reproduksi sehat,
keluarga sakinah dan sebagainya.
6) Bidang pengembangan kehidupan beragama, misalnya
bacaan tentang pembinaan keimanan dan ketakwaan, riwayat
para nabi, pahal dan dosa, hubungan antar manusia, manusia
dengan Tuhan, dan sebagainya.
7) Bidang pengembangan kehidupan bermasyarakat/
berkewarganegaraan, misalnya bacaan tentang bertetangga,
menghargai hidup bersama, penerapan HAM, dan lain- lain.
4. Asas Dan Dinamika Kegiatan
a. Asas Kegiatan
Asas kegiatan mendasari kegiatan TKp. Dalam hal ini, inividu
atau klien yang bersangkutan baik pada tahap pra. Dalam, maupun
konseling perlu memotivasi diri untuk mengakses tampilan
kepustakaan yang ada. Tanpa kegiatan yang dilakukan sendiri tidak
akan mungkin TKp terlaksanakan. Asas kegiatan tersebut sedapat-
dapatnya diiringi kesukarelaan. Kegiatan yang dilakukan yang
dilaksankan dengan sukarela, apa lagi dengan senang hati akan
membawakan hasil yang lebih baik.
b. Dinamika kegiatan: BMB3
Dinamika kegiatan yang digerakkan oleh konselor dalam layanan
awal mendorong klien untuk ber-BMB3 terhadap materi TKp yang
dijalani oleh subyek pelaksana tkp. Ia berpikir tentang materi itu,
meraskan dan menyikapi maknanya serta melakukan tindakan yang
sesuai dengan apa yang ia peroleh dari kegiatan TKp.
5. Data, Diagnosis, Prognosis, Dan PERPOSTUR
a. Data dan Permasalahannya
Kondisi yang paling awal yang selanjutnya mengundang
diaktifikannya dinamika BMB3 pada diri konselor untuk
dilaksanakannya kegiatan TKp oleh klien atau subjek yang
memerlukannya dapat berupa informasi aktual/faktua yang diperoleh
melalui observasi kondisi nyata, jaringan media sosial ataupun sumber
bacaan.
Dengan demikian data awal yang menjadi titik tolak konselor
dalam mendrong diaktifkannya kegiatan TKp ada dua jenis, yaitu:
1) Data lapangan, yaitu objek-objek yang unsurnya terkait
dengn permasalahan sasaran layanan.
2) Data subjek sasaran layanan, yaitu subjek-subjek
(individual, kelompok, klasikal) yang sedang atau pelu
mendapatkan layanan konseling, yang memerlukan data
tambahan atau pendukung yang dapat diperoleh melalui
kegiatan TKp
b. Diagnosis dan Prognosis
Agar kegiata TKp tersebut mendapatkan landasan dan arah yang
lebih tepat dan akurat perlu dilakukan upaya konselor dalam dua
aktifitas berikut.
1) Kajian diagnosis, yaitu analisis tentang materi atau hal-
hal yang kurang atau belum ada pada diri kien subjek
sasaran layanan yang ternyata dipermasalahkan atau
dapat menjadi maslah layanan yang perlu ditangani.
2) Kajian prognosis, yaitu analisis tentang perkiraan apa
yang dapat terjadi kalau materi yang belum ada itu tidak
menjadi ada.
Hasil kegiatan dari pada dua kajian tersebut merupakan
landasan dan sekaligus pertimbangan mendasar mengapa kegiatan
tkp yang dimaksudkan itu harus dilaksanakan
c. PERPOSTUR
Hasil diagnosis/pronosis merupakan landasan dan pertimbangan
mendasar dan faktual objektif konselor diatas pelu diiringi oleh
pertanyaan yang sangat penting. Perpostur menggambarkan dua jenis
yaitu:
1) Perpostur yang bersifat final sesuai dengan tujuan dan arah
layanan yang harus dilaksanakan oleh konselor,
2) Perpostur pendukung dala bentuk pelaksanaan tkp oleh
subjek sasaran layanan yang menunjang keberhasilan
penanganan masalahnya itu.
6. Pendekatan Dan Unsur Kegiatan Layanan
a. Pendekatan
Kegiatan TKp pada dasarnya dilaksanakan sendiri oleh invdu atau
klien yang bersangkuan. Jika diperlukan, konselor dapat memberikan
arahan awal tentang materi yang perlu dibaca atau dipelajari prosedur
atau cara mengakses, serta petunjuk teknis lainnya berkenan dengan
pemanfaatan bahan-bahan kepustakaan.
b. Format dan Pentahapan
Dalam pelaksanaan kegiatan TKp konselor perlu memperhatikan
kelima format layanan konseling.
1) Format dividual

2) Format kelompok

3) Format klasikal

4) Format lapangan

5) Format kolaboratif
c. Teknik
Pelaksanaan Tkp oleh individu atau klien secara mandiri
memerlukan teknik dan arahan yang tepat, teknik tersebut adalah
1) Teknik mencari bahan yang diperlukan

2) Teknik membaca cepat dan tepat

3) Arah aplikaasi materi yang diaca


d. Waktu dan Tempat
Waktu dan tempat pelaksanaan kegiatan tkp yang bersifat mandiri
dapat diatur oleh individu atau klien yang bersangkutan.
e. Keterkaitan
Kegiatan TKp terkait denfan jenis-jenis layanan konseling,
mempertimbangkan tahap-tahap pra, dalam dan pasca konseling.
1) Layanan orientasi
2) Layanan informasi
3) Layanan penempatan/penyaluran
4) Layanan penguasaan konten.
5) Layanan konseling perorangan
6) Layanan bimbingan kelompok
7) Layanan konseling kelompok
8) Layanan konsultasi.
9) Layanan mediasi
10) Layanan advokasi
7. Operasionalisasi Layanan
Kegiatan Tkp terutama yang diselenggarakan dalam proses layanan
konseling, perlu penanganan sebaik-biaknya sehingga hasilnya optimal.
a. Persiapan dan Pengorganisasian

