Anda di halaman 1dari 50

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN

HEMOFILIA
Disusun untuk memenuhi tugas KMB 1

Dosen pengampu : Dedi Kurina,S.Kep,.Ners,M.Kep

Disusun Oleh :

Asri Nurlatifah 701220035

Dila Salfina Putri 701220023

Rifa Andini Natasya 701220019

Najwa Saputri 701220033

Oktaviani Agustina 701220034

PRODI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS BALE BANDUNG

2023/2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur diucapkan kehadirat Allah Swt. atas segala rahmat-Nya sehingga makalah
ini dapat tersusun sampai selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran
maupun materi.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Bagi kami sebagai penyusun merasa
bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Bandung, 15 November 2023

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar....................................................................................................................i

Daftar Isi..............................................................................................................................ii

BAB I..................................................................................................................................iv

PENDAHULAN.................................................................................................................iv

A. Latar Belakang...............................................................................................................iv

B. Rumusan Masalah...........................................................................................................v

C. Tujuan Penulisan..................................................................................................v

BAB II..................................................................................................................................1

Tinjauan Teori......................................................................................................................1

A. Definisi Hemofilia.................................................................................................1

B. Etiologi Hemofilia.................................................................................................2

C. Manifestasi Klinis Hemofilia.................................................................................3

D. Klasifikasi Hemofilia.............................................................................................3

E. Patofisiologi Hemofilia.........................................................................................7

F. Pemeriksaan Diagnostik Hemofilia.....................................................................10

G. Penatalaksanaan Klinis Hemofilia.......................................................................11

H. Pengkajian Keperawatan...................................................................................12

I. Analisa Data.........................................................................................................15

J. Diagnosa keperawatan......................................................................................20

K. Perencanaan Keperawatan................................................................................21

BAB III....................................................................................................................29

TINJAUAN KASUS.................................................................................................29
A. Pengkajian...................................................................................................29

B. Diagnosa keperawatan................................................................................32

C. Perencanaan Keperawatan.........................................................................33

BAB IV..............................................................................................................................41

Pembahasan....................................................................................................................41

BAB V...............................................................................................................................42

PENUTUP.........................................................................................................................42

A. Kesimpulan & Saran..........................................................................................42


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penggunaan teknologi informasi dalam mengidentifikasi berbagai penyakit


saat ini mulai marak dilakukan, hal ini bertujuan untuk mendapatkan informasi
yang akurat dalam waktu yang cepat. Identifikasi menggunakan teknologi
tersebut juga dilakukan untuk jenis penyakit yang bersifat genetik atau penyakit
yang didapatkan berdasarkan proses turun temurun. Salah satu penyakit yang
diwariskan dari proses genetik adalah penyakit Hemofilia. Hemofilia merupakan
penyakit genetik karena pengaruh gen lemah (resesif) yang menempel pada
kromosom X disebabkan oleh tidak adanya protein tertentu yang diperlukan
untuk penggumpalan darah. Para penderita hemofilia mengalami pendarahan
yang berlebihan ketika terluka (Aryulina dkk, 2007).

Hemofilia paling banyak diderita oleh laki-laki karena pengaruh kromosom X


tempat gen resesif tersebut tertaut pada laki-laki hanya terdiri dari satu buah. Jika
ibunya adalah seorang carrier hemofilia maka bisa dipastikan penurunan penyakit
hemofilia tersebut langsung ke anak laki-lakinya karena kromosom X pada
perempuan terdapat dua buah. Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Pusat
Data dan Informasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia yang dikutip dari
Dokter spesialis Hematologi-Onkologi yang sekaligus menjabat sebagai Ketua
Himpunan Masyarakat Hemofilia Indonesia (HMHI) Prof. Dr. Djajadiman Gatot,
pada tahun 2012 terdapat 20 ribu orang di Indonesia yang mengidap penyakit
hemofilia, bisa dipastikan lagi penderita hemofilia melebihi angka tersebut.

Periode waktu terakhir data yang dikeluarkan oleh Pusat Data dan Informasi
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tersebut menunjukkan sulitnya
pendataan terhadap para penderita hemofilia di Indonesia, hal ini terjadi karena
kurangnya pemahaman para penderita dengan penyakit yang dideritanya serta
ketidaktahuan para penderita hemofilia ataupun carrier hemofilia tentang
persentase kemungkinan jumlah keturunan yang akan mengidap hemofilia
apabila terjadi perkawinan dengan sifat gen orang tua yang hemofilia ataupun
carrier hemofilia, oleh karena itu banyak dari penderita hemofilia ini meninggal
terlebih dahulu tanpa diberikan pertolongan medis.

Pada tahun 2014 telah dilakukan penelitian untuk mendeteksi penyakit


genetik atau penyakit yang bersifat turun temurun, penelitian yang dilakukan
tersebut juga menjadi salah satu referensi untuk melakukan penelitian terhadap
penyakit hemofilia seperti yang dijabarkan sebelumnya. Penyakit yang diteliti
dengan memanfaatkan teknologi informasi yang ada tersebut adalah penelitian
untuk mendeteksi penyakit buta warna yang berbasis pohon keluarga dengan
metode algoritma genetika. Dari penelitian tersebut bisa diketahui penggunaan
algoritma genetika sangat optimal karena persentase tingkat kesalahan yang
terjadi pada saat penelusuran penyakit hanya sebesar 35,64% yaitu 8 kali
kesalahan memprediksi dari 21 data uji (Ervan dan Mulyanto, 2014). Penelitian
yang dijadikan rujukan kedua penggunaan algoritma genetika sebagai metode
identifikasi adalah penelitian tentang integrasi sistem pakar dan algoritma
genetika untuk mengidentifikasi status gizi pada balita, pada penelitian tersebut
tingkat keberhasilan identifikasi algoritma genetika adalah sebesar 88% (Amalia
dkk, 2014). Penelitian lain yang dijadikan referensi sebagai panduan optimalisasi
penggunaan algoritma genetika adalah penelitian tentang prediksi jumlah
mahasiswa pengambil mata kuliah dengan algoritma genetika studi kasus di
jurusan Teknik Informatika, ITS. Penelitian dengan menggunakan algoritma
genetika tersebut dikategorikan berhasil karena tingkat kesalahan prediksinya
untuk setiap data uji yang digunakan sekitar 1 sampai 2 orang mahasiswa atau
dengan persentase 37,3% (Hazaki dkk, 2011).

Dalam penelitian ini untuk memprediksi jumlah keturunan yang terindikasi


mengidap penyakit hemofilia, penggunaan metode algoritma genetika masih
diterapkan sebagai metode penelusuran karena persamaan proses dengan
penelitian yang telah dijabarkan sebelumnya. Penelitian yang telah dilakukan
untuk mendeteksi penyakit genetik buta warna dengan algoritma genetika
dikategorikan berhasil mendeteksi jumlah keturunan yang terindikasi mengidap
penyakit buta warna yang diwariskan dari orang tua pengidap penyakit. Namun
karena penyakit buta warna bukanlah penyakit genetik yang bersifat mematikan
seperti hemofilia, maka alur penelusuran keturunan yang terindikasi mengidap
penyakit buta warna tersebut masih bersifat normal karena bisa dipastikan tidak
ada keturunan yang akan meninggal apabila mengidap penyakit tersebut, berbeda
dengan penyakit hemofilia yang memiliki risiko kematian bagi penderitanya.

