Disusun Oleh:
Jurusan : Manajemen
MALANGKUCECWARA
2023
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, oleh
karena karuniaNya saya dapat menyelesaikan proposal metode penelitian ini. Laporan ini
berisi tentang uraian hasil riset mengenai “Pengaruh Harga, Citra Merek, Dan Kualitas
Produk Terhadap Keputusan Pembelian Smart Phone Xiaomi Pada Mahasiswa Stie
Malangkucecwara”.
Dalam penyusunan laporan, saya menyadari bahwa hasil laporan ini masih jauh
dari kata sempurna. Sehingga saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca. Akhir kata semoga laporan penelitian ini dapat memberikan
Penulis,
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................3
BAB I......................................................................................................................................................5
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................5
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................5
1.2 RUMUSAN MASALAH...................................................................................................................7
1.3 TUJUAN PENELITIAN....................................................................................................................7
1.4 MANFAAT PENELITIAN.................................................................................................................8
Bab II......................................................................................................................................................9
TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................................................................9
2.1 Tinjauan Pustaka..........................................................................................................................9
2.1.1 Harga....................................................................................................................................9
2.1.2 Citra Merek.........................................................................................................................12
2.1.3 Kualitas Produk...................................................................................................................17
2.1.4 Keputusan Pembelian.........................................................................................................22
2.2 Penelitian Terdahulu..................................................................................................................27
2.3 Model Konseptual Penelitian.....................................................................................................29
2.4 Hipotesis....................................................................................................................................30
BAB III..................................................................................................................................................31
METODE PENELITIAN...........................................................................................................................31
3.1 Jenis Penelitian..........................................................................................................................31
3.2 Populasi dan Sampel..................................................................................................................31
3.2.1 Populasi..............................................................................................................................31
3.2.2 Sampel................................................................................................................................31
3.3 Variabel, dan Pengukuran..........................................................................................................33
3.3.1 Variabel...............................................................................................................................33
3.3.2 Pengukuran.........................................................................................................................34
3.4 Metode Pengumpulan Data.......................................................................................................35
3.5 Metode Analisis.........................................................................................................................36
3.5.1 Metode Pengolahan Data...................................................................................................36
3.5.2 Metode Penyajian Data......................................................................................................38
3.5.3 Analisis Statistik Data..........................................................................................................39
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................43
BAB I
PENDAHULUAN
Pada era digital saat ini, penggunaan smartphone telah menjadi bagian integral dari
kehidupan sehari-hari, termasuk di kalangan mahasiswa. Smartphone tidak hanya berfungsi
sebagai alat komunikasi, tetapi digunakan sebagai alat produktivitas, hiburan, dan sumber
informasi. Smartphone juga merupakan salah satu teknologi yang berkembang dengan cepat
dari tahun ke tahun. Banyak bermunculan merek- merek baru di dunia persaingan smartphone
yang saling berlomba untuk menciptakan produk unggulan mereka. Produsen dituntut untuk
tidak hanya sekedar menciptakan produk tetapi juga harus memahami keinginan dan
kebutuhan konsumen. Hal tersebut dibutuhkan produsen untuk mampu bersaing dengan
produsen lain.
Xiaomi, sebagai salah satu produsen smartphone yang semakin populer, memiliki pangsa
pasar yang signifikan, terutama di kalangan mahasiswa.
Saat ini, Xiaomi yang sudah masuk ke pasar Indonesia secara resmi membuat pasar
smartphone di Indonesia semakin menambah persaingan antar smartphone. Xiaomi yang
disebut sebagai “Apple dari China” dengan spesifikasi teknologi tinggi yang hampir bisa
disamakan
Citra merek merupakan asosiasi dari semua informasi yang tersedia mengenai produk, jasa
dan perusahaan dari merek yang dimaksud (Ratri, 2007). Citra terhadap merek berhubungan
dengan sikap yang berupa keyakinan dan preferensi terhadap suatu merek. Konsumen yang
memiliki citra yang positif terhadap suatu merek, akan lebih memungkinkan untuk
melakukan pembelian. Harga adalah sejumlah uang yang harus dibayar konsumen untuk
mendapatkan sebuah produk atau jasa (Alma, 2007). Dalam ke hidupan bisnis, harga
merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi pemasaran suatu produk. Tinggi
rendahnya harga selalu menjadi perhatian utama para konsumen saat mereka mencari suatu
produk. Kualitas produk adalah kemampuan produk untuk melaksanakan fungsi-fungsinya,
kemampuan itu menjadi meliputi daya tahan, keandalan, dan atribut lain yang berharga pada
produk secara keseluruhan (Kotler dan Amstrong, 2008). Kualitas produk yang baik tentu
akan menarik minat konsumen untuk membeli. Dalam konteks ini, harga mencerminkan
aspek ekonomis, citra merek mencerminkan persepsi dan reputasi merek, dan kualitas produk
mencerminkan kinerja dan fitur-fitur teknis. Biaya rendah dalam produksi akibat intergrasi
vertikal supply chain dan partnership seperti dengan qualcomm (produsen processor untuk
smartphone) menyebabkan Xiaomi dapat mengenakan harga rendah pada smartphonenya
bahkan pada lini produk permiumnya dengan spesifikasi yang tinggi (Walters,2020)
Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi
keputusan pembelian mahasiswa STIE Malangkucecwara terkait smartphone Xiaomi. Faktor-
faktor yang menjadi fokus adalah harga, citra merek, dan kualitas produk.
Penelitian-penelitian terdahulu telah banyak yang meneliti tentang Pengaruh Citra Merek,
Harga, dan Kualitas Produk terhadap Keputusan Pembelian Smarthphone Xiaomi. Pada
penelitian oleh Amilia pada tahun 2017 Hasil Penelitian menunjukkan bahwa Dari analisis
koefisien determinasi dapat dijelaskan bahwa citra merek, harga, dan kualitas produk
mempengaruhi keputusan pembelian handphone Xiaomi di Kota Langsa sebesar 30,4%,
sedangkan sisanya 69,6% dipengaruhi oleh variabel lain di luar model penelitian ini.
Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Mahanani pada tahun 2018 dan Puspitasari et al
pada tahun 2017. Hasil penelitian menunjukkan bahwa harga berpengaruh negatif terhadap
keputusan pembelian. “Keputusan pembelian adalah sebuah proses dimana konsumen
mengenal masalahnya, mencari informasi mengenai produk atau merek tertentu dan
mengevaluasi seberapa baik masing-masing alternatif tersebut dapat memecahkan
masalahnya.
Citra merek juga menjadi pendukung dalam penentuan keputusan pembelian produk
karena citra merek yang baik pastinya akan menjadi nilai tambah bagi konsumen dalam
membeli sebuah produk (Hendra & Lusiah, 2017). Sebuah produk yang memiliki citra merek
yang baik pasti akan lebih mudah mendapatkan perhatian dari konsumen dan lebih mudah
konsumen dalam menentukan keputusan pembelian. Hal ini sesuai dengan penelitian Amron
(2018), Novansa & Ali (2017), Rommy et al. (2018), dan Venessa & Arifin, (2017)
menyatakan bahwa pengaruh citra merek pada keputusan pembelian berpengaruh positif dan
signifikan.
Kualitas sebuah produk juga menjadi penilaian utama dalam pembelian sebuah produk,
karena konsumen juga mempertimbangkan kualitas sebuah produk sebelum membelinya
(Saleem et al., 2015). Kualitas produk yang baik pastinya akan mempermudah konsumen
dalam pengambilan keputusan dalam membeli sebuah produk (Alam, 2020). Hal ini sesuai
dengan penelitian Foster & Johansyah (2019), Ginting & Sembiring (2018) dan Igir et al.
