LP Askep Hemofilia
LP Askep Hemofilia
HEMOFILIA
Disusun untuk memenuhi tugas KMB 1
Disusun Oleh :
2023/2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur diucapkan kehadirat Allah Swt. atas segala rahmat-Nya sehingga makalah
ini dapat tersusun sampai selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran
maupun materi.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Bagi kami sebagai penyusun merasa
bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar....................................................................................................................i
Daftar Isi..............................................................................................................................ii
BAB I..................................................................................................................................iv
PENDAHULAN.................................................................................................................iv
A. Latar Belakang...............................................................................................................iv
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................v
C. Tujuan Penulisan..................................................................................................v
BAB II..................................................................................................................................1
Tinjauan Teori......................................................................................................................1
A. Definisi Hemofilia.................................................................................................1
B. Etiologi Hemofilia.................................................................................................2
D. Klasifikasi Hemofilia.............................................................................................3
E. Patofisiologi Hemofilia.........................................................................................7
H. Pengkajian Keperawatan...................................................................................12
I. Analisa Data.........................................................................................................15
J. Diagnosa keperawatan......................................................................................20
K. Perencanaan Keperawatan................................................................................21
BAB III....................................................................................................................29
TINJAUAN KASUS.................................................................................................29
A. Pengkajian...................................................................................................29
B. Diagnosa keperawatan................................................................................32
C. Perencanaan Keperawatan.........................................................................33
BAB IV..............................................................................................................................41
Pembahasan....................................................................................................................41
BAB V...............................................................................................................................42
PENUTUP.........................................................................................................................42
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Periode waktu terakhir data yang dikeluarkan oleh Pusat Data dan Informasi
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tersebut menunjukkan sulitnya
pendataan terhadap para penderita hemofilia di Indonesia, hal ini terjadi karena
kurangnya pemahaman para penderita dengan penyakit yang dideritanya serta
ketidaktahuan para penderita hemofilia ataupun carrier hemofilia tentang
persentase kemungkinan jumlah keturunan yang akan mengidap hemofilia
apabila terjadi perkawinan dengan sifat gen orang tua yang hemofilia ataupun
carrier hemofilia, oleh karena itu banyak dari penderita hemofilia ini meninggal
terlebih dahulu tanpa diberikan pertolongan medis.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana bentuk penerapan algoritma genetika dalam menelusuri
penyakit hemofilia yang diwariskan secara turun temurun dari orang tua yang
juga penderita hemofilia atau carrier hemofilia, sehingga bisa memprediksi
jumlah keturunan yang kemungkinan terdiagnosa akan mewarisi penyakit
hemofilia tersebut?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penelitian yang dilakukan ini adalah melakukan analisa dan
implementasi dengan menggunakan algoritma genetika sehingga bisa
memprediksi jumlah keturunan yang memiliki risiko menderita penyakit
hemofilia.
BAB II
TINJAUAN MATERI
A. Definisi Hemofilia
Hemofilia adalah kelainan pembekuan darah yang diturunkan ibu ke anak
laki-laki. Faktor-faktor pembekuan darah di dalam plasma darah dilambangkan
dengan angka romawi, contoh: Faktor VIII: Faktor Delapan dan Faktor IX:
Faktor Sembilan.
Hemofilia A terjadi, jika seseorang kekurangan Faktor VIII (Faktor
Delapan) dan Hemofilia B terjadi, jika seseorang kekurangan Faktor IX (Faktor
Sembilan). Berdasarkan kadar faktor pembeku darah dalam tubuhnya, baik
Hemofilia A, maupun Hemofilia B dapat digolongkan menjadi tiga yaitu: ringan,
sedang dan berat.
Hemofilia Ringan bila kadar Faktor pembekuan 5-40%, perdarahan akan
berlangsung lebih lama dari normal, biasanya terjadi akbat terluka atau tindakan
pembedahan. Jarang terjadi perdarahan sendi dan otot secara spontan.
Hemofilia Sedang bila kadar Faktor Pembekuan 1-5%, perdarahan akan
berlangsung lebih lama dari normal, setelah adanya luka atau pembedahan.
