Anda di halaman 1dari 25

ESSAI KONSEP UKHUWAH ISLAMIYAH, UKHUWAH INSYANIYAH,

UKHUWAH WATHONIYAH, YANG RELEVAN DENGAN MASYARAKAT DAN


BUDAYA INDONESIA

Dosen Pengampu :

Rohmatul Faizah S.Pdi., M.Pdi

Disusun Oleh :

Kelompok 8

1. Dike Abrila Putri Yuliono (23042010081)


2. Syafa Gading Adhip Arafa (23042010082)
3. Febrita Shafa Nitanto (23042010249)
4. Mutiara Wahyu Lailasari (23042010250)
5. Tita Rizky Anaulia (23042010261)

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR


MATA KULIAH AGAMA G710
SURABAYA
2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
1.2 Latar Belakang..................................................................................................................1
1.3 Rumusan Masalah............................................................................................................2
1.4 Tujuan...............................................................................................................................2
BAB II........................................................................................................................................3
PEMBAHASAN........................................................................................................................3
2.1 Pengertian Ukhuwah........................................................................................................3
2.2 Jenis-Jenis Ukhuwah........................................................................................................3
2.3 Ukhuwah Islamiyah..........................................................................................................4
A. Hak Ukhuwah Islamiyah................................................................................................4
B. Syarat dan Keutamaan ukhuwah Islamiyah....................................................................6
C. Jalan yang Dapat Ditempuh Untuk Mewujudkan Ukhuwah Islamiyah.........................7
2.4 Ukhuwah Wathoniyah......................................................................................................8
A. Pengertian Ukhuwah Wathoniyah.................................................................................8
B. Nilai-nilai Ukhuwah Wathoniyah................................................................................10
C. Pola Pembinaan Ukhuwah Wathoniyah.......................................................................11
D. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Pembinaan Nilai-Nilai Ukhuwah
Wathoniyah.......................................................................................................................12
2. 5 Al-Ukhuwah Al-Insāniyah (Baṣariyah).........................................................................12
BAB III.....................................................................................................................................15
PENUTUP................................................................................................................................15
3.1 Kesimpulan................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................16

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.2 Latar Belakang

Dari segi Bahasa, kata ukhuwah merupakan bentuk mashdar dari kata “Akha” yang
berarti bersaudara. Kata “Akh” (saudara) dalam bentuk Tunggal muncul dalam Al-Qur’an
sebanyak 52 kali, dan tidak mengacu pada empat makna utama. Pertama, merujuk pada
saudara kandung atau saudara berdasarkan hubungan darah. Kedua, menggambarkan saudara
yang memiliki ikatan keluarga. Ketiga, merujuk pada saudara dalam konteks sebangsa tanpa
memandang perbedaan agama. Keempat, mencerminkan saudara yang satu Masyarakat
meskipun memiliki perbedaan pemahaman.1 Sedangkan dalam istilah, definisi dari ukhuwah
bervariasi menurut para ulama. Salah satunya seperti yang dijelaskan oleh M. Quraish
Shihab, ukhuwah diartikan sebagai persaudaraan dan berasal dari akar kata yang pada
awalnya berarti memperhatikan. Arti aslinya menunjukkan bahwa persaudaraan mewajibkan
adanya perhatian dari semua pihak yang merasa sebagai saudara. 2 Ukhuwah (Persaudaraan)
merupakan unsur penting dalam ajaran islam. Allah SWT. Dan Nabi-Nya mendorong
pelaksanaannya untuk memperkuat persatuan. Melalui ukhuwah ini, hubungan sosial dan
budaya dapat dibangun dengan landasan islami. Ukhuwah diwajibkan untuk memperkuat
persatuan yang mendukung terwujudnya kesatuan umat islam (ummah wahidah). Apabila
seluruh umat islam memperhatikan dan menerapkan ukhuwah ini dengan mengikatnya
melalui ikatan hati atau jiwa, maka akan tercipta pengaruh yang kuat dalam pengembangan
hubungan antarmanusia dalam masyarakat dan budaya. 3

Dalam kehidupan manusia, terutama bagi umat muslim, hubungan antarindividu dan
dalam masyarakat sangat penting. Meskipun terkadang kesalahan dan tindakan yang memicu
konflik dapat terjadi yang mengakibatkan perselisihan dan permusuhan yang dapat
memecahbelah masyarakat. Ketika situasi ini terjadi, ikatan ukhuwah di antara mereka akan
terputus. Oleh karena itu, masyarakat di harus mampu menghindari perpecahan agar
mewujudkan konsep Ukhuwah Islamiyah, Ukhuwah Insyaniyah, dan Ukhuwah Wathoniyah,

1
M. Syukuri Fadholi dkk, Multikulturalisme Dalam Bingkai Ukhuwah Islamiyah, (Yogyakarta : Idea
Press Yogyakarta), 7-8
2
M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an : Tafsir maudlu’I Atas Pelbagai Persoalan Umat, (Bandung
: Mizan, 1995), 486-487
3
SKRIPSI_PERPUS.pdf. Diakses pada tanggal 03 November

1
antar budaya dan masyarakat dengan baik. Yaitu dengan cara memiliki sifat toleransi antar
suku, merawat tali kasih persaudaraan, mampu menjaga lisan dari hal-hal yang dapat
menimbulkan mudharat kepada orang lain, dan memahami kebudayaan dengan latar belakang
budaya yang berbeda. Melihat situasi ini, sangat jelas bahwa nilai-nilai Ukhuwah Islamiyah,
Ukhuwah Insyaniyah, dan Ukhuwah Wathoniyah sangat diperlukan dalam kehidupan
bersosial dan berbudaya. Hal ini bertujuan untuk mencapai tujuan hidup yang sejahtera.

