Anda di halaman 1dari 15

SATUAN ACARA PENYULUHAN

(SAP)
PEMBUANGAN SAMPAH MEDIS DAN NON MEDIS

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 9 & 10
1. Farradiska Febriani Putri P (202310461011035)
2. A'yunin Soleha (202310461011011)
3. Nur Fitri Firamadani (202310461011032)
4. Delivia yolanda berliani (202310461011037)
5. Ridho kurniawan (202310461011013)
6. Wardhani rasyiqatun (202310461011043)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2024
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
PEMBUANGAN SAMPAH MEDIS DAN NON MEDIS

Topik : Pembuangan Sampah Medis dan Non Medis

Sub Topik : Pengelompokan sampah medis dan non medis

Sasaran : Pasien dan Keluarga

Hari/Tanggal : Kamis, 28 Maret 2024

Durasi : 30 menit

Tempat : Ruang Ranu Kumbolo RS Dr.Saiful Anwar

Pemberi Materi : Mahasiswa di Ruang 19

Metode : Demonstrasi, Ceramah dan Tanya jawab

Media : Leaflet dan Poster

I. Latar Belakang

Rumah sakit bersih adalah tempat pelayanan kesehatan yang dirancang,

dioperasikan dan dipelihara dengan sangat memperhatikan aspek kebersihan

bangunan dan halaman baik fisik, sampah, limbah cair, air bersih, dan

serangga/binatang pengganggu. Namun menciptakan kebersihan di rumah sakit

merupakan upaya yang cukup sulit dan bersifat kompleks berhubungan dengan

berbagai aspek antara lain budaya/kebiasaan, prilaku masyarakat, kondisi

lingkungan, sosial dan teknologi.

Jika di bandingkan dengan institusi lain mungkin jenis sampah dan limbah

rumah sakit adalah yang terkomplit, tempat yang paling banyak di kunjungi oleh

masyarakat ketika sakit ini mengeluarkan berbagai jenis sampah dan limbah.

Masyarakat di dalam lingkungan rumah sakit yang terdiri dari pasien, pengunjung

dan karyawan memberikan kontribusi kuat terhadap pengotoran lingkungan


rumah sakit.Aktivitas pelayanan dan perkantoran, pedagang asongan, prilaku

membuang sampah dan meludah sembarangan, prilaku merokok dan sejumlah

barang atau bingkisan yang dibawa oleh pengunjung/tamu menambah jumlah

sampah dan mengotori lingkungan rumah sakit.

Beberapa waktu lalu, pemberitaan mengenai sampah medis yang ditemukan

di pasaran sebagai mainan anak-anak, menjadi perhatian publik.Seperti diketahui

bahwa seharusnya sampah medis seperti alat infus, alat suntik, dan sarung tangan

harus dimusnahkan setelah digunakan, jangan sampai jatuh ke tangan masyarakat.

Hal ini mendapat tanggapan langsung dari Menteri Kesehatan RI waktu itu, dr.

Endang Rahayu Sedyaningsih MPH, di sela-sela sambutannya saat membuka

Konferensi Nasional I Promosi Kesehatan Rumah Sakit bertema New Challenges

of Health Promoting Hospital in Indonesia di Bandung, Selasa malam (6/3/12).

“Apabila rumah sakit belum memiliki alat penanganan medis sendiri, harus

memiliki mekanisme kerjasama dengan rumah sakit yang lebih besar agar dapat

ditangani.Ini harus diupayakan”, ujar Menkes.

Pada kesempatan tersebut Menkes menegaskan, tiga hal yang harus

diperhatikan oleh para penyelenggara pelayanan kesehatan, khususnya

penyelenggara rumah sakit, bahwa sarana pelayanan kesehatan harus menjadi

tempat yang aman bagi para pekerjanya, pasiennya, dan masyarakat di sekitarnya.

Limbah rumah sakit, khususnya limbah medis yang infeksius, belum

dikelola dengan baik.Sebagian besar pengelolaan limbah infeksius disamakan

dengan limbah medis noninfeksius.Selain itu, kerap bercampur limbah medis dan

nonmedis.Percampuran tersebut justru memperbesar permasalahan limbah medis.