Proses penelusuran terhadap keturunan dari pengidap hemofilia dilakukan


dengan cara menentukan terlebih dahulu status medis hemofilia dari pasangan
pertama yang akan ditelusuri, status medis ini terlebih dahulu sudah diketahui
oleh pasangan yang akan melakukan proses penelusuran jejak penyakit untuk
keturunannya. Status medis tersebut berupa data siapa saja diantara kedua
pasangan tersebut yang memiliki genotip atau sifat gen normal, carrier dan
berstatus hemofilia. Data dari status medis tersebut akan diproses sehingga akan
mendapat nilai skala atau nilai faktor yang berfungsi sebagai variabel prediktor,
semakin besar nilai faktor yang terdapat pada status medis tersebut maka semakin
besar kemungkinan menurunkan penyakit hemofilia terhadap keturunannya.
Penelusuran akan menggunakan data uji sebagai data pembanding untuk tolak
ukur menentukan keakuratan algoritma genetika dalam menelusuri jumlah
keturunan yang mengidap hemofilia, data uji tersebut berisi kumpulan data
tentang status medis kedua orang tua penderita, jumlah keturunan laki-laki dan
perempuan serta jumlah keturunan yang menderita hemofilia.

Penelitian yang dilakukan ini bertujuan untuk melakukan analisa dan


implementasi dengan menggunakan algoritma genetika sebagai metode
penelusuran jejak untuk menentukan atau memprediksi secara dini jumlah
keturunan yang terindikasi mengidap penyakit hemofilia yang diturunkan dari
pasangan atau orang tua yang juga telah terdiagnosa memiliki penyakit hemofilia
atau carrier hemofilia, sehingga para penderita penyakit ini bisa lebih antisipatif
dan bisa lebih cepat melakukan pengobatan yang dianjurkan secara medis bagi
para penderita hemofilia tersebut.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana bentuk penerapan algoritma genetika dalam menelusuri
penyakit hemofilia yang diwariskan secara turun temurun dari orang tua yang
juga penderita hemofilia atau carrier hemofilia, sehingga bisa memprediksi
jumlah keturunan yang kemungkinan terdiagnosa akan mewarisi penyakit
hemofilia tersebut?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penelitian yang dilakukan ini adalah melakukan analisa dan
implementasi dengan menggunakan algoritma genetika sehingga bisa
memprediksi jumlah keturunan yang memiliki risiko menderita penyakit
hemofilia.
BAB II

TINJAUAN MATERI

A. Definisi Hemofilia
Hemofilia adalah kelainan pembekuan darah yang diturunkan ibu ke anak
laki-laki. Faktor-faktor pembekuan darah di dalam plasma darah dilambangkan
dengan angka romawi, contoh: Faktor VIII: Faktor Delapan dan Faktor IX:
Faktor Sembilan.
Hemofilia A terjadi, jika seseorang kekurangan Faktor VIII (Faktor
Delapan) dan Hemofilia B terjadi, jika seseorang kekurangan Faktor IX (Faktor
Sembilan). Berdasarkan kadar faktor pembeku darah dalam tubuhnya, baik
Hemofilia A, maupun Hemofilia B dapat digolongkan menjadi tiga yaitu: ringan,
sedang dan berat.
Hemofilia Ringan bila kadar Faktor pembekuan 5-40%, perdarahan akan
berlangsung lebih lama dari normal, biasanya terjadi akbat terluka atau tindakan
pembedahan. Jarang terjadi perdarahan sendi dan otot secara spontan.
Hemofilia Sedang bila kadar Faktor Pembekuan 1-5%, perdarahan akan
berlangsung lebih lama dari normal, setelah adanya luka atau pembedahan.
Perdarahan tibul setelah trauma berat, perdarahan sendi atau memar dapat terjadi
dengan mudah, tanpa trauma berat.
Hemofilia Berat, bila kadar Faktor Pembekuan 1%, perdarahan sendi dan
otot dapat terjadi tanpa sebab (spontan).
Hemofilia Berat, bila kadar Faktor Pembekuan 1%, perdarahan sendi dan
otot dapat terjadi tanpa sebab (spontan).
B. Etiologi
1. Hemofilia Faktor
Genetik Hemofilia atau penyakit gangguan pembekuan darah
memang menurun dari generasi ke generasi lewat wanita pembawa sifat
(carier) dalam keluarganya, yang bisa secara langsung maupun tidak.
Seperti kita ketahui, di dalam setiap sel tubuh manusia terdapat 23
pasang kromosom dengan berbagai macam fungsi dan tugasnya.
Kromosom ini menentukan sifat atau ciri organisme, misalnya tinggi,
penampilan, warna rambut, mata dan sebagainya. Sementara, sel kelamin
adalah sepasang kromosom di dalam inti sel yang menentukan jenis
kelamin makhluk tersebut. Seorang pria mempunyai satu kromosom X
dan satu kromosom Y, sedangkan wanita mempunyai dua kromosom X.
Pada kasus hemofilia, kecacatan terdapat pada kromosom X akibat tidak
adanya protein faktor VIII dan IX (dari keseluruhan 13 faktor), yang
diperlukan bagi komponen dasar pembeku darah (fibrin). (Sylvia, 2012).
2. Faktor Epigenik
Hemofilia A disebabkan kekurangan faktor VIII dan hemofilia B
disebabkan kekurangan faktor IX. Kerusakan dari faktor VIII dimana
tingkat sirkulasi yang fungsional dari faktor VIII ini tereduksi. Aktifasi
reduksi dapat menurunkan jumlah protein faktor VIII, yang menimbulkan
abnormalitas dari protein. Faktor VIII menjadi kofaktor yang efektif
untuk faktor IX yang aktif, faktor VIII aktif, faktor IX aktif, fosfolipid
dan juga kalsium bekerja sama untuk membentuk fungsional aktifasi
faktor X yang kompleks (”Xase”), sehingga hilangnya atau kekurangan
kedua faktor ini dapat mengakibatkan kehilangan atau berkurangnya
aktivitas faktor X yang aktif dimana berfungsi mengaktifkan protrombin
menjadi trombin, sehingga jika trombin mengalami penurunan
pembekuan yang dibentuk mudah pecah dan tidak bertahan
mengakibatkan pendarahan yang berlebihan dan sulit dalam
penyembuhan luka.
C. Manifestasi klinis
Gejala khasnya menurut (Permono,2005) nematosis (perdarahan sendi)
yang nyeri dan menimbulkan keterbatasan gerak. Pendarahan sendi berulang
dapat mengakibatkan kerusakan berat sampai terjadi nyeri kronis dan ankilosis
(fiksasi)sendi.:
1. Memar besar dan meluas dan pendarahan ke dalam otot, sendi, dan jaringan
lunak meskipun hanya akibat trauma kecil
2. Persendian yang bengkak, nyeri atau pembengkakan pada tungkai atau lengan
(terutama lutut atau siku) bila perdarahan terjadi.
3. Kebanyakan pasien mengalami kecacatan akibat kerusakan sendi sebelum
mereka dewasa.
4. Perdarahan hebat karena luka potong yang kecil.
5. Hematuri spontan dan perdarahan gastrointestinal dapat terjadi. Sebelum tersedia
konsentrat faktor VIII, kebanyakan pasien meninggal akibat komplikasi hemofilia
sebelum mereka mencapai usia dewasa. Ada juga penderita hemofilia dengan
defisiensi yang ringan, mempunyai sekitar 5%dan 25% kadar faktor VIII dan IX
normal. Pasien seperti ini tidak mengalami nyeri dan kecacatan pada otot maupun
pendarahan sendi, namun mengalami perdarahan ketika cabut gigi atau operasi.
Namun demikian, perdarahan tersebut dapat berakibat fatal apabila penyebabnya
tidak diketahui dengan segera.
D. Klasifikasi Hemofilia
Klasifikasi berdasarkan faktor pembekuan
a. Hemofilia A; Juga disebut Hemofilia klasik. Adalah penyakit resesif terkait
kromosom X yang terjadi akibat kesalahan pengkodean gen untuk faktor VIII
koagulasi
b. Hemofilia B; Adalah penyakit terkait kromosom X yang disebabkan tidak
adanya faktor IX
c. Hemofilia C; Adalah penyakit Autosomal yang disebabkan tidak adanya
faktor IX

