TUGAS MAKALAH
EFEKTIVITAS MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM MENGEMBANGKAN
BUDAYA ORGANISASI
DOSEN PEMBIMBING
Masirun, SE.,M.Si
DISUSUN OLEH:
PEKANBARU
TP. 2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya dengan segala
perlindungannya saya bisa menyusun makalah Manajemen Perubahan ini dengan judul
“Efektivitas Manajemen Perubahan dalam Mengembangkan Budaya Organisasi”. saya juga
berterimakasih kepada Bapak Masirun, SE.,M.Si selaku dosen matakuliah Manajemen
Perubahan yang telah memberikan tugas ini kepada saya untuk menambah wawasan serta
pengetahuan saya.
Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa didalam makalah ini terdapat kekurangan dan
jauh dari kata sempurna oleh sebab itu saya berharap adanya kritik, saran, dan masukan demi
memperbaiki makalah saya selanjutnya, mengingat tidak ada kata sempurna tanpa saran yang
membangun. Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membaca dan
dapat berguna bagi saya sendiri maupun teman-teman mahasiswa LANCANG KUNING
khususnya.
Andry Syahputra
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
Konsep budaya telah menjadi hal yang utama dalam bidang antropologi sejak awal mula
dan memperoleh perhatian dalam perkembangan awal studi organisasi. Konsep budaya
dalam teori organisasi, merupakan salah satu dimensi dalam memahami perilaku
organisasi. Konsep ini menjadi penting dalam teori ekonomi dan manajemen saat ini,
dalam era globalisasi, ketika banyak perusahaan multinasional beroperasi di berbagai
negara dengan berbagai ragam budaya yang berbeda (Laksono Putro, 2010).
Kebutuhan untuk mendiagnosa dan mengelola budaya organisasi semakin penting karena
meningkatnya kebutuhan untuk menggabungkan dan membentuk budaya organisasi yang
berbeda sebagai perubahan sturktural yang telah terjadi. Semakin pentingnya budaya
organisasi juga merupakan akibat dari meningkatnya ketidakpastian lingkungan eksternal
dimana organisasi beroperasi. Organisasi cenderung mengembangkan budaya organisasi
dominan dari waktu ke waktu karena mereka beradaptasi dan merespon tantangan dan
perubahan lingkungan (Schein, 2004).
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan manajemen perubahan ?
2. Bagaimana manajemen perubahan dapat mempengaruhi pengembangan budaya
organisasi ?
3. Apa saja faktor-faktor yang memengaruhi efektivitas manajemen perubahan dalam
mengubah budaya organisasi ?
4. Bagaimana proses manajemen perubahan dapat disesuaikan untuk menghasilkan
budaya organisasi yang diinginkan ?
5. Apa peran kepemimpinan dalam memastikan efektivitas manajemen perubahan
untuk mengembangkan budaya organisasi ?
6. Bagaimana mengukur keberhasilan atau efektivitas manajemen mengembangkan
dalam mengubah budaya organisasi ?
PEMBAHASAN
Menurut Desplaces (2005) perubahan yang terjadi dalam organisasi sering kali
membawa dampak ikutan yang selalu tidak menguntungkan. Bahkan menurut
Abrahamson (2000) perubahan itu akan menimbulkan kejadian yang dramatis yang harus
menghadap oleh semua organisasi warga. Desplaces (2005) mengutip kajian yang
dilakukan Poras dan Robertson`s (1992) menyatakan bahwa kebijakan perubahan yang
dialkukan oleh organisasi saja memberikan manfaat positif bagi organisasi sebesar 38%.
Meskipun perubahan organisasi tidak langsung memberikan manfaat besar bagi
kemajuan organisasi, namun beberapa praktis tetap memahami tentang pentingnya suatu
organisasi untuk melakukan perubahan.