Limbah medis sangat penting untuk dikelola secara benar, hal ini mengingat

limbah medis termasuk kedalam kategori limbah berbahaya dan beracun.Sebagian

limbah medis termasuk kedalam kategori limbah berbahaya dan sebagian lagi

termasuk kategori infeksius.Limbah medis berbahaya yang berupa limbah

kimiawi, limbah farmasi, logam berat, limbah genotoxic dan wadah bertekanan

masih banyak yang belum dikelola dengan baik.Sedangkan limbah infeksius

merupakan limbah yang bisa menjadi sumber penyebaran penyakit baik kepada

petugas, pasien, pengunjung ataupun masyarakat di sekitar lingkungan rumah

sakit. Limbah infeksius biasanya berupa jaringan tubuh pasien, jarum suntik,

darah, perban, biakan kultur, bahan atau perlengkapan yang bersentuhan dengan

penyakit menular atau media lainnya yang diperkirakan tercemari oleh penyakit

pasien. Pengelolaan lingkungan yang tidak tepat akan beresiko terhadap penularan

penyakit. Beberapa resiko kesehatan yang mungkin ditimbulkan akibat

keberadaan rumah sakit antara lain: penyakit menular (hepatitis,diare, campak,

AIDS, influenza), bahaya radiasi (kanker, kelainan organ genetik) dan resiko

bahaya kimia.

A. Tujuan instruksional

Tujuan umum

Setelah mengikuti ceramah dan tanya jawab diharapkan pasien dapat

memahami tentang cara pembuangan sampah medis dan non medis

Tujuan khusus :

Setelah dilakukan penyuluhan selama 15 menit diharapkan pasien dapat :

a. Menjelaskan pengertian sampah medis dan non medis

b. Mengelompokan mana sampah medis mana sampah non medis


c. Mengerti bagaimana cara pembuangan yang tepat untuk sampah

B. Sub-pokok bahasan :

 Menjelaskan kepada peserta penyuluhan tentang pengertian sampah

medis dan non medis

 Menjelaskan kepada peserta penyuluhan bagaimana pengelompokan

sampah

 Menjelaskan kepada peserta apa saja yang termasuk sampah medis

 Menjelaskan kepada peserta apa saja yang termasuk sampah non

medis

 Menjelaskan kepada peserta bagaimana cara yang tepat untuk

membuang sampah medis dan non medis di lingkungan

C. Kegiatan belajar mengajar


Tahap Kegiatan Kegiatan peserta Metode Media
mengajar didik
Pendahuluan  Salam  Menjawab Ceramah
(3 menit) salam
 Perkenalan  Memperhatikan

 Menyampaikan  Memperhatikan
tujuan dan
mendengarkan
 Menjelaskan  Memperhatikan
sub-topik dan
mendengarkan
 Penyampaian  Memperhatikan
tujuan belajar

Penyajian  Memaparkan  Memperhatikan Ceramah dan Leaflet


(15 menit) sub-pokok dan Tanya jawab
bahasan mendengarkan

 Menekankan  Memperhatikan
hal yang dan bertanya
penting

Penutup  Evaluasi  Memperhatikan, Ceramah dan Leaflet


(5 (memberi bertanya dan Tanya jawab dan
kesempatan menjawab Poster
pada peserta pertanyaan
didik untuk
bertanya,memb  Memperhatikan
erikan dan
pertanyaan) mendengarkan
 Menyimpulkan
seluruh  Menerima
kegiatan leaflet
penyuluhan  Memperhatikan
 Membagikan
leaflet dan  Menjawab
menampilkan salam
dalam bentuk
poster
 Ucapan terima
kasih
 Salam
penutupan
MATERI TERLAMPIR

