Anda di halaman 1dari 9

AGRIBISNIS BERBASIS TRI HITA KARANA

STUDI DI LPHD (LEMBAGA PENGELOLAAN HUTAN DESA) BATUR SELATAN,


KECAMATAN KINTAMANI, KABUPATEN BANGLI

dibuat untuk memenuhi syarat tugas


dalam mata kuliah Agribisnis berbasis Tri Hita Karana

Disusun oleh :

Nama : I Ketut Gede Intan Kurniawan

NIM : 2381111002

Dosen Pengampu : Dr. Ir. Ratna Komala Dewi MP.

FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI MAGISTER AGRIBISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
BALI
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat-Nya dan karunia-
Nya penulis dapat menyelesaikan makalah pada tugas mata kuliah Agribisnis berbasis Tri Hita
Karana. Adapun judul dari makalah ini adalah “Agribisnis Berbasis Tri Hita Karana Studi Di Lphd
(Lembaga Pengelolaan Hutan Desa) Batur Selatan, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli”.
Pada kesempatan kali ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen pengampu
Mata Kuliah Agribisnis berbasis Tri Hita Karana yang telah membimbing penulis untuk
menyelesaikan makalah ini. Selain itu, penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada teman
maupun pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Penulis menyadari bahwa
dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun diharapkan dapat membuat paper ini menjadi lebih baik serta bermanfaat bagi penulis
dan pembaca.

Denpasar, 9 Oktober 2023


PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Hutan mempunyai kedudukan dan peranan yang sangat penting dalam menunjang
pembangunan bangsa dan negara. Hal ini disebabkan hutan dapat memberikan manfaat yang
sebesar-besarnya bagi kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Ditinjau dari segi manfaat, manfaat
hutan adalah mempunyai manfaat langsung, dan manfaat tidak langsung (Ngadung cit Salim,
20003:46). Manfaat langsung adalah manfaat yang dirasakan atau dinikmati secara langsung
oleh masyarakat, yaitu masyarakat dapat menggunakan hasil hutan utama, dan berbagai hasil
hutan seperti rotan, getah, buah-buahan, dan lain-lain. Pembangunan pada sektor kehutanan
diarahkan untuk memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat dengan
tetap menjaga kelestarian dan kelangsungan fungsi hutan. Dalam pelaksanaan pembangunan
kehutanan sangat diperlukan peran serta masyarakat baik di dalam maupun luar kawasan hutan.
Untuk itu keberhasilan pembangunan kehutanan sangat ditentukan oleh keberhasilan
pembangunan masyarakat sekitar terutama untuk peningkatan kesejahteraan ( Kemenhut, 2012 ).
Peranan kehutanan dianggap sebagai salah satu alternatif dalam membangun sistem pertanian
terpadu. Selain fungsinya sebagai ekologis, kehutanan juga memiliki manfaat ekonomi dalam
memberikan lapangan usaha bagi masyarakat dari kegiatan usaha bidang kehutanan. Menyadari
akan pentingnya hal tersebut maka peran strategis pembangunan pertanian dan kehutanan dalam
perekonomian nasional harus tercermin melalui konstribusinya yang nyata dalam pembentukan
capital, penyediaan bahan pangan, penyedia bahan baku industri, penyerapan tenaga kerja,
sebagai sumber pendapatan dan devisa negara, serta meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan
masyarakat khususnya petani sehingga sektor pertanian dan kehutanan dianggap menjadi salah
satu indikator keberhasilan dalam pembangunan perekonomian nasional. Ditinjau dari mata
rantai sistem agribisnis kehutanan terdiri dari lima rangkaian kegiatan ekonomi berupa subsistem
input pengadaan dan penyaluran saprohut, subsistem process produksi, subsistem output
(Pengolahan/ agroindustri dan pemasaran), dan subsistem jasa penunjang (supporting institution).
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah dipaparkan di atas, maka masalah yang dapat
dirumuskan adalah bagaimana Pola Agribisnis berbasis Tri Hita Karana sektor kehutanan di
LPHD (Lembaga Pengelolaan Hutan Desa) Batur Selatan, Kecamatan Kintamani, Kabupaten
Bangli.

