Anda di halaman 1dari 88

HARI WALUYO, S.KM., M.

Sc

HYGIENE INDUSTRI
FAKTOR BIOLOGI
TUJUAN UMUM

Setelah mempelajari materi ini, peserta


mampu memahami potensi faktor
biologi dan cara mengendalikan faktor
biologi di tempat Kerja
TUJUAN KHUSUS
Setelah mempelajari materi ini, peserta mampu:
• Mampu memahami potensi bahaya ditempat kerja
• Memahami cara masuk faktor biologi dalam tubuh
pekerja dan bahaya yg ditimbulkan
• Memahami peran dan fungsi setiap petugas dalam
melakukan upaya keselamatan dan keamanan kerja
terhadap potensi faktor biologi
• Melakukan upaya pencegahan faktor biologi bagi para
pekerja di tempat bekerja
Pokok Bahasan
1. Potensi bahaya ditempat kerja
2. Potensi bahaya faktor biologik : klasifikasi bahaya,
cara penularan dan pekerjaan yg mempunyai resiko
terpapar bahaya biologik
3. Paparan bahaya biologik
 Daerah pertanian
 Daerah perkebunan
 Lingkungan berdebu : Pabrik , Pertambangan
 Laboratorium
Definisi
 Higiene industri adalah ilmu tentang
antisipasi, rekognisi/pengenalan,
evaluasi dan pengendalian kondisi
tempat kerja yang dapat menyebabkan
tenaga kerja mengalami kecelakaan
kerja dan atau penyakit akibat kerja.
Occupational Safety and Health
Administration (OSHA) (1998)
Hygiene industri di Tempat kerja :
1. Faktor Fisik
- Panas
- Kebisingan
- Getaran dll
2. Faktor Kimia ( bhn kimia- bahaya pekerja)
3. Faktor Biologis
 Setiap tempat kerja mempunyai risiko untuk
terpapar oleh berbagai organisme penyebab
penyakit, termasuk penyakit yang ditularkan
dari orang ke orang (person to person).
 Tindakan pencegahan dan penanggulangan
paparan biohazard mrpk tanggungjawab
perusahaan dan seluruh tenaga kerja.
 Pengetahuan mengenai penyebab, cara
penularan dan penanggulangan mutlak
diperlukan agar tenaga kerja bisa terhindar
dari berbagai PAK akibat paparan biohazard.
 Bahaya biologi dapat didefinisikan
sebagai debu organik yang berasal dari
sumber-sumber biologi yang berbeda
seperti virus, bakteri, jamur, protein dari
binatang atau bahan-bahan dari
tumbuhan seperti produk serat alam
yang terdegradasi.
 Bahaya Biologis ( Biohazard)
Agen infeksius atau produk agen infeksius
yang dapat mengganggu kesehatan manusia
( CDC Amerika 2009 )
 Bahaya Biologis : mikroorganisme, tanaman,
jamur atau hewan tidak bertulang belakang,
hewan bertulang belakang, sampah medis
atau sampel jaringan atau sisa cairan tubuh.
Klasifikasi Bahaya Biologis
1. Agen infeksius kemampuan untuk dapat
Menyebabkan penyakit akibat kerja: ukuran,
fisiologis & morfologinya:
Virus : Hepatitis, Rabies, HIV dll
Bakteri : antrax, Bruselosis, leptospirosis dl
Jamur : kandidiasis, Dermatofitosis dll
Protozoa : Malaria, Tripanosomiasis dll
Cacing : N.americanus, A. duodenale
2. Tanaman dan produk tanaman
Kontak dg tanaman menyebabkan keracunan yang
tidak bersifat racun (non infectious poisoning), reaksi
alergi
Misal :
 Bagassosis pada pekerja pabrik gula.
 Penyakit paru pada pekerja budidaya jamur
 Green Tobacco Sickness (GTS) adalah penyakit
yang dapat disebabkan oleh penyerapan nikotin
melalui kulit saat pekerja memanen daun tembakau
yang basah.
3. Hewan dan produk hewan

Infeksi yang ditularkan melalui :


 Vektor penyakit scr langsung dari hewan.