Klasifikasi Hemofilia berdasarkan kadar konsentrasi faktor pembekuan

a. Hemofilia berat terjadi apabila konsentrasi faktor VIII dan faktor IX plasma
kurang dari 1%
b. Hemofilia sedang terjadi apabila konsentrasi plasma 1%-5%
c. Hemofilia ringan terjadi apabila konsentrasi plasma 5%- 25% dari kadar
normal.
E. Patofisiologi Hemofilia
Patofisiologi hemofilia melibatkan disfungsi atau defisiensi dari faktor
pembekuan VIII, IX, atau XI, yang menyebabkan gangguan kaskade pembekuan
darah. Hal ini menyebabkan pasien lebih berisiko mengalami perdarahan mayor,
bahkan dari cedera minor.
PATHWAY

KERUSAKAN DARAH ATAU


BERKONTRAK DENGAN
KOLAGEN

XII > XII TERAKTIVASI

(HMW KINOGEN & PREKALIKREN)

XI > XI TERAKTIVASI

Hemofilia TANPA IX > IX TIDAK TERAKTIVASI

FASFOLIPID TROMBOSIT TROMBIN TIDAK TERBENTUK

SYOK PENDARAHAN

SINTESA ENERGI
JARINGAN & SENDI
TERGANGGU

NYERI MOBILITAS TERGANGGU

RISIKO INJURI
INEFEKTIF KOPING

KELUARGA
Kaskade Pembekuan Darah Normal

Pembekuan darah melalui jalur ekstrinsik dipicu oleh terjadinya luka,


sehingga terjadi disrupsi endotel dan paparan faktor jaringan/tissue factor (TF) ke
subendotel. Faktor jaringan kemudian berikatan dengan faktor VIIa teraktivasi,
kemudian membentuk suatu kompleks yang secara simultan juga mengaktivasi
faktor IX dan X menjadi IXa dan Xa.
F. Pemeriksaan Diagnostik Hemofilia
Diagnosis hemofilia perlu dicurigai pada pasien dengan manifestasi
perdarahan dan memiliki riwayat keluarga dengan keluhan yang sama.
Pemeriksaan penunjang dapat mengonfirmasi adanya defisiensi faktor
pembekuan.
Anamnesis
Pasien hemofilia biasanya mengeluhkan perdarahan yang dialami
setelah cedera minor atau perdarahan spontan. Pada masa infant,
orangtua bisa menyadari adanya memar yang tidak jelas penyebabnya
ketika anak mulai merangkak atau berjalan.
G. Penatalaksanaan Klinis Hemofilia
Penatalaksanaan hemofilia bertujuan untuk menghentikan perdarahan
akut dan sebagai profilaksis.

Tata laksana Perdarahan Akut Pada Hemofilia

Tata laksana perdarahan akut terutama bertujuan untuk mengembalikan


hemostasis normal sehingga tidak terjadi koagulopati. Pada perdarahan akut,
derajat perdarahan dan lokasi harus segera dinilai. Selanjutnya, pasien diberikan
terapi pengganti faktor pembekuan dengan high-dose clotting factor concentrate
(CFC) berupa faktor VIII atau IX.
BAB III

PENGKAJIAN

a. Pengkajian
a. Identitas Pasien
1. Nama : An. F
2. Tempat/tgl lahir : Samarinda, 16 February 2009
3. Usia : 12 tahun
4. Nama Ayah/ibu : Tn.B / Ny.F
5. Pekerjaan Ayah : Buruh di Pelabuhan
6. Pekerjaan Ibu : IRT
7. Pendidikan Ayah : Tidak bersekolah
8. Pendidikan Ibu : SD
9. Agama : Islam
10. Suku / bangsa : Bugis / Indonesia
11. Alamat : Jl. Merdeka No. 05 RT 89
b. Keluhan Utama
Pasien mengatakan gusi dan gigi berdarah.
c. Riwayat Keluhan Saat Ini
Pasien mengatakan gusi dan gigi berdarah secara tiba-tiba sejak 6 hari yang lalu
Gigi tampak kuning dan ada bercak darah kering, gusi tampak berdarah, pasien
mengatakan tidak gosok gigi selama 6 hari karena berdarah di gusinya, wajah
tampak pucat, konjungtiva anemis ,tampak memar di siku kanan, mukosa oral
kering, BB 27 kg, TB 140 cm, HB 4,9 saat awal masuk dan naik menjadi 8
setelah diberikan transfusi darah PRC 2 kolf.
d. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
1. Prenatal
Ot mengatakan ibu hamil usia 25 tahun tidak ada riwayat sakit selama masa
kehamilan Ibu tidak merokok dan tidak mengkonsumsi alkohol saat
kehamilan tidak ada infeksi atau demam saat hamil, kebutuhan nutrisi saat
hamil cukup, usia kehamilan 38 Minggu.
2. Intranatal
Tempat bersalin di RS dirgahayu, penolong persalinan oleh bidan RS
persalinan normal tidak ada komplikasi selama persalinan.
3. Posnatal
BB lahir 2800 gr,PB 50 cm kondisi kesehatan bayi, anak aktif dan
menangis kuat, anak langsung bab dan bak 12 jam Setelah lahir.
e. Riwayat Masa Lalu
1. Penyakit waktu kecil
Ot mengatakan pasien memiliki riwayat Hemofilia sejak bayi dan pertama
kali diketahui saat imunisasi Hepatitis B terjadi perdarahan aktif di bekas
suntikan sehingga dokter melakukan pemeriksaan darah dan didapatkan
hasil bahwa faktor pembekuan darah sangat kurang sehingga darah sangat
lama untuk berhenti .dari tes inilah pasien didiagnosa Hemofilia dengan
melihat bahwa kakak pertama dari pasien juga mengalami sakit yang sama
2. Pernah di rawat di RS
Pasien mengatakan pernah dirawat di RS dirgahayu, sering keluar masuk
RS dan di RS SMC sudah dua kali rawat inap pada awal rawat inap di
SMC tidak terjadi perubahan dengan kondisinya sehingga saat pasien
memiliki keluhan yang berulang seperti perdarahan dan pusing pasien
berobat kembali ke RS SMC.
3. Obat-obatan yang digunakan
Ot mengatakan pasien mengkonsumsi obat octanate (obat Hemofilia) jika
terjadi perdarahan di rumah pasien rutin kontrol dan obat tersebut
didapatkan saat kontrol ke Poli.
4. Tindakan ( operasi)
Pasien mengatakan tidak pernah menjalani tindakan operasi.
5. Alergi
Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat alergi makanan maupun obat-
obatan
6. Kecelakaan
Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat kecelakaan
7. Imunisasi

