Anda di halaman 1dari 3

Menggapai mimpi: pahlawan demokrasi.

Oleh Happy Lengkong

Pemilihan Umum 2024 tinggal menghitung hari. Hari besar dalam demokrasi di Republik Indonesia yang
jatuh bertepatan dengan hari Valentine, menjadi sebuah hari yang sangat dinanti oleh seluruh rakyat di
bumi pertiwi ini. Bukan hanya para sejoli yang sedang jatuh cinta, namun bagi para politisi, praktisi,
simpatisan, kader, buruh, tani, tukang dan setiap insan yang memiliki hak pilih sudah menandai hari itu
yang bahkan kalendernya saja belum di cetak. Tak terkecuali bagi segelintir insan, yang adrenalinya
mulai terpacu untuk mempersiapkan fisik dan mental, untuk mengatur, merencanakan,
menyelenggarakan, mengawasi dan memastikan amanat konstitusi untuk menegakkan demokrasi,
terjadi pada hari tersebut.

Merekalah para pahwalan demokrasi, penyelenggara pemilihan umum, yang ada di setiap jajaran Komisi
Pemilihan Umum, Badan Pengawas Pemilihan Umum dan Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilihan.
Pemilihan Umum 2024 akan menjadi sejarah bagi mereka karena ini adalah pemilihan umum pertama
yang dilaksanakan pasca pandemi Covid-19 yang sempat menggoyahkan tatanan kehidupan di
Indonesia. Kehadiran mereka dalam proses pemilihan tidaklah lebih dari antusiasme seseorang yang
melihat calon pemimpin politisi mereka datang memberikan pilihan di TPS atau hanya sekedar blusukan
untuk mendapatkan dukungan. Padahal kehadiran mereka akan menentukan kualitas demokrasi yang
akan terjadi, dan tanpa kehadiran mereka para penyelenggara pemilu, mustahil demokrasi di Indonesia
akan terwujud.

Bagi Sebagian orang, menjadi seorang penyelenggara pemilu adalah sebuah impian. Impian akan
kebanggaan menjadi bagian sejarah bangsa, impian akan sebuah pretise menunaikan tugas kenegaraan,
bahkan impian akan sebuah catatan cerita yang nantinya akan menjadi hiasan manis dalam Riwayat
hidup pribadi.

Bagi Sebagian orang, menjadi penyelenggara pemilu adalah sampingan pekerjaan yang bisa digunakan
untuk menghabiskan waktu luang, tapi bagi Sebagian orang merupakan pekerjaan dengan penghasilan
yang bisa memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, membayar angsuran kendaraan, atau bahkan
menjadi tabungan untuk masa depan.

Bagi Sebagian orang, menjadi penyelenggara pemilu adalah kesempatan untuk berada di kursi bagian
depan saat hajatan atau syukuran, kesempatan untuk selalu di highlight di berbagai media dan surat
kabar, atau kesempatan untuk mendapatkan perhatian keluarga, tetanga dan khalayak yang selama ini
kurang terasa.

Bagi Sebagian orang, menjadi penyelenggara pemilu, adalah pengabdian akan tegakknya demokrasi,
seperti yang di pikirkan dan diperjuangkan para pahwalan Ketika memperjuangkan negeri ini untuk
berdiri di atas satu kekuasaan yaitu, RAKYAT.

Ribuan orang akan menempa diri mereka, baik secara fisik maupun mental, dalam kemapuan kognitif
maupun psikomotor untuk meraih impian menjadi pahlawan demokrasi, apakah itu pada tingkatan
paling dasar sebagai seorang anggota KPPS atau seorang Komisioner KPU di tingkat kabupaten/kota
bahkan di tingkat Pusat. Apakah itu menjadi seorang Pengawas Pemilihan Kecamatan atau bahkan
anggota Bawaslu tingkat Provinsi di daerah mereka masing-masing.

Semua persiapan tidak terkecuali seminar-seminar kepemiluan, kelas-kelas demokrasi, pertemuan-


pertemuan yang bertajuk kepemimpian dan apapun itu menjadi bagian penempaan diri tersebut.
Apakah itu secara daring maupun secara Luring, tidak akan menjadi masalah. Bank-bank soal menjadi
incaran, buku, jurnal bahkan tulisan para praktisi kepemiluan menjadi santapan sehari-hari bagi mereka.
Baik waktu maupun tenaga, tercurah penuh untuk satu tujuan, menjadi satu tim: AVENGER for
Democracy.

Dan segala persiapan tersebut akan berhadapan dengan yang Namanya proses seleksi. Sebuah proses
yang seharusnya menjadi tempat pembuktian awal demokrasi di tegakkan. Sebuah proses dimana
Integritas para calon pahlawan ini di buktikan. Sebuah proses yang akan melahirkan para pribadi-pribadi
terbaik yang ada di bangsa ini.

Maka melalui proses seleksi inilah akan di cari mereka yang benar-benar berdiri dengan Integritas dan
menyelami akan seluruh asas dan prinsip pemilihan umum di Indonesia. Yang dari dalam diri sendiri
memiliki motivasi untuk melaksanakan amanat konstitusi, bukan hanya sekedar untuk mencari jati diri.
Yang akan sepenuh hati bekerja bukan hanya untuk mencari penghasilan tambahan, melainkan dengan
semangat untuk mengembangkan diri agar terus belajar dan bekerja demi negeri.

Proses seleksi haruslah menjadi ajang pembuktian bahwa para pahwalan ini adalah pahlawan Integritas,
yang tidak akan rela menjual dirinya pada kepentingan satu pihak, tapi yang rela berkorban agar melalui
dirinya akan hadir para pemimpin negeri yang akan mendatangkan suatu keadilan dan kesejahteraan
bagi seluruh rakyat. Maka proses seleksi para pahlawan ini, sudah selayaknya menjadi suatu yang sakral
agar tidak mencederai proses demokrasi di Negara Indonesia.

Mereka yang terpilih, akan menggapai impian mereka. Dan mereka yang belum terpilih, sebagian akan
terus mengejar impian itu hingga suatu saat kehendak Yang Maha Kuasa akan menentukan Langkah
mereka, dan Sebagian akan berhenti mengejar impian itu, dengan berharap bahwa Tuhan memiliki
kehendak lain bagi jalan hidup mereka.

Menjadi seorang penyelenggara pemilu, tidaklah mudah. Walau dalam balutan seragam dan tanda
pengenal yang terkalung di leher, memberikan tambahan wibawa dalam perhelatan pesta demokrasi
yang saat ini sementara berjalan tahapannya. Pro dan kontra pasti akan menjadi catatan yang di hadapi
dalam setiap alur pekerjaan. Baik itu dari dalam maupun dari luar. Apakah itu hanya sekedar waktu yang
hampir hilang dalam perjalan hidup Bersama keluarga, atau cibiran dan hinaan dari sanak saudara yang
menjadi peserta pemilu, yang tidak puas akan kebijakan yang di ambil oleh para penyelenggara.

Menjadi seorang penyelenggara pemilu haruslah berpikir inovatif, mampu menuangkan ide-ide demi
kemajuan organisasi. Mampu berkembang Bersama sebagai sebuah tim tanpa memegahkan diri sendiri
karena gelar akademik yang sedikit lebih banyak dari anggota tim yang lain, dan harus bisa
menyesuaikan diri dalam setiap kemajuan teknologi. Membangun komunikasi baik kedalam dan keluar,
dan berhenti untuk mengekslusifkan diri sendiri yang mengakibatkan kesewenangan sepihak yang dapat
merugikan diri sendiri dan organisasi.
Penyelenggara pemilu haruslah benar-benar melayani penguasa di negeri ini yaitu RAKYAT. Terbuka
akan setiap informasi dan mampu menghadapi dan mengelola tantangan dan masalah yang dihadapi.
Terencana dalam setiap Tindakan dan sadar betul akan konsekuensi dari setiap perkataan.

Penyelenggara pemilu harus takut akan Tuhannya. Menjadikan Firman Tuhan sebagai awal dari
pengetahuannya, agar dia tahu bahwa dirinya di awasi oleh Konstitusi di negeri ini. Maka setiap jalannya
akan menjadi benar. Hikmat dan Kebijaksanaan akan menjadi karunia yang dimilikinya. Sehingga benar-
benar rakyat akan memanggilnya : PAHLAWAN.

Selamat berjuang para AVENGER Of DEMOCRACY in Indonesia 2024, Tuhan akan selalu beserta.

Anda mungkin juga menyukai