Misal: babesiosis, penyakit lyme, plague,


tularemia, virus west nile dan virus ross river
 Paparan langsung oleh bakteri

Mis:Leptospirosis, brucellosis, anthrax &


Rabies
 Resiko utk disengat / digigit hewan/Binatang :
ular, lipan, tawon, kalajengking dll
Cara penularan
1. Transmisi langsung dari manusia ke
manusia
Pekerja yg resti terinfeksi dr org lain
( terpapar darah atau cairan tubuh)
 Tenaga medis
 Paramedis
 Penjaga Tahanan
 PSK
2. Transmisi tidak langsung
a. Kontak permukaan ( tanah )
agen infeksius dpt hidup pd permukaan
tanah utk bbrp periode waktu.
mis : rhinovirus, cacing tambang
b. Food borne/waterborne disease
Infeksi tjd akibat kontaminasi makanan dgn
agen penyebab penyakit ( pengolahan
makanan yg tidak higienis & air utk
memasak yg terkontaminasi)
Jenis Mikroba yang Mengakibatkan
Foodborne diseases
 Intoksikasi :
 Penyakit keracunan makanan terjadi akibat mengkonsumsi makanan
yang mengandung toksin bakteri maupun jamur. (Staphylococcus
aureus, Clo.botulinum, B.cereus, dan A.flavus)
 Infeksi :
 Penyakit keracunan makanan terjadi akibat mengkonsumsi makanan
maupun minuman yang terkontaminasi bakteri enteropatogen.
(Salmonella)
 Toksikoinfeksi :
 Penyakit keracunan makanan terjadi akibat mengkonsumsi sejumlah
besar sel hidup dari bakteri patogen yang mengkontaminasi makanan
maupun minuman. Bakteri tersebut mengalami sporulasi atau mati dan
menghasilkan toksin sehingga menimbulkan gejala. (Clostridium
perfringens : gastroentritis)
Jenis Pangan yang beresiko
menimbulkan Foodborne Diseases

 Daging segar dan daging olahan


 Miscellaneous (Telur, mayonaise, cereal,
kacang2an, minyak biji2an, salad, dan sandwiches)
 Seafood
 Susu dan produk olahannya
 Buah, sayur, dan hasil olahannya
c. Droplet/airborne contamination
Infeksi melalui paparan droplet atau aerosol
dapat berasal dari manusia atau lingkungan.
Mis : Penularan TBC atau influenza
d. Vector borne disease
Vektor sbg organisme pembawa bibit
penyakit
Misalnya : nyamuk malaria, alpha virus
flavivirus (seperti (demam dengue/DHF)
BAKTERI
CONTOH PENYAKIT Sumber penularan Tenaga kerja
berisiko

Bacilus anthracis Anthrax Binatang ternak Pertanian dan


kehewanan

Brucella suis Brucellosis Babi Pekerja RPH,


peternak babi,
pemburu babi

Leptospira spp. Leptospirosis Urin tikus Pekerja sanitarian,


pekerja pembuangan
limbah
VIRUS
CONTOH PENYAKIT Sumber penularan Tenaga kerja
berisiko