PEMBUANGAN SAMPAH MEDIS DAN NON MEDIS

PENGERTIAN LIMBAH MEDIS


Limbah medis adalah yang berasal dari pelayanan medis, perawatan, gigi,
veterinari, farmasi atau sejenis, pengobatan, perawatan, penelitian atau pendidikan
yang menggunakan bahan-bahan beracun, infeksius berbahaya atau bisa
membahayakan kecuali jika dilakukan pengamanan tertentu (Depkes, 2009).
Limbah padat layanan kesehatan adalah semua limbah yang berbentuk padat
sebagai akibat kegiatan layanan kesehatan yang terdiri dari limbah medis dan non
medis, yaitu (Pruss, 2005) :
a. Limbah non medis adalah limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan di
RS di luar medis yang berasal dari dapur, perkantoran, taman dari halaman
yang dapat dimanfaatkan kembali apabila ada teknologi.
b. Limbah medis padat adalah limbah padat yang terdiri dari limbah
infeksius, limbah patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah
sitotoksis, limbah container bertekanan, dan limbah dengan kandungan
logam berat yang tinggi.
c. Limbah infeksius adalah limbah yang terkontaminasi organisme pathogen
yang tidak secara rutin ada di lingkungan dan organisme tersebut dalam
jumlah dan virulensi yang cukup untuk menularkan penyakit pada manusia
yang rentan.
d. Limbah sangat infeksius adalah limbah yang berasal dari pembiakan dan
stock (sediaan) bahan sangat infeksius, otopsi, organ binatang percobaan,
dan bahan lain yang diinokulasi, terinfeksi atau kontak dengan bahan yang
sangat infeksius.
JENIS-JENIS LIMBAH MEDIS
1. Limbah benda tajam
Limbah benda tajam adalah obyek atau alat yang memiliki sudut tajam, sisi,
ujung atau bagian menonjol yang dapat memotong atau menusuk kulit seperti
jarum hipodermik, perlengkapan intravena, pipet pasteur, pecahan gelas,
pisau bedah. Semua benda tajam ini memiliki potensi bahaya dan dapat
menyebabkan cedera melalui sobekan atau tusukan. Benda-benda tajam yang
terbuang mungkin terkontaminasi oleh darah, cairan tubuh, bahan
mikrobiologi, bahan beracun atau radioaktif.
2. Limbah infeksius
Limbah infeksius mencakup pengertian sebagai berikut:
Limbah yang berkaitan dengan pasien yang memerlukan isolasi penyakit
menular (perawatan intensif), Limbah laboratorium yang berkaitan dengan
pemeriksaan mikrobiologi dari poliklinik dan ruang perawatan/isolasi
penyakit menular.
3. Limbah jaringan tubuh
Limbah jaringan tubuh meliputi organ, anggota badan, darah dan cairan
tubuh, biasanya dihasilkan pada saat pembedahan atau otopsi.
4. Limbah sitotoksik
Limbah sitotoksik adalah bahan yang terkontaminasi atau mungkin
terkontaminasi dengan obat sitotoksik selama peracikan, pengangkutan atau
tindakan terapi sitotoksik. Limbah yang terdapat limbah sitotoksik
didalamnya harus dibakar dalam incinerator dengan suhu diatas 1000oc
5. Limbah farmasi
Limbah farmasi ini dapat berasal dari obat-obat kadaluwarsa, obat-obat yang
terbuang karena batch yang tidak memenuhi spesifikasi atau kemasan yang
terkontaminasi, obat-obat yang dibuang oleh pasien atau dibuang oleh
masyarakat, obat-obat yang tidak lagi diperlukan oleh institusi yang
bersangkutan dan limbah yang dihasilkan selama produksi obat-obatan.

6. Limbah kimia
Limbah kimia adalah limbah yang dihasilkan dari penggunaan bahan kimia
dalam tindakan medis, veterinari, laboratorium, proses sterilisasi, dan riset.
7. Limbah radioaktif
Limbah radioaktif adalah bahan yang terkontaminasi dengan radio isotop
yang berasal dari penggunaan medis atau riset radio nukleida. Limbah ini
dapat berasal dari antara lain : tindakan kedokteran nuklir, radio-
imunoassay dan bakteriologis; dapat berbentuk padat, cair atau gas. Limbah
cair yang dihasilkan rumah sakit mempunyai karakteristik tertentu baik fisik,
kimia dan biologi.
8. Limbah Plastik
Limbah plastik adalah bahan plastik yang dibuang oleh klinik, rumah sakit
dan sarana pelayanan kesehatan lain seperti barang-barang dissposable yang
terbuat dari plastik dan juga pelapis peralatan dan perlengkapan medis.