Kreitner dan Kinicki dalam Wibowo (2016: 84) mengatakan bahwa external forces
dan internal forces merupakan dua faktor yang memengaruhi kebutuhan terhadap
perubahan. karakteristik kemajuan teknologi, perubahan pasar, demografis, serta tekanan
sosial dan politik merupakan pemicu factor external forces. Sedangkan problem/prospek
SDM dan perilaku/ keputusan manajerial merupakan pemicu dari internal forces yang
mendorong perubahan. Sesuai dengan keadaan pada saat ini, revolusi industri 4.0 sudah
menjadi bagian yang mempengaruhi dunia, dimana faktor eksternal yang mendorong
adanya perubahan adalah kemajuan teknologi digital dan otomatisasi. Dengan
memanfaatkan gelombang revolusi teknologi pada saat ini memberi kesempatan bagi
siapapun untuk dapat bergerak dan berkembang lebih maju.
D. Faktor Penghambat Perubahan
1) Iklim kepemimpinan
Iklim kepemimpinan mempengaruhi kebanyakan program yang mecakup pada
perubahan organisasi dan berbagai kelemahan pada program baik dari sisi komitmen maupun
dukungan dari berbagai pihak
2) Organisasi formal
Hal ini mencakup filosofi dan kebijakan dari pimpinan senior serta pengaturan hukum,
struktur organisasi, dan sistem kontrol.
3) Budaya organisasi
Budaya organisasi memunculkan pola keyakinan yang memunculkan norma, nilai, dan
aktivitas informal kelompok. Penerapan metode yang tidak memperhitungkan batasan yang
dipaksakan oleh kondisi yang berlaku dalam situasi organisasi saat ini dapat
memperburuk masalah yang ditimbulkan oleh proses tersebut.
Pemahaman tentang kultur organisasi tidak dapat dipisahkan dari konsep dasar
mengenai budaya yang merupakan salah satu terminology pada antropologi. Dalam
pandangan antropologi, terdapat pergeseran makna terhadap konsep budaya. Kebudayaan
pada permulaannya mencakup berbagai Perwujudan kehidupan manusia yang bersifat luhur
dan spiritual, seperti agama, seni, filsafat, ilmu pengetahuan, ketatanegaraan, dan sebagainya.
Namun, pendapat ini telah berubah. Sekarang, pengertian budaya digunakan sebagai
manifestasi dari kehidupan setiap orang dan setiap kelompok. Kebudayaan tidak lagi dilihat
sebagai sesuatu yang kaku dan statis, melainkan sesuatu yang lebih dinamis. Moeljono
Djokosantoso (2003) menyatakan bahwa budaya perusahaan atau atau dapat dikenal dengan
budaya kerja adalah perilaku organisasi yang menyerap nilai-nilai yang berlaku yang biasa
disebut sebagai filosofi kerja karyawan. Susanto (1997) menambahkan bahwa definisi budaya
organisasi yaitu panduan sumber daya manusia berupa nilai nilai yang ada demi menghadapi
masalah eksternal dan upaya menyesuaikan integrasi ke dalam perusahaan sehingga setiap
anggota organisasi harus paham akan ketersediaan nilai-nilai dan bagaimana tindakan yang
akan mereka lakukan Hofstide (1997) menerangkan terdapat 5 ciri-ciri pokok budaya
organisasi yaitu:
• Budaya organisasi merupakan satu kesatuan yang integral dan saling terkait
• Refleksi sejarah dari organisasi yang bersangkutan menghasilkan budaya organisasi
• Budaya organisasi dikaitkan dengan hal-hal seperti ritual, simbol, cerita, dan
• ketokohan yang dipelajari oleh para antropolog
• Budaya organisasi yang dibangun
• dikerjakan secara sosial, dalam makna tentang budaya organisasi merupakan hasil
dari kebersamaan konsensus melalui sekelompok orang yang menjalankan organisasi
tersebut.