Ross River Ross River fever nyamuk yang Pekerja di luar


virus membawa virus ruangan

Henipavirus Hendra virus Kelelawar dan kuda Dokter hewan,


yang terinfeksi pekerja
peternakan kuda

Parapoxvirus Orf (Lesi pada kulit, Kontak langsung Pekerja pertanian,


potensial erythema kulit dengan sapi/ peternakan dan
multiformis lembu yg terinfeksi dokter hewan
Jalan Masuk
1. a. Kulit utuh : antrax, bruselosis, leptospirosis
b. Kulit rusak : Rabies, tetanus, hepatitis
c. kulit maserasi : infeksi jamur
2. a. Gigitan serangga : malaria, riketsiosis ( kutu,
tungau dan caplak )
b. Gigitan lalat tsetse : Tripanosomiasis
3. Inhalasi: debu tercemar, spora
4. Melalui mulut : hepatitis A, diare, poliomylitis.
Hubungan bahaya biologis & pekerjaan
1. Jenis pekerjaan :
a. Luar Ruangan
 pekerjaan pengolahan sampah/air limbah me ↗
risiko terpapar bakteri
 pekerja sektor kehutanan, perkebunan resiko tjd
sengatan/gigitan hewan dan penyakit yg ditularkan
melalui vector.
b. Berhubungan dg Hewan
• bersentuhan langsung dengan binatang /produk
binatang dan berisiko terkena gangguan kesehatan
mis : (RPH), peternakan, pembersihan kandang
burung, petugas kepabeanan
c. Berhubungan dg darah & cairan tubuh
petugas kesehatan, petugas autopsy dan
pemeliharaan jenazah, petugas rumah tahanan,
atlet dan penjaja seks komersial (PSK) →
tertular penyakit
2. Lokasi dan lingkungan kerja
Mrpk faktor predisposisi utk tjd penularan penyakit
melalui vektor (seperti rabies dan malaria) dimana
penyakit ini bersifat endemik pada beberapa
daerah tertentu.
Kondisi lingk.berbahaya (gigitan binatang
berbahaya seperti buaya dan ular berbisa).
Pekerjaan yg terpapar bahaya biologis
1. Petani / pekerja di perkebunan
2. Peternak /Pemotong hewan
3. Pekerja Tambang
4. Medis dan Para Medis
5. Analis Kesehatan
6. Dokter hewan
Daerah Pertanian
a) Tetanus
 Disebabkan bakteri Clostridium tetani
 Batang gram (+), berspora pd ujungnya (drumstick)
 Bersifat obligat anaerob : vegetatif tanda udara
 Bentuk spora, dpt hidup di dalam tanah smp
berbulan 2, bahkan sampai bertahun-tahun
 Spora dlm tanah, yg ada kotoran hewan
menyebabkan tetanus ketika masuk ke dalam kulit
luka yg dalam dg suasana anaerob (kecelakaan,luka
tusuk, luka operasi, paku berkarat, atau luka bakar).
 Orang yg beresiko :
- Belum menerima vaksinasi / tidak lengkap.
- Luka yg terpapar debu, kotoran hewan, atau tanah
- Ada benda asing pd luka,mis serpihan kayu, karat.
- Luka penetrasi yang dalam.
 Pintu masuk bakteri: ( survei 4 RS kota bsar) :
- radang telingga tengah : 39%
- luka 38%
- karies gigi 10%
 Pencegahan : vaksinasi DPT, TT
b. Leptospirosis

 Penyebab: bakteri leptospira, bentuk : spiral,


menyerang manusia & hewan.
 Tjd pd tempat2 yg ada binatang pengerat
(tikus) mis: lumbung padi, gudang, sawah dll
 Pekerja yg berisiko tinggi terinfeksi:
orang yg bekerja di sawah, petani tebu,
penambang, pembuat selokan, jagal,
pemelihara hewan, dan dokter hewan.
 Leptospira bertahan dlm  ginjal hewan shg
bakteri akan dikeluarkan lewat air
kencingnya .
 Penyakit ini dpt ditularkan melalui air (water
borne disease)
 Hujan deras membantu penyebaran
penyakit ini, terutama di daerah banjir
Pencegahan Leptospirosis

a) Personal hygiene,
b) Penggunaan pakaian pelindung selama bekerja di
kandang,
c) Drainase yang baik (ke-aliran yang lebih rendah),
d) Pencegahan terhadap rodensia,
e) Perlindungan terhadap bahan pangan serta
pembuangan limbah yang benar,
f) Kontrol terhadap infeksi pada hewan peliharaan,
g) Menghindari berenang di sungai atau tempat lain
yang kemungkinan besar terkontaminasi dan,
h) Tindakan vaksinasi terhadap kelompok pekerja
yang berisiko tinggi ( tdk umum reaksi alergi)
c) Cacingan
Terutama pekerja yang berhubungan langsung
dengan tanah
d) Byssinosis atau Asma terutama para petani
kapas
e) Keracunan Mycotoxin
Racun yang dihasilkan oleh metabolisme jamur
( Aspergillus flavus dan Aspergillus
parasiticus ) mengkontaminasi hasil pertanian
seperti kacang tanah, jagung, gandum, kedelai,
ubi jalar, dll. Racunnya bersifat karsinogen.
Daerah Peternakan
( mengolah kulit hewan & produk – produknya)