(2018) “menyatakan bahwa pengaruh kualitas produk pada keputusan pembelian berpengaruh
positif dan signifikan. Hal ini menjadikan harga, citra merek dan kualitas saling berkaitan
dalam keputusan pembelian sebuah produk. Tetapi berbeda dengan penelitian yang dilakukan
Martini (2015) yang menyatakan kualitas produk berpengaruh negatif terhadap keputusan
pembelian.
Harga memiliki peranan utama dalam proses pengambilan keputusan para
pembeli. Bila harga terlalu mahal maka produk bersangkutan bakal tidak terjangkau oleh
pasar sasaran tertentu atau bahkan customer value menjadi rendah. Penelitian Venessa &
Arifin (2017) menyatakan bahwa pengaruh harga pada keputusan pembelian berpengaruh
positif dan signifikan. Penelitian Bairizki (2017), Albari (2020), Hanaysha (2018), Sun et al.
(2020) juga menyatakan bahwa pengaruh harga pada keputusan pembelian berpengaruh
positif dan signifikan. Tetapi berbeda dengan penelitian Mahanani (2018) dan Puspitasari et
al. (2017) yang menyatakan bahwa harga berpengaruh negatif terhadap keputusan pembelian.
Dalam penelitian tersebut menunjukkan bahwa variabel harga, citra merek, dan kualitas
produk. berpengaruh terhadap variabel keputusan pembelian
2. Manfaat Praktis
a. Bagi penulis : Melalui penelitian ini diharapkan menambah wawasan serta pengalaman
dalam melakukan suatu penelitian mengenahi pengaruh harga, citra merek, dan kualitas
produk terhadap keputusan pembelian smartphone xiaomi pada mahasiswa stie
malangkucecwara
b. Bagi mahasiswa stie : Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi kepada
mahasiswa dalam memahami seberapa besar Pengaruh harga, citra merek, dan kualitas
produk terhadap keputusan pembelian smartphone xiaomi pada mahasiswa stie
malangkucecwara
c. Bagi peneliti lain : Melalui penelitian ini diharapkan dapat menjadi rujukan, sumber informasi,
dan bahan referensi agar bisa lebih dikembangkan
Bab II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Harga
Harga merupakan suatu nilai uang yang ditentukan oleh perusahaan sebagai imbalan barang
atau jasa yang diperdagangkan dan sesuatu yang lain yang diadakan suatu perusahaan guna
memuaskan keinginan pelanggan.
Mandey (2013) Harga merupakan salah satu penentu kesuksesan keberhasilan suatu
perusahaan karena harga menentukan seberapa besar keuntungan yang akan diperoleh
perusahaan dari penjualan produknya, baik berupa barang maupun jasa. Harga adalah suatu
elemen pemasaran yang menghasilkan pendapatan, elemen lain menghasilkan biaya. Harga
merupakan elemen termudah dalam program pemasaran untuk penyesuaian fitur produk,
saluran, dan bahkan komunikasi (kotler dan keller, dalam anonym, 2011).
Menurut Fandy Tjiptono (2014) harga bisa diartikan sebagai jumlah uang (satuan moneter)
dan/atau aspek lain (non-moneter) yang mengandung utilitas atau kegunaan tertentu yang di-
perlukan untuk mendapatkan sebuah produk.
Dalam arti sempit, harga (price) adalah jumlah yang ditagihkan atas suatu produk baik
barang maupun jasa. Lebih luas lagi, harga adalah jumlah semua nilai yang diberikan oleh
pelanggan untuk mendapatkan keuntungan dari memiliki atau menggunakan suatu produk
baik barang maupun jasa (Kotler, 2008). Engel (2004) mendefinisikan harga sebagai
sejumlah uang (ditambah beberapa produk) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah
kombinasi dariproduk dan pelayanannya. Menurut Stanton (1994) harga adalah
sejumlah nilai yang ditukarkan konsumen dengan manfaat dari memiliki atau menggunakan
produk atau jasa yang nilainya ditetapkan oleh pembeli atau penjual (melalui tawar menawar)
atau ditetapkan oleh penjual untuk suatu harga yang sama terhadap semua pembeli. Paul
Peter dan Jerry Olson (2000) menyatakan: “harga berkaitan dengan bagaimana informasi
harga dipahami seluruhnya oleh konsumen dan memberikan makna yang dalam bagi
mereka.” Pada saat konsumen melakukan evaluasi dan penelitian terhadap harga dari suatu
produk sangat dipengaruhi oleh perilaku dari konsumen itu sendiri. Dengan demikian
penilaian terhadap harga suatu produk dikatakan mahal, murah atau biasa saja dari setiap
individu tidaklah harus sama, karena tergantung dari persepsi individu yang dilatarbelakangi
oleh lingkungan kehidupan dan kondisi individu. Dalam pengambilan keputusan, harga
memiliki dua peranan utama, yaitu (Fandy Tjiptono, 2008).
1. Peranan alokasi, yaitu membantu para pembeli untuk memutuskan cara terbaik dalam
memperoleh manfaat yang diharapkan sesuai dengan kemampuan daya belinya. Dengan
demikian, adanya harga dapat membantu pembeli untuk memutuskan cara mengalokasikan
daya belinya pada berbagai jenis barang atau jasa. Pembeli membandingkan harga dari
berbagai alternatif yang tersedia, kemudian memutuskan alokasi dana yang dikehendaki.
2. Peranan informasi, yaitu “mendidik” konsumen mengenai faktor produk yang dijual,
misalnya kualitas. Hal ini terutama bermanfaat dalam situasi dimana pembeli mengalami
kesulitan untuk menilai faktor produk atau manfaatnya secara objektif. Persepsi yang sering
berlaku adalah bahwa harga yang mahal mencerminkan kualitas yang tinggi
Tujuan penetapan harga pada setiap perusahaan berbeda-beda, sesuai dengan kepentingan
dan tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan itu sendiri. Menurut Fandy Tjiptono (2016)
pada dasarnya terdapat beranekaragam tujuan penetapan harga, yaitu:
1. Survival
Salah satu tujuan pokok penetapan harga adalah demi survival (kelangsungan hidup)
perusahaan. Biasanya harga secara temporer ditetapkan murah, kadangkala lebih rendah
daripada biaya, dalam rangka mendorong terjadinya penjualan. Tujuan survival biasanya
ditempuh dengan harapan situasinya akan segera kembali normal.
2. Laba
Asumsi teori ekonomi klasik adalah setiap perusahaan berusaha memaksimumkan laba.
Dalam praktik, tujuan seperti ini sulit diwujudkan karena begitu banyak variabel yang
mempengaruhi tingkat penjualan. Oleh karenanya, tujuan laba biasanya dinyatakan dalam
bentuk nilai rupiah atau persentase pendapatan penjualan yang dipandangang memuaskan
atau reaslistis dicapai oleh pemilik dan manajemen puncak.
Tujuan berorietasi pada ROI dinyatakan dalam bentuk rasio laba terhadap invetasi total yang
dikeluarkan perusahaan dalam riset dan pengembangan, serta fasilitas produksi dan asset
yang mendukung produk bersangkutan.
4. Pangsa Pasar
Perusahaan acapkali menetapkan peningkatan pangsa pasar sebagai tujuan penetapan harga.
Pangsa pasar dapat berupa pangsar relatif dan pangsa pasar absolut. Pangsa pasa relatif
adalah perbandingan antara penjualan produk perusahaan dan penjualan produk pesaing
utama. Sedangkan pangsa pasar absolut adalah perbandingan antara penjual produk
perusahaan dan penjualan industry secara keseluruhan.
