Anda di halaman 1dari 80

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa karena berkatnya kami
dapat menyelesaikan penyusunan “R-Workshop: Medical Research 101 Starter Kit” sebagai
salah satu pelengkap acara R-Workshop AMSA-Indonesia 2022/2023. Kami harap melalui
Starter Kit ini, peserta dapat lebih memahami penelitian secara komprehensif. Tak lupa, kami
juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Naila Nirmala Puspitasari
2. Sydney Tjandra
3. Insani Bintang Nusa
4. Amanda Shasykirani
5. Zhafira Mafaz
6. Fan Maitri Aldian
7. Imke Maria Del Rosario Puling
8. Rifat Rasendriya Rasyid
9. Syarifah Fatimah Nissatuljannah
dan semua pihak lainnya yang telah berkontribusi dalam persiapan acara R-Workshop: Medical
Research 101 serta dalam penyusunan Starter Kit ini dari awal sampai akhir. Semoga dengan
adanya Starter Kit dapat membantu member AMSA-Indonesia mendalami terkait penelitian.

Terima kasih, AMSA-Indonesia.


Viva AMSA!
Yogyakarta, 17 Oktober 2022
Hormat kami,

Rifkanisa Nur Faiza


Secretary of Research
AMSA-Indonesia 2022/2023

1
DAFTAR ISI
Starting from the Basics ........................................................................................................... 3
A. Introduction to Medical Research and Research Competition in AMSA-Indonesia 3
1. Pengenalan Penelitian Kesehatan .............................................................................. 3
2 Pentingnya Penelitian Kesehatan Bagi Mahasiswa Kedokteran ................................ 3
B. Developing Amazing Research Ideas Into a Medical Research Proposal .................. 5
1. Tahapan Penyusunan Ide Penelitian Kesehatan ......................................................... 5
2. Struktur Proposal Penelitian Kesehatan ..................................................................... 7
Boost Your Research Skills..................................................................................................... 14
A. An Ultimate Guide to Understanding Research Methodology ................................. 14
1. Pengenalan Jenis Variabel Penelitian dan Skala Pengukuran .................................. 14
2. Teknik Pengambilan Sampel ................................................................................... 15
3. Instrumen Penelitian (Kuesioner) ............................................................................ 20
4. Tahapan Analisis Data (Editing, Coding, Entry, Cleaning) .................................... 25
B. Exploring Various Types of Study Designs in Medicine ........................................... 29
1. Macam-macam Studi Penelitian .............................................................................. 29
2. Macam-macam Desain Studi Penelitian Kuantitatif (Deskriptif dan Analitik) ....... 30
3. Macam-macam Desain Studi Penelitian Kualitatif .................................................. 38
Mastering Medical Research .................................................................................................. 40
A. Mastering Biostatistics in Medical Research ............................................................. 40
1. Perbedaan Statistika Deskriptif dan Analitik ........................................................... 40
2. Algoritma Pemilihan Uji Statistik ............................................................................ 41
3. Jenis-jenis Uji Statistik ............................................................................................ 42
B. Introduction to SPSS: From Theory to Practice ....................................................... 48
1. Pengenalan Interface SPSS (Data View dan Variable View) .................................. 48
2. Cara Recode Into Different Variables ...................................................................... 49
3. Menu Utama SPSS ................................................................................................... 51
4. Uji Normalitas SPSS ................................................................................................ 52
5. Uji Statistika Deskriptif ........................................................................................... 54
6. Uji Statistika Analitik .............................................................................................. 55

2
MEDICAL RESEARCH 101
Starting from the Basics

A. Introduction to Medical Research and Research Competition in AMSA-Indonesia

1. Pengenalan Penelitian Kesehatan


Ilmu dan penelitian saling berkaitan untuk memperoleh suatu pengetahuan
karena ilmu merupakan hasil dan penelitian sebagai proses. Penelitian merupakan
upaya untuk penyelidikan secara sistematis, logis, dan ilmiah untuk memecahkan
masalah. Salah satu bidang masalah yang terdapat di kehidupan adalah masalah
kesehatan. Penelitian kesehatan dilakukan untuk mengatasi, menyelesaikan, atau
memecahkan masalah-masalah di bidang kesehatan. Terdapat dua sasaran untuk
penelitian kesehatan, yakni untuk memecahkan masalah kesehatan pada individu yang
sakit serta mempertahankan kesehatan masyarakat yang sehat. Secara umum, penelitian
kesehatan dapat dibagi menjadi: (1) penelitian primer dan penelitian sekunder
berdasarkan sumber datanya; (2) penelitian kualitatif dan kuantitatif berdasarkan jenis
datanya; (3) penelitian observasional dan eksperimental berdasarkan ada tidaknya
intervensi pada penelitian tersebut. Ruang lingkup penelitian kesehatan dapat berfokus
pada bidang preventif, promotif, kuratif, maupun rehabilitatif. Berdasarkan sumber
datanya, penelitian terbagi menjadi dua jenis, antara lain:

Penelitian Data Primer Penelitian Data Sekunder

Data dikumpulkan peneliti secara Data diperoleh dari orang lain/penelitian


langsung. sebelumnya.

Contoh: peneliti A melakukan sensus Contoh: peneliti B mengambil data hasil


penduduk di daerah Pandora. sensus penduduk dari Badan Pusat Statistik.

3
Perbedaan Data Primer Data Sekunder

Data yang telah dikumpulkan


Data Data real time
sebelumnya

Proses Sulit dan lama Mudah dan cepat

Survei, observasi, eksperimen, Publikasi pemerintah, situs


Sumber
kuesioner, wawancara, dll. web, buku, jurnal, dll.

Biaya Biaya lebih mahal Biaya lebih terjangkau

Spesifik Spesifik untuk kebutuhan peneliti Belum tentu spesifik

Bentuk data Data mentah belum diolah Data sudah diolah

2. Pentingnya Penelitian Kesehatan Bagi Mahasiswa Kedokteran


Penelitian sejatinya sangat penting dalam mendukung pengembangan ilmu
pengetahuan, memperoleh pengetahuan baru, fakta baru, atau teori baru. Penelitian
penting untuk memperoleh solusi yang solutif bagi permasalahan yang ada dan
berkualitas karena telah melalui rangkaian yang kebenarannya telah teruji. Tanpa
adanya penelitian, pengetahuan akan terhenti, tidak valid, dan mengalami kemunduran.
Kendati demikian, hanya 0,1% populasi dunia adalah peneliti. Pada tahun 2020,
Menteri Riset dan Teknologi menyatakan bahwa hanya terdapat 7.400 orang peneliti di
Indonesia; artinya, persentase penduduk Indonesia yang merupakan peneliti tidak
mencapai 0,01%. Hal ini tentunya akan membatasi potensi penelitian, termasuk
penelitian kesehatan. Mengingat Indonesia adalah negara dengan populasi terbesar
keempat di dunia, data penelitian kesehatan Indonesia sangat dinantikan. Mengingat
penelitian kesehatan juga memberikan informasi penting terkait faktor risiko, tren
penyakit, tatalaksana, maupun intervensi kesehatan, penting bagi Indonesia untuk
memiliki penelitian kesehatannya sendiri karena hasil tersebut bisa berbeda pada setiap

4
negara. Misalnya, efek samping vaksin pada negara A dan B bisa berbeda. Untuk itu,
Indonesia masih memerlukan lebih banyak peneliti kesehatan yang berkualitas.
Sebagai seorang lifelong learner, penelitian sangat penting untuk dilakukan
oleh mahasiswa kedokteran. Pengalaman riset harus dimiliki oleh seorang future doctor
karena sangat berarti bagi perjalanan profesional, perkembangan layanan kesehatan,
dan demi kesehatan pasien dan masyarakat. Melalui riset, mahasiswa kedokteran
mendapatkan lebih dari sekedar pengalaman untuk menciptakan suatu produk riset.
Berbagai skillset seperti critical thinking, decision making, creative, dan innovative
yang diperoleh selama melaksanakan penelitian akan membantu dalam menerapkan
Evidence Based Medicine (EBM) pada kehidupan klinik kedepannya. Penelitian juga
dapat membantu mahasiswa dapat meningkatkan kredensial akademik dan profesional
yang membantu dalam aplikasi internship, scholarship, dan awards yang berkontribusi
dalam kemajuan karir serta peningkatan pelayanan kesehatan bagi masyarakat.

B. Developing Amazing Research Ideas Into a Medical Research Proposal


1. Tahapan Penyusunan Ide Penelitian Kesehatan
a. Menggali informasi dari berbagai sumber
Langkah pertama yang perlu dilakukan oleh peneliti untuk mendapatkan ide
penelitian adalah dengan membaca referensi sebanyak mungkin melalui berbagai
platform media sehingga kita dapat mengidentifikasi permasalahan yang ada di
masyarakat dan memiliki urgensi untuk dipecahkan melalui penelitian.
b. Menentukan area penelitian
Area penelitian merupakan bidang ilmu yang digeluti dan didalami yang dapat
dijadikan patokan dalam menentukan batasan penelitian supaya lebih spesifik.
Contoh: Nutritional Health, Cardiovascular Disease, Telemedicine, dll.
c. Menentukan topik penelitian
Setelah menentukan area penelitian, peneliti dapat mengerucutkan lagi dengan
menentukan topik penelitian yang menarik, diminati, dan dikuasai oleh peneliti.
Contoh: Stunting, Atherosclerosis, Virtual Reality, dll.