Dalam tahap persiapan yang perlu dilakukan oleh konselor yaitu:

1) Menyampaikan kepada klien atau peserta layanan tentang


perlunya kegiatan TKp.
2) Menetapkan bahan-bahan dalam tampilan kepustkaan yang
pelu diakses, dan menunjukkan di mana bahan-bahan
tersebut berada.
3) Menyiapkan klien untuk ampu mengakses bahan-bahan
tersebut dengan cara teknik yang benar.
4) Menetapkan eaktu kegiatan mengakses bahan-bahan dan
bentu perolehan yang diharapkan.
5) Menetaapkan kontrak kapan hasil tkp itu dibicarakan
dengan konselor.
b. Monitoring

Monitoring pelaksanaan kegiatan tkp biasanya


dilaksanakan secara tidka langsung, karena kegiatan tkp pada
umumnya dilaksanakan secara mandiri oleh individu atau
klien. Monitoring yang lebih langsung dapat dilaksanakan
mislanya siswa yang dipersiapkan untuk mennjalani layanan
TKp yang ditugasi menyiapkan diri dengan bahan untuk topik
tertentu.

c. Penilaian dan Tindak Lanjut

Penilaian dapat berupa laijapen dan laijapang dimana


pada umunya ini digunakan untuk tindak lanjut setelah
layanan konseling.
F. ALIH TANGAN KASUS
1. Deskripsi Umum
Pada suatu ketika terjadi peristiwa seorang siswa yang mengalamai
masalah tertentu disarankan oleh guru (melalui orang tua) untuk dibawa
ke psikiater. Setelah diperiksa di psikiater ternyata psikiater tidak
menemukan masalah dalam diri siswa tersebut dan membawa siswa
tersebut ke UPBK yang ada dikampus perguruan tinggi setempat, di UPBK
siswa tersebut ditangani konselor dengan pelayanan konseling dan
ditemukan masalah belajar disebabkan lingkungan di rumah dan di sekolah
yang kurang kondusif, kemudian diberikan layanan konseling perorangan
dan akhirnya siswa tersbut bisa kembali bersekolah.
Contoh singkat di atas memperlihatkan dua praktik alih tangan kasus
(ATK). ATK pertama diklasifikasikan tidak tepat, tanpa pemahaman yang
cukup memadai tentang:
a. Kondisi diri siswa pada umumnya

b. Permasalahan sebenarnya yang dialami siswa

c. Arah pengalihtanganan yang tepat, guru yang sebenarnya peduli


atas kondisi siswa itu mengarahkannya untuk dibawa ke
psikiater.
Alih tangan kasus kedua terbilang tepat, psikiater memperlihatkan
siswa kepada konselor (di UPBK) sesuai dengan pekerjaan professional
konsleing, yaitu menangani individu normal yang sedang mengalami
masalah belajar. Kegiatan ATK dislenggarakan oleh konselor tidak lain
bermaksud agar klien memperoleh pelayanan yang optimal (atas masalah
yang dialami) oleh ahli pelayanan profesi yang benar-benar handal.
Melalui ATK yang tepat klien segera memperoleh pelayanan yang tepat.
Sementara itu proses penanganan masalahnya menjadi lebih panjang dari
yang semestinya. Kerugian moril dan materil dapat terjadi karena ATK
yang tidak tepat
2. Tujuan
a. Tujuan Umum
Tujuan umum ATK dengan diperolehnya pelayanan optimal,
setuntas mungkin, atas masalah yang dialami klien. ATK mengntarkan
klien ke ahli yang benar-benar berkemampuan dan berkewenagan
dengan pengentasan masalah klien.
b. Tujuan khusus
Dalam kaitannya dengan fungsi-fungsi konseling, ATK
didominasi oleh fungsi pengentasan. Tenaga ahli yang menjadi arah
ATK diminta untuk memberikan pelayanan yang secara spesifik lebih
menuntaskan pengentasan masalah klien. Terkait secara langsung
dengan pengentasan ini, fungsi pemahaman sekaligus termasuk di
dalamnya, dan fungsi pencegahan merupakan dampak positif yang
diharapkan. Dengan terentaskannya klien, masalah yang lebih parah
dan masalah- masalah lain dapat dicegah timbulnya.
Demikian pula fungsi pengembangkan dan pemeliharaan. Dengan
terentaskannya masalah berbagai kompetensi klien dapat terpelihara
dan terkembangkan. Lebih jauh ATK dapat diarahkan untuk
terselenggaranya fungsi advokasi, khususnya masalah-masalah klien
berkenaan dengan terhambatnya atau teraniayanya hak-hak klien.
3. Komponen
a. Klien dan Masalahnya
Dalam rangka ATK perlu dikenali masalah-masalah apa saja yang
menjadi kewenangan konselor menanganinya. Konselor
berkewenangan menangani semua masalah, kecuali masalah-masalah
yang berupa atau memiliki sangkut paut dengan:
1) Penyakit, baik penyakit fisik ataupun mental (kejiwaan)