5. Aliran Kas
Sebagian perusahaan menetapkan harga agar dapat menghasilkan kas secepat mungkin.
Tujuan ini biasanya dipilih manakala perusahaan bermaksud menutup biaya pengembangan
produk secepatnya. Selain itu, apabila siklus hidup produk diperkirakan berlangsung singkat,
maka tujuan ini dapat menjadi piliha stategik.
Harga menurut Kotler dan Amstrong (2010:314) adalah sejumlah uang yang dibebankan atas
suatu produk atau jasa atau jumlah dari nilai yang ditukar konsumen atas manfaat-manfaat
karena memiliki atau menggunakan produk atau jasa tersebut. Indikator Harga menurut
Kotler (2009), indikator- indikator harga yaitu sebagai berikut:
1. Keterjangkauan harga
Harga yang terjangkau adalah harapan konsumen sebelum mereka melakukan pembelian.
Konsumen akan mencari produk-produk yang harganya dapat mereka jangkau.
Untuk produk tertentu, biasanya konsumen tidak keberatan apabila harus membeli dengan
harga relatif mahal asalkan kualitas produknya baik. Namun konsumen lebih menginginkan
produk dengan harga murah dan kualitasnya baik.
Perusahaan menetapkan harga jual suatu produk dengan mempertimbangkan harga produk
yang dijual oleh pesaingya agar produknya dapat bersaing di pasar.
Konsumen terkadang mengabaikan harga suatu produk namun lebih mementingkan manfaat
dari produk tersebut.
Menurut Ririn dan Mastuti (2011) Faktor yang mempengaruhi atau perlu dipertimbangkan
dalam penetapan harga jasa, diantaranya adalah sebagai berikut :
a) Elastisitas Permintaan
b) Struktur Biaya
c) Persaingan
h) Kondisi Ekonom
Citra merek merupakan persepsi konsumen atau apa yang konsumen pikir atau rasakan
terhadap merek suatu produk tertentu yang terbentuk dari informasi yang didapatkan
konsumen baik melalui pengalaman langsung menggunakan produk tersebut atau secara tidak
langsung melalui mendengar, melihat atau konsumen pelajari.
Menurut Kottler dan Keller (2009) Brand Image atau citra merek adalah asosiasi yang kuat,
menguntungkan, dan unik mengenai merek dalam ingatan konsumen. Asosiasi merek
menurut Aaker dalam Prasetio (2012) adalah segala kesan yang muncul di benak seseorang
yang terkait dengan ingatannya mengenai suatu merek. Berbagai kesan dan ingatan
konsumen akan suatu merek akan menimbulkan citra tertentu terhadap produk tersebut.
Asosiasi merek menjadi alasan bagi konsumen untuk membeli produk tersebut atau tidak.
Asosiasi merek yang baik atau positif dapat mendorong konsumen untuk membeli produk
tersebut, dan sebaliknya jika asosiasi merek negatif maka dapat mendorong konsumen untuk
tidak membeli produk tersebut. Aaker dalam Prasetio (2012) mengatakan bahwa asosiasi
merek dapat membatu menciptakan nilai bagi konsumen antara lain dengan :
b. Differentiate
Asosiasi merek dapat membedakan suatu merek dengan merek yang lain.
c. Reason to Buy
Asosiasi merek dapat memberikan alasan untuk membeli dan menggunakan merek tersebut
dengan menggunakan berbagai atribut dan manfaat bagi konsumen.
Asosiasi merek dapat memberikan landasan bagi perusahaan untuk melakukan perluasan
dengan menciptakan rasa kesesuaian (Sense of Fit) antara merek dan sebuah produk baru.
Salah satu pendekatan untuk mengukur suatu citra merek adalah pendekatan milik Keller
dalam prasetio (2012). Keller mengatakan bahwa asosiasi merek sebagai pembentuk citra
merek terdiri dari atribut merek, manfaat merek, dan juga sikap:
1. Atribut merek
Atribut adalah fitur-fitur yang mampu mendeskripsikan karakteristik dari sebuah produk
maupupun jasa, seperti apa yang dipikirkan konsumen atau apa yang melibatkan konsumen
untuk membeli atau mengkonsumsinya. Menurut Keller atribut merek dapat dikelompokkan
menjadi dua, yaitu:
a. Product-Related Attributes
Atribut jenis ini menunjukkan bahwa komposisi fisik dari suatu produk sangat berpengaruh
dalam menentukan performa dan penampilan dari produk tersebut.
Atribut jenis ini tidak secara langsung mempengarugi performa dari suatu produk, namun
atribut ini juga dapat mempengaruhi proses pembelian dan konsumsi. Keller membedakan
atribut jenis ini sebagai berikut:
a. Price (Harga)
Harga tidak secara langsung berhubungan dengan performa produk, namun berfungsi sebagai
salah satu langkah yang mempengaruhi proses pembelian.
b. User Imagery
Adalah karakteristik konsumen yang dapat diasosikan dengan merek, atau dapat diartikan tipe
konsumen seperti apa yang menggunakan produk tersebut. Karakteristik yang dimaksud
seperti gender, umur, pekerjaan, dan lainnya.
c. Usage Imagery
Adalah dimana, situasi seperti apa, dan kapan produk tersebut digunakan. Atribut ini dapat
dibentuk secara langsung dari pengalaman konsumen sendiri, orang lain, maupun media
lainnya, atau strategi pemasaran seperti word-of-mouth.
e. Brand Personality
Sebuah merek juga dapat memiliki karakter kepribadian yang sama dengan orang yang
mengkonsumsi atau menggunakan produk merek tersebut. Brand Personality mencerminkan
bagaimana seseorang merasakan suatu merek, bukan tentang merek tersebut. Sebuah merek
yang memiliki kepribadian tepat dapat menghasilkan sebuah perasaan dari konsumen,
sehingga konsumen mau membayar untuk mendapatkannya dan dengan sukarela membangun
hubungan emosional dengan merek tersebut.
Menurut Keller (1998) manfaat merek adalah nilai personal produk yang
secara keseluruhan. Keller (1998) membagi manfaat merek menjadi tiga, yaitu:
a. Functional Benefits
Manfaat fungsional adalah nilai manfaat dari produk yang biasanya dikaitkan dengan
product-related attributes. Manfaat fungsional ini oleh konsumen dijadikan motivasi dasar
untuk menggunakan produk tersebut.
b. Symbolic Benefits
Manfaat simbolis adalah manfaat yang berkaitan dengan non productrelated attributes.
Manfaat simbolis ini berkaitan dengan kebutuhan akan pengakuan sosial dan penghargaan
diri.
c. Experiental Benefits
Manfaat ini berkaitan dengan perasaan yang ditimbulkan dari pengalaman saat menggunakan
atau mengkonsumsi sebuah produk.
2) Reputasi (Reputation). Merupakan suatu tingkat reputasi atau status yang cukup tinggi
bagi sebuah merek karena lebih memiliki track record yang baik, sebuah merek yang disukai
konsumen akan
3) Daya tarik (Affinity). Merupakan Emotional Relationship yang timbul antara sebuah
merek dengan konsumennya hal tersebut dapat dilihat dari harga, kepuasan konsumen dan
tingkat asosiasi.
4) Kesetiaan (Loyality). Menyangkut seberapa besar kesetiaan konsumen dari suatu produk
yang menggunakan merek yang bersangkutan.