PENGERTIAN LIMBAH NON MEDIS


Selain sampah klinis, dari kegiatan penunjang rumah sakit juga
menghasilkan sampah non medis atau dapat disebut juga sampah non medis.
Sampah non medis ini bisa berasal dari kantor/administrasi kertas, unit pelayanan
(berupa karton, kaleng, botol), sampah dari ruang pasien, sisa makanan buangan;
sampah dapur (sisa pembungkus, sisa makanan/bahan makanan, sayur dan lain-
lain) (Arifin, 2009).
Sampah padat non medis adalah semua sampah padat diluar sampah padat
medis yang dihasilkan dari berbagai kegiatan, seperti berikut (Anies, 2006: 43) :
a. Kantor/administrasi
b. Unit perlengkapan
c. Ruang tunggu
d. Ruang inap
e. Unit gizi atau dapur
f. Halaman parkir dan taman
g. Unit pelayanan

PENGARUH LIMBAH RUMAH SAKIT TERHADAP LINGKUNGAN


KESEHATAN
Depkes RI (2001) Pengaruh limbah rumah sakit terhadap kualitas lingkungan dan
kesehatan dapat menimbulkan berbagai masalah seperti:
1. Gangguan kenyamanan dan estetika, berupa warna yang berasal dari
sedimen, larutan, bau phenol, eutrofikasi dan rasa dari bahan kimia
organik.
2. Kerusakan harta benda, dapat disebabkan oleh garam-garam yang terlarut
(korosif, karat), air yang berlumpur dan sebagainya yang dapat
menurunkan kualitas bangunan di sekitar rumah sakit.
3. Gangguan/kerusakan tanaman dan binatang, dapat disebabkan oleh virus,
senyawa nitrat, bahan kimia, pestisida, logam nutrien tertentu dan fosfor.
4. Gangguan terhadap kesehatan manusia, dapat disebabkan oleh berbagai
jenis bakteri, virus, senyawa-senyawa kimia, pestisida, serta logam seperti
Hg, Pb, dan Cd yang berasal dari bagian kedokteran gigi.
5. Gangguan genetik dan reproduksi
Meskipun mekanisme gangguan belum sepenuhnya diketahui secara pasti,
namun beberapa senyawa dapat menyebabkan gangguan atau kerusakan
genetik dan sistem reproduksi manusia misalnya pestisida, bahan
radioaktif.
PENGOLAHAN LIMBAH MEDIS