a) Anthrax , disebabkan bakteri batang gram


(+), berspora, Bacillus anthraxis
bentuk spora tahan thd agen fisik & kimia,
tahan sampai 60 th di dlm tanah kering.
Spora juga tahan dlm waktu yg lama pd
debu, kapas, bulu, kulit, serbuk tulang,
pakaian, dsb.
 Wabah tjd akibat makan daging yg mati krn
terserang anthrax/ hewan yg terinfeksi
penyakit anthrax
 Di Indonesia penyakit ini sering tjd pd sapi,
kerbau, kambing, domba, kuda, dan babi.
Anjing dpt tertular bila makan daging hewan
yg telah mati.
 Kematian hewan scr mendadak di daerah
endemik anthrax tdk boleh dilakukan autopsi.
 Bangkai harus segera dikubur cukup dalam
dan ditimbun dengan kapur.
 Pekerja terpajan: peternakan, menangani
binatang & produk hewan (wol, kulit
kambing, dan bulunya)
 cara penularan:
- infeksi kulit (kontak dg hewan terinfeksi /
kontak dg wol, kulit, dan bulu binatang
- inhalasi spora (dari wool atau bulu
hewan yang terkontaminasi )
- infeksi saluran cerna (ingesti daging yg
berasal dari hewan terinfeksi)
Diagnosis
 Px.darah. Memeriksa ada-tidaknya bakteri
anthrax dlm darah pasien.
 Px kotoran. Kotoran pasien diperiksa utk
memastikan diagnosa anthrax gastrointestinal.
 Px.Cairan dari luka yg dicurigai atau sampel
jaringan kulit pada daerah yang terinfeksi akan
diambil untuk diperiksa
 Pemindaian. Foto rontgen / CT-scan dada,
dilakukan pd pasien yg dicurigai menderita
anthrax inhalasi.
 Pembiakan mikroorganisme
Pencegahan Anthrax

 Mengonsumsi daging yg dimasak matang dan


menghindari kontak dg hewan yg terinfeksi.
 Menjaga kebersihaan kandang
 Daging dr hewan terinfeksi anthrax: tdk
dikonsumsi
 Vaksin, ini hanya direkomendasikan utk
anggota militer, para ilmuwan yg meneliti
tentang anthrax, dan orang-orang dg profesi
yang berisiko tinggi terkena penyakit ini
b) Brucellosis
 Penyebab: bakteri batang gram (-) :
a. Brucella abortus (ternak sapi)
b. Brucella mellitensis ( domba & kambing)
c. Brucella suis ( ternak babi )
Pemajanan : rumah potong, dokter hewan,
peternak
Penularan: ingesti, kontak langsung dg kulit
luka terbuka
Di lingkungan berdebu (Pertambangan atau
pabrik)

M.O yang mungkin ditemukan adalah bakteri


penyebab penyakit saluran napas, seperti :
a) Tuberculosis disebabkan bakteri batang
tahan asam, Mycobacterium tuberculosis
cara penularan: inhalasi
b) Bronkitis
c) Infeksi saluran pernapasan lainnya seperti
Pneumonia.
d. Cacing tambang ( Hook Worm)

Pemajanan: Pertambangan,
Pertanian
Cara penularan: lewat larva yg
menembus kulit utuh telapak kaki
Jenis :

- Necator americanus dan


- Ancylostoma duodenale
i

42
i

 Faktor yg mempengaruhi kehidupan cacing


tambang di luar hospes:
Suhu
kelembaban
Keadaan tanah ( gembur, berpasir, humus )
sinar matahari

 Cara penularan / lingkaran hidup:


Hospes difinitif: manusia
Habitat: usus halus
Vektor / hospes antara: --
Bentuk infektif: larva filariform
Cara infeksi: menembus kulit antara jari kaki

43
Karakterik cacing tambang
Karakterik Ancylostoma duodenale Necator americanus

Uk,cacing dewasa

Jantan 0,8-1,1 cm 0,7-0,9 cm

Betina 1,0-1,3 cm 0,9-1,1 cm

Umur cacing dewasa 1 tahun 3-5 tahun

lokasi cacing dewasa usus halus usus halus

Masa prepaten 53 hari 49 – 56 hari

Jml telur/cacing/hari 10.000 – 25.000 5.000 – 10.000

Rute infeksi Oral, perkutan Perkutan


i

 Diagnosis penderita:
 Memeriksa faeces: telur (N. americanus = A. duodenale)
 Memeriksa faeces Harada mori: larva
 Diagnosis lingkungan
 Memeriksa tanah: telur, larva (metode Berman)
 Memeriksa sayuran, buah-buahan: telur
 Pencegahan:
 Mengobati sumber infeksi
 Pengobatan masal periodik
 Memperbaiki lingkungan ( mis: menjaga kebersihan)
 Defikasi di jamban
 Tidak mengunakan tinja yg mengandung telur cacing utk pupuk
di kebun sayuran
 Memakai alas kaki