Keller dalam Martinez et al. (2008), menyatakan bahwa pengukuran citra merek dapat
dilakukan berdasarkan aspek kekuatan (strength), keunikan asosiasi merek (uniqueness of
brand associations), dan kesukaan (favourability of brand associations).
c) Keunikan asosiasi merek (uniqueness of brand association) Sebuah brand haruslah unik
dan menarik sehingga produk tersebut memiliki ciri khas dan sulit untuk ditiru para pesaing.
Keunikan suatu produk akan memberikan kesan yang cukup membekas terhadap ingatan
pelanggan akan keunikan brand. Sebuah brand yang memiliki ciri khas haruslah dapat
melahirkan keinginan pelanggan untuk mengetahui lebih jauh dimensi brand yang terkandung
di dalamnya. Keunikan sebuah merek dapat meyainkan konsumen bahwa merek tersebut
memiliki perbedaan yang signifikan dibandingkan merek lainnya. Termasuk keunikan merek
antara lain variasi layanan dan harga, serta diferensiasi
berikut:
2. Merek membantu menarik perhatian pembeli terhadap produk - produk baru yang mungkin
bermanfaat bagi merek.
Yaitu sekumpulan asosiasi yang dipersepsikan konsumen terhadap suatu barang atau jasa,
seperti mengenai hal berikut:
3. Desain menarik.
kualitas produk merupakan suatu kemampuan produk yang mampu memenuhi setiap
kebutuhan konsumen sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen.
Menurut Kotler dan Armstrong (2012) arti dari kualitas produk adalah “the ability of a
product to perform its function, it includes the product‟s overall durability, reliability,
precision, ease of operation and repair, and other valued attributes” yang artinya kemampuan
sebuah produk dalam memperagakan fungsinya, hal itu termasuk keseluruhan durabilitas,
reliabilitas, ketepatan, kemudahan pengoperasian dan reparasi produk juga atribut produk
lainnya. Tjiptono (2006) mendefinisikan kualitas produk adalah suatu kondisi dinamis, yang
berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau
melebihi harapan. Definisi lain kualitas produk menurut Lupiyoadi dan Hamdani (2006)
adalah derajat yang dicapai oleh karakteristik yang berkaitan dalam memenuhi persyaratan.
Menurut Purnama (2006), kualitas produk adalah kesesuaian antara kebutuhan dan keinginan
atas produk ke dalam spesifikasi produk yang dihasilkan. Juga menurut Cannon, dkk (2008),
kualitas produk adalah kemampuan produk untuk memuaskan kebutuhan atau keinginan
pelanggan. Berdasarkan definisi-definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kualitas
merupakan suatu produk dan jasa yang melalui 31 beberapa tahapan, di mana dalam produk
atau jasa tersebut terdapat nilai intrinsik yang berupa derajat karakteristik dalam memenuhi
kebutuhan dan keinginan pelanggan sehingga sesuai dengan nilai suatu produk atau jasa
tersebut.
Menurut Tjiptono (2008) kualitas mencerminkan semua dimensi penawaran produk yang
menghasilkan manfaat (benefits). Kualitas suatu produk baik berupa barang atau jasa
ditentukan melalui dimensi-dimensinya. Dimensi persepsi kualitas produk menurut Tjiptono
(2008) adalah:
2) Durability (daya tahan), yang berarti berapa lama atau umur produk yang bersangkutan
bertahan sebelum produk tersebut harus diganti. Semakin besar frekuensi pemakaian
konsumen terhadap produk maka semakin besar pula daya produk. Misalnya, smartphone
tahan dalam usia yang lama (awet).
3) Conformance to specifications (kesesuaian dengan spesifikasi), yaitu sejauh mana
karakteristik dasar dari sebuah produk memenuhi spesifikasi tertentu dari konsumen atau
tidak ditemukannya cacat pada produk. Dalam hal ini antara apa yang telah dibayarkan oleh
konsumen sesuai dengan apa yang diharapkan dalam produk tersebut. Misalnya, smartphone
telah lulus standar.
7) Perceived quality (kesan kualitas), yaitu citra dan reputasi produk serta tanggung jawab
perusahaan terhadapnya.
dimensi yaitu (1) Performance (Kinerja); (2) Reliability (Keandalan); (3) Features
(Keistimewaan tambahan); (4) Comformance (Kesesuaian dengan spesifikasi); (5) Durability
(Daya tahan); (6) Serviceability (Kemudahan reparasi); (7) Aesthethics (Estetika); (8)
Costumer Perceived Quality (Kualias yang dipersepsikan) (Gaspersz, 2008, dalam Irawan &
Japarianto, 2013). Adapun penjelasannya sebagai berikut :
1) Performance, Kinerja (performance) yaitu karakteristik operasi pokok dari produk inti dan
dapat didefinisikan sebagai tampilan dari sebuah produk sesungguhnya. Performance sebuah
produk merupakan pencerminan bagaimana sebuah produk itu disajikan atau ditampilkan
kepada pelanggan. Tingkat pengukuran
performance pada dasarnya mengacu pada tingkat karakteristik dasar produk itu beroperasi.
Sebuah produk dikatakan memiliki performance yang baik bilamana dapat memenuhi
harapan. Bagi setiap produk/jasa, dimensi performance bisa berlainan, tergantung pada
functional value yang dijanjikan oleh perusahaan.
2) Reliability, keandalan (reliability) yaitu tingkat keandalan suatu produk atau konsistensi
keandalan sebuah produk didalam proses operasionalnya dimata konsumen. Reliability
sebuah produk tidak akan rusak atau gagal dalam suatu periode waktu tertentu. Sebuah
produk dikatakan memilki reliability yang tinggi bilamana dapat menarik kepercayaan dari
kosumen terkait kualitas keandalan sebuah produk. Dimensi performance dan reliability
sekilas hampir sama tetapi mempunyai perbedaan jelas. Reliability lebih menunjukkan
probabilitas produk menjalankan fungsinya.
diproduksi identic dan memenuhi spesifikasi sasaran yang dijanjikan. Definisi diatas dapat
dijelaskan bahwa tingkat conformance sebuah produk dikatakan telah akurat bilamana
produk-produk yang dipasarkan oleh produsen telah sesuai perencanaan perusahaan yang
berarti merupakan produk-produk yang mayoritas diinginkan pelanggan.
5) Durability, daya tahan (durability) berkaitan dengan berapa lama produk tersebut dapat
terus digunakan dan dapat didefinisikan sebagai suatu ukuran usia operasi produk yang
diharapkan dalam kondisi normal dan/atau berat.
7) Aesthethics, yaitu keindahan produk terhadap panca indera dan dapat didefinisikan sebagai
atribut-atribut yang melekat pada sebuah produk seperti warna, model atau desain, bentuk,
rasa, aroma dan lain-lain. Pada dasarnya aesthetics merupakan elemen yang melengkapi
fungsi dasar suatu produk sehingga performance sebuah produk akan menjadi lebih baik
dihadapan pelanggan.
8) Costumer Perceived Quality, kualitas yang dipersepsikan (perceived quality) yaitu kualitas
yang dirasakan oleh konsumen.