2) Kriminalitas, dalam segala bentuknya, yang menuntut


siapa pun yang mengetahuinya (apalagi pelakunya)
harus lapor kepada pihak berwajib.
3) Psikotropika, yang didalamnya dapat terkait masalah
kriminalitas dan penyakit
4) Guna-guna, dalam segala bentuknya, yaitu kondisi
yang berada diluar akal sehat
5) Keabnormalan akut, kondisi fisik dan mental yang
bersifat “luar biasa” dalam arah dibawah normal.
Apabila konselor mengetahui bahwa masalah klien secara
substansial berkenaan dengan salah satu atau salah satu lebih hal
diatas, konselor harus serta-merta mengalihtangankannya ke ahli
lain yang berkewenanganan. Disini digunakan istilah “substansial”.
Artinya tinjauan difokuskan kepada inti permasalahannya yang
mengacu kepada salah satu atau lebih hal diatas, berbeda dengan
masalah “kekhawatiran” ini tidak termasuk ke dalam lima
klasifikasi masalah diatas dan masih menjadi kewenangan konselor
untuk menanganinya.
b. Konselor
Dalam menangani klien, dua hal perlu segera dikenali secara
langsung oleh konselor, yaitu:
1) Keadaan kenormalan diri klien

2) Substansi masalah klien

Hanya klien yang normal saja yang ditangani oleh konselor.


Mereka yang tidak normal dialihtangankan kepada ahlinya.
Demikian substansi yang berada diluar kewenangan konselor
dialihtangkankan kepada ahli bidang pelayanan yang dimaksud.
Untuk dapat mengalihtangaknkan klie dengan baik, konselor
dituntut untuk memiliki pengetahuan yang memadai tentang para
ahli yang dapat menjadi arah ATK.
c. Ahli lain
Lima kelompok ahli lain perlu dipahami oleh konselor sebagai arah
ATK:
1) Dokter, ahli yang menangani berbagai penyakit jasmaniah
2) Psikiater, ahali yang menangani penyakit psikis

3) Psikolog, ahli yang mengungkap dan mendeskripsikan


kondisi psikis individu
4) Guru, termasuk dosen merupakan ahli dalam pembelajaran
mata pelajaran atau bidang keilmuan tertentu.
5) Ahli bidang tertentu, mereka yang menguasai bidang-
bidang tertentu, seperti adat, agama, budaya tertentu,
hukum, keuangan serta ahli pengembangan pribadi dalam
kondisi berkebutuhan khusus.
Kepada ahli-ahli itulah klien dialihtangankan sesuai dengan
substansi permasalahannya. Pihak yang berwenang seperti polisi,
tidak termasuk ke dalam pihak yang menajdi arah ATK, sebab
melaporkan masalah criminal kepada polisi bukanlah kegiatan
ATK, melainkan merupakan kewajiaban semua warga Negara untuk
melaporkan peristiwa criminal yang diketahuinya.
4. Asas Dan Dinamika Kegiatan
a. Asas Kegiatan
Asas kesukarelaan, keterbukaan dan kerahasiaan diutamakan.
ATK diselenggarakan atas persetujuan klien. Klien perlu memahami
alas an dan pentingnya ATK, serta kemana ATK itu ditujukan.
Kepada ahli yang baru, yang telah dibahas dalam pelayanan terdahulu.
Konselor dapat menyertakan beberapa catatan tentang klien dalam
ATK, semua catatan itu diketahu dan disetujui oleh klien, dank lien
memiliki hak untuk menyampaikan catatan itu atau tidak kepada ahli
yang dituju dalam ATK. Dalam menghadapi masalah criminal,
konselor tidak mengalihtangankan klien (yang terlibat masalah
criminal itu), melainkan menganjurkan agar klien secara sukarela
melaporkan ke polisi.
b. Dinamika kegiatan: BMB3
Begitu konselor menerima informasi tentang kasus yang
dikemukakan oleh klien atau subjek yang merasa dirinya bermasalah,
konselor segera mengembangkan pemahaman apakah kasus tersebut
masih berada dalam penananganan pelayanan konselor. Dalam hal ini
konselor berpikir keras dan jelas serta tegas, sehingga dengan perasaan
dan sikap yang objektif, lugas dan lgawa konselor bisa menetapkan
bahwa masalah yang disampaikan oleh subjek itu, jika memang
demikian bukan menjadi kewenangan konselor untuk membantu
menanganinya. Dari tanggung jawab keprofesionalannya konselor
secara langsung menyampaikan pula bahwa, konselor bukan
melakukan tindakan menolak kehadiran subjek masalahnya, tetapi
menyampaikan dengan cara ynag sejuk, aman dan nyaman kepada
subjek tersebut bahwa masalah yang dikemukakannya tadi bukan
kewenangan konselor membahas dan menanganinya.
Upaya konselor selanjutnya adalah mengajak subjek tersebut untuk
ber-BMB3 tentang ahli mana yang kebih cocok dimintai bantuan
sesuai dengan masalahnya itu, bahkan bisa sampai diupayakannya
nama, alamat dan bahan-bahan yang perlu dibawa ketika hendak
bertemu dengan ahli lain yang dimaksudkan itu, kalau dipeerlukan
surat pengantar dapat dibuat oleh konselor
5. Data, Diagnosis, Prognosis, Dan PERPOSTUR
a. Data dan Permasalahannya
Kondisi yang paling awal disadari konselor yang selanjutnya
mengundang diaftifkannya dinamika BMB3 terarah pada kegiatan
ATK adalah informasi atau data yang dikemukakan secara langsung
atau tidak langsung oleh sasaran layanan lepada konselor, yaitu data
terkait dengan kondisi KES-T (calon) sasaran layanan yang
substansinya berada diluar kewenangan konselor menanganinya.
Dengan demikian data awal yang menjadi titik tolak konselor dalam
mempersiapkan langkah ATK adalah data dari sasaran layanan, yaitu
substansi permasalahan yang sedang berkemungkinan dialami lenih
lanjut oleh subjek sasaran layanan yang perlu lebih jauh ditangani
oleh ahli lain.
b. Diagnosis dan prognosis
Agar kegiatan ATK mendapatkan landasan dan arah yang lebih
tepat dan akurat konselor bersama subjek yang dimaksud dapat
melaksanakan dua aktivitas berikut:
1) Kajian diagnosis, yaitu analisis tentang latar belakang, dan
sebab- sebab terjadinya/timbulnya masalah atau hal-hal yang
dipermasalahkan.
2) Kajian prognosis, yaitu analisis tentang (perkiraan) apa yang
dapat terjadi kalau masalah yang didiagnosis itu tidak
mendapatkan penanganan melalui pelayanan yang tepat.
c. PERPOSTUR
Kegiatan ATK dapat terjadi pada dua kemungkinan situasi.
Pertama, di awal interaksi antara konselor dan subjek yang
dihadapinya, yaitu ketika sejak awalnya subjek tersebut
mengemukakan permasalahan yang substansinya bukan menjadi
kewenangan konselor, sehingga tidak terjadi pembicaraan atau
pembahasan lebih lanjut. Terkait dengan ATK untuk permasalahan
non-kriminal tersebut konselor dapat mengarahkan klien untuk ber-
PERPOSTUR tertentu, yaitu agar ATK dapat terselenggara dengan
baik. Situasi kedua, kegiatan ATK termunculkan sebagai pendukung
kesuksesan layanan yang dilaksanakan konselor. Dalam situasi seperti
ini, konselor mengemban dua PERPOSTUR, yaitu PERPOSTUR
yang bersifat final, terkait langsung dengan permasalahan yang sejak
awalnya dibahas dalam layanan yang sedang berlangsung dan
PERPOSTUR pendukung yang terkait dengan kegiatan ATK yang
ternayata perlu dilaksanakan. Kedua PERPOSTUR itu menjadi
tanggung jawab konselor sekaligus demi suksesnya pelayanan
konseling secara keseluruhan.
Lebih unik lagi, kedua PERPOSTUR di atas saling terkait dan
bisa pula masing-masing berdiri sendiri. Misalnya ketika konselor
menangani seorang siswa yang tidak mampu mengerjakan
tugas/pekerjaan rumah dari guru. Dalam kondisi seperti itu ada tiga
hal esensial pada diri siswa, yaitu bahwa dia:
1) Tidak serius mengerjakan PR