No Jenis Imunisasi Usia Pemberian Reaksi


1. HbO 0 bulan. Pendarahan area Injeksi
2. Polio 0 bulan -
3. BCG 1 bulan Perdarahan area injeksi
4. DPT + Hb Hib1 2 bulan Pendarahan area injeksi
5. Polio 2 2 bulan -
6. DPT + Hb Hib2 3 bulan Pendarahan area injeksi
7. Polio 3 3 bulan -
8. DPT + Hb Hib3 4 bulan Pendarahan area injeksi
9. Polio 4 4 bulan -
10.IPV 4 bulan Pendarahan area injeksi
11.Campak/MR 4 bulan Pendarahan area injeksi

f. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan


BB selama sakit dan sebelum sakit tidak ada perbedaan, tengkurap usia 3 bulan,
duduk usia 8 bulan dan berjalan usia 1 tahun 3 bulan. Tumbuh gigi di usia 7
bulan.
g. Riwayat Sosial
 Yang mengasuh: ibu dan bapak kandung.
 Hubungan dengan anggota keluarga: Ibu mengatakan sangat sayang dengan
anak, dan keluarga serumah. An. F sering selalu menemani bapak bekerja di
pelabuhan karena bapak memiliki keterbatasan dalam komunikasi dan
mendengar sehingga An. F menjadi penerjemah saat komunikasi.
 Hubungan dengan teman sebaya: ketika anak sehat, anak sering bermain
bersama anak tetangga.
h. Riwayat keluarga
a. Sosial ekonomi
b. Ibu mengatakan keluarganya merupakan keluarga yang sangat sederhana
dengan kondisi ekonomi keluarga yang hampir kurang bapak bekerja sebagai
buruh di pelabuhan, ibu bekerja sebagai ibu rumah tangga. Terdiri dari 5
anggota keluarga. Keluarga dapat memenuhi kebutuhan makan sehari-hari
tetapi dengan menu seadanya. Warga sangat jarang untuk makan daging atau
makanan yang nilai jualnya cukup tinggi. Pasien sejak umur 5 tahun sudah
berhenti minum susu formula.
c. Lingkungan rumah
d. Ibu mengatakan lingkungan rumah bersih dan terdapat tempat pembuangan
sampah ada ventilasi rumah.
e. Penyakit keluarga
f. Ibu mengatakan di dalam keluarga ada yang menderita penyakit hemofilia
juga yaitu anak pertama (kakak An. F), nenek pasien memiliki riwayat
hipertensi dan diabetes melitus Ibu pasien memiliki riwayat maag, bapak
memiliki keterbatasan dalam komunikasi dan mendengar sejak masih kecil.
g. Genogram

i. Pengkajian perkembangan tindakan.


Tidak dilakukan pengkajian DDST, anak usia 12 tahun.
j. Pengkajian pola kesehatan saat ini
1. Pemeliharaan dan persepsi terhadap kesehatan
Ibu mengatakan ingin anaknya segera pulih, ibu rutin membawa anak kontrol
untuk mendapatkan obat rutin yang biasa dikonsumsi di rumah. Mengetahui
bahwa penyakit hemofilia merupakan penyakit yang mudah terjadi
perdarahan sehingga ibu mencegahnya dengan cara menjaga pasien untuk
tidak terjatuh dan terbentur dan tidak menggosok gigi saat perdarahan gusi.
2. Nutrisi
Anak diberikan ASI hanya dua minggu saja dengan alasan ASI tidak lancar,
selanjutnya anak diberikan susu formula SGM sampai usia 5 tahun, nafsu
makan sebelum dan selama sakit tidak ada perubahan, anak dapat
menghabiskan satu porsi makanan, tidak ada mual atau muntah saat makan.
3. Cairan
Pasien mengatakan minum air putih 700 cc/hari, pasien terpasang infus
futrolit 1600 cc/hari
4. Aktivitas
Saat sakit aktivitas anak hanya di tempat tidur, ketika sehat anak dapat
bermain bersama anak tetangga.
5. Tidur dan istirahat
Pasien mengatakan pola tidur sebelum sakit dan selama sakit tidak ada
perubahan, anak dapat tidur tanpa terjaga.
6. Eliminasi
Pasien mengatakan BAK lancar, tidak ada nyeri saat bak, frekuensi bak 6 x /
hari dengan warna kuning. Frekuensi 1 x/hari saat pagi hari, warna kuning
dengan konsistensi lembek tidak ada perdarahan saat BAB.
7. Pola hubungan
Anak tampak lebih dekat dengan bapak, anak selalu mendampingi bapak
bekerja karena anak dapat menjadi penerjemah saat berkomunikasi.
8. Kopi atau temperamen dan disiplin yang diterapkan
Orang tua mengatakan anak merupakan seorang yang periang dan mudah
bergaul dengan orang lain, pasien mengatakan saat perdarahan terjadi, pasien
memilih untuk menghindari penyebab perdarahan seperti berbaring di tempat
tidur dan tidak menggosok gigi saat ada perdarahan di gusi.
9. Kognitif dan persepsi pasien
Pasien mengatakan tetap bersekolah meskipun juga sering membantu
bapaknya bekerja di labuhan karena pasien yang membantu bapak dalam
berkomunikasi dengan orang lain. Lancar dalam berbahasa isyarat dan itu
merupakan keahlian yang dimiliki dengan belajar sendiri tanpa dibantu oleh
orang lain persepsi pasien terhadap penyakitnya adalah sakit ini merupakan
sakit yang cukup mengganggu aktivitasnya pada awalnya tetapi seiring
berjalannya waktu anak merasa terbiasa dengan sakit tersebut Dan
menganggap sakit ini tidak perlu terlalu dikhawatirkan cukup dengan tetap
berhati-hati untuk mencegah perdarahan terjadi dan rutin kontrol ke rumah
sakit untuk mendapatkan obat anti perdarahan.
10. Konsep diri
Pasien mengatakan dirinya menerima keadaan sakit yang dialami saat ini dan
tidak terlihat rasa sedih sedikitpun di wajah pasien pasien tampak kooperatif
dan dengan riang menjawab semua pertanyaan yang diberikan tanpa rasa
malu ataupun gugup. Dan juga terlihat kuat yang dibuktikan dengan setiap
jawaban yang diberikan oleh pasien. Pasien tampak lancar menjawab semua
pertanyaan dan mengerti setiap pertanyaan yang diberikan oleh perawat.
11. Seksual dan menstruasi
Pasien mengatakan belum menstruasi.
12. Nilai
Pasien mengatakan yakin bahwa dirinya akan baik-baik saja dengan kondisi
sekarang pasien menyerah sepenuhnya kepada Allah dan terus berdoa untuk
diberikan kesembuhan. Sering mencari informasi dari media sosial untuk
mengetahui perawatan yang tepat pada seseorang yang sakit hemofilia.
k. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum
Keadaan umum sedang, kesadaran CM, GCS E4V5M6, wajah pucat,
konjungtiva anemis, mukosa oral kering, perdarahan aktif di gusi, gigi
tampak kuning dan tampak ada darah kering menempel di gigi, transfusi PRC
2 kolf , HB sebelum ditransfusi 4,9 mg/dl, HB setelah di transfusi 8mg/dl,
pasien tampak kurus,IMT 13,7 ( berat badan kurang), terdapat memar di siku
kanan.
2. Tanda-tanda vital :
Td : 90/60
P : 18x/m
N : 100x/m
S : 39,9°C
BB/TB : 27 kg / 140 cm
3. Kulit
Inspeksi: kulit nampak bersih terlihat pucat, tidak ada lesi atau kelainan
bentuk, tidak ada memar.
Palpasi : tidak teraba benjolan, tidak ada nyeri tekan, turgor kulit elastis, CRT
<2 detik, akral teraba hangat
4. Kepala
Inspeksi : tidak ada lesi pada kulit kepala, rambut tipis dan lurus, tidak
berbau, rambut berwarna hitam.
Palpasi: tidak teraba benjolan dan tidak ada nyeri tekan.
5. Mata
Inspeksi: konjungtiva anemis, ada refleks cahaya pada kedua mata, pupil is
color, sklera tidak ikterik.
Palpasi: tidak teraba benjolan tidak ada nyeri tekan.
6. Telinga
Inspeksi: telinga tampak simetris telinga bersih tidak ada serumen atau cairan
lainnya.
Palpasi: tidak teraba benjolan atau nyeri tekan.
7. Hidung
Inspeksi: hidung tampak simetris, tidak ada lesi atau perdarahan, tidak ada
polip.
Palpasi: tidak teraba benjolan dan tidak ada nyeri tekan.
8. Mulut
Inspeksi: terdapat perdarahan aktif di gusi, gigi lengkap dan tidak ada yang
berlubang, gigi berwarna kuning dan kemerahan, mukosa oral kering, bibir
pucat, tidak ada lesi di sekitar mulut.
Palpasi : tidak teraba benjolan dan tidak ada nyeri tekan.
9. Leher
Inspeksi: tampak simetris tidak ada lesi
Palpasi: tidak teraba benjolan, tidak ada pembesaran tiroid, tidak ada nyeri
tekan.
10. Dada
Inspeksi: bentuk dada simetris tidak ada lesi, dada mengembang secara
bersamaan saat respirasi, tidak ada retraksi dinding dada, tidak ada
penggunaan otot bantu pernapasan.
Palpasi: tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan.
11. Paru
Pauskultasi: suara napas vesikuler, tidak ada suara nafas tambahan.
Perkusi: suara sonor.
12. Jantung
Auskultasi: tidak ada bunyi tambahan di jantung.
13. Abdomen
Inspeksi: bentuk simetris tidak ada lesi, tidak ada pembesaran abdomen.
Palpasi: teraba benjolan, tidak ada nyeri tekan.
Auskultasi: peristaltik usus 10 x/menit
Perkusi : Timpani
14. Genetalia
Inspeksi: bersih, tidak ada kelainan bentuk.
Palpasi: kandung kemih tidak penuh, tidak ada benjolan.
15. Anus dan rektum
Inspeksi: tidak ada resi atau luka lecet, warna kehitaman
Palpasi: tidak teraba benjolan dan tidak ada nyeri tekan.
l. Pemeriksaan diagnostik lainnya
a. Pemeriksaan laboratorium