45
Ancylostoma
Perkebunan

 Resiko terkena penyakit kaki gajah /


elephantiasis krn arthropoda borne
disease :
 Wuchereria bancrofti nyamuk Culek
 Brugia malayi, larva nyamuk mansoni/
Anopheles
Wuchereria bancrofti (arthropoda borne disease)
Daerah penyebaran / faktor resiko:
 Tropis, sub-tropis
 Perkotaan, perdesaan
 Keadaan lingkungan jelek sbg sarang nyamuk Culex
 Sosial ekonomi rendah kemungkinan kontak dg nyamuk
sangat besar
 Tidur tidak memakai kelambu
 Nyamuk Culex mudah masuk kedalam rumah
 Malam hari suka keladang
 Banyak genangan air kotor

48
Morfologi
(dewasa, mikrofilaria dan larva)

Dewasa:
 Seperti benang
 Hidup dlm saluran limfe hospes
 Jantan: 40 mm x 0,1 mm , betina: 65 - 100 mm x 0,25 mm

Mikrofilaria:
 Dalam darah jari pada saat tertentu (malam hari)

Larva:
 Dalam nyamuk Culex yang berperan sebagai vektor
biologis

49
Stadium dewasa Wuchereria bancrofti

50
Mikrofilaria Wuchereria bancrofti

Ciri-ciri:
 Mempunyai selubung
 Ruang kepala: panjang = lebar
 Inti merata
 Ujung posterior tidak ditemukan
inti
 Kadang-kadang ditemukan dlm
urin
 Periodik nokturnal: ditemukan
dlm darah ujung jari, malam
hari

51
Lingkaran hidup:

Hospes difinitif:
 Manusia

Hospes antara:
 Nyamuk Culex

Habitat:
 Sistem limfe

Bentuk infektif:
 Larva stad III

Cara infeksi:
 Gigitan nyamuk

52
.

53
Vektor Wuchereria bancrofti

54
Breeding places nyamuk Culex fatigans

55
Gejala klinis:
.

 Menimbulkan penyakit kaki gajah / elephantiasis


 Stad dewasa menyumbat saluran limfe:
 Kaki & alat genital membengkak
Diagnosis penderita:
 Pemeriksaan darah ujung jari pd malam hari
Diagnosis lingkungan:
 Memeriksa larva dalam nyamuk

Pencegahan:
 Mengobati sumber infeksi
 Memperbaiki lingkungan / menghilangkan sarang nyamuk
 Menghindarkan diri dari gigitan nyamuk
 Meningkatkan pengetahuan masy. Mengenai penyakit
filariasis dan cara penularannya, shg masy.dpt
berpartipasi dlm pemberantasan penyakit ini.

56
Gejala klinis

57
Brugia malayi (arthropoda borne disease)

Daerah penyebaran / faktor resiko:


 Tropis / sub-tropis
 Keadaan lingkungan jelek
Daerah pedesaan berawa-rawa
 Banyak nyamuk Mansonia / Anopheles
 Keadaan sosial ekonomi rendah:
Pekerjaan berladang
Mencari kayu dihutan
Sering tidur diluar rumah

58
Morfologi
(dewasa, mikrofilaria, larva)

Stadium dewasa:
 Bentuknya hampir sama dg Wuchereria
bancrofti
Mikrofilaria:
 Mempunyai selubung
 Ruang kepala: p = 2x lebar
 Intinya mengelompok
 Ujung post. ditemukan 2 inti terpisah
 Ditemukan dlm darah ujung jari:
 Malam hari

Larva:
 Nyamuk Mansonia / Anopheles

59
Lingkaran hidup

Hospes difinitif:
 Manusia / kera (zoonosis)

Hospes antara:
 Nyamuk Mansonia rawa-rawa
 Nyamuk Anopheles persawahan
Habitat:
 Sistem limfe

Bentuk infektif: larva stadium III


Cara infeksi:
 Gigitan nyamuk yang mengendung larva stad III

60
.

61
Hospes antara Brugia malayi: nyamuk Mansonia
(nyamuk hutan)

62
Hospes antara Brugia malayi
nyamuk Mansonia

63
Breeding site Mansonia ditepi hutan

64
Nyamuk Anopheles

65
Hospes antara Brugia malayi
nyamuk Anopheles

66
Breeding site / resting place nyamuk Anopheles

67
.