Susanto (1997) memberikan penjelasan mengenai ciri-ciri budaya organisasi yang meliputi
inisiatif individu, toleransi resiko, apresiasi, integrasi, dukungan manajemen, pengawasan,
identitas, apresiasi, toleransi konflik dan gaya komunikasi. Robbins (2003) menangggapi
terkait ciri-ciri budaya organisasi sebagai berikut:
• Inovasi dan keberanian dalam pengambilan risiko (Inovation and risk taking
• Perhatian terhadap setiap detail (Attention to detail)
• Orientasi hasil (orientasi produk)
• Berorientasi pada manusia (people oriented)
• Orientasi Tim (Team Orientation)
1. Faktor internal
Faktor internal adalah semua faktor umum yang terdapat di dalam organisasi dan faktor
tersebut berpengaruh dalam organisasi dan aktifitas organisasi. Permasalahan yang muncul
dapat berkaitan dengan masalah sistem kerjasama dan dapat juga menyangkut pemakaian
perlengkapan. Ketidak fleksibelan Sistem kerjasama atau sebaliknya dapat menjadi penyebab
ketidak efektifan suatu organisasi menjadi penyebab terjadinya perubahan yang timbul dari
dalam organisasi tersebut kemudian mempengaruhi organisasi dan segala aktifitas organisasi.
Faktor internal penyebab perubahan tersebut mencakup: kebijakan lingkungan yang berubah,
tujuan yang berubah, mengembangkan fragmentasi, peningkatan volume kegiatan, sikap dan
perilaku keras anggota organisasi demi perluasan wilayah. Adapun yang termasuk dalam
faktor internal adalah sebagai berikut:
• Perubahan ukuran dan struktur organisasi
Perubahan yang terjadi menyebabkan banyak organisasi melakukan restrukturisasi,
dan biasanya diikuti dengan downsizing dan outsourcing. Restrukturisasi cenderung
membentuk organisasi yang lebih datar dan berbasis
team. Outsourcing dimaksudkan untuk menarik tenaga professional guna
meningkatkan kinerja organisasi. Perubahan ukuran dan struktur organisasi ini di
maksudkan untuk memperoleh SDM yang sesuai dengan tugas atau Job
description yang diberikan, sehingga organisasi itu memperoleh orang yang ahli di
bidangnya dan manajemen sekolah berjalan dengan baik.
• Perubahan dalam system administrasi
Perubahan system administrasi dimaksudkan untuk memperbaiki efisiensi
merubah citra organisasi atau untuk mendapatkan kekuasaan dalam organisasi.
Perubahan sistem administrasi dimaksudkan agar organisasi menjadi lebih
kompetetif.
• Introduksi teknologi baru
Perubahan teknologi baru berlangsung secara cepat dan mempengaruhi cara bekerja
orang-orang dalam organisasi. Teknologi baru diharapkan membuat organisasi
semakin kompetitif. Teknologi telah merubah pekerjaan dan organisasi.
Penggantian pegawasan dengan menggunakan komputer menyebabkan rentang
kendali manejer semakin luas dan organisasi semakin yang lebih datar.
2. Faktor eksternal.
Faktor eksternal adalah penyebab terjadinya perubahan yang berasal dari luar
(lingkungan) organisasi yang mampu mempengaruhi organisasi dan aktivitas
didalamnya. Organisasi menanggapi perubahan di lingkungan mereka terhadap berbagai
perubahan yang terjadi didalamnya. Faktor eksternal penyebab perubahan organisasi
mencakup faktor ekonomi, perkembangan teknologi, dan peraturan pemerintah: politik,
hukum, sosiologi, budaya, teknologi, demografi (penduduk) dan sumber daya alam.