1) Tanggal 18 September 2021

No. Jenis Pemeriksaan Nilai Normal


1. Hemoglobin 4.9 13.2 – 17.3 mg/dl
2. Hematokrit 17.8 40.0 – 52.0%
3. Leukosit 8.9 4500 – 11000/nl
4. Trombosit 373.000 150.000 – 350.000
5. Rapid antigen Negatif Negatif

2) Tanggal 20 September 2021

No. Jenis Pemeriksaan Nilai Normal


1. Hemoglobin 8 13.2 – 17.3 mg/dl
2. Hematokrit 26.6 40.0 – 52.0%
3. Leukosit 14 4500 – 11000/nl
4. Trombosit 284.000 150.000 – 350.000
5. Rapid antigen Negatif Negatif

b. Pemeriksaan rontgen
Tidak dilakukan pemeriksaan

m. Informasi lainnya (program terapi dan cairan)


1. Infus futrolit 1600 CC/jam
2. Injeksi Octanate jika perdarahan aktif 2 x 1 jika tidak ada perdarahan 1 x
1 tiap jam 10.00
3. Transfusi PRC 3 kolf, 1 kolf/12 jam pre furosemide 1 amp (durasi
transfusi 3 jam)

II. Analisis Data

No. Data Penunjang Etiologi Masalah


1. Data Subjektif: Kekurangan faktor VIII Risiko syok
Pasien mengatakan gusi berdarah dan IX (D.0039)
sejak 3 hari yang lalu, pusing,
nyeri siku kanan, OT mengatakan
Mengalami trauma
anak riwayat hemofilia sejak kecil
(tumpul,tajam)
Data Objektif:
1. Wajah pucat
2. Conjungtiva anemis Kekurangan faktor

3. Mukosa oral kering pembekuan darah

4. Tampak perdarahan aktif


di gusi Perdarahan lama
5. HB 4,9 sebelum tranfusi
PRC dan HB 8 setelah
Risiko syok
tranfusi PRC 2 kolf
6. TD:90/60 mmHg
7. Nadi: 100x/menit
8. RR: 18x/menit
9. Suhu: 36,9°C
10. Memar di siku kanan
2. Data Subjektif: Faktor ekonomi kurang Defisit nutrisi
(D. 0019)
OT mengatakan keluarganya Asupan nutrisi tidak
merupakan keluarga yang sangat terpenuhi HH
sederhana dengan kondisi
ekonomi keluarga yang hampir
Penurunan Berat Badan
kurang, Bapak bekerja sebagai
buruh di pelabuhan, Ibu bekerja
Masalah
sebagai Ibu rumah tangga
Defisit nutrisi
Keluarga dapat memenuhi
kebutuhan makan sehari-hari
tetapi dengan menu seadanya.
Keluarga sangat jarang untuk
makan daging atau makanan yang
nilai jualnya cukup tinggi. Pasien
sejak umur 5 tahun sudah berhenti
minum susu formula

Data objektif:

1. BB 27 Kg
2. TB 140 cm
3. IMT: 13,7 (berat badan
kurang)
4. Riwayat hemofilia
5. Perdarahan aktif di gusi
6. Membran mukosa pucat

Data subjektif: Perdarahan gusi Defisit


Pasien mengatakan perdarahan Perawatan Diri
terus menerus di gusi sejak 6 hari perawatan gigi menurun (D. 0109)
yang lalu
Data Objektif: akumulasi bakteri di
mulut
1. Pasien tidak menggosok gigi
selama perdarahan
2. Gigi tampak kuning defisit perawatan diri

bercampur kemerahan
3. Leukosit awal masuk infeksi
(18/09/2021) 8.900
4. Leukosit tanggal 20/09/2021