2) Tidak menguasai materi pelajaran yang di-PR-kan

3) Sering sakit

Dalam penanganan permasalahan siswa tersebut konselor


bekerja dengan tiga PERPOSTUR, yaitu:
1) PERPOSTUR final, yaitu agar siswa dapat mengerjakan
PR dengan baik.
2) PERPOSTUR Pendukung (melalui kegiatan ATK), yaitu
bertemu guru mata pelajaran untuk lebih memahami mata
pelajaran yang di-PR-kan.
3) PERPOSTUR Pendukung (melalui kegaiatan ATK), yaitu
bertemu dokter untuk pengobatan penyakitnya.
Kedua PERPOSTUR Pendukung di atas terkait dengan
PERPOSTUR Final, tetapi keterkaitan yang lebih langsung pada
PERPOSTUR Pendukung pertama, yaitu penguasaan matei
pelajaran terkait dengan PR yang harus dikerjakan. Namun
demikian, besar kecilnya keterkaitan antar PERPOSTUR Final dan
PERPOSTUR Pendukung manapun jangan sampai mengurangi
upaya konselor melakukan penialaian (laiseg, laijapen, laijapang)
terhadap pencapaian ketiga PERPOSTUR dimaksud, yang
semuanya itu didasarkan pada hasil analisis kebutuhan yang perlu
diperoleh/ dicapai sasaran layanan.
6. Pendekatan Dan Unsur Kegiatan Layanan
a. Pendekatan
Melalui diskusi yang cukup mendalam dengan klien keputusan
tentang dilaksanakannya ATK diambil, yitu ATK untuk materi yang
tidak bersikap kriminal. Pertimbangan itu terfokus pada kenormalan
diri klien, substansi masalah, dan ahli yang menjadi arah ATK.
Klienlah yang mengambil keputusan tentang (akan) dilaksanakannya
ATK itu, selanjutnya konselor menfasislitasi penyelenggaraan ATK.
Dalam pelayanan yang lebih menyeluruh, konselor menggunakan
pendekatan yang lebih menyeluruh pula, yaitu menggunakan jenis
layanan tertentu yang didukung oleh kegiatan tertentu, ditambah
dengan kegiatan ATK. Dalam kegiatan yang menyeluruh itu kegiatan
konselor lebih kompleks, dengAN PERPOSTUR yang lebih kompleks
pula, yaitu PERPOSTUR utama atau fnal terkait dengan permasalahan
pokok klien, dan PERPOTUR Pendukung., termasuk PERPOTUR
Pendukung ATK. Unik dan kompleks memang, demikianlah tugas
professional konselor dalam melaksanakan tugas yang benar- benar
bermanfaat dan bermartabat.
b. Format dan Penahapan
Kegiatan ATK biasanya bersifat langsung, yaitu secara langsung
diarahkan oleh konselor kepada subjek atau klien atau calon sasaran
layanan, dan selanjutnya kegiatan menemui ahli lain yang
dimaksudkan dilakukan juga oleh subjek itu sendiri. Dalam kondisi
tertentu, bila dimungkinkan konselor atau pihak lain dapat
mengantarkan subjek tersebut ke ahli lain yang dimaksudkan. Dalam
hal ini surat pengantar dapat disertakan.
Untuk suksesnya ATK tahapan 5-an/5-in dilaksanakan secara
efektif oleh konselor. Dengan tahapan demikian itu subjek/klien diberi
arahan dan maksud yang jelas, pemahaman tentang hal-hal yang perlu
ada dan persiapannya, bagaimana melakukan hal-hal khusus yang
perlu dan pelaksanaannya secara menyeluruh serta bagaimana melihat
keberhasilan kegiatan ATK itu. Dengan dinamika BMB3 subjek/klien
dibuat mengerti dan menjadi jelas serta mampu melaksanakan dengan
tanggung jawab kegiatan ATK melalui arahan dari konselor.
c. Teknik
Konselor melakukan kontak awal dengan ahli yang menjadi arah
ATK, Dengan cara-cara yang tepat dan cepat (melalui telepon, SMS,
atau cara lain). Apabila kontak awal berhasil positif, konselor
meminta subjek/klien bertemu langsung dengan ahli yang dimaksud.
Surat pengantar (dengan beberapa catatan yang perlu) dapat
disertakan dan dibawa subjek/klien. Dalam kesempatan selanjutnya,
konselor dapat berhubungan dengan ahli ATK dalam memperlancar
pelayanan pada umunya. Lebih jauh, konselor jika dimungkinkan dan
dikehendaki oleh pihak-pihak terkait, dapat melakukan kerja sama
dengan ahli lain itu demi kesuksesan pelayanan terhadap subjek/klien.
d. Waktu dan Tempat
ATK diselenggarakan setelah dua hal terpenuhi:
1) Subjek/klien memutuskan untuk melaksanakan ATK