1.3. Tujuan Makalah


Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui Pola Agribisnis berbasis Tri Hita Karana
sektor kehutanan di LPHD (Lembaga Pengelolaan Hutan Desa) Batur Selatan, Kecamatan
Kintamani, Kabupaten Bangli.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tri Hita Karana

Tri Hita Karana secara etimologi berasal dari Bahasa Sanskerta dimana berasal dari kata “Tri,
Hita dan Karana”. Tri artinya tiga, Hita artinya Bahagia dan Karana artinya penyebab. Tri Hita
Karana dapat diartikan sebagai “tiga penyebab kebahagiaan”. Tri Hita Karana mengajarkan
manusia agar mampu menciptakan hubungan yang harmonis dengan Tuhan, dengan sesama
manusia dan dengan alam lingkungannya. Tri Hita Karana lebih populer dengan sebutan
Parhyangan, Pawongan dan Palemahan (Wiana, 2007:5). Sikap hidup yang benar menurut
ajaran Agama Hindu adalah bersikap seimbang antara percaya dan menyayangi pada Tuhan
dengan mengabdi pada sesama manusia dan menyayangi alam semesta. Terbangunnya hubungan
harmonis antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia dan manusia dengan
lingkungan. Konsep Tri Hita Karana menurut Donder dikelompokkan menjadi tiga nilai yaitu:
(1) Nilai akhlak terhadap Tuhan Yang Maha Esa (Parhyangan), (2) Nilai akhlak terhadap
manusia (Pawongan), dan (3) Nilai akhlak terhadap lingkungan (Palemahan). Dalam
menghadapi kehidupan yang pundamentalis, konsep ajaran Tri Hita Karana memperkenalkan
nilai-nilai realitas hidup bersama dalam hal penanaman nilai religious, pembudayaan nilai sosial,
penghargaan gender, penanaman nilai keadilan, pengembangan sikap demokratis, penanaman
sikap jujur, menunjukkan sikap kejujuran, peningkatan sikap dan daya juang, pengembangan
tanggung jawab, dan penghargaan lingkungan alam (Parmajaya, 2007:402-405). Penerapan
ajaran Tri Hita Karana jika dilaksanakan dengan secara mantap, kreatif dan dinamis maka akan
terwujudlah kehidupan harmonis yang meliputi pembangunan manusia seutuhnya yang astiti
bakti terhadap Sanghyang Widhi Wasa/ Tuhan Yang Maha Esa, cinta kepada kelestarian
lingkungan dan alam semesta serta tercipta kerukunan dan kedamaian dengan sesamanya.
Konsep dan filosofi Tri Hita Karana sudah sangat lama dikenal oleh masyarakat Bali. Sutjipta.
(2010 : 31) mengemukakan bahwa folisofi Tri Hita Karana merupakan filosofi yang paling
mendasar dari kehidupan komunal masyarakat Bali, dengan demikian Tri Hita Karana sangat
perlu dihayati dan dikembangkan.

2.2. Agribisnis Sektor Kehutanan


Pelaku industri kehutanan menilai optimalisasi nilai ekonomi sektor kehutanan dapat
dilakukan melalui pola kombinasi tanaman kayu dengan tanaman semusim atau agroforestry.
Agroforestry merupakan suatu bentuk pengelolaan sumber daya yang memadukan kegiatan
pengelolaan hutan atau pohon kayu-kayuan dengan penanaman komoditas atau tanaman jangka
pendek, seperti tanaman pertanian. Pelaku industri kehutanan menilai optimalisasi nilai ekonomi
sektor kehutanan dapat dilakukan melalui pola kombinasi tanaman kayu dengan tanaman
semusim atau agroforestry. Jenis komoditas yang dihasilkan dari sistem agroforestri antara lain
penghasil bahan pangan, buah-buahan, pakan ternak, kayu bakar, daun, kulit, getah, dan lain-lain.
Juga sebagai penghasil jasa lingkungan. Peningkatan tutupan lahan dengan berbagai jenis
tanaman akan meningkatkan keanekaragaman hayati, munculnya sumber-sumber mata air, juga
bisa dikembangkan wisata alam, bahkan dapat meningkatkan stok karbon dan menekan laju
emisi. Model system agribisnis di sektor kehutanan dapat disajikan seperti gambar dibawah ini:

2.3 Profil LPHD Batur Selatan

Lembaga Pengelola Hutan Desa (LPHD) adalah lembaga kemasyarakatan yang ditetapkan
dengan Peraturan Desa (PERDES) yang bertugas untuk mengelola Hutan Desa yang secara fungsional
berada dalam organisasi desa dan bertanggung jawab kepada Kepala Desa. LPHD didirikan dan
ditetapkan pada tanggal 30 Oktober 2017 beranggotakan 19 orang dengan ketuanya bernama I Ketut
Sandra. Profil kegiatannya adalah agroforestry tanaman kehutanan seperti alpukat, nangka , ampupu,
bamboo, dll, kegiatan bersih sampah, pengamanan hutan, pemberdayaan masyarakat sekitar dengan
pemberian bibit ayam dan bibit pohon.
BAB III. PEMBAHASAN

3.1. Penerapan Tri Hita Karana dalam aspek Parahyangan


Parhyangan adalah sebuah konsep yang menginginkan adanya harmoni antara manusia
dengan Tuhan Yang Maha Esa. Dalam hal ini kegiatan bisnis haruslah disadari bahwa aktivitas
manusia yang berbisnis itu adalah suatu bentuk persembahan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Bukan hanya dengan satu tujuan yaitu menikmati keuntungan yang sebesar besarnya, dengan
demikian haruslah ada kesadaran dari kalangan kaum bisnis bahwa kegiatanya pada hakekatnya
dikontrol serta diketahui oleh Tuhan Yang Maha Esa. Pelaksanaan bisnis harus ada kesadaran
bahwa hukum karma (Karma Phala atau hasil perbuatan) tetap berlaku dalam apa yang mereka
lakukan. Oleh karena itu pelaku bisnis LPHD Batur Selatan sebagai pengelola ekowisata hutan
haruslah berusaha menjaga harmoni secara internal dan juga dengan kalangan eksternal atau
masyarakat pelangganya. Parhyangan yang dimaksud di LPHD Batur Selatan dalam kegiatan
pengelolaan kawasan hutan dan agroforestry adalah unsur Atman atau Jiwa atau sat-penghidup
manusia petani yang berasal dari Tuhan atau Paramatman, yang bersemayam ditempat pemujaan
dilingkungan Desa Batur Selatan, itu bukan saja bangunan fisik tempat suci, termasuk kegiatan
persembahyangan yang dilakukan sebelum aktivitas dimulai, kedisiplinan dan kejujuran petani,
ketakwaan seluruh perangkat dan aparat desa, melainkan juga Atman yang berasal dari
Paramatman yang bersemayam di tempat pemujaan (Sutjipta. 2005 : 30)
3.2. Penerapan Tri Hita Karana dalam aspek Pawongan
Menjalankan bisnis tidak terlepas dari adanya kerjasama dengan pihak lain, dalam hal ini
adalah lingkungan pergaulan yang mantap dan kondusif dan ciri dari hubungan manusia sebagai
mahkluk social. Lingkungan pergaulan yang mantap dan kondusif ini dapat tercipta jika pebisnis
itu rendah hati, pandai berkomunikasi dengan tutur kata sopan dan tentunya ramah (punya etika
dan tata karma). Perusahaan dalam melaksanakan usaha bisnis terdiri dari 2 aspek yakni aspek
internal dan eksternal yang ada di sekitarnya. Aspek internal dimana sebuah perusahaan terdiri
dari struktur organisasi (dewan direksi, manajemen, karyawan) sebagai penggerak roda
perusahaan, sedangkan aspek eksternal terdiri dari pemerintah, masyarakat sekitar, dan
perbankan dalam menyokong usaha kewirausahaan yang dijalankan. Jika hubungan salah satu
diantara hal tersebut tidak berjalan dengan baik dan harmonis maka usaha tersebut tidak akan
memiliki peluang untuk berkembang ke arah yang lebih baik. Manusia memang memiliki
kecendrungan untuk memelihara, membina dan mengembangkan hubungan antar sesama dengan
membentuk satu-kesatuan masyarakat dengan menghuni serta menempati wilayah tertentu yang
disebut dengan komunitas. Termasuk komunitas dalam kawasan agrobisnis di LPHD BAtur
selatan pada dasarnya sudah mengimplementasikan Tri Hita Karana dalam aktivitas
kemasyarakatan, dalam hal ini sangat ditentukan oleh penanganan aspek Pawongan yaitu kaitan
memanfaatan sumber daya alam dan lingkunganya.
3.3. Penerapan Tri Hita Karana dalam aspek Palemahan

Berbisnis secara etika tentunya akan mempertimbangkan keadaan lingkungan sekitar yang
ada dengan selalu memperhatikan, menjaga dan melestarikan keasrian lingkungan sekitar. Lokasi
pendirian sebuah perusahaan harus memperhatikan tata aturan yang berlaku sesuai dengan
RTRW(rencana tata ruang wilayah) setempat, pengaturan dan pengolahan limbah agar tidak
mencemari lingkungan dan menyebabkan polusi. Dalam regulasi yang dikeluarkan oleh Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 8 Tahun 2022 tentang Perintisan Pengembangan
Generasi Lingkungan ditekankan pentingnya terbangun sebuah generasi lingkungan, generasi
yang lahir dengan internalisasi nilai-nilai cinta lingkungan. Dengan demikian akan memunculkan
budaya cinta lingkungan sejak dini, menjadi trend gaya hidup hijau, bersih dan sehat,
melestarikan bumi kita dari kerusakan yang akan menjadi penentu keberlangsungan hidup umat
manusia kedepan. Alam sekitar kita adalah lingkungan bagi segala spesies kehidupan, termasuk
manusia itu sendiri. Alam sekitar kita terbentuk dari lima unsur utama yaitu : Udara (bayu), Air
(apah), Api (teja. agni), Tanah (pertivi) dan Ruang (akasa). Kelimanya disebut dengan Panca
Maha Bhuta (Gorda, 1997 : 95). Pelemahan adalah konsep yang menginginkan adanya harmoni
antara manusia dengan lingkungan sekitarnya. Jika terjadi disharmoni, misalnya eksploitasi
lingkungan alam secara berlebihan (tidak proporsional) maka akan terjadi ancaman terhadap
kegiatan ekowisata maupun agrobisnis yang ada di LPHD Batur Selatan.
BAB IV. PENUTUP
4.1. Kesimpulan
1. Aspek Parhyangan berpengaruh baik terhadap kawasan ekowisata LPHD
Batur Selatan dengan terjaganya kawasan hutan berlandaskan dengan
spirit etika berwirausaha yang tentunya menjadi modal penting dalam
kelestarian usaha dan lingkungan.
2. Apsek Pawongan dapat terlihat dari pelaksanaan kegiatan yang
mengedepannkan prinsip gotong royong dan kebersamaan dalam rangka
mewujudkan hutan lestari masyarakat sejahtera.
3. Aspek Palemahan terlihat dari asrinya kawasan hutan di LPHD Batur
Selatan dimana dahulu menjadi tempat pembuangan sampah illegal
namun berkat usaha keras dan sunguh-sungguh maka areal hutan tersebut
kini menjadi kawasan wisata yang indah
4.2. Saran
Perlu ditekannkan prinsip pengelolaan hutan berlandasakan Tri Hita
Karana agar tujuan LPHD Batur Selatan dapat tercapai sesuai dengan harapan
seluh anggota dan masyarakat sekitar.
DAFTAR PUSTAKA

Parmajaya, I. P. G. (2018). Implementasi Konsep Tri Hita Karana dalam Perspektif


Kehidupan Global: Berpikir Global Berperilaku Lokal. Purwadita: Jurnal Agama
dan Budaya, 2(2), 27-33.
Sutjipta.N, 2005, Pariwisata Revolusi di Pulau Dewata, Universitas Udayana, Denpasar.
Sutjipta. N, 2010, Agribisnis Pembangunan Setengah Hati, Universitas Udayana, Denpasar

Anda mungkin juga menyukai