Anda di halaman 1dari 13

PROPOSAL PENELITIAN

Isolasi dan Uji Aktivitas Senyawa Tanin Sebagai


Antiinflamasi dari Ekstrak Daging Buah Anggur
Merah (Vitis vinifera) Terhadap Edema Pada
Telapak Kaki Tikus Putih Jantan Galur Wistar
Adilah Athtahirah (1042111001)

Alvina Rajnikania J.P (1042111011)

Disusun Candra Kharisma B (1042111035)

Oleh : Cyntia Fathiyah Z (1042111042)

Dharu Fajar Dwikha T. (1042111053)

Dwi Putri Widiastuti (1042111059)


1. Latar Belakang Wendy

Anggur Merah Senyawa Tanin Edema


2. Rumusan
a. Apakah di dalam anggur merah
terdapat senyawa tanin?

masalah
b. Bagaimana proses pemisahan
tanin pada anggur merah?
c. Apakah di senyawa tanin
mempunyai efek antiinflamasi
yang diujikan terhadap edema
pada tepak kaki tikus jantan
galur wistar?
3. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui kandungan tanin pada anggur merah.


Untuk mengetahui pengekstrakan tanin pada anggur merah.
Untuk mengetahui efek antiinflamasi pada senyawa tanin
terhadap edema pada telapak kaki tikus
4. Tinjauan pustaka

Anggur Merah
- Anggur merah tinggi polifenol
-Tanin adalah bagian dari senyawa fenolik yang ditemukan di dalam buah anggur. Tanin memiliki berat molekul
antara 500 hingga 3.000 g/mol serta memiliki kemampuan untuk mengendapkan alkaloid, gelatin, dan protein
lainnya. (Rajaguguk YV et al., 2018)
-Tanin adalah senyawa polifenol yang berasal dari tumbuhan. Senyawa ini memiliki rasa pahit dan kelat, serta
bereaksi dengan dan menggumpalkan protein serta berbagai senyawa organik lainnya, termasuk asam amino dan
alkaloid. Tanin dapat ditemukan dalam beberapa makanan dan minuman, seperti teh, kopi, coklat, dan wine.
Kandungan tanin dalam buah muda menimbulkan rasa kelat (sepat), dan perubahan yang terjadi pada senyawa
tanin berperan penting dalam proses pemasakan buah. Selain itu, tanin juga dimanfaatkan dalam industri sebagai
bahan pewarna, perekat, dan mordan.(Herderich & Smith, 2005)
4. Tinjauan pustaka