Terdapat fase strategis untuk mencapai beberapa tujuan organisasi untuk memprediksi
terjadinya perubahan. Fase tersebut terdiri dari:
a. Ambil penilaian. Tidak dapat disangkal bahwa dampak dari berbagai perubahan yang
terjadi diluar organisasi tidak dapat dihindari oleh tiap organisasi. Terjadi perubahan
perubahan diluar organisasi yang meliputi berbagai bidang sehingga tampak dampak yang
ditimbulkan perubahan tersebut bagi organisasi, baik negatif maupun positif.
b. Mengidentifikasi: Hal yang perlu ditentukan adalah apa dampak yang terjadi dalam
organisasi sebagai akibat dari dilakukannya perubahan. Harusdilakukan pemeriksaan
terhadap faktor penyebab perubahan organisasi dengan cermat agar permasalahan yang
muncul dapat diselesaikan dengan baik.
c. Menetapkan Perubahan: Sebelum menentukan langkah-langkah perubahan, pemimpin
organisasi pertama-tama harus percaya pada perlunya melakukan perubahan, untuk
meningkatkan kemampuan organisasi dan untuk mempertahankan keberadaan organisasi
dan memajukan perkembangan dan pertumbuhannya.
d. Penentuan Strategi: Jika pimpinan organisasi berpendapat bahwa perubahan harus
dilakukan berdasarkan dampak yang telah diidentifikasi dari perubahan yang terjadi,
maka penyusunan strategi harus segera dilakukan oleh pemimpin organisasi.
melakukannya.
e. Melakukan Evaluasi: Demi mengetahui hasil dari perubahan tersebut berdampak positif atau
negatif, maka evaluasi perlu dilakukan. Sikap manajemen senior (organisasi eksekutif utama
dan pemegang saham) menjadi penentu penilaian perubahan sifat, apakah mereka peka
terhadap perubahan (optimis) dalam mengambil risiko, atau pesimistic. Dibutuhkan pola pikir
yang fleksibel terhadap perubahan dalam menghadapi perubahan yang berkelanjutan. Dengan
melakukan analisis dengan berbagai metode analisa, jika hasil perubahan sesuai dengan apa
yang diharapkan (nilai harapan) berarti hal tersebut berdampak positif bagi organisasi, dan
jika tidak sesuai dengan apa yang diharapkan berarti hal tersebut berdampak negatif.
Manajemen perubahan memperlancar transisi proses bisnis baru dan perubahan organisasi
atau budaya dalam suatu perusahaan. Pada dasarnya, ini menerapkan perubahan dan
membantu orang beradaptasi. Ide manajemen perubahan adalah meminimalkan gangguan dan
memaksimalkan manfaat dari inisiatif baru.
• Penerapan Teknologi Baru: Teknologi baru dapat mengubah proses kerja dan peran
karyawan secara signifikan. Manajemen perubahan yang efektif memfasilitasi
adaptasi yang efektif terhadap sistem baru.
• Merger dan akuisisi: Merger dan akuisisi memerlukan transisi yang mulus untuk
memadukan budaya dan menyelaraskan berbagai proses.
• Krisis: Pada saat krisis, seperti krisis ekonomi atau pandemi, dunia usaha mungkin
perlu merespons sambil menjaga stabilitas jika memungkinkan.
Di bawah ini adalah 7 langkah yang sering terlihat dalam proses manajemen perubahan.
• Rencanakan Perubahan
Menyusun rencana aksi yang terperinci menentukan cara mencapai tujuan
perubahan. Ini mencakup peran dan tanggung jawab yang diberikan, komunikasi,
rencana pelatihan, dan jadwal. Semakin jelas proses perubahan direncanakan, semakin
mudah penerapannya.
• Komunikasikan Perubahannya
Komunikasi yang efektif adalah kunci keberhasilan setiap proses manajemen
perubahan. Dunia usaha harus mengomunikasikan perubahan tersebut kepada seluruh
pemangku kepentingan, karyawan, dan badan terkait, menjelaskan mengapa
perubahan tersebut diperlukan, bagaimana perubahan tersebut akan diterapkan, dan
manfaat yang diharapkan.
• Terapkan Perubahannya
Tahap ini menjalankan proses perubahan yang direncanakan. Hal ini melibatkan
pengelolaan setiap aspek perubahan serta mendukung masyarakat melalui transisi.