1.3 Rumusan Masalah


1. Bagaimana konsep ukhuwah berperan penting dalam kehidupan bermasyarakat
dan berbudaya ?
2. Bagaimana implementasi ukhuwah dalam kehidupan sosial dan budaya?

1.4 Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana konsep ukhuwah berperan penting dalam kehidupan
bermasyarakat dan budaya
2. Untuk mengetahui bagaimana implementasi ukhuwah dalam kehidupan sosial dan
budaya

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ukhuwah


Definisi dari kata Ukhuwah menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) online
dan menurut ahli bahasa arti kata ukhuwah yaitu persaudaraan yang perlu ditingkatkan rasa
diantara sesama anggota masyarakat.2

Dari segi bahasa kata ukhuwah merupakan bentuk mashdar dari kata 'Akha' yang
berarti bersaudara. Kata akh (saudara) dalam bentuk tunggal yang di dalam Al-Qur'an dapat
ditemukan sebanyak 52 kali ini, setidaknya dapat berarti : Pertama, saudara kandung atau
saudara keturunan. Kedua, saudara yang dijalin oleh ikatan keluarga. Ketiga, saudara dalam
arti sebangsa, walaupun tidak seagama. Keempat, saudara semasyarakat walaupun selisih
paham.3

Ukhuwah dari segi istilah, para ulama memiliki definisi yang beragam. Diantaranya
adalah sebagaimana yang dikemukakan oleh M. Quraish Shihab, ukhuwah yang diartikan
sebagai persaudaraan, terambil dari akar kata gang pada mulanya berarti memperhatikan.
Makna asal ini memberi kesan bahwa persaudaraan mengharuskan adanya perhatian semua
pihak yang merasa bersaudara.4

Persaudaraan menurut orang-orang Barat adalah hubungan kekerabatan antara dua


orang bersaudara yang seketurunan dari bapak dan ibu. Mereka juga menggunakan istilah
'persaudaraan' untuk menyebut lembaga perserikatan yang pada umumnya beranggotakan
orang-orang berprofesi sama, dengan tujuan saling membantu untuk mewujudkan
kepentingan mereka dan meningkatkan keadaanya.5

2.2 Jenis-Jenis Ukhuwah


Adapun untuk macam-macam ukhuwah dibagi kedalam tiga macam, yaitu Ukhuwah
Islamiyah (persaudaraan umat Islam), Ukhuwah Wathoniyah (persaudaraan bangsa), dan
Ukhuwah Insaniyah (persaudaraan umat manusia). Pengertian masing-masing adalah
sebagai

2
https://kbbi.kemdikbud.go.id di kutip tanggal 05 November 2023 pukul 19.00 WIB
3
M. Syukuri Fadholi dkk, Multikulturalisme Dalam Bingkai Ukhuwah Islamiyah, 7-8
4
M. Quraish Shihab, wawasan Al-Qur'an : Tafsir Maudlu'I Atas Berbagai Persoalan Umat, 1995,
486-487
5
Abd. Halim Mahmud, Fiqh Ukhuwah : Merajut Benang Ukhuwah Islamiyah, 2000, 25

3
berikut :
1. Ukhuwah Insaniyah (Basyariyah), yaitu persaudaraan yang berlaku pada semua
manusia secara universal tanpa membedakan ras, agama, suku dan aspek-aspek
kekhususan lainnya. .
2. Ukhuwah wathoniyah wa al-nasab, yaitu persaudaraan dalam keturunan dan
kebangsaan. Yaitu persaudaraan yang diikat oleh jiwa nasionalisme tanpa
membedakan agama, suku, warna kulit, adat istiadat dan budaya dan aspek-
aspek yang lainnya. Semua itu perlu untuk dijalin karena kita sama-sama satu
bangsa yaitu Indonesia.
3. Ukhuwah Islamiyah, yaitu ikatan persaudaraan yang terjadi karena adanya
hubungan akidah atau kepercayaan yaitu Islam. Artinya agama Islamlah yang
menyatukan kita sebagai satu ikatan persaudaraan.6

2.3 Ukhuwah Islamiyah


A. Hak Ukhuwah Islamiyah
Hak berukhuwah dalam Islam terbagi menjadi dua bagian yaitu hak umum dan
hak khusus.

a. Hak – Hak Umum


Hak-hak umum adalah hak-hak persaudaraan yang mewajibkan setiap muslim
untuk menghormati saudaranya sesama muslim, dengan bersumberkan dari semangat
keislaman yang tinggi dan berdiri tegak di atas prinsip- prinsip kemasyarakatan yang
mulia. Kriteria muslim yang dimaksud adalah muslim yang mencakup beriman
kepada Allah SWT sebagai Rabb, kepada islam sebagai dien, kepada Al-Qur’an
sebagai Iman (ikutan), dan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai pemimpin
(teladan) serta Rasul. Dan khususnya jika para muslimin itu sebagai tetangga, kerabat,
teman dekat dalam pekerjaan tertentu atau teman bersekutu dalam aktivitas maka di
antara hak-haknya yang penting adalah meliputi mengucapkan salam ketika bertemu
dengan sesama Muslim, menjawab salam yang diucapkan Muslim lainnya, menjenguk
orang yang sedang sakit, mengantarkan jenazah ke pemakaman, memanjatkan do’a,
mendo’akan apabila ada orang yang bersin (dengan mengucap yarhamukallah),
membantu seseorang yang didzalimi (teraniaya), menolong seseorang yang sedang
kesusahan, ikhlas dalam memberikan nasehat, menutupi aib orang lain,
menjauhkan diri dari