Sifat Fisik Tanin Proses Pemisahan Tanin


a. Umumnya tannin mempunyai berat molekul tinggi dan Tannin dapat diekstrak dengan menggunakan campuran
cenderung mudah dioksidasi menjadi suatu polimer, sebagian pelarut atau pelarut tunggal. Tannin biasanya diekstrak
besar tannin bentuknya amorf dan tidak mempunyai titik leleh. dari kayu dan kulit kayu pada jenis-jenis pohon tertentu,
b. Tanin berwarna putih kekuning-kuningan sampai coklat terang, untuk tujuan penelitian dalam menentukan struktur kimia,
tergantung dari sumber tannin tersebut.
kualitas dan kuantitasnya serta pemanfaatannya. Secara
c. Tanin berbentuk serbuk atau berlapis-lapis seperti kulit kerang,
umum, perlakuan dalam pemisahan tanin dibagi menjadi
berbau khas dan mempunyai rasa sepat (astrigent).
dua, yaitu perlakuan dengan pemanasan dan perlakuan
d. Warna tannin akan menjadi gelap apabila terkena cahaya
tanpa pemanasan pada tahap maserasi (Rajaguguk YV et
langsung atau dibiarkan di udara terbuka.
al., 2018).
e. Tannin mempunyai sifat atau daya bakterostatik, fungistatik
dan merupakan racun.
4. Tinjauan pustaka
Pemanfaatan Tanin Toksisitas Tanin
a. Sebagai Adsorbent Logam Berat Senyawa tannin apabila dikonsumsi
Beberapa penelitian terakhir tannin yang telah dalam jumlah berlebihan akan
dimodifikasi dapat menjadi adsorben logam berat, menghambat penyerapan mineral
misalnya biosorpsi Pb (II) dengan modifikasi resin misalnya besi. Hal ini karena sifat
quebracho tannin (QTR) (Yurtsever dan Sengil,
tannin adalah chelators ion
2008).
logam.Asam Tannic tidak
mempengaruhi penyerapan mineral
b. Sebagai Antimikroba Tannin bertindak seperti
lain seperti seng, tembaga, dan
asam ringan berdasarkan banyak gugus-OH
mangan.
fenolik. Asam tannic adalah bentuk yang paling
sederhana hydrolysable tannin. Tannin kualitas
tinggi mengandung 65-76% asam tannic.
5. Metode penelitian
Pembuatan Ekstrak
Ekstrak dibuat menggunakan metode maserasi, diambil daging buah anggur merah dicuci bersih dan diiris tipis.
Irisan buah anggur kemudian dijemur di tempat teduh hingga mengering. Setelah mengering, simplisia ditimbang
sebanyak 300 g dan dimaserasi menggunakan etanol 96% sebanyak 2250 ml. Tempatkan simplisia dalam wadah
selama 5 hari(setiap hari digojog), kemudian rendaman tersebut disaring dengan kertas saring (filtrat 1) dan
sisanya di ekstrak kembali dengan etanol 96% sebanyak 750 ml selama 2 hari lalu disaring (filtrat 2), filtrat 1 dan
filtrat 2 digabung kemudian diuapkan dengan rotary evaporator pada suhu 60oC sampai menjadi endapan yang
tidak terlalu kental dan dilanjutkan dengan penguapan menggunakan waterbath pada suhu 40oC sampai menjadi
ekstrak kental.
Uji Pendahuluan Ekstrak Menggunakan FeCl3
Ekstrak etanol buah anggur merah dimasukan dalam tabung reaksi dan tambah reagen FeCl3 kemudian dikocok.
Hasil positif pereagen FeCl3 ditandai dengan terentuknya warna coklat. (Dwijayanti & Widyastuti, 2017) (Wilhelmy
et al., 2021).
Uji Pendahuluan Ekstrak Menggunakan KLT
Ekstrak daging buah anggur merah yang diperoleh terlebih dahulu diidentifikasi menggunakan kromatografi lapis
tipis (KLT). Sejumlah kecil ekstrak ditotolkan pada pelat KLT dengan enggunakan berbagai macam eluen pada
berbagai perbandingan untuk mengetahui jenis pelarut dan perbandingan yang sesuai pada kromatografi kolom
cair vakum. Kemudian dideteksi di bawah lampu UV dan dilanjutkan dengan penyemprotan larutan serium sulfat
lalu dipanaskan.
5. Metode penelitian
Fraksinasi
Proses fraksinasi dilakukan dengan metode kromatografi kolom cair vakum, ekstrak kental daging buah anggur merah yang berbentuk
pasta terlebih dahulu di impregnasi dengan silika gel 60 (0,2-0,5 mm) hingga tercampur merata dan berbentuk pasir.
Kemudian ke dalam kolom ditempatkan secara berturut-turut dari bagian bawah hingga atas yaitu silika gel 60 GF 254 pada bagian
paling bawah (fase diam) dan dirapatkan hingga padat, kertas saring whatman, sampel yang telah di impregnasi. Kolom yang telah
terkemas kemudian di elusi dengan larutan yang sesuai sebagai fase geraknya. Pengelusian dimulai dari pelarut yang bersifat nonpolar
yaitu n-heksan 100% kemudian ditingkatkan kepolarnnya dengan menambahkan campuran pelarut n-Heksan:etil asetat mulai dari
perbandingan 95:5 dan ditingkatkan secara bergradien hingga etil asetat 100% kemudian dengan eluen etil asetat-aseton pada
perbandingan (95:5) hingga eluen aseton 100% dan terakhir dengan pelarut polar yaitu metanol 100%. Fraksi yang diperoleh sebanyak 30
fraksi diidentifikasi menggunakan KLT dengan eluen yang sesuai. Fraksi-fraksi yang mempunyai profil noda yang sama digabung
sehingga di peroleh fraksi utama. Hasil KKCV yang diperoleh diuapkan pada suhu ruang. Sebelum difraksinasi diidentifikasi terlebih
dahulu dengan KLT untuk menentukan eluen yang digunakan pada KKT. Kolom fraksinasi dengan KKT diisi dengan silika gel 60 (0,063–
0,200 mm) hingga tinggi fase diam kurang lebih 15 cm lalu diisi dengan sampel yang telah diempragnasi dan eluen yang sesuai dengan
fase gerak.
Isolasi
Fraksi yang memiliki profil noda kemudian diuapkan sehingga diperoleh Isolat. Isolat yang diperoleh dimurnikan dengan pelarut yang
sesuai. Kemurnian senyawa yang diperoleh ditentukan dengan melakukan KLT tiga sistem eluen. Jika hasil KLT memperlihatkan pola
noda tunggal, maka senyawa tersebut relatif murnisecara KLT. Kemudian dilakukan uji titik leleh, senyawa tersebut dianggap murni
apabila titik leleh senyawa menunjukkan trayek titik leleh yang tajam. Lalu di uji menggunakan pereaksi Liebermann-Burchard, FeCl3,
Wagner dan Dragendroff untuk mengetahui golongan senyawa metabolit sekunder yang diperoleh. Identifikasi menggunakan FTIR untuk
mengetahui gugus fungsi yang ada terdapat dalam isolat. Isolat yang telah kering ditambah 0,2 g pelet KBr, kemudian diidentifikasi pada
FTIR pada panjang gelombang 4000-400 nm (Lestari, 2015).
Uji aktivitas antiinflamasi
Hewan uji yang digunakan untuk pengujian sebanyak 15 ekor tikus putih jantan galur wistar
dibagi dalam 5 kelompok perlakuan yang tiap kelompok terdiri dari 3 ekor. Semua tikus
diaklimatisasi terhadap lingkungan minimal 1 minggu. Sebelum dilakukan pengujian hewan uji
dipuasakan selama 18 jam (minum tetap diberikan) sebelum pengujian. Perlakuan pada Tikus
putih jantan dilakukan secara peroral dengan menggunakan jarum oral.