Pelatihan, pembinaan, dan mengatasi penolakan terhadap perubahan sangatlah
penting. Manajer perubahan harus memastikan semua personel menjalankan tugasnya
secara efektif.
• Konsolidasikan Perubahan
Penting untuk meninjau dampak perubahan setelah diterapkan. Hal ini melibatkan
penilaian tujuan yang telah ditetapkan, menganalisis apa yang berjalan dengan baik
dan apa yang tidak, dan mengidentifikasi pembelajaran yang dapat diambil.
Manajemen perubahan yang efektif bukan hanya tentang menerapkan perubahan,
namun juga tentang menumbuhkan budaya perbaikan terus-menerus. Dengan
meninjau proses, sistem, dan struktur yang diterapkan secara rutin, bisnis dapat
mengidentifikasi perubahan atau penyesuaian lain yang diperlukan yang harus
ditangani.
Kepemimpinan memiliki tanggung jawab untuk menetapkan prioritas dalam perubahan yang
diusulkan dan mengalokasikan sumber daya organisasi dengan bijaksana. Hal ini mencakup
alokasi waktu, uang, dan tenaga kerja yang diperlukan untuk mendukung implementasi
perubahan. Tanpa alokasi sumber daya yang memadai, perubahan mungkin tidak akan
berhasil atau bahkan tidak akan dimulai.
Kepemimpinan harus menjadi teladan dalam perilaku dan nilai-nilai yang diinginkan dalam
budaya organisasi yang baru. Tindakan dan kata-kata mereka harus konsisten dengan nilai-
nilai yang ingin diterapkan. Karyawan akan lebih cenderung mengikuti contoh yang
ditetapkan oleh pimpinan daripada sekadar mendengarkan arahan mereka.
Kepemimpinan harus memastikan bahwa ada sistem pengukuran kinerja yang relevan dan
akurat untuk mengevaluasi progres perubahan. Pengukuran kinerja membantu organisasi
untuk memahami dampak dari perubahan yang diterapkan dan mengidentifikasi area di mana
perbaikan lebih lanjut diperlukan.
Menggunakan kerangka kerja atau model untuk menganalisis budaya organisasi sebelum dan
sesudah perubahan adalah langkah penting. Ini dapat melibatkan identifikasi nilai-nilai inti,
norma-norma, dan keyakinan yang menggambarkan budaya organisasi. Pemahaman tentang
bagaimana budaya berubah seiring waktu merupakan indikator penting dari efektivitas
manajemen perubahan.
Survei budaya organisasi dapat digunakan untuk mengumpulkan data tentang persepsi,
keyakinan, dan sikap karyawan terhadap budaya organisasi. Survei ini dapat mencakup
pertanyaan tentang nilai-nilai yang dianut, praktik-praktik kerja, komunikasi, dan kolaborasi.
Data dari survei ini dapat membantu dalam menilai perubahan yang terjadi dalam budaya
organisasi.
• Indikator Kuantitatif:
Identifikasi indikator kuantitatif yang dapat mengukur aspek-aspek tertentu dari budaya
organisasi yang diinginkan adalah langkah penting. Indikator-indikator ini dapat mencakup
tingkat kepuasan karyawan, tingkat retensi, produktivitas, kinerja tim, dan sebagainya. Data
dari indikator-indikator ini dapat membantu dalam mengevaluasi dampak perubahan terhadap
budaya organisasi.
Melakukan wawancara individu atau fokus kelompok dengan karyawan dapat memberikan
wawasan yang lebih mendalam tentang bagaimana perubahan telah memengaruhi budaya
organisasi. Wawancara semacam itu dapat membantu dalam memahami perasaan, keyakinan,
dan pandangan karyawan tentang perubahan yang telah dilakukan.