5
d. Menentukan masalah penelitian
Masalah yang digali ini bisa berawal dari celah penelitian atau research gap,
yaitu pertanyaan atau masalah yang belum terjawab oleh studi atau penelitian yang
ada sebelumnya baik berupa masalah baru maupun update dari yang sudah ada.
Untuk mempermudah dalam mencari permasalahan penelitian, kita bisa
menggunakan PICO, yaitu P (patient, population, problem), I (intervention), C
(comparison), dan O (outcome). Selain itu, kita juga bisa menerapkan FINER:

Feasible Tersedia subjek, dana, waktu, alat, dan keahlian.

Interesting Menarik bagi peneliti.

Novelty Memberi nilai baru, membantah, mengonfirmasi,


melengkapi, mengembangkan penemuan
terdahulu, atau menemukan sesuatu yang baru.

Ethical Tidak bertentangan dengan etika yang berlaku.

Relevant Bagi ilmu pengetahuan, tatalaksana pasien, dan


sebagai dasar penelitian selanjutnya.

e. Mengonsultasikan kepada pakar


Ide dan permasalahan penelitian yang telah didapatkan perlu dikonsultasikan
lebih lanjut kepada pakar untuk mengonfirmasi apakah pola pikir ilmiah kita sudah
benar dalam merumuskan permasalahan penelitian dan memastikan ide penelitian
kita sudah mencakup PICO dan memenuhi FINER.

6
2. Struktur Proposal Penelitian Kesehatan
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Latar belakang merupakan pemaparan mengenai alasan (justifikasi) mengapa


penelitian tersebut perlu dilakukan. Latar belakang dapat disusun mengerucut dari
data global atau umum hingga spesifik pada penelitian yang akan dilakukan (konsep
segitiga terbalik). Latar belakang secara umum harus disusun secara runtut dengan
komponen SPQR (Situation-Problem-Question-Response).

Situation Deskripsi dari situasi dan permasalahan yang ada saat ini.
Contoh: tingginya prevalensi dan mortalitas kanker payudara.

Problem Menjelaskan tentang gap knowledge, yaitu permasalahan yang


belum terjawab dan belum maksimal dari studi sebelumnya.
Contoh: terapi saat ini memiliki efek samping dan belum efektif.

Question Menjelaskan alternatif cara yang diajukan untuk menyelesaikan


masalah yang telah disampaikan pada bagian sebelumnya.
Contoh: apakah ekstrak Clitorea ternatea dapat menjadi
alternatif terapi yang aman dan efektif pada kanker payudara?

7
Response Merespon permasalahan dengan melakukan penelitian ini dan
menjabarkan tujuan penelitian serta apa yang diharapkan.
Contoh: peneliti ingin mengkaji efek anti-metastasis dan
sitotoksisitas ekstrak Clitorea ternatea pada sel kanker payudara.

B. Rumusan Masalah atau Pertanyaan Penelitian


Rumusan masalah merupakan suatu pertanyaan penelitian yang akan dicarikan
jawabannya melalui pengumpulan data dalam sebuah penelitian. Terdapat beberapa
syarat dalam membuat rumusan masalah:
a. Disusun dalam bentuk kalimat tanya yang spesifik dan tidak bermakna ganda.
b. Apabila terdapat beberapa permasalahan dikemukakan secara terpisah.
c. Umumnya diawali dengan kalimat: “Berdasarkan uraian pada latar belakang
tersebut, dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut”.
d. Rumusan masalah harus mencakup PICO (Person, Intervention, Change,
Outcome). Dengan PICO yang jelas, kita dapat menjelaskan variabel bebas,
terikat, dan subjek/sampel dari penelitian tersebut.

Contoh Rumusan Masalah Contoh Rumusan Masalah


Penelitian Analitik Penelitian Deskriptif
Bagaimana pengaruh pemberian Bagaimana karakteristik tumbuh
vaksinasi dosis 3 terhadap titer kembang bayi dengan ASI eksklusif
antibodi COVID-19 pada pasien dibanding bayi yang tidak
Puskesmas Sleman II Yogyakarta? mendapatkan ASI eksklusif?
P: pasien Puskesmas Sleman II P: bayi
I: vaksinasi dosis 3 I: pemberian ASI eksklusif
C: tanpa vaksinasi C: bayi tanpa ASI eksklusif
O: titer antibodi COVID-19 O: karakteristik tumbuh kembang

8
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian dibagi menjadi dua, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.
Tujuan Umum Tujuan Khusus
Tujuan keseluruhan yang menjadi Tujuan spesifik yang perlu dicapai dalam
output penelitian secara umum. penelitian.
Contoh: Contoh:
Mengetahui hubungan kejadian asma 1. Mengetahui karakteristik subjek
pada bayi dan anak balita dengan penelitian dan korelasinya dengan
polusi rokok. kejadian asma.
2. Mengetahui proporsi orang tua subjek
yang merokok.
3. Mengetahui prevalensi asma
berdasarkan sebaran.

D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian BUKAN tujuan penelitian. Manfaat penelitian merupakan
sumbangsih yang dapat kita berikan kepada masyarakat, akademik, dan praktikal.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI


A. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka membahas dasar pemikiran peneliti dan hal-hal yang penting
untuk diketahui agar bisa menyatakan knowledge gap yang ada dari riset. Contoh:

Judul Penelitian Tinjauan Pustaka

Hubungan kejadian 1) Asma (definisi, epidemiologi, etiologi, dan


asma pada bayi dan anak patofisiologi).
balita dengan polusi 2) Rokok (definisi, epidemiologi, jenis, kandungan
rokok. iritan, pengaruh terhadap sistem pernafasan).
3) Hubungan asma dan rokok.

9
B. Kerangka Teori
Kerangka teori merupakan visualisasi hubungan antara topik yang sudah
dijelaskan secara mendalam di tinjauan pustaka. Bentuk visualisasi ini harus jelas,
sistematis, dan tidak terbatas pada bagian riset. Selain itu, kerangka teori diharapkan
ditulis dalam struktur yang singkat dan padat.

BAB 3 KERANGKA KONSEP


Kerangka konsep merupakan alur pikir penelitian dalam lingkup yang lebih sempit
dibandingkan kerangka teori. Bagian ini TIDAK membahas teori dan fokus menyatakan
hubungan antar parameter, variabel, intervensi, mekanisme, dan hasil yang diharapkan.

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN


A. Ruang Lingkup Penelitian
Menjelaskan batasan penelitian, seperti waktu, tempat, cakupan data, disiplin
ilmu terkait, dan batasan kultural atau lainnya yang dianggap penting.
B. Desain Penelitian
Beberapa pertanyaan yang bisa memandu penentuan desain penelitian antara lain:
1. Apakah deskriptif atau analitik?
a) Studi deskriptif: case study, case series, survei atau kualitatif.
b) Studi analitik DILANJUTKAN ke pertanyaan 2.
2. Apakah eksperimental atau observasional?
a) Apabila eksperimental: randomized atau non-randomized?
b) Apabila observasional: cohort, cross-sectional, case control bergantung
pada waktu pengambilan data faktor risiko dan paparannya.
3. Apakah randomized? (peserta dipilih secara acak untuk mendapatkan perlakuan
atau sebagai kontrol)
a) Apabila randomized: randomized control trial/true experimental?
b) Apabila non-randomized: quasi experimental atau pre-experimental.

10
C. Variabel Penelitian

Variabel Independen Variabel Dependen Variabel Perancu

Variabel yang diubah- Variabel yang menjadi Variabel yang dapat


ubah oleh peneliti untuk hasil perlakuan dan mempengaruhi variabel
dilihat pengaruhnya ke intervensi yang diberikan. dependen tapi tidak
variabel dependen. diinginkan.

Contoh: Pengaruh ujian CBT luring terhadap tingkat depresi, kecemasan, dan
stress pada mahasiswa kedokteran.

Perlakuan: CBT luring. Skala depresi, kecemasan, Faktor sosioekonomi.


Kontrol: CBT daring. dan stress (DASS).

D. Definisi Operasional Variabel


Definisi operasional variabel harus didefinisikan dengan definisi umum
variabel, alat ukur barometer kebenaran, satuan variabel, serta skala. Contoh:

No. Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Jenis Data
Ukur

1. Umur Lama Kuesioner Pengisian Isian Ordinal


waktu kuesioner singkat
hidup atau secara
ada (sejak daring
dilahirkan
atau
diadakan)

11
E. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi Sampel

Kelompok besar yang ingin diambil Anggota populasi spesifik yang berperan
kesimpulan dari penelitian tersebut. pada penelitian dan mewakili populasi.

Contoh: Contoh:
Mahasiswa kedokteran di seluruh Mahasiswa kedokteran tingkat pertama
Indonesia. di Universitas Indonesia dengan IPK >3.

Populasi juga dapat dirincikan menjadi 3 antara lain:


a. Populasi eksternal: mahasiswa kedokteran di seluruh Indonesia.
b. Populasi target: mahasiswa kedokteran di Universitas Indonesia.
c. Populasi terjangkau: mahasiswa kedokteran tingkat 1 Universitas Indonesia.
F. Kriteria Inklusi dan Eksklusi
1. Kriteria Inklusi
Syarat bagi sampel untuk diikutkan dalam penelitian tersebut.
Contoh: pasien Tetralogy of Fallot, tidak memiliki komorbid, usia 10 – 15 tahun.
2. Kriteria Eksklusi
Syarat yang tidak diinginkan dan BUKAN kebalikan kriteria inklusi.
Contoh: sampel dengan infeksi, lahir prematur, sedang diberikan pengobatan A.
G. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel berkaitan dengan langkah langsung pengambilan
sampel (random atau tidak random) dan jumlah sampel. Untuk jumlah sampel dapat
mengacu pada link berikut ini dan dilihat berdasarkan hasil uji normalitasnya
(Kolmogorov-Smirnov dan Shapiro Wilk).
Sampling Technique Reference and Sample Size Determination

12
H. Instrumen Penelitian (Alat dan Bahan)
Dapat berupa kuesioner untuk penelitian observasional atau alat, bahan habis
pakai, dan bahan tak habis pakai untuk penelitian eksperimental.
I. Cara Pengumpulan Data
Pengumpulan data berkaitan dengan tahapan spesifik data yang akan
dikumpulkan dan cara operasional yang akan dilaksanakan. Bisa divisualisasikan
menggunakan kerangka operasional dan harus dapat menjawab pertanyaan berikut:
a. Bagaimana cara mendapatkan data? (what, who, when, why, where, how)
b. Apa saja data/parameter yang diukur?
c. Bagaimana data dikumpulkan? (data awal yang diperoleh berupa apa, dicatat
menggunakan aplikasi apa, dinyatakan dalam bentuk apa).
Contoh: data berupa skor skala depresi, kecemasan, dan stress (DASS) yang akan
dicatat menggunakan Epi-Data dan diklasifikasikan menjadi normal, ringan,
sedang, parah, dan sangat parah.
J. Rencana Analisis Data
Rencana analisis dapat dibagi menjadi beberapa tahap, yaitu editing, coding,
entry, dan cleaning (akan dijelaskan lebih lanjut pada materi berikutnya).
K. Analisis Data
Analisis data harus didasari oleh rencana, desain penelitian, dan tes normalitas
yang digunakan. Meliputi beberapa tahap:
1. Gunakan Tes Normalitas untuk melihat kesimetrisan.
2. Gunakan Uji Statistik yang sesuai.
3. Analisis lanjutan dapat dilaksanakan apabila dibutuhkan.
L. Dummy Table
Tabel yang meringkas data hasil dan menjelaskan keterangan univariat, bivariat, dll.

BAGIAN AKHIR
A. Daftar Pustaka
B. Lampiran
Contoh: Ethical Clearance (EC), Informed Consent (IC), kuesioner, CV.

13
MEDICAL RESEARCH 101
Boost Your Research Skills

A. An Ultimate Guide to Understanding Research Methodology in Medical Research


1. Pengenalan Jenis Variabel Penelitian dan Skala Pengukuran
a. Variabel independen: yang diubah-ubah.
b. Variabel dependen: yang menjadi hasil perlakuan.
c. Variabel perancu: yang dapat mempengaruhi variabel dependen.
Variabel penelitian diukur dengan suatu skala pengukuran. Terdapat dua macam skala
pengukuran, yaitu kategorik dan numerik yang diklasifikasikan lagi sebagai berikut.

Skala Numerik
Skala pengukuran numerik bersifat kuantitatif (data berupa angka).

Interval Rasio

Data penelitian tidak memiliki nilai Data penelitian memiliki nilai mutlak dan
mutlak, dapat bernilai positif/negatif. selalu bernilai positif.

Contoh: suhu 0 derajat Celcius berbeda Contoh: berat badan, tinggi badan,
dengan 0 derajat skala Fahrenheit. kadar gula darah, kadar kolesterol.

14
Skala Kategorik
Skala pengukuran kategorik bersifat kualitatif (data berupa kata).

2. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel yang dilakukan agar


sampel yang diambil dari populasi dapat mewakili populasi tersebut. Teknik
pengambilan sampel ini dibagi menjadi 2 jenis, yaitu probability sampling dan non-
probability sampling berdasarkan sama atau tidaknya peluang seluruh anggota populasi
untuk dijadikan anggota sampel.

15
Teknik Probability Sampling
Teknik Probability Sampling adalah cara pengambilan sampel dimana semua anggota
populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel.

a. Simple Random Sampling


● Definisi: teknik sampling dimana setiap individu dalam populasi target
memiliki peluang yang sama untuk dijadikan sampel.
● Syarat: anggota populasi harus homogen.
● Kelebihan: lebih minim bias, dapat digeneralisasi secara luas, dan cukup
mudah dilakukan yakni dengan menggunakan metode undian.
● Contoh: Naila memilih 10 dari 100 sampel secara acak dengan mengundi
melalui https://www.randomizer.org/.
b. Systematic Random Sampling
● Definisi: teknik sampling dengan membagi jumlah seluruh anggota populasi
dengan jumlah sampel yang dibutuhkan.
● Contoh: Titi ingin mengambil 50 sampel dari total 500 orang. Titi
mengurutkan nomor individu dan menentukan titik awalnya adalah nomor 7.
Selanjutnya, Titi menentukan interval sampling dengan rumus:

16
K= = = 10

Keterangan:
K = Interval Sampling
N = Jumlah seluruh anggota populasi
n = Jumlah sampel yang dibutuhkan

Maka, sampel yang akan diambil oleh Titi yakni:


- Sampel 1: Individu no 7 (a)
- Sampel 2: Individu no 17 (a + K)
- Sampel 3: Individu no 17 (a2 + K)
- Sampel 4: Individu no 27 (a3 + K)
- dst hingga mencapai 50 sampel.
c. Stratified Random Sampling
● Definisi: teknik sampling dengan membagi populasi ke dalam strata, memilih
sampel acak secara sederhana di setiap strata, lalu digabungkan.
● Contoh: Riri sedang meneliti tingkat kepuasan pasien rawat inap di RS AMSA
pada bulan April 2022. Riri ingin mengambil 90 pasien dari total 300 pasien
dari ruang rawat inap kelas 1, kelas 2, dan kelas 3.

17
d. Cluster Random Sampling
● Definisi: sampling dengan membagi populasi menjadi cluster, umumnya
digunakan oleh peneliti lapangan dengan wilayah penelitian yang luas.
● Contoh: Manda ingin meneliti status vaksinasi warga Provinsi DKI Jakarta.
Manda membagi sampel menjadi cluster per kota, yakni Jakarta Barat, Jakarta
Pusat, Jakarta Utara, Jakarta Selatan, dan Jakarta Timur, kemudian Manda
memilih beberapa kota/cluster sebagai sampel.

Teknik Non-Probability Sampling


Teknik Non-Probability Sampling merupakan cara pengambilan sampel dimana tidak
semua anggota populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel
sehingga nantinya hasil penelitian tidak dapat digeneralisasi.
a. Purposive Sampling/Expert Sampling/Sampel Pertimbangan
● Definisi: teknik sampling dimana anggota sampel direkrut berdasarkan
karakteristik tertentu serta kesesuaian profil mereka dengan maksud peneliti
(purpose = maksud). Umum digunakan oleh ahli/expert.
● Contoh: Titi meneliti “Evaluasi Standar Operasional Pengelolaan Rekam
Medis di Puskesmas AMSA”. Titi menetapkan karakteristik subjek
penelitiannya adalah tenaga kesehatan yang bekerja di Bagian Rekam Medis
>1 tahun dan mengikuti minimal 10 pelatihan resmi. Seluruh orang yang
memenuhi kriteria tersebut akan dimasukkan sebagai sampel.
b. Convenience Sampling/Accidental Sampling/Sampel Kemudahan
● Definisi: teknik sampling yang dilakukan dengan pertimbangan kemudahan
(convenience = kemudahan) untuk menghubungi mereka dan kedekatan
mereka dengan peneliti.
● Contoh: Pada suatu hari yang cerah, Titi ingin meneliti persepsi mahasiswa
terhadap kurikulum baru di FK Universitas AMSA. Bila Titi bertemu dengan
mahasiswa yang sesuai dengan sampel yang diharapkan, Titi dapat menjadikan
mahasiswa tersebut sebagai sampel.

18
c. Consecutive Sampling
● Definisi: teknik sampling dimana perekrutan anggota sampel dilakukan secara
berurutan (consecutive = berurutan) menurut kriteria tertentu hingga batas
waktu yang telah ditentukan sebelumnya. Biasanya digunakan pada topik
penelitian yang bersifat periodik/musiman.
● Contoh: Titi ingin meneliti mengenai prvalensi kasus demam berdarah selama
musim penghujan 2022 – 2023. Untuk itu, Titi melakukan pengambilan
sampel sebanyak jumlah sampel yang diperlukan mulai dari bulan September
2022 hingga Januari 2023.
d. Quota Sampling/Sampel Kuota
● Definisi: teknik sampling untuk memperoleh sampel sebanyak jumlah yang
telah ditentukan sebelumnya.
● Contoh: Riri melakukan penelitian untuk skripsinya tentang “Pengaruh Diet
Ketogenik terhadap Penurunan Diabetes di Kota AMSA” dan sampel yang
diperlukan sebanyak 70. Pengambilan sampel dipilih secara bebas dengan
karakteristik tertentu yang telah ditentukan.
e. Saturation Sampling/Sampel Jenuh
● Definisi: Teknik sampling dimana semua anggota populasi dimasukkan
sebagai sampel dan digunakan bila jumlah populasi kurang dari 30.
● Contoh: Riri sedang meneliti “Efektifitas Penggunaan Media Sosial untuk
Meningkatkan Kinerja Tenaga Kesehatan di Puskesmas AMSA”. Namun,
jumlah populasi tenaga kesehatan di puskesmas tersebut hanyalah sebanyak
26 orang, maka sampel pada penelitian tersebut hanyalah semua orang yang
ada dalam populasi tersebut atau sebanyak 26 orang.
f. Snowball Sampling/Sampel Bola Salju
● Definisi: teknik sampling ini dilakukan dengan menentukan sampel pertama,
kemudian sampel berikutnya ditentukan berdasarkan informasi dari sampel
pertama, sampel ketiga ditentukan berdasarkan informasi dari sampel kedua,
dan seterusnya sehingga jumlah sampel semakin besar. Biasanya digunakan
untuk subjek penelitian yang sensitif dan terbatas.

19
● Contoh: Titi ingin meneliti “Tingkat Kecemasan pada Penderita HIV di
Yogyakarta”. Mulanya, Titi melakukan wawancara kepada tetangganya yang
menderita HIV, kemudian oleh tetangganya diarahkan untuk menghubungi
temannya sesama penyintas HIV.

3. Instrumen Penelitian (Kuesioner)


Kuesioner adalah instrumen atau alat ukur bagi variabel konseptual, terdiri atas
sejumlah pernyataan atau pertanyaan terstruktur untuk direspons subjek penelitian.
Jenis pertanyaan pada kuesioner antara lain:
● Pertanyaan tertutup (contoh: apakah Anda selalu mencuci tangan setelah
menyentuh permukaan di transportasi umum? Jawaban: Ya/Tidak).
● Pertanyaan terbuka. Harus “dikodekan” secara manual untuk tabulasi.
● Jawaban singkat atau pertanyaan nilai numerik.

Tahap-tahap pembuatan kuesioner meliputi:


1) Penyusunan definisi teoritis variabel konseptual
Definisi teoritis suatu variabel konseptual disusun sebagai hasil studi pustaka
yang tersusun atas beberapa dimensi. Contoh: ‘diabetes mellitus’ sebagai konsep
didefinisikan sebagai ‘suatu kelainan dengan kadar gula darah yang tinggi secara
tak normal karena tubuh tak dapat memproduksi cukup insulin untuk memenuhi
kebutuhannya’, sedangkan definisi teoritis variabel konseptual ‘pengetahuan
tentang diabetes mellitus’ adalah ‘pengetahuan seorang individu mengenai
diabetes mellitus yang diukur melalui beberapa aspek, yaitu: (a) pengertian umum
tentang diabetes mellitus, (b) gejala diabetes mellitus, (c) komplikasi diabetes
mellitus, (d) faktor risiko diabetes mellitus, dan (e) cara pencegahan diabetes
mellitus’.
2) Pengumpulan item untuk tiap dimensi variabel konseptual
Untuk setiap dimensi variabel konseptual akandikumpulkan sejumlah item
(pernyataan, pertanyaan) untuk direspons oleh subjek penelitian. Perlu
diperhatikan jumlah keseluruhan item pada kuesioner apabila terlalu sedikit akan

20
menyebabkan pengukuran kurang valid, sebaliknya apabila terlalu banyak dapat
menimbulkan rasa jenuh responden. Harus diingat pula bahwa sebagian item yang
dikumpulkan mungkin akan terbuang (‘di-drop out’) pada tahap uji reliabilitas.
Tidak ada ketentuan mengenai jumlah minimum item per dimensi, tetapi biasanya
untuk tiap dimensi dalam tahap kedua ini dipersiapkan minimal 10 item, dengan
keseluruhan kuesioner harus dapat diselesaikan dalam waktu maksimal 15 menit.
Pada penyusunan item dapat menggunakan berbagai skala yang antara lain
dikembangkan oleh Thurstone, Likert, dan Guttman.
a. Skala Turstone
Pada skala Thurstone, responden diberikan 2 pilihan jawaban (setuju vs
tidak setuju; benar vs salah, dan sebagainya). Pada perhitungan skor, jawaban
yang sesuai dengan harapan peneliti (jawaban ‘benar’) diberikan skor 1, dan
jawaban yang tidak sesuai (jawaban ‘salah’) diberi skor 0.

b. Skala Likert
Pada skala Likert, responden diberikan 5 pilihan jawaban (sangat setuju-
setuju-netral-tidak setuju-sangat tidak setuju) yang berskala ordinal terhadap
item yang disajikan. Pada perhitungan skor, jawaban yang paling sesuai

21
dengan harapan peneliti (jawaban ‘paling benar’) diberi skor 5, sedangkan
jawaban yang paling tidak sesuai (jawaban ‘paling salah’) diberi skor 1.
Jawaban di antaranya diberi skor berturut-turut 4, 3, dan 2.

c. Skala Guttman
Skala Guttman disebut juga sebagai skala kumulatif. Kuesioner untuk
mengukur suatu variabel konseptual terdiri atas sejumlah item, masing- masing
dengan 2 pilihan respons bagi subjek penelitian (setuju vs tidak setuju, ya vs
tidak, dan sebagainya). Himpunan item ini akan membentuk rentang kontinu
(continuum) yang bersifat kumulatif untuk pengukuran suatu variabel
konseptual. Pada kuesioner dengan himpunan item telah terurut sebagaimana
mestinya, jika ada suatu item yang disetujui oleh responden, maka semua item
di atasnya juga harus mendapat respons ‘setuju’.

22
3) Uji coba kuesioner terhadap responden dalam studi pendahuluan
Sebelum kuesioner dapat digunakan, harus dilakukan studi pendahuluan untuk
mengujicobakan kuesioner. Studi pendahuluan dilakukan terhadap responden
dalam jumlah terbatas, biasanya 30 orang. Pengisian kuesioner dapat dilakukan
oleh responden sendiri (pencil and paper test) ataupun oleh peneliti melalui
wawancara terstruktur (structured interview) sehingga dapat diketahui berbagai
kekurangan kuesioner seperti petunjuk yang kurang jelas, adanya item yang tidak
jelas, bersifat rancu, ataupun dapat diberi penafsiran berbeda (ambiguous).
4) Uji validitas kuesioner
Validitas, yakni sejauh mana instrumen mengukur apa yang seharusnya diukur.
Contoh: Naila ingin mengukur berat badan. Timbangan merupakan alat yang valid
dibandingkan penggaris. Beberapa hal yang menentukan validitas survei:
● Face validity → dari pandangan responden, pertanyaan mengukur apa yang
ingin mereka ukur.
● Content validity → dari pandangan para ahli survei tersebut berisi pertanyaan
yang mencakup semua aspek konstruk yang diukur.
● Construct validity → seberapa baik dan konsisten item untuk mengukur
sesuatu yang sudah ditetapkan (contoh: jika ingin meneliti agama maka akan

23
menganut item mengenai ritual, ideologi, intelek, pengalaman, dan
konsekuensi).
● Criterion validity → seberapa baik hasil instrumen tersebut jika dibandingkan
dengan instrumen lain (gold standard atau jika tidak ada maka menggunakan
Pearson correlation).
5) Uji reliabilitas kuesioner
Reliabilitas adalah sejauh mana suatu instrumen akan memberikan hasil yang
sama jika pengukuran dilakukan lagi dalam kondisi yang sama dan konsisten.
Reliabilitas dihitung menggunakan Cronbach’s Alpha. Jika ≥ 0.70, reliabilitas
cukup untuk membandingkan kelompok. Jika ≥ 0.90, reliabilitas cukup untuk
monitoring individual. Estimasi reliabilitas menggunakan:
● Test-retest reliability → pelaksanaan survei melibatkan sekelompok responden
dan mengulangi survei dengan kelompok yang sama di lain waktu untuk
dibandingkan.
● Inter-rater reliability → pelaksanaan survei dilaksanakan dengan
membandingkan tanggapan penilai yang berbeda untuk subjek yang sama.

24
4. Tahapan Analisis Data (Editing, Coding, Entry, Cleaning)
Pengolahan data adalah suatu cara atau proses dimana raw data yang telah
dikumpulkan kemudian dianalisis sehingga menjadi informasi. Salah satu cara
pengolahan data secara manual dapat dilakukan bilamana aplikasi pengolah data tidak
dapat digunakan. Adapun tahapan analisis data antara lain sebagai berikut:
1) Editing
Editing atau penyuntingan data adalah tahapan pemeriksaan data yang telah
dikumpulkan. Pengeditan dilakukan karena kemungkinan data yang masuk (raw
data), tetapi tidak memenuhi syarat atau tidak sesuai dengan kebutuhan. Pengeditan
data dilakukan untuk melengkapi kekurangan atau menghilangkan kesalahan yang
terdapat pada raw data. Kesalahan data dapat dihilangkan dengan membuang data
yang tidak memenuhi syarat untuk dianalisis. Adapun, kriteria yang harus
ditekankan dalam tahap editing adalah:
● Lengkap: semua jawaban responden pada kuesioner sudah terjawab.
● Keterbacaan tulisan: apakah tulisannya cukup terbaca jelas.
● Relevan: apakah ada kesesuaian antara pertanyaan dan jawaban.
● Konsistensi jawaban: apakah tidak ada hal-hal yang saling bertentangan antara
pertanyaan yang saling berhubungan.
Jika pada tahapan penyuntingan ternyata ditemukan ketidaklengkapan dalam
pengisian jawaban, maka harus melakukan pengumpulan data ulang.
2) Coding
Coding adalah kegiatan merubah data dalam bentuk huruf menjadi data dalam
bentuk angka/bilangan dengan membuat lembaran kode yang terdiri dari tabel
dibuat sesuai dengan data yang diambil dari alat ukur yang digunakan. Kode yang
diberikan dapat memiliki arti sebagai data kuantitatif (berbentuk skor) atau simbol
tertentu dalam bentuk huruf atau angka untuk memberikan identitas data.

25
Tabel: Lembar Kode

Nomor Item Pertanyaan


Responden
1 2 3 4

001

002

003

004

3) Entry
Data entry adalah mengisi kolom dengan kode sesuai dengan jawaban masing-
masing pertanyaan. Dapat menggunakan EpiData /Excel untuk mempermudah.
Contoh: Titi membuat penelitian tentang “Pendapat Mahasiswa Kedokteran
tentang Efektifitas Pembelajaran di Era Pandemi” memiliki kriteria sebagai
berikut: (1) Sangat Tidak Efektif, (2) Tidak Efektif, (3) Cukup Efektif, (4) Sangat
Efektif. Sehingga hasil pengisian jawaban responden adalah sebagai berikut:
Tabel: Data Entry

Nomor Item Pertanyaan


Responden
1 2 3 4

001 4 3 3 3

002 3 4 3 3

003 4 4 3 4

004 4 3 3 4

26
4) Cleaning
Cleaning data adalah pengecekan kembali data yang sudah dimasukkan dalam
tahap entry untuk memastikan kebenaran data yang diharapkan pada saat
memasukan data. Tahapan cleaning data antara lain:
a. Mengetahui adanya missing data
Cara untuk mengetahui ada tidaknya missing data adalah dengan membuat
list (distribusi frekuensi) dari variabel yang ada. Misalnya, data diperoleh dari
1000 responden, dengan variabel kemudahan aksesibilitas komunikasi dalam
PBL.
Tabel Distribusi Variabel

Berdasarkan tabel di atas maka dapat diketahui tidak ada data yang missing
karena dari 100 responden semuanya di-entry dan diproses. Contoh lain dari
variabel kemudahan aksesibilitas komunikasi dalam PBL dapat dilihat pada
tabel dibawah ini:
Tabel Distribusi Variabel

Berdasarkan tabel di atas maka dapat diketahui bahwa ternyata dari 1000
responden hanya ada 959 responden dalam tahap entry, sehingga dapat
disimpulkan terdapat 41 responden yang missing.

27
b. Mengetahui variasi data
Variasi data yang diketahui memungkinkan kita untuk dapat mengetahui
kebenaran dari data yang sudah di-entry. Caranya adalah dengan membuat
distribusi frekuensi masing-masing variabel. Misalnya variabel tingkatan
semester mahasiswa preklinik dikategorikan sebagai berikut: 1 = Semester 1, 2
= Semester 3, 3 = Semester 5, 4 = Semester 7. Dengan julah responden sebanyak
700 Orang, maka contoh variasi dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel Distribusi Tingkatan Semester Mahasiswa Preklinik

c. Mengetahui konsistensi data


Untuk melihat konsistensi data dapat dilakukan dengan cara menghubungkan
dua variabel. Misalnya, dapat dilihat pada tabel dengan menggunakan variabel
kemudahan dan tingkatan mahasiswa.
Tabel Distribusi Variabel

28
Tabel Distribusi Tingkatan Semester Mahasiswa

Dari kedua tabel di atas dapat dilihat bahwa antara kedua tabel tidak
konsisten dari jumlah responden, sehingga terdapat missing 50 data dari kedua
tabel di atas.

B. Exploring Various Types of Study Designs in Medicine

1. Macam-macam Studi Penelitian

Perbedaan Penelitian Kuantitatif Penelitian Kualitatif

Jenis data Angka dan statistik Kata dan makna

Tujuan Menguji hipotesis Mengeksplorasi ide

Sampel data Luas, acak Kecil, tidak acak

Analisis Statistik Pola dan tema

Sifat Objektif Subjektif

Contoh Pengaruh Berkumur dengan Persepsi Masyarakat terhadap


Seduhan Daun Sirih (Piper Budaya Nginang Daun Sirih Bagi
betle) sebagai Pencegah Kesehatan Gigi
Pembentukan Plak Gigi

29
2. Macam-macam Desain Studi Penelitian Kuantitatif (Deskriptif dan Analitik)

Studi Deskriptif Studi Analitik

Membahas satu/beberapa variabel Membahas dua/lebih variabel.


secara terpisah. Mengkaji hubungan antar variabel.
Tidak mengkaji hubungan antar Dapat digeneralisir.
variabel. Terdiri atas studi observasional dan
Tidak dapat digeneralisir. studi eksperimental.
Analyses by time, place, person.
Terdiri atas case study, case series,
studi karakteristik, studi variabel
konseptual.

30
Studi analitik dapat dibagi menjadi observasional dan eksperimental sebagai berikut:

Penelitian Observasional Penelitian Eksperimental

Penelitian yang hanya MENGAMATI Melibatkan INTERVENSI subjek untuk


saja tanpa melakukan intervensi apapun melihat hubungan antara variabel bebas
pada subjek penelitian. dan variabel terikat.

Tidak dapat mendefinisikan hubungan Menunjukkan hubungan sebab-akibat.


sebab-akibat.

Mencakup studi cross-sectional, case Mencakup pre-experimental, quasi


control, dan cohort. experimental, dan true experimental.

Contoh Kasus 1 Contoh Kasus 2


Imke hendak meneliti hubungan kadar Imke hendak meneliti hubungan kadar
glukosa pada teh kemasan dengan kadar glukosa pada teh kemasan dengan kadar
glukosa darah sewaktu penduduk glukosa darah sewaktu penduduk
Asgard. Oleh karena itu, Imke Asgard. Kemudian, Imke membagi
menyebarkan kuesioner untuk menilai sampel menjadi dua kelompok.
jumlah konsumsi teh kemasan dan kadar Kelompok pertama mengonsumsi 6 g
glukosa darah sewaktu responden. glukosa dan kelompok kedua
mengonsumsi 30 g glukosa. Setelah itu,
Imke mencatat kadar glukosa darah
responden penelitian setelah 7 dan 14
hari.

Short Quiz
Pada contoh kasus 1 dan 2, Imke memiliki tujuan yang sama. Apa yang
membedakan kedua penelitian tersebut?

31
Desain-desain Studi Deskriptif
a. Case study
Investigasi mendalam dan menyeluruh terhadap individu yang biasanya
merupakan pasien penyakit baru/langka. Keluhan, gejala, hasil pemeriksaan fisik
dan penunjang, perjalanan penyakit, pengobatan, dan hasil termasuk dalam studi.
Contoh:
Pasien pertama COVID-19.
b. Case series
Hampir sama seperti case study, biasanya dilakukan pada penyakit baru/langka
untuk merencanakan penanganan dan berupa deskripsi karakter pasien. Jumlah
pasiennya adalah 10 – 20 orang dan jika > 20 orang, dilakukan studi karakteristik.
Contoh:
Deskripsi seri kasus Avian Influenza.
c. Studi karakteristik
Deskripsi karakteristik suatu kelompok tertentu dalam populasi. Dapat
diperoleh distribusi karakteristik, estimasi interval, pembuktian hipotesis, dan
time-trend.
Contoh:
Akan diadakan penyuluhan pada pasien DM di Dusun Saturnus. Maka dari itu
dilakukan studi karakteristik pada Dusun Sturnus agar materi dan cara penyuluhan
tepat sasaran disesuaikan dengan karakteristik populasi.
d. Studi variabel konseptual
Untuk mengukur variabel yang abstrak dalam formulasi ilmiah.
Contoh:
Pengetahuan DM, kualitas layanan rumah sakit, dan tingkat depresi.

32
Desain-desain Studi Analitik
a. Observasional:

Cross-sectional Cohort Case-control

Mempelajari korelasi Melihat Melihat


paparan/faktor risiko PAPARAN/FAKTOR OUTCOME/PENYAKIT
dengan RISIKO terlebih dahulu terlebih dahulu lalu
outcome/penyakit lalu diikuti selama ditelusuri ke belakang
secara SERENTAK. beberapa waktu hingga apakah ada faktor
terjadi penyakit/tidak. risiko/tidak.

Mengetahui masalah Mengetahui insidensi, Mengetahui hubungan


prevalensi. perjalanan penyakit. paparan dan penyakit,
faktor risiko.

1) Cross-sectional (Studi potong lintang)


● Mengamati paparan/faktor risiko dengan penyakit secara serentak.
● Sering digunakan untuk studi prevalensi.
● Contoh: Studi mengenai tingkat penghasilan masyarakat dengan status
tuberkulosis yang mengumpulkan data dengan kuesioner. Data tingkat
penghasilan dan status tuberkulosis diambil di satu waktu yang sama.

33
2) Cohort
● Penelitian dimulai dari melihat paparan/faktor risiko terlebih dahulu.
● Diikuti selama beberapa waktu hingga terjadi atau tidaknya penyakit.
● Dibagi menjadi 2, yakni kohort prospektif dan retrospektif.

Cohort prospective: “stalking”


● Diamati sejak pajanan faktor risiko hingga muncul suatu
penyakit/outcome.
● Contoh: Peneliti ingin meneliti hubungan kebiasaan merokok dengan
kejadian kanker payudara. Oleh karena itu, peneliti mendata kebiasaaan
merokok subjek-subjek saat ini, dan melihat apakah mereka mengidap
kanker payudara 10 tahun lagi.

Cohort retrospective : “throwback” (retro)


● Melihat riwayat penyakit dari faktor risiko hingga outcome (sama seperti
cohort prospective tapi dilakukan di masa lampau).
● Contoh: Peneliti ingin meneliti hubungan kebiasaan merokok dengan
kejadian kanker payudara. Untuk pengambilan data, peneliti melihat

34
rekam medis (dari masa lampau) pasien-pasien untuk kebiasan merokok
mereka, dan membandingkan kejadian kanker payudara antara kelompok
yang merokok dan tidak merokok.

3) Case control
Dimulai dari melihat outcome dan membagi menjadi sakit/tidak sakit, dilihat
mundur apakah sebelumnya ada faktor risiko/paparan atau tidak.
Biasanya menggunakan rekam medis.
Baik digunakan untuk meneliti penyakit langka.
Contoh: Hubungan antara hiperglikemia dan kejadian karsinoma kolorektal
di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo. Pada
penelitian ini, diambil misalnya 50 pasien “kasus” (penderita karsinoma
kolorektal) dan 50 pasien “kontrol” (bukan penderita, namun memiliki
karakteristik serupa pasien-pasien “kasus”), lalu diteliti faktor risikonya
(hiperglikemia).

Short Quiz
Bedakan studi desain cohort retrospective dan case-control!

35
b. Eksperimental:

Pre-experimental Quasi Experimental True Experimental

Tidak ada kontrol Ada kelompok kontrol Ada kelompok kontrol

Tidak ada randomisasi Tidak ada randomisasi Ada randomisasi

Uncontrolled Trials (Pre-experimental)


Sudah memiliki intervensi, tetapi belum memiliki kelompok kontrol. Ada tiga
jenis studi pre-eksperimental, antara lain:

Posttest Only Design - Tidak ada pre-test


- Tidak ada kelompok kontrol
- Posttest diambil satu kali

One Group Pretest-Posttest - Ada pre-test


- Tidak ada kelompok
- Kontrol

Static Group - Tidak ada pre-test


- Ada kelompok kontrol
- Post-test diambil dua kali

Controlled Trials
Adanya kelompok kontrol pada uji-uji ini membuatnya memiliki level of
evidence yang lebih tinggi. Adapun kekuatannya dapat ditingkatkan lagi dengan
randomisasi sehingga terbagi menjadi dua kategori, yakni:
1) Non-randomized (Quasi-experimental)
Jenis desain ini sudah menyerupai studi eksperimental murni, tetapi tidak
dilakukan randomisasi dalam pengelompokan. Terdapat 3 jenis antara lain:

36
a) Time series design

b) Control time design

c) Non-equivalent control group

2) Randomized Controlled Trials (RCTs) (True Experimental)


Jenis desain ini merupakan desain dengan level of evidence terkuat . Pada RCTs
terdapat kelompok kontrol dan dilakukan randomisasi. Terdapat 3 jenis:
a. Pretest-posttest control
Terdapat pre-test, intervensi, post-test, kelompok kontrol, dan
dirandomisasi.

b. Posttest only control


Tidak ada pre-test, tetapi dirandomisasi dan memiliki kelompok kontrol.

c. Solomon four group


Memiliki tiga kelompok kontrol sebagai pembanding dengan rincian pada
gambar berikut:

37
Berdasarkan ruang lingkupnya, studi eksperimental dibagi menjadi:
Studi Komunitas
Mengkaji intervensi pada tingkat komunitas dengan yang tidak diintervensi.
1) Komunitas besar: kota, desa.
2) Komunitas terbatas: sekolah, perusahaan, puskesmas.

Uji Klinik
1) Uji preklinik
- In silico (software computer).
- In vitro (kultur sel).
- In vivo (hewan coba).
2) Uji klinik fase 0: tidak wajib
- Mengekplor bagaimana suatu obat baru bisa bekerja.
- Mengkaji bagaimana tubuh merespon obat.
- Diuji dengan dosis rendah pada sedikit orang (<15 orang).
3) Uji klinik fase I: apakah terapi aman?
- Memperoleh data farmakologis, dosis aman, efek samping.
- Diuji pada manusia sehat tanpa kontrol (10 – 50 orang).
4) Uji klinik fase II: apakah terapi bekerja?
- Mengkaji efikasi, dosis efektif, dan keamanan lebih lanjut.
- Diuji pada pasien sakit dan terdapat kontrol (10 – 50 orang).
5) Uji klinik fase III: apakah lebih baik dari terapi yang sudah ada?
- Membandingkan safety dan efficacy terapi terhadap terapi standar.
- Diuji pada pasien jumlah besar (30 – 100) dengan kontrol.
- Dilakukan randomisasi dan double blind untuk meminimalkan bias.
6) Uji klinik fase IV: apakah ada lagi yang harus diketahui?
- Mengetahui efek samping lainnya yang tak diinginkan.
- Obat yang sudah di-approve FDA biasanya dimonitor dalam waktu lama di
fase 4 pada populasi besar pasca pemasaran.
- Dapat berjalan hingga bertahun-tahun.

38
3. Macam-macam Desain Studi Penelitian Kualitatif
Tidak semua pertanyaan penelitian dapat dijawab dengan angka. Penelitian
kualitatif diperlukan untuk menjawab pertanyaan yang bersifat eksploratif, seperti
“bagaimana” dan “mengapa”. Beberapa desain studi penelitian kualitatif antara lain:
a. Etnografi
Memahami cara orang-orang dalam satu komunitas berinteraksi dan yang teramati
dalam kehidupan sehari-hari.
Contoh: budaya ngayah.
b. Studi kasus
Kajian pengalaman personal yang unik dan tidak dimiliki orang lain.
Contoh: kasus sel mewah lapas Sukamiskin.
c. Grounded theory
Penemuan teori yang baru atau masih terbatas referensinya.
Contoh: kajian new-normal.
d. Phenomenology
Memberi gambaran akurat dan holistik dari suatu fenomena.
Contoh: depresi penyintas kanker serviks.
e. Etnometodologi
Mempelajari bagaimana warga masyarakat suatu kelompok atau budaya
memahami, menggunakan, dan menata lingkungannya.
Contoh: studi pedofilia.
Adapun penelitian mixed-methods (gabungan penelitian kuantitatif dan kualitatif)
digunakan saat menjawab rumusan tidak cukup dengan kuantitatif atau kualitatif saja
atau untuk mengembangkan instrumen baru.

39
MEDICAL RESEARCH 101
Mastering Medical Research

A. Mastering Biostatistics in Medical Research


1. Perbedaan Statistika Deskriptif dan Analitik
a. Penelitian Deskriptif
Jenis penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan atau memaparkan masalah
penelitian secara sistematis berdasarkan data faktual.
● Membahas satu/beberapa variabel secara terpisah.
● Tidak mengkaji hubungan antar variabel.
● Tidak dapat digeneralisir.
● Mendeskripsikan data (sebaran, persentase, rerata, dll.).
● Tidak menggunakan uji hipotesis.
● Dilakukan sebelum statistik analitik.
Contoh: case study, case series, studi karakteristik, studi variabel konseptual.
Terdapat 3 hal pokok dalam studi deskriptif:
● Analysis by time
Berdasarkan frekuensi dan waktu kejadian. Contoh: hari, tahun, musim.
● Analysis by place
Berdasarkan letak geografis. Contoh: residence, urban, rural.
● Analysis by person
Berdasarkan karakteristik orang. Contoh: penderita DM berisiko tinggi
COVID.
b. Penelitian Analitik
Jenis penelitian yang menganalisis korelasi antara faktor risiko dengan outcome.
● Membahas dua/lebih variabel.
● Mengkaji hubungan antar variabel.
● Dapat digeneralisasi.
● Menggunakan langkah-langkah uji hipotesis dan mengambil kesimpulan.

40
2. Algoritma Pemilihan Uji Statistik
Data penelitian dapat dianalisis lebih lanjut dengan uji statistik untuk menilai apakah
hasil dari survei atau eksperimen memiliki hasil yang bermakna/signifikan. Pengujian
hipotesis statistik terbagi menjadi dua jenis, yaitu parametrik dan nonparametrik.
Berikut tahapan untuk memilih uji statistik yang sesuai untuk menguji hipotesis:
1) Melakukan uji normalitas dan homogenitas untuk melihat apakah data berdistribusi
normal dan homogen (p > 0.05 atau distribusi simestris / berbentuk lonceng).

2) Apabila data berdistribusi normal, homogen, tidak ada outlier, berupa data numerik
dengan sampel independen acak dapat menggunakan uji parametrik. Apabila
sebaliknya, dapat menggunakan uji non-parametrik.

3) Memilih uji parametrik/non-parametrik yang sesuai dengan penelitian berdasarkan:


Jenis hipotesis: komparatif/korelatif.
Jenis data: berpasangan/tidak berpasangan.
Jumlah kelompok: 2 grup/> 2 grup.
Skala pengukuran: numerik/kategorik.

41
4) Selanjutnya dapat disesuaikan dengan tabel berikut:

Keterangan: Data disebut berpasangan ketika berasal dari individu yang sama pada
waktu pengumpulan data yang berbeda. Misalnya, seorang peneliti ingin mengamati
kadar gula darah hewan coba sebelum dan sesudah perlakuan obat A. Sedangkan data
disebut data tidak berpasangan ketika data berasal dari individu yang berbeda.

3. Jenis-jenis Uji Statistik


a. Independent T-test
1) Definisi
Independent T-test dapat kita gunakan ketika kita ingin membandingkan rata-
rata dua kelompok secara tepat.
2) Contoh
Terdapat 2 kelompok mahasiswa yang belajar menggunakan metode A dan
metode B. Kita dapat menggunakan independent T-test untuk menentukan
apakah siswa yang belajar dengan metode A memiliki nilai rata-rata yang
berbeda dengan siswa yang belajar dengan metode B.
3) Hipotesis
Hipotesis dari independent T-test adalah:
Hipotesis nol (H0) = tidak ada perbedaan bermakna rata-rata kedua kelompok.
Hipotesis alternatif (Ha) = ada perbedaan bermakna rata-rata kedua kelompok.

42
Jika p-value lebih kecil dari tingkat signifikansi yang kita tentukan (misal: α:
0,05) maka kita dapat menolak hipotesis nol dan menyimpulkan bahwa
perbedaan rata-rata kedua kelompok berbeda bermakna secara statistik.
4) Ketentuan
Ketentuan dari independent T-test adalah sebagai berikut:
Harus berupa sampel random.
Merupakan data continuous/kontinyu (numerik).
Data sampel harus terdistribusi normal.
Grup sampel independent.
b. One-Way ANOVA Test
1) Definisi
ANOVA merupakan uji statistik yang digunakan untuk menganalisis perbedaan
rata-rata antara lebih dari 2 kelompok. One-way ANOVA test menggunakan 1
variabel bebas, sedangkan Two-way ANOVA test menggunakan 2 variabel
bebas. Kita dapat menggunakan One-way ANOVA apabila menggunakan satu
variabel independen kategorik dan variabel dependen numerik.
2) Contoh
Variabel independen adalah merek soda, anda mengumpulkan data tentang
Coca Cola, Pepsi, Sprite, dan Fanta, untuk mengetahui apakah ada perbedaan
harga per 100ml pada masing-masing merek.
3) Hipotesis
Hipotesis nol (H0) = tidak ada perbedaan bermakna rata-rata seluruh kelompok.
Hipotesis alternatif (Ha) = perbedaan bermakna rata-rata seluruh kelompok.
Jika kita ingin membandingkan 2 kelompok saja, dapat menggunakan T-test.
4) Ketentuan
Grup sampel independen.
Variabel sampel terdistribusi normal.
Homogenitas dari varians.

43
c. Paired T-test
1) Definisi
Kita menggunakan Paired T-test apabila data yang digunakan berpasangan,
seperti nilai sebelum dan sesudah pada subjek yang sama, sedangkan
independent T-test menggunakan 2 subjek yang berbeda dalam 2 sampel.
2) Contoh
Mafaz melakukan penelitian pada 2 kelompok untuk melihat pengaruh
pembelajaran terhadap peningkatan nilai dengan melakukan pre-test dan post-
test pada 2 kelompok tersebut. Digunakan Paired T-test karena data
berpasangan.
3) Hipotesis
Hipotesis nol (H0) = tidak ada perbedaan bermakna rata-rata kedua kelompok.
Hipotesis alternatif (Ha) = ada perbedaan bermakna rata-rata kedua kelompok.
4) Ketentuan
Sampel random dengan subjek independen.
Sampel dependen.
Data harus kontinyu.
Data terdistribusi normal.
d. Repeated ANOVA
1) Definisi
Repeated ANOVA digunakan untuk menentukan apakah ada perbedaan yang
signifikan antara rata-rata tiga atau lebih kelompok dimana subjek yang sama
muncul di setiap kelompok. Repeated ANOVA biasanya digunakan ketika:
- Mengukur nilai rata-rata subjek selama 3 atau lebih titik waktu.
- Mengukur nilai rata-rata subjek dalam 3 kondisi yang berbeda.

44
2) Contoh
Fan ingin mengukur detak jantung 3 kelompok atlet, ketika 1 bulan sebelum
mereka memulai program pelatihan, selama pertengahan program pelatihan,
dan 1 bulan setelah program pelatihan untuk melihat apakah ada perbedaan yang
signifikan dalam rata-rata detak jantung istirahat diantara ketiga waktu.
3) Hipotesis
Hipotesis nol (H0) = tidak ada perbedaan bermakna rata-rata seluruh kelompok.
Hipotesis alternatif (Ha) = perbedaan bermakna rata-rata seluruh kelompok.
e. Pearson Correlation Coefficient
Koefisien Pearson merupakan jenis koefisien korelasi yang mewakili hubungan
antara dua variabel yang diukur pada interval atau skala rasio yang sama. Koefisien
Pearson adalah ukuran kekuatan hubungan antara 2 variabel kontinu. Koefisien
Pearson direpresentasikan dalam regresi linier, mulai dari -1 hingga +1. Nilai +1
berarti hasil dari hubungan positif yang sempurna antara 2 variabel atau lebih. Nilai
-1 mewakili hubungan negatif yang sempurna. Korelasi -1 menunjukkan bahwa
ketika 1 variabel meningkat, maka yang lain akan menurun. Angka 0 menunjukkan
bahwa tidak terdapat korelasi antara 2 variabel tersebut.
f. Mann Whitney U Test
1) Definisi
Digunakan apabila skala data variabel terikatnya adalah ordinal atau interval/
ratio tetapi tidak berdistribusi normal.
2) Contoh
Sebuah RCT mengevaluasi sebuah terapi anti-retroviral untuk HIV. Kita ingin
menilai viral load pada kelompok yang diobati vs kelompok yang tidak diobati.
Maka kita dapat menggunakan Mann Whitney U Test.
3) Hipotesis
Hipotesis nol (H0) = tidak ada perbedaan bermakna rata-rata seluruh kelompok.
Hipotesis alternatif (Ha) = perbedaan bermakna rata-rata seluruh kelompok.

45
4) Ketentuan
Skala data variabel terikat adalah ordinal, interval, atau rasio.
Data tidak terdistribusi normal/skewed.
Sampel independen.
g. Kruskal Wallis Test
1) Definisi
Kruskal-Wallis test digunakan untuk menentukan apakah ada perbedaan yang
signifikan secara statistik antara median dari tiga atau lebih kelompok
independen. Tes ini adalah ekuivalen non-parametrik dari one-way ANOVA
test dan biasanya digunakan ketika data tidak terdistribusi normal.
2) Contoh
Kita membagi kelas yang terdiri dari 90 siswa menjadi tiga kelompok. Setiap
kelompok menggunakan teknik belajar yang berbeda selama satu bulan untuk
mempersiapkan ujian. Pada akhir bulan, semua siswa mengikuti ujian yang
sama. Anda ingin tahu apakah teknik belajar berdampak pada nilai ujian atau
tidak. Dari penelitian sebelumnya Anda mengetahui bahwa distribusi nilai ujian
untuk ketiga teknik pembelajaran ini tidak berdistribusi normal sehingga Anda
melakukan uji Kruskal-Wallis untuk menentukan apakah ada perbedaan yang
signifikan secara statistik antara nilai dari ketiga kelompok.
3) Hipotesis
Null hypothesis: median dari populasi adalah sama.
Alternative hypothesis: median dari populasi tidak sama.
4) Ketentuan
Variabel independen berskala kategorik lebih dari 2 kategori.
Variabel dependen berskala numerik (interval/rasio) atau skala ordinal.
Independen artinya sampel ditiap kategori harus bebas satu sama lain, yaitu
tidak boleh ada sampel yang berada pada 2 kategori atau lebih.
Tiap kategori memiliki variabilitas yang sama.

46
h. Spearman Correlation
Korelasi Spearman mengukur kekuatan dan arah hubungan monoton antara 2
variabel. Jika pada scatterplot menunjukkan bahwa hubungan antara 2 variabel
terlihat monoton, kita dapat menjalankan korelasi Spearman karena akan mengukur
kekuatan dan arah hubungan monoton tersebut. Di sisi lain, jika hubungan tampak
linier, anda dapat menjalankan korelasi Pearson karena akan mengukur kekuatan
dan arah semua hubungan linier.
i. Chi-Square Test
1) Definisi
Terdapat 2 jenis Chi-square test, keduanya menggunakan data kategorikal :
Chi-square test untuk mencocokkan proporsi kasus yang jatuh ke dalam
berbagai kategori variabel tunggal, dan membandingkannya dengan nilai
yang dihipotesiskan.
Chi-square test untuk indepndensi digunakan untuk menentukan apakah 2
variabel kategorikal berhubungan. Chi-square test ini membandingkan
frekuensi kasus yang ditemukan dalam berbagai kategori dari satu variabel
di berbagai kategori variabel lain.
2) Contoh
Kita ingin mengetahui proporsi perokok terhadap perokok sama untuk laki-laki
dan perempuan. Apakah laki-laki lebih mungkin menjadi perokok dibandingkan
perempuan?
3) Ketentuan
1 variabel kategorikal, dengan 2 atau lebih kategori.
Setiap subjek hanya menduduki satu sel (satu kategori).
Expected value setiap sel lebih dari 5 pada setidaknya 80% sel, dan tidak
ada sel yang memiliki expected value kurang dari 1. Adapun cara
menghitung expected value adalah [(jumlah frekuensi kolom x jumlah
frekuensi baris)/jumlah frekuensi keseluruhan].

47
B. Introduction to SPSS: From Theory to Practice
1. Pengenalan Interface SPSS (Data View dan Variable View)
a. Data view: tempat input data dan olah data

b. Variable view: tempat mendeskripsikan variabel


Menu yang tersedia di variable view antara lain:
● Name: nama variabel data (maksimal 8 karakter, diawali dengan huruf, nama
variabel harus unik tidak boleh ada duplikasi, tidak boleh menggunakan spasi,
! , ? , ‘ , dan *).
● Type: jenis variabel data yang digunakan, (Numeric, String atau data berupa
karakter, Date, etc).
● Label: informasi tambahan mengenai variabel, misal variabel X diberi
label ”nama barang”.
● Value: memberikan label string yang diterapkan untuk nilai numeric tertentu,
biasanya untuk data yang bersifat ordinal dan interval, misal angka 1 untuk
laki-laki dan angka 2 untuk perempuan.
● Missing: menunjukkan nilai yang hilang (missing value) dalam data.
● Columns: menunjukkan lebar kolom baik jenis data numeric maupun string,
lebar maksimal 255 digit.
● Align: posisi data pada tiap cell (left, right, dan center).

48
● Measure. Kolom ini menunjukkan jenis ukuran data yang digunakan (Scale,
Nominal, dan Ordinal).

2. Cara recode into different variables


Transform > Recode into different variables

Masukkan variabel yang akan dikode ulang pada Input > Output > Tulis nama baru di
Output Variable.

Klik Old and New Values > Kode ulang sesuai keperluan.