Kelompok I : Diberi CMC 1% (kontrol negatif)


Kelompok II : Diberi piroksikam (kontrol positif)
Kelompok III : Diberi Isolat daging buah Anggur Merah 5 % Kelompok IV : Diberi Isolat daging
buah Anggur Merah 10 % Kelompok V : Diberi ektrak etanol daging buah Anggur Merah 20 %

Tiga puluh menit sebelum pemberian esktrak etanol daging buah Anggur Merah, kontrol positif
(piroksikam) dan kontrol negatif (CMC) masing-masing tikus diinduksi putih telur 5 %
sebanyak 0,5 ml secara subplantar. Volume edema kaki tikus diukur selama 6 jam dengan
interval waktu pengukuran setiap 1 jam menggunakan plestimometer. Lalu data yang
diperoleh menggunakan SPSS untuk megetahui ada tidaknya efek antar perlakuan diuji
dengan oneway ANOVA dan dilanjutkan dengan uji LSD untuk melihat perbedaan yang nyata
antar perlakuan.
Daftar Pustaka
Bagchi, D., Sen, C. K., Bagchi, M., & Atalay, M. (2004). Anti-angiogenic, antioxidant, and anti-carcinogenic properties of a
novel anthocyanin-rich berry extract formula. Biochemistry. Biokhimiia, 69(1), 75–80, 1 p preceding 75.
https://doi.org/10.1023/b:biry.0000016355.19999.93
Dwijayanti, E., & Widyastuti, S. (2017). Isolasi Dan Identifikasi Senyawa Tanin Pada Daun Tekelan (Chromolaena odorata (L)
R.M.KING) Asal Mamuju Secara Kromatografi Lapis Tipis 2 Dimensi. Jurnal FARBAL, 5(2), 56–61.
Fakhruzy, Kasim, A., Asben, A., & Anwar, A. (2020). Review: Optimalisasi Metode Maserasi Untuk Ekstraksi Tanin Rendemen
Tinggi. Menara Ilmu, 14(2)(02), 38–41.
Fitriyani, A., Winarti, L., Muslichah, S., & Nuri, D. (2011). UJI ANTIINFLAMASI EKSTRAK METANOL DAUN SIRIH MERAH (Piper
crocatum Ruiz & Pav ) PADA TIKUS PUTIH ANTI-INFLAMMATORY ACTIVITYY OF Piper crocatum Ruiz & Pav. LEAVES METANOLIC
EXTRACT IN RATS. Majalah Obat Tradisional, 16(1), 2011.
Herderich, M. J., & Smith, P. A. (2005). Analysis of grape and wine tannins: Methods, applications and challenges. In Australian
Journal of Grape and Wine Research (Vol. 11, Issue 2, pp. 205–214). https://doi.org/10.1111/j.1755-0238.2005.tb00288.x
Hidayati, S., Oktavianti, F., Susanti, D. A., & Aini, Q. (2022). Aktivitas Antiinflamasi In Vitro dan In Vivo Ekstrak Etanol Daun
Mangga Arumanis (Mangifera indica L.). Jurnal Sains Dan Kesehatan, 4(5), 488–494. https://doi.org/10.25026/jsk.v4i5.1195
Lestari, T. (2015). ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA TANIN DARI EKSTRAK AIR KULIT BATANG KELAPA GADING (Cocos nucifera
var. eburnea). Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada: Jurnal Ilmu-Ilmu Keperawatan, Analis Kesehatan Dan Farmasi, 9(1), 22.
https://doi.org/10.36465/jkbth.v9i1.90
Daftar Pustaka
Parwanty, G. M., Azizah, N., & Darotulmutmainah, A. (2023). Uji Toksisitas Akut Ekstrak Etanol Anggur Merah ( Vitis vinifera
Linn ) Menggunakan Metode Thomson Dan Weil Pada. CERATA - Jurnal Ilmu Farmasi, 1, 1–11.
Rajaguguk YV, Iramahayani Y, & Iswaldi I. (2018). The Effectivity of Tannin Extraction with Heat Treatment on Alphonse
lavallee Grapes Based Red Wine. Indonesia Journal of Food Technology, 1(1), 1–6.
https://www.researchgate.net/publication/322743712_The_Effectivity_of_Tannin_Extraction_with_Heat_Treatment_on_
Alphonse_lavallee_Grapes_Based_Red_Wine/link/5a6c9900aca2722c947d5022/download
Saputra, F., Sutrisna, E., & Nurhayani, N. (2017). UJI EFEK EKSTRAK ETANOL 96% ANGGUR MERAH (Vitis vinifera) TERHADAP
PENURUNAN KADAR TRIGLISERIDA PADA TIKUS PUTIH (Rattus Novergicus) YANG DIINDUKSI TRITON X-100. Biomedika, 8(2), 31–
38. https://doi.org/10.23917/biomedika.v8i2.2914
Wilhelmy, C., Pavez, C., Bordeu, E., & Brossard, N. (2021). A Review of Tannin Determination Methods Using
Spectrophotometric Detection in Red Wines and Their Ability to Predict Astringency. South African Journal of Enology and
Viticulture, 42(1), 1–9. https://doi.org/10.21548/42-1-3852
Wulansari, E. D., Wahyuono, S., Marchaban, M., & Widyarini, S. (2018). Topical Anti-inflammatory Activity of Bangle (Zingiber
cassumunar Roxb). Ethanolic Extract in Mice Induced By Carrageenan. Majalah Obat Tradisional, 23(2), 122.
https://doi.org/10.22146/mot.34640

Anda mungkin juga menyukai