2) Ahli yang menjadi arah ATK merespon positif atas (akan)


diselenggarakannya ATK itu.
Hal ini terjadi pada awal layanan terdahulu atau setelah
pelayanan itu berjalan beberapa lama, yaitu sejak diketahuinya
bahwa substansi tertentu masalah klien selayaknya ditangani oleh
ahli lain. Dalam hal ini, ATK dapat merupakan tindak lanjut dari
layanan terdahulu itu. Dapat pula terjadi ATK diselenggaraka di
tengah-tengah penyelenggraan pelayanan konselor yang sedang
berlangsung dalam bebrapa layanan.
e. Keterkaitan
Sebagaimana dapat diterapkan pemahaman tentang normalitas
klien, substansi maslah, dan ahli lain yang menjad arah ATK dapat
terkait dengan semua layanan dan kegiatan pendukung konseling
lainnya.

Layanan dan Unsur ATK


Kegiatan Pendukung Normalitas Substansi Ahli
Konseling Klien Masalah Lain
Orientasi
Informasi
Penempatan &
Penyaluran
Penguasaan Konten
Konseling Perorangan
Bimbingan Kelompok
Konseling Kelompok
Konsultasi
Mediasi
Advokasi
Aplikasi Instrumentasi
Himpunan Data
Konferensi Kasus
Kunjungan Rumah
Tampilan Kepustakaan
Alih Tangan Kasus

Seluruh sel dalam matriks diatas memuat kaitan tertentu antar


jenis layanan kegiatan pendukung konseling dengan unsur- unsur
ATK. Konselor mencermati keterkaitan itu dan jika diperlukan
ATK dapat diselenggarakan tepat waktu.
7. Operasionalisasi Layanan
a. Perencanaan dan Pengorganisasian, dengan kegiatan pokok:

1) Menetapkan substansi masalah yang memerlukan ATK

2) Meyankinkan subjek yang bermasalah/ klien tentang


pentingnya ATK
3) Menghubungi ahli lain yang menjadi arah ATK

4) Menyiapkan materi yang akan disertakan dalam ATK

5) Menyiapkan kelengkapan administrasi


b. Pelaksanaan, dengan kegiatan pokok:

1) Mengkomunikasikan rencana ATK kepada pihak terkait

2) Mengalihtangankan klien kepada ahli lain yang menjadi


arah ATK
c. Penilaian, dengan kegiatan pokok:
1) Membahas hasil ATK melalui

a) Klien yang bersangkutan

b) Laporan ahli yang menjadi arah ATK

c) Analisis hasil ATK


2) Konselor mengevaluasi apakah ATK itu berjalan lancer
dan cukup produktif konselor dapat melakukan “laijapen”
dan juga “laijapang” untuk mengetahui keberhasilan
pelayanan secara menyeluruh yang mengintegrasikan
pelayanan terdahulu dan pelayanan melalui ATK
d. Tindak Lanjut, dengan kegiatan pokok: Menyelenggarakan
layanan lanjutan (jika diperlukan) oleh pemberi layanan
terdahulu (konselor) dan/atau alih ATK lanjutan.