III. Diagnosa Keperawatan

1. Risiko syok berhubungan dengan perdarahan aktif yang ditandai dengan TD 90/60
mmHg, Nadi 100x/menit, perdarahan aktif di gusi, HB awal masuk 4,9 mg/dl
2. Defisit nutrisi berhubungan dengan faktor ekonomi yang ditandai dengan BB 27 Kg.
TB 140 cm. IMT 13,7 (berat badan kurang), HB awal masuk 4,9 mg/dl.
3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan perdarahan lama yang ditandai dengan
perdarahan aktif di gusi, tidak menggosok gigi selama perdarahan, leukosit 14.000
INTERVENSI KEPERAWATAN

N Diagnosa Luaran (SLKI) Intervensi (SIKI)


o Keperawatan
(SDKI)
1 D.0039 Risiko Setelah dilakukan tindakan Manajemen Syok
Syok keperawatan selama 3 x 24 jam di (1.02868) Observasi :

harapkan tingkat syok menurun


Observasi
dengan kriteria hasil :
Tujuan Target
1. Monitor status
1 2 3 4 5
kardiopulmona

Pendarahan
l (frekuensi

Pucat
dan kekuatan


TD sistolik nad, frekuensi
napas, TD,

TD
diastolik
MAP)


Frekuensi 2. Monitor status
Nadi oksigenasi
(oksimetri
nadi, AGD)
Keterangan warna kuning:
3. Monitor status
1. Meningkat
cairan
2. Cukup meningkat
(masukan dan
3. Sedang
haluaran,
4. Cukup menurun turgor kulit,
5. Menurun CRT)
4. Monitor
tingkat
Keterangan warna hijau:
kesadaran dan
1. Memburuk
respon pupil
2. Cukup memburuk
5. Periksa
3. Sedang seluruh
4. Cukup membaik permukaan
5. Membaik tubuh terhadap
adanya DOTS
(deformity/def
ormitas, open
wound/luka
terbuka,
tendemess/nye
ri tekan,
swelling/beng
kak)

Terapeutik

1. Pertahankan
jalan napas
paten
2. Berikan
oksigen untuk
mempertahank
an saturasi
oksigen >94%
3. Persiapkan
Intubasi dan
ventilasi
mekanis, jika
perlu
4. Berikan posisi
syok
(modified
Trendelenberg
)
5. Pasang jalur
IV Pasang
kateter urine
untuk menilai
produksi urine
6. Pasang selang
nasogastrik
untuk
dekompresi
lambung

Kolaborasi

A. Kolaborast
pemberlan
infus cairan,
kristalold 1 – 2
L pada dewasa
B. Kolaborasi
pemberian
infus cairan
kristaloid 20
mL/kgBB
pada anak
C. Kolaborasi
pemberian
transfusi
darah, jika
perlu:

2 D.0019 Defisit Setelah dilakukan tindakan


Manajemen Nutrisi
Nutrisi keperawatan selama 3 x 24 jam di
(I. 03119)
harapkan tingkat syok menurun
dengan kriteria hasil : Observasi
Tujuan Target

1 2 3 4 5
1. Identifikasi status

Berat
Badan nutrisi

Indeks
2. Identifikasi alergi
Masa
Tubuh dan intoleransi


Frekuensi makanan
nafas
3. Identifikasi

Nafsu
makanan yang
makan


Porsi disukai
makanan 4. Identifikasi
yang
kebutuhan kalori
dihabiskan
dan jenis nutrient
5. Identifikasi
Keterangan warna kuning:
perlunya
1. Meningkat
penggunaan selang
2. Cukup meningkat
nasogastrik
3. Sedang 6. Monitor asupan
4. Cukup menurun makanan
5. Menurun 7. Monitor berat
badan
8. Monitor hasil
Keterangan warna hijau:
pemeriksaan
1. Memburuk
laboratorium
2. Cukup memburuk
3. Sedang Terapeutik
4. Cukup membaik
1. Lakukan oral
5. Membaik
hygiene sebelum
makan, jika perlu
2. Fasilitasi
menentukan
pedoman diet (mis.
Piramida
makanan)
3. Sajikan makanan
secara menarik
dan suhu yang
sesuai
4. Berikan makan
tinggi serat untuk
mencegah
konstipasi
5. Berikan makanan
tinggi kalori dan
tinggi protein
6. Berikan suplemen
makanan, jika
perlu
7. Hentikan
pemberian makan
melalui
selang nasogastrik
jika asupan oral
dapat ditoleransi

Edukasi

1. Anjurkan posisi
duduk, jika
mampu
2. Ajarkan diet yang
diprogramkan

Kolaborasi

1. Kolaborasi
pemberian
medikasi sebelum
makan (mis.
Pereda nyeri,
antiemetik), jika
perlu Kolaborasi
2. dengan ahli gizi
untuk menentukan
jumlah kalori dan
jenis nutrient yang
dibutuhkan, jika
perlu

Promosi Berat Badan

Kolaborasi

1. Identifikasi
kemungkinan
penyebab BB
kurang
2. Monitor adanya
mual dan muntah

Terapeutik

1. Hidangkan makan
secara menarik
2. Berikan suplemen,
jika perlu
3. Berikan pujian
pada pasien atau
keluarga untuk
peningkatan yang
dicapai

Edukasi
1. Jelaskan jenis
makanan yang
bergizi tinggi,
namun tetap
terjangkau
2. Jelaskan
peningkatan
asupan kalori yang
dibutuhkan

3 D.0109 Defisit Setelah dilakukan tindakan


Perawatan Perawatan Mulut
keperawatan selama 3 x 24 jam di
1.11356
Diri. harapkan tingkat syok menurun
dengan kriteria hasil : Observasi
Tujuan Target
1. Identifikasi
1 2 3 4 5
kondisi umum

Verbalisasi
keinginan (mis
melakukan kesadaran, alat
perawatan
diri
bantu napas,


Mempertah hemodinamik,
ankan gangguan
kebersihan
koagulan,
mulut


Leukosit penggunaan
obat

Pendarahan
mulut
antikoagulan,
gigi palsu)
2. Identifikasi
Keterangan warna kuning:
kondisi oral
1. Meningkat
(mis, luka,
2. Cukup meningkat
kanes gigi,
3. Sedang
plak, sariawan,
4. Cukup menurun tumor)
3. Monitor
5. Menurun kebersihan
mulut, lidah
dan gusi
Keterangan warna hijau:
1. Memburuk Terapeutik
2. Cukup memburuk
3. Sedang
1. Pilih sikat gigi
4. Cukup membaik
sesuai dengan
5. Membaik kondisi pasien
2. Hindari
merawat mulut
dengan sikat
gigi jika
mengalami
trombositopeni
a
3. Posisikan
semi-Fowler
atau Fowler
4. Dekatkan alat-
alat dalam
jangkauan
untuk
melakukan
perawatan
mulut mandiri
5. Fasilitasi
menyikat gigi
secara mandiri
6. Bersihkan gigi
palsu secara
terpisah
7. Sikat gigi
minimal 2 kali
sehari
8. Sikat gigi dari
arah gusi ka ke
masing-
masing gigi
atas dan
bawah
9. Gunakan alat
suction untuk
menghisap
cairan saliva di
mulut pada
pasien
penurunan
kesadaran
10. Gunakan
cairan
chlorhexidine
atau sesuai
kebijakan
institusi
11. Gunakan
benang untuk
mengangkat
plak yang
tidak dapat
dijangkau
sikat gigi
12. Bersihkan
alat-alat yang
telah
dipergunakan
Edukasi
1. Jelaskan
prosedur
tindakan pada
pasien dan
keluarga
2. Anjurkan
mengganti
sikat gigi
setiap 3-4
bulan
3. Anjurkan
melakukan
pemeriksaan
gigi setiap
bulan
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Hari No.DX Implementasi Evaluasi

