Anda di halaman 1dari 13

BIOLOGI UMUM

Dosen pengampu :
Dra.Marlinda Nilan Sari Rangkuti M.Si

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3
Tiara Rizka Febriza (4202520002)
Novia Afriyanti Br.Marbun (4201220005)
Valentina Sinaga (4203520007)
Alya Amanda (4203520003)

KELAS : PSB A 2020

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2020
Bioenergetika

1. Jelaskankan siklus energi (bioenergetika) dalam sel


2. Jelaskan esensi Termodinamika kerja ATP sebagai alat perangkat energi
3. Jelaskan siklus Adenosin Trifosfat (ATP)
4. Uraikankan proses transfer gugus fosfat (ATP) dengan perantaraan enzim
5. Uraikankan tahapan pembentukan energi dari bahan makanan

Jawaban Pertanyaan Mengenai Bioenergetika

1. Siklus energi (bioenergetika) dalam sel yaitu:


Molekul kimia organik yang kompleks, seperti glukosa, mempunyai energi potensial
yang besar karena keteraturan strukturnya. Ketidakteraturannya atau pun entropinya relatif
rendah. Bila glukosa dioksidasi oleh oksigen dihasilkan enam molekul CO 2 dan enam H2O,
serta energi yang dilepaskan dalam bentuk panas clan atom karbonnya mengalami kenaikan
ketidakteraturan. Dalam hal ini atom karbon tersebut terpisah-pisah dalam bentuk
C02 sehingga menghasilkan bertambahnya posisi yang berbeda dari molekul yang satu
terhadap yang lainnya. Hal ini menyebabkan naiknya entropi dan turunnya energi bebas.

Dalam sistem biologi, khususnya dalam sel hidup, panas yang dihasilkan oleh proses
oksidasi tersebut tidak dapat dipakai sebagai sumber energi. Proses pembakaran dalam sistem
biologi berlangsung tanpa nyala atau pada suhu yang rendah. Energi bebas yang terkandung
di dalam molekul organik diubah dan disimpan dalam bentuk energi kimia, yaitu dalam
struktur ikatan kovalen dari gugus fosfat dalam molekul adenosin trifosfat (ATP), yang
terbentuk dengan perantaraan enzim dari adenosin difosfat (ADP) dan senyawa fosfat
anorganik (Pi) (Gambar 6.1). Reaksi ini merupakan suatu reaksi perpindahan gugus fosfat
yang secara kimia dikaitkan dengan tahap reaksi oksidasi khas yang berlangsung dalam
katabolisme. ATP yang terbentuk kemudian diangkut ke setiap bagian dalam sel yang
memerlukan energi. Dalam hal ini ATP berperan sebagai alat pengangkut energi bebas.
Sebagian dari energi kimia yang terkandung dalam ATP itu dipindahkan bersama dengan
gugus fosfat ujungnya, ke molekul penerima energi lain yang khas, sehingga molekul ini
menjadi senyawa berenergi kimia dan dapat berperan sebagai sumber energi untuk proses
biokimia yang lainnya.

Proses pengangkutan energi kimia lainnya di dalam sel berlangsung dengan proses
pengangkutan elektron dengan perantaraan enzim, dari reaksi penghasil energi (katabolisme)
ke reaksi pemakai energi (anabolisme) melalui suatu senyawa koenzim pembawa elektron.
Nikotinamida adenin dinukleotida (NAD) dan nikotinamida adenin dinukleotida fosfat
(NADP) adalah dua koenzim terpenting yang berperan sebagai molekul pengangkut elektron
berenergi tinggi dari reaksi katabolisme ke reaksi anabolisme yang membutuhkan elektron.

Kedua koenzim ini berperan seperti ATP sebagai alat angkut gugus fosfat dan energi
dari reaksi katabolisme ke reaksi anabolisme. NAD dan NADP dapat mengikat dan
melepaskan hidrogen ( NAD menjadi NADH, dan NADP menjadi NADPH ) pada salah satu
gugus fungsionalnya. Oleh karena itu keduannya dapat berada pada keadaan teroksidasi dan
tereduksi. Sifat ini bermanfaat dalam melangsungkan proses oksidasi dan reduksi.