Teknologi Pengolahan Limbah Medis


Konsep pengelolaan lingkungan yang memandang pengelolaan lingkungan
sebagai sebuah sistem dengan berbagai proses manajemen didalamnya yang
dikenal sebagai Sistem Manajemen Lingkungan (Environment Management
System), melalui pendekatan ini, pengelolaan lingkungan tidak hanya meliputi
bagaimana cara mengolah limbah sebagai by product (output), tetapi juga
mengembangkan strategi-strategi manajemen dengan pendekatan sistematis untuk
meminimasi limbah dari sumbernya dan meningkatkan efisiensi pemakaian
sumber daya sehingga mampu mencegah pencemaran dan meningkatkan performa
lingkungan. Hal ini berarti menghemat biaya untuk remediasi pencemaran
lingkungan ( Adisasmito, 2008:1).
Ada beberapa konsep tentang pengelolaan lingkungan sebagai berikut (Adisamito,
2009) :
a. Reduksi limbah pada sumbernya (source reduction)
b. Minimisasi limbah
c. Produksi bersih dan teknologi bersih
d. Pengelolaan kualitas lingkungan menyeluruh (Total Quality
Environmental Management/TQEM)
e. Continous Quality Improvement (CQI)
Pengelolaan limbah medis secara konvensional meliputi hal-hal sebagai berikut:
pemilahan pada sumber, pengumpulan, pemindahan, pengangkutan, pemilahan,
pemotongan, pengolahan dan pembuangan akhir.
1. Pemilahan dan pengurangan pada sumber
Limbah dipilah-pilah dengan mempertimbangkan hal-hal yaitu kelancaran
penanganan dan penampungan, pengurangan jumlah limbah yang
memerlukan perlakuan khusus, dengan pemisahan limbah B3 dan non B3,
diusahakan sedapat mungkin menggunakan bahan kimia non B3, pengemasan
dan pemberian label yang jelas dari berbagai jenis limbah untuk mengurangi
biaya, tenaga kerja, dan pembuangan, pemisahan limbah berbahaya dari
semua limbah pada tempat penghasil limbah akan mengurangi kemungkinan
kesalahan petugas dan penanganan (Adisasmito, 2009).
2. Pengumpulan (Penampungan)
Sarana penampungan harus memadai, diletakkan pada tempat yang pas,
aman, dan higienis. Pemadatan merupakan cara yang paling efisien dalam
penyimpanan limbah yang bisa dibuang dan ditimbun. Namun tidak boleh
dilakukan untuk limbah infeksius dan benda tajam (Adisasmito, 2009).
3. Pemisahan limbah
Untuk memudahkan pengenalan jenis limbah adalah dengan cara
menggunakan kantong berkode (umumnya dengan kode berwarna). Kode
berwarna yaitu kantong warna hitam untuk limbah domestik atau limbah
rumah tangga biasa, kantong kuning untuk semua jenis limbah yang akan
dibakar (limbah infeksius), kuning dengan strip hitam untuk jenis limbah
yang sebaiknya dibakar tetapi bisa juga dibuang ke sanitary landfill bila
dilakukan pengumpulan terpisah dan pengaturan pembuangan, biru muda
atau transparan dengan strip biru tua untuk limbah autoclaving (pengolahan
sejenis) sebelum pembuangan akhir (Adisasmito, 2009).
Jenis Wadah dan label Limbah Medis Padat Sesuai Kategorinya

NO Kategori Warna Lambang Keterangan


Kontainer
1 Radioaktif Merah Kantong
boks timbal
dengan
simbol
radioaktif
2 Sangat Kuning Kantong
Infeksius plastik kuat,
anti bocor,
atau
kontainer
yang dapat
disterilisasi
dengan
otoklaf

3 Limbah Kuning Kantong


infeksius, plastik kuat
patologi dan anti
dan bocor, atau
anatomi kontainer

4 Sitotoksis Ungu Kontainer


plastik kuat
dan anti
bocor

5 Limbah Coklat Kantong


kimia dan - plastik atau
farmasi kontainer
DAFTAR PUSTAKA

Anies, 2006. Manajemen Berbasis Lingkungan Solusi mencegah dan


Menanggulangi Penyakit Menular, Elex Media Komputendo, Jakarta
Arifin M. 2009. Sanitasi lingkungan. http://inspeksisanitasi.
blogspot.com/sanitasi-lingkungan.html. Diakses pada 13 Maret 2012
Depkes RI 2009 , ’Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di
Rumah Sakit dan Fasilitas Kesehatan Lainnya’. Jakarta
Depkes RI, 2001. Peraturan Proses Pembungkusan Limbah Padat. Jakarta
: Departemen Kesehatan RI.
Permenkes RI nomor: 1204/MENKES/SK/X/2004 Tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit
Pruss.A, 2005, Pengelolaan Aman Limbah Layanan Kesehatan, Cetakan I,
Jakarta: Penerbit EGC.
Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI.
http://www.depkes.go.id
Silfa, AB. 2013. Pengelolaan Sampah Limbah Rumah Sakit dn
Permasalahannya. http://ansharcaniago.wordpress.com/2013/02/24/pengelolaan-
sampahlimbah-rumah-sakit-dan-permasalahannya/
Wiku Adisasmito, 2009, Sistem Manajemen Lingkungan Rumah Sakit,
Jakarta : Rajawali Pers.

Anda mungkin juga menyukai