Industri di setiap bidang pada masa sekarang ini bergantung pada sejumlah besar kondisi
yang membebani produksi melalui suatu cara yang tidak pernah dialami dalam periode
sebelumnya. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas produk yaitu : (1) Market
(Pasar); (2) Money (Uang); (3) Management (Manajemen); (4) Men (Manusia); (5)
Motivation (Motivasi); (6) Material (Bahan); (7) Machine and Mecanization (Mesin 23 dan
Mekanik); (8) Modern Information Method (Metode Informasi Modern); dan (9) Mounting
Product Requirement (Persyaratan Proses Produksi) (Feigenbaum, 2000, dalam Arumsari,
2012). Adapun penjelasannya antara lain:
1) Market (Pasar) Jumlah produk baru dan baik yang ditawarkan dipasar terus bertumbuh
pada laju yang eksplosif. Konsumen diarahkan untuk mempercayai bahwa ada sebuah produk
yang dapat memenuhi hampir setiap kebutuhan. Pada masa sekarang konsumen meminta dan
memperoleh produk yang lebih baik memenuhi ini. Pasar menjadi lebih besar ruang
lingkupnya dan secara fungsional lebih terspesialisasi di dalam barang yang ditawarkan.
Dengan bertambahnya perusahaan, pasar menjadi bersifat internasional dan mendunia.
Akhirnya bisnis harus lebih fleksibel dan mampu berubah arah dengan cepat.
4) Men (Manusia) Pertumbuhan yang cepat dalam pengetahuan teknis dan penciptaan seluruh
bidang baru seperti elektronika computer menciptakan suatu permintaan yang besar akan
pekerja dengan pengetahuan khusus. Pada waktu yang sama situasi ini menciptakan
permintaan akan ahli teknik sistem yang akan mengajak semua bidang spesialisasi untuk
bersama merencanakan, menciptakan dan mengoperasikan berbagai sistem yang akan
menjamin suatu hasil yang diinginkan.
6) Material (Bahan) Disebabkan oleh biaya produksi dan persyaratan kualitas, para ahli
teknik memilih bahan dengan batasan yang lebih ketat dari pada sebelumnya. Akibatnya
spesifikasi bahan menjadi lebih ketat dan keanekaragaman bahan menjadi lebih besar.
7) Machine and Mecanization (Mesin dan Mekanik) Permintaan perusahaan untuk mencapai
penurunan biaya dan volume produksi untuk memuaskan pelanggan telah terdorong
penggunaan perlengkapan pabrik yang menjadi lebih rumit dan tergantung pada kualitas
bahan yang dimasukkan ke dalam mesin tersebut. Kualitas yang baik menjadi faktor yang
kritis dalam memelihara waktu kerja mesin agar fasilitasnya dapat digunakan sepenuhnya.
9) Mounting Product Requirement (Persyaratan Proses Produksi) Kemajuan yang pesat dalam
perancangan produk, memerlukan pengendalian yang lebih ketat pada seluruh proses
pembuatan produk. Meningkatnya persyaratan prestasi yang lebih tinggi bagi produk.
Saat ini ketika menghasilkan sebuah produk ataupun jasa tidak lagi bersaing dengan produk
yang dihasilkannya saja, tapi lebih banyak bersaing dalam aspek tambahan pada produknya,
seperti aspek pembungkus, servis, iklan, pemberian kredit, pengiriman, dan faktorfaktor
lainnya yang dapat menguntungkan konsumen. Tingkatan produk terbagi menjadi lima
tingkat yaitu, (1) Manfaat Inti (Core Benefit); (2) Produk Dasar (Basic Product); (3) Produk
yang diharapkan (Expected Product); (4) Produk yang ditingkatkan (Augmented Product); (5)
Calon Produk (Potential Product). (Kotler, 2005, dalam Baedowi & Lataruva, 2012), Adapun
penjelasannya sebagai berikut :
1) Manfaat Inti (Core Benefit) Manfaat Inti merupakan tingkat yang paling mendasar, yaitu
layanan atau manfaat mendasar yang sesungguhnya dibeli pelanggan.
2) Produk Dasar (Basic Product) Produk dasar merupakan tingkat kedua, yaitu pemasar harus
mengubah manfaat inti tersebut.
4) Produk yang Ditingkatkan (Augmented Product) Produk yang Ditingkatkan adalah tingkat
keempat, yaitu pemasar menyiapkan produk yang melampaui harapan pelanggan. Persaingan
dewasa pada dasarnya terjadi pada tataran produk yang ditingkatkan. Peningkatan produk
menyebabkan pemasar melihat seluruh sistem konsumsi pembeli. Persaingan baru tersebut
bukanlah antara apa saja yang dihasilkan perusahaan di pabriknya, melainkan antara apa yang
mereka tambahkan pada hasil pabrik tersebut dalam bentuk kemasan, layanan, iklan, saran
untuk pelanggan, pendanaan, rencana pengiriman, pergudangan, dan hal-hal lain yang
dianggap orang bernilai. Beberapa hal yang seharusnya diperhatikan menegenai strategi
peningkatan produk : Pertama, setiap peningkatan menimbulkan biaya. Kedua, manfaat yang
ditingkatkan akan segera menjadi manfaat yang diharapkan.
5) Calon Produk (Potential Product) Calon Produk adalah tingkat kelima, yaitu segala
kemungkinan peningkatan dan perubahan yang mungkin akan dialami produk atau tawaran
tersebut pada masa yang akan datang. Disinilah perusahaanperusahaan mencari berbagai cara
baru untuk memuaskan pelanggan dan membedakan tawarannya.
2.1.4 Keputusan Pembelian
Keputusan pembelian merupakan suatu keputusan final yang dimiliki seorang konsumen
untuk membeli suatu barang atau jasa dengan berbagai pertimbangan – pertimbangan
tertentu.
Keputusan pembelian menurut Kotler dan Armstrong (2004) adalah tahap dalam proses
pengambilan keputusan pembelian dimana konsumen benar-benar membeli. Sedangkan
menurut Tjiptono (2007) menyatakan dalam keputusan membeli barang seringkali terdapat
lebih dari dua pihak yang terlibat dalam proses pertukaran dan pembeliannya. Umumnya
terdapat lima peranan yang 33 dapat dilakukan seseorang yaitu initiator, influencer, decider,
buyer, dan user.
Kotler dan Keller dalam Rahayu (2013) menjelaskan bahwa keputusan pembelian
konsumen meliputi lima tahap yaitu pengenalan masalah, pencarian informasi, evaluasi
alternatif, keputusan pembelian dan perilaku pasca pembelian.
Menurut Buchari Alma (2013) mengemukakan bahwa keputusan pembelian adalah suatu
keputusan konsumen yang dipengaruhi oleh ekonomi keuangan, teknologi, politik, budaya,
produk, harga, lokasi, promosi, physical evidence, people dan, process. Sehingga membentuk
suatu sikap pada konsumen untuk mengolah segala informasi dan mengambil kesimpulan
berupa respons yang muncul produk apa yang akan dibeli.
Menurut Kotler dan Keller (2009) bahwa ketika membeli produk secara umum konsumen
mengikuti proses pembelian konsumen seperti (1) pengenalan masalah, (2) pencaharian
informasi, (3) evaluasi alternatif, (4) keputusan pembelian dan (5) perilaku pasca pembelian
1) Pengenalan Masalah
Proses pembelian dimulai ketika pembeli menyadari suatu masalah atau kebutuhan yang
dipicu oleh rangsangan internal atau eksternal. Rangsangan internal misalnya kebutuhan
umum seseorang-lapar, haus, yang kemudian mencapai ambang batas tertentu dan mulai
menjadi pendorong. Rangsangan eksternal misalnya seorang bisa mengagumi mobil baru
tetangganya yang memicu pemikiran tentang suatu produk.