Gejala klinis:
 Menimbulkan penyakit elephantiasis / kaki gajah
 Stad dewasa menymbat saluran limfe inguinal
 Kaki di bawah lutut membengkak
Diagnosis penderita:
 Pemeriksaan darah ujung jari pd waktu malam
Diagnosis lingkungan:
 Memeriksa larva dalam nyamuk
Pencegahan:
 Mengobati sumber infeksi (manusia dan kera)
 Memperbaiki lingkungan (sarang nyamuk dihilangkan)
 Tidak kontak dg nyamuk

68
Gejala klinis

69
Laboratorium
Bbrp agen yang dapat menginfeksi pekerja di
laboratorium antara lain:
 Brucella spp.,
 Coxiella burnetii,
 Hepatitis B virus (HBV),
 Salmonella typhi,
 Francisella tularensis,
 Mycobacterium tuberculosis,
 Blastomyces dermatitidis,
 Venezuelan equine encephalitis virus,
 Chlamydia psittaci, dan
 Coccidioides immitis (US Department of Health,
2009)
Klasifikasi mikroorganisme Menular berdasarkan Resiko infeksi (WHO)

Klasifikasi Menurut World Health Jenis Mikroorganisme


Organization (WHO)
Kel. Resiko 1 M.O tidak menyebabkan penyakit Escherichia coli K12,
(Tidak ada/ pada manusia dan hewan Lactobacillus sp.,
rendahnya Asporogenic bacillus,
risiko agen thd Adenovirus-associated virus
individu dan (AAV), Boculoviruses,
komunitas ) Herpes
virus saimiri
Kel.Resiko 2 -Menyebabkan penyakit pd manusia Escherichia coli,
( Risiko thd & hewan tetapi bukan bahaya yang Neisseria meningitides,
individu serius bagi staf laboratorium, Treponema pallidium,
sedang, thd komunitas, hewan, dan lingkungan. Cryptoccoccus
komunitas --Paparan di laboratorium dapat neoformus, Ascaris sp.,
rendah) menyebabkan infeksi yang serius Leishmania sp,
tetapi tindakan pencegahan dan Adenovirus, Hepatitis A,
pengobatan tersedia dengan risiko B, C, D, dan E.
infeksi terbatas
Klasifikasi mikroorganisme Menular berdasarkan Resiko infeksi (WHO)

Klasifikasi Menurut World Health Organization Jenis Mikroorganisme


(WHO)
Kel.Resiko 3 -Patogen menyebabkan penyakit Brucella sp., Coxiella
(Risiko thd serius pada manusia dan hewan. burnetii,
individu - Tidak mudah menular antar Mycobacterium
tinggi dan individu. tuberculosis,
pada -Tindakan pencegahan dan Coccodiodes immitis,
komunitas pengobatan telah tersedia. Hanta virus, Monkey
rendah) pox.

Kel.Resiko 4 - Patogen menyebabkan penyakit Lassa virus, Machupo


(Risiko thd serius pada manusia dan hewan. virus, Ebola virus,
individu dan - Dapat tertular antar individu. Marburg virus, Herpes
komunitas - Tindakan pencegahan dan virus simiae,
tinggi) pengobatan tidak tersedia. Hemorrhagic fever
virus.
Kelompok resiko vs Biosafety level
Kelompok Biosafety Tipe Penerapan Peralatan
Resiko Level Laboratorium Laboratorium pengamanan
1 Basic- Pengajaran dasar, GMT Tidak ada
Biosafety penelitian Bench terbuka
Level 1
2 Basic- Pelayanan GMT+ pakaian Bench terbuka
Biosafety kes.dasar, diagnosa, pelindung tanpa + BCS utk
Level 2 penelitian biohazard aerosol
3 Containment- Diagnosis khusus Level 2 + BCS dan atau
Biosafety penelitian pakaian khusus peralatan primer
Level 3 Kendali akses dlm semua
Airflow terarah aktifitas
4 Maximum Unit Patogen Level 3 + airlock BCS level 3 atau
Containment- berbahaya entry, shower ruang
exit, penangan bertekanan + dg
Biosafety limbah secara BSC kelas 2,
Level 4 khusus otoklaf double
ended
Peralatan untuk mengelola agen biologis