Perdarahan tibul setelah trauma berat, perdarahan sendi atau memar dapat terjadi
dengan mudah, tanpa trauma berat.
Hemofilia Berat, bila kadar Faktor Pembekuan 1%, perdarahan sendi dan
otot dapat terjadi tanpa sebab (spontan).
Hemofilia Berat, bila kadar Faktor Pembekuan 1%, perdarahan sendi dan
otot dapat terjadi tanpa sebab (spontan).
B. Etiologi
1. Hemofilia Faktor
Genetik Hemofilia atau penyakit gangguan pembekuan darah
memang menurun dari generasi ke generasi lewat wanita pembawa sifat
(carier) dalam keluarganya, yang bisa secara langsung maupun tidak.
Seperti kita ketahui, di dalam setiap sel tubuh manusia terdapat 23
pasang kromosom dengan berbagai macam fungsi dan tugasnya.
Kromosom ini menentukan sifat atau ciri organisme, misalnya tinggi,
penampilan, warna rambut, mata dan sebagainya. Sementara, sel kelamin
adalah sepasang kromosom di dalam inti sel yang menentukan jenis
kelamin makhluk tersebut. Seorang pria mempunyai satu kromosom X
dan satu kromosom Y, sedangkan wanita mempunyai dua kromosom X.
Pada kasus hemofilia, kecacatan terdapat pada kromosom X akibat tidak
adanya protein faktor VIII dan IX (dari keseluruhan 13 faktor), yang
diperlukan bagi komponen dasar pembeku darah (fibrin). (Sylvia, 2012).
2. Faktor Epigenik
Hemofilia A disebabkan kekurangan faktor VIII dan hemofilia B
disebabkan kekurangan faktor IX. Kerusakan dari faktor VIII dimana
tingkat sirkulasi yang fungsional dari faktor VIII ini tereduksi. Aktifasi
reduksi dapat menurunkan jumlah protein faktor VIII, yang menimbulkan
abnormalitas dari protein. Faktor VIII menjadi kofaktor yang efektif
untuk faktor IX yang aktif, faktor VIII aktif, faktor IX aktif, fosfolipid
dan juga kalsium bekerja sama untuk membentuk fungsional aktifasi
faktor X yang kompleks (”Xase”), sehingga hilangnya atau kekurangan
kedua faktor ini dapat mengakibatkan kehilangan atau berkurangnya
aktivitas faktor X yang aktif dimana berfungsi mengaktifkan protrombin
menjadi trombin, sehingga jika trombin mengalami penurunan
pembekuan yang dibentuk mudah pecah dan tidak bertahan
mengakibatkan pendarahan yang berlebihan dan sulit dalam
penyembuhan luka.
C. Manifestasi klinis
Gejala khasnya menurut (Permono,2005) nematosis (perdarahan sendi)
yang nyeri dan menimbulkan keterbatasan gerak. Pendarahan sendi berulang
dapat mengakibatkan kerusakan berat sampai terjadi nyeri kronis dan ankilosis
(fiksasi)sendi.:
1. Memar besar dan meluas dan pendarahan ke dalam otot, sendi, dan jaringan
lunak meskipun hanya akibat trauma kecil
2. Persendian yang bengkak, nyeri atau pembengkakan pada tungkai atau lengan
(terutama lutut atau siku) bila perdarahan terjadi.
3. Kebanyakan pasien mengalami kecacatan akibat kerusakan sendi sebelum
mereka dewasa.
4. Perdarahan hebat karena luka potong yang kecil.
5. Hematuri spontan dan perdarahan gastrointestinal dapat terjadi. Sebelum tersedia
konsentrat faktor VIII, kebanyakan pasien meninggal akibat komplikasi hemofilia
sebelum mereka mencapai usia dewasa. Ada juga penderita hemofilia dengan
defisiensi yang ringan, mempunyai sekitar 5%dan 25% kadar faktor VIII dan IX
normal. Pasien seperti ini tidak mengalami nyeri dan kecacatan pada otot maupun
pendarahan sendi, namun mengalami perdarahan ketika cabut gigi atau operasi.
Namun demikian, perdarahan tersebut dapat berakibat fatal apabila penyebabnya
tidak diketahui dengan segera.