49
Contoh:
Mengode ulang variabel “nilai matematika” menjadi rendah (<45), sedang (45 – 60),
dan tinggi (>60). Langkah yang dilakukan sebagai berikut:
Masukkan nilai Lowest pada Old Value (contoh: 44) > Isi “1” pada New Value >
Add.
Masukkan nilai Range pada Old Value (contoh: 45 – 60) > Isi “2” pada New Value
> Add.
Masukkan nilai Highest pada Old Value (contoh: 61) > Isi “3” pada New Value >
Add > Continue > OK.

Pada Variable view, Klik value pada variabel baru > Masukkan Value Labels satu per
satu > Add.

50
2. Tampilan Output
Setelah melakukan analisis data atau tindakan lainnya di SPSS, akan ada window
Output dengan tampilan berikut

3. Menu Utama SPSS


Menu utama SPSS adalah:
a. Data: untuk melakukan perubahan-perubahan data, seperti mengurutkan data,
memisahkan isi file dengan kriteria tertentu, menggabungkan data, etc.

51
b. Transform: untuk transformasi data, seperti menghitung variabel data, mengubah
data, mengurutkan data, etc.
c. Analyze: untuk mengolah data, seperti mengolah statistik deskriptif, regresi,
korelasi, etc.
d. Graphs: untuk menampilkan data dan hasil pengolahan data dalam bentuk grafik
dan chart, seperti bar charts, histogram, scatter diagram, etc.
e. Utilities: menu pelengkap, seperti menampilkan informasi variabel,
mendefinisikan dan menampilkan variabel data, etc.

4. Uji Normalitas SPSS


Analyze > Descriptive statistics > Explore

Masukkan variabel terikat ke “Dependent List” & variabel bebas ke “Factor List”.

52
Plots > Centang “Normality plots with test” > Continue > Lihat hasil di Output

Lihat hasil di Output


● Untuk frekuensi data lebih dari 50 (n>50) gunakan hasil Kolmogorov Smirnov,
sedangkan data kurang dari 50 (n<50) gunakan hasil Saphiro Wilk.
● Data terdistribusi normal dan homogen bila p value (Sig.) lebih dari 0,05 (p > 0,05).
● Lihat Histogram, Q-Q Plot, Box Plot juga untuk melihat apakah data berdistribusi
normal.

53
5. Uji Statistika Deskriptif
Analyze > Descriptive Statistics > Descriptives

54
Masukkan variabel yang ingin diuji > OK

6. Uji Statistika Analitik


● Analitik Komparatif Tidak Berpasangan
Parametrik
Chi-Square
Analyze > Descriptive statistics > Crosstab

55
Masukkan variabel independen ke Row dan dependen ke Column > Klik Statistics >
Centang Chi-Square.

Cells > Centang Observed, Expected, dan Row> Continue

56
Independent T-Test
Analyze > Compare means > Independent-samples T-Test

One Way ANOVA


Analyze > Compare means > One Way ANOVA

Masukkan variabel ke dependent list dan factor list > Post Hoc > Tukey > Continue.

57
Klik Options > centang Descriptive dan Homogeneity of variance test > Continue.

58
Nonparametrik
Mann-Whitney/Kolmogorov-Smirnov Test
Analyze > Nonparametric tests > Legacy dialogs > 2 Independent samples

Masukkan variabel ke test variable list dan grouping variable. Pastikan grouping
variable terdiri dari dua grup.

59
Definisikan grup variabel dengan mengeklik Define Groups > masukkan value tiap-
tiap kelompok > Continue > centang Mann-Whitney U/Kolmogorov-Smirnov Z (sesuai
kebutuhan) > OK.

Kruskal-Wallis
Analyze > Nonparametric tests > Legacy dialogs > K Independent samples

60
Masukkan variabel ke test variable list dan grouping variable. Pastikan grouping
variable bersifat kategorik dengan 3 atau lebih kategori (contohnya, tingkat aktivitas
fisik sedenter (0), moderat (1), berat (2)).

Definisikan grup variabel dengan mengeklik Define Groups > masukkan value tiap-
tiap kelompok > Continue > centang Kruskal-Wallis H > OK.

61
● Analitik Komparatif Berpasangan
Parametrik
Paired T-Test
Analyze > Compare means > Paired samples T-Test

Repeated ANOVA
Analyze > General Linear Model > Repeated Measures

62
Pada Within-Subject Factor Name, masukkan label perbandingan pada uji ini (misalnya
waktu) dan masukkan Number of Levels, yakni banyaknya pengukuran variabel > Add
> Define

Masukkan Within-Subject Variables

63
Options > Centang Descriptive statistics dan Estimates of effect size. Bila ingin
meminta uji post-hoc, masukkan label pada Display Means for > Centang Compare
main effects > Ubah Confidence interval adjustment menjadi Bonferroni > Continue

Nonparametrik
Wilcoxon
Analyze > Nonparametric tests > Legacy dialogs > 2 Related samples

64
Masukkan variabel yang berpasangan ke dalam Test Pairs > Pastikan Wilcoxon
tercentang > OK

Friedman
Analyze > Nonparametric tests > Legacy dialogs > K Related samples

65
Masukkan variabel yang berpasangan (mengukur hal yang sama) ke dalam Test
Variables > Pastikan Friedman tercentang > OK

● Analitik Korelatif
Pearson dan Spearman
Analyze > Correlate > Bivariate

Masukkan variabel > Centang Pearson/Spearman > OK

66
Partial Correlation
Analyze > Correlate > Partial

Masukkan dua variabel yang mau dikorelasikan dan variabel yang mau dikontrol

67
Options > Centang zero-order correlations dan pilih exclude cases pairwise > Continue
> OK

68
● Analitik Multivariat
Multiple Regression
Analyze > Regression > Linear

Masukkan variabel independen dan dependen; pastikan pada Method tertera Enter.

Statistics > Centang Estimates, Confidence intervals, Model fit, Descriptives, Part and
partial correlations, Colinearity diagnostics, dan Casewise diagnostics untuk Outliers
outside 3 standard deviations > Continue

69
Options > Exclude cases pairwise > Continue

Plots > Masukkan ZRESID pada sumbu Y dan ZPRED pada sumbu X > Centang
Normal probability plot > Continue

70
Save > Centang Mahalanobis dan Cook’s > Continue > OK

71
Two Way ANOVA
Analyze > General Linear Model > Univariate

Masukkan variabel pada Dependent variable dan Fixed Factors

Post Hoc > Masukkan variabel yang ingin diuji post hoc dan memiliki tiga atau lebih
kelompok > Centang uji yang diinginkan (misal Tukey) > Continue

72
Plots > Masukkan variabel dengan kelompok terbanyak pada Horizontal Axis dan
variabel lainnya pada Separate Lines > Add > Continue > OK

73
MANOVA (Multivariate analysis of variance)
Cek terlebih dahulu asumsi-asumsi yang digunakan untuk MANOVA.
Analyze > General Linear Model > Multivariate

Masukkan Dependent Variables dan Fixed Factors

Model > Pilih full factorial > Type III untuk Sum of squares > Continue

74
Options > Pindahkan variabel independen pada Display Means for: > Centang
Descriptive statistics, Estimates of effect size, dan Homogeneity tests > Continue > OK

75
REFERENSI
1. Aggarwal, R., & Ranganathan, P. (2019). Study designs: Part 2 - Descriptive studies.
Perspectives in clinical research, 10(1), 34–36.
2. “Descriptive studies” (2013) in Biostatistics Decoded. Chichester, UK: John Wiley & Sons,
Ltd, pp. 63–85.
3. Khanna, C. (2020) Observational vs experimental study - statistical analysis, Towards
Data Science. Available at: https://towardsdatascience.com/observational-vs-
experimental-study-543425a3b3c8
4. Observational studies and experiments (article) Khanacademy.org. Available at:
https://www.khanacademy.org/math/statistics-probability/designing-studies/types-studies-
experimental-observational/a/observational-studies-and-experiments
5. Observational vs. experimental studies Iwh.on.ca. Available at:
https://www.iwh.on.ca/what-researchers-mean-by/observational-vs-experimental-studies
6. Pallant, J. (2010). SPSS survival manual: a step by step guide to data analysis using SPSS.
Maidenhead: Open University Press/McGraw-Hill.
7. Ranganathan, P., & Aggarwal, R. (2019). Study designs: Part 3 - Analytical observational
studies. Perspectives in clinical research, 10(2), 91–94.
https://doi.org/10.4103/picr.PICR_35_19
8. Wagh, S. (2015) “Research guides: Public Health Research Guide: Primary & secondary
data definitions.” Available at:
https://researchguides.ben.edu/c.php?g=282050&p=4036581
9. Indrayan A. Sampling and Sample Sizes. In: Research methods for medical graduates. 1st
ed. Boca Raton, FL: CRC Press, Taylor & Francis Group; 2020. p. 153.
10. Temesvari NA. Pengolahan dan Analisis Data. In: Metodologi Penelitian Kesehatan.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2018. p. 243–248. Temesvari NA. Populasi
dan Sampel. In: Metodologi Penelitian Kesehatan. Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia; 2018. p. 175–183.

76
Referensi Lain

▪ R-Video 3 Volume 1: “Research Proposal: Starting from the Basics”

▪ R-Video 3 Volume 2: “Research Proposal: Mastering the Types of Study Design”

77
▪ R-Video 3 Volume 3: “Research Proposal: Determining the Variables and Data
Analysis”

CONTACT PERSON
Rifkanisa Nur Faiza
Secretary of Research AMSA-Indonesia 2022/2023
Faculty of Medicine, Universitas Gadjah Mada
Batch 2020
Official E-mail : research@amsaindonesia.org
Personal E-mail : rifkanisafaizaa@gmail.com
Phone Number : +6285727649418
LINE ID : rifkanisafaiza

78
79

Anda mungkin juga menyukai