Anda di halaman 1dari 55

ANALISIS BRAND EQUITY MOBIL TOYOTA

PADA PT HASJRAT ABADI CABANG PALU

LAPORAN AKHIR

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Guna


Memperoleh Gelar Ahli Madya Pemasaran Pada Program Study (D3)
Manajemen Pemasaran Fakultas Ekonomi Universitas Tadulako

Oleh:

DESRINA PUJI LESTARI


C 200 18 023

PROGRAM STUDI D3 MANAJEMEN PEMASARAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS TADULAKO

2023
TOYOTA CAR BRAND EQUITY ANALYSIS

AT PT HASJRAT ABADI BRANCH PALU

FINAL REPORT

Submitted as one of the terms of use


Obtaining an Associate Degree in Marketing in the Study Program (D3)
Marketing Management Faculty of Economics Tadulako Universitas University

By:

DESRINA PUJI LESTARI


C 200 18 023

D3 MARKETING MANAGEMENT

STUDY PROGRAM ECONOMICS FACULTY AND BUSINESS

TADULAKO UNIVERSITY

2023

ii
HALAMAN PERSETUJUAN
HASIL PENELITIAN

ANALISIS BRAND EQUITY MOBIL TOYOTA

PADA PT HASJRAT ABADI CABANG PALU

Diajukan oleh:

DESRINA PUJI LESTARI


C 200 18 023

Disetujui Oleh Pembimbing:

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dr. Ira Nuriya Santi, SE., MM Farid, SE., MM


NIP. 198010172003122003 NIP. 198006082006041002

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN COVER ......................................................................................ii


HALAMAN PERSETUJUAN .....................................................................iii
DAFTAR ISI ...................................................................................................iv
DAFTAR TABEL ...........................................................................................v
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................vi
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................7
1.3 Tujuan Penelitian ..............................................................................7
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................8
1.5 Sistematika Penulisan .......................................................................8
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Penelitian Terdahulu ........................................................................10
2.2 Tinjauan Pustaka ..............................................................................14
2.2.1 Pemasaran.......................................................................................14
2.2.2 Brand Equity (Ekuitas Merek).......................................................21
2.3 Kerangka Pemikiran .........................................................................30
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penlitian ...................................................................................33
3.2 Lokasi Dan Waktu Penelitian............................................................33
3.3 Populasi dan Sampel.........................................................................33
3.4 Jenis dan Sumber Data Penelitian.....................................................35
3.5 Definisi Operasional Variabel...........................................................36
3.6 Teknik Pengumpulan Data................................................................39
3.7Uji Instrumen Penelitian....................................................................40
3.8 Teknik Analisa Data .........................................................................41
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................42

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Data Penjualan Mobil Toyota PT Hasjrat Abadi Cabang Kota
Palu Lima Tahun Terakhir............................................................. 6

Tabel 2.1 Persamaan dan Perbedaan Penelitian Terdahulu dengan


Penelitian Sekarang ....................................................................... 12

Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel....................................................... 38

Tabel 3.2 Kriteria Analisis Deskriptif............................................................ 41

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Data Penjualan Mobil di Indonesia............................................. 3

Gambar 2.1 Konsep Brand Equit.................................................................... 29

Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran.................................................................... 32

vi
DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Permohonan Menjadi Responden

2. Kuesioner Penelitian

vii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada era globalisasi suatu perusahaan beroperasi selain untuk mendapatkan

keuntungan juga untuk mempertahankan eksistensinya menghadapi ketatnya

persaingan. Dalam rangka memenangkan persaingan tersebut, perusahaan dituntut

untuk melakukan kegiatan pemasaran bagi produk-produk yang dihasilkan.

Pemasaran mencakup usaha perusahaan yang dimulai dengan mengidentifikasikan

kebutuhan konsumen yang perlu dipuaskan, menentukan produk yang hendak

diproduksi, menentukan harga produk yang sesuai, menentukan cara-cara promosi

dan penyaluran atau penjualan produk tersebut, hingga pada akhirnya produk yang

dihasilkan tersebut sampai kepada konsumen (Khotimah dkk, 2020).

Salah satu produk yang digunakan manusia dalam menjalankan aktivitasnya

pada bidang transportasi adalah mobil. Perkembangan mobil telah berkembang

pesat di zaman yang telah modern ini, dari mobil yang berbahan bakar bensin,

tenaga listrik, tenaga panas dan cahaya matahari atau tenaga surya. Begitu pula

bentuk dari mobil itu sendiri, dengan berbagai model serta variasi exterior yang

mewah dan interior yang elegan (Sigiro dan Cristine. 2016).

Keanekaragaman bentuk mobil yang tersedia pada saat ini membuat

konsumen memiliki pilihan yang semakin banyak sehingga menjadikan

perusahaan-perusahaan otomotif saling berlomba untuk menghasilkan mobil yang

1
2

mampu memenuhi kebutuhan, keinginan dan selera konsumen serta menawarkan

harga yang bisa dijangkau oleh konsumen pada umumnya.

Toyota merupakan salah satu produsen mobil terbesar di dunia saat ini.

Perusahaan yang bermarkas di Tokyo (Jepang) ini didirikan pada 28 Agustus

1937. Hingga tahun 1970-an, Toyota disebut telah berhasil menjual lebih dari satu

juta kendaraan secara global. Bahkan selama beberapa dekade, perusahaan ini

menjadi produsen mobil terbesar di Jepang dan terus berkembang di pasar

Amerika Serikat. Toyota pun terkenal sebagai merek kendaraan berbiaya rendah,

hemat bahan bakar, serta handal. Seperti yang ditunjukkan pada Corolla, sedan

paling laris di dunia. Kini Toyota juga muncul sebagai produsen mobil yang

memiliki fasilitas produksi dibanyak negara, mulai dari Argentina, Brasil,

Kanada, Cina, Kolombia, Republik Ceko, Mesir, Perancis, Malaysia, Meksiko,

Filipina, Polandia, Portugal, Rusia, Afrika Selatan, Sri Lanka, Thailand, Turki,

Uni Emirat Arab, Inggris, Amerika Serikat, Venezuela, Vietnam, termasuk juga di

Indonesia (Febri, 2015).

Pasar dunia otomotif di Indonesia memiliki potensial yang besar

dikarenakan penduduknya yang memiliki sifat konsumtif membuat persaingan

perusahaan otomotif mobil di Indonesia cukup besar. Seiring dalam

perkembangan pasar otomotif di Indonesia, mayoritas dikuasai oleh mobil

berpenumpang yang sering disebut MPV, MPV menguasai 75% penjualan mobil

di Indonesia, sisanya adalah mobil sedan dan city car. Toyota merupakan market

leader dengan menguasai 31,8% pasar mobil di Indonesia pada tahun 2022, dan

diikuti Daihatsu 19,4% dan Honda 11,8% pasar mobil (www.gaikindo.or.id),


3

untuk lebih jelasnya berikut merupakan data penjualan mobil berdasarkan merek

pada tahun 2022:

Gambar 1.1 Data Penjualan Mobil di Indonesia

Dari gambar 1.1 menunjukkan bahwa mobil merek Toyota berada pada

peringkat satu. Hal ini tentu memberikan bukti bahwa Toyota mampu bersaing

dengan perusahaan otomotif mobil lain yang sudah berada di Indonesia. Toyota

mampu memikat hati konsumen Indonesia karena mobil merek Toyota memiliki

banyak pilihan sehingga konsumen tidak akan salah memilih suatu produk karena

kepercayaan merek pada mobil merek Toyota sudah tertanam kuat.

Kondisi konsumen saat ini sudah mulai sensitif dan mampu bertindak logis

sehingga lebih selektif terhadap pembelian barang. Maka dari itu, perusahaan

harus lebih kreatif dan inovatif dengan menawarkan sesuatu yang bernilai lebih,

dibandingkan yang dilakukan pesaing. Oleh karenanya perusahaan mulai

melancarkan berbagai cara untuk mendapatkan perhatian dari konsumen, salah


4

satunya melakukan inovasi terhadap produknya, baik dari aneka ragam merek

(brand) maupun jenisnya.

Brand merupakan nilai utama pemasaran. Jika situasi persaingan

meningkat, peran pemasaran akan makin meningkat pula dan pada saat yang sama

peran brand akan semakin penting. Pesaing bisa saja menawarkan produk yang

mirip, tapi mereka tidak mungkin menawarkan janji emosional yang sama.

Masyarakat Indonesia melakukan setiap pembelian suatu produk didasari oleh

suatu merek. Dimana banyak konsumen di Indonesia lebih memilih membeli

produk-produk yang lebih terkenal secara merek atau bisa dibilang merupakan

pemain lama dalam dunia otomotif tanpa melihat dari segi kualitas yang diberikan

dan dari segi biaya (Ningrum, 2019).

Brand bukanlah sekedar nama, istilah (term), tanda (sign) simbol desain,

ataupun kombinasinya. Lebih dari itu brand adalah janji perusahaan untuk secara

konsisten memberikan features, benefits dan service kepada pelanggan. Janji

inilah yang membuat masyarakat mengenal merek tersebut lebih dari merek yang

lain (Aaker, 2018:158). Mobil dengan merek yang kuat akan mempengaruhi

brand equity (ekuitas merek). Brand equity merupakan satu set aset dan kewajiban

merek yang terkait dengan nama dan simbol merek yang menambah atau

mengurangi nilai yang diberikan oleh produk atau jasa kepada perusahaan dan

pelanggan dari perusahaan (Aaker, 2018:161).