2. Esensi Termodinamika kerja ATP sebagai alat perangkat energi yaitu:


Mahluk hidup memerlukan masukan energi bebas terus menerus untuk tiga tujuan utama,
yakni kerja mekanis konstraksi otot dan gerakan sel lainnya , transfor aktif molekul dan ion-
ino serta sintesis makromolekul dan biomolekul lainnya. Donor energi bebas untuk sebagian
besar proses yang memerlukan energi adalah ATP. Peran ATP sebagai pengemban energi
terpusat pada bagian trifosfatnya. Itulah sebabnya ATP adalah molekul kaya energi karena
unit trifosfatnya mengandung dua ikatan fosfoanhidrida.
Jumlah energi yang dilepaskan oleh reaksi penguraian ATP menjadi ADP dan fosfat (Pi)
di dalam sel hidup belum dapat diketahui dengan pasti. Penentuan jumlah energi ini
dilakukan dengan mengukur perubahan energi bebasnya (DG), yaitu perbedaan antara jumlah
energi bebas senyawa hasil reaksi dan jumlah energi bebas senyawa pereaksi.
Menentukan DG dapat dilakukan dengan menghitung DG° (perubahan energi bebas baku)
dari persamaan reaksi hidrolisis ATP menjadi ADP (adenosin difosfat) dan ortofosfat (Pi)
atau ketika ATP dihidrolisis menjadi AMP (adenosin monofosfat) dan pirofosfat (PPi).

TP + H2O ======= ADP + Pi + H+ DG° = -7.3 kkal/mol


ATP + H2O ======= AMP + PPi + H+ DG° = -7.3 kkal/mol

DG° = (GoADP + G0Pi) - (G°ATP + Go H2O), dimana G° adalah harga tetap energi bebas
baku untuk komponen reaksi tersebut. Hubungan antara DG° dan DG pada suhu dan tekanan
yang tetap ditunjukkan dengan persamaan

[ADP] [Pi]

DG = DG° + RT 1n ---------------------

[ATP] [HOH]

Pada keadaan keseimbangan reaksi hidrolisis ATP, DG = 0, sehingga persamaan menjadi :

[ADP] [Pi] [ADP] [Pi]

0 =AGO + RT1n -----------------, atau AGO =RT1n -----------------

[A[ATP] [H2O] [ATP] [H2O]

Di dalam percobaan yang sebenarnya, penentuan harga termodinamika tersebut merupakan


penentuan menurut pengamatan atau penglihatan, yang koreksinya diperhitungkan terhadap
penyimpangan dari keadaan ideal yang disebabkan oleh berbagai faktor, seperti konsentrasi
dan kekuatan ion dalam larutan. Dengan demikian bentuk persamaannya menjadi

AGO' - RT ln [ADP] [PlJ atau DG°'= - RT ln K'eq [ATP]

[HOH]

atau DG°' = - 2 303 RT log K'eq, dimana K'eq adalah tetapan keseimbangan reaksi hidrolisis
ATP tersebut menurut pengamatan, R = tetapan gas = 1,987 kalori per grammolekul per
derajat Kelvin (R = 1,987 kal mol-' K-1), dan T = temperatur dalam derajat Kelvin.

Dalam praktek, penentuan K'eq secara langsung sukar dilakukan karena reaksi
keseimbangan hidrolisis ATP berlangsung jauh ke kanan sehingga sukar untuk mengetahui
titik yang tepat untuk terjadinya keseimbangan dan harga yang pasti dari konsentrasi
komponen pereaksi dari hasil reaksinya (ATP, ADP, dan Pi). Oleh karena itu untuk
memudahkan penentuan perubahan energi tersebut dipakai suatu cara dengan melibatkan
komponen keseimbangan reaksi dalam dua reaksi yang berurutan yang mempunyai
perubahan energi bebas baku lebih kecil, yaitu

heksokinase

ATP + glukosa ==== ADP + glukosa 6-fosfat

K'eq = 661, DG°' = - 4,0 kkal mol-1

Glukosa 6-fosfatase

Glukosa 6-fosfat + H2O ====== Glukosa + Fosfat

K'eq = 171, DG2°' = -3,3 kkal mol-1

Jumlah kedua persamaan reaksi ini adalah

ATP + H2O ==== ADP + Pi

dan perubahan energi bebas baku hidrolisis ATP,

DG°'ATP = DG1°' + DG2°' = - 4,0 + (- 3,3) = - 7,3 kkal mol-i

Cara lain untuk menentukan DG°'ATP adalah dengan menggunakan persamaan reaksi
yang berikut.