D. Klasifikasi Hemofilia
Klasifikasi berdasarkan faktor pembekuan
a. Hemofilia A; Juga disebut Hemofilia klasik. Adalah penyakit resesif terkait
kromosom X yang terjadi akibat kesalahan pengkodean gen untuk faktor VIII
koagulasi
b. Hemofilia B; Adalah penyakit terkait kromosom X yang disebabkan tidak
adanya faktor IX
c. Hemofilia C; Adalah penyakit Autosomal yang disebabkan tidak adanya
faktor IX
a. Hemofilia berat terjadi apabila konsentrasi faktor VIII dan faktor IX plasma
kurang dari 1%
b. Hemofilia sedang terjadi apabila konsentrasi plasma 1%-5%
c. Hemofilia ringan terjadi apabila konsentrasi plasma 5%- 25% dari kadar
normal.
E. Patofisiologi Hemofilia
Patofisiologi hemofilia melibatkan disfungsi atau defisiensi dari faktor
pembekuan VIII, IX, atau XI, yang menyebabkan gangguan kaskade pembekuan
darah. Hal ini menyebabkan pasien lebih berisiko mengalami perdarahan mayor,
bahkan dari cedera minor.
PATHWAY
XI > XI TERAKTIVASI
SYOK PENDARAHAN
SINTESA ENERGI
JARINGAN & SENDI
TERGANGGU
RISIKO INJURI
INEFEKTIF KOPING
KELUARGA
Kaskade Pembekuan Darah Normal
PENGKAJIAN
a. Pengkajian
a. Identitas Pasien
1. Nama : An. F
2. Tempat/tgl lahir : Samarinda, 16 February 2009
3. Usia : 12 tahun
4. Nama Ayah/ibu : Tn.B / Ny.F
5. Pekerjaan Ayah : Buruh di Pelabuhan
6. Pekerjaan Ibu : IRT
7. Pendidikan Ayah : Tidak bersekolah
8. Pendidikan Ibu : SD
9. Agama : Islam
10. Suku / bangsa : Bugis / Indonesia
11. Alamat : Jl. Merdeka No. 05 RT 89
b. Keluhan Utama
Pasien mengatakan gusi dan gigi berdarah.
c. Riwayat Keluhan Saat Ini
Pasien mengatakan gusi dan gigi berdarah secara tiba-tiba sejak 6 hari yang lalu
Gigi tampak kuning dan ada bercak darah kering, gusi tampak berdarah, pasien
mengatakan tidak gosok gigi selama 6 hari karena berdarah di gusinya, wajah
tampak pucat, konjungtiva anemis ,tampak memar di siku kanan, mukosa oral
kering, BB 27 kg, TB 140 cm, HB 4,9 saat awal masuk dan naik menjadi 8
setelah diberikan transfusi darah PRC 2 kolf.
d. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
1. Prenatal
Ot mengatakan ibu hamil usia 25 tahun tidak ada riwayat sakit selama masa
kehamilan Ibu tidak merokok dan tidak mengkonsumsi alkohol saat
kehamilan tidak ada infeksi atau demam saat hamil, kebutuhan nutrisi saat
hamil cukup, usia kehamilan 38 Minggu.
2. Intranatal
Tempat bersalin di RS dirgahayu, penolong persalinan oleh bidan RS
persalinan normal tidak ada komplikasi selama persalinan.
3. Posnatal
BB lahir 2800 gr,PB 50 cm kondisi kesehatan bayi, anak aktif dan
menangis kuat, anak langsung bab dan bak 12 jam Setelah lahir.
e. Riwayat Masa Lalu
1. Penyakit waktu kecil
Ot mengatakan pasien memiliki riwayat Hemofilia sejak bayi dan pertama
kali diketahui saat imunisasi Hepatitis B terjadi perdarahan aktif di bekas
suntikan sehingga dokter melakukan pemeriksaan darah dan didapatkan
hasil bahwa faktor pembekuan darah sangat kurang sehingga darah sangat
lama untuk berhenti .dari tes inilah pasien didiagnosa Hemofilia dengan
melihat bahwa kakak pertama dari pasien juga mengalami sakit yang sama
2. Pernah di rawat di RS
Pasien mengatakan pernah dirawat di RS dirgahayu, sering keluar masuk
RS dan di RS SMC sudah dua kali rawat inap pada awal rawat inap di
SMC tidak terjadi perubahan dengan kondisinya sehingga saat pasien
memiliki keluhan yang berulang seperti perdarahan dan pusing pasien
berobat kembali ke RS SMC.