Peranan brand equity pada perusahaan sangat berguna sekali karena

dengan memiliki brand equty yang tinggi, akan memiliki market share yang

tinggi pula. Selain itu efektif pula dalam mendapatkan konsumen baru dan
5

mempertahankan loyalitas konsumen lama. Dengan demikian, perusahaan mobil

Toyota perlu untuk mengetahui kondisi brand equity produknya melalui riset

terhadap dimensi brand equity, sehingga memudahkan perusahaan mobil Toyota

untuk menentukan langkah strategis dalam meningkatkan eksistensi merek yang

akhirnya dapat meningkatkan profitabilitas perusahaan (Rodhiyah, 2019).

Menurut Aaker (2018:169) bahwa brand equity memiliki lima dimensi

yaitu kesadaran merek (brand awareness), asosiasi merek (brand association),

persepsi kualitas (perceived quality), loyalitas merek (brand loyalty) dan other

proprietary brand assets (aset kepemilikan merek lainnya). Brand awareness,

brand association, perceived quality dan brand loyalty merupakan hal terpenting

yang harus diperhatikan dan dipertahankan oleh perusahaan, karena

elemen/dimensi tersebut merupakan evaluasi konsumen terhadap merek.

Brand awareness merupakan komponen penting dari brand equity.

Langkah pertama untuk membangun brand equity adalah menciptakan brand

awareness. Brand awareness merupakan suatu kebutuhan, tetapi tidak selalu

cukup langkah dalam membangun brand equity. Brand association berkaitan

dengan informasi tentang apa yang ada di benak konsumen tentang sebuah merek,

baik itu positif maupun negatif yang berhubungan dengan benak konsumen.

Brand equity didorong oleh adanya perceived quality. Semakin kuatnya brand

equity suatu produk, semakin kuat daya tariknya di mata konsumen untuk

termotivasi memilih produk yang diinginkan. Apabila konsumen beranggapan

bahwa merek tertentu secara fisik berbeda dari merek pesaing, perceived quality

tersebut akan melekat secara terus-menerus sehingga dapat membentuk kesetiaan


6

terhadap merek (brand loyalty) tertentu yang pada akhirnya menciptakan loyalitas

pelanggan (Febriyani, 2019).

PT Hasjrat Abadi merupakan perusahaan swasta yang bergerak dalam

bidang perdagangan umum. Perusahaan ini juga adalah dealer utama mobil

Toyota dibeberapa provinsi di Indonesia. Salah satu cabang dari PT Hasjrat Abadi

berlokasi di Jl Diponegoro, No. 158 Kota Palu. Saat melaksanakan fungsi

pemasarannya, PT Hasjrat Abadi selalu diperhadapkan pada berbagai masalah

yang berkaitan erat dengan keadaan di dalam perusahaan misalnya kualitas

produk, pelayanan penjualan dan penetapan harga jual, sedangkan di luar

perusahaan seperti daya beli masyarakat dan selera konsumen yang selalu

berubah-ubah. Dalam lima tahun terakhir, penjualan PT Hasjrat Abadi cabang

Kota Palu tidak stabil, hal ini dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1.1
Data Penjualan Mobil Toyota PT Hasjrat Abadi Cabang
Kota Palu Lima Tahun Terakhir

Jumlah Penjualan
No Tahun
Mobil Toyota
1 2018 572
2 2019 712
3 2020 332
4 2021 307
5 2022 624
(Sumber: Data Sekunder, 2023)

Tabel 1.1 menunjukkan bahwa jumlah penjualan mobil Toyota sejak lima

tahun terakhir tidak stabil. Tahun 2020 dan 2021 mengalami penurunan drastis,

hal ini bisa saja disebabkan karena masa pandemi Covid-19 dan diberlakukannya

lockdown.
7

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara awal yang penulis lakukan

pada 3 orang pengguna mobil Toyota yang ditemui di kantor cabang PT Hasjrat

Abadi Kota Palu menunjukkan bahwa menurut ketiga pengguna bahwa mobil

Toyota memiliki desain yang fleksibel dengan berbagai jenis dan ukuran, serta

memiliki harga yang masih terjangkau. Selain itu menurut mereka mobil Toyota

memiliki kualitas yang baik, irit dan tahan lama. Menurut mereka, jika suatu saat

nanti mereka memiliki penghasilan yang berlebih, mereka akan membeli mobil

Toyot lagi dengan jenis dan kualitas yang lebih unggul lagi.

Dari uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul “Analisis Brand Equity Mobil Toyota pada PT Hasjrat Abadi

Cabang Palu”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan fenomena yang diuraikan pada latar belakang di atas maka

rumusan yang dikemukakan pada laporan akhir ini adalah: Bagaimanakah brand

equity mobil Toyota pada PT Hasjrat Abadi Cabang Palu?

1.3 Tujuan penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: untuk

mengetahui brand equity mobil Toyota pada PT Hasjrat Abadi Cabang Palu, yang

dilihat dari brand awareness, brand association, perceived quality, brand loyalty

dan other proprietary brand assets.


8

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Pembaca

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan atau bermanfaat

bagi para pembaca yang ingin mengetahui lebih dalam tentang brand equity mobil

Toyota pada PT Hasjrat Abadi Cabang Palu.

1.4.2 Bagi Penulis

Melatih dalam meningkatkan analisis dan meningkatkan ilmu

pengetahuan, serta sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas akhir.

1.4.3 Bagi Perusahaat (PT Hasjrat Abadi)

Penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran tentang brand equity

mobil Toyota sehingga pihak PT Hasjrat Abadi dapat menentukan strategi

pemasaran dalam meningkatkan penjualan.

1.5 Sistematika Penulisan

Untuk memberikan gambaran yang cukup jelas mengenai pembahasan isi

dari laporan akhir ini, maka penulis akan menguraikan secara sistematis. Berikut

ini penjelasan bab demi bab:

Bab I : PENDAHULUAN. Bab pendahuluan yang mengemukkan latar

belakang, perumusaan masalah, tujuan, manfaat penelitian dan

sistematika penulis.

Bab II : TINJAUAN PUSTAKA. Berisi penelitian terdahulu, teori yang

berhubungan dengan penelitian ini dan kerangka pemikiran.


9

Bab III : METODOLOGI PENELITIAN. Menguraikan tentang jenis

penelitian, lokasi dan waktu penelitian, populasi dan sampel, jenis dan

sumber data penelitian, definisi operasional variabel, teknik

pengumpulan data, uji instrumen penelitian dan teknik analisa data.

BAB IV : GAMBARAN UMUM OBJEK PERUSAHAAN. Gambaran tentang

profil Toyota, sejarah singkat dan struktur organisasi Toyota.

BAB V : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Bab ini menguraikan

tentang hasil penelitian dan pembahasaan yang beriisi tentang hasil

dari penelitian yang telah diperoleh berdasarkan teori dan analisis

yang penulis gunakan.

BAB VI : PENUTUP. Bab penutup yang berisi tentang kesimpulan dan saran

pada penelitian yang diambil.


BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian ini menggunakan penelitian terdahulu sebagai tolak ukur dan

acuan untuk menyelesaikannya, penelitian terdahulu memudahkan peneliti dalam

menentukan langkah-langkah yang sistematis untuk penyusunan penelitian dari

segi teori maupun konsep. Berikut merupakan uraian penelitian terdahulu berupa

beberapa jurnal terkait dengan penelitian yang dilakukan peneliti:

1. Yuliantari dkk (2022) dengan judul “Brand Equity pada Mobil Toyota di

Indonesia”. Metode penelitian yang digunakan pada analisis brand awareness

adalah metode penelitian deskriptif kualitatif, analisis brand association

metode penelitian deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Untuk kesan kualitas

dilakukan dengan analisis deskriptif dan untuk brand loyalty menggunakan

deskriptif kualitatif. Sumber data primer berupa kuesioner sejumlah 100 orang

pemakai mobil Toyota melalui google form. Hasil dari penelitian adalah dilihat

dari brand awareness maka mobil Toyota merupakan brand mobil yang

berhasil meraih puncak top of mind, berdasarkan brand association mobil

Toyota adalah produk mobil dengan inovasi desain dan teknologi yang tinggi;

merupakan merek mobil terkenal; mobil yang diproduksi oleh perusahaan yang

memiliki kredebilitasnya tinggi; memiliki popularitas yang lebih baik

dibandingkan merek lain; memiliki performa yang sangat tinggi; memiliki

kualitas kecepatan yang sangat tinggi; memiliki karakteristik yang lebih baik

dibandingkan dengan mobil merek lain. Hasil analisis perceived quality mobil

10
11

Toyota dengan metode performence-importance secara individu untuk

perceived quality sudah dinilai baik karena tingkat importance lebih tinggi

nilainya daripada tingkat performancenya, menunjukkan perceived quality

harapan responden terhadap minuman mobil Toyota telah melebihi tingkat

kepentingan atribut itu sendiri, brand loyalty mobil Toyota cukup baik,

meskipun pada tingkat liking the brand terlihat mengecil, hal ini merupakan

masalah yang harus dipecahkan melalui peningkatan loyalitas merek.

2. Khotimah dkk (2020) dengan judul “Analisa Persepsi Brand Equity Mobil

Merek Toyota dan Merek Daihatsu (Studi Kasus pada Konsumen di

Kecamatan Arut Selatan). Pendekatan penelitian yang digunakan dalam

penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Dari data yang didapat dan dianalisis

oleh penulis dengan menggunakan rumus Arithmatic Mean yaitu ada selisih

persentase pecinta kedua merek antara Toyota dan Daihatsu tidak terlalu jauh.

Namun tidak bisa dipungkiri eksistensi Toyota belum bisa disaingi oleh

Daihatsu, terlihat dari presentase keduanya yaitu, brand awareness (kesadaran

merek) Toyota 71% dan Daihatsu 67%, brand association (asosiasi merek)

Toyota 69% Daihatsu 67%, perceived quality (persepsi kualitas) Toyota 65%,

Daihatsu 64%, dan brand loyalty (loyalitas merek) Toyota 87%, Daihatsu 67%.

3. Hamdani & Sudarijati (2015) dengan judul Analisis Brand Equity Sebagai Alat

Bantu Perencanaan Strategi Pemasaran Pada Kendaraan Roda Empat Merek

Toyota Avanza. Dalam penelitian ini alat analisa yang digunakan yaitu: uji

validitas spearman-brown, uji reliabilitas, uji cochran’s dan skala likert.

Berdasarkan hasil kuesioner penelitian terhadap 100 orang responden. Hasil


12

penelitian ini menunjukan bahwa brand awareness kendaraan roda empat jenis

low Mpv kendaraan roda empat merek Avanza sebagai top of mind. Analisa

brand association merek Toyota Avanza saat ini memiliki sembilan atribut

pembentuk brand image. Hasil analisa preceived quality merek Toyota Avanza

secara keseluruhan menunjukan bahwa quality performance (persepsi

konsumen terhadap kualitas produk) yang lebih rendah dari pada quality

importance (harapan responden terhadap produk). Brand loyalty untuk

kendaraan roda empat merek Avanza dapat dikatakan loyal sampai pada level

like the brand.

Tabel 2.1
Persamaan dan Perbedaan Penelitian Terdahulu dengan Penelitian Sekarang

Nama Peneliti/
No Tahun Penelitian/ Persamaan Perbedaan Hasil Penelitian
Judul Penelitian
1 Yuliantari dkk/2022/ Metode: Analisis Brand Hasil dari penelitian
Brand Equity pada Kualitatif association adalah dilihat dari brand
Mobil Toyota di awareness maka mobil
Subjek penelitian:
Indonesia Toyota merupakan brand
100 orang pemakai
mobil Toyota mobil yang berhasil
melalui google meraih puncak top of
form mind, berdasarkan brand
association mobil Toyota
adalah produk mobil
dengan inovasi desain dan
teknologi yang tinggi;
merupakan merek mobil
terkenal; mobil yang
diproduksi oleh
perusahaan yang memiliki
kredebilitasnya tinggi;
memiliki popularitas yang
lebih baik dibandingkan
merek lain; memiliki
performa yang sangat
tinggi; memiliki kualitas
13

Nama Peneliti/
No Tahun Penelitian/ Persamaan Perbedaan Hasil Penelitian
Judul Penelitian
kecepatan yang sangat
tinggi; memiliki
karakteristik yang lebih
baik dibandingkan dengan
mobil merek lain. Hasil
analisis perceived quality
mobil Toyota dengan
metode performence-
importance secara
individu untuk perceived
quality sudah dinilai baik
karena tingkat importance
lebih tinggi nilainya
daripada tingkat
performancenya,
menunjukkan perceived
quality harapan responden
terhadap minuman mobil
Toyota telah melebihi
tingkat kepentingan
atribut itu sendiri, brand
loyalty mobil Toyota
cukup baik, meskipun
pada tingkat liking the
brand terlihat mengecil,
hal ini merupakan
masalah yang harus
dipecahkan melalui
peningkatan loyalitas
merek
2 Khotimah dkk/2020/ Metode: Analisis data Ada selisih persentase
Analisa Persepsi Brand Kualitatif pecinta kedua merek
Equity Mobil Merek Jumlah subjek antara Toyota dan
penelitian
Toyota dan Merek Daihatsu tidak terlalu
Daihatsu (Studi Kasus jauh. Namun tidak bisa
pada Konsumen di dipungkiri eksistensi
Kecamatan Arut Toyota belum bisa
Selatan). disaingi oleh Daihatsu,
terlihat dari presentase
keduanya yaitu, brand
awareness (kesadaran
14

Nama Peneliti/
No Tahun Penelitian/ Persamaan Perbedaan Hasil Penelitian
Judul Penelitian
merek) Toyota 71% dan
Daihatsu 67%, brand
association (asosiasi
merek) Toyota 69%
Daihatsu 67%, perceived
quality (persepsi kualitas)
Toyota 65%, Daihatsu
64%, dan brand loyalty
(loyalitas merek) Toyota
87%, Daihatsu 67%.
3 Hamdani & Sudarijati/ Variabel: Metode: Hasil analisa preceived
2015/Analisis Brand Brand equity Penelitian survey quality merek Toyota
Equity Sebagai Alat Avanza secara
Analisis data:
Bantu Perencanaan keseluruhan menunjukan
Important
Strategi Pemasaran Performance bahwa quality
Pada Kendaraan Roda Analysis performance (persepsi
Empat Merek Toyota konsumen terhadap
Avanza. kualitas produk) yang
lebih rendah dari pada
quality importance
(harapan responden
terhadap produk). Brand
loyalty untuk kendaraan
roda empat merek Avanza
dapat dikatakan loyal
sampai pada level like the
brand.

2.2 Tinjauan Pustaka

2.2.1 Pemasaran

2.2.1.1 Pengertian Pemasaran

Pasar (market) adalah kata dasar dari pemasaran yang berarti sebuah

mekanisme pertemuan antara penawaran dan permintaan. Pasar adalah tempat

dimana terdapat kekuatan-kekuatan untuk menentukan harga antara penawaran

dan permintaan yang saling bertemu. Pemasaran secara istilah menurut Swastha
15

(2017) adalah suatu sistem kelas dari keseluruhan kegiatan bisnis yang bertujuan

guna perencanaan, penentuan harga, pempromosian dan pendistribusian jasa dan

barang dalam proses memuaskan pembeli.

Kotler (2016) menjelaskan bahwa pemasaran ialah proses manajerial dan

sosial di dalamnya kelompok dan individu guna mendapatkan keinginan dan

kebutuhan mereka dengan ciptakan, tawarkan, tukarkan produk bernilai dengan

pihak yang lain.

Pemasaran merupakan proses perencanaan konsepsi, harga, promosi dan

distrubusi ide, menciptakan peluang yang memuaskan individu dan sesuai dengan

tujuan organisasi (Buchari, 2015:3). Daya saing sebuah lembaga atau organisasi

sangat perlu ditingkatkan, tidak hanya aspek produksi, tetapi juga aspek strategi

pemasarannya. Meskipun setiap fungsi manajemen memiliki kontribusi masing‐

masing saat penyusunan strategi bagi tingkatan yang berbeda, namun rentang

kendali lembaga tersebut terhadap lingkungan eksternalnya cenderung terbatas.

Dalam kondisi ini, lembaga atau organisasi tersebut perlu menempatkan strategi

pemasaran agar berperan penting bagi kelanjutannya.

Stanton (2016) mengemukakan bahwa pemasaran meliputi keseluruhan

sistem yang berhubungan dengan kegiatan-kegiatan usaha, tujuannya untuk

perencanaan, penentuan harga, hingga pempromosian dan penditribusian jasa atau

barang untuk memuaskan pembeli, potensial maupun aktual.

Mengacu pada definisi-definisi tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa

pemasaran memiliki arti yang lebih luas dari pada penjualan. Bagi perusahaan,

pemasaran merupakan usaha untuk pengidentifikasian kebutuhan konsumen,


16

penentuan produk, penentuan harga produk, penentuan cara promosi dan

penjualan atau penyaluran produk. Kegiatan pemasaran adalah suatu sistem dari

berbagai kegiatan yang saling berhubungan.

Pada kenyataanya masyarakat pemasaran akan terlibat sepuluh macam

entitas yaitu (Wahjono, 2016:72):

a. Barang-barang (goods)

b. Jasa-jasa (services)

c. Pengalaman-pengalaman (experiences)

d. Kegiatan-kegiatan (event)

e. Orang-perorang (persons)

f. Tempat-tempat (places)

g. Harta-kekayaan (properties)

h. Banyak organisasi (organizations)

i. Informasi (informations), dan

j. Banyak ide (ideas)

Seperti halnya masyarakat dan ekonominya, pemasaran juga berkembang,

kebutuhan akan pemasaran timbul dan tumbuh pada waktu ekonomi suatu

masyarakat berkembang dari ekonomi agraris dan swasembada perorangan ke

arah ekonomi yang bertumpu pada sistem pembagian kerja, industrialisasi dan

urbanisasi.

2.2.1.2 Konsep Pemasaran

Konsep pemasaran menegaskan bahwa kunci untuk mencapai tujuan

organisasi yang ditetapkan adalah perusahaan tersebut harus menjadi lebih efektif
17

dibanduingkan para pesaing dalam menciptakan, menyerahkan, dan

mengkomunikasikan nilai pelanggan kepada pasar sasaran yang terpilih. Konsep

inti dari kegiatan pemasaran adalah (Arif, 2014:80):

a. Kebutuhan, Keinginan dan Permintaan

Konsep paling dasar yang melandasi pemasaran adalah kebutuhan

manusia. Manusia mempunyai banyak kebutuhan yang kompleks. Kebutuhan

secara umum terbagi atas kebutuhan primer, sekunder dan tersier. Semua ini

termasuk kebutuhan fisik dasar akan makanan, pakaian, keamanan, kebutuhan

sosial akan rasa memiliki dan kasih sayang, dan kebutuhan individual akan

pengetahuan dan mengespresikan diri. Semua kebutuhan ini tidak diciptakan oleh

pemasar, semuanya merupakan bagian mendasar manusia. Sifat dari kebutuhan

adalah sunatullah, artinya sudah bultin dalam setiap diri manusia.

Keinginan adalah bentuk kebutuhan manusia yang dihasilkan oleh budaya

dan kepribadian individual. Manusia mempunyai keinginan yang nyaris tanpa

batas tetapi sumber daya yang dimilikinya terbatas. Jadi, mereka ingin memilih

produk yang memberi nilai dan kepuasan paling tinggi untuk sumber daya yang

mereka miliki, manusia menciptakan permintaaan akan produk dengan manfaat

yang mampu memberikan kepuasan paling tinggi. Sehingga setiap orang

mempunyai keinginan yang dapat berbeda antar individu satu dengan individu

lainnya. Masalah yang muncul dalam ilmu ekonomi adalah keinginan yang tak

terbatas namun dibatasi oleh sumber daya yang terbatas, sehingga timbulah

masalah kelangkaan akibat log yang terjadi antara keinginan dan sumber daya.
18

Permintaaan adalah keinginan manusia yang didukung oleh daya beli.

Keinginan dapat berubah menjadi permintaan bilamana disertai dengan daya beli.

Konsumen memandang produk sebagai kumpulan manfat dan memilih produk

yang memberikan kumpulan terbaik untuk uang yang dikeluarkan. Setiap orang

dapat memiliki banyak keinginan, namun tidak semua keinginan tersebut menjadi

suatu permintaan, apabila disertai dengan daya beli atas keinginan tersebut. Kita

mungkin bisa menginginkan punya mobil sekelas “Ferrari”, namun karena tidak

mempunyai daya beli atas produk tersebut belum dapat dikatakan sebagai

permintaan. Jadi dalam hal ini pemasaran merupakan proses sosial dan manajerial

yang menjadi sarana bagi individu dan kelompok untuk memperoleh apa yang

mereka butuhkan dan inginkan lewat penciptaan dan pertukaraan produk serta

nilai dengan pihak lain.

b. Produk (Jasa dan Barang)

Manusia memuaskan kebutuhan dan keinginan dengan produk. Produk

adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepada pasar untuk diperhatikan,

dimiliki, digunakan atau dikonsumsi sehingga dapat memuaskan keinginann dan

kebutuhan. Istilah produk mencakup barang fisik, jasa dan berbagai sarana lain

yang dapat memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen. Prosese

pendefinisian produk ini akan mempengaruhi strategi pemasaran yang akan

digunakan, sebab pemasaran barang akan berbeda dengan pemasaran jasa. Dalam

pembahasan mengenai pemasaran bank, strategi pemasaran produk yang

digunakan adalah strategi pemasaran jasa. Perusahhaan harus mampu

menciptakan suatu produk yang mampu memenuhi kebutuhan dan keinginan


19

konsumen serta yang mampu memberikan kepuasaan paling tinggi terhadap

konsumen. Produk yang berkualitas tinggi akan mampu memberikan kepuasan

lebih tinggi kepada konsumen.

c. Nilai Biaya dan Kepuasan

Setelah mengetahui keinginan dan kebutuhan akan barang dan jasa,

konsumen akan dihadapkan pada ajaran produk dan jasa yang beraneka ragam.

Kepuasaan pelanggan berkaitan erat dengan nilai kegunaan. Nilai kegunaan

mempunyai dampak langsung pada presentasi produk dan kepuasaan pelanggan.

Nilai dapat didefinisikan sebagai perbedaan anatara nilai yang dinikmati

pelanggan karena memiliki serta menggunakan suatu produk dan biaya untuk

memiliki produk tersebut. Nilai disini ada yang diartikan sebagai nilai nominal,

yaitu harga dari produk tersebut dan ada nilai intrinsik yaitu nilai guna dari

produk tersebut. Sementara kepuasaan pelanggan adalah apa yang didapat oleh

konsumen dibandingkan dengan persepsi konsumen atas produk tersebut.

d. Pertukaran, Transaksi dan Hubungan

Pemasaran terjadi ketika orang memutuskan untuk memuaskan kebutuhan

dan keinginan lewat pertukaran. Pertukaran yang merupakan konsep inti dari

pemasaran mencakup perolehan produk yang diinginkan dari seseorang dengan

menawarkan sesuatu sebagai gantinya. Sifat pertukaran merupaka sifat yang

sunatullah dari manusia, terlihat dar bentuk pertukaran yang dilakukan mulai dari

manusia, terlihat dari bentuk perukaran yang dilakukan mulai dari barter,

pertukaraan barang dengan barang, sampai dengan pertukaran barang dengan

uang yang kita lakukan saat ini dalam transaksi sehari-hari. Pertukaran disini
20

dapat pula bermakna pertukaran manfaat produk yang dimiliki perusahaan kepada

konsumen.

e. Pasar

Konsep pertukuaran mengarah ke konsep suatu pasar, dimana pasar adalah

perangkat pembeli yang aktual dan potensial dari sebuah produk. Ukuran suatu

pasar tergantung pada jumlah orang yang menunjukkan kebutuhan, mempunyai

sumber daya untuk terlibat dalam pertukaran dan bersedia menawarkan sumber

daya. Untuk mencapai pasar sasaran, ada tiga jenis saluran pemasaran yang dapat

digunakan, yaitu saluran komunikasi, saluran distribusi, dan saluran jasa.

f. Pemasaran, Pemasar dan Prospek

Pemasaran berarti mengolah pasar untuk menghasilkan pertukaran dengan

tujuan memuaskan kebutuhan dan keingiana manusia. Dalam situasi biasa

pemasaran mencakup melayani pasar pengguna akhir bersama pesaing.

Perusahaan dan pesaing mengirimkan produk dan pesan mereka langsung kepada

konsumen atau lewat peranta pemasaran kepada pengguna akhir. Sehingga

pemasaran titik kuncinya adalah proses pertukaran yang terjadi anatara dua pihak

atau lebih. Suatu proses pemasaran tiak dapat berjalan apabila adanya kehadiran

seorang tenaga pemasar. Jika suatu pihak lebih aktif dalam mengusahakan

terjadinya pertukaran dibandingkan dengan pihak lain, kita menamakan pihak

pertama sebagai pemasar dan pihak kedua sebagai prospek atau calon pembeli.

Pemasar adalah pihak yang memasarkan atau menawarkan manfaat suatu

produk kepada pihak lain yang menjadi pasar sasaran dari produk tersebut.

Sementara prospek adalah pihak yang merupakan target pasar potensial dari
21

produk yang ditawarkan oleh pemasar. Saat persaingan mulai ketat dan jumlah

pesaing juga mulai semakin banyak dan pasar tidaklah seragam, maka anggapan

satu produk untuk semua orang sudah tidak berlaku lagi (mass production atau

produksi masal). Beragamnya tingkat keutuhan, keinginan, dan permintaan

membuat konsep penjualan sulit untuk memenuhi target penjualannya sehingga

diperlukan konsep pemasaran.

2.2.2 Brand Equity (Ekuitas Merek)

2.2.2.1 Pengertian Brand Equity

Brand equity ialah perilaku serta asosiasi yang dipunyai perusahaan,

anggota distribusi, dan pelanggan merek untuk mendapatkan daya tahan,

keunggulan dan kekuatan sebagai pembeda dengan pesaing lain (Durianto et.al,

2017). Brand equity digunakan sebagai nilai plus untuk jasa dan produk. Nilai

tersebut dapat ditampilkan dalam bentuk cara konsumen merasa, bertindak dan

berpikir terhadap pangsa pasar, harga, profitabilitas dan merek perusahaan (Kotler

dan Keller, 2014).

Brand equity ialah sebuah perangkat liabilitas merek dan aset yang

berkaitan dengan nama tertentu, simbol dan mereknya, yang mengurangi atau

menambah nilai berupa jasa atau barang kepada para pelanggan perusahaan atau

perusahaan (Priansa, 2017).

Keller & Brexendorf (2019) mengatakan bahwa brand equity adalah

kekuatan merek yang terletak dibenak konsumen dan pengalaman dan pelajaran

tentang merek dari waktu ke waktu. Ekuitas merek mampu dianggap sebagai nilai
22

tambah yang diberikan kepada suatu produk dalam perkataan, tindakan, serta

pikiran konsumen.

Brand equity memiliki kegunaan dan peran bagi perusahaan yang dapat

membantu mempertajamkan merek tersebut (Harwani, 2017) sebagai berikut:

a. Brand equity yang kuat memungkinkan perusahaan dapat meninggikan

hubungan dengan konsumen lama maupun mengikat konsumen baru dalam

berbagai kerjasama ekonomi

b. Dimensi ekualitas dapat mempengaruhi daya beli konsumen terhadap produk

c. Loyalitas merek sebagai bentuk penguatan terhadap tantangan inovasi dari para

pesaing.

d. Asosiasi merek sangat penting sebagai strategi dalam penempatan maupun

perluasan produk.

e. Ekuitas merek dapat memungkinkan perusahaan mendapatkan margin lebih

tinggi dengan penerapan harga premium dan mengurangi ketergantungan

promosi untuk mendapatkan laba lebih tinggi.

f. Brand equity dapat digunakan sebagai dasar menciptakan produk baru yang

dapat memberikan laba bagi perusahaan.

g. Brand equity dapat meningkatkan loyalitas konsumen sehingga dapat

meningkatkan penjualan produk.

h. Aset-aset brand equity dapat memberikan celah-celah keuntungan yang

mungkin saja tidak dimiliki oleh pesaing dan dapat dimanfaatkan oleh

perusahaan.
23

Brand equity jelas memberikan suatu dampak besar bagi perusahaan dalam

melakukan kegiatan distribusi sekaligus penjualan produk mereka. Peran brand

equity jelas sangat penting untuk menumbuhkan, memperluas, menguatkan, dan

bersaing dengan competitor lain yang memiliki produk serupa.

2.2.2.2 Dimensi Brand Equity

Aaker (2018) merumuskan ada empat dimensi utama yang membangun

brand equity, yaitu sebagai berikut:

a. Kesadaran Merek (Brand Awareness)

Kesadaran merek adalah tingkat kesadaran seseorang untuk mengenal

adanya suatu merek sebagai bagian dari kategori produk tertentu (Stanton, 2016).

Keller (2014) menyatakan bahwa kesadaran merek berkaitan dengan kekuatan

suatu merek di dalam benak konsumen yang dapat dijadikan suatu gambaran dari

kemampuan konsumen untuk mengidentifikasi suatu merek di dalam kondisi yang

berbeda.

Pada umumya, kesadaran konsumen yang tinggi serta adanya kekuatan

merek dapat mengenali dan mengingatnya. Masih banyak konsumen yang belum

menyadari adanya suatu merek produk karena lemahnya kegiatan pemasaran.

Oleh karena itu, perusahaan harus melakukan upaya untuk menarik konsumen

yang lebih banyak.

Konsumen akan cenderung membeli merek yang telah mereka kenal,

karena mereka merasa aman dengan sesuatu yang telah dikenalnya. Kesadaran

merek merupakan kemampuan konsumen untuk mengenali atau mengingat

kembali bahwa sebuah merek merupakan bagian dari kategori produk tertentu.
24

Kesadaran merek memerlukan jangkauan yang luas yaitu lebih kekontinum.

Dimana dimulai dari perasaan tidak pasti karena produk dengan merek tertentu

telah dikenal sebelumnya sampai akhirnya muncul keyakinan bahwa merek

tersebut merupakan satu-satunya merek dalam suatu kategori produk.

Indikator atau tingkat kesadaran merek terdiri atas tidak sadar merek

(unwarnes of brand), pengenalan merek (brand recongnition), mengingat ulang

(brand recall) dan puncak pikiran (top of mind). Penjabaran masing-masing

indikator adalah sebagai berikut (Aaker, 2018):

1) Tidak sadar merek, konsumen tidak menyadari akan adanya sesuatu merek

baru. Tidak sadar merek adalah tingkat paling rendah dalam piramida

kesadaran merek dimana kosumen tidak menyadari adanya suatu merek

walaupun sudah dilakukan pengingatan kembali lewat bantuan (aided recall).

2) Pengenalan merek, adalah tingkat minimal dari kesadaran merek dimana

pengenalan suatu merek mucul lagi setelah dilakukan pengingatan kembali

lewat bantuan (aided recall), yaitu jika konsumen melihat atau mendengar

identitas audio-visualnya seperti nama merek, logo, kemasan, atau slogan dari

merek tersebut. Mungkin pembeli mengenal merek tersebut, tetapi tidak ingat,

dan pembeli akan ingat setelah melihat atau diingatkan kembali merek tersebut.

3) Mengingat ulang, konsumen tidak perlu dibantu untuk meningkatkan kembali

terhadap sebuah merek. Mengingat ulang adalah merek yang diingat konsumen

selain merek top of mind secara spontan tanpa adanya bantuan (unaided

recall). Mengingat ulang didasarkan pada permintaan seorang pembeli untuk

menyebutkan kembali merek tertentu dalam suatu kelas produk.


25

4) Puncak pikiran, jika konsumen mengingat sebuah kategori produk, maka

merek yang pertama muncul adalah merek yang ada dalam puncak

pemikirannya. Dengan kata lain, merek tersebut merupakan merek utama dari

berbagai merek yang ada dalam benak konsumen. Misalnya, minuman

suplemen penyengar kuat, seketika yang muncul pertama adalah Extra Joss

baru kemudian merek lainnya.

b. Asosiasi Merek (Brand Association)

Asosiasi merek adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan merek dalam

ingatan atau sekumpulan merek yang berasosiasi (memiliki hubugan) yang

dibentuk oleh konsumen atau dibentuk dalam pikiran-pikirannya. Kehebatan

asosiasi merek adalah kemampuan untuk membentuk sikap positif, dan persepsi

yang kuat, serta alasan untuk membeli (Aaker, 2018).

Menurut Simamora (2015:63), asosiasi merek adalah segala hal yang

berkaitan tentang merek dalam ingatan. Sedangkan menurut Durianto, dkk

(2017:61), asosiasi merek merupakan segala kesan yang muncul di benak

seseorang yang terkait dengan ingatannya mengenai suatu merek. Schiffman dan

Kanuk (2015:111), menambahkan bahwa asosiasi merek yang positif mampu

menciptakan citra merek yang sesuai dengan keinginan konsumen, sehingga dapat

menciptakan rasa percaya diri konsumen atas keputusan pembelian merek

tersebut.

Keller (2014:731), secara konseptual membedakan tiga indikator dari

asosiasi merek, yaitu:


26

1) Strength (Kekuatan)

Kekuatan dari asosiasi merek tergantung dari banyaknya jumlah atau

kuantitas dan kualitas informasi yang diterima oleh konsumen. Semakin dalam

konsumen menerima informasi merek, semakin kuat asosiasi merek yang

dimilikinya. Dua faktor yang memengaruhi kekuatan asosiasi merek yaitu

hubungan personal dari informasi tersebut dan konsistensi informasi tersebut

sepanjang waktu.

2) Favorability (Kesukaan)

Asosiasi merek yang disukai terbentuk oleh program pemasaran yang

berjalan efektif mengantarkan produk-produknya menjadi produk yang disukai

oleh konsumen.

3) Uniqueness (Keunikan)

Asosiasi keunikan merek tercipta dari asosiasi kekuatan dan kesukaan

yang membuat suatu merek menjadi lain dari pada yang lain. Dengan adanya

asosiasi unik dari suatu merek, akan tercipta keuntungan kompetitif dan alasan-

alasan mengapa konsumen sebaiknya membeli merek tersebut. Asosiasi unik

dirancang agar konsumen “tidak ada alasan untuk tidak” memilih merek tersebut.

c. Persepsi Kualitas (Perceived Quality)

Persepsi kualitas adalah persepsi pelanggan terhadap mutu atau kegunaan

suatu produk dilihat dari fungsi relatif produk dibandingkan produk lain. Keller

(2014) mendefinisikan persepsi kualitas sebagai persepsi pelanggan terhadap

keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa relatif terhadap

alternatif yang relevan dan berkaitan dengan tujuan yang dimaksud.


27

Persepsi kualitas mencerminkan perasaan konsumen secara menyeluruh

mengenai suatu merek. Untuk memahami persepsi kualitas suatu merek

diperlukan pengukuran terhadap indikator yang terkait dengan karakteristik

produk. Menurut Firmansyah (2019) terdapat 5 indikator dari persepsi kualitas

yaitu:

1) Performance (Kinerja)

Performance merupakan karakteristik operasi pokok dari produk inti (core

product) yang dibeli, dan memberikan manfaat bagi konsumen yang

mengkonsumsi sehingga konsumen dapat memperoleh manfaat dari produk yang

telah dikonsumsi.

2) Brand Image (Citra Merek)

Brand image merupakan tanggapan atau pemahaman pribadi seseorang

terhadap suatu merek. Tanggapan yang mereka miliki muncul dari interaksi yang

telah terjadi dengan merek tertentu. Persepsi yang tertinggal dalam ingatan

seorang konsumen inilah tujuan dari penciptaan brand image.

3) Harga

Harga merupakan salah satu atribut yang menunjukkan nilai suatu produk

yang diungkapkan dalam mata uang.

4) Kesesuaian/fit

Kesesuaian/fit adalah sejauh mana produk atau jasa yang ditawarkan

sesuai dengan ekspektasi atau kebutuhan pelanggan.


28

5) Kenyamanan

Kenyamanan adalah setiap produl yang dihasilkan harus memenuhi

kriteria dalam pembuatan produk itu sendiri, sehingga nanti konsumen akan

merasa nyaman.

d. Kesetiaan Merek (Brand Loyalty)

Kesetiaan merek (brand loyality) adalah ukuran kedekatan pelanggan pada

suatu merek, dan perasaan positif terhadap suatu merek. Itulah sebabnya

pelanggan akan cenderung menggunakan produk secara teratur. Pembelian ulang

sangat dipengaruhi tingkat loyalitas merek yang dimiliki oleh pelanggan.

Simamora (2015:70), menyatakan bahwa kesetiaan merek adalah ukuran

kedekatan konsumen pada sebuah merek. Sedangkan menurut Durianto, dkk

(2017:126), loyalitas merek merupakan suatu ukuran keterkaitan seorang

konsumen kepada sebuah merek.

Dalam kaitannya dengan kesetiaan merek suatu produk, didapati adanya

beberapa tingkatan kesetiaan merek. Masing-masing tingkatannya menunjukkan

tantangan pemasaran yang harus dihadapi sekaligus aset yang dapat dimanfaatkan.

Adapun tingkatan atau indikator kesetiaan merek tersebut menurut Ballester dan

Aleman (2015:191) yaitu:

1) Membeli merek yang sama secara terus menerus ketika membutuhkannya

2) Merekomendasikan kepada orang lain

3) Kekebalan terhadap merek lain

4) Puas dengan manfaat yang diberikan.


29

Asosiasi
Merek Persepsi
Kualitas
Kesadaran Kesetiaan
Merek Merek

Brand Equity

Memberikan nilai kepada Memberikan nilai kepada


pelanggan dengan memperkuat: perusahaan dengan memperkuat:
 Interpretasi/proses informasi  Efisiensi dan efektivitas
 Rasa percaya diri dalam program pemasaran
pembelian  Brand loyalty
 Pencapaian kepuasan dari  Perluasan merek
pelanggan  Peningkatan perdagangan
 Keuntungan kompetitif

Gambar 2.1
Konsep Brand Equity
Sumber: Durianto, et.al (2017)

2.2.2.3 Manfaat Brand Equity

Ekuitas sebuah merek yang kuat akan memberikan banyak manfaat bagi

konsumen maupun bagi produsen. Kotler (2016) menyatakan bahwa manfaat

ekuitas merek bagi konsumen maupun bagi produsen sebagai berikut:

a. Memberikan nilai bagi konsumen:

1) Aset brand equity membantu konsumen menafsirkan, memproses, dan

menyimpan informasi dalam jumlah besar mengenai produk dan merek.


30

2) Brand equity memberikan rasa percaya diri kepada konsumen dalam

mengambil keputusan pembelian, baik karena pengalaman masa lalu dalam

karakteristiknya.

3) Persepsi kualitas dan asosiasi merek bisa menguatkan kepuasan konsumen

dengan pengalaman menggunakannya.

b. Memberikan nilai bagi perusahaan:

1) Brand equity bisa menguatkan program memikat para konsumen baru atau

merangkul kembali konsumen lama.

2) Kesadaaran merek, persepsi kualitas, asosiasi merek, dan asset-aset merek

lainnya mampu menguatkan loyalitas merek, yaitu bisa memberikan alasan

untuk membeli dan mempengaruhi kepuasan penggunaan.

3) Brand equity biasanya akan memungkinkan keuntungan (margin) yang

lebih tinggi dengan memungkinkan harga optimum (premiumpricing) dan

mengurangi ketergantungan pada promosi.

4) Brand equity memberikan landasan untuk pertumbuhan melalui perluasan

merek.

5) Brand equity bisa memberikan dorongan dalam saluran distribusi.

6) Aset-aset brand equity memberikan keuntungan kompetitif yang sering kali

menghadirkan rintangan nyata terhadap para kompetitor.

2.3 Kerangka Pemikiran

Pemasaran merupakan petempuran persepsi konsumen, tidak sekedar

petempuran produk. Beberapa produk dengan kualitas, model, dan karakteristik

tambahan dari produk (featurs), serta kualitas yang relatif sama, dapat memliki
31

kinerja yang berbeda-beda dipasar karena perbedaan persepsi dari produk tersebut

dibentuk konsumen. Membangun persepsi dapat dilakukan melalui jalur merek

dan memahami perilaku merek. Merek yang prestisius dapat disebut memiliki

brand equity (ekuitas merek) yang kuat. Dengan semakin banyaknya jumlah

pesaing di pasar, meningkat pula ketajaman persaingan diantara merek-merek

yang beroperasi di pasar dan hanya merek yang memiliki brand equity yang kuat

yang akan tetap mampu bersaing dan menguasai pasar.

Semakin kuatnya ekuitas merek suatu produk, maka semakin kuat pula

daya tariknya di mata konsumen untuk menggunakan produk tersebut yang

selanjutnya dapat menggiring konsumen untuk melakukan pembelian serta

mengantarkan perusahaa untuk meraup keuntungan dari waktu ke waktu. Karena

itu, pengetahuan tentang elemen-elemen ekuitas merek sangat diperlukan untuk

menyusun langkah strategis dalam meningkatkan eksistensi merek yang akhirnya

dapat meningkatkan profitabilitas perusahaan.

Menurut Durianto, et.al (2017) brand equity dibangun oleh lima dimensi

utama, yaitu: kesadaran merek (brand awareness), asosiasi merek (brand

association), persepsi kualitas (perceived quality) dan loyalitas merek (brand

loyalty). Semakin kuat masing-masing dimensi tersebut, maka semakin kuat pula

brand equity secara langsung. Penulis menyajikan suatu kerangka pemikiran

sebagai berikut:
32

Brand Equity
(Ekuitas Merek)

Kesadaran Asosiasi Persepsi Kesetiaan


Merek Merek Kualitas Merek

Mobil
Toyota

Gambar 2.2
Kerangka Pemikiran
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kuantitatif.

Menurut Ansori (2020:33) bahwa penelitian deskriptif adalah penelitian yang

menggunakan observasi, wawancara, atau angket mengenai keadaan saat ini atau

mengenai subjek yang sedang diteliti. Sementara penelitian kuantitatif seperti

yang dikemukakan Sugiyono (2018:8) bahwa metode penelitian yang

berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi

atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, dan

analisis data bersifat kuantitatif/statistik.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada PT Abadi Cabang Palu yang

berlokasi di Jl Diponegoro Kota Palu, Sulawesi Tengah, dan penelitian akan

dilakukan pada bulan Juni tahun 2023.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi terdiri atas objek/subjek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2018:69). Populasi

dalam penelitian ini mencakup seluruh konsumen atau pelanggan dari PT Abadi

Cabang Palu pada saat penelitian berlangsung yang dalam hal ini jumlah populasi

tidak diketahui.

33
34

3.3.2 Sampel

1. Ukuran Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut (Sugiyono, 2018:69). Sampel dalam penelitian ini adalah

sebagian dari konsumen atau pelanggan dari PT Abadi Cabang Palu yang diambil

dengan menggunakan rumus estimasi proporsi, sebagai berikut:

Z2 1-α/2 P (1-P)
n =
d2
Keterangan:

n = Besar Sampel

d = besar penyimpangan (absolut) yang bisa diterima = 0,20

Z2 1-α/2 = nilai sebaran normal baku yang besarnya tergantung α (1,96)

P= proporsi pada populasi 50%= 0,5

1,962 . 0,5 (1-0,5)


n =
0,202

3,8416 . 0,25
n =
0,04

0,9604
n = = 24,01
0,04

n = 24 sampel

Dari perhitungan rumus di atas, jumlah sampel dalam penelitian ini yaitu

24 sampel.
35

2. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan Purposive

Sampling, yakni teknik penarikan sampel secara sengaja dengan menentukan

sendiri sampel yang akan diambil karena suatu pertimbangan tertentu. Sampel

tidak secara acak, tetapi ditentukan oleh peneliti sendiri berdasarkan kriteria

tertentu. Adapun kriteria sampel pada penelitian ini sebagai berikut:

1. Minimal berusia 17 tahun

2. Pelanggan yang mampu mengisi atau menjawab kuesioner

3. Pelanggan yang pernah membeli mobil Toyota

4. Berdomisili di Kota Palu

3.4 Jenis dan Sumber Data Penelitian

3.4.1 Jenis Data

Jenis data yang digunakan di dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan

data kuantitatif.

1. Data Kualitatif

Sugiyono (2018:66) menjelaskan bahwa data kualitatif yakni berdasarkan

pada filsafat positivisme yang dipakai dalam meneliti pada kondisi objek alamiah.

Dimana analisis data bersifat kualitatif dan hasil penelitian kualitatif

lebihmenekankan makna dari pada generalisasi. Data kualitatif dalam penelitian

ini yaitu gambaran umum objek penelitian dan persepsi responden terkait

kesadaran merek, asosiasi merek, persepsi kualitas dan kesetiaan merek.


36

2. Data Kuantitatif

Sugiyono (2018:66) menjelaskan bahwa kuantitatif yakni berdasarkan

pada filsafat positivisme yang dipakai dalam meneliti populasi atau sampel

tertentu, dimana pengumpulan data memakai instrumen penelitian dan data

bersifat statistik. Data kuantitatif dalam penelitian ini yaitu data yang

mendeskripsikan brand equity yang meliputi kesadaran merek, asosiasi merek,

persepsi kualitas dan kesetiaan merek.

3.4.2 Data Penelitian

1. Data primer yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data yang

diperoleh secara langsung dari pelanggan PT Abadi Cabang Palu terkait brand

equity yang meliputi kesadaran merek, asosiasi merek, persepsi kualitas dan

kesetiaan merek.

2. Data sekunder merupakan data yang diperoleh dan diolah dari laporan tertulis

atau dokumen lainnya yang dianggap relevan dengan penelitian ini. Seperti

data pembeli mobil Toyota dan referensi pendukung lainnya.

3.5 Definisi Operasional Variabel

Variabel dalam penelitian ini terdiri atas brand equity yang meliputi

kesadaran merek, asosiasi merek, persepsi kualitas dan kesetiaan merek. Maka

dalam memudahkan analisis ini variabel-variabel tersebut diuraikan sebagai

berikut:
37

3.5.1 Kesadaran Merek

Kesadaran merek adalah tingkat kesadaran seseorang untuk mengenal

adanya suatu merek sebagai bagian dari kategori produk tertentu (Stanton, 2016).

Indikator dari kesadaran merek dapat dilihat sebagai berikut:

1. Tidak sadar merek

2. Pengenalan merek

3. Mengingat ulang

4. Puncak pikiran

3.5.2 Asosiasi Merek

Asosiasi merek adalah segala kesan yang muncul di benak seseorang yang

terkait dengan ingatannya mengenai suatu merek (Durianto dkk, 2017:61).

Indikator dari asosiasi merek dapat dilihat sebagai berikut:

1. Kekuatan

2. Kesukaan

3. Keunikan

3.5.3 Persepsi Kualitas

Persepsi kualitas adalah tanggapan pelanggan terhadap keseluruhan

kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa relatif terhadap alternatif yang

relevan dan berkaitan dengan tujuan yang dimaksud (Keller, 2014). Indikator dari

persepsi kualitas dapat dilihat sebagai berikut:

1. Kinerja

2. Citra Merek

3. Harga
38

4. Kesesuaian/fit

5. Kenyamanan

3.5.4 Kesetiaan Merek

Kesetiaan merek adalah ukuran kedekatan pelanggan pada suatu merek,

dan perasaan positif terhadap suatu merek (Stanton, 2016). Indikator dari

kesetiaan merek dapat dilihat sebagai berikut:

1. Membeli merek yang sama secara terus menerus ketika membutuhkannya

2. Merekomendasikan kepada orang lain

3. Kekebalan terhadap merek lain

4. Puas dengan manfaat yang diberikan.

Tabel 3.1
Definisi Operasional Variabel

No Variabel Definisi Indikator


1 Kesadaran Kesadaran merek adalah a. Tidak sadar merek
Merek tingkat kesadaran seseorang b. Pengenalan merek
untuk mengenal adanya suatu c. Mengingat ulang
merek sebagai bagian dari d. Puncak pikiran
(Aaker, 2018) kategori produk tertentu
2 Asosiasi Asosiasi merek adalah segala a. Kekuatan
Merek kesan yang muncul di benak b. Kesukaan
seseorang yang terkait dengan c. Keunikan
(Keller, 2014) ingatannya mengenai suatu
merek
3 Persepsi Persepsi kualitas adalah a. Kinerja
Kualitas tanggapan pelanggan b. Citra Merek
terhadap keseluruhan kualitas c. Harga
atau keunggulan suatu produk d. Kesesuaian/fit
(Firmansyah, atau jasa relatif terhadap e. Kenyamanan
2019) alternatif yang relevan dan
berkaitan dengan tujuan yang
dimaksud
4 Kesetiaan Kesetiaan merek adalah a. Membeli merek
Merek ukuran kedekatan pelanggan yang sama secara
pada suatu merek, dan terus menerus ketika
perasaan positif terhadap membutuhkannya
39

No Variabel Definisi Indikator


(Ballester dan suatu merek b. Merekomendasikan
Aleman, 2015 kepada orang lain
c. Kekebalan terhadap
merek lain
d. Puas dengan
manfaat yang
diberikan

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Mekanisme pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

3.6.1 Kuesioner

Kuisioner yaitu teknik dalam pengumpulan data dengan cara memberikan

daftar pertanyaan tertulis pada responden untuk kemudian dijawab oleh

responden. Daftar pertanyaan berisikan yang menyangkut penelitian terkait.

Pengukuran data kuisioner menggunakan metode pengukuran skala Likert, yaitu:

1. Jawaban SS (Sangat Setuju) diberi skor 5

2. Jawaban S (Setuju) diberi skor 4

3. Jawaban RR (Ragu-ragu) diberi skor 3

4. Jawaban TS (Tidak Setuju) diberi skor 2

5. Jawaban STS (Sangat Tidak Setuju) diberi skor 1

3.6.2 Observasi

Observasi merupakan aktivitas penulis dalam rangka melakukan penelitian

sekaligus mengumpulkan data yang berkaitan dengan masalah melalui proses

pengamatan langsung berada di tempat penelitian, untuk mendapatkan bukti-bukti

yang valid dalam laporan yang akan diajukan. Observasi adalah metode
40

pengumpulan data dimana penulis mencatat informasi sebagaimana yang penulis

saksikan selama melakukan penelitian.

3.6.3 Wawancara

Wawancara dilakukan secara langsung kepada responden secara sistematis

sesuai dengan tujuan penelitian.

3.6.4 Studi Pustaka

Studi pustaka dilakukan sebagai landasan teori yang sumbernya berasal

dari buku literatur, surat kabar, jurnal-jurnal dan lain-lain yang berkaitan dengan

tujuan penelitian.

3.7 Uji Instrumen Penelitian

3.7.1 Uji Validitas

Menurut Sugiyono (2018:103) uji validitas bertujuan untuk menguji sejauh

mana ketetapan alat pengukur dapat mengungkapkan konsep gejala/kejadian yang

diukur. Instrumen yang valid mempunyai maksud jika alat ukur yang digunakan

untuk mendapatan data sudah valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat

digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Syarat minimum dalam

uji validitas untuk dianggap memenuhi syarat adalah r = 0,3. Apabila korelasi

antara butir dengan skor total < 0,3 maka butir dalam instrumen tersebut

dinyatakan tidak valid. Sebaliknya, apabila skor total sama dengan 0,3 atau lebih

maka instrumen tersebut dinyatakan valid.

3.7.2 Uji Reliabilitas


41

Menurut Ghozali (2016:47) mengemukakan bahwa uji reliabilitas adalah

alat untuk mengukur suatu kuisioner yang merupakan indikator dari variabel atau

konstruk. Suatu kuisioner dikatakan reliable atau handal jika jawaban seseorang

terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Dalam

pengujian ini peneliti mengukur reliable suatu variabel dengan cara melihat

Cronbanch Alpha dengan signifikan yang digunakan > 0,60. Suatu konstruk atau

variabel dikatakan reliable jika memberikan nilai Cronbach Apha > 0,60.

3.8 Teknik Analisa Data

Teknik analisa data dalam penelitian ini menggunakan anaisis deskriptif.

Anaisis deskriptif dalam peneitian bertujuan untuk memberikan gambaran atau

deskripsi empiris data yang dikumpukan dan kemudian disajikan dalam bentuk

distribusi frekuensi dan rata-rata (mean) tanggapan/jawaban responden atas

berbagai item variabel yang diteliti (Bahri, 2017:132). Adapun dasar

penafsiran/interpretasi niai rata-rata (mean) yang digunakan dalam anaisis

deskriptif ini mengacu pada kriteria skor yang dapat dilihat pada Tabel 3.9 berikut

ini:

Tabe 3.2
Kriteria Analisis Deskriptif

Rentang kategori skor Penafsiran (interprestasi)


1,00-1,79 Sangat tidak baik/sangat rendah
1,80-2,59 Tidak baik/rendah
2,60-3,39 Cukup/sedang
3,40-4,19 Baik/tinggi
4,20-5,00 Sangat baik/sangat tinggi
Sumber: Muhidin dkk dalam Bahri (2017)
DAFTAR PUSTAKA

Aaker, A. D. (2018). Manajemen Ekuitas Merek (1st ed.). Jakarta: Mitra Utama.
Ansori, M. (2020). Metode Penelitian Kuantitatif. Edisi 2. Jakarta: Airlangga
University Press.
Arif, M. N. (2014). Dasar-dasar Pemasaran Bank Syariah. Bandung: Alfabeta.
Bahri, S. 2017. Pengaruh Kualitas Layanan dan Kinerja Koperasi Terhadap Citra
Koperasi Serta Dampaknya Terhadap Kepuasan Anggota Koperasi di
Provinsi Sulawesi Tengah. Disertasi, Pascasarjana. Palu: Universitas
Tadulako. Skripsi, Sarjana Administrasi Bisnis pada Universitas
Diponegoro: Tidak diterbitkan.