Rabu 1 Observasi Subjektif:

1.1 Memonitor status kardiopulmonal Pasien mengatakan


dapat menghabiskan 1
Hasil porsi makanan dan
snack berupa bubur
TD: 90/60 Nadi 105x/m RR : 22, pasien
sumsum dan puding dari
sedikit pusing, wajah tampak pucat,
RS
conjungtiva anemis

Objektif:
1.2 Memonitor saturasi oksigen

keadaan umum sedang,


Hasil
kesadaran

Saturasi pasien 99-100% tanpa oksigen composmentis, BB 27

tambahan kg. TB 140 cm. IMT


13,8 (sangat kurang),
1.3 Memonitor status cairan pasien tampak
menghabiskan 1 porsi
Hasil
makanan, pasien makan
besar 3x/hari dan
CRT <2 detik, turgor kulit elastis, mukosa oral
selingan snack 2x/hari.
kering, pasien terpasang infus futrolit 1600
cc/24 jam, minum 700cc/hari Assesment Masalah
teratasi Sebagian
Terapeutik
Planning Intervensi
1.4 Memberikan oksigen untuk dipertahankan (2.1, 2.5,
mempertahankan saturasi oksigen > 94% 2.6, 2.7, 2.8, 2.9, 2.10,
2.11)
Hasil

DEFISIT
Tidak terpasang Oksigen pada pasien saturasi
PERAWATAN DIRI
99-100%

Observasi

3.1 Mengidentifikasi
1.5 Memasang jalur IV
kondisi oral

Hasil
Hasil: Kondisi mulut

Pasien terpasang Futrolit 1600 cc/jam masih terdapat adanya


perdarahan
Edukasi
3.2 Memonitor
1.6 Menjelaskan tanda dan gejala awal syok kebersihan mulut, lidah
dan gusi
Hasil
Hasil: Mukosa oral
pasien memahami tanda dan gejala awal syok
sedikit lembab, gigi
dan akan segera melapor ke perawat jika ada
tampak kuning dengan
tanda dan gejala awal syok
darah kering menempel
di gigi, mulut berbau,
bibir pucat, lidah kotor,
1.7 Menjelaskan penyebab/faktor risiko syok gusi berdarah sedikit
Hasil

pasien memahami penyebab/faktor risiko syok Terapeutik

3.3 Memilih sikat gigi


sesuai dengan kondisi
1.8 Menganjurkan cairan oral memperbanyak pasien
asupan
Hasil: Perawat
Hasil memberikan sikat gigi
bayi untuk pasien
anak mengatakan anak minum 1/2 botol aqua
ukuran besar per hari

3.4 Memfasilitasi
mandiri menyikat gigi
1.9 Menganjurkan meningkatkan makanan dan
secara
vitamin K asupan

Hasil: Menemani pasien


Hasil
ke kamar mandi dan

anak mengatakan akan meningkatkan asupan mengarahkan cara

makanan untuk mengurangi adanya resiko menyikat gigi

perdarahan

3.5 Memberikan air

1.10 Menganjurkan untuk menghindari dingin untuk berkumur

tekanan atau gesekan yang kuat pada area


Hasil: Pasien berkumur
perdarahan
dengan air dingin

Hasil sebelum dan setelah


menyikat gigi
pasien mengatakan akan menghindari tekanan
atau gesekan yang kuat pada area perdarahan,
siku kanan memar, telah dilakukan tindakan
rest dan ice yaitu mengistirahatkan tangan dan 3.6 Membersihkan

mengompres dingin pada area yang memar seluruh area mulut


dengan lembut dan
perlahan

Hasil: Mulut
dibersihkan dengan
Kolaborasi lembut dan perlahan
agar tidak terjadi
1.11 Berkolaborasi pemberian IV
perdarahan, area gusi

Hasil tidak di bersihkan secara


maksimal untuk
Terpasang futrolit 1600 cc/jam mencegah perdarahan

1. 12 Berkolaborasi pemberian obat pengontrol Edukasi


perdarahan
3.7 Menjelaskan
Hasil prosedur tindakan pada
pasien dan keluarga
Pemberian obat Octanate 2x1
Hasil: Pasien memahami
cara menyikat gigi saat
gusi masih mengalami
1.13 Berkolaborasi pemberian Tranfusi
perdarahan, pasien
Hasil mengatakan mulut lebih
terasa segar
pasien telah mendapat tranfusi PRC 2 kolf, HB
8 mg/dl setelah tranfusi
Kolaborasi

Evaluasi 3.8 kolaborasi


pemberian obat
Subjektif: Pasien mengatakan tidak ada pusing pengontrol perdarahan
dan gusi masih berdarah sebelum melakukan
perawatan mulut

Hasil: Obat Octanate


Objektif: kesadaran komposmentis, akral
diberikan sebelum
hangat, mukosa oral sedikit lembab, gusi
pasien menyikat gigi
masih tampak berdarah tetapi tidak banyak,
untuk mengontrol
CRT < 2 detik, memar di siku kanan
perdarahan
berkurang, terpasang infus futrolit 1600 cc/24
jam, pasien minum air putih 600 cc/24 jam,
HB 8 mg/dl, wajah pucat, conjungtiva anemis,
TD 90/60 mmHg. Nadi 100x/menit, RR
19x/menit.
Evaluasi

Subjektif: Pasien
Assesment: Masalah teratasi Sebagian mengatakan memahami
cara menyikat gigi yang
benar meskipun gusi
masih sering berdarah,
Planning Intervensi dipertahankan (1.1, 1.2,
pasien merasa mulut
1.3, 1.8, 1.9, 1.11, 1.12)
terasa lebih segar

Objektif: Keadaan
DEFISIT NUTRISI umum sedang,
kesadaran
Observasi composmentis, pasien
telah menyikat gigi,
2.1 Mengidentifikasi status nutrisi
tidak ada perdarahan

Hasil yang aktif selama


menyikat gigi, mulut
IMT 13,8 (sangat kurang), Berat dan tinggi 27 tidak berbau, gigi
kg dan 140 cm kuning berkurang, darah
kering tidak lagi
menempel di gigi, lidah
bersih, leukosit 14.000
2.2 Memonitor asupan makanan

Hasil

Assesment: Masalah
pasien menghabiskan 1 porsi makanan dan
teratasi Sebagian
menghabiskan snack berupa puding dan bubur
sumsum dari RS

Planning: Intervensi
dipertahankan (3.1, 3.2,
2.3 Memonitor berat badan
3.3. 3.4, 3.5, 3.6, 3.7,
Hasil 3.8).