Referensi :
Prayitno. (2018). Konseling Profesional Yang Berhasil (Layanan Dan
Kegiatan Pendukung). Depok: PT Raja Grafindo Pers.
TUGAS MINGGUAN 11 DAN 12

1. Jelaskan tujuan dan unsur pokok yang harus ada pada setiap kegiatan
pendukung profesional BK/Konseling. Jawablah masing-masing 6 jenis
kegiatan pendukung, dan masing-masing jawaban untuk setiap kegiatan
pendukung disertai contoh.
Jawab:
a. Aplikasi Instrumentasi
Tujuan : dari kegiatan AI dikaitkan dengan fungsi-fungsi
konseling. Kegiatan AI didominiasi oleh fungsi pemahaman selain
fungsi-fungsi konseling yang lainnya. Data hasil aplikasi
instrument digunakan untuk memahami kondisi (calon) sasaran
layanan, seperti potensi dasar, bakat dan minat, kondidi diri dan
lingkungan, masalah yang dialami dan sebagainya.
Unsur pokok:
 Kegiatan AL menyinergikan tiga komponen pokok, yaitu
instrument, responden dan pengguna.
 Asas dan dinamika kegiatan : BMB3, asasnya yaitu asas
kerahasiaan dan keterbukaan.
 Data, diagnosis, prognosis dan PERPOSTUR .
Data awal untuk menjadi titik tolak konselor dalam
mempersiapkan kinerja untuk melaksanakan AI. Ada data
lapangan dan data khusus sasaran layanan. Disertai adanya
diagnosis dan prognosis.
 Formatnya yang digunakan yaitu 5-an dan 5-in.
 Operasionalisasi layanan : perencanaan, pengorganisasian
unsur-unsur dan sarana kegiatan, pelaksanaan, penilaian dan
tindak lanjut dan laporan
Contoh :
Ketika seorang Guru BK ingin mengungkap
permasalahan belajar siswa, guru BK menggunakan
AUM PTSDL sebagai alat untuk mengungkap
permasalahan belajar siswa yang dialaminya. Jadi guru
BK menjalani AI disini dengan dijalankan fungsi
pemahaman dan asas kerahasiaan. Kemudian
pelaksanaannya tahapannya dengan 5-an dan 5-in .
kemudian dalam operasionalnya guru BK mulai dari
perencanaan sampai laporan, yang mana laporannya
berbentuk LAPELKUNG.
b. Himpunan Data
Tujuan : tujuan khusus HD di didominasi oleh fungsi pemahaman.
Dengan adanya berbagai data yang secara lengkap terhimpun,
termasuk data tentang diri pribadi (calon) sasaran layanan, berbagai
kondisi dimungkinkan untuk disimpan dengan baik.Dengan data
tersebut konselor mempersiapkan kegiatan layanan.
Unsure pokok :
 Penyelenggaraan HD menyangkut tiga komponen yaitu
jenis data yang menjadi isi HD, bentuk HD dan
penyelenggara HD dan pengguna data dalam HD.
 Asas dan dinamika kegiatan: BMB3. Asasnya yaitu
kerahasiaan, asas kesukarelaan, asas kedinamisan dan
keterpaduan.
Data, diagnosis, prognosis dan PERPOSTUR. Data awal
menjadi titik tolak konsleor dalam mempersiapkan HD
yaitu data lapangan dan data khusus terkait dengan sasaran
layanan. Disertai adanya diagnosis dan prognosis.
 Pendekatan dan unsure kegiatan layanan, ada pendekatan,
format tahapan, teknik da tenaga administrasi,
penyelenggara HD, waktu dan tempat dan keterkaitan.
 Operasionalnya yaitu dari perencanaan sampai laporan.
Contoh : seorang siswa memiliki nilai yang rendah pada satu mata
pelajaran, kemudian guru BK ingin melakukan konseling kenapa
siswa tersebut rendah nilainya pada mata pelajaran tersebut
sedangkan pada mata pelajaran lain nilainya bagus, sebelum
melakukan layanan konseling, guru BK menghimpun data terkait
nilai-nilai siswa pada mata pelajaran itu misal nilai tugas, uts atau
ujian akhir. Jadi Guru BK melaksanakan HD dengan dijalankannya
fungsi pemahaman serta asas-asas yang ada pada HD dan ber-
BMB3. Kemudian operasionalnya dilakukan sesuai tahap dari
perencanaan sampai tahap laporan.
c. Konferensi Kasus
Tujuan : untuk mengumpulkan data yang lebih banyak dan lebih
akurat serta menggalang komitmen pihak-pihak yang terkait
dengan permasalahan tertentu dalam rangka penanganan
permasalahan. Data dan komitmen itu sebesar-besernya digunakan
demi kepentingan klien dan individu yang terkait dengan
permasalahan yang dibahas dengan fungsi-fungsi pelayanan
konseling.
Unsure pokok:
 Penyelenggaraan KOKA melibatkan tiga komponen yaitu
kasus sebagai pokok bahasan, peserta yang diundang dan
menghadiri pertemuan dan konselor sebagai penyelenggara
kegiatan.
 Asa dan dinamika kegiatan : BMB3. Asasnya yaitu asas
kerahasian, kesukarelaan dan keterbukaan.
 Data, diagnosis, prognosis dan PERPOSTUR. Data awal
menjadi titik tolak konsleor dalam mempersiapkan HD
yaitu data lapangan dan data sasaran layanan. Disertai
adanya diagnosis dan prognosis.
 Pendekatan dan unsure kegiatan layanan, ada pendekatan,
format dan penahapan, teknik, waktu dan tempat,
keterkaitan.
 Operasionalnya yaitu dimulai dari perencanaan sampai
tindak lanjut dan laporan. Dan dikemas dalam
LAPELKUNG.
Contoh : ketika ada permasalahan yang terjadi antara dua orang
siswa yang mengakibatkan perkelahian, kemudian ada satu orang
siswa memberi tahu kepada guru bk sehingga siswa yang
bersangkutan dipanggil keruangan bk untuk melakukan konferensi
kasus sampai masalah tersebut terentaskan. Dengan tetap
terlaksananya fungsi-fungsi dan asas disaat kegiatan serta ber-
BMB3. Operasionalnya yaitu dimulai dari perencanaan sampai
tindak lanjut dan laporan. Dan dikemas dalam LAPELKUNG
d. Kunjungan Rumah
Tujuan : diperolehnya data yang lebih lengkap dan akurat
berkenaan dengan masalah klien serta digalangkannya komitmen
orangtua dan anggota keluarga lainnya dalam rangka
penanggulangan masalah klien dengan ditinjau dari fungsi-fungsi
pelayanan konseling.
Unsure pokok :
 Kegiatan KJRU melibatkan tiga komponen pokok, yaitu :
kasus yang ditangani, keluarga yang dikunjungi, dan
konselor.
 Asas dan dinamika kegiatan BMB3. Asas pada KJRU yaitu
asas kesukarelaan dan keterbukaan.
 Data, diagnosis dan PERPOSTUR. Data awal yang menjadi
titik tolak konselor dalam mempersiapkan kinerja KJRU
yaitu data subjek sasaran layanan dan data keluarga.
 Pendekatan dan unsure kegiatan layanan, ada pendekatan,
format dan penahapan, teknik, waktu dan tempat,
karakteristik.
 Operasionalnya yaitu dimulai dari perencanaan (menuyusun
rencana kegiatan dalam bentuk satkung), sampai tindak
lanjut dan laporan. Dan dikemas dalam LAPELKUNG.
Contoh : pengembangan potensi siswa. Guru BK dapat melakukan
kunjungan rumah untuk mensuport bersama dengan orang tua
siswa dalam rangka mendiskusikan berbagai informasi baru yang
dapat dipergunakan sebagai bahan masukan dan solusi untuk
mengembangkan potensi yang dimiliki siswa. Kelengkapan
informasi yang didapat dari sumber langsung di rumah siswa
memudahkan guru BK memetakan potensi potensi mana saja yang
perlu dan penting untuk dikembangkan sebagai awal
pengembangan prestasi siswa dari berbagai sisi dan bidang. Dari
kegiatan ini, guru BK dapat memperoleh informasi tentang bakat
minat anak langsung dari sumber paling dekat yakni keluarga.
Selain itu potensi lingkungan sekitar rumah siswa juga menjadi
sumber informasi yang sangat penting untuk pengembangan siswa.
Baik itu potensi dalam bidang ekonomi, seni budaya, teknologi,
industri dan potensi bagi pengembangan karir siswa di masa yang
akan datang. Dan tidak lupanya guru BK menjalani sesuai unsure
pokok yang telah dijelaskan.
e. Tampilan Kepustakaan
Tujuan : Melengkapi substansi pelayanan konseling berupa bahan-
bahan tertulis dan/atau rekaman lainnya yang ada dalam tampilan
kepustakaan. Mendorong klien memanfaatkan bahan-bahan yang
ada dalam tampilan kepustakaan untuk memperkuat pengentasan
masalah dan pengembangan diri pihak-pihk yang beersangkutan.
Mendorong klien untum dapat memanfaatkan pelayanan konseling
secara lebih langsung dan berdaya guna.
Unsure pokok :
 Komponen pokok dalam kegiatan TKp adalah konselor,
peserta layanan, dan bahas yang ada diperpustakaan.
 Asas dan dinamika kegiatan BMB3, asasnya yaitu asas
kegiatan dan keseukarelaan.
 Data, diagnosis dan PERPOSTUR. Data awal yang menjadi
titik tolak konselor dalam mempersiapkan kinerja TKp
yaitu data lapangan dan data subjek saasaran layanan.
 Pendekatan dan unsure kegiatan layanan, ada pendekatan,
format dan pentahapan, teknik, waktu dan tempat,
keterkaitan.
 Operasionalnya yaitu dimulai dari persiapan dan
pengorganisasian, monitoring dan penilaian dan tindak
lanjut. Penilaian dalam TKp ada penilaian jangka pendek
(laijapen) penilaian jangka panjang (laijapan).
Contoh :
Disekolah Reza murid yang pintar dalam bidang matematika,
kebetulan ia mewakili sekolahnya untuk ikut olimpiade matematika
di tingkat nasional. Sebagai Guru BK disini memberikan tampilan
kepustakaan kepada Reza berupa buku-buku yang menunjang
nantinya ketika omlimpiade agar Reza bisa menjawab dengan baik
soal-soal olimpiade.