2) Pencarian Informasi
Konsumen yang terangsang kebutuhannya akan terdorong untuk mencari informasi yang
lebih banyak. Dalam tahap ini, pencarian informasi yang dilakukan oleh konsumen dapat
dibagi ke dalam dua level, yaitu situasi pencarian informasi yang lebih ringan dinamakan
dengan penguatan informasi. Pada level ini orang akan mencari serangkaian informasi
tentang sebuah produk. Pada level kedua, konsumen mungkin akan mungkin masuk kedalam
tahap pencarian informasi secara aktif. Mereka akan mencari informasi melalui bahan
bacaan, pengalaman orang lain, dan mengunjungi toko untuk mempelajari produk tertentu.
yang dapat menjadi perhatian pemasar dalam tahap ini adalah bagaimana caranya agar
pemasar dapat mengidentifikasi sumber-sumber utama atas informasi yang didapat konsumen
dan bagaimana pengaruh sumber tersebut terhadap keputusan pembelian konsumen
selanjutnya.
Menurut Kotler (2003) sumber utama yang menjadi tempat konsumen untuk mendapatkan
informasi dapat digolongkan kedalam empat kelompok, yaitu:
Secara umum, konsumen mendapatkan sebagian informasi tentang sebuah produk melalui
sumber komersial, yaitu sumber yang didominasi oleh pemasar. Namun, informasi yang
paling efektif berasal dari sumber pribadi. Tiap-tiap informasi komersial menjalankan
perannya sebagai pemberi informasi, dan sumber pribadi menjalankan fungsi legitimasi atau
evaluasi. Melalui sebuah aktivitas pengumpulan informasi, konsumen dapat mempelajari
merek-merek yang bersaing beserta fitur-fitur yang dimiliki oleh setiap merek sebelum
memutuskan untuk membeli merek yang mana.
3) Evaluasi alternatif
Dalam tahapan selanjutnya, setelah mengumpulkan informasi sebuah merek, konsumen akan
melakukan evaluasi alternatif terhadap beberapa merek yang menghasilkan produk yang
sama. Pada tahap ini ada tiga buah konsep dasar yang
dapat membantu pemasar dalam memahami proses evaluasi konsumen. Pertama, konsumen
akan berusaha memenuhi kebutuhannya. Kedua, konsumen akan mencari manfaat tertentu
dari solusi produk. Ketiga, konsumen akan memandang masingmasing produk sebagai
sekumpulan atribut dengan kemampuan yang berbeda-beda dalam memberikan manfaat yang
digunakan dan untuk memuaskan kebutuhan itu. Atribut yang diminati oleh pembeli dapat
berbeda-beda tergantung pada jenis produknya. Contohnya, konsumen akan mengamati
perbedaan atribut seperti ketajaman gambar, kecepatan kamera, ukuran kamera, dan harga
yang terdapat pada sebuah kamera.
4) Keputusan Pembelian
5) Perilaku Pascapembelian
Setelah membeli produk, konsumen akan mengalami level kepuasan atau ketidapuasan
tertentu. Tugas pemasar tidak berakhir begitu saja ketika produk dibeli. Para pemasar harus
memantau kepuasan pascapembelian, tindakan pascapembelian dan pemakaian produk
pascapembelian.
a) Kepuasan pascapembelian
Kepuasan pembeli merupakan fungsi dari seberapa dekat harapan pembeli atas produk
dengan kinerja yang dipikirkan pembeli atas produk tersebut. Jika kinerja produk lebih
rendah daripada harapan, pembeli akan kecewa. Sebaliknya, jika kinerja produk lebih tinggi
dibandingkan harapan konsumen maka pembeli akan merasa puas. Perasaanperasaan itulah
yang akan memutuskan apakah konsumen akan membeli kembali merek yang telah dibelinya
dan memutuskan untuk menjadi pelanggan merek tersebut atau mereferensikan merek
tersebut kepada orang lain. Pentingnya kepuasan pascapembelian menunjukkan bahwa para
penjual harus menyebutkan akan seperti apa kinerja produk yang sebenarnya. Beberapa
penjual bahkan menyatakan kinerja yang lebih rendah sehingga konsumen akan mendapatkan
kepuasan yang lebih tinggi daripada yang diharapkannya atas produk tersebut.
b) Tindakan pascapembelian
Selain perilaku pascapembelian, dan tindakan pascapembelian, pemasar juga harus memantau
cara
konsumen dalam memakai dan membuang produk tersebut. Hal ini dilakukan agar tidak
terjadi hal-hal yang dapat merugikan diri konsumen, dan lingkungan atas pemakaian yang
salah, berlebihan atau kurang bertanggung jawab. Dalam keputusan pembelian, umumnya
ada lima macam peranan yang dapat dilakukan seseorang.
Orang yang pertama kali menyadari adanya keinginan atau kebutuhan yang belum terpenuhi
dan mengusulkan ide untuk membeli suatu barang atau jasa tertentu.
Orang yang memberi pandangan, nasihat, atau pendapat sehingga dapat membantu keputusan
pembelian.
Orang yang menentukan keputusan pembelian, apakah jadi membeli, apa yang dibeli,
bagaimana cara membeli, atau dimana membelinya.
4. Pembeli (Buyer)
5. Pemakai (User)
Orang yang mengkonsumsi atau menggunakan barang atau jasa yang telah dibeli.
Keputusan untuk membeli yang diambil oleh konsumen, sebenarnya merupakan kumpulan
dari sejumlah keputusan. Menurut Simamora (2002) setiap keputusan membeli terkait 5
keputusan, yaitu:
Konsumen dapat mengambil keputusan untuk membeli bentuk produk yang ditawarkan oleh
perusahaan tertentu. Keputusan tersebut menyangkut pula ukuran, mutu, dan corak. Dalam
hal ini perusahaan harus melakukan riset pemasaran untuk mengetahui kesukaaan konsumen
tentang produk yang bersangkutan agar dapat memaksimalkan daya tarik juga.
Konsumen harus mengambil keputusan pembelian berdasarkan bentuk produk yang akan
dibeli, dalam hal ini perusahaan harus mengetahui bagaimana membuat visual produk
semenarik mungkin.
Konsumen harus mengambil keputusan tentang merek mana yang akan dibeli, dalam hal ini
perusahaan harus mengetahui bagaimana memilih sebuah merek.
4) Keputusan tentang penjualnya
Konsumen harus mengambil keputusan dimana produk yang akan dibeli termasuk di
dalamnya, yaitu tentang lokasi produk tersebut dijual.
Konsumen dapat mengambil keputusan seberapa banyak produk yang akan dibelinya pada
suatu saat. Dalam hal ini perusahaan harus mempersiapkan produk sesuai dengan keinginan
yang berbeda-beda dari pada konsumen.
Menurut Sutino (2013) dalam artikel “Proses Pengambilan keputusan oleh Konsumen”
disebutkan manfaat dari adanya keputusan pembelian adalah sebagai berikut:
1) Untuk merancang sebuah strategi pemasaran yang baik, misalnya menentukan kapan saat
yang tepat perusahaan memberikan diskon untuk menarik pembeli.