• Pengamatan Langsung:
Pengamatan langsung oleh pemimpin atau tim manajemen perubahan dapat memberikan
pemahaman yang lebih mendalam tentang bagaimana budaya organisasi telah berubah dari
perspektif praktis. Pengamatan ini dapat melibatkan pengamatan interaksi antar karyawan,
dinamika tim, dan perilaku organisasi secara keseluruhan.
Menganalisis kinerja organisasi sebelum, selama, dan setelah perubahan dapat memberikan
gambaran tentang dampak perubahan terhadap kinerja organisasi secara keseluruhan. Hal ini
meliputi aspek-aspek seperti pertumbuhan pendapatan, profitabilitas, efisiensi operasional,
dan kepuasan pelanggan.
Penting untuk memantau dan mengevaluasi perubahan secara berkala untuk memastikan
bahwa budaya organisasi terus berkembang sesuai dengan yang diinginkan. Ini
memungkinkan organisasi untuk mengidentifikasi area yang perlu diperbaiki atau
disempurnakan dalam manajemen perubahan.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Budaya organisasi berasal dari nilai-nilai yang memandu sumber daya manusia untuk
menerima berbagai masalah eksternal dan upaya menyesuaikan integrasi ke dalam
perusahaan sehingga ketersediaan nilai-nilai dan tindakan yang harus dilakukan harus
dipahami setiap anggota organisasi. Perubahan budaya organisasi adalah suatu pendekatan
dan metode perubahan budaya organisasi yang memuat proses dan teknologi untuk
merencanakan, mengarahkan, dan melaksanakan perubahan organisasi. Perubahan organisasi
merupakan cara karyawan bekerja sama dalam mencapai tujuan bersama, dengan melakukan
perubahan organisasi dalam berbagai aspek dalam organisasi atau melakukan penyesuaian
yang berbeda seiring perkembangan zaman. Sehingga cita-cita organisasi bisa tercapai dan
mampu bersaing dari perubahan besar dunia.
3.2 Saran
Efektivitas manajemen perubahan dalam mengembangkan budaya organisasi
merupakan proses yang kompleks dan memerlukan pendekatan yang holistik serta
berkelanjutan. Pertama-tama, penting untuk memahami bahwa budaya organisasi
bukanlah sesuatu yang dapat diubah dengan cepat atau dengan perintah langsung dari
atas. Ini melibatkan pemahaman mendalam tentang nilai-nilai, norma, dan praktik yang
ada dalam organisasi pada saat ini. Analisis yang cermat tentang bagaimana budaya saat
ini memengaruhi kinerja dan tujuan organisasi merupakan langkah awal yang penting
dalam merencanakan perubahan budaya yang efektif. Setelah itu, kepemimpinan harus
mampu mengkomunikasikan visi perubahan dengan jelas dan meyakinkan kepada
seluruh anggota organisasi. Ini melibatkan penyampaian alasan yang kuat untuk
perubahan dan menetapkan arah yang jelas menuju budaya yang diinginkan. Selanjutnya,
keterlibatan aktif dan partisipasi karyawan adalah kunci dalam memastikan keberhasilan
perubahan budaya. Karyawan perlu merasa didengar, dihargai, dan memiliki bagian
dalam proses perubahan. Ini bisa mencakup memberikan kesempatan bagi karyawan
untuk memberikan masukan, menyumbangkan ide, dan berpartisipasi dalam
pembentukan nilai-nilai baru yang diinginkan. Dukungan yang kuat dari pihak
manajemen sangat penting dalam hal ini, termasuk memberikan sumber daya dan
pelatihan yang diperlukan bagi karyawan untuk menghadapi perubahan dengan percaya
diri.
Andi Kusuma. 2005. Privatisasi: Implikasinya Terhadap Perubahan Perilaku Karyawan dan
BudayaOrganisasi, Edisi Khusus Jurnal Siasat Bisnis On Human Resources.
Wibowo. 2007. Manajemen Kinerja. Jakarta: PT. Raja Grafindo PersadaWibowo. 2016.
Manajemen Perubahan. Jakarta: Rajawali Pers.