BB 27 kg

Terapeutik

2.4 Menyajikan makanan secara menarik dan


suhu yang sesuai

Hasil

memberikan makanan dalam kondisi hangat


dan berkuah

2.5 Memberikan makanan tinggi kalori dan


tinggi protein

Hasil

disiapkan sesuai dengan anjuran ahli gizi,,


pasien makan besar 3x/hari dan selingan snack
2x/hari

Edukasi -

Kolaborasi

2.6 Berkolaborasi dengan ahli gizi untuk


menentukan jumlah kalori dan jenis nutrient
yang dibutuhkan

Hasil

Sesuai dengan Anjuran ahli gizi Gizi TKTP


(Tinggi Kalori dan tinggi protein)
Kamis 2 Observasi Subjektif:

1.1 Memonitor status kardiopulmonal Pasien mengatakan gusi


tidak lagi berdarah,
Hasil badan terasa lebih segar

TD: 110/80 mmHg Nadi 80 x/m RR : 18x/m, Objektif: Keadaan


akral hangat, wajah pucat, conjungtiva merah umum sedang,
muda, gusi tidak ada perdarahan kesadaran
composmentis, gusi
tidak berdarah,

1.2 Memonitor saturasi oksigen pemberian obat octanate


1x saja pada jam 10.00,
Hasil akral hangat, wajah
pucat, konjungtiva
Saturasi pasien 99-100%
merah muda, CRT < 2
detik, memar di siku
kanan berkurang,
1.3 Memonitor status cairan mukosa oral lembab,
turgor kulit elastis,
Hasil pasien terpasang futrolit
1600 cc/24 jam, pasien
CRT <2 detik, turgor kulit elastis, mukosa oral
minum air putih 700
lembab, terpasang infus futrolit 1600 cc/24
cc/24 jam, BAK lancar,
jam, pasien minum air putih 700 cc/24 jam,
TD 110/80 mmHg, Nadi
BAK lancar
80x/menit, RR
18x/menit, SPO2 99-
100%
Terapeutik
Assesment: Masalah
teratasi Sebagian
Edukasi Planning Intervensi di
pertahankan dan
1.4 Menganjurkan memperbanyak asupan dilanjutkan di rumah
cairan oral
DEFISIT NUTRISI
Hasil
Observasi
Orang tua mengatakan anak minum 700cc/24
jam 2.1 Mengidentifikasi
status nutrisi

Hasil
1.5 Menganjurkan meningkatkan asupan
makanan dan vitamin K IMT 13,8 (sangat
kurang), Berat dan
Hasil tinggi 27,5 kg dan 140
cm
pasien mengatakan akan meningkatkan asupan
makanan untuk mengurangi adanya resiko 2.2 Memonitor asupan
perdarahan makanan

Hasil

Kolaborasi pasien menghabiskan 1


porsi makanan dan
1.6 Berkolaborasi pemberian IV
snack berupa bubur

Hasil sumsum dari RS, tidak


ada muntah atau mual
Terpasang futrolit 1600 cc/jam
2.3 Memonitor berat
badan

1.7 Mengkolaborasi pemberian obat


pengontrol perdarahan Hasil

Hasil Hari pertama dan kedua


27 kg, Hari ketiga 27,5
Pemberian obat Octanate 1x pada jam 10.00 Kg
pagi karena tidak ada perdarahan, memar di
siku kanan berkurang, telah diberikan tindakan Terapeutik
rest dan ice
2.4 Menyajikan
makanan secara menarik
dan suhu yang sesuai

Hasil

memberikan makanan
dalam kondisi hangat
dengan di tambah ice
cream

2.5 Memberikan
makanan tinggi kalori
dan tinggi protein

Hasil

disiapkan sesuai dengan


anjuran ahli gizi, pasien
makan besar sebanyak
3x dan snack sebanyak
2x per hari

Edukasi
2.6 Mengajarkan diet
yang di programkan

Hasil

pasien memahami diet


yang diprogramkan

Kolaborasi

2.7 Berkolaborasi
dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrient
yang dibutuhkan

Hasil

Sesuai dengan Anjuran


ahli gizi Gizi TKTP
(Tinggi Kalori dan
tinggi protein)

Subjektif: Pasien
mengatakan
menghabiskan 1 porsi
makanan dan snack
berupa bubur sumsum
dan ice cream, tidak ada
mual.
Objektif:

Keadaan umum sedang,


kesadaran
composmentis, mukosa
oral lembab, turgor kulit
elastis, pasien tampak
menghabiskan 1 porsi
makanan dan snack
berupa bubur sumsum
dan ice cream, tidak ada
muntah, pasien makan
besar 3x/hari dan
selingan snack 2x/hari,
BB hari pertama dan
kedua 27 kg, BB hari
ketiga 27,5 Kg. TB 140
cm, IMT 13,8.

Assesment: Masalah
teratasi Sebagian

Planning Intervensi
dipertahankan dan
dilanjutkan di rumah.

DEFISIT
PERAWATAN DIRI

Observasi

3.1 Mengidentifikasi
kondisi oral

Hasil

Kondisi oral tidak ada


perdarahan

3.2 Memonitor
kebersihan mulut, lidah
dan gusi

Hasil

gigi kuning berkurang,


tidak ada sisa darah
kering yang menempel
pada gigi, mulut tidak
berbau, lidah bersih,
mukosa oral perdarahan
gusi lembab, tidak ada

Terapeutik

3.3 Memilih sikat gigi


sesuai dengan kondisi
pasien

Hasil

pasien memiliki sikat


gigi bayi

3.4 Memfasilitasi
menyikat gigi secara
mandiri

Hasil

perawat menemani
pasien menyikat mandi
dan mengarahkannya,
menyedikan air kumur
yang dingin

3.5 Memberikan air


dingin untuk berkumur

Hasil

Pasien berkumur dengan


air dingin sebelum dan
sesudah menyikat gigi

3.6 Membersihkan
seluruh area mulut
dengan lembut dan
perlahan

Hasil

mulut dibersihkan
dengan lembut dan
perlahan agar tidak
terjadi perdarahan, gusi
tidak terlalu di sentuh
untuk mencegah
perdarahan berulang

Edukasi: -

Kolaborasi

3.7 Berkolaborasi
pemberian obat
pengontrol perdarahan
sebelum melakukan
perawatan mulut

Hasil

Pemberian obat
Octanate 1x saja yaitu
jam 10.00 pagi sebelum
menyikat gigi

Subjektif:

Pasien mengatakan
dapat menyikat gigi
secara mandiri dengan
langkah-langkah yang
telah di ajarkan.

Objektif:

Kesadaran umum
sedang, kesadaran
composmentis, mukosa
oral lembab, mulut tidak
berbau, nafas terasa
segar, gigi kuning
berkurang, lidah bersih
tidak ada perdarahan
gusi, pasien dapat
melakukan perawatan
secara mandiri, leukosit
14.000 di tanggal
20/09/2021, tidak di
lakukan pemeriksaan
darah selanjutnya.

Assesment: Masalah
teratasi Sebagian

Planning Intervensi
dipertahankan dan
dilanjutkan di rumah

Anda mungkin juga menyukai