3) Pemasaran sosial, yaitu penyebaran ide di antara konsumen. Dengan memahami sikap
konsumen dalam menghadapi sesuatu, seseorang dapat menyebarkan ide dengan lebih cepat
dan efektif
Menurut Kotler dan Keller yang dialih bahasakan oleh Tjiptono (2012) menjelaskannya
bahwa keputusan konsumen untuk melakukan pembelian suatu produk meliputi enam sub
keputusan sebagai berikut:
a. Pilihan produk
Konsumen dapat mengambil keputusan untuk membeli sebuah produk atau menggunakan
uangnya untuk tujuan lain. Dalam hal ini perusahaan harus memusatkan perhatiannya kepada
orang-orang yang berminat membeli sebuah produk serta alternatif yang mereka
pertimbangkan. Misalnya: kebutuhan suatu produk, keberagaman varian produk dan kualitas
produk.
b. Pilihan merek
Pembeli harus mengambil keputusan tentang merek mana yang akan dibeli. Setiap merek
memiliki perbedaan-perbedaan tersendiri. Dalam hal ini perusahaan harus mengetahui
bagaimana konsumen memilih sebuah merek. Misalnya: kepercayaan dan popularitas merek.
c. Pilihan penyalur
Pembeli harus mengambil keputusan penyalur mana yang akan dikunjungi. Setiap pembeli
mempunyai pertimbangan yang berbeda-beda dalam hal menentukan penyalur bisa
dikarenakan faktor lokasi yang dekat, harga yang murah, persediaan barang yang lengkap dan
lain-lain. Misalnya: kemudahan mendapatkan produk dan ketersediaan produk.
d. Waktu pembelian.
Keputusan konsumen dalam pemilihan waktu pembelian bisa berbeda-beda, misalnya : ada
yang membeli sebulan sekali, tiga bulan sekali, enam bulan sekali atau satu tahun sekali.
e. Jumlah pembelian
Konsumen dapat mengambil keputusan tentang seberapa banyak produk yang akan dibelinya
pada suatu saat. Pembelian yang dilakukan mungkin lebih dari satu. Dalam hal ini perusahaan
harus mempersiapkan banyaknya produk sesuai dengan keinginan yang berbeda-beda dari
para pembeli. Misalnya: kebutuhan akan produk.
Berdasarkan dimensi dan indikator keputusan pembelian diatas, dapat disimpulkan bahwa
dalam megukukur keputusan pembelian, konsumen selalu mempertimbangkan pilihan
produk, merek, penyalur, waktu pembelian, dan jumlah pembelian yang sesuai dengan
kebutuhan konsumen terhadap suatu barang.
Beberapa penelitian terdahulu yang diajdikan sumber referensi bagi peneliti diantaranya
sebagai berikut dalam bentuk tabel:
Tabel
Penelitian Terdahulu
2 Suri Amilia Pengaruh Citra Citra merek, citra merek, harga dan kualitas
dan M. Oloan Merek, Harga, dan harga dan produk secara parsial berpengaruh
Asmara Nst Kualitas Produk kualitas signifikan terhadap keputusan
(2017) terhadap Keputusan terhadap pembelian handphone Xiaomi di
Pembelian keputusan Kota Langsa dimana masing –
Handphone Merek pembelian masing variabel bebas memiliki
Xiaomi di Kota nilai t sig < 0,05. Dari uji F dapat
Langsa. dijelaskan bahwa citra merek, harga
dan kualitas produk secara simultan
berpengaruh signifikan terhadap
keputusan pembelian handphone
Xiaomi di Kota Langsa dimana nilai
F sig sebesar 0,042 < 0,05. Dari
analisis koefisien determinasi dapat
dijelaskan bahwa citra merek, harga
dan kualitas produk mempengaruhi
keputusan pembelian handphone
Xiaomi di Kota Langsa sebesar
30,4%, sedangkan sisanya 69,6%
dipengaruhi oleh variabel lain diluar
model penelitian ini.
3 Archi C. Pengaruh Iklan, Pengaruh iklan, Iklan, Persepsi Harga dan Citra
Ruslim Persepsi Harga dan Persepsi Harga Merek memiliki pengaruh yang
(2015) Citra Merek terhadap dan Citra signifikan terhadap Keputusan
Keputusan Pembelian Merek terhadap Pembelian Konsumen, baik
Konsumen Pada Keputusan
secara simultan dan parsial.
Telepon Genggam Pembelian
Asus konsumen
Sebaiknya manajemen telepon
genggam ASUS lebih
memperhatikan Iklan yang
dibuat dan harga produk agar
konsumen tertarik dan
memutuskan untuk membeli
produk yang dijual.
4 Vivil Yazia Pengaruh Kualitas Pengaruh variabel yang paling berpengaruh
(2014) Produk, Harga dan Kualitas adalah variabel kualitas produk
Iklan terhadap Produk, Harga dengan koefisien regresi 0,362
Keputusan Pembelian dan Iklan kemudian variabel harga tidak
Handphone terhadap mempengaruhi dengan koefisien
Blackberry (Studi Keputusan regresi -0,122 sedangkan variabel
Kasus Blackberry Pembelian iklan tidak mempengaruhi dengan
Center Veteran koefisien regresi -0,032. Model
Padang). persamaan regresi mempunyai nilai
Fhitung 16,162.
5 Muhammad Pengaruh Iklan, Pengaruh Iklan, iklan berpengaruh signifikan
Syamsuddin Harga, Kualitas Harga, Kualitas terhadap keputusan pembelian,
(2017) Produk dan Kualitas Produk dan hal ini dibuktikan dengan uji t
Layanan terhadap Kualitas yang menunjukkan nilai
Pembelian Modem Layanan
signifikansi 0,010 < 0,05. Harga
Smartfren. terhadap
Pembelian
berpengaruh signifikan terhadap
keputusan pembeliam, hal ini
dibuktikan dengan uji t yang
menunjukkan nilai signifikansi
0,000 < 0,05. Kualitas produk
berpengaruh signifikan terhadap
keputusan pembelian, hal ini
dibuktikan dengan uji t yang
menunjukkan nilai signifikansi
0,017 < 0,05. Kualitas layanan
berpengaruh signifikan terhadap
keputusan pembelian, hal ini
dibuktikan dengan uji t yang
menunjukkan nilai signifikansi
0,001 < 0,05.
Harga(X1)
H1
Kualitas Produk(X3)
H3
2.4 Hipotesis
H1: Harga berpengaruh terhadap keputusan pembelian
METODE PENELITIAN
3.2.1 Populasi
Menurut Sugiyono (2013: 117) Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas
obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Pada penelitian
ini, peneliti menggunakan populasi yaitu mahasiswa STIE Malangkucecwara sebagai
pengguna handphone xiomai . Pada penelitian ini terdapat 920 mahasiswa STIE
Malangkucwara angkatan 2020,2021,2022,2023 yang aktif mengikuti perkuliahan
3.2.2 Sampel
Sebagian besar subjek disebut dengan sampel. Sampel adalah sebagai wakil populasi
yang diteliti. Menurut Sugiyono (2013:116) sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakterstik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Teknik dalam pengambilan sampel
pada penelitian ini menggunakan accidental sampling dimana teknik pengambilan
sampel berdasarkan peluang, yaitu peneliti bertemu dengan orang secara acak dan
dapat dijadikan sampel jika dianggap cocok sebagai sumber data.
Pada penelitian ini menggunakan rumus slovin. Rumus Slovin adalah sebuah rumus
untuk menghitung jumlah sampel minimal apabila perilaku dari sebuah populasi tidak
diketahui secara pasti. Dalam pengambilan sampel, angka harus representative agar
hasil penelitian dapat digeneralisasikan dan perhitungan tidak memerlukan table
untuk jumlah sampel, tetapi dimungkinkan dengan rumus dan perhitungan sederhana.
Menurut Sugiyono (2011) dalam menggunakan rumus Slovin, batas toleransi
kesalahan telah ditentukan sebelumnya dan dinyatakan dalam bentuk presentase.
Ketika presentase semakin kecil toleransinya, maka semakin akurat data ukuran
sampelnya
Rumus Slovin untuk penentuan sampel adalah sebagai berikut :
Keterangan :
n = Ukuran sampel atau jumlah sampel
N = Ukuran populasi atau jumlah populasi
e = Presentase kelonggaran ketelitian kesalahan pengambilan sampel yang masih
ditolerir
Jumlah populasi pada penelitian ini adalah 920 mahasiswa maka pesentase
kelonggarannya atau margin of error adalah 5% atau 0,05 dan hasil perhitungannya
dibulatkan untuk mencapai kesesuaian. Maka untuk mengetahui jumlah sampel pada
penelitian ini, digunakan rumus perhitungan :
3.3.1 Variabel
Variabel penelitian merupakan penilaian yang mempunyai variasi tertentu
dan ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan diambil kesimpulannya.
Variabel penelitian adalah segala sesuatu dalam bentuk apapun yang
dimaksudkan oleh peneliti untuk dipelajari guna memperoleh informasi
tentangnya dan kemudian menarik kesimpulan (Sugiyono: 2015). Variabel
pada penelitian ini terdiri atas variable independent (variable bebas),
variable dependent (variable terikat).
3.3.2 Pengukuran
Pengkuran variable merupakan suatu proses pemberian nilai pada suatu
objek yang diteliti. Dengan skala likert ini, responden diminta untuk
melengkapi kuesioner yang mengharuskan mereka untuk menunjukkan
tingkat persetujuannya terhadap beberapa pertanyaan. Pertanyaan atau
pernyataan yang digunakan dalam penelitian ini biasanya disebut dengan
variable penelitian dan ditetapkan secara spesifik oleh peneliti.
Tingkat persetujuan yang dimaksud dalam skala likert ini terdiri 5 pilihan
skala dan digunakan untuk menjawab seiap pertanyaan. Skor bergeser
antara nilai 1 sampai 5 :
- SS (Sangat Setuju) berskor 5
- S (Setuju) berskor 4
- N (Netral) berskor 3
- TS (Tidak Setuju) berskor 2
- STS (Sangat Tidak Setuju) berskor 1
3.3.3 Operasional
Operasional variable digunakan untuk menjabarkan variable yang ada pada
penelitian untuk menjadi konsep, dimensi, indicator, dan tolak ukur yang
diarahkan untuk memperoleh nilai variable lain. Operasional ditujukan
untuk mengetahui suatu pengertian terhadap variable-variabel yang akan
diteliti sehingga dapat mengarahkan dan memudahkan masalah yang
diteliti.
Dalam penelitian ini define operasional yang akan di ukur yaitu minat
menabung di bank syariah (X1), minat menabung di bank konvensional
(X2), minat menabung (Z) sebagai variable moderasi dan perbandingan
keputusan menabung (Y) sebagai variable dependent (terikat)
Dengan kriteria :
- Jika r hitung > r table (uji 2 sisi dengan sig. 0,05), maka instrument
atau item item pertanyaan berkorelasi signifikan terhadap skor total
(maka dinayatakn valid)
- Jika r hitung < r table (uji 2 sisi dengan sig. 0,005), maka instrument
atau item-item pertanyaan tidak berkorelasi signifikan terhadap skor
total (maka dinyatakan tidak valid), (Priyatno, 2010).
Keterangan :
= Koefisien reabilitas
K = Jumlah item pertanyaan yang diuji
= Jumlah varian skor tiap item
St = Varian total
Dengan kriteria :
- Jika nilai koefisien reliabilitas yakni cronbach alpha > 0,60 maka
instrument variable adalah reliable (terpercaya)
- Jika nilai cronbach alpha < 0,60 maka variable tidak reliable (tidak
dipercaya)
- Uji Normalitas
Menurut Ghozali (2016:154) Uji normalitas bertujuan untuk menguji
apakah dalam model regresi, variable dan residu berdistribusi normal.
Uji normalitas merupakan uji untuk melihat apakah nilai residual
terdistribusi secara normal. Model regresi yang baik ialah apakah
memiliki niali sisa yang terdistribusi secara normal. Jadi uji normalitas
tidak diterapkan pada variable individu, tetapi pada niali yang tersisa.
- Uji Multikolinieritas
UJi multikolinieritas dilakukan untuk mengetahuo apakah variable
bebas saling berkorelasi. Model regresi yang baik seharusnya tidalk
ada korelasi antar variable independen. Jika variable independen
berkorelasi, maka variable ini tidak original. Variable original
merupakan variable bebas dimana nilai korelasi antar variable bebas
adalah nol (0)
Pengujian multikolinieritas dengan SPSS dilakukan dengan uji regresi
dengan nilai dasar VIF (Variance Inflasi Factor) dan koefisien korelasi
antar variable bebas. Kriteria yang digunakan adalah ;
a. Jika nilai VIF disekitar angka 1 atau memiliki toleransi
mendekati 1, maka dikatakan tidak terdapat masalah
multikolinieritas.
b. Jika koefisien antar variable bebas kurang dari 0,10 maka
menunjukkan adanya multikolinieritas.
- Uji Heteroskedastisitas
Tujuan dari pengujian ini adalah untuk menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan
lainnya. Cara untuk mengetahui ada tidaknya heteroskedastisitas adalah dengan
melihat grafik plot. Apabila terdapat pola tertentu, seperti titik-titik yang ada
membentuk pola tertentu (bergelombang, melebar kemudian menyempit) maka
mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah
yanghomoskesdastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisita
(Ghozali,2011).Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukandengan
melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan
ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang tidak diprediksi, dan sumbu X adalah
residual (Y prediksi – Y sesungguhnya) yang telah di-studentized. Dengan
menggunakan dasar analisis sebagai berikut :
a. jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk
pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka
mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas,
b. jika tidak ada yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di
bawah angka 0 (nol) pada sumbu Y, maka tidak terjadi
heteroskedastisitas (Ghozali, 2011).
3.5.1.5 Uji Hipotesis
a) Cara 1
(1) Jika Sig > 0,05 maka Ho diterima.
(2) Jika Sig < 0,05 maka Ho ditolak.
b) Cara 2
(1) F hitung < F tabel maka Ho diterima.
(2) F hitung > F tabel maka Ho ditolak.
DAFTAR PUSTAKA
Bria, R. B. T. (2023). PENGARUH DIGITAL MARKETING, KUALITAS LAYANAN, DAN CITRA
MEREK TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PRODUK EIGER (Doctoral dissertation, STIE
Malangkucecwara).
Setiaji, G. (2017). Pengaruh Garansi Produk Dan Citra Merek Terhadap Keputusan Pembelian
Smartphone Di Kota Solo (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).
Dewi, S. (2023). Pengaruh Brand Image, Harga Dan Kualitas Produk Terhadap Keputusan Pembelian
Minyak Goreng Bimoli (Studi Kasus Pengguna Minyak Goreng Bimoli Di Kabupaten
Purbalingga) (Doctoral dissertation, UIN Prof. KH Saifuddin Zuhri).
Firmansyah, M. I. M. (2022). Pengaruh Brand Experience Terhadap Brand Loyalty Melalui
Satisfaction dan Brand Trust pada Smartphone Samsung/Mohammad Izky Maulana
Firmansyah/20209102/Pembimbing: Brastoro.
Rizza, K. (2023). PENGARUH BAURAN PEMASARAN TERHADAP LOYALITAS KONSUMEN PADA
UD ABBASY MEBEL DESA WINDUAJI KECAMATAN PAGUYANGAN (Doctoral dissertation, UIN
Prof. KH Saifuddin Zuhri).
Setiaji, G. (2017). Pengaruh Garansi Produk Dan Citra Merek Terhadap Keputusan
Pembelian Smartphone Di Kota Solo (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah
Surakarta).