Fasilitas Biosafety Cabinet (BSC) yang ada pada


laboratorium.
Penggunaan jenis BSC Disesuaikan dengan tingkat risiko
Mikroorganisme (Tabel ).
Perlengkapan keamanan diri untuk bekerja di
laboratorium BSL 3.
Kontrol terhadap bahaya biologi
1. Kontrol teknis (melengkapi peralatan laboratorium yg tidak
menimbulkan bahaya para pekerjanya).
2. Tindakan pencegahan menyeluruh (universal precaution)
memakai Jas lab, Sarung tangan, Peralatan proteksi pernafasan,
Pelindung mata dan wajah misalnya goggles, face shields, dan
safety glasses).
3. Praktek kerumahtanggaan, yang baik dapat
meminimalisir risiko pajanan bahan-bahan
biohazard : menjaga laboratorium tetap
bersih dan rapi, meminimalkan menyimpan
bahan bahan yang tidak berkaitan dengan
pekerjaan.
4. Membuat prosedur pembuangan limbah
 Pemisahan bahan–bahan infeksius
a. Limbah non infeksius, dibuang seperti limbah
RT
b. Peralatan infeksius seperti jarum suntik,
pecahan gelas
○ Kontainer
○ Autoklaf atau langsung dibakar
c. Material terkontaminasi-didekontaminasi →
autoklaf-pencucian-digunakan
d. Material terkontaminasi→diautoklaf→dibuang
e. Material terkontaminasi→dibakar langsung
Kode warna Limbah Klinis
Warna Jenis Limbah
Kantong
Hitam Limbah rumah tangga biasa, tidak
digunakan untuk menyimpan/mengangkut
limbah klinis
Kuning Semua jenis limbah INFEKSIUS

Kuning dgn Strip Jenis limbah yang sebaiknya dibakar tetapi


Hitam bisa juga dibuang di sanitary landfil bila
dilakukan pengumpulan terpisah dan
pengaturan pembuangan
Biru Muda/ Limbah utk autoclaving (pengolahan
Transparan dgn sejenis)sebelum pembuangan akhir
Strip Biru Tua
Pembuangan jarum suntik dan benda tajam
CONTOH PEMBUANGAN
CONTOH PEMBUANGAN
CONTOH PEMBUANGAN
CONTOH PEMBUANGAN
5. Pelabellan, kontainer bahan-bahan biohazard harus dilabel
(Identifikasi produk, Nama organisme, Simbol biohazard
dan Referensi dari lembaran data keselamatan bahan).
6. Praktek kerja yang aman
 Memakai alat pelindung perseorangan yang tepat.
 Jangan makan, minum, merokok, menyimpan makanan
dan minuman, lensa kontak di laboratorium.
 Ikat ke belakang rambut dan ikat rambut yang panjang
sehingga tidak berpotensi menimbulkan gangguan.
 Jangan berhubungan langsung pipet dengan mulut,
gunakan peralatan pipet secara mekanik. Ambil
pelanpelan untuk menghindari menghasilkan aerosols.
Upaya pengendalian biohazard dapat dilakukan
1. Eliminasi sumber biohazard (seperti mendesain
system ventilasi untuk mengeliminasi air yang
menjadi reservoir legionella);
2. Eliminasi agen biohazard (contoh penggunaan
pestisida untuk mengeliminasispesies tikus);
3. Eliminasi vektor (contoh eliminasi spesies
burung tertentu yang menjadi vector penyakit
psittacosis). Ketika langkah eliminasi tidak bisa
dilakukan, selanjutnya dpt dilakukan
4. Pengendalian secara teknik, administratif dan
penggunaan alat pelindung diri.
Hirarki pengendalian biohazard di tempat kerja

Teknik Jenis Tindakan


Pengendalian • Vaksinisasi ( Tetanus, BCG, Rabies )
teknis/Bioteknis • Pemberian obat ( malaria)
• Perbaikan sistem ventilasi
• Penggunaan alat automatis
Pengendalian secara • Kebijakan dan prosedur kerja yang aman
administratif • Prosedur pengendalian infeksi secara umum dan
prosedur kerja yang aman
• Program imunisasi
• Program Pelatihan K3
• Prosedur karantina dan isolasi
Alat pelindung diri • Sepatu Boot : Pertambangan. Selokan, lapangan
•Sarung tangan
• Pakaian pelindung
• Pelindung mata
• Pelindung pernafasan
Thank

You

Anda mungkin juga menyukai