3. Obat-obatan yang digunakan
Ot mengatakan pasien mengkonsumsi obat octanate (obat Hemofilia) jika
terjadi perdarahan di rumah pasien rutin kontrol dan obat tersebut
didapatkan saat kontrol ke Poli.
4. Tindakan ( operasi)
Pasien mengatakan tidak pernah menjalani tindakan operasi.
5. Alergi
Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat alergi makanan maupun obat-
obatan
6. Kecelakaan
Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat kecelakaan
7. Imunisasi
b. Pemeriksaan rontgen
Tidak dilakukan pemeriksaan
Data objektif:
1. BB 27 Kg
2. TB 140 cm
3. IMT: 13,7 (berat badan
kurang)
4. Riwayat hemofilia
5. Perdarahan aktif di gusi
6. Membran mukosa pucat
bercampur kemerahan
3. Leukosit awal masuk infeksi
(18/09/2021) 8.900
4. Leukosit tanggal 20/09/2021
1. Risiko syok berhubungan dengan perdarahan aktif yang ditandai dengan TD 90/60
mmHg, Nadi 100x/menit, perdarahan aktif di gusi, HB awal masuk 4,9 mg/dl
2. Defisit nutrisi berhubungan dengan faktor ekonomi yang ditandai dengan BB 27 Kg.
TB 140 cm. IMT 13,7 (berat badan kurang), HB awal masuk 4,9 mg/dl.
3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan perdarahan lama yang ditandai dengan
perdarahan aktif di gusi, tidak menggosok gigi selama perdarahan, leukosit 14.000
INTERVENSI KEPERAWATAN
✅
TD sistolik nad, frekuensi
napas, TD,
✅
TD
diastolik
MAP)
✅
Frekuensi 2. Monitor status
Nadi oksigenasi
(oksimetri
nadi, AGD)
Keterangan warna kuning:
3. Monitor status
1. Meningkat
cairan
2. Cukup meningkat
(masukan dan
3. Sedang
haluaran,
4. Cukup menurun turgor kulit,
5. Menurun CRT)
4. Monitor
tingkat
Keterangan warna hijau:
kesadaran dan
1. Memburuk
respon pupil
2. Cukup memburuk
5. Periksa
3. Sedang seluruh
4. Cukup membaik permukaan
5. Membaik tubuh terhadap
adanya DOTS
(deformity/def
ormitas, open
wound/luka
terbuka,
tendemess/nye
ri tekan,
swelling/beng
kak)
Terapeutik
1. Pertahankan
jalan napas
paten
2. Berikan
oksigen untuk
mempertahank
an saturasi
oksigen >94%
3. Persiapkan
Intubasi dan
ventilasi
mekanis, jika
perlu
4. Berikan posisi
syok
(modified
Trendelenberg
)
5. Pasang jalur
IV Pasang
kateter urine
untuk menilai
produksi urine
6. Pasang selang
nasogastrik
untuk
dekompresi
lambung
Kolaborasi
A. Kolaborast
pemberlan
infus cairan,
kristalold 1 – 2
L pada dewasa
B. Kolaborasi
pemberian
infus cairan
kristaloid 20
mL/kgBB
pada anak
C. Kolaborasi
pemberian
transfusi
darah, jika
perlu:
1 2 3 4 5
1. Identifikasi status
✅
Berat
Badan nutrisi
✅
Indeks
2. Identifikasi alergi
Masa
Tubuh dan intoleransi
✅
Frekuensi makanan
nafas
3. Identifikasi
✅
Nafsu
makanan yang
makan
✅
Porsi disukai
makanan 4. Identifikasi
yang
kebutuhan kalori
dihabiskan
dan jenis nutrient
5. Identifikasi
Keterangan warna kuning:
perlunya
1. Meningkat
penggunaan selang
2. Cukup meningkat
nasogastrik
3. Sedang 6. Monitor asupan
4. Cukup menurun makanan
5. Menurun 7. Monitor berat
badan
8. Monitor hasil
Keterangan warna hijau:
pemeriksaan
1. Memburuk
laboratorium
2. Cukup memburuk
3. Sedang Terapeutik
4. Cukup membaik
1. Lakukan oral
5. Membaik
hygiene sebelum
makan, jika perlu
2. Fasilitasi
menentukan
pedoman diet (mis.
