Dosen pengampu :
Dra.Marlinda Nilan Sari Rangkuti M.Si
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3
Tiara Rizka Febriza (4202520002)
Novia Afriyanti Br.Marbun (4201220005)
Valentina Sinaga (4203520007)
Alya Amanda (4203520003)
Dalam sistem biologi, khususnya dalam sel hidup, panas yang dihasilkan oleh proses
oksidasi tersebut tidak dapat dipakai sebagai sumber energi. Proses pembakaran dalam sistem
biologi berlangsung tanpa nyala atau pada suhu yang rendah. Energi bebas yang terkandung
di dalam molekul organik diubah dan disimpan dalam bentuk energi kimia, yaitu dalam
struktur ikatan kovalen dari gugus fosfat dalam molekul adenosin trifosfat (ATP), yang
terbentuk dengan perantaraan enzim dari adenosin difosfat (ADP) dan senyawa fosfat
anorganik (Pi) (Gambar 6.1). Reaksi ini merupakan suatu reaksi perpindahan gugus fosfat
yang secara kimia dikaitkan dengan tahap reaksi oksidasi khas yang berlangsung dalam
katabolisme. ATP yang terbentuk kemudian diangkut ke setiap bagian dalam sel yang
memerlukan energi. Dalam hal ini ATP berperan sebagai alat pengangkut energi bebas.
Sebagian dari energi kimia yang terkandung dalam ATP itu dipindahkan bersama dengan
gugus fosfat ujungnya, ke molekul penerima energi lain yang khas, sehingga molekul ini
menjadi senyawa berenergi kimia dan dapat berperan sebagai sumber energi untuk proses
biokimia yang lainnya.
Proses pengangkutan energi kimia lainnya di dalam sel berlangsung dengan proses
pengangkutan elektron dengan perantaraan enzim, dari reaksi penghasil energi (katabolisme)
ke reaksi pemakai energi (anabolisme) melalui suatu senyawa koenzim pembawa elektron.
Nikotinamida adenin dinukleotida (NAD) dan nikotinamida adenin dinukleotida fosfat
(NADP) adalah dua koenzim terpenting yang berperan sebagai molekul pengangkut elektron
berenergi tinggi dari reaksi katabolisme ke reaksi anabolisme yang membutuhkan elektron.
Kedua koenzim ini berperan seperti ATP sebagai alat angkut gugus fosfat dan energi
dari reaksi katabolisme ke reaksi anabolisme. NAD dan NADP dapat mengikat dan
melepaskan hidrogen ( NAD menjadi NADH, dan NADP menjadi NADPH ) pada salah satu
gugus fungsionalnya. Oleh karena itu keduannya dapat berada pada keadaan teroksidasi dan
tereduksi. Sifat ini bermanfaat dalam melangsungkan proses oksidasi dan reduksi.
DG° = (GoADP + G0Pi) - (G°ATP + Go H2O), dimana G° adalah harga tetap energi bebas
baku untuk komponen reaksi tersebut. Hubungan antara DG° dan DG pada suhu dan tekanan
yang tetap ditunjukkan dengan persamaan
[ADP] [Pi]
DG = DG° + RT 1n ---------------------
[ATP] [HOH]
[HOH]
atau DG°' = - 2 303 RT log K'eq, dimana K'eq adalah tetapan keseimbangan reaksi hidrolisis
ATP tersebut menurut pengamatan, R = tetapan gas = 1,987 kalori per grammolekul per
derajat Kelvin (R = 1,987 kal mol-' K-1), dan T = temperatur dalam derajat Kelvin.
Dalam praktek, penentuan K'eq secara langsung sukar dilakukan karena reaksi
keseimbangan hidrolisis ATP berlangsung jauh ke kanan sehingga sukar untuk mengetahui
titik yang tepat untuk terjadinya keseimbangan dan harga yang pasti dari konsentrasi
komponen pereaksi dari hasil reaksinya (ATP, ADP, dan Pi). Oleh karena itu untuk
memudahkan penentuan perubahan energi tersebut dipakai suatu cara dengan melibatkan
komponen keseimbangan reaksi dalam dua reaksi yang berurutan yang mempunyai
perubahan energi bebas baku lebih kecil, yaitu
heksokinase
Glukosa 6-fosfatase
Cara lain untuk menentukan DG°'ATP adalah dengan menggunakan persamaan reaksi
yang berikut.
DG°' dalam reaksi keseimbangan yang dikatalisis oleh glutamin sintetase ini dapat
ditentukan karena tetapan keseimbangannya mudah diukur (konsentrasi dari tiap komponen
reaksi keseimbangan, ATP, glutamat, NH 3, ADP, Pi, dan glutamin, mudah diukur). DG°'
untuk reaksi ini adalah - 3,9 kkal mol -1 , Reaksi ini dapat dianggap terdiri dari dua persamaan
reaksi, Yang pertama adalah reaksi eksergonik hidrolisis ATP, dan yang kedua adalah reaksi
endergonik pembentukan glutamin dari glutamat.
Dengan cara pengukuran dan perhitungan yang sama diketahui pula perubahan energi bebas
baku dari hidrolisis ADP dan AMP, yaitu
Perlu diketahui bahwa ikatan antara kedua gugus fosfat yang berdekatan pada molekul
ATP dan ADP adalah ikatan anhidrid, sedang ikatan antara gugus fosfat dengan ribosa pada
AMP adalah ikatan ester. Pada umumnya hidrolisis ikatan anhidrid mempunyai energi bebas
baku negatif yang lebih besar daripada ikatan ester.
Tabel 6.1 Energi bekas baku (AGO) hidrolisis berbagai senyawa fosfat berenergi tinggi
Fosfoenolpiruvat -14,80
3-Fosfogliseroil fosfat -11,80
Fosfokreatin -10,30
Asetil fosfat -10,10
Fosfoarginin -7,70
ATP -7,30 ;
Glukosa-1-fosfat -5,00
Fruktosa-1-fosfat -3,80
Glukosa-6-fosfat -3,30
Gliserol-1-fosfat -2,20
Berbagai senyawa lain pada sistem biologi mempunyai potensi fosforil yang
tinggi. Beberapa diantaranya seperti fosfoenolpiruvat, asetil fosfat dan kreatin fosfat
mempunyai potensial pemindahan fosfat yang lebih tinggi dari pada ATP. Ini berarti bahwa
fosfoenolpiruvat dapat memindahkan gugus fosforilnya ke ADP untuk membentuk ATP. Hal
ini adalah salah satu cara pembentukan ATP pada pemecahan gula. Sangat berarti bahwa
ATP mempunyai potensial transfer fosforil yang berada ditengah diantara molekul
terfosforilasi lainya.
Dasar struktur kimia dalam hidrolisis senyawa berenergi tinggi.Berbagai faktor struktur
kimia menunjang besarnya perubahan energi bebas hidrolisis senyawa (fosfat) berenergi
tinggi: (1) Jumlah bentuk resonansi struktur hasil reaksi hidrolisis lebih banyak daripada
jumlah bentuk resonansi struktur pereaksi. Dalam hal ini proses hidrolisis mengakibatkan
naiknya energi resonansi dan menurunnya energi bebas dari reaksi karena struktur hasil
reaksi mempunyai energi bebas yang lebih kecil (lebih mantap) daripada struktur pereaksi.
Sebagai contoh, gugus karboksil asetat dan struktur fosfat anorganik (Pi) mempunyai jumlah
bentuk resonansi yang lebih besar daripada struktur asetilfosfat, 2) proses hidrolisis
mengakibatkan turunnya tolakan elektrostatik yang terjadi dalam struktur molekul. 3)
Terjadinya mekanisme tautomerisasi keto-enol pada struktur hasil reaksi, tetapi tidak pada
struktur pereaksi, yang merupakan faktor penting yang menunjang besarnya perubahan energi
bebas dari hidrolisis suatu senyawa berenergi tinggi seperti fosfoenolpiruvat. 4) Hidrolisis
menghasilkan senyawa hasil reaksi dengan tanda muatan yang sama seperti pada hidrolisis
ATP pada pH 7,0 menghasilkan ADP dan Pi. 5) Faktor lainnya yang berhubungan dengan
perbedaan konfigurasi elektron antara struktur hasil reaksi dan struktur pereaksi adalah
adanya sifat hidratasi yang lebih besar pada hasil reaksi dibandingkan dengan pereaksi.
Misalnya pada hidrolisis ATP, ADP dan Pi mempunyai sifat berhidratasi lebih besar dari
pada ATP sehingga reaksi berlangsung lebih besar lagi ke kanan.
Peranan ATP sebagai sumber energi untuk metabolisme di dalam sel berlangsung dengan
suatu mekanisme mendaur. ATP berperan sebagai alat angkut energi kimia dalam reaksi
katabolisme ke berbagai proses reaksi dalam sel yang membutuhkan energi (Gambar 2)
seperti proses biosintesis, proses pengangkutan, proses kontraksi otot, proses pengaliran
listrik dalam sistem syaraf, dan proses pemancaran sinar (bioluminesensi) yang terjadi pada
organisme tertentu, seperti kunang kunang.
ATP terbentuk dari ADP dan Pi dengan suatu reaksi fosforilasi yang dirangkaikan
dengan proses oksidasi molekul penghasil energi, Selanjutnya ATP yang terbentuk ini
dialirkan ke proses reaksi yang membutuhkan energi dan dihidrolisis menjadi ADP dan fosfat
anorganik (Pi). Demikian seterusnya sehingga terjadilah suatu mekanisme daur ATP-ADP
secara kontinu dan berkeseimbangan. Dalam hal ini gugus fosfat ujung pada molekul ATP
secara kontinu dipindahkan ke molekul penerima gugus fosfat dan secara kontinu pula diganti
oleh gugus fosfat lainnya selama katabolisme.
Di dalam metabolisme energi, gugus fosfat dipindahkan dari senyawa fosfat berenergi
tinggi ke ADP, membentuk ATP. Selanjutnya ATP memindahkan gugus fosfatnya ke
senyawa penerima fosfat, membentuk ADP dan senyawa fosfat berenergi rendah. Dalam hal
ini sistem ADP-ATP berperan sebagai penghubung utama antara senyawa fosfat berenergi
tinggi dan senyawa fosfat berenergi rendah. Pemindahan gugus fosfat dari 3-fosfogliseroil
fosfat ke ADP dikatalisis oleh enzim 3-fosfogliserat kinase. Perubahan energi bebas baku
(DG°' ) untuk reaksi ini adalah - 4,5 kkal mol -' . Dalam proses ini terjadi pemindahan energi
kimia dari 3-fosfogliseroil fosfat ke ADP, yang disimpan dalam bentuk ATP. Karena DG°'
hidrolisis 3-fosfogliseroil fosfat adalah -11,8 kkal mol -1 , maka jumlah energi bebas yang
dipakai untuk memindahkan gugus fosfat ke ADP adalah ( -4,5 - 11,8 ) x 100% = 38%.
Sedangkan sisanya, 100 – 38 = 62%, disimpan dalam bentuk ATP.
Hal yang sama terjadi pada pemindahan gugus fosfat dari fosfoenolpiruvat ke ADP yang
dikatalisis piruvat kinase. Reaksi yang terdiri dua tahap ini mempunyai DG°' = - 7,5
kkal/mol. Dengan cara perhitungan diatas jumlah energi bebas baku yang disimpan dalam
bentuk ATP dan yang dipakai untuk proses pemindahan dapat diketahui.
Piruvat kinase
Dalam peranannya sebagai pembawa enegi, ATP dapat memindahkan gugus fosfat
ujungnya dengan perantaraan enzim keberbagai molekul penerima fosfat seperti glukosa
(dikatalisis oleh glukokinase) dan gliserol (dikatalisis oleh gliserol kinase).
Kedua reaksi ini mempunyai harga DG°' negatif sehingga reaksi berlangsung ke kanan.
Keadaan sebenarnya yang terjadi di dalam sel adalah bahwa konsentrasi senyawa
pereaksi dan hasil reaksi seringkali tidak sama dengan 1 M. Jadi perubahan energi bebasnya
tidak menunjukkan harga baku. Dalam hal ini berlangsungnya suatu reaksi keseimbangan ke
kiri atau ke kanan tidak ditentukan oleh harga negatif DG°', tetapi tergantung dari besarnya
konsentrasi senyawa tersebut. Sebagai contoh, suatu reaksi keseimbangan
dapat berlangsung ke kiri bila konsentrasi B berlebih (besar), atau bila A secara sinambung
dikeluarkan dari sistem dengan cara mereaksikannya dengan senyawa dari sistem reaksi lain.
Sistem ATP-ADP-AMP disebut pula sistem adenilat. Penguraian ATP menjadi ADP dan
Pi berlangsung pada reaksi yang memerlukan energi. Beberapa reaksi lainnya memakai
energi dari penguraian ATP menjadi AMP dan PPi (pirofosfat), seperti pada tahap reaksi
penggiatan asam lemak menjadi ester koenzim-A asam lemak. Penguraian PPi menjadi 2 Pi
dikatalisis oleh pirofosfatase, mendorong reaksi berlangsung ke kanan. Selanjutnya Pi dapat
dipakai untuk regenerasi ATP dari ADP. Sedangkan AMP dapat diubah menjadi ADP dengan
enzim adenilat kinase dan ATP.
ATP, ADP, dan AMP di dalam sel bersama-sama membentuk suatu persediaan energi,
disebut persediaan adenilat atau sistem adenilat. Bila semua adenin nukleotida berada dalam
bentuk ATP, sistem adenilat dikatakan penuh dengan gugus fosfat sedangkan bila semua
adenin nukleotida berada dalam bentuk AMP, sistem adenilat disebut kosong dengan gugus
fosfat. Keadaan persediaan energi ini disebut muatan energi dimana:
[ADP] + [ATP]
Jadi dalam keadaan penuh (tak ada AMP dan ADP), muatan energi = 1, sedangkan dalam
keadaan kosong (tak ada ADP dan ATP), muatan energi = 0. Pada keadaan setengah penuh,
semua berada dalam bentuk ADP (tak ada AMP dan ATP), muatan energi = ½ .
Muatan energi merupakan faktor utama dalam pengaturan metabolisme di dalam sel,
khususnya dalam mengatur katabolisme (reaksi penghasil ATP) dan anabolisme (reaksi
pemakai ATP). Seperti terlihat pada Gambar 5 makin besar muatan energi di dalam sel,
makin berkurang laju katabolisme dan makin bertambah besar laju anabolisme.
Muatan energi merupakan faktor utama dalam pengaturan metabolisme di dalam sel,
khususnya dalam mengatur katabolisme (reaksi penghasil ATP) dan anabolisme (reaksi
pemakai ATP).Makin besar muatan energi di dalam sel,makin berkurang laju katabolisme
dan makin bertambah besar laju anabolisme.
Sebaliknya bila sel dalam keadaan muatan energi normal, harus melakukan kerja , maka
ATP akan dihidrolisis sehingga konsentrasi ATP mula mula menurun dan ADP naik.
Perubahan ini merupakan isyarat yang merangsang laju reaksi katabolisme
seperti glikolisis dan pernafasan. Bila kerja ditiadakan dari sistem, konsentrasi ATP naik dan
ADP menurun, laju reaksi katabolisme akan dihambat. Dengan demikian pengaturan sintesis
ATP di dalam sel berlangsung dengan adanya pengaruh ATP, ADP dan AMP sebagai
pengatur enzim alosterik yang berperan dalam proses anabolisme dan katabolisme.
Muatan energi sebagian besar sel berada dalam rentangan 0.80 sampai 0.95. Indeks
alternatif untuk status energi adalah potensi fosforilasi yang didefinisikan sebagai :
[ATP]
[ADP] [Pi]
Potensi fosforilasi berbeda dengan muatan energi, tergantung pada konsentrasi Pi dan
berhubungan langsung dengan energi bebas yang didapatkan dari ATP.
Tahap pertama : Molekul-molekul makanan yang besar dipecah menjadi unit-unit lebih
kecil. Protein dihidrolisis menjadi 20 macam asam amino, polisakarida
dihidrolisis menjadi gula sederhana seperti glukosa, dan lemak dihidrolisis
menjadi gliserol dan asam lemak. Tidak ada energi yang berguna dibentuk
dari tahap ini.
Tahap Kedua : Molekul-molekul kecil hasil hidrolisis ini dipecah menjadi beberapa unit
sederhana yang memainkan peran utama pada metabolisme. Sebagian
besar diantaranya ( gula, asm lemak, gliserol dan asam amino) dikonversi
menjadi unit asetil KoA. Sejumlah ATP dihasilkan pada tahap ini, tetapi
jumlahnya kecil dibandingkan dengan yang diperoleh dari oksidasi
lengkap unit asetil dari Asetil KoA.
Tahap ketiga : Terdiri dari daur asam sitrat dan fosforilasi oksidatif, yang merupakan jalur
akhir bersama oksidasi molekul bahan bakar. Asetil KoA membawa unit-
unit asetil kedalam daur ini, tempat unit-unit ini dioksidasi lengkap
menjadi CO2. Empat pasang elektron dipindahkan (tiga ke NAD+ dan satu
ke FAD) untuk setiap gugus asetil yang dioksidasi. Kemudian ATP
dihasilkan selama elektron mengalir dari bentuk-bentuk tereduksi, NAD+
dan FAD ke O2 pada proses yang disebut fosforilasi oksidatif. Lebih dari
90% ATP dihasilkan pada pemecahan bahan makanan terbentuk pada
tahap ketiga ini.