1. Apa yang dimaksudkan dengan produk pangan asal hewan, produk hewan non pangan,
produk turunan pangan asal hewan? Sertakan contohnya!
Jawab :
● Produk pangan asal hewan : Produk Pangan Asal Hewan (PPAH) aadalah semua bahan
pangan yang dihasilkan dari hewan dan layak dikonsumsi oleh manusia
Contoh : daging, susu, telur dan hasil turunannya, serta semua bahan yang berasal dari
hewan yang dimanfaatkan untuk konsumsi manusia misalnya madu, sarang burung walet,
dan gelatin;
● Produk hewan non pangan : Produk Hewan Non Pangan (PHNP) adalah produk yang
berasal dari hewan namun tidak dimaksudkan untuk dikonsumsi sebagai makanan.
Contoh :
Berikut adalah beberapa contoh produk hewan non pangan:
• Kulit Hewan : Kulit hewan sering digunakan untuk membuat barang-barang seperti
sepatu, tas, dan pakaian kulit.
• Bulu Hewan : Bulu hewan digunakan dalam industri fashion untuk membuat jaket
bulu, selimut, dan aksesori lainnya.
• Tulang Hewan : Tulang hewan dapat diolah menjadi berbagai produk seperti gelatin,
lembaran tulang untuk kerajinan tangan, atau pupuk organik.
• Kerajinan Tanduk Hewan : Tanduk hewan sering digunakan untuk membuat kerajinan
tangan seperti perhiasan atau alat musik.
• Kotoran Hewan : Kotoran hewan dapat digunakan sebagai pupuk organik untuk
pertanian.
● Produk turunan pangan asal hewan : pangan olahan Asal Hewan yang masih
mengandung bahan dasar daging, susu, dan telur .
1 Bahaya biologis zat organik yang menimbulkan Salmonella,E coli, limbah sintesis,racun dari
ancaman bagi kesehatan listeria,camplybacter, minyak ikan,antraks (kulit
manusia dan organisme hidup Toxoplasma gondi. sapi), kontaminasi
lainnya. Bahaya biologi mikroba, alergen,
meliputi virus, bakteri,
serangga, hewan, dan lain-
lain, yang dapat
menimbulkan dampak buruk
bagi kesehatan misalnya,
jamur, darah dan cairan tubuh
lainnya, tanaman berbahaya,
kotoran, debu dan hama
Bahaya
2 kimiawi zat (non-biologi) yang Residu pestisida bahan kimia berbahaya
berpotensi membahayakan Antibiotik dipewarnaan (Zat aditif),
kehidupan atau kesehatan. Logam berat arsenik
Paparan bahan kimia dapat
menyebabkan efek kesehatan
yang merugikan akut ataupun
jangka panjang
Bahaya
3 fisik aktivitas yang mengancam Tulang, kuku sisik Terkena alergi, gatal-
keselamatan dan faktor rambut/bulu, gatal atau reaksi,
lingkungan yang dapat kontaminasi dari pencearan benda asing,
membahayakan karyawan bahan kemasan kondisi penyimpanan tidak
tanpa harus menyentuhnya, sesuai
termasuk ketinggian,
kebisingan, radiasi, dan
tekanan
4. Apa saja kriteria minimal yang harus dipenuhi oleh hewan potong sehingga layak untuk
dipotong menurut PP no 95 tahun 2012?
Jawab :
Kriteria Minimal yang Harus Dipenuhi oleh Hewan Potong untuk Dipotong berdasarkan
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 95 Tahun 2012
● Umur: Hewan potong harus memiliki umur yang cukup untuk memenuhi persyaratan
pengendalian dan pemantauan yang diperlukan.
● Kondisi Kesehatan: Hewan potong harus berada dalam kondisi kesehatan yang baik
dan bebas dari penyakit yang dapat mengancam kesehatan manusia atau hewan lainnya.
● Pendidikan: Hewan harus memiliki pendidikan yang cukup untuk mampu mengikuti
perintah dan menanamkan kemampuan yang diharapkan.
● Kelayakan Fisik: Hewan potong harus memiliki kelayakan fisik yang cukup untuk
melaksanakan tugas yang diberikan, termasuk kestabilan fisik dan kemampuan untuk
bekerja dalam lingkungan tertentu.
● Pengendalian: Hewan potong harus dapat diendalikan dengan mudah oleh operator atau
pemantu, termasuk kemampuan untuk mengikuti perintah dan transmisi kemampuan
yang diharapkan.
● Kelayakan Psikis: Hewan potong harus memiliki kelayakan psikis yang cukup untuk
menjalankan tugas yang diberikan, termasuk kemampuan untuk berkomunikasi dan
mengatasi stres.
● Pengenalan: Hewan harus memiliki pengenalan yang cukup untuk mengidentifikasi dan
mengenali operator atau pemantu, serta mampu mengikuti perintah dari mereka.
● Pemantauan: Hewan harus dapat diberikan pemantauan yang cukup untuk memastikan
bahwa mereka tetap berada dalam kondisi kesehatan dan kelayakan yang baik, serta
memastikan bahwa mereka melaksanakan tugasnya secara efektif.
● Pengembangan: Hewan harus memiliki program pengembangan yang cukup untuk
mengembangkan kemampuan mereka dan memastikan bahwa mereka tetap berada
dalam kondisi kesehatan dan kelayakan yang baik.
● Pengelolaan: Hewan potong harus diterima dalam sistem pengelolaan yang cukup
untuk memastikan bahwa mereka diberikan kebutuhannya, termasuk pangan,
perawatan medis, dan lingkungan hidup yang tepat.
7. Mengacu pada Pasal 83 ayat (2) dan ayat (3), menurut anda, pada kegiatan apakah penerapan
animal welfare paling lemah? Jelaskan jawaban anda!
Jawab :
Berdasarkan Pasal 83 ayat (2) dan ayat (3) pada Peraturan Pemerintah Nomor 95 Tahun
2012 yang menyatakan bahwa
ayat (2) : Kesejahteraan Hewan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan
cara menerapkan prinsip kebebasan Hewan yang meliputi bebas:
a. dari rasa lapar dan haus;
b. dari rasa sakit, cidera, dan penyakit;
c. dari ketidaknyamanan, penganiayaan, dan penyalahgunaan;
d. dari rasa takut dan tertekan; dan
e. untuk mengekspresikan perilaku alaminya.
ayat (3) : Prinsip kebebasan Hewan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diterapkan pada
kegiatan:
a. penangkapan dan penanganan;
b. penempatan dan pengandangan;
c. pemeliharaan dan perawatan;
d. pengangkutan;
e. penggunaan dan pemanfaatan;
f. perlakuan dan pengayoman yang wajar terhadap Hewan;
g. pemotongan dan pembunuhan; dan
h. praktik kedokteran perbandingan.
Kegiatan animal walfare yang paling lemah dilakukan adalah pertunjukan hewan di
aquarium dikarenakan Pada kegiatan ini, seringkali hewan-hewan yang digunakan tidak
mendapatkan perlakuan yang sesuai dengan kebutuhan alaminya. Mereka dipaksa untuk
melakukan atraksi atau pertunjukan yang dapat menyebabkan stres dan penderitaan pada
hewan tersebut.
Dalam konteks kegiatan hiburan yang melibatkan hewan, penegakan kesejahteraan hewan
seringkali menjadi tantangan. Meskipun regulasi seperti UU Nomor 95 Tahun 2012 telah
mengatur mengenai perlindungan hewan, namun implementasinya seringkali masih lemah
terutama dalam kegiatan hiburan seperti sirkus dan hiburan hewan. Hewan-hewan tersebut
sering kali hidup dalam kondisi yang tidak alami, dipaksa untuk melakukan atraksi yang
tidak sesuai dengan kebutuhan alaminya, serta mungkin mengalami perlakuan kasar atau
kurang perhatian terhadap kesejahteraannya.