ATP + glutamat + NH3 ===== ADP + Pi + glutamin

DG°' dalam reaksi keseimbangan yang dikatalisis oleh glutamin sintetase ini dapat
ditentukan karena tetapan keseimbangannya mudah diukur (konsentrasi dari tiap komponen
reaksi keseimbangan, ATP, glutamat, NH 3, ADP, Pi, dan glutamin, mudah diukur). DG°'
untuk reaksi ini adalah - 3,9 kkal mol -1 , Reaksi ini dapat dianggap terdiri dari dua persamaan
reaksi, Yang pertama adalah reaksi eksergonik hidrolisis ATP, dan yang kedua adalah reaksi
endergonik pembentukan glutamin dari glutamat.

ATP + H20 ==== ADP + Pi DG°'ATP

glutamat + NH3 ==== Glutamin + H2O DG°' = + 3,4 kkal mol-'

Jumlah kedua reaksi di atas adalah

ATP + glutamat + NH3 ==== ADP + Pi + Glutamin


DG°' = - 3,9 kkal mol -1

Maka -3,9 kkal mol-1 = DG°'ATP + (+3,4 kkal mol-1)

DG°' ATP = - 7,3 kkal mol-1

Dengan cara pengukuran dan perhitungan yang sama diketahui pula perubahan energi bebas
baku dari hidrolisis ADP dan AMP, yaitu

ADP + H2O ==== AMP + Pi DG°' = -7.3 kkal mol -1

AMP + H2O ==== Adenosin + Pi DG°' = - 3,4 kkal mol -1

Perlu diketahui bahwa ikatan antara kedua gugus fosfat yang berdekatan pada molekul
ATP dan ADP adalah ikatan anhidrid, sedang ikatan antara gugus fosfat dengan ribosa pada
AMP adalah ikatan ester. Pada umumnya hidrolisis ikatan anhidrid mempunyai energi bebas
baku negatif yang lebih besar daripada ikatan ester.

Ternyata berbagai pengukuran dalam percobaan di laboratorium yang berbeda


menghasilkan DG°' ATP yang berbeda pula, yaitu, harga antara -7 dan -8 kkal mol -1. Hal ini
disebabkan karena adanya perbedaan faktor yang mempengaruhi pengukuran tersebut, seperti
cara analisis, suhu, pH, dan konsentrasi Mg2+ . Namun hal ini tidak merupakan masalah yang
berarti dalam peranan ATP sebagai alat angkut energi, karena yang penting bukannya harga
mutlak DG°' ATP melainkan harga relatif DG°'dalam hidrolisis senyawa donor gugus fosfat
ke ADP dan harga DG°' senyawa penerima fosfat yang terbentuk dari pemindahan gugus
fosfat ATP ke berbagai senyawa penerima tersebut (Tabel 6.1).

Tabel 6.1 Energi bekas baku (AGO) hidrolisis berbagai senyawa fosfat berenergi tinggi

Senyawa kimia A G°'(kkal/mol)

Fosfoenolpiruvat -14,80
3-Fosfogliseroil fosfat -11,80
Fosfokreatin -10,30
Asetil fosfat -10,10
Fosfoarginin -7,70
ATP -7,30 ;
Glukosa-1-fosfat -5,00
Fruktosa-1-fosfat -3,80
Glukosa-6-fosfat -3,30
Gliserol-1-fosfat -2,20

Berbagai senyawa lain pada sistem biologi mempunyai potensi fosforil yang
tinggi. Beberapa diantaranya seperti fosfoenolpiruvat, asetil fosfat dan kreatin fosfat
mempunyai potensial pemindahan fosfat yang lebih tinggi dari pada ATP. Ini berarti bahwa
fosfoenolpiruvat dapat memindahkan gugus fosforilnya ke ADP untuk membentuk ATP. Hal
ini adalah salah satu cara pembentukan ATP pada pemecahan gula. Sangat berarti bahwa
ATP mempunyai potensial transfer fosforil yang berada ditengah diantara molekul
terfosforilasi lainya.