Piramida
makanan)
3. Sajikan makanan
secara menarik
dan suhu yang
sesuai
4. Berikan makan
tinggi serat untuk
mencegah
konstipasi
5. Berikan makanan
tinggi kalori dan
tinggi protein
6. Berikan suplemen
makanan, jika
perlu
7. Hentikan
pemberian makan
melalui
selang nasogastrik
jika asupan oral
dapat ditoleransi
Edukasi
1. Anjurkan posisi
duduk, jika
mampu
2. Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian
medikasi sebelum
makan (mis.
Pereda nyeri,
antiemetik), jika
perlu Kolaborasi
2. dengan ahli gizi
untuk menentukan
jumlah kalori dan
jenis nutrient yang
dibutuhkan, jika
perlu
Kolaborasi
1. Identifikasi
kemungkinan
penyebab BB
kurang
2. Monitor adanya
mual dan muntah
Terapeutik
1. Hidangkan makan
secara menarik
2. Berikan suplemen,
jika perlu
3. Berikan pujian
pada pasien atau
keluarga untuk
peningkatan yang
dicapai
Edukasi
1. Jelaskan jenis
makanan yang
bergizi tinggi,
namun tetap
terjangkau
2. Jelaskan
peningkatan
asupan kalori yang
dibutuhkan
✅
Mempertah hemodinamik,
ankan gangguan
kebersihan
koagulan,
mulut
✅
Leukosit penggunaan
obat
✅
Pendarahan
mulut
antikoagulan,
gigi palsu)
2. Identifikasi
Keterangan warna kuning:
kondisi oral
1. Meningkat
(mis, luka,
2. Cukup meningkat
kanes gigi,
3. Sedang
plak, sariawan,
4. Cukup menurun tumor)
3. Monitor
5. Menurun kebersihan
mulut, lidah
dan gusi
Keterangan warna hijau:
1. Memburuk Terapeutik
2. Cukup memburuk
3. Sedang
1. Pilih sikat gigi
4. Cukup membaik
sesuai dengan
5. Membaik kondisi pasien
2. Hindari
merawat mulut
dengan sikat
gigi jika
mengalami
trombositopeni
a
3. Posisikan
semi-Fowler
atau Fowler
4. Dekatkan alat-
alat dalam
jangkauan
untuk
melakukan
perawatan
mulut mandiri
5. Fasilitasi
menyikat gigi
secara mandiri
6. Bersihkan gigi
palsu secara
terpisah
7. Sikat gigi
minimal 2 kali
sehari
8. Sikat gigi dari
arah gusi ka ke
masing-
masing gigi
atas dan
bawah
9. Gunakan alat
suction untuk
menghisap
cairan saliva di
mulut pada
pasien
penurunan
kesadaran
10. Gunakan
cairan
chlorhexidine
atau sesuai
kebijakan
institusi
11. Gunakan
benang untuk
mengangkat
plak yang
tidak dapat
dijangkau
sikat gigi
12. Bersihkan
alat-alat yang
telah
dipergunakan
Edukasi
1. Jelaskan
prosedur
tindakan pada
pasien dan
keluarga
2. Anjurkan
mengganti
sikat gigi
setiap 3-4
bulan
3. Anjurkan
melakukan
pemeriksaan
gigi setiap
bulan
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
Objektif:
1.2 Memonitor saturasi oksigen
DEFISIT
Tidak terpasang Oksigen pada pasien saturasi
PERAWATAN DIRI
99-100%
Observasi
3.1 Mengidentifikasi
1.5 Memasang jalur IV
kondisi oral
Hasil
Hasil: Kondisi mulut
3.4 Memfasilitasi
mandiri menyikat gigi
1.9 Menganjurkan meningkatkan makanan dan
secara
vitamin K asupan
perdarahan
Hasil: Mulut
dibersihkan dengan
Kolaborasi lembut dan perlahan
agar tidak terjadi