f. Alih Tangan Kasus


Tujuan : diperolehnya pelayanan optimal, setuntas mungkin, atas
masalah yang dialami klien. ATK mengntarkan klien ke ahli yang
benar-benar berkemampuan dan berkewenagan dengan
pengentasan masalah klien dengan fungsi-fungsi konseling.
Unsure pokok :
 Penyelenggaraan ATK melibatkan tiga komponen, yaitu
klien dengan masalahnya, konselor sebagai pelaksana
layanan dan ahli lain yang menjadi arah ATK.
 Asas dan dinamika kegiatan BMB3, asasnya yaitu asas
keseukarelaan, keterbukaan dan kerahasiaan.
 Data, diagnosis dan PERPOSTUR. Data awal yang menjadi
titik tolak konselor dalam mempersiapkan kinerja ATK
yaitu yang terkait dengan kondisi KES-T sasaran layanan
yang substansinya berada diluar kewewenangan konselor
menanganinya.
 Pendekatan dan unsure kegiatan layanan, ada pendekatan,
format dan penahapan, teknik, waktu dan tempat,
keterkaitan.
 Operasionalnya yaitu dimulai dari perencanaan dan
pengorganisasian, pelaksanaan, penilaian dan tindak lanjut.
Contoh :
Disekolah seorang siswa tertangkap razia memakai narkoba, maka
disini guru BK akan mengalih tangan kasuskan siswa tersebut
kepada pihak yang berwenang seperti pihak berwajib yang
menangani pemakai narkoba.
2. Bagaiaman kesiapan peralatan/kelengkapan dan kerjasama dengan pihak
lain untuk kegiatan pendukung dalam layanan bimbingan dan konseling?
Jawaban Anda disertai contoh.
Jawab :
a. Aplikasi Instrumentasi, merupakan Upaya pengungkapan
melalui pengukuran yang dengan memakai alat ukur atau
instrument tertentu (tes dan non tes). peralatan yang
dipersiapkan sebelum melakukan kegiatan tentunya alat ukur
atau instrument yang digunakan, responden dan pengguna hasil
dari tes tersebut. Contoh : seorang guru wali kelas ingin melihat
social siswanya didalam kelas, maka guru tersebut bekerja sama
dengan guru BK untuk menyelenggarakan pemberian instrument
non tes dengan menggunakan sosiometri. Siswa diminta
sukarela dan terbuka untuk mengisi format sosiometri yang telah
diberikan, kemudian hasilnya nanti akan diberitahu kepada guru
wali kelas untuk mengetahui bagaimana social siswa yang
dibinanya.
b. Himpunan Data, merupakan kegiatan untuk menghimpun
seluruh data dan keterangan yang relevan dengan keperluan
pengembangan peserta didik. Himpunan data diselenggarakan
secara berkelanjutan, sistematik, komprehensif, terpadu dan
sifatnya tertutup. Himpunan data disini konselor menentukan
terebih dahulu data apa yang akan diambil kepada siswa tersebut
setelah itu konselor membagikan format yang telah ditentukan.
Contohnya guru BK ingin menghimpun data pribadi siswa
untuk keperluan buku pelayanan siswa, setelah diisi oleh siswa
guru BK nantinya akan menginput data tersebut ke computer,
disini guru BK bisa bekerja sama dengan guru TIK.
c. Konferensi Kasus, digunakan untuk membahas masalah peserta
didik yang dihadiri berbagai pihak yang kompeten, jadi guru BK
memiliki kesiapan dalam berbagai pertanyaan yang akan
dihadapkan dengan pihak-pihak terkait nantinya.

d. Kunjungan Rumah, merupakan kegiatan yang dilakukan untuk


memperoleh kelengkapan data yang diperlukan, dan relevan
dengan masalah yang dipecahkan. Kesiapan yang dilakukan
guru BK yaitu terlebih dahulu Mengajukan surat Pemberitahuan
Kunjungan Rumah kepada wali, Surat pemberitahuan kunjungan
rumah berisikan tentang maksud- maksud kedatangan dan tujuan
kunjungan yang akan dilakukan. Mengajukan Surat Tugas
Kunjungan Rumah, ditujukan pada wali kelas yang ditugaskan
melakukan pencarian informasi pada kunjungan rumah.
Contoh: siswa selalu terlambat untuk dating kesekolah dan
sudah dilakukan konseling individu namun belum menemukan
titik terang kenapa dan apa penyebab ia telat guru BK
melakukan kunjungan rumah yang sebelumnya telah meminta
kesediaan orangtua untuk dikunjungi, setelah melakukan
kunjungan rumah ditemukan lah titik terang apa penyebab siswa
tersebut sering terlambat dan mengupayakan solusi agar siswa
tersebut tidak terlambat lagi.
e. Tampilan Kepustakaan, membantu klien dalam memperkaya
dan memperkuat diri berkenaan dengan permasalahan yang
dialami dan dibahas bersama konselor pada khususnya dan
dalam perkembangan diri pada umumnya, kesiapan yang
dilakukan konselor atau guru BK yaitu menyediakan bahan-
bahan tertulis dan/atau rekaman (bacaan yang menyangkut tugas
perkembangan pada tiap tahap perkembangan, potensi diri) dan
sekolah juga harus menyediakan buku-buku yang bisa
menunjang pelayanan konseling.Contoh: Disekolah Reza murid
yang pintar dalam bidang matematika, kebetulan ia mewakili
sekolahnya untuk ikut olimpiade matematika di tingkat nasional.
Sebagai Guru BK disini memberikan tampilan kepustakaan
kepada Reza dan berkolborasi dengan guru Matematik auntuk
memberikan buku-buku yang menunjang nantinya ketika
omlimpiade agar Reza bisa menjawab dengan baik soal-soal
olimpiade.
d. Alih Tangan Kasus, merupakan kegiatan mengalihtangankan
peserta didik yang bermasalah kepada pihak lain seperti guru
bidang studi, wali kelas atau ahli lain seperti dokter, psikiater
dan lain-lain agar masalahnya dapat teratasi sampai tuntas.
Kesiapan yang dilakukan guru BK terlebih dahulu guru BK
harus memahami masalah yang dialami klien, kemudian guru
BK mencoba menghubungi ahli lain terkait masalah yang
dialami klien, kemdian mengkomunikasikannya dengan pihak
terkait, dan menyiapkan penilaian, dan tindak lanjut, pihak
terkait seperti keluarga harus bisa membantu guru BK untuk
menunjang penyelesaian masalah. Contohnya : Disekolah
seorang siswa tertangkap razia memakai narkoba, maka disini
guru BK akan mengalih tangan kasuskan siswa tersebut kepada
pihak yang berwenang seperti pihak berwajib yang menangani
pemakai narkoba.

Anda mungkin juga menyukai