6
Abdul Aziz Ajhari, dkk, Jalan Menggapai Ridho Ilahi, 2019, 3-4
4
perbuatan yang mengganggu atau merugikannya seperti dengki, saling membenci,
zalim, ghibah.

b. Hak-Hak Khusus
Hak-hak khusus dalam ukhuwah merupakan hak-hak yang besar dan agung.
Hak- hak khusus ini mempunyai spektrum yang luas dan sangat penting bagi
pendidikan para pejuang dakwah Islam. Hal ini disebabkan karena hal-hal khusus
berdiri tegak di atas dasar keikhlasan yang murni dan hanya mencakup saudara
seiman dan seakidah saja. Itulah yang menjadi pilihan bagi seorang muslim yang
menyangkut keikhlasan dan kemurnian jiwa bagi dirinya untuk menjadikan dalam
hidupnya rasa saling menolong dalam kesusahan, saling membantu dalam kesulitan
(ujian), bersekutu dalam kesenangan, mengembalikan prinsip-prinsip musyawarah,
dan saling menasehati.7 Adapun yang merupakan hak-hak khusus yang terpenting
adalah :

1. Hak saudaramu dalam hartamu


Hendaklah kita selalu tolong-menolong dalam masalah harta dan
membahagiakan saudara kita dengan harta jika ia memerlukannya. Imam Al-
Ghazali berkata alam kitabnya ‘ihya ulumuddin’ bahwa membantu bagi
sesama ikhwan mempunyai tiga tingkatan yakni memperhatikan kebutuhan
saudaranya dengan kelebihan hartanya, menurunkan (memberikan sebagian)
derajat/pangkat yang ada pada dirinya dengan jalan melepaskan separuh
hartanya dan lebih mementingkan saudaranya dari pada dirinya sendiri dan
mendahulukan kepentingan saudaranya dari pada kepentingan sendiri.
2. Hak saudaramu dalam dirimu
Hak yang satu ini meliputi bantuan atau korbanan berupa fisik dan jiwa di
dalam menunaikan hajat dan hal-hal yang menyangkut urusan itu sebelum
diminta, dan mendahulukan hak ini dari pada hajat-hajat atau hal-hal yang
khusus. Tindakan ini juga mempunyai tingkatan-tingkatan yakni memberi
bantuan atas kebutuhan orang lain ketika diminta atau ketika ia kuasa, serta
melaksanakannya dengan mimik manis, ceria, dan rasa gembira dan membantu
secara fisik dan jiwa dalam menutupi kebutuhan saudaranya, dan
mendahulukannya dari pada keperluannya sendiri.

5
7
Husni Adham Jarror, Bercinta dan Bersaudara Karena Allah, 2005, 38-40

6
3. Hak saudaramu dalam lisanmu
Bagi al-akh yang tidak memerlukan bantuan harta karena Allah telah
mencukupkannya, hal ini bukan berarti bahwa tidak lagi memerlukan bantuan
di bidang lain. Ia tetap memerlukan bantuan (kebaikan) terhadap lisanmu dan
terhadap (kebaikan) hatimu.8

B. Syarat dan Keutamaan ukhuwah Islamiyah


Sebagai umat Islam yang kuat. Seorang muslim dapat melaksanakan
berukhuwah di dalam masyarakat, serta dapat meraih keutamaan yang
terkandung di dalamnya. Namun, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi agar
ukhuwah Islamiyah dapat diwujudkan. Diantaranya sebagai berikut :

1. Iman dan takwa


Iman dan takwa merupakan pijakan untuk bersaudara, karena itu sesama
mukmin seharusnya bersaudara dan persaudaraan itu harus didasari oleh iman
dan takwa. Jadi hubungan keimanan dan ukhuwah karena Allah merupakan
aspek yang memiliki keterkaitan langsung dengan Dzat Yang Maha
Menciptakan dan Mengkaruniakan kenikmatan. Yakni mereka yang benar-
benar beriman secara tulus serta senantiasa ikhlas dalam beramal dan menjalin
ukhuwah.
2. Ikhlas karena Allah
Ikhlas menurut bahasa adalah sesuatu yang murni yang tidak tercampur dengan
hal-hal yang bisa mencampurinya. Ukhuwah seorang muslim terhadap muslim
lainnya, haruslah dilandasi dengan keikhlasan kepada Allah SWT. Karena
apabila ukhuwah telah tercampur dengan ketidak-ikhlasan, maka sudah menjadi
hak Allah apabila tidak menerima ukhuwah yang seperti itu.9
3. Terikat Dengan Ketentuan Al-Qur’an
Ukhuwah Islamiyah adalah persaudaraan dalam Islam, maka bila ada yang tidak
mau terikat dengan ketentuan Al-Qur’an, tidak bisa terwujud ukhuwah itu.
4. Saling ber-taushiyah
Ukhuwah Islamiyah akan terwujud manakala di antara sesama mukmin mau
saling ber-taushiyah atau nasihat-menasihati.
5. Kerja sama dalam kebenaran
Dalam ukhuwah, diperlukan kerja sama yang baik antar sesama muslim, karena

8
Husni Adham Jarror, Bercinta dan Bersaudara Karena Allah, 2005, 40-44
7
9
M.Syukuri Fadholi dkk, Multikulturalisme Dalam Bingkai Ukhuwah Islamiyah, 31

8
hal itu menjadi persyaratan untuk terwujudnya ukhuwah.10

Ukhuwah bukan sekedar anjuran dan himbauan, tetapi ia merupakan perintah yang
mesti ditaati. Karenanya, ukhuwah memiliki keutamaan yang cukup banyak,
diantaranya :
1) Akan bersinar wajahnya bagi orang yang menjalan ukhuwah
2) Tidak takut dann tidak bersedih hati
3) Dosanya mendapat pengampunan
4) Mendapatkan ‘naungan’ Allah di hari tiada naungan selain naungan-Nya
5) Mendapatkan cinta Allah
6) Dapat merasakan manisnya iman11

C. Jalan yang Dapat Ditempuh Untuk Mewujudkan Ukhuwah Islamiyah


Adapun untuk mewujudkan ukhuwah Islamiyah yang sesuai dengan tuntunan
Rasulullah SAW dapat ditempuh dengan cara sebagai berikut :

1. Memberitahukan rasa ‘cinta’ nya kepada saudaranya


Diantara keutamaan mencintai Allah dan Rasul-Nya adalah menjalankan
perintah dan menjauhi larangan keduanya serta berakhlaq dengan akhlaq islami.
2. Mendo’akan saudaranya
Rabiah Ibnu Malik al-Islamy ra berkata : Nabi SAW pernah bersabda padaku :
“Mintalah (padaku)”. Aku menjawab : Aku memohon dapat menyertai baginda
di syurga. Beliau bertanya : “ Apakah ada yang lain?” Aku menjawab : Hanya
itu saja. Beliau bersabda : “Tolonglah aku untuk mendoakan dirimu dengan
banyak sujud.” (HR. Muslim)
3. Memberikan senyuman
Jabir bin Abdullah ra mengungkapkan : “Sejak aku masuk Islam, setiap kali
Rasulullah Shalallaahu alaihi wasallam berpapasan dengan-ku atau melihatku,
beliau pasti tersenyum.” (HR. Al-Bukhari). Sementara itu Abdullah bin Al-
Harits ra menuturkan : “Tidak pernah aku melihat seorang yang lebih banyak
tersenyum daripada Rasulullah Shalallaahu alaihi wasallam.” (HR.At-
Tirmidzi)
4. Menjabat tangan dan mengucapkan salam

10
Ahmad Yani, 160 Materi Dakwah Pilihan, 2006, 97-98
11
M.Syukuri Fadholi dkk, Multikulturalisme Dalam Bingkai Ukhuwah Islamiyah, 24-27
9
Islam menganjurkan untuk Mengucapkan salam dan menjabat tangan ketika
bertemu dengan sesama Muslim lainnya. Rasa kasih sayang akan tercipta ketika
dilakukan oleh kaum muslimin sehingga mereka dapat bersatu. Rasulullah saw
memerintahkan seorang muslim mengucap salam kepada saudaranya yang
muslim jika menjumpainya. Karena salam dapat menggalang persatuan,
menghilangkan rasa benci, dan mendatangkan cinta.
5. Bersilaturahim
Rasulullah saw menjelaskan bahwa silaturrahim akan mendatangkan banyak
manfaat diantaranya dapat dilapangkan rizki dan bertambah usianya. Dalam
sabda Nabi Muhammad Shallallaahu alaihi wa Salam. Maka barangsiapa
menginginkan dua buah di atas hendaknya ia menaburkan benihnya, yaitu
silaturrahim.
6. Memberikan hadiah
Memberikan hadiah kepada orang lain dapat mendatangkan manfaat yang
banyak, antara lain menjadi obat menghilang kabut hati, dapat
memadamkan api permusuhan dan kemarahan, melenyapkan rasa iri hati dan
kedengkian. Karena hadiah dapat memberikan kesan perdamaian, rasa cinta,
kesenangan, dan dapat memperbaiki persahabatan yang telah tercerai-berai.
7. Memberikan perhatian penuh pada kebutuhan saudaranya
Agama Islam mengajarkan kepada pemeluknya untuk berbuat baik kepada
sesama manusia. Karakteristik Islam adalah menumbuhkan kasih sayang dan
persaudaraan. Diantara perbuatan baik yang dapat dilakukan oleh orang Muslim
ke sesama Muslim lainnya antara lain : membantu anak yatim, memberi
pertolongan kepada orang yang membutuhkan, memberi pertolongan kepada
musafir, menjenguk orang sakit, membantu orang yang kesempitan dan
membebaskan kesulitan mereka.12

2.4 Ukhuwah Wathoniyah


A. Pengertian Ukhuwah Wathoniyah
Secara bahasa ukhuwah berasal dari kata akhun yang berarti saudara
kandung/keturunan atau dapat juga diartikan sebagai kawan. Bentuk jamaknya ada dua, yaitu
ikhwat yang artinya saudara kandung dan ikhwan yang artinya kawan. Jadi, kata ukhuwah
dapat

1
12
M. Syukri Fadholi dkk, Multikulturalisme Dalam Bingkai Ukhwah Islamiyah, 35-56

1
diartikan persaudaraan (Shihab, 2005: 486)13. Dalam Al-Quran kata akh (saudara) memiliki
arti sebagai saudara baik saudara kandung/keturunan, saudara yang terjalin dariikatan
keluarga, saudara sebangsa walau tidak seagama, saudara masyarakatwalau berselisih
pemahaman, dan persaudaraan seagama.
Sedangkan secara istilah, ukhuwah dapat diartikan sebagai persaudaraan, yang
diambil dari akar kata yang pada mulanya berarti“memperhatikan” (Shihab, 2013: 639).14
Dari makna asal tersebut, ukhuwahdapat memberikan kesan bahwa persaudaraan
mengharuskan adanya perhatian dari semua pihak yang dianggap atau merasa bersaudara.
Ukhuwah wathaniyah adalah persaudaraan yang diikat oleh jiwa nasionalisme atau jiwa
kebangsaan tanpa membeda-bedakan agama, suku, warna kulit, adat istiadat, budaya, dan
aspek-aspek kekhususan lainnya (Wahyudin, 2009: 93).15 Ukhuwah wathoniyah menjadi
prinsip bersama untuk membangun kehidupan berbangsa dan bernegara yang damai dan
saling menghargai satu sama lain. Dengan kata lain, ukhuwah wathaniyah memiliki arti yang
sama dengan nasionalisme. Konsep nasionalisme merupakan suatu hal prinsipil dalam sebuah
nation-state seperti Indonesia. Nation-state sering diartikan sebagai sebuah negara yang
penduduknya memandang dirinya sebagai suatu bangsa.
Ernest Renant berpendapat bahwa bangsa adalah sekelompok manusia yang
memiliki kehendak bersatu, sehingga mereka merasa dirinya adalah satu. Bangsa dapat terdiri
dari ratusan, ribuan, bahkan jutaan jiwa manusia,akan tetapi pada dasarnya mereka
merupakan satu jiwa (Setiawan, 2012: 106)16. Pengertian yang dikemukakan Renant tersebut
menandakan adanya unsur inti dalam konsep suatu bangsa itu sendiri. Diantaranya ialah
kesatuan masyarakat yang dipersatukan oleh tujuan dan cita-cita bersama.
Adapun unsur-unsur yang merupakan faktor penting bagi pembentukan ukhuwah
wathoniyah bangsa Indonesia adalah:
1) Persamaan nasib, yaitu adanya penderitaan bersama di bawahpenjajahan bangsa
asing.
2) Timbulnya keinginan bersama untuk merdeka, melepaskan diri daribelenggu
penjajahan.
3) Adanya kesatuan tempat tinggal, yaitu wilayah nusantara yangmembentang dari

13
M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an Tafsir Maudhu’i Atas Berbagai Persoalan Umat, 2005,
486
14
M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an Tafsir Maudhu’i Atas Berbagai Persoalan Umat, 639
15
Wahyudin, dkk, Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi, 2009, 93
16
Muhammad Nur Kholis Setiawan, Pribumisasi Al-Quran Tafsir Berwawasan Keindonesiaan, 2012,
106

1
sabang sampai merauke.
4) Terciptanya cita-cita bersama untuk mencapai kemakmuran dankeadilan
sebagai suku bangsa (Widodo, 2015: 16).17

B. Nilai-nilai Ukhuwah Wathoniyah


Secara umum nilai-nilai yang terkandung dalam ukhuwah wathaniyah menurut
Umro (2019:190-192) diantaranya adalah :
1) Nilai Inklusif (Terbuka)
Nilai inklusif atau terbuka merupakan nilai yang memandang kebenaran yang
dianut oleh suatu kelompok, dianut juga oleh kelompoklain. Nilai ini mengakui
akan adanya pluralisme atau keberagaman dalam suatu komunitas atau kelompok
sosial.
2) Nilai Humanis (Kemanusiaan)
Nilai kemanusiaan adalah pengakuan akan Hak Asasi Manusiadengan menghargai
pluralitas, heterogenitas, dan keragaman manusia itu sendiri.
3) Nilai Toleransi
Toleransi dalam kehidupan masyarakat dipahami sebagai wujud mengakui dan
menghormati hak-hak asasi manusia. Kebebasan berkeyakinan dalam arti tidak
terdapat paksaan dalam hal agama, kebebasan berpikir, kebebasan berpendapat,
dan lain sebagainya.
4) Nilai Tolong Menolong
Manusia sebagai makhluk sosial tentunya tidak dapat hidup sendiri meski ia
memiliki segalanya. Harta benda berlimpah yang dimiliki seseorang mungkin
mampu memenuhi apa yang ia inginkan, namun pastinya ia tetap tidak bisa hidup
sendirian tanpa bantuan orang lain.
5) Berbaik Sangka
Berbaik sangka artinya memandang individu atau kelompok lain dari sisi
positifnya. Dengan adanya paradigma tersebut maka tidak akanada individu atau
kelompok yang saling menyalahkan satu sama lain. Sehingga terciptalah
kerukunan dan kedamaian.
6) Hidup dalam Perbedaan (Sikap Toleransi/Tasamuh)
Sikap toleransi artinya kemampuan dan kesiapan batin untuk menerima individu
atau kelompok lain yang berbeda secara hakiki meskipun terdapat perbedaan

1
17
Suparno Widodo, Manajemen Pengembangan Sumber Daya Manusia, 2015, 16

1
pemahaman tentang jalan hidup yang baikdan layak menurut pandangan diri kita.
7) Sikap Saling Menghargai
Sikap saling menghargai artinya sikap mendudukkan semuamanusia dalam relasi
kesetaraan, tidak terdapat superioritas ataupun inferioritas.18