1.11 Berkolaborasi pemberian IV
perdarahan, area gusi
Subjektif: Pasien
Assesment: Masalah teratasi Sebagian mengatakan memahami
cara menyikat gigi yang
benar meskipun gusi
masih sering berdarah,
Planning Intervensi dipertahankan (1.1, 1.2,
pasien merasa mulut
1.3, 1.8, 1.9, 1.11, 1.12)
terasa lebih segar
Objektif: Keadaan
DEFISIT NUTRISI umum sedang,
kesadaran
Observasi composmentis, pasien
telah menyikat gigi,
2.1 Mengidentifikasi status nutrisi
tidak ada perdarahan
Hasil
Assesment: Masalah
pasien menghabiskan 1 porsi makanan dan
teratasi Sebagian
menghabiskan snack berupa puding dan bubur
sumsum dari RS
Planning: Intervensi
dipertahankan (3.1, 3.2,
2.3 Memonitor berat badan
3.3. 3.4, 3.5, 3.6, 3.7,
Hasil 3.8).
BB 27 kg
Terapeutik
Hasil
Hasil
Edukasi -
Kolaborasi
Hasil
Hasil
1.5 Menganjurkan meningkatkan asupan
makanan dan vitamin K IMT 13,8 (sangat
kurang), Berat dan
Hasil tinggi 27,5 kg dan 140
cm
pasien mengatakan akan meningkatkan asupan
makanan untuk mengurangi adanya resiko 2.2 Memonitor asupan
perdarahan makanan
Hasil
Hasil
memberikan makanan
dalam kondisi hangat
dengan di tambah ice
cream
2.5 Memberikan
makanan tinggi kalori
dan tinggi protein
Hasil
Edukasi
2.6 Mengajarkan diet
yang di programkan
Hasil
Kolaborasi
2.7 Berkolaborasi
dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrient
yang dibutuhkan
Hasil
Subjektif: Pasien
mengatakan
menghabiskan 1 porsi
makanan dan snack
berupa bubur sumsum
dan ice cream, tidak ada
mual.
Objektif:
Assesment: Masalah
teratasi Sebagian
Planning Intervensi
dipertahankan dan
dilanjutkan di rumah.
DEFISIT
PERAWATAN DIRI
Observasi
3.1 Mengidentifikasi
kondisi oral
Hasil
3.2 Memonitor
kebersihan mulut, lidah
dan gusi
Hasil
Terapeutik
Hasil
3.4 Memfasilitasi
menyikat gigi secara
mandiri
Hasil
perawat menemani
pasien menyikat mandi
dan mengarahkannya,
menyedikan air kumur
yang dingin
Hasil
3.6 Membersihkan
seluruh area mulut
dengan lembut dan
perlahan
Hasil
mulut dibersihkan
dengan lembut dan
perlahan agar tidak
terjadi perdarahan, gusi
tidak terlalu di sentuh
untuk mencegah
perdarahan berulang
Edukasi: -
Kolaborasi
3.7 Berkolaborasi
pemberian obat
pengontrol perdarahan
sebelum melakukan
perawatan mulut
Hasil
Pemberian obat
Octanate 1x saja yaitu
jam 10.00 pagi sebelum
menyikat gigi
Subjektif:
Pasien mengatakan
dapat menyikat gigi
secara mandiri dengan
langkah-langkah yang
telah di ajarkan.
Objektif:
Kesadaran umum
sedang, kesadaran
composmentis, mukosa
oral lembab, mulut tidak
berbau, nafas terasa
segar, gigi kuning
berkurang, lidah bersih
tidak ada perdarahan
gusi, pasien dapat
melakukan perawatan
secara mandiri, leukosit
14.000 di tanggal
20/09/2021, tidak di
lakukan pemeriksaan
darah selanjutnya.
Assesment: Masalah
teratasi Sebagian
Planning Intervensi
dipertahankan dan
dilanjutkan di rumah