Dasar struktur kimia dalam hidrolisis senyawa berenergi tinggi.Berbagai faktor struktur
kimia menunjang besarnya perubahan energi bebas hidrolisis senyawa (fosfat) berenergi
tinggi: (1) Jumlah bentuk resonansi struktur hasil reaksi hidrolisis lebih banyak daripada
jumlah bentuk resonansi struktur pereaksi. Dalam hal ini proses hidrolisis mengakibatkan
naiknya energi resonansi dan menurunnya energi bebas dari reaksi karena struktur hasil
reaksi mempunyai energi bebas yang lebih kecil (lebih mantap) daripada struktur pereaksi.
Sebagai contoh, gugus karboksil asetat dan struktur fosfat anorganik (Pi) mempunyai jumlah
bentuk resonansi yang lebih besar daripada struktur asetilfosfat, 2) proses hidrolisis
mengakibatkan turunnya tolakan elektrostatik yang terjadi dalam struktur molekul. 3)
Terjadinya mekanisme tautomerisasi keto-enol pada struktur hasil reaksi, tetapi tidak pada
struktur pereaksi, yang merupakan faktor penting yang menunjang besarnya perubahan energi
bebas dari hidrolisis suatu senyawa berenergi tinggi seperti fosfoenolpiruvat. 4) Hidrolisis
menghasilkan senyawa hasil reaksi dengan tanda muatan yang sama seperti pada hidrolisis
ATP pada pH 7,0 menghasilkan ADP dan Pi. 5) Faktor lainnya yang berhubungan dengan
perbedaan konfigurasi elektron antara struktur hasil reaksi dan struktur pereaksi adalah
adanya sifat hidratasi yang lebih besar pada hasil reaksi dibandingkan dengan pereaksi.
Misalnya pada hidrolisis ATP, ADP dan Pi mempunyai sifat berhidratasi lebih besar dari
pada ATP sehingga reaksi berlangsung lebih besar lagi ke kanan.

3. Siklus Adenosin Trifosfat (ATP) yaitu:

Peranan ATP sebagai sumber energi untuk metabolisme di dalam sel berlangsung dengan
suatu mekanisme mendaur. ATP berperan sebagai alat angkut energi kimia dalam reaksi
katabolisme ke berbagai proses reaksi dalam sel yang membutuhkan energi (Gambar 2)
seperti proses biosintesis, proses pengangkutan, proses kontraksi otot, proses pengaliran
listrik dalam sistem syaraf, dan proses pemancaran sinar (bioluminesensi) yang terjadi pada
organisme tertentu, seperti kunang kunang.

ATP terbentuk dari ADP dan Pi dengan suatu reaksi fosforilasi yang dirangkaikan
dengan proses oksidasi molekul penghasil energi, Selanjutnya ATP yang terbentuk ini
dialirkan ke proses reaksi yang membutuhkan energi dan dihidrolisis menjadi ADP dan fosfat
anorganik (Pi). Demikian seterusnya sehingga terjadilah suatu mekanisme daur ATP-ADP
secara kontinu dan berkeseimbangan. Dalam hal ini gugus fosfat ujung pada molekul ATP
secara kontinu dipindahkan ke molekul penerima gugus fosfat dan secara kontinu pula diganti
oleh gugus fosfat lainnya selama katabolisme.

4. Proses transfer gugus fosfat (ATP) dengan perantaraan enzim yaitu:


Pada umumnya, senyawa fosfat di dalam sel dapat dibagi menjadi dua golongan senyawa
berenergi, senyawa fosfat berenergi tinggi dan senyawa fosfat berenergi rendah. Hal ini
tergantung dari besarnya harga negatif DG°' nya yang dibandingkan dengan DG°'ATP.
Senyawa fosfat berenergi tinggi seperti gliseroil fosfat dan fosfoenolpiruvat (senyawa antara
dari glikolisis) mempunyai DG°' hidrolisis lebih negatif daripada DG°' ATP (Tabel 1).
Sedangkan senyawa fosfat berenergi rendah seperti glukosa 1-fosfat dan fruktosa 1-fosfat,
mempunyai DG°' hidrolisis kurang negatif daripada DG°' ATP.
Di samping itu ada satu golongan lainnya yang termasuk senyawa berenergi tinggi dan
berperan sebagai cadangan energi kimia dalam sel otot, yaitu fosfokreatin dan
fosfoarginin. Kedua senyawa fosfat berenergi tinggi ini terbentuk langsung dengan
perantaraan enzim dari ATP bila konsentrasi ATP di dalam sel cukup besar (berlebih). Dalam
hal ini meskipun DG°' hidrolisis fosfokreatin dan fosfoarginin lebih negatif daripada DG°'
ATP reaksi berlangsung ke kanan karena terdapatnya konsentrasi ATP yang berlebih di
dalam sel. Reaksi akan berlangsung ke kiri bila proses metabolisme dalam sel memerlukan
ATP.

Di dalam metabolisme energi, gugus fosfat dipindahkan dari senyawa fosfat berenergi
tinggi ke ADP, membentuk ATP. Selanjutnya ATP memindahkan gugus fosfatnya ke
senyawa penerima fosfat, membentuk ADP dan senyawa fosfat berenergi rendah. Dalam hal
ini sistem ADP-ATP berperan sebagai penghubung utama antara senyawa fosfat berenergi
tinggi dan senyawa fosfat berenergi rendah. Pemindahan gugus fosfat dari 3-fosfogliseroil
fosfat ke ADP dikatalisis oleh enzim 3-fosfogliserat kinase. Perubahan energi bebas baku
(DG°' ) untuk reaksi ini adalah - 4,5 kkal mol -' . Dalam proses ini terjadi pemindahan energi
kimia dari 3-fosfogliseroil fosfat ke ADP, yang disimpan dalam bentuk ATP. Karena DG°'
hidrolisis 3-fosfogliseroil fosfat adalah -11,8 kkal mol -1 , maka jumlah energi bebas yang
dipakai untuk memindahkan gugus fosfat ke ADP adalah ( -4,5 - 11,8 ) x 100% = 38%.
Sedangkan sisanya, 100 – 38 = 62%, disimpan dalam bentuk ATP.

Hal yang sama terjadi pada pemindahan gugus fosfat dari fosfoenolpiruvat ke ADP yang
dikatalisis piruvat kinase. Reaksi yang terdiri dua tahap ini mempunyai DG°' = - 7,5
kkal/mol. Dengan cara perhitungan diatas jumlah energi bebas baku yang disimpan dalam
bentuk ATP dan yang dipakai untuk proses pemindahan dapat diketahui.
Piruvat kinase

Fosfoenolpiruvat + ADP ====== Piruvat + ATP

Dalam peranannya sebagai pembawa enegi, ATP dapat memindahkan gugus fosfat
ujungnya dengan perantaraan enzim keberbagai molekul penerima fosfat seperti glukosa
(dikatalisis oleh glukokinase) dan gliserol (dikatalisis oleh gliserol kinase).

ATP + D-glukosa ===== ADP + D-glukosa 6-fosfat

ATP + gliserol ===== ADP + gliserol 3-fosfat

Kedua reaksi ini mempunyai harga DG°' negatif sehingga reaksi berlangsung ke kanan.

Keadaan sebenarnya yang terjadi di dalam sel adalah bahwa konsentrasi senyawa
pereaksi dan hasil reaksi seringkali tidak sama dengan 1 M. Jadi perubahan energi bebasnya
tidak menunjukkan harga baku. Dalam hal ini berlangsungnya suatu reaksi keseimbangan ke
kiri atau ke kanan tidak ditentukan oleh harga negatif DG°', tetapi tergantung dari besarnya
konsentrasi senyawa tersebut. Sebagai contoh, suatu reaksi keseimbangan

A === B DG°' = - 4 kkal mol-'

dapat berlangsung ke kiri bila konsentrasi B berlebih (besar), atau bila A secara sinambung
dikeluarkan dari sistem dengan cara mereaksikannya dengan senyawa dari sistem reaksi lain.

Sistem ATP-ADP-AMP disebut pula sistem adenilat. Penguraian ATP menjadi ADP dan
Pi berlangsung pada reaksi yang memerlukan energi. Beberapa reaksi lainnya memakai
energi dari penguraian ATP menjadi AMP dan PPi (pirofosfat), seperti pada tahap reaksi
penggiatan asam lemak menjadi ester koenzim-A asam lemak. Penguraian PPi menjadi 2 Pi
dikatalisis oleh pirofosfatase, mendorong reaksi berlangsung ke kanan. Selanjutnya Pi dapat
dipakai untuk regenerasi ATP dari ADP. Sedangkan AMP dapat diubah menjadi ADP dengan
enzim adenilat kinase dan ATP.

ATP + AMP ===== ADP + ADP

ATP, ADP, dan AMP di dalam sel bersama-sama membentuk suatu persediaan energi,
disebut persediaan adenilat atau sistem adenilat. Bila semua adenin nukleotida berada dalam
bentuk ATP, sistem adenilat dikatakan penuh dengan gugus fosfat sedangkan bila semua
adenin nukleotida berada dalam bentuk AMP, sistem adenilat disebut kosong dengan gugus
fosfat. Keadaan persediaan energi ini disebut muatan energi dimana:

[ADP] + [ATP]

Muatan Energi = ½ ---------------------------

[AMP] + [ADP] + [ATP]

Jadi dalam keadaan penuh (tak ada AMP dan ADP), muatan energi = 1, sedangkan dalam
keadaan kosong (tak ada ADP dan ATP), muatan energi = 0. Pada keadaan setengah penuh,
semua berada dalam bentuk ADP (tak ada AMP dan ATP), muatan energi = ½ .

