Anda di halaman 1dari 30

Ringkasan Buku

Oleh Pilipus M. Kopeuw


(Dosen pada Prodi PAK di STAKPN Sentani Papua - Indonesia)
Senin, 24 Mei 2021
Judul Buku: Pedagogi Kritis: Sejarah, Perkembangan dan Pemikiran
Penulis: Rakhmad Hidayat
Tahun Terbit: Cetakan I, 2013
Penerbit: PT RajaGrafindo Persada Jakarta
Jumlah Halaman: 289.

PENDAHULUAN
Pentingnya buku “Pedagogi Kritis: Sejarah, Pemikiran dan Perkembangan” adalah:
1. Kepentingan akademik, untuk mendorong pergulatan diskursus pedagogis kritis dalam praktik
pendidikan Indonesia agar terus meningkat.
2. Kepentingan praktis, mendorong tidak sekedar pada ranah teoretis tapi lebih jauh bergerak
pada level praksis.

Tujuan penulisan buku pedagogi kritis adalah:


1. Menjelaskan sejarah dan akar historis munculnya pedagogi kritis.
2. Menjelaskan dinamika dan perkembangannya
3. Mendiskusikan peta pemikiran pedagogis kritis dari tokoh-tokok pedagogis kritis.

I. SEJARAH DAN AKAR HISTORIS MUNCULNYA PEDAGOGI KRITIS

a. Pengertian Pedagogi Kritis


Pedagogis kritis didefinisikan sebagai teori pendidikan dan praktik pembelajaran yang di desain
untuk membangun kesadaran kritis mengenai kondisi sosial yang menindas. Tugas utama dari pedagogis
kritis adalah mengungkap dan menantang peran reproduksi sekolah dalam perbedaan kehidupan politik
dan budaya. Pedagogi kritis menekankan dialog antara orang dengan orang yang tidak semata-mata
bentuk dialogis. Pedagogis dalam membangun kesadaran kritisnya menggunakan istilah membaca dunia
serta membaca kata. Pedagogi kritis menyuarakan perubahan mencari keadilan untuk melakukan
emansipatori. Jadi tugas pedagogi kritis adalah untuk membawa masyarakat yang tertindas untuk
menuju suatu kesadaran kritis.
Menurut Joe L. Kincleloe (Suami Prof. Shirley, 19552-2008), bahwa pendidikan pedagogi kritis
adalah sebuah gagasan yang kompleks yang meminta banyak praktisi yang mengakuinya. Mengajar
sebuah pedagogi kritis melibatkan lebih dari mempelajari sedikit teknis pedagogis dan pengetahuan
yang diperlukan kurikulum, standar atau buku teks. Guru harus kritis memahami bukan hanya
sistematika materi pelajaran yang luas, tetapi juga struktur politik sekolah. Tidak ada yang mustahil,
ketika kita bekerja

1
dalam solidaritas dengan cinta, dilakukan dengan hati, diajarkan seperti dengan pikiran. Filsafat dan
pengajaran yang merupakan dasar dari apa yang kita sebut pedagogi kritis.

b. Konteks Historis
Pedagogi kritis banyak dipengaruhi oleh tradisi Neo-Marxian. Pengaruh tersebut sangat kuat
dengan perkembangan teori kritis dari Mazhab Frankfurt. Neo Marxian adalah sebuah perspektif yang
secara kritis terpengaruh dan berupaya mengembangkan pemikiran-pemikiran Karl Marx (1818-1883).
Perspektif ini seringkali menggabungkan beberapa tradisi intelektual seperti teori kritik, psikoanalisis
maupun eksistensialisme. Perspektif ini banyak dipengaruhi oleh pemikiran G.W.F, Hegel (1770-1831),
Fredrick Neitzsche (1884-1900), dan Sigmund Freud.
Mazhab Frankfurt didirikan di Jerman pada 23 Februari 1923 di University Frankfurt yang
dikembangkan oleh Max Horkheimer (1895-1973), Theodor Adorno (1903-1969), Herbert Marcuse
(1898- 1979) dan Erich Fromm (1900-1980).
Menurut Jessop (2012) istilah teori kritis untuk pertama kalinya diintrodusir oleh Horkheimer
pada tahun 1937 untuk mendekripsikan komitmen politik sebagai respons terhadap berbagai problem
modernitas.
Ketertarikan Mazhab Frankfurt terhadap pemikiran Karl Marx disebabkan antara lain oleh
ketidakpuasan mereka terhadap penggunaan teori-teori Marxisme oleh kebanyakan orang lain yang
mereka anggap merupakan pandangan sempit terhadap pandangan asli Karl Marx. Kekuatan politik di
Jerman saat itu sangatlah berbeda dengan Jerman yang dialami Karl Marx. Oleh karena itu, pemikir
Mazhab Frankfurt mengatakan bahwa Marxisme harus dimodifikasi untuk bisa menjawab tantangan
zaman. Mazhab Frankfurt memiliki 2 ide, yaitu (1) semua ide dipengaruhi oleh waktu saat ini
berdasarkan pola-pola yang berlaku; (2) tidak dapat dipisahkan antara fakta dan nilai. Secara garis besar
terdapat empat karakteristik pemikiran Mazhab Frankfurt tentang teori kritis yaitu interdisiplin, reflektif,
dialektis, dan kritis.
Tokoh generasi kedua Mazhab Frankfurt adalah Jurgen Hubermas. Lahir di Dusseldorf, Jerman
pada 1929. Ia adalah mantan asisten dari Theodor Adorno di Heidelberg. Beberapa varian dari neo-
Marxian. Herbert mengembangkan sebuah strategi untuk merevitalisasi teori kritis berdasarkan
rekonstruksi radikal yang mengacu pada beberapa teori lainnya. Hal yang menarik adalah meskipun
secara formal Hubermas tidak dikenal sebagai ahli pendidikan dalam perspektif sempit, tetapi pemikiran
filosofisnya tentang pendidikan maupun kurikulum tergambar dalam beberapa pemikirannya.
Salah satu kontribusi penting Frankfurt School menurut Lazarsfeld (1942) adalah apa yang
disebut pendekatan kritis. Kemudian oleh Walter Benyamin mengembangkan culture industries sebagai
ternologi baru dari produksi budaya. Frankfurt School kemudian konsen dengan studi media memiliki
pandangan bahwa budaya harus dipelajari dalam relasi sosial dan sistem dimana budaya diproduksi dan
dikonsumsi. Pedagogi kritis dengan basis teori kritis mencoba mengkonter berbagai bentuk kekuasaan.
Ide pedagogi kritis dimulai dengan literatur Neo-Marxisme pada teori kritis. Mazhab Frankfurt percaya
bahwa Marxisme sangat penting dan berpengaruh dalam kajian budaya dan media untuk menolak
kapitalisme. Teori kritis menjadi salah satu yang digunakan untuk menggambarkan kritik sosial
dialektis terhadap struktur sosial yang dominan. Salah satu prinsip penting dari teori kritis yang jelas
dalam pedagogi kritis adalah adanya gagasan bahwa kritik ideologi dapat menghapuskan kesadaran
palsu dan memungkinkan individu dan kelompok untuk mengkritik dan menentang rezim yang
menindas kekuasaan. Pedagogi kritis dan media menyuarakan perubahan mencari keadilan untuk
melakukan emansipatori. Jadi tugas
pedagogi kritis adalah untuk membawa masyarakat yang tertindas untuk menuju suatu kesadaran kritis.
Menurut Richard Paul, teori kritis menekankan pada berpikir dialogis, sementara pedagogi kritis
menekankan dialog antara orang dengan orang yang tidak semata-mata bentuk dialogis. Pedagogis dalam
membangun kesadaran kritisnya menggunakan istilah membaca dunia serta membaca kata.
2
c. Konteks Sosial Historis Pedagogi Kritis
Paulo Reglus Neves Freire lahir di Recife Bazil pada 19 September 1921 dan meninggal 2 Mei
1997. Pengalaman Paulo Freire dari keluarga miskin hidup di zaman depresi besar (zaman Malaize) 1929,
ia dan orangtuanya tinggal di kota murah dari Guararapes Jaboatao Dos Brasil Amerika Latin.
Pengalaman hidup sebagai atau bersama kaum miskin, ia membangun pemahamannya tentang
pendidikan, yakni kemiskinan dan kelaparan sangat mempengaruhi kemampuan untuk belajar. Kelas
sosial menjadi jurang pemisah berkaitan dengan kualitas pendidikan seseorang. Pengalamannya ini ia
menulis buku “Pedagogy of the Oppressed atau pendidikan bagi kaum tertindas” yang mengukuhkan
pregoresifnya tentang pedagogis kritis. Pikirannya dalam buku ini menginspirasi munculnya pendidikan
yang humanis dan demokratis.

d. Kontribusi Pemikiran Paulo Freire tentang Praktik Pedagogis Kritis


1) Penekanannya pada dialog telah mendorong sangat kuat dengan mereka yang peduli dengan
pendidikan popular dan informal.
2) Prihatin dengan praksis (tindakan) yaitu sebuah tindakan yang diinformasikan dan dikaitkan dengan
nilai-nilai tertentu atau tidak usah terlalu banyak teori, tapi lebih ke praksisnya.
3) Mendorong para pendidikan secara tradisional, bekerja tanpa memiliki suara penting dan mereka
dalam keadaan tertindas. Mendorong individu secara sadar untuk mengutarakan pemikirannya.
Pemahaman ini untuk mengakhiri budaya bisu dalam suatu masyarakat. Sebagai upaya untuk
meniadakan dehumanisasi dan melakukan transformasi demi keadilan sosial.

e. Freire dan Pendidikan Populer


Paulo Freire Praktisi Pendidikan dari Brasil (1921-1997) mengembangkan pendidikan popular
yang menekankan dialektika atau model dialogis antara pendidik dan murid. Meskipun banyak
kesamaan dengan pendidikan alternatif.
Definisi pendidikan populer adalah model pendidikan yang dirancang untuk meningkatkan
kesadaran peserta didik dan memungkinkan mereka untuk menjadi lebih sadar tentang bagaimana
pengalaman-pengalaman pribadi individu terhubung ke masalah sosial yang lebih besar. Kata popular
dalam pengertiannya lebih menunjuk kepada petani, pengangguran, kelas pekerja menengah kebawah.
Pendidikan popular adalah bentuk pendidikan yang berbeda. Pendidikan popular lebih berpihak pada
kelompok termiskin, terpinggirkan serta tertindas. Salah contoh pengalaman yang sangat kuat
ditunjukkan oleh gerakan yang dilakukan oleh Paulo Freire dalam mempraktekan pendidikan keaksaraan
untuk orang dewasa di komunitas petani Amerika Latin.
Jadi menurut Freire pedagogi kritis berkaitan dengan perkembangan kesadaran yang
diterjemahkan sebagai “kesadaran kritik”. Kebebasan menurut Freire dimulai dengan adanya suatu
pengakuan atas relasi yang menindas dalam sebuah sistem.

F. Pedagogi Kritis: Sebuah Tindakan Politis (Kata Pengantar Penutup)


Dalam kata pengantar penutup dari buku ini, Prof. Shirley R. Steinberg, Ph.D (Profesor of Youth
Studies the University of Calgary, Canada), mengatakan bahwa pedagogi kritis adalah sebuah tindakan
politis. Pengajaran dan kegiatan budaya adalah tindakan politik. Masyarakat menganggap kegiatan
pendidikan dan kegiatan budaya menjadi kendaraan yang diciptakan untuk mempertahankan status
quo. Kurikulum dipertahankan dari dekade ke dekade. Kegiatan budaya dan sosial dipertahankan dalam
hubungan sekitar mengobati, menyembuhkan atau menstabliskan klien”. Filosofi pendidikan progresif
demokratis menjadi ancaman sejak beberapa abad sebelumnya dengan cara pendidikan dan kegiatan

3
budaya yang harus diajarkan. Ditambah desakkan Paulo Freire tahun 1960-1970 menyatakan bahwa
pendidikan adalah suatu tindakan sosial, budaya dan politik.
Tokoh awal pedagogi kritis yakni Henry Giroux, dalam bukunya berjudul Theory and Resistance
in Education (1983) adalah buku pertama yang didedikasikan untuk memikirkan kembali demokrasi dan
pedagogi. Munculnya terminology pedagogi kritis merupakan kemampuan Giroux untuk membawa kata-
kata Freire yang menyatakan bahwa “guru dan siswa harus mengidentifikasi sendiri pedagogis dari
kewarganegaraan demokratis ke politisasi pendidikan.
Karya Freire membuka kemampuan bagi guru dan pekerja budaya untuk mengidentifikasi bahwa
tanpa memahami konstruksi teori kritis bagaimana kekuasaan bekerja, bahwa emansipasi dan
pencerahan benar-benar melalui pendidikan. Tentu, ini adalah pengetahuan yang berbahaya, karena
bisa mengidentifikasi kekuatan, penamaan kekuasaan, kita hanya bisa melakukan pekerjaan kita dengan
mengekspos kekuatan kita dan bekerja untuk menyamakan kedudukan itu, itulah yang disebut pedagogi
kritis.

II. DINAMIKA DAN PERKEMBANGAN PEDAGOGI KRITIS

a. Pedagogi Kritis telah diintrodusir dalam Progressive Education


Pendidikan progresif dirintis oleh Francis Wayland Parker (1837-1902) terkenal di Amerika
Serikat. Ia lahir di Bedford, New Hempshire Inggris. Memang tidak ada kaitan langsung antara pedagogi
kritis dengan progressive education. Menurut Parker, pendidikan seharusnya dapat mengembangkan
seluruh potensi yang dimiliki seorang anak. Perkembangan tersebut menyangkut mental, fisik dan
moral. Ide dasar pedagogi kritis tersebut secara tidak langsung sudah diintrodusir oleh Parker. Selama di
Eropa Ia juga mempelajari secara mendalam beberapa ilmu pendidikan yang sudah dikembangkan oleh
ilmuan seperti J.J. Rousseau, Fredrick Frobel, Johann Heinrich Pestalozi, dan Johan Friedrich Herbart.
Parker juga dipengaruhi oleh pemikiran Horace Mann (1796-1859). Mann dikenal sebagai
pemikir reformis pendidikan di Amerika. Horace Mann berpandangan bahwa pendidikan umum yang
universal adalah cara terbaik untuk mengubah anak-anak menjadi disiplin dan menjadi warga negara
yang baik. Mann menganggap pentingnya melatih profesionalitas guru untuk mendukung berdirinya
sekolah umum tersebut, sedangkan seorang pendidik, sejatinya harus memiliki ketrampilan yang
terintergrasi (membaca, menulis, mendengar dan berbicara) sekaligus inovatif dengan berbagai bentuk
yang tepat dalam mengembangkan seluruh potensi anak. Kata Parker, anak-anak harus memiliki
kemampuan menulis di seluruh subyek yang menjadi ketertarikan mereka.
Selama di Eropa, Parker menegaskan bahwa siswa memiliki banyak manfaat dari aktivitas
membaca buku yang diminatinya. Ia juga mengembangkan “metode Quincy” yang mengedepankan
praktik disiplin mengurangi hafalan. Dan menggantinya dengan unsur pendidikan yang progresif seperti
kegiatan diskusi kelompok, kombinasi antara seni dan ilmu pengetahuan teknologi, dan metode
informal. Parker menolak tes, grading dan sistem peringkat. Kurikulum pendidikan dalam pandangan
Parker harus memiliki kekuatan pada kemampuan murid untuk membaca, mengeja dan menulis ini
wajib sebagai kemampuan komunikasi.

b. John Dewey meneruskan pemikiran Parker


John Dewey lahir 20 Oktober 1859 di Burlington, Amerika Serikat (1859-1952). Ia seorang filsuf,
ahli pendidikan, dan kritikus sosial, meneruskan tradisi pemikiran yang dirintis oleh Parker, selanjutnya
melalui diskusi mendapatkan benang merah dengan pemikiran Freire.
Sebagai filsuf, Dewey mengatakan filsafat bertujuan memperbaiki kehidupan manusia dan
lingkungannya, mengatur manusia serta aktivitasnya untuk memenuhi kebutuhan manusiawi. Sebagai
pengikut filsafat pragmatisme, tugas filsafat adalah memberi pengarahan bagi perbuatan nyata.

4
Dewey menggunakan istilah kurikulum dan hubungannya dengan anak didik, Ia menulis dalam
bukunya berjudul “The Child and The Curriculum (1902)”. Fokus Dewey tentang kurikulum kepada
pengalaman anak dalam kehidupan sehari-hari di kelas maupun di sekolah. Gagasan ini relevan dengan
sekolah atau pendidikan progresif. Kurikulum harus merespons perkembangan sosial dan kultural anak.
Dewey menulis bukunya berjudul “Experience and Education” yang menjelaskan konsepnya
tentang pendidikan progresif dan sekaligus mempertegas soal paham pragmatismenya. Ia menegaskan
bