Anda di halaman 1dari 6

TUGAS ETIKA DAN LEGISLASI VETERINER

NAMA: 1. Yuliana Antonia Ngguwa Meo (2209010009)


2. Pasionista Karmeliana Bha Wea (2209010063)
3. Ermelinda Ue Repi (2209010065)

1. Apa yang dimaksudkan dengan produk pangan asal hewan, produk hewan non pangan,
produk turunan pangan asal hewan? Sertakan contohnya!
Jawab :
● Produk pangan asal hewan : Produk Pangan Asal Hewan (PPAH) aadalah semua bahan
pangan yang dihasilkan dari hewan dan layak dikonsumsi oleh manusia
Contoh : daging, susu, telur dan hasil turunannya, serta semua bahan yang berasal dari
hewan yang dimanfaatkan untuk konsumsi manusia misalnya madu, sarang burung walet,
dan gelatin;
● Produk hewan non pangan : Produk Hewan Non Pangan (PHNP) adalah produk yang
berasal dari hewan namun tidak dimaksudkan untuk dikonsumsi sebagai makanan.
Contoh :
Berikut adalah beberapa contoh produk hewan non pangan:
• Kulit Hewan : Kulit hewan sering digunakan untuk membuat barang-barang seperti
sepatu, tas, dan pakaian kulit.
• Bulu Hewan : Bulu hewan digunakan dalam industri fashion untuk membuat jaket
bulu, selimut, dan aksesori lainnya.
• Tulang Hewan : Tulang hewan dapat diolah menjadi berbagai produk seperti gelatin,
lembaran tulang untuk kerajinan tangan, atau pupuk organik.
• Kerajinan Tanduk Hewan : Tanduk hewan sering digunakan untuk membuat kerajinan
tangan seperti perhiasan atau alat musik.
• Kotoran Hewan : Kotoran hewan dapat digunakan sebagai pupuk organik untuk
pertanian.
● Produk turunan pangan asal hewan : pangan olahan Asal Hewan yang masih
mengandung bahan dasar daging, susu, dan telur .

❖ Produk turunan susu seperti keju, yoghurt, dan mentega


❖ Produk turunan daging seperti sosis, ham, dan bacon.
❖ Produk turunan telur seperti mayones dan kue.
❖ Produk turunan Ikanseperti ikan asin, ikan kaleng, dan kerupuk ikan.
2. Mengacu pada Pasal 3 ayat (2) huruf b, Sebutkan 3 jenis produk hewan non pangan yang
berpotensi membawa risiko Zoonosis secara langsung kepada manusia

No Produk hewan Risiko zoonosis Cara penularan


nonpangan
1 Kulit hewan Resiko zoonosis dari kulit Penularan ringworm pada hewan
hewan salah satu contohnya sering kali terjadi melalui kontak
adalah ringworm . langsung dengan hewan yang
terinfeksi. Jamur penyebab ringworm
dapat hidup di kulit hewan dan
ditularkan melalui sentuhan langsung
antara hewan yang terinfeksi dan
hewan lainnya.
2 Kotoran hewan Resiko zoonosis dari kotoran Salmonella sering ditemukan pada
hewan salah satu contohnya kotoran hewan. Jika hewan buang air
adalah Salmonela yang besar di kulitnya dan Anda menyentuh
mengontaminasi bulu hewan. area tersebut, Anda berpotensi
memindahkan bakteri ke mulut dan
terinfeksi.
3 Tulang hewan Resiko zoonosis dari tulang Mengonsumsi tulang hewan yang
hewan misalnya Brucelosis. kurang matang dari hewan yang
terinfeksi dapat menyebabkan
penularan brucellosis jika bakteri
tersebut terdapat pada permukaan
tulang atau di dalam ruang sumsum.
Memasak secara menyeluruh
membunuh bakteri Brucella dan
mengurangi risiko infeksi.
3. Pada Pasal 6 huruf d dan Pasal 7 huruf d, pangan asal hewan dan produk hewan nonpangan
dapat tercemar oleh bahaya biologis, kimiawi, dan fisik. Jelaskan apa yang dimaksudkan
dengan bahaya biologis, kimiawi, dan fisik, dan sertakan contohnya pada pangan asal hewan
dan produk hewan nonpangan

No Jenis bahaya Definisi Contoh jenis bahaya

Pada pangan asal Pada produk hewan


hewan nonpangan

1 Bahaya biologis zat organik yang menimbulkan Salmonella,E coli, limbah sintesis,racun dari
ancaman bagi kesehatan listeria,camplybacter, minyak ikan,antraks (kulit
manusia dan organisme hidup Toxoplasma gondi. sapi), kontaminasi
lainnya. Bahaya biologi mikroba, alergen,
meliputi virus, bakteri,
serangga, hewan, dan lain-
lain, yang dapat
menimbulkan dampak buruk
bagi kesehatan misalnya,
jamur, darah dan cairan tubuh
lainnya, tanaman berbahaya,
kotoran, debu dan hama
Bahaya
2 kimiawi zat (non-biologi) yang Residu pestisida bahan kimia berbahaya
berpotensi membahayakan Antibiotik dipewarnaan (Zat aditif),
kehidupan atau kesehatan. Logam berat arsenik
Paparan bahan kimia dapat
menyebabkan efek kesehatan
yang merugikan akut ataupun
jangka panjang
Bahaya
3 fisik aktivitas yang mengancam Tulang, kuku sisik Terkena alergi, gatal-
keselamatan dan faktor rambut/bulu, gatal atau reaksi,
lingkungan yang dapat kontaminasi dari pencearan benda asing,
membahayakan karyawan bahan kemasan kondisi penyimpanan tidak
tanpa harus menyentuhnya, sesuai
termasuk ketinggian,
kebisingan, radiasi, dan
tekanan
4. Apa saja kriteria minimal yang harus dipenuhi oleh hewan potong sehingga layak untuk
dipotong menurut PP no 95 tahun 2012?
Jawab :
Kriteria Minimal yang Harus Dipenuhi oleh Hewan Potong untuk Dipotong berdasarkan
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 95 Tahun 2012

● Umur: Hewan potong harus memiliki umur yang cukup untuk memenuhi persyaratan
pengendalian dan pemantauan yang diperlukan.
● Kondisi Kesehatan: Hewan potong harus berada dalam kondisi kesehatan yang baik
dan bebas dari penyakit yang dapat mengancam kesehatan manusia atau hewan lainnya.
● Pendidikan: Hewan harus memiliki pendidikan yang cukup untuk mampu mengikuti
perintah dan menanamkan kemampuan yang diharapkan.
● Kelayakan Fisik: Hewan potong harus memiliki kelayakan fisik yang cukup untuk
melaksanakan tugas yang diberikan, termasuk kestabilan fisik dan kemampuan untuk
bekerja dalam lingkungan tertentu.
● Pengendalian: Hewan potong harus dapat diendalikan dengan mudah oleh operator atau
pemantu, termasuk kemampuan untuk mengikuti perintah dan transmisi kemampuan
yang diharapkan.
● Kelayakan Psikis: Hewan potong harus memiliki kelayakan psikis yang cukup untuk
menjalankan tugas yang diberikan, termasuk kemampuan untuk berkomunikasi dan
mengatasi stres.
● Pengenalan: Hewan harus memiliki pengenalan yang cukup untuk mengidentifikasi dan
mengenali operator atau pemantu, serta mampu mengikuti perintah dari mereka.
● Pemantauan: Hewan harus dapat diberikan pemantauan yang cukup untuk memastikan
bahwa mereka tetap berada dalam kondisi kesehatan dan kelayakan yang baik, serta
memastikan bahwa mereka melaksanakan tugasnya secara efektif.
● Pengembangan: Hewan harus memiliki program pengembangan yang cukup untuk
mengembangkan kemampuan mereka dan memastikan bahwa mereka tetap berada
dalam kondisi kesehatan dan kelayakan yang baik.
● Pengelolaan: Hewan potong harus diterima dalam sistem pengelolaan yang cukup
untuk memastikan bahwa mereka diberikan kebutuhannya, termasuk pangan,
perawatan medis, dan lingkungan hidup yang tepat.

5. Apa persyaratan pelaksanaan pemotongan Hewan potong untuk keperluan upacara


keagamaan dan upacara adat di luar RPH?
Jawab : Berdasarkan PP 95 Tahun 2012, pemotongan hewan potong untuk keperluan
upacara keagamaan dapat dilakukan di luar Rumah Potong Hewan (RPH), apabila di suatu
kabupaten/kota belum memiliki RPH atau kapasitas pemotongan di RPH yang ada tidak
memadai. untuk pemotongan hewan kurban di luar RPH harus tetap memperhatikan
standar higiene sanitasi.
6. Jelaskan apa yang dimaksud dengan:
a. Nomor Kontrol Veteriner
Nomor Kontrol Veteriner (NVK) adalah nomor unik yang diberikan oleh Badan
Penanggulangan Penyakit Hewan (BPPH) atau instansi terkait lainnya pada suatu
produk hewan atau makanan hewan. NVK diterbitkan setelah produk hewan atau
makanan hewan telah melalui pemeriksaan dan verifikasi kualitas dan kesehatan oleh
para veteriner. Hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa produk hewan atau
makanan hewan yang dijual aman dan terjamin kualitasnya.
b. Sertifikat veteriner
Sertifikat Veteriner adalah dokumen resmi yang dikeluarkan oleh para veteriner atau
instansi terkait lainnya setelah melakukan pemeriksaan dan verifikasi kesehatan
hewan atau makanan hewan. Sertifikat ini berisi informasi tentang jenis hewan atau
makanan hewan, hasil pemeriksaan, dan tanda tangani resmi dari para veteriner.
Sertifikat ini digunakan sebagai bukti bahwa produk hewan atau makanan hewan telah
melalui pemeriksaan kesehatan yang baik dan layak untuk digunakan atau dijual.
c. Sertifikat halal
Sertifikat Halal adalah dokumen resmi yang dikeluarkan oleh lembaga halal
terkemuka atau instansi terkait lainnya untuk menyatakan bahwa suatu produk,
termasuk produk hewan atau makanan hewan, telah diproses, diproduksi, dan
disimpan sesuai dengan syariat Islam. Sertifikat ini menjamin bahwa produk tersebut
bebas dari kontaminasi zat haram dan layak untuk digunakan oleh muslim. Pemberian
sertifikat halal dilakukan setelah melalui proses peninjauan dan verifikasi yang ketat
oleh para ahli syariat Islam.
d. Registrasi produk hewan
Registrasi Produk Hewan adalah proses pendaftaran resmi suatu produk hewan atau
makanan hewan kepada badan regulasi atau instansi terkait. Registrasi ini dilakukan
sebagai langkah awal untuk memastikan bahwa produk hewan atau makanan hewan
memenuhi syarat-syarat keselamatan, kesehatan, dan mutu yang ditetapkan. Setelah
melalui proses registrasi, produk hewan atau makanan hewan akan diberi nomor unik
registrasi dan dapat dijual secara legalku. Registrasi ini wajib dilakukan untuk
memastikan bahwa semua produk hewan atau makanan hewan yang dijual aman dan
layak untuk digunakan oleh manusia.

7. Mengacu pada Pasal 83 ayat (2) dan ayat (3), menurut anda, pada kegiatan apakah penerapan
animal welfare paling lemah? Jelaskan jawaban anda!
Jawab :
Berdasarkan Pasal 83 ayat (2) dan ayat (3) pada Peraturan Pemerintah Nomor 95 Tahun
2012 yang menyatakan bahwa

ayat (2) : Kesejahteraan Hewan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan
cara menerapkan prinsip kebebasan Hewan yang meliputi bebas:
a. dari rasa lapar dan haus;
b. dari rasa sakit, cidera, dan penyakit;
c. dari ketidaknyamanan, penganiayaan, dan penyalahgunaan;
d. dari rasa takut dan tertekan; dan
e. untuk mengekspresikan perilaku alaminya.

ayat (3) : Prinsip kebebasan Hewan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diterapkan pada
kegiatan:
a. penangkapan dan penanganan;
b. penempatan dan pengandangan;
c. pemeliharaan dan perawatan;
d. pengangkutan;
e. penggunaan dan pemanfaatan;
f. perlakuan dan pengayoman yang wajar terhadap Hewan;
g. pemotongan dan pembunuhan; dan
h. praktik kedokteran perbandingan.

Kegiatan animal walfare yang paling lemah dilakukan adalah pertunjukan hewan di
aquarium dikarenakan Pada kegiatan ini, seringkali hewan-hewan yang digunakan tidak
mendapatkan perlakuan yang sesuai dengan kebutuhan alaminya. Mereka dipaksa untuk
melakukan atraksi atau pertunjukan yang dapat menyebabkan stres dan penderitaan pada
hewan tersebut.

Dalam konteks kegiatan hiburan yang melibatkan hewan, penegakan kesejahteraan hewan
seringkali menjadi tantangan. Meskipun regulasi seperti UU Nomor 95 Tahun 2012 telah
mengatur mengenai perlindungan hewan, namun implementasinya seringkali masih lemah
terutama dalam kegiatan hiburan seperti sirkus dan hiburan hewan. Hewan-hewan tersebut
sering kali hidup dalam kondisi yang tidak alami, dipaksa untuk melakukan atraksi yang
tidak sesuai dengan kebutuhan alaminya, serta mungkin mengalami perlakuan kasar atau
kurang perhatian terhadap kesejahteraannya.

Anda mungkin juga menyukai