Muatan energi merupakan faktor utama dalam pengaturan metabolisme di dalam sel,
khususnya dalam mengatur katabolisme (reaksi penghasil ATP) dan anabolisme (reaksi
pemakai ATP). Seperti terlihat pada Gambar 5 makin besar muatan energi di dalam sel,
makin berkurang laju katabolisme dan makin bertambah besar laju anabolisme.

Muatan energi merupakan faktor utama dalam pengaturan metabolisme di dalam sel,
khususnya dalam mengatur katabolisme (reaksi penghasil ATP) dan anabolisme (reaksi
pemakai ATP).Makin besar muatan energi di dalam sel,makin berkurang laju katabolisme
dan makin bertambah besar laju anabolisme.

Sebaliknya bila sel dalam keadaan muatan energi normal, harus melakukan kerja , maka
ATP akan dihidrolisis sehingga konsentrasi ATP mula mula menurun dan ADP naik.
Perubahan ini merupakan isyarat yang merangsang laju reaksi katabolisme
seperti glikolisis dan pernafasan. Bila kerja ditiadakan dari sistem, konsentrasi ATP naik dan
ADP menurun, laju reaksi katabolisme akan dihambat. Dengan demikian pengaturan sintesis
ATP di dalam sel berlangsung dengan adanya pengaruh ATP, ADP dan AMP sebagai
pengatur enzim alosterik yang berperan dalam proses anabolisme dan katabolisme.

Muatan energi sebagian besar sel berada dalam rentangan 0.80 sampai 0.95. Indeks
alternatif untuk status energi adalah potensi fosforilasi yang didefinisikan sebagai :
[ATP]

Potensi fosforilasi = ---------------

[ADP] [Pi]

Potensi fosforilasi berbeda dengan muatan energi, tergantung pada konsentrasi Pi dan
berhubungan langsung dengan energi bebas yang didapatkan dari ATP.

5. Tahapan pembentukan energi dari bahan makanan


Metabolisme energi diartikan sebagai metabolisme total yang ditunjukkan oleh energi
dalam bentuk panas dan kerja yang dikeluarkan dari keseluruhan proses kimia yang terjadi di
dalam tubuh organisme tingkat tinggi (manusia dan hewan) yang berasal dari oksidasi zat
makanan.
Hans Krebs menggambarkan tiga tahapan pembentukan energi dari oksidasi bahan
makanan yaitu:

Tahap pertama : Molekul-molekul makanan yang besar dipecah menjadi unit-unit lebih
kecil. Protein dihidrolisis menjadi 20 macam asam amino, polisakarida
dihidrolisis menjadi gula sederhana seperti glukosa, dan lemak dihidrolisis
menjadi gliserol dan asam lemak. Tidak ada energi yang berguna dibentuk
dari tahap ini.

Tahap Kedua : Molekul-molekul kecil hasil hidrolisis ini dipecah menjadi beberapa unit
sederhana yang memainkan peran utama pada metabolisme. Sebagian
besar diantaranya ( gula, asm lemak, gliserol dan asam amino) dikonversi
menjadi unit asetil KoA. Sejumlah ATP dihasilkan pada tahap ini, tetapi
jumlahnya kecil dibandingkan dengan yang diperoleh dari oksidasi
lengkap unit asetil dari Asetil KoA.

Tahap ketiga : Terdiri dari daur asam sitrat dan fosforilasi oksidatif, yang merupakan jalur
akhir bersama oksidasi molekul bahan bakar. Asetil KoA membawa unit-
unit asetil kedalam daur ini, tempat unit-unit ini dioksidasi lengkap
menjadi CO2. Empat pasang elektron dipindahkan (tiga ke NAD+ dan satu
ke FAD) untuk setiap gugus asetil yang dioksidasi. Kemudian ATP
dihasilkan selama elektron mengalir dari bentuk-bentuk tereduksi, NAD+
dan FAD ke O2 pada proses yang disebut fosforilasi oksidatif. Lebih dari
90% ATP dihasilkan pada pemecahan bahan makanan terbentuk pada
tahap ketiga ini.

Anda mungkin juga menyukai