Ballester, E.D &Aleman, J.L.M. (2015). Does Brand Trust Matterto Brand
Equity? Journal Ofproduct & Brand Management,14(3): 187-196
Buchari, A. (2015). Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa. Bandung:
Alfabeta.
Durianto, Darmadi, Sugianto, & Sitinjak, T. (2017). Strategi Menaklukan Pasar
Melalui Riset Ekuitas dan Perilaku Merek. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
Febri, M.N. (2015). Pengaruh Brand Equity dan Kualitas Produk Terhadap
Keputusan Pembelian Mobil Toyota Yaris (Studi pada Konsumen PT.
New Ratna Motor di Kota Semarang). Jurnal Pemasaran. 2 (1), 123-130.
Febriyani, D.M. (2019). Analisis Brand Equity (Ekuitas Merek) Telepon Seluler
Merek Oppo Pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah Makassar. Skripsi. Makassar: Universitas
Muhammadiyah.
Firmansyah, A. (2019). Perilaku Konsumen (Sikap dan Pemasaran). Surabaya:
Qiara Media.
Ghozali, I. (2016). Aplikasi Analisis Multivariete Dengan Program. IBM SPSS 23
Semarang: Badan Penerbit.
Hamdani, S. R., Sudarijati. (2015). Analisis Brand Equity Sebagai Alat Bantu
Perencanaan Strategi Pemasaran Pada Kendaraan Roda Empat Merek
Toyota Avanza. Jurnal Visionida, 1(2), 1-14.
Harwani, Y. (2017). Effet of Brand Image and Perceived Price Towards Purchase
Decisions in Kentucky Fried Chicken (KFC). Journal of Marketing and
Consumer Reseach, 36, 13-23.
Keller, K. L. (2014). Strategic Brand Management; Building, Measuring, and
Managing Brand Equity. Fourth Edition Harlow. English: Pearson
Education Inc.

42
43

Keller, K. L., & Brexendorf, T. O. (2019). Measuring Brand Equity. Handbuch


Markenführung.
Khotimah, S., Setyorini, W., Kusuma, W. B. (2020). Analisa Persepsi Brand
Equity Mobil Merek Toyota dan Merek Daihatsu (Studi Kasus pada
Konsumen di Kecamatan Arut Selatan). Magenta, 9(1), 9-14.
Kotler, P. (2016). Dasar-dasar Pemasaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Kotler, P., dan Keller, K. L. (2014). Strategic Brand management: Building,
Measurin, and Managing Brand Equity. New Jersey: Prentice Hall.
Ningrum, N.K. (2019). Kesetiaan Merek Vs Perilaku Berpindah: Apakah
Kecenderungan Untuk Berpindah, Persepsi Kemudahan Penggunaan, dan
Persepsi Resiko Mampu Membentuk Perilaku? Akmenika: Jurnal
Akuntansi dan Manajemen, 16 (1), 155–161.
Priansa, D. J. (2017). Komunikasi Pemasaran Terpadu. Bandung: Pustaka Setia.
PT Hasjrat Abadi Cabang Palu. (2023). Data Penjualan Mobil Toyota. Palu: PT
Hasjrat Abadi Cabang Palu
Rodhiyah. (2019). Pengaruh Elemen-elemen Ekuitas Merek Terhadap Keputusan
Pembelian Mobil Toyota Kijang Innova Pada PT. Nasmoco Pemuda
Semarang. Journal Of Social And Politic. 2 (1), 13-19.
Schiffman, L.G & Kanuk, L.L. (2015). Consumer Behaviour . New Jersey:
Pearson Prentice Hall.
Sigiro, A dan Cristine. (2016). Analisis Faktor Pembentuk Ekuitas Merek Toyota
dan Daihatsu di Indonesia. Jurnal Manajemen. 3 (2), 10-19
Simamora, H. (2015). Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: STIE
YKPN Yogyakarta
Stanton, W. J. (2016). Prinsip Pemasaran. Edisi Ketujuh, Jilid I. Jakarta:
Erlangga.
Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Swastha, B. (2017). Manajemen Pemasaran Modern. Yogyakarta: BPFE.
Wahjono, S. I. (2016). Manajemen Pemasaran Bank. Yogyakarta: Graha Ilmu.
www.gaikindo.or.id
Yuliantari, K., Nurhidayati., Sugiyah. (2022). Brand Equity pada Mobil Toyota di
Indonesia. Moneter: Jurnal Akuntansi dan Keuangan, 9(1), 58-65.
LAMPIRAN
KUESIONER

ANALISIS BRAND EQUITY MOBIL TOYOTA


PADA PT HASJRAT ABADI CABANG PALU

No.
I. Pengantar

Kepada Yth
Bapak/Ibu Responden
Di –
Tempat
Dengan Hormat,
Sehubung dengan penyusunan Laporan Akhir untuk menyelesaikan Studi
jenjang Diploma 3 (D3) dan sesuai dengan judul dan tema tersebut di atas, maka
dengan ini saya memohon kiranya waktu dan kesempatan Bapak/Ibu untuk
bersedia mengisi kuesioner.
Sehubungan dengan hal tersebut, apapun tanggapan atau jawaban Bapak/Ibu
terhadap kuesioner ini, tidak memiliki implikasi apapun, karena seluruh data yang
diperoleh hanya diperuntukkan bagi penyusunan Laporan Akhir, dan tidak untuk
dipublikasikan secara umum.
Atas kerjasama dan kesediaannya Bapak/Ibu dalam mengisi kuesioner ini,
saya ucapkan banyak terima kasih. Semoga bantuan Bapak/Saudara berikan dapat
mendukung penyelesaian penyusunan Laporan Akhir.
Palu, 2023
Peneliti

Desrina Puji Lestari


C 200 18 023
II. Petunjuk Pengisian
1. Isilah setiap pernyataan yang diminta dengan cara mengisi kolom kosong
yang disediakan atau memilih salah satu jawaban, dengan memberi tanda
silang (x) pada pilihan jawaban yang tersedia berdasarkan pendapat anda
sendiri.

2. Bacalah kembali setiap pernyataan untuk memastikan tidak ada pernyataan


yang tidak terjawab.

Keterangan:
SS = Sangat Setuju TS = Tidak Setuju
S = Setuju STS = Sangat Tidak Setuju
RG = Ragu-ragu

III. Identitas Responden

Jenis Kelamin

Perempuan Laki-laki

Pendidikan Terakhir Anda?

SMP D3

SMA Sarjana

Kelompok Usia Anda?

≤ 20 Tahun 31-40 Tahun

21-30 Tahun ≥ 41 Tahun

Pekerjaan anda ?

Pelajar PNS URT Lainnya.

Sebutkan.......
IV. Daftar Pernyataan

A. Kesadaran Merek

No Pernyataan SS S RR TS STS
Tidak sadar merek
1 Produk mobil Toyota dapat diingat dengan baik
dibanding merek lain
Pengenalan merek
2 Saya mengenali merek mobil Toyota hanya
dengan melihat model mobilnya
Mengingat ulang
3 Iklan mobil Toyota mengingatkan saya terhadap
produk mobiltoyota
Puncak pikiran
4 Mobil Toyota merupakan alternatif pilihan
utama ketika hendak membeli mobil

B. Asosiasi Merek

No Pernyataan SS S RR TS STS
Kekuatan
1 Mobil Toyota memiliki popularitas yang lebih
baik dibandingkan dengan merek lain
Kesukaan
2 Saya lebih suka menggunakan mobil merek
Toyota dibandingkan dengan mobil merek lain
Keunikan
3 Mobil Toyota memiliki karakteristik yang lebih
unik dibandingkan dengan mobil merek lain
C. Persepsi Kualitas

No Pernyataan SS S RR TS STS
Kinerja
1 Mobil Toyota memiliki kinerja/performance
yang baik
Citra Merek
2 Mobil merek Toyota memberikan kesan positif
kepada konsumen
Harga
3 Harga mobil Toyota dapat dijangkau
Kesesuaian/fit
4 Mobil Toyota mempunyai kehandalan mesin
yang sesuai dengan keinginan saya
Kenyamanan
5 Saya merasa nyaman saat membawa mobil
Toyota

D. Kesetiaan Merek

No Pernyataan SS S RR TS STS
Membeli merek yang sama secara terus menerus ketika membutuhkannya
1 Saya tetap mencari mobil merek Toyota saat
ingin membeli mobil lagi
Merekomendasikan kepada orang lain
2 Saya merekomendasikan untuk membeli mobil
Toyota pada orang lain
Kekebalan terhadap merek lain
3 Meskipun banyak merek mobil yang lebih
unggul, saya tetap lebih menyukai mobil Toyota
Puas dengan manfaat yang diberikan
4 Saya puas menggunakan mobil Toyota

Anda mungkin juga menyukai