C. Pola Pembinaan Ukhuwah Wathoniyah


Pola pembinaan ukhuwah wathaniyah berarti suatu usaha yang dilakukan pendidik
atau pembina dalam mendidik, memberi bimbingan dan pengalaman serta memberikan
pengawasan kepada seseorang dengan tujuan seseorang tersebut dapat bersatu dan mampu
menerima kemajemukan dalam suatu bangsa untuk mencapai tujuan bersama. Dalam Q.S Al-
Hujurat ayat 13 juga mengerjakan mengenai nilai-nilai ukhuwah wathaniyah, diantaranya
yaitu:
1) Saling mengenal
Dalam tafsir Ibnu Katsir telah dijelaskan bahwa Allah Swt menganjurkan kepada
manusia untuk saling mengenal antara satu dengan yang lainnya. Abu ‘Isa at-tirmidzi
meriwayatkan dari AbuHurairah r.a, berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Pelajarilah
silsilah kalian dengan kalian akan menyambung tali kekeluargaan, karenadengan
menyambung tali kekeluargaan itu dapat menumbuhkan kecintaan di dalam keluarga,
kekayaan dalam harta dan panjang umur”(Nufus, dkk, 2018: 151).19
2) Saling bekerja sama
Dalam Tafsir Al-mishbah poin ke-2 telah dijelaskan bahwa sesungguhnya Allah Swt
menciptakan manusia dan menjadikan manusia bersuku-suku tersebut agar saling
mengenal. Dalam perkenalantersebut sangat diperlukan manusia untuk saling menarik
pelajaran danpengalaman, saling menarik kemanfaatan, saling melengkapi, dan juga
saling membantu antara satu dengan yang lainnya (Shihab, 2014: 262).20
3) Saling menghormati
Dalam Tafsir Al-maraghi poin ke-2 telah dijelaskan bahwa Allah Swt menjadikan
umat manusia bersuku-suku dan berkabilah-kabilah dengan tujuan untuk saling
mengenal bukan saling mengingkari, mengejek, mengolok, bahkan saling
menggunjing antara

18
Jakaria Umro, Konsep Pendidikan Agama Islam Dalam Menumbuhkan Nilai-Nilai Ukhuwah Di
Sekolah, 2019, 190-192

19
Hidayati Nufus, dkk, Nilai Pendidikan Multikultural (Kajian Tafsir Al-Qur’an Surah Al-Hujurat
Ayat 9-13), 2018, 151
1
20
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah : Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Quran, 2014, 262

1
satu sama lainyang dapat menyebabkan terjadinya saling mengingkari.
4) Keadilan
Dalam Tafsir Ibnu Katsir telah dijelaskan bahwa Allah Swt tidak melihat manusia dari
keturunannya melainkan dari ketaqwaannya. Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu
Dzar r.a, ia menceritakan bahwaNabi Muhammad SAW pernah bersabda kepadanya:
“lihatlah, sesungguhnya engkau tidaklah lebih baik dari (orang kulit) merah
danhitam kecuali engkau melebihkan diri dengan ketakwaan kepada AllahSwt”
(Nufus, dkk, 2018: 151) 21

D. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Pembinaan Nilai-Nilai Ukhuwah Wathoniyah


Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kesuksesan dalampembinaan
ukhuwah wathoniyah. Pertama, faktor internal yaitu faktor yangtimbul dari dalam diri
individu itu sendiri. Kedua, faktor eksternal yaitu faktor yang bersumber dari luar individu itu
sendiri seperti pengaruh keluarga dan masyarakat. Menurut Umro (2019: 194). Dalam
mewujudkan nilai- nilai ukhuwah wathaniyah dalam kehidupan bermasyarakat tentunya juga terdapat
berbagai hambatan yang menjadi tantangan yang harus diperjuangkan, diantaranya yaitu:
1) Kenyataan bahwa kehidupan yang bersifat plural (kepribadian, agama, suku, budaya,
dan golongan lainnya) dengan berbagai akibat yangditimbulkan.
2) Adanya energi negatif dalam diri manusia, seperti rasa dengki, serakah,sombong, dan
lain sebagainya.
3) Kejahatan dalam beragama atau dalam berideologi sehingga menimbulkan rasa
paling benar, dan tidak terdapat ruang bagi kebenaran orang lain.
4) Hilangnya rasa toleransi dalam diri seseorang atau kelompok.
5) Adanya kemiskinan dan ketidakadilan.22

2. 5 Al-Ukhuwah Al-Insāniyah (Baṣariyah)


Ukhuwah Basariyah atau Insaniyah merupakan fondasi yang berprinsip
berlandaskan sesama manusia adalah bersaudara karena berasal dari ayah dan ibu yang satu,
yakni Adam dan Hawa. Hubungan persaudaraan ini merupakan kunci dari semua
persaudaraan, terlepas dari status agama, suku bangsa, atau pun sekat geografis, karena nilai
utama dari persaudaraan ini adalah kemanusiaaan. Hal ini mengingatkan kembali pada
sahabat Ali Bin Abi Thalib yang

21
Hidayati Nufus, dkk, Nilai Pendidikan Multikultural (Kajian Tafsir Al-Qur’an Surah Al-Hujurat
Ayat 9-13), 2018, 151
22
Jakaria Umro, Konsep Pendidikan Agama Islam Dalam Menumbuhkan Nilai-Nilai Ukhuwah Di
1
Sekolah, 2019, 194

1
mengatakan bahwa "dia yang bukan saudaramu dalam iman adalah saudara dalam
kemanusiaaan." Artinya, bahwa kemanusiaaan adalah nilai tertinggi dalam posisinya sebagai
manusia.
Bicara mengenai persaudaraan dalam ikatan kemanusiaaan, maka kita akan
dihadapkan pada realitas tentang Nabi Muhammad dan kearifan para Sahabat dalam
memperlakukan manusia secara manusiawi, tanpa melihat latar belakang agama, suku dan
etnisnya. Kisah yang begitu masyhur adalah ketika Rasulullah SAW., setiap pagi menyuapi
seorang pengemis Yahudi yang tua dan buta di sebuah pasar Madinah. Meski setiap hari
pengemis itu menjelek-jelekan Rasulullah bahkan mencacinya, namun Rasulullah tidak
bergeming dan setiap pagi selalu mengirimkan makanan bahkan menyuapinya. Secara
sederhana, maka ini bisa dimaknai bahwa Rasulullah mengajarkan kepada unatnya tentang
ukhuwah basyariyah atau persaudaraan sesama manusia. Terlepas dari agamanya apa, namun
nilai tertingginya adalah kemanusiaaan. Contoh konkretnya dari praktik persaudaraan sesama
manusia yang terjadi pada masa Nabi adalah ketika membuat Piagam Madinah (Dustur Al-
Madinah), yang merupakan perjanjian tertulis dalam sebuah komunitas masyarakat dalam
rangka mengatur kehidupan sosial politiknya. Dalam perjanjian tersebut, ada kominitas
Islam, Nasrani dan Yahudi. Piagam Madinah merupakan contoh pembangunan karakter
masyarakat Islam yang inklusif dan mau menerima perbedaan.23
Oleh karena itu, ketetapan yang tercantum dalam Piagam Madinah tentang
konsensus kehidupan bersama yang dilakukan oleh orang-orang mukmin, kaum Yahudi dan
kaum Nasrani, merupakan perwujudan akan pentingnya prinsip ukhuwah. Hal ini juga
menunjukkan bahwa di dalam sebuah kehidupan unat terkandung juga makna persaudaraan,
baik persaudaraan segama dan persaudaraan sosial, atau persaudaraan kemanusiaaan antara
pemeluk agama.24 Berbagai cara yang dapat kita lakukan sebagai mahasiswa dalam
menebarkan rasa ukhuwah insaniyah dalam kehidupan sosial dan budaya adalah :
1. Memiliki rasa ikhlas dalam membantu sesama manusia
Manusia adalah makhluk sosial. Bantulah orang lain selama kamu masih dapat
membantunya. Ikhlas dalam memaafkan kesalahan orang lain.
2. Menghargai pendapat orang lain.
Hal ini sangat penting, karena masukan atau pendapat dari orang orang tersebut

23
Hamidah, op.cit. Lebih lengkap lihat Nurholish Madjid, "Cita-Cita Politik Kita : Dalam Bosco
Carvello dan Dasrizal, Aspirasi Umat Islam Indonesia”, 1985, 12
24
J. Suyuthi Pulungan, Prinsip-Prinsip pemerintahan dalam piagam madinah: Ditinjau dari
pandangan Al-Qur'an cet ke-2, 1996,
1
bisa jadi dapat memberikan perubahan menjadi lebih baik demi kepentingan
bersama.
3. Tidak merasa dirinya paling benar
Merasa dirinya paling benar merupakan sikap sombong di dalam Islam dan
merupakan perbuatan yang tidak di sukai oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Kita
seharusnya memiliki rasa malu, sebagai manusia yang memiliki kekurangan
sebaiknya kita mengintropeksi diri kita.
4. Saling menyapa antar sesama manusia
Di Islam, sangat dianjurkan untuk saling memberikan salam kepada sesama
muslim jika bertemu. Jika kita saling menyapa, kita akan merasa dipedulikan
terhadap sesama dan dapat mengenal antara satu dengan yang lain. Dengan
saling menyapa juga akan terjalinya silaturahmi antar sesama.
5. Tidak membeda-bedakan antar sesama manusia.
Sangat dianjurkan untuk saling toleransi terhadap umat manusia.
Dalam menjalin ukhuwah insaniyah banyak manfaat yang didapatkan baik itu untuk
diri sendiri maupun orang lain. Adapun manfaat yang dapat kita ambil dari ukhuwah
Insaniyah yaitu :
1. Timbul sikap tolong menolong.
2. Tumbuh rasa saling memahami
3. Menimbulkan rasa tenggang rasa dan tidak mendzolimi satu sama lain.
4. Terciptanya solidaritas yang kuat antara sesama muslim.
5. Terciptanya persatuan dan kesatuan bangsa
6. Terciptanya kerukunan hidup antara sesama warga masyarakat.25

25
Kompasiana, Indahnya Kebersamaan dengan Ukhuwah Insaniyah, https://shorter.me/fgC6x, 2019

1
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dalam esai ini, kita telah menjelajahi konsep-konsep ukhuwah Islamiyah, ukhuwah
insyaniyah, dan ukhuwah wathaniyah, yang memiliki relevansi signifikan dengan masyarakat
dan budaya Indonesia. Konsep ukhuwah Islamiyah menekankan persatuan umat Islam dalam
menjalankan ajaran agama dan membangun kehidupan sosial yang adil. Sementara itu,
ukhuwah insyaniyah menggarisbawahi persatuan dan solidaritas antarindividu tanpa
memandang perbedaan agama atau suku. Di sisi lain, ukhuwah wathaniyah menciptakan rasa
kebersamaan di antara warga negara, mendukung keutuhan bangsa, dan memperkuat identitas
nasional.
Dalam konteks Indonesia, negara dengan keberagaman etnis, agama, dan budaya,
konsep-konsep ini menjadi landasan penting bagi pembangunan masyarakat yang inklusif dan
harmonis. Dengan menggabungkan nilai-nilai Islami dan lokal, masyarakat Indonesia dapat
membangun fondasi kebersamaan yang kokoh. Dalam menghadapi tantangan global dan
dinamika lokal, ukhuwah Islamiyah, ukhuwah insyaniyah, dan ukhuwah wathaniyah dapat
menjadi perekat kuat, memperkuat hubungan antarindividu dan kelompok serta
mempromosikan perdamaian dan toleransi. Oleh karena itu, pemahaman dan implementasi
konsep-konsep ini menjadi kunci untuk membangun masyarakat Indonesia yang bersatu, adil,
dan berdaya saing di tingkat global.
Dalam membangun Ukhuwah Wathaniyah yang menekankan pentingnya pendidikan
dalam membentuk individu yang mampu mengemban fungsi khalifah di bumi, konsep
ukhuwah sebagai sikap persaudaraan, persatuan, dan solidaritas dalam interaksi sosial, serta
menekankan pentingnya pesantren sebagai lembaga pendidikan yang merupakan model tertua
dan terkuat di Indonesia. Konsep ini diharapkan dapat membekali masyarakat Indonesia,
khususnya warga Nahdiyin, untuk lebih menyayangi Negara Indonesia.26

26
Mohammad Hosnan, Abdul Halim dan Abdul Gani, (2021). Implementasi Pendidikan Islam dalam
Membangun Ukhuwah Wathaniyah Persepektif NU, JPIK Vol. 4 No.2, 302-325

1
DAFTAR PUSTAKA

Jaafar R.BT., (2001). Konsep Ukhuwah Islamiyah dalam Al-Qur'an (Kajian Tafsir Ibnu
Katsir Surah Al-Hujurat Ayat 9-12), Institut Ilmu Al-Quran (IIQ) Jakarta Repository
Fakultas Ushuluddin dan Dakwah

Setyawati R.S., (2022). KONSEP TOLERANSI DALAM TAFSIR AL IBRIZ (PERSPEKTIF


HERMENEUTIKA HANS GEORG GADAMER), Skripsi Universitas Islam Negeri
Prof. Kh. Saifuddin Zuhri Purwokerto Repository

Fadholi M.S., dkk, (2020). Multikulturalisme Dalam Bingkai Ukhuwah Islamiyah, Yogyakarta
: Idea Press Yogyakarta, page 7-8

Shihab M.Q., (1995). wawasan Al-Qur'an : Tafsir Maudlu'I Atas Berbagai Persoalan Umat,
Bandung: Mizan, 1995, 486-487

Abd. Halim Mahmud A.H., (2000) Fiqh Ukhuwah : Merajut Benang Ukhuwah Islamiyah,
solo: intermedia, 2000, 25-71

AjhariA.A., dkk, (2019). Jalan Menggapai Ridho Ilahi, Bandung : UIN Sunan Gunung Djati,
2019, 3-4

Jarror H.A., (2005). Bercinta dan Bersaudara Karena Allah, Jakarta : Gema Insani, 2005,
Page 38-44

Abdullah Asy-Syaqawi bin A.S., (2013). Ukhuwah Islamiyah terjemah Bahasa Indonesia,
terjemah : Abu Umamah Arif Hidayatullah, Jurnal IslamHouse.com 2013, 4-13

Yani A., (2006). 160 Materi Dakwah Pilihan, Jakarta : Jurnal Al-Qalam, 2006, Halaman 97-
98

Wahyudin, dkk,. (2009). Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi, Jurnal Grasindo
2009, Halaman 93

Kholis Setiawan M.N., (2012). Pribumisasi Al-Quran Tafsir Berwawasan Keindonesiaan,


Yogyakarta: Jurnal Kaukaba Dipantara 2012, Halaman106

Widodo S., (2015). Manajemen Pengembangan Sumber Daya Manusia, Yogyakarta : Pustaka
Belajar 2015, Page 16

1
Umro J., (2019). Konsep Pendidikan Agama Islam Dalam Menumbuhkan Nilai-Nilai
Ukhuwah Di Sekolah, 2019,Jurnal Al-Makrifat Vol.4 No.1, page 190-194

Nufus H., dkk, Nilai Pendidikan Multikultural (Kajian Tafsir Al-Qur’an Surah Al-Hujurat
Ayat 9-13)(Al-Iltrizam Vol 3 No 2, 2018), 151

Pulungan J.S., (1996). Prinsip-Prinsip pemerintahan dalam piagam madinah: Ditinjau dari
pandangan Al-Qur'an cet ke-2, 1996, Hal 141

Kompasiana, (2019). Indahnya Kebersamaan dengan Ukhuwah Insaniyah,


https://shorter.me/fgC6x 2019

Hosnan M., Halim A., & Gani A., (2021). Implementasi Pendidikan Islam dalam
Membangun Ukhuwah Wathaniyah Persepektif NU, Jurnal Pemikiran Dan Ilmu
Keislaman Vol. 4 No.2, Page 302-325

Anda mungkin juga menyukai