Anda di halaman 1dari 41

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/359544629

Klasifikasi tanah

Book · November 2017

CITATIONS READS

0 12,467

1 author:

Tri Mulyono
Jakarta State University
66 PUBLICATIONS 69 CITATIONS

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Tri Mulyono on 29 March 2022.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Tri Mulyono, MT

Klasifikasi
Tanah

Program Studi D3 Transportasi


Fakultas Teknik
Universitas Negeri Jakarta
0 Mulyono,T (2017).,Klasifikasi Tanah, Jakarta: FT-UNJ
Klasifikasi Tanah
Modul 5: Mekanika Tanah dan Pondasi

Tri Mulyono
Staft Pengajar Program Studi D3 Transportasi. FT UNJ

Fakultas Teknik
Universitas Negeri Jakarta
Jl. Rawamangun Muka Jakarta 13220
Kontak Penulis: trimulyono@unj.ac.id

Mulyono,T (2017).,Mekanika Tanah dan Pondasi, Jakarta: FT-UNJ Halaman i


Klasifikasi Tanah
Modul 5: Mekanika Tanah dan Pondasi

Tri Mulyono

Fakultas Teknik
Universitas Negeri Jakarta
Jl. Rawamangun Muka Jakarta 13220
Kontak Penulis: trimulyono@unj.ac.id

Perpustakaan Nasional RI. Data Katalog dalam Terbitan (KDT)


Mulyono, T.
Klasifikasi Tanah /Penulis, Tri Mulyono. Jakarta: Program Studi D3
Teknik Sipil FT UNJ, 2017 iv, 35 hlm; 21 cm x 29,7 cm; Microsoft Sans Serif
12pt
1. Klasifikasi Tanah. 2. Modul 5: Mekanika Tanah dan Pondasi
I. Judul II. Universitas Negeri Jakarta

Cetakan Pertama: 3 Nopember, 2017.

Hak Cipta© 2017 pada Penulis Hak Cipta dilindungi Undang-undang. Dilarang
memperbanyak atau memindahkan sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk
apapun, baik secara elektronik maupun mekanis, termasuk memfotocopy, merekam
atau dengan sistem penyimpanan lainnya, tanpa ijin tertulis dari Penerbit atau Penulis

ii Mulyono,T (2017).,Klasifikasi Tanah, Jakarta: FT-UNJ


PRAKATA

Allhamdulillah, atas berkat rahmat dan ridho ALLAH juahlah maka penulis dapat
menyelesaikan modul ini yang berisi materi untuk matakuliah Mekanika Tanah Dan
Pondasi di Program Studi D3 Teknik Sipil FT UNJ@2017. Modul ini merupakan
rangkaian materi yang terdiri dari:

1 | Sejarah mekanika tanah dan pondasi

2 | Sifat dan karakterisitik tanah

3 | Hubungan antar parameter tanah

4 | Plastisitas dan sturktur tanah

5 | Klasifikasi tanah

6 | Kepadatan Tanah, CPT dan SPT

Referensi yang digunakan berasal dari beberapa referensi yang berhubungan


dengan materi dalam modul yang bersumber dari standar ASTM, AASTHO, British
Standard dan terutama Standar Nasional Indonesia (SNI) yang disesuaikan dengan
kebutuhan akademik.

Semoga Modul ini dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan dan


bermanfaat bagi pembacanya

Jakarta, November 2017

Penulis

Tri Mulyono

Mulyono,T (2017).,Mekanika Tanah dan Pondasi, Jakarta: FT-UNJ iii


Daftar Isi

A. Tujuan _____________________________________________________ 1
B. Uraian Materi, Indikator Keberhasilan dan Alokasi Waktu Pembelajaran _ 1
C. Kegiatan (Strategi/Metode) ____________________________________ 2
D. Tugas _____________________________________________________ 2
E. Tes/Evaluasi & Tagihan _______________________________________ 2
F. Sumber dan Media Pembelajaran _______________________________ 3
G. Rangkuman Materi __________________________________________ 3
H. Materi Pembelajaran _________________________________________ 3
5.1 Klasifikasi Tekstur (Textural Classification) Tanah ______________ 5
5.2 Klasifikasi tanah secara teknik (Classification by Engineering
Behavior) ______________________________________________ 8
5.3 Klasifikasi Sistem AASHTO _______________________________ 10
5.4 Klasifikasi Unified Soil Classification System (USCS)___________ 15
5.5 Perbandingan klasifikasi AASHTO dengan USCS _____________ 26
I. Soal______________________________________________________ 29
J. Referensi _________________________________________________ 34

iv Mulyono,T (2017).,Klasifikasi Tanah, Jakarta: FT-UNJ


Modul 5:
Klasifikasi Tanah

A. TUJUAN
Setelah mempelajari materi ini diharapkan mahasiswa mampu menjelaskan dan
mengklasifikasikan tanah.

B. URAIAN MATERI, INDIKATOR KEBERHASILAN DAN ALOKASI


WAKTU PEMBELAJARAN
Materi dan indikator keberhasilan dengan rencana pertemuan dua kali (100
menit) tatap muka setelah mempelajari topik ini seperti Tabel berikut:

Alokasi
Substansi Kajian
Indikator keberhasilan Waktu
(Materi)
(Menit)
5.1 Klasifikasi 5.1.1 Mahasiswa mampu memahami dan 20’
Tekstur (Textural menjelaskan klasifikasi Tekstur (Textural
Classification) Classification)
5.1.2 Mahasiswa mampu menentukan tanah
dengan klasifikasi Tekstur (Textural
Classification)
5.2 Klasifikasi tanah 5.2.1 Mahasiswa mampu memahami dan 20’
secara teknik menjelaskan klasifikasi tanah secara teknik
(Classification by 5.2.2 Mahasiswa mampu menentukan klasifikasi
Engineering tanah secara teknik)
Behavior)
5.3 Klasifikasi Sistem 5.3.1 Mahasiswa mampu memahami dan 20’
AASHTO menjelaskan klasifikasi Sistem AASHTO
5.3.2 Mahasiswa mampu mengklasifikasi tanah
dengan Sistem AASHTO
5.4 Klasifikasi Unified 5.4.1 Mahasiswa mampu memahami dan 20’
Soil Classification menjelaskan klasifikasi Unified Soil
System (USCS) Classification System (USCS)
5.4.2 Mahasiswa mampu mengklasifikasikan tanah
dengan Unified Soil Classification System
(USCS)
5.5 Perbandingan 5.5.1 Mahasiswa mampu memahami dan 20’
klasifikasi menjelaskan Perbandingan klasifikasi
AASHTO dengan AASHTO dengan USCS
USCS
5.6 Ringkasan - 5.6.1 Mahasiswa mampu mengerjakan tugas 3 x 24 Jam
Topik#5:
klasifikasi tanah

Mulyono,T (2017).,Mekanika Tanah dan Pondasi, Jakarta: FT-UNJ 1


Alokasi
Substansi Kajian
Indikator keberhasilan Waktu
(Materi)
(Menit)
5.7 Soal-soal: 5.7.1 Mahasiswa mampu mengerjakan tugas 7 x 24 Jam
Klasifikasi Tanah secara kelompok

C. KEGIATAN (STRATEGI/METODE)
Kegiatan pembelajaran dilakukan dengan cara (1) Menjelaskan dalam kelas
tentang materi kajian; Membuka sesi diskusi; dan Memberikan tugas individu dan
kelompok

D. TUGAS
Mahasiswa setelah mempelajari materi ini diharapkan membuat tugas
ringkasan sebagai tugas mandiri dengan lama tugas 3 x 24 Jam dan tugas kelompok
dengan waktu 7 x 24 jam.

E. TES/EVALUASI & TAGIHAN


Berisi tes tertulis sebagai bahan pengecekan bagi peserta didik dan dosen untuk
mengetahui sejauh mana penguasaan hasil belajar yang telah dicapai, sebagai dasar
untuk melaksanakan kegiatan berikutnya. Test akan dilaksanakan pada tengah dan
akhir semester dalam bentuk test tertulis pilihan ganda dengan empat pernyataan satu
yang benar.

Tagihan setelah mempelajari topik ini adalah sebagai berikut:

1. Tugas#6: Ringkasan (Individu) yaitu mahasiswa meringkas topik dengan


ketentuan sebagai berikut:
a. Tugas dikerjakan dengan menggunakan tulisan tangan di atas kertas
A4;
b. Urutan/sistematika sesuai dengan urutan pada subtansi kajian
(materi);
c. Batas waktu pengumpulan 3 x 24 Jam dikumpulkan sebelum Jam
12.00 WIB dan mengisi daftar absen pengumpulan tugas;
d. Bobot penilaiannya sebesar 2% (dua persen) dari total penilaian.
2. Tugas#12: Kelompok yaitu mahasiswa secara berkelompok menyelesaikan
penyelesaian soal tugas yang diberikan, dengan ketentuan.
a. Jumlah anggota kelompok maksimum 5 (lima) orang;
2 Mulyono,T (2017).,Klasifikasi Tanah, Jakarta: FT-UNJ
b. Jumlah soal yang diberikan direncanakan sebanyak 5 (lima) soal;
c. Tugas dikerjakan dengan menggunakan tulisan tangan atau dengan
MS-WORD di atas kertas A4;
d. Batas waktu pengumpulan 7 x 24 Jam dikumpulkan sebelum
perkuliahan dimulai pada minggu berikutnya dan mengisi daftar absen
pengumpulan tugas;
e. Bobot penilaiannya sebesar 4% (empat persen) dari total penilaian.

F. SUMBER DAN MEDIA PEMBELAJARAN


Sumber dan media pembelajaran menggunakan literatur sesuai dengan
referensi untuk topik ini dengan disampaikan pada saat tatap muka akan digunakan
Laptop/Notebooks, dan LCD Projector.

G. RANGKUMAN MATERI
.

H. MATERI PEMBELAJARAN
Klasifikasi tanah secara filosopi dipandu dengan pengetahuan dan pragmatis
yang ada. Tanah adalah sebuah entitas alami yang menghubungkan mineral
anorganik bumi dengan organisme kehidupan organik, dan oleh karena itu
berhubungan erat dengan beberapa disiplin akademis. Masing-masing disiplin ini
berusaha untuk mengidentifikasi dan mengklasifikasikan tanah dalam kaitannya
dengan entitas studinya. Pakar pedologi telah menetapkan, melalui penggabungan
dan klasifikasi, tanah adalah entitas yang layak mendapat pengakuan akademis
independen (Buol, 2003).

Klasifikasi tanah adalah ilmu yang berhubungan dengan pengelompokan/


penggolongan atau kategorisasi tanah berdasarkan sifat dan karakteristik yang
membedakan dari masing-masing jenis tanah. Klasifikasi tanah merupakan sebuah
subjek yang dinamis yang mempelajari struktur dari sistem klasifikasi tanah, definisi
dari kelas-kelas yang digunakan untuk penggolongan tanah, kriteria yang menentukan
penggolongan tanah, hingga penerapannya di lapangan sesuai dengan disiplin ilmu
dari penggunanya. Tanah sendiri dapat dipandang sebagai material maupun sumber
daya. Klasifikasi tanah alami didasarkan atas sifat tanah yang dimiliki tanpa
menghubungkan dengan tujuan penggunaan tanah tersebut secara teknik

Mulyono,T (2017).,Mekanika Tanah dan Pondasi, Jakarta: FT-UNJ 3


klasifikasinya pada sifat-sifat tanah yang mempengaruhi kemampuan tanah untuk
penggunaan-penggunaan tertentu umumnya untuk tujuan pembuatan pondasi.

Sistem klasifikasi tanah adalah suatu sistem penggolongan beberapa jenis


tanah yang berbeda-beda tapi mempunyai sifat yang serupa ke dalam kelompok-
kelompok dan sub-kelompok berdasarkan pemakaiannya. Sistem klasifikasi
memberikan suatu bahasa yang mudah untuk menjelaskan secara singkat sifat-sifat
umum tanah yang sangat bervariasi tanpa penjelasan yang terinci. Sebagian besar
sistem klasifikasi tanah yang telah dikembangkan untuk tujuan rekayasa didasarkan
pada sifat-sifat indeks tanah yang sederhana seperti distribusi ukuran butiran dan
plastisitas. Walaupun saat ini terdapat berbagai sistem klasifikasi tanah, tetapi tidak
ada satupun dari sistem-sistem tersebut yang benar-benar memberikan penjelasan
yang tegas mengenai segala kemungkinan pemakaiannya. Hal ini disebabkan karena
sifat-sifat tanah yang sangat bervariasi. (Das & Sobhan, 2014).

Sistem klasifikasi tanah dibuat pada dasarnya untuk memberikan informasi


tentang karakteristik dan sifat-sifat fisis tanah. Karena variasi sifat dan perilaku tanah
yang begitu beragam, sistem klasifikasi secara umum mengelompokan tanah ke dalam
kategori yang umum dimana tanah memiliki kesamaan sifat fisis. Klasifikasi tanah juga
berguna untuk studi yang lebih terperinci mengenai keadaan tanah tersebut serta
kebutuhan akan pengujian untuk menentukan sifat teknis tanah seperti karakteristik
pemadatan, kekuatan tanah, berat isi dan sebagainya (Bowles, 1989).

Secara umum, ada dua kategori utama sistem klasifikasi tanah yang
dikembangkan di masa lalu yang dapat dikelompokkan menjadi (1). Klasifikasi
Pedologi seperti klasifikasi berdasarkan cuaca, tekstur, komposisi kimia, ketebalan
dan lainnya. Umumnya digunakan klasifikasi tekstur yang didasarkan pada distribusi
ukuran partikel dari persen dari fraksi pasir, lanau, dan ukuran lempung yang ada di
tanah tertentu, (2). Klasifikasi teknik didasarkan pada perilaku rekayasa tanah dan
mempertimbangkan distribusi ukuran partikel dan plastisitas (yaitu, batas cair dan
indeks plastisitas). Sistem klasifikasi teknik yang secara luas adalah sistem klasifikasi
AASHTO (The American Association of State Highway and Transportation Officials),
dan Sistem klasifikasi Unified (The Unified classification system).

4 Mulyono,T (2017).,Klasifikasi Tanah, Jakarta: FT-UNJ


5.1 Klasifikasi Tekstur (Textural Classification) Tanah

Tekstur tanah adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan distribusi


berbagai ukuran partikel mineral dalam suatu tanah. Tekstur tanah dipengaruhi oleh
ukuran tiap-tiap butir yang ada di dalam tanah. Tanah dapat dibagi dalam beberapa
kelompok: kerikil (gravel), pasir (sand), lempung (clay), dan lanau (silt) atas dasar
ukuran butir-butirnya. Tanah asli umumnya, merupakan campuran dari butir-butir yang
mempunyai ukuran yang berbeda-beda. Sistem klasifikasi tanah berdasarkan tekstur
dengan memberikan nama atas dasar komponen utama yang dikandungnya, misalnya
lempung berpasir (sandy clay), lempung berlanau (silty clay), dan seterusnya.
Beberapa sistem klasifikasi berdasarkan tekstur tanah telah dikembangkan sejak dulu
oleh berbagai organisasi guna memenuhi kebutuhan mereka sendiri; beberapa dari
sistem-sistem tersebut masih tetap dipakai sampai saat ini. Beberapa istilah atau
terminologi untuk klasifikasi tanah (SNI-03-6371-2000) sesuai Tabel 5.1.

Sistem klasifikasi tanah berdasarkan tekstur yang paling banyak digunakan


adalah sistem klasifikasi menggunakan USDA yang dikembangkan oleh Departemen
Pertanian Amerika (U.S. Department of Agriculture/USDA). Sistem ini didasarkan pada
ukuran batas dari butiran tanah.

Tabel 5.1: Istilah/Terminologi klasifikasi tanah berdasarkan Ukuran Butir


Tanah Deskripsi Ukuran Butir
Bongkahan Batuan Tertahan saringan ukuran 300 mm > 300 𝑚𝑚
(boulder)*
Kerakal/Berangkal Lolos saringan ukuran 300 mm dan tertahan 300 𝑚𝑚 − 75 𝑚𝑚
(cobbles)* pada saringan 75 mm
Kerikil (Gravel) Lolos saringan ukuran 75 mm dan tertahan 19 𝑚𝑚 − 4,75 𝑚𝑚
pada saringan No. 4 (4,75 mm)
Krikil Kasar Lolos saringan ukuran 75 mm serta tertahan 75 𝑚𝑚 − 19 𝑚𝑚
(Coarse Gravel) pada saringan ukuran 19 mm
Kerikil Halus (Fine Lolos saringan ukuran 19 mm pasir tertahan 19 𝑚𝑚 − 4,75 𝑚𝑚
Gravel) 4,75 mm
Pasir (Sand) Lolos saringan No. 4 (4,75 mm) serta 4,75 𝑚𝑚 − 0,075 𝑚𝑚
tertahan saringan No. 200 (0,075 mm)
Pasir kasar lolos saringan ukuran No. 4 (4,75 mm) serta 4,75 𝑚𝑚 − 2,00 𝑚𝑚
(Coarse Sand) tertahan saringan No. 10 (2 mm)
Pasir sedang lolos saringan No. 10 (2 mm) serta tertahan 2,00 𝑚𝑚 − 0,425 𝑚𝑚
(Medium Sand) pada saringan No. 40 (0,425 mm)

Mulyono,T (2017).,Mekanika Tanah dan Pondasi, Jakarta: FT-UNJ 5


Pasir halus (Fine lolos saringan No. 40 (0,425 mm) dan 0,425 𝑚𝑚 − 0,075 𝑚𝑚
Sand) tertahan pada saringan No. 200 (0,075 mm)
Lempung (clay) lolos saringan No. 200 (0,075 mm) yang < 0,075 𝑚𝑚
dalam satu rentang kadar air tertentu
bersifat plastis dan mempunyai kekuatan
yang cukup besar pada saat kering udara
Lanau (Silt) lolos saringan No. 200 (0,075 mm), yang < 0,075 𝑚𝑚
non plastis atau sangat sedikit plastis dan
dapat memberikan sedikit atau tidak ada
kekuatan pada saat kering udara
Lempung organik tanah lempung dengan kadar organic yang
cukup untuk mempengaruhi sifat-sifat tanah.
nilai batas cair kering oven kurang dari 75%
nilai batas cair tanpa pengeringan
Lanau organic tanah lanau dengan kadar organic yang
cukup untuk mempengaruhi sifat-sifat tanah.
nilai batas cair kering oven kurang dari 75%
batas cair tanpa pengeringan.
Gambut (peat) bahan alam yang terjadi dengan substansi
kadar organic tinggi, mengandung serat
tumbuhan pada berbagai tingkat
pembusukan, berwarna coklat tua sampai
hitam
Sumber: (SNI-03-6371-2000)
* Bongkahan Batuan (boulder) dan Kerakal/Berangkal (cobbles) tidak termasuk tanah atau
bagian dari klasifikasi tanah atau deskripsi tanah, kecuali deskripsi lainnya: dengan kadar
tidak lebih dari 5% (Samtani & Nowatski, 2006)

Pengklasifikasian tanah berdasarkan USDA seperti Gambar 5.1 dimana


penggolongan butir tanah adalah:

a. Pasir (sand) adalah butiran dengan diameter 2,0 sampai dengan 0,05 mm
b. Lanau (Silt) adalah butiran dengan diameter 0,05 sampai dengan 0,002 mm
c. Lempung (Clay) adalah butiran dengan diameter lebih kecil dari 0,002 mm

6 Mulyono,T (2017).,Klasifikasi Tanah, Jakarta: FT-UNJ


Gambar 5.1: Klasifikasi berdasarkan tekstur menurut Departemen Pertanian Amerika Serikat (U.S.
Department of Agriculture/USDA).

Contoh C5.1:

Klasifikasikan tanah menggunakan klasifikasi berdasarkan tekstur menurut


Departemen Pertanian Amerika Serikat (U.S. Department of Agriculture/USDA) yaitu
menggunakan Gambar 5.1, jika diketahui distribusi ukuran butir tanah A hasil uji
analisis saringan yang lolos lewat ayakan No. 10 adalah 35% pasir, 45% lanau, dan
20% butiran dengan ukuran lempung (< 0,002 mm).

Klasifikasikan jika tanahnya mengandung butiran berdiameter lebih besar dari 2


mm dalam persentase tertentu, tanah B mempunyai pembagian ukuran butir: 15%
kerikil, 20% pasir, 45% lanau, dan 20% lempung.

Penyelesaian:

Mulyono,T (2017).,Mekanika Tanah dan Pondasi, Jakarta: FT-UNJ 7


Menggunakan Gambar 5.1, Jenis tanah A yang didapatkan termasuk dalam daerah
Tanah liat Gambar 5.2.

Tanah B mempunyai pembagian ukuran butir 15% kerikil, 20% pasir, 45% lanau, dan
20% lempung, komposisi tekstural yang dimodifikasi adalah:

20
𝑃𝑎𝑠𝑖𝑟 = 100 = 23,5%
(100 − 15)

45
𝐿𝑎𝑛𝑎𝑢 = 100 = 52,9%
(100 − 15)

20
𝐿𝑒𝑚𝑝𝑢𝑛𝑔 = 100 = 23,5%
(100 − 15)

Hasil komposisi tekstural yang dimodifikasi sistem klasifikasi USDA menunjukkan


bahwa tanah B adalah termasuk tanah liat kelanauan Gambar 5.2 .

Gambar 5.2: Cara mengklasifikasikan tanah dengan USDA

5.2 Klasifikasi tanah secara teknik (Classification by Engineering


Behavior)

Sistem klasifikasi tanah berdasarkan tekstur adalah relatif sederhana karena ia


hanya didasarkan pada distribusii ukuran butiran tanah, kenyataannya, jumlah dan
8 Mulyono,T (2017).,Klasifikasi Tanah, Jakarta: FT-UNJ
jenis dari mineral lempung yang dikandung oleh tanah sangat mempengaruhi sifat fisis
tanah yang bersangkutan. Oleh karena itu, kiranya perlu untuk memperhitungkan sifat
plastisitas tanah, yang disebabkan adanya kandungan mineral lempung, agar dapat
menafsirkan ciri-ciri suatu tanah. Karena sistem klasifikasi berdasarkan tekstur tidak
memperhitungkan sifat plastisitas tanah, dan secara keseluruhan tidak menunjukkan
sifat-sifat tanah yang penting, maka sistem tersebut dianggap tidak memadai untuk
sebagian besar dari keperluan teknik. Pada saat sekarang ada lagi dua buah sistem
klasifikasi tanah yang selalu dipakai oleh para ahli teknik sipil. Kedua sistem tersebut
memperhitungkan distribusi ukuran butir dan batas-batas Atterberg. Sistem-sistem
tersebut adalah: Sistem Klasifikasi AASHTO dan Sistem Klasifikasi USCS. Sistem
klasifikasi AASHTO pada umumnya dipakai oleh departemen jalan raya di semua
negara bagian di Amerika Serikat. Sedangkan sistem klasifikasi USCS pada umumnya
lebih disukai oleh para ahli geoteknik untuk keperluan-keperluan teknik yang lain (Das
& Sobhan, 2014).

Aspek praktis dari karakteristik teknik untuk tanah granular dan halus (Samtani
& Nowatski, 2006) adalah sebagai berikut.

1. Karakteristik Teknik Tanah Berbutir Kasar (Sands and Gravels)


a. Bahan dasar pondasi yang sangat bagus untuk mendukung struktur dan
jalan.
b. Umumnya bahan tanggul sangat bagus (embankment material).
c. Umumnya bahan timbunan (backfill) terbaik untuk dinding penahan.
d. Mungkin terjadi penurunan di bawah beban getaran atau ledakan.
e. Sistem drainase (dewatering) mungkin sulit dilakukan pada kerikil dengan
kerapatan terbuka karena permeabilitas tinggi.
f. Umumnya tidak tahan suhu dingin (frost susceptible).
2. Karakteristik Teknik Tanah lempung Berbutir halus (Inorganic Clays)
a. Umumnya memiliki kekuatan geser rendah.
b. Plastis dan kompresibel.
c. dapat kehilangan sebagian kekuatan geser saat membasahi.
d. Dapat kehilangan sebagian kekuatan geser saat terganggu.
e. Dapat menyusut saat mengering dan mengembang pada saat pembasahan.
f. Umumnya bahan sangat jelek untuk timbunan.
g. Umumnya bahannya buruk untuk timbunan.

Mulyono,T (2017).,Mekanika Tanah dan Pondasi, Jakarta: FT-UNJ 9


h. Bisa tidak tembus (impervious) secara praktis
i. Lereng tanah lempung cenderung longsor.
3. Karakteristik Teknik Tanah lanau Berbutir halus (Inorganic Silts)
a. Kekuatan geser relatif rendah.
b. Kapilaritas tinggi dan kerentanan terhadap embun pembekuan.
c. Permeabilitas relatif rendah.
d. Kerentanan pembekuan naik-turun
4. Karakteristik Teknik Tanah Organik

Istilah organik menunjuk tanah tersebut, selain lapisan atas, yang mengandung
sejumlah materi vegetatif dan kadang-kadang organisme hewan di berbagai keadaan
dekomposisi. Setiap tanah yang mengandung bahan organik dalam jumlah cukup
untuk mempengaruhi sifat rekayasanya disebut tanah organik. Bahan organik tidak
pantas karena tiga alasan utama:

a. Mengurangi beban daya dukung tanah.


b. Meningkatkan kompresibilitas secara signifikan.
c. Sering mengandung gas beracun yang dilepaskan selama proses
penggalian.

Umumnya tanah organik, baik gambut, tanah liat organik, lumpur organik, atau
bahkan pasir organik, tidak digunakan sebagai bahan bangunan

5.3 Klasifikasi Sistem AASHTO

Sistem klasifikasi ini dikembangkan sejak tahun 1929 oleh Public Road
Administration Classification System. Sistem ini sudah mengalami beberapa
perbaikan; versi yang saat ini berlaku adalah yang diajukan oleh Committee on
Classification of Materials for Subgrade and Granular Type Road of the Highway
Research Board dalam tahun 1945 (ASTM Standard No D-3282, AASHTO metode
M145). Sistem klasifikasi AASHTO, tanah diklasifikasikan ke dalam tujuh kelompok
besar, yaitu A-1 sampai dengan A-7 (Tabel 5.2)

Tabel 5.2: Kelompok Klasifikasi AASHTO


Kelompok Deskripsi
A-1, A-2, dan A-3 tanah berbutir di mana 35% atau kurang dari jumlah
butiran tanah tersebut lolos ayakan No. 200

10 Mulyono,T (2017).,Klasifikasi Tanah, Jakarta: FT-UNJ


A-4, A-5, A-6, dan A-7 Tanah di mana lehih dari 35% butirannya lolos ayakan
No. 200 (sebagian besar adalah lanau dan lempung)

Sistem klasifikasi AASHTO dibuat dengan mempertimbangkan kriteria sebagai


berikut (Samtani & Nowatski, 2006) :

1. Ukuran butir tanah


a) Kerikil : fraksi melewati saringan 75-mm (3-inch ) dan tertahan pada
saringan No. 10 (2-mm)
b) Pasir : fraksi melewati saringan No 10 (2 mm) dan tertahan pada saringan
No., 200 (0,075 mm)
c) Lumpur dan lanau : fraksi melewati saringan no 200
2. Plastisitas: Tanah disebut tanah berlumpur (silty) ketika fraksi halus tanah
memiliki indeks plastisitas 10 atau kurang. Sedangkan tanah lempung (clay)
adalah ketika fraksi halus tanah memiliki indeks plastisitas 11 atau lebih.
3. Bongkahan Batuan (boulder) dan Kerakal/Berangkal (cobbles) yaitu ukuran
lebih besar dari 75 mm yang diuji, maka harus dipisahkan dari bagian dari
sampel tanah untuk mengklasifikasinya. Namun, persentase material
tersebut dicatat.

Sistem klasifikasi AASHTO yang dipakai saat ini diberikan dalam Tabel 5.3
untuk mengklasifikasikan tanah, maka data dari hasil uji dicocokkan dengan angka-
angka yang diberikan dalam Tabel 5.3 dari kolom sebelah kiri ke kolom sebelah kanan
hingga ditemukan angka-angka yang sesuai.

Mutu (kualitas) dari suatu tanah sebagai bahan lapisan tanah dasar (subgrade)
dari suatu jalan raya dilakukan evaluasi dengan suatu angka yang dinamakan indeks
grup (group index, Gl) juga diperlukan selain kelompok dan subkelompok dari tanah
yang bersangkutan. Nilai 𝐺𝐼 ini dituliskan di dalam kurung setelah nama kelompok dan
sub-kelompok dari tanah yang bersangkutan (USDA, 1987). Indeks grup dapat
dihitung dengan Persamaan 5.1, di mana: 𝐹 adalah persentase butiran yang lolos
ayakan No. 200, 𝐿𝐿 merupakan batas cair (liquid limit) dan 𝑃𝐼 adalah nilai indeks
plastisitas.

𝐺𝐼 = (𝐹 − 35){0,2 + 0,005(𝐿𝐿 − 40)} + 0,01(𝐹 − 15)(𝑃𝐼 − 10) (5.1)


Aturan untuk menentukan harga dari indeks grup:

Mulyono,T (2017).,Mekanika Tanah dan Pondasi, Jakarta: FT-UNJ 11


a. Jika nilai 𝐺𝐼 yang dihasilkan negatif, maka nilai 𝐺𝐼 dianggap nol.
b. Indeks grup (𝐺𝐼) yang dihitung dibulatkan ke angka yang paling dekat.
c. Tidak ada batas atas untuk indeks grup (𝐺𝐼).
d. Indeks grup untuk tanah yang masuk dalam kelompok A-1-a, A-1-b, A-2-4, A-2-
5, dan A-3 selalu sama dengan nol.
e. Tanah yang masuk kelompok A-2-6 dan A-2-7, hanya bagian dari indeks grup
untuk PI saja yang digunakan, yaitu Persamaan 5.2:

𝐺𝐼 = 0,01(𝐹 − 15)(𝑃𝐼 − 10) (5.2)


f. umumnya, kualitas tanah yang digunakan untuk bahan tanah dasar dapat
dinyatakan sebagai kebalikan dari harga indeks grup.

Kesenjangan batas cair (liquid limit, LL) dan indeks plastisitas (PI) untuk tanah
yang masuk dalam kelompok A-2, A-4, A-5, A-6, dan A-7, ditunjukan pada Gambar
5.3.

Gambar 5.3: Rentang batas cair (liquid limit, LL) dan indeks plastisitas (PI) untuk tanah yang masuk
dalam kelompok A-2, A-4, A-5, A-6, dan A-7 (AASHTO M145 atau ASTM D3282)

12 Mulyono,T (2017).,Klasifikasi Tanah, Jakarta: FT-UNJ


Tabel 5.3: Klasifikasi tanah dengan sistem AASHTO sesuai AASHTO M 145 (atau ASTM D 3282)
Material lanau-lempung (> 𝟑𝟓%
Tanah berbutir atau granular (≤ 𝟑𝟓% total contoh uji lolos ayakan
Klasifikasi umum total contoh uji lolos ayakan No.200
No.200 atau 0,075 mm)
(0,075 mm)
Kelompok Klasifikasi A-1 A-2 A-7
A-3 A-4 A-5 A-6 A-7-5*,
A-1-a A-1-b A-2-4 A-2-5 A-2-6 A-2-7
A-7-6*
Prosentase lolos ayakan
No. 10 (2 mm) Maks 50
No. 40 (0,425 mm) Maks 30 Maks 50 Min 51
No. 200 (0,075 mm) Maks 15 Maks 25 Maks 10 Maks 35 Maks 35 Maks 35 Maks 35 Min.36 Min.36 Min.36 Min.36
Karakteristik yang lolos
butir lolos No. 40 (0,425
mm)
Batas cair (LL) Maks 40 Min 41 Min 40 Min 41 Maks 40 Min 41 Min 40 Min 41
Indeks Plastisitas (PI) Maks 6 NP Maks 10 Maks 10 Maks 11 Min 11 Maks 10 Maks 10 Maks 11 Min 11
Jenis material yang Batu pecah, kerikil, Pasir Kerikil dan pasir kelanauan atau berlempung Tanah kelanauan Tanah berlempung
dominan dan pasir halus
Indeks Group 0 0 0 Maks 4 Maks 8 Maks 12 Maks 16 Maks 20
Penilaian Sebagai tanah Baik sekali sampai baik Biasa sampai jelek
Dasar
Sumber: (Samtani & Nowatski, 2006)
*Untuk A-7-5, 𝑃𝐼 ≤ 𝐿𝐿 − 30 dan A-7-6, 𝑃𝐼 > 𝐿𝐿 − 30

Mulyono,T (2017).,Mekanika Tanah dan Pondasi, Jakarta: FT-UNJ 13


Contoh C5.2:

Hasil dari uji analisis distribusi butir suatu tanah sesuai SNI 3423-2008 Cara uji analisis
ukuran butir tanah didapatkan data sebagai berikut:

Persentase butiran yang lolos ayakan No. 10 = 100%

Persentase butiran yang lolos ayakan No. 40 = 60%

Persentase butiran yang lolos ayakan No . 200 = 60%

Batas cair (𝐿𝐿 = 35) dan batas plastisitas (𝑃𝐿 = 25)) dari tanah yang lolos ayakan No.
40. Klasifikasikan tanah tersebut dengan cara AASHTO.

Penyelesaian:

Persentase butiran yang lolos ayakan No . 200, 𝐹 = 60% > 36 − 𝐴 − 4

Indeks plastisitas 𝑃𝐼 = 35 − 25 = 10, fraksi butir yang lolos ayakan No . 200, 𝐹 = 60%

𝐿𝐿 = 35 < 40 (𝑚𝑎𝑘𝑠); 𝑃𝐼 = 10 = 10 (𝑚𝑎𝑘𝑠)

𝐺𝐼 = (𝐹 − 35){0,2 + 0,005(𝐿𝐿 − 40)} + 0,01(𝐹 − 15)(𝑃𝐼 − 10)

𝐺𝐼 = (60 − 35){0,2 + 0,005(35 − 40)} + 0,01(60 − 15)(10 − 10) = 4,38 ≅ 4

Sesuai Tabel 5.3 maka tanah diklasifikasikan sebagai A-4(4) dengan 𝐺𝐼 = 4 (𝑀𝑎𝑘𝑠 8),
Batas cair (𝐿𝐿 = 35; 𝑚𝑎𝑘𝑠 40 dan Indeks plastisitas (𝑃𝐼 = 10; 𝑚𝑎𝑘𝑠 10).

Contoh C5.3:

Suatu contoh tanah mempunyai batas cair 𝐿𝐿 = 65 dan indeks plastisitas 𝑃𝐼 = 45 dan
95% berat suatu tanah lolos ayakan No. 200 dan Klasifikasikan tanah tersebut dengan
sistem AASHTO.

Penyelesaian:

Sesuai Tabel 5.3 dengan butir lolos ayakan No. 200 sebesar 𝐹 = 95% > 36 (min. )

masuk dalam kelompok A-7.

Nilai 𝐿𝐿 = 65 > 41 (𝑀𝑖𝑛); 𝑃𝐼 = 𝐿𝐿 − 30 = 65 − 30 = 35 → 45 > 35

Maka klasifikasinya masuk ke A-7-6, 𝑃𝐼 > 𝐿𝐿 − 30 dengan

𝐺𝐼 = (95 − 35){0,2 + 0,005(65 − 40)} + 0,01(95 − 15)(45 − 10) = 47,5 ≅ 48


14 Mulyono,T (2017).,Klasifikasi Tanah, Jakarta: FT-UNJ
Sehingga klasifikasinya adalah: A-7-6(48).

Contoh C5.4:

Hasil dari uji analisis distribusi butir suatu tanah sesuai SNI 3423-2008 Cara uji analisis
ukuran butir tanah didapatkan data sebagai berikut:

Persentase butiran yang lolos ayakan No. 10 = 45%

Persentase butiran yang lolos ayakan No. 40 = 34%

Persentase butiran yang lolos ayakan No . 200 = 21%

Batas cair (𝐿𝐿 = 25) dan batas plastisitas (𝑃𝐿 = 20)) dari tanah yang lolos ayakan No.
40. Klasifikasikan tanah tersebut dengan cara AASHTO.

Penyelesaian:

Berdasarkan Tabel 5.3 dengan butir lolos ayakan No. 200 sebesar 𝐹 = 21%,
kemungkinan masuk dalam A-1; A2; atau A-3 yaitu tanah berbutir atau granular (≤
35% total contoh uji lolos ayakan No.200 atau 0,075 mm).

• Prosentase lolos ayakan No. 10 (2 mm) = 45% kemungkinan masuk dalam A-


1; A2; atau A-3
• Prosentase lolos ayakan No. 40 (0,425 mm) = 34% (A-1-a Maks 30 dan A-1-b
maks.50; A-3 Min.50), memenuhi Klasifikasi A-1-b.
• Prosentase lolos ayakan No. 200 = 21%
• 𝑃𝐼 = 𝐿𝐿 − 𝑃𝐿 = 25 − 20 = 5 (𝑀𝑎𝑘𝑠. 6)
• Group Indeks
• 𝐺𝐼 = (21 − 35){0,2 + 0,005(25 − 40)} + 0,01(21 − 15)(5 − 10) = −2,05 ≅ 0
Maka klasifikasi tanahnya adalah A-1-b(0)

5.4 Klasifikasi Unified Soil Classification System (USCS)

Klasifikasi tanah menggunakanThe Unified Soil Classification System (ASTM D


2487) untuk kebutuhan teknik banyak digunakan dengan dasar ukuran butir partikel
tanah, gradasi dan plastisitas tanah. Sistem ini awalnya diperkenalkan oleh
Casagrande, 1942 yang dipergunakan untuk pekerjaan pembuatan lapangan terbang
yang dilaksanakan oleh The Army Corps of Engineers selama Perang Dunia II. Sistem
ini disempurnakan oleh United States Bureau of Reclamation tahun 1952. Saat ini,

Mulyono,T (2017).,Mekanika Tanah dan Pondasi, Jakarta: FT-UNJ 15


sistem klasifikasi USCS digunakan secara luas oleh para ahli teknik termasuk
Indonesia yang mengadopsi standar ASTM D2847 menjadi SNI 03-6371-2000. Sistem
ini mengelompokkan tanah ke dalam dua kelompok besar, yaitu:

1. Tanah berbutir-kasar (coarse-grained-soil)


a. Tanah kerikil dan pasir di mana kurang dari 50% berat total contoh tanah
lolos ayakan No. 200.
b. Simbol dari kelompok ini dimulai dengan huruf awal G atau S. G adalah
untuk kerikil (gravel) atau tanah berkerikil, dan S adalah untuk pasir
(sand) atau tanah berpasir.
2. Tanah berbutir-halus (fine-grained-soil)
a. Tanah di mana lebih dari 50% berat total contoh tanah lolos ayakan No.
200.
b. Simbol dari kelompok ini dimulai dengan huruf awal M untuk lanau (silt)
anorganik, C untuk lempung (clay) anorganik, dan 0 untuk lanau-organik
dan lempung-organik. Simbol PT digunakan untuk tanah gambut (peat),
muck, dan tanah-tanah lain dengan kadar organik yang tinggi.
c. Simbol-simbol lain yang digunakan untuk klasifikasi USCS seperti Tabel
5.4:

Tabel 5.4: Simbol USCS


Simbol Deskripsi
W well graded (bergradasi baik)
P poorly graded (bergradasi jelek)
L plastisitas rendah (batas cair kurang dari 50)
H plastisitas tinggi (batas cair lebih dari 50)

Klasifikasi tanah yang ditentukan dengan sistem USCS dapat menggunakan


Tabel 5.5 dengan cara eliminasi dari kiri ke kanan seperti pada klasifikasi AASHTO.
Sebagai informasi tambahan sistem USCS dapat juga digunakan Bagan Plastisitas
(Plasticity Chart) seperti Gambar 5.4. Diagram alir untuk mengklasifikasikan tanah
untuk tanah berbutir halus seperti Gambar 5.5, 5.6 dan 5.7. Diagram alir untuk
mengklasifikasikan tanah untuk tanah berbutir kasar seperti Gambar 5.8 untuk kerikil
dan Gambar 5.9 untuk pasir.

16 Mulyono,T (2017).,Klasifikasi Tanah, Jakarta: FT-UNJ


Tabel 5.5: Klasifikasi tanah
Kriteria untuk menetapkan Simbol-Simbol dan Nama- Klasifikasi Tanah
nama grup menggunakan pengujian LaboratoriumA Simbol Nama GrupB
TANAH Kerikil Kerikil bersih 𝐶𝑢 ≥ 4 dan GW Kerikil bergradasi
BERBUTIR 1 ≤ 𝐶𝑐 ≤ 3C baikD
KASAR
Butiran halus 𝐶𝑢 < 4 dan/atau GP Kerikil bergradasi
Tertahan Pada Saringan
Lebih Dari 50% Material

< 5%E 1 ≤ 𝐶𝑐 ≤ 3C jelekD


Lebih Dari 50% Material Tertahan Pada Saringan

Kerikil dengan Butiran halus GM Kerikil kelanauan


No. 4 (4,75 mm)

butir halus diklasifikasikan (silty gravel)D,F,G


≤ 12% sebagai ML atau MH

Kerikil dengan Butiran halus SC Kerikil lempungan


butir halus diklasifikasikan (clayey gravel)
No. 200 (0,075 mm)

sebagai CL atau CH D,F,G


> 12% E
Pasir Pasir bersih 𝐶𝑢 ≥ 6 dan SW Pasir bergradasi
1 ≤ 𝐶𝑐 ≤ 3C baikH

Butiran halus 𝐶𝑢 < 6 dan/atau SP Pasir bergradasi


lolos Pada Saringan No.
Lebih Dari 50% Material

< 5%I 1 ≤ 𝐶𝑐 ≤ 3C jelekH

Pasir dengan Butiran halus SM Pasir kelanauan


butir halus diklasifikasikan (silty sand)F,G,H
sebagai ML atau MH
4 (4,75 mm)

≤ 12%I
Kerikil dengan Butiran halus SC Pasir lempungan
butir halus diklasifikasikan (clayey sand)F,G,H
> 12%I sebagai CL atau CH

TANAH 𝑃𝐼 > 7, saat di Plot pada/atau di CL Lempung kurus


Non-Organik

BERBUTIR atas garis “A”J K,L,M

HALUS
Lanau dan Lempung

𝑃𝐼 < 4, saat di Plot di bawah ML Lanau K,L,M


Lebih Dari 50% Material lolos Pada Saringan

Batas cair < 50

garis “A” J
Batas cair – kering OL Lempung organik
< 0,75 K,L,M,N
Batas cair – Tidak kering oven
Organik

Lanau Organik
No. 200 (0,075 mm)

K,L,M,O

𝑃𝐼 saat di Plot pada/atau di atas CH Lempung gemuk


Non-Organik

K,L,M
garis “A”
𝑃𝐼 saat di Plot di bawah garis MH Lanau elastis K,L,M
Lanau dan Lempung

“A”
Batas cair ≥ 50

Batas cair – kering OH Lempung organik


< 0,75 K,L,M,P
Batas cair – Tidak kering oven
Organik

Lanau organik
K,L,M,Q

TANAH Secara primer terdiri dari zat-zat organik, berwarna PT Gambut


ORGANIK gelap dan berbasis organik (organic odor)
YANG
TINGGI
Keterangan:

Mulyono,T (2017).,Mekanika Tanah dan Pondasi, Jakarta: FT-UNJ 17


A Berdasarkan material lolos saringan 3 inci (75 mm)
B Apabila contoh lapangan mengandung bongkahan dan atau kerangkal, tambahkan “dengan
bongkahan dan atau kerakal” pada nama kelompok
C 𝐶𝑢 = Koefisien kelengkungan, 𝐶𝑢 = 𝐷60 /𝐷10 dan Koefisien keseragaman 𝐶𝑐 = (𝐷30 )2 /(𝐷10 𝐷60 )
D Apabila tanah mengandung > 15% pasir, tambahkan “dengan pasir” pada nama kelompok
E Kerikil-kerikil dengan butiran halus 5% sampai 12% diperlukan symbol ganda:
GW – GM Kerikil bergradasi baik dengan lanau
GM – GC Kerikil bergradasi baik dengan lempung
GP – GM Kerikil bergradasi jelek dengan lanau
GP – GC Kerikil bergradasi jelek dengan lempung
F Apabila butiran halus diklasifikasikan sebagai CL – ML gunakan symbol ganda GC – GM atau SC
– SM.
G Apabila butiran halus adalah organic, tambahkan “dengan butiran halus organic” pada nama
kelompok
H Apabila tanah mengandung > 15% kerikil, tambahkan “dengan kerikil” pada nama kelompok
I Pasir-pasir dengan butiran halus 5% sampai 12% diperlukan symbol ganda:
SW – SM Pasir bergradasi baik dengan lanau
SW – SC Pasir bergradasi baik dengan lempung
SP – SM Pasir bergradasi jelek dengan lanau
SP – SC Pasir bergradasi jelek dengan lempung
J Apabila batas-batas Atterberg berada di dalam daerah yang diarsir, tanah adalah lempung
lanauan CL – ML
K Apabila tanah mengandung 15% sdampai 29% tertahan saringan No. 200, tambahkan “dengan
pasir” atau “dengan kerikil” mana yang paling dominant
L Apabila tanah mengandung > 30% tertahan saringan No. 200 dan dominant pasir, tambahkan
“pasiran” pada nama kelompok
M Apabila tanah mengandung > 30% tertahan saringan No. 200 dan dominant kerikil, tambahkan
“kerikilan” pada nama kelompok
N 𝑃𝐼 ≥ 4 dan berada pada atau di atas garis “A” (Lihat Gambar 5.4)
O 𝑃𝐼 < 4 dan berada di bawah garis “A” (Lihat Gambar 5.4)
P PI berada pada atau di atas garis “A” (Lihat Gambar 5.4)
Q PI berada di bawah garis “A” (Lihat Gambar 5.4)
Sumber: (ASTM D 2487)

Gambar 5.4: Bagan Plastisitas

18 Mulyono,T (2017).,Klasifikasi Tanah, Jakarta: FT-UNJ


SIMBOL GRUP NAMA GRUP

Gambar 5.5: Diagram Alir untuk Klasifikasi butiran halus tanah (50% atau lebih lolos Ayakan No.200) untuk Batas Cair < 50

Mulyono,T (2017).,Mekanika Tanah dan Pondasi, Jakarta: FT-UNJ 19


SIMBOL GRUP NAMA GRUP

Gambar 5.6: Diagram Alir untuk Klasifikasi butiran halus tanah (50% atau lebih lolos Ayakan No.200) untuk Batas Cair > 50

20 Mulyono,T (2017).,Klasifikasi Tanah, Jakarta: FT-UNJ


SIMBOL GRUP NAMA GRUP

Gambar 5.7: Diagram Alir untuk Klasifikasi butiran halus tanah organik (50% atau lebih lolos Ayakan No.200)

Mulyono,T (2017).,Mekanika Tanah dan Pondasi, Jakarta: FT-UNJ 21


SIMBOL GRUP NAMA GRUP

Gambar 5.8: Diagram Alir untuk Klasifikasi butiran kasar tanah (50% atau lebih Tertahan Ayakan No.200) untuk kerikil

22 Mulyono,T (2017).,Klasifikasi Tanah, Jakarta: FT-UNJ


SIMBOL GRUP NAMA GRUP

Gambar 5.9: Diagram Alir untuk Klasifikasi butiran kasar tanah (50% atau lebih Tertahan Ayakan No.200) untuk pasir

Mulyono,T (2017).,Mekanika Tanah dan Pondasi, Jakarta: FT-UNJ 23


Contoh C5.5:

Hasil dari uji analisis distribusi butir suatu tanah sesuai SNI 3423-2008 Cara uji analisis
ukuran butir tanah didapatkan data untuk persentase butiran yang lolos ayakan No. 10
= 100%; No. 40 = 60% dan No . 200 = 60%. Batas cair (𝐿𝐿 = 35) dan batas plastisitas
(𝑃𝐿 = 25)) dari tanah yang lolos ayakan No. 40. Klasifikasikan tanah tersebut dengan
Sistem USCS.

Penyelesaian:

Karena 60% dari total tanah ternyata lolos ayakan No. 200, maka tanah tersebut
adalah tanah berbutir halus (≥ 50% 𝑙𝑜𝑙𝑜𝑠 𝑎𝑦𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑁𝑜. 200). Menggunakan bagan
plastisitas seperti Gambar 5.4, cair (𝐿𝐿 = 35) dan batas plastisitas (𝑃𝐿 = 25), 𝑃𝐼 =
𝐿𝐿 − 𝑃𝐿 = 35 − 25 ), tanah tersebut dapat diklasifikasikan sebagai CL atau OL. Karena
𝑃𝐼 = 10 > 7, saat di Plot pada/atau di atas garis “A”, maka sesuai Tabel 5.5, tanah
termasuk CL.

Contoh C5.6:

Hasil uji analisa ayak untuk dua contoh tanah seperti Tabel C5.1. Batas cair dan
batas plastis tanah yang lolos ayakan No. 40 seperti Tabel C5.2. Klasifikasikan tanah-

Tabel C5.1: Hasil uji analisa ayak


Percent lolos butir
A B
Analisa Ayakan No. 18 (1,000 mm) 100
No. 20 (0,850 mm) 100
No. 30 (0,600 mm) 96
No. 40 (0,425 mm) 90 100
No. 60 (0,250 mm) 76 92
No. 80 (0,180 mm) 65 85
No. 200 (0,075 mm) 11 63
Hydrometer 0,050 mm 8 52
0,030 mm 7 40
0,015 mm 6 29
0,006 mm 5 18
0,004 4,5 15
0,002 3,5 10

24 Mulyono,T (2017).,Klasifikasi Tanah, Jakarta: FT-UNJ


Tabel C5.2: Hasil uji analisa ayak
Tanah A Tanah B
Batas Cair, LL 35 29
Batas Plastis, LL 25 24

Penyelesaian:

Menggambarkan kurva distribusi ukuran butir Tanah A dan B seperti Gambar


C5.1

Gambar C5.1: Kurva distribusi ukuran butir Tanah A dan B

Klasifikasi Tanah A

1. Kurva distribusi ukuran-butir pada Gambar C5.1 (Tabel C5.1) menunjukkan


bahwa 11% dari tanah adalah lebih halus dari 0,075 mm (ayakan No. 200) dan
sesuai dengan Tabel 5.5 untuk tanah Lebih Dari 50% Material Tertahan Pada
Saringan No. 200 (0,075 mm) maka, tanah dikelompokkan sebagai tanah
berbutir kasar.
2. Tanah dengan 11% (Kerikil-kerikil dengan butiran halus 5% sampai 12%
diperlukan symbol ganda). Pada 4,75 mm (ayakan No. 4) prosentase lolos

Mulyono,T (2017).,Mekanika Tanah dan Pondasi, Jakarta: FT-UNJ 25


100% (Lebih Dari 50% Material lolos Pada Saringan No. 4 (4,75 mm)) maka
tanah tersebut adalah tanah berpasir.
3. Menggunakan Gambar C5.1 didapatkan
𝐷10 = 0,072 𝑚𝑚; 𝐷30 = 0,105 𝑚𝑚; 𝐷60 = 0,165 𝑚𝑚
𝐷60 0,165 (𝐷30 )2
𝐶𝑢 = = = 2,292 < 6 dan 𝐶𝑐 = = 0,928 ≅ 1(1 ≤ 𝐶𝑐 ≤ 3), maka
𝐷10 0,072 𝐷10 𝐷60

masuk kedalam kelompok SP (Pasir bergradasi jelek)


4. Batas cair (𝐿𝐿 = 35) dan 𝑃𝐿 = 25 maka 𝑃𝐼 = 35 − 25 = 10 > 7 terletak di atas
garis “A” maka klasifikasinya ditambahkan “SC” sehingga Nama klasifikasinya
adalah “SP-SC”

Klasifikasi Tanah B

1. Kurva distribusi ukuran-butir pada Gambar C5.1 (Tabel C5.1) menunjukkan


bahwa 63% dari tanah adalah lebih halus dari 0,075 mm (ayakan No. 200) dan
sesuai dengan Tabel 5.5 untuk tanah Lebih Dari 50% Material lolos Pada
Saringan No. 200 (0,075 mm) maka, tanah dikelompokkan sebagai tanah
berbutir halus.
2. Batas cair (𝐿𝐿 = 29) dan 𝑃𝐿 = 24 maka 𝑃𝐼 = 29 − 24 = 5 < 7 terletak di bawah
garis “A” maka sesuai Gambar 5.4 masuk dalam CL-ML sehingga klasifikasinya
adalah “CL-ML”

5.5 Perbandingan klasifikasi AASHTO dengan USCS

Sistem klasifikasi AASHTO dan USCS didasarkan pada tekstur dan plastisitas
tanah. Kedua sistem membagi tanah dalam dua kategori pokok, yaitu: berbutir kasar
(coarse-grained) dan berbutir halus (fine-grained), yang dipisahkan oleh ayakan No.
200. Sistem AASHTO, menggangap tanah berbutir halus jika lebih dari 35% lolos
ayakan No. 200, sedangkan sistem USCS, tanah berbutir halus jika lebih dari 50%
lolos ayakan No. 200. Tanah berbutir kasar yang mengandung kira-kira 35% butiran
halus akan bersifat seperti material berbutir halus. Hal ini disebabkan karena tanah
berbutir halus jumlahnya cukup banyak untuk mengisi pori-pori antar butir-butir kasar
dan untuk menjaga agar butiran kasar berjauhan satu terhadap yang lain. Dalam hal
ini, sistem AASHTO adalah lebih cocok. Sistem AASHTO, ayakan No. 10 digunakan
untuk memisahkan antara kerikil dan pasir sedangkan sistem USCS menggunakan
ayakan No. 4. Secara besaran batas ukuran pemisahan tanah, ayakan No. 10 lebih

26 Mulyono,T (2017).,Klasifikasi Tanah, Jakarta: FT-UNJ


dapat diterima untuk dipakai sebagai batas atas dari pasir. Hal ini digunakan juga
dalam teknologi beton dan lapisan pondasi jalan raya (Das & Sobhan, 2014).

Sistem USCS, tanah berkerikil dan berpasir dipisahkan dengan jelas, tidak
dalam sistem AASHTO. Kelompok A-2 berisi tanah-tanah yang bervariasi. Tanda-
tanda seperti GW, SM, CH, dan lain-lain yang digunakan dalam sistem USCS
menerangkan sifat-sifat tanah lebih jelas daripada simbol yang digunakan dalam
sistem AASHTO. Klasifikasi tanah organik seperti OL, OH, dan PT telah diberikan
dalam sistem USCS, tapi sistem AASHTO tidak memberikan tempat untuk tanah
organik.

Perbandingan secara ukuran butir antara AASHTO dengan USCS seperti


Gambar 5.10, dan berdasarkan kriteria seperti Gambar 5.11 (Samtani & Nowatski,
2006). Secara penamaan kelompok telah dibuat oleh Liu (1967) dalam (Das & Sobhan,
2014) seperti Gambar 5.12.

Gambar 5.10: Perbandingan ukuran butir antara AASHTO dengan USCS

Gambar 5.11: Kriteria antara AASHTO dengan USCS

Mulyono,T (2017).,Mekanika Tanah dan Pondasi, Jakarta: FT-UNJ 27


Gambar 5.12: Perbandingan kelompok antara AASHTO dengan USCS

28 Mulyono,T (2017).,Klasifikasi Tanah, Jakarta: FT-UNJ


I. SOAL
SOAL PILIHAN GANDA

5.1 Keadaan relatif tanah ketika tanah masih mudah untuk dibentuk yang umumnya
menggunakan klasifikasi tekstur yang didasarkan pada distribusi ukuran partikel
dari persen dari fraksi pasir, lanau, dan ukuran lempung yang ada di tanah tertentu,
merupakan...
a. Klasifikasi Teknik c. Klasifikasi Pedagogik
b. Klasifikasi Pedologi d. Klasifikasi entitas

5.2 Keadaan relatif tanah ketika tanah masih mudah untuk dibentuk yang umumnya
didasarkan pada perilaku rekayasa tanah dan mempertimbangkan distribusi
ukuran partikel dan plastisitas (yaitu, batas cair dan indeks plastisitas),
merupakan...
a. Klasifikasi Teknik c. Klasifikasi Pedagogik
b. Klasifikasi Pedologi d. Klasifikasi entitas

5.3 Sistem klasifikasi tanah berdasarkan tekstur berikut adalah...


a. AASHTO c. USDA
b. ASTM d. USCS

5.4 Sesuai dengan SNI 03-6371-2000, tanah dengan butiran yang tertahan saringan
ukuran 300 mm, disebut....
a. Bongkahan Batuan (boulder) c. Kerakal/Berangkal (cobbles)
b. Kerikil (Gravel) d. Krikil Kasar (Coarse Gravel)

5.5 Sesuai dengan SNI 03-6371-2000, tanah dengan butiran yang lolos saringan
ukuran 300 mm dan tertahan pada saringan 75 mm, disebut....
a. Bongkahan Batuan (boulder) c. Kerakal/Berangkal (cobbles)
b. Kerikil (Gravel) d. Krikil Kasar (Coarse Gravel)

5.6 Sesuai dengan SNI 03-6371-2000, tanah dengan butiran yang lolos saringan
ukuran 75 mm serta tertahan pada saringan ukuran 19 mm, disebut....
a. Bongkahan Batuan (boulder) c. Kerakal/Berangkal (cobbles)
b. Kerikil (Gravel) d. Krikil Kasar (Coarse Gravel)
Mulyono,T (2017).,Mekanika Tanah dan Pondasi, Jakarta: FT-UNJ 29
5.7 Sesuai dengan SNI 03-6371-2000, tanah dengan butiran yang lolos saringan
ukuran 19 mm pasir tertahan 4,75 mm, disebut....
a. Kerikil (Gravel) c. Kerakal/Berangkal (cobbles)
b. Kerikil halus (Fine Gravel) d. Krikil Kasar (Coarse Gravel)

5.8 Sesuai dengan SNI 03-6371-2000, tanah dengan butiran yang lolos saringan No.
4 (4,75 mm) serta tertahan saringan No. 200 (0,075 mm), disebut....
a. Pasir (Sand) c. Pasir kasar (Coarse Sand)
b. Pasir halus (Fine Sand) d. Pasir sedang (Medium Sand)

5.9 Sesuai dengan SNI 03-6371-2000, tanah dengan butiran yang lolos saringan
ukuran No. 4 (4,75 mm) serta tertahan saringan No. 10 (2 mm), disebut....
a. Pasir (Sand) c. Pasir kasar (Coarse Sand)
b. Pasir halus (Fine Sand) d. Pasir sedang (Medium Sand)

5.10 Sesuai dengan SNI 03-6371-2000, tanah dengan butiran yang lolos saringan
No. 10 (2 mm) serta tertahan pada saringan No. 40 (0,425 mm), disebut....
a. Pasir (Sand) c. Pasir kasar (Coarse Sand)
b. Pasir halus (Fine Sand) d. Pasir sedang (Medium Sand)

5.11 Sesuai dengan SNI 03-6371-2000, tanah dengan butiran yang lolos saringan
No. 40 (0,425 mm) dan tertahan pada saringan No. 200 (0,075 mm), disebut....
a. Pasir (Sand) c. Pasir kasar (Coarse Sand)
b. Pasir halus (Fine Sand) d. Pasir sedang (Medium Sand)

5.12 Sesuai dengan SNI 03-6371-2000, tanah dengan butiran yang lolos saringan
No. 200 (0,075 mm) yang dalam satu rentang kadar air tertentu bersifat plastis
dan mempunyai kekuatan yang cukup besar pada saat kering udara, disebut....
a. Lanau (silt) c. Gambut (Peat)
b. Lempung (Clay) d. Pasir sedang (Medium Sand)

5.13 Sesuai dengan SNI 03-6371-2000, tanah dengan butiran yang lolos saringan
No. 200 (0,075 mm), yang non plastis atau sangat sedikit plastis dan dapat
memberikan sedikit atau tidak ada kekuatan pada saat kering udara , disebut....
a. Lanau (silt) c. Gambut (Peat)
b. Lempung (Clay) d. Pasir sedang (Medium Sand)

30 Mulyono,T (2017).,Klasifikasi Tanah, Jakarta: FT-UNJ


5.14 Sesuai dengan SNI 03-6371-2000, tanah dengan butiran yang lolos saringan
No. 200 (0,075 mm), yang non plastis atau sangat sedikit plastis dan dapat
memberikan sedikit atau tidak ada kekuatan pada saat kering udara dan kadar
organic yang cukup untuk mempengaruhi sifat-sifat tanah. nilai batas cair kering
oven kurang dari 75% batas cair tanpa pengeringan, disebut....
a. Lanau organik (silt organic) c. Gambut (Peat)
b. Lempung organik (Clay organic) d. Pasir organik (Organic Sand)

5.15 Sesuai dengan SNI 03-6371-2000, tanah dengan bahan alam yang terjadi
dengan substansi kadar organic tinggi, mengandung serat tumbuhan pada
berbagai tingkat pembusukan, berwarna coklat tua sampai hitam, disebut....
a. Lanau organik (silt organic) c. Gambut (Peat)
b. Lempung organik (Clay organic) d. Pasir organik (Organic Sand)

5.16 Pengklasifikasian tanah berdasarkan USDA dengan penggolongan butir tanah


untuk pasir adalah:
a. Butiran dengan diameter lebih besar dari 2,0 mm
b. Butiran dengan diameter 2,0 sampai dengan 0,05 mm
c. Butiran dengan diameter 0,05 sampai dengan 0,002 mm
d. Butiran dengan diameter lebih kecil dari 0,002 mm

5.17 Pengklasifikasian tanah berdasarkan USDA dengan penggolongan butir tanah


untuk Lanau (Silt) adalah:
a. Butiran dengan diameter lebih besar dari 2,0 mm
b. Butiran dengan diameter 2,0 sampai dengan 0,05 mm
c. Butiran dengan diameter 0,05 sampai dengan 0,002 mm
d. Butiran dengan diameter lebih kecil dari 0,002 mm

5.18 Pengklasifikasian tanah berdasarkan USDA dengan penggolongan butir tanah


untuk Lempung (Clay) adalah:
a. Butiran dengan diameter lebih besar dari 2,0 mm
b. Butiran dengan diameter 2,0 sampai dengan 0,05 mm
c. Butiran dengan diameter 0,05 sampai dengan 0,002 mm
d. Butiran dengan diameter lebih kecil dari 0,002 mm

Mulyono,T (2017).,Mekanika Tanah dan Pondasi, Jakarta: FT-UNJ 31


5.19 Bahan dasar pondasi yang sangat bagus untuk mendukung struktur dan jalan
adalah tanah dengan karakteristik teknik ...
a. Tanah Berbutir Kasar (Sands and Gravels)
b. Tanah lempung Berbutir halus (Inorganic Clays)
c. Tanah lanau Berbutir halus (Inorganic Silts)
d. Tanah Organik

5.20 Umumnya tanah organik, baik gambut, tanah liat organik, lumpur organik, atau
bahkan pasir organik, tidak digunakan sebagai bahan bangunan karena
alasan...
a. Meningkatkan beban daya dukung tanah.
b. Mengurangi kompresibilitas secara signifikan.
c. Sering mengandung gas beracun yang dilepaskan selama proses
penggalian.
d. Semuanya salah

5.21 Sistem klasifikasi AASHTO dibuat dengan mempertimbangkan kriteria


berdasarkan ukuran butir tanah. Diklasifikasikan sebagai lumpur dan lanau
apabila:
a. Fraksi halus melewati pada saringan No. 10
b. Fraksi halus melewati saringan No.4
c. Fraksi halus melewati saringan No.40
d. Fraksi halus melewati saringan No 200

5.22 Sistem klasifikasi AASHTO untuk klasifikasi berdasarkan plastistasnya


dikatakan lempung jika:
a. Indeks plastisitas 7 atau kurang c. indeks plastisitas 10 atau kurang
b. indeks plastisitas 11 atau lebih d. indeks plastisitas sama dengan 10
5.23 Tanah berbutir-kasar (coarse-grained-soil) menurut klasifikasi USCS adalah
a. Butiran tanah di mana berat total contoh tanah lolos ayakan No. 200 ≤ 50%.
b. Butiran tanah di mana berat total contoh tanah lolos ayakan No. 200 > 50%.
c. Butiran tanah di mana berat total contoh tanah lolos ayakan No. 100 ≤ 50%.
d. Butiran tanah di mana berat total contoh tanah lolos ayakan No. 100 > 50%.

32 Mulyono,T (2017).,Klasifikasi Tanah, Jakarta: FT-UNJ


5.24 Tanah berbutir-halus (fine-grained-soil) menurut klasifikasi USCS adalah
a. Butiran tanah di mana berat total contoh tanah lolos ayakan No. 200 ≤ 50%.
b. Butiran tanah di mana berat total contoh tanah lolos ayakan No. 200 > 50%.
c. Butiran tanah di mana berat total contoh tanah lolos ayakan No. 100 ≤ 50%.
d. Butiran tanah di mana berat total contoh tanah lolos ayakan No. 100 > 50%.

5.25 Simbol dari kelompok tanah berbutir-kasar (coarse-grained-soil) menurut


klasifikasi USCS dimulai dengan huruf awal
a. C atau G c. G atau M
b. G atau S d. S atau O

SOAL ESAI
5.26 Klasifikasikan tanah-tanah berikut ini dengan menggunakan klasifikasi
berdasarkan-tekstur yang diberikan oleh Departemen Pertanian USA (USDA):

Distribusi Ukuran butir, %


Jenis Tanah
Pasir Lanau Lempung
A 25 20 55
B 35 10 55
C 50 30 20
D 30 50 20
E 5 55 40
F 15 45 40
G 60 20 20
H 70 5 25

5.27 Klasifikasikan tanah-tanah berikut ini dengan menggunakan klasifikasi


berdasarkan-tekstur yang diberikan oleh Departemen Pertanian USA (USDA):

Jenis Distribusi Ukuran butir, %


Tanah Kerikil Pasir Lanau Lempung
A 5 20 20 55
B 10 25 10 55
C 20 30 30 20
D 20 10 50 20
E 15 5 40 40
F 5 15 40 40
G 20 40 20 20
H 30 40 5 25

Mulyono,T (2017).,Mekanika Tanah dan Pondasi, Jakarta: FT-UNJ 33


5.28 Hasil uji analisis ayakan dan batas-batas atterberg untuk butiran yang lolos
ayakan No. 40 dari duabelas contoh tanah diberikan di bawah ini. Klasifikasikan
tanah-tanah tersebut menurut sistem AASHTO dan tentukan harga indeks grup
untuk masing-masing tanah.

Jenis Analisis Ayakan, % Batas Atterberg


Tanah No.10 No.40 No.200 Batas Cair Batas Plastis
1 95 80 55 40 31
2 100 95 50 55 25
3 100 85 65 35 20
4 95 90 60 28 25
5 94 88 45 45 25
6 100 92 65 40 22
7 98 85 35 70 35
8 95 65 25 45 20
9 100 75 40 40 25
10 85 50 5 70 40
11 97 60 15 25 21
12 100 60 25 75 45

5.29 Menggunakan Soal No. 5.3 Klasifikasikan tanah -tanah tersebut menurut sistem
USCS.

J. REFERENSI
Arora. (2004). Soil Mechanics and Foundation Engineering. New Delhi, India: A.K.Jain.
ASTM D 2487. (2000). Standard Practice for Classification of Soils for Engineering Purposes
(Unified Soil Classification System. West Conshohocken, PA 19428-2959, United
States: ASTM International.
Bowles, E. J. (1989). Sifat – Sifat Fisis dan Geoteknik Tanah (Kedua ed.). Jakarta: Erlangga:
Jakarta.
Buol, S. (2003). Philosophies of Soil Classifications: From Is to Does. Dalam H. Eswaran, T.
Rice, R. Ahrens, & B. A. Stewart, Soil classification : A global desk reference (hal. 3 -
10). Boca Raton, Fla: CRC Press.
Das, B. M., & Sobhan, K. (2014). Principles of Geotechnical Engineering. Stamford, CT
06902 USA: Cengage Learning.
Holtz, R., Christopher, B., & Berg, R. (1998). Geosynthetic Design and Construction
Guidelines, Pub. No. FHWA HI-95-038. Washington D.C., USA: Federal Highway
Administration, U.S. Department of Transportation.
Kimpraswil. (2004). Pedoman Konstruksi dan Bangunan (Pd T-11-2004-B): Penanganan
tanah ekspansif dengan geomembran Sebagai penghalang kelembaban vertikal.

34 Mulyono,T (2017).,Klasifikasi Tanah, Jakarta: FT-UNJ


Jakarta: Pusat Litbang Prasarana Transportasi, Badan Litbang Departemen
Permukiman dan Prasarana Wilayah.
Samtani, N. C., & Nowatski, E. A. (2006). FHWA NHI-06-088 Soils and Foundations
Reference Manual – Volume – Volume I (NHI Course No. 132012). Washington, D.C.
20590: National Highway Institute U.S. Department of Transportation - Federal
Highway Administration.
SNI 1966:2008. (2008). Cara uji penentuan batas plastis dan indeks plastisitas tanah.
Jakarta: Badan Standardisasi Nasional.
SNI 1967:2008. (2008). Cara uji penentuan batas cair tanah. Jakarta: Badan Standardisasi
Nasional .
SNI 3422:2008. (2008). Cara uji penentuan batas susut tanah. Jakarta: Badan Standardisasi
Nasional.
SNI 3423:2008. (2008). Cara uji analisis ukuran butir tanah. Jakarta: Badan Standardisasi
Nasional.
SNI-03-6371-2000. (2000). Tata Cara Pengklasifikasian Tanah Dengan Cara Unifikasi
Tanah. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional.
USDA. (1987). Soil Mechanics Level I : Modul 2 - AASHTO (American Association of State
Highway and Transportation Officials), Study Guide. Washington, DC: Soil
Convervation Service - U.S. Department of Agriculture (USDA).

Mulyono,T (2017).,Mekanika Tanah dan Pondasi, Jakarta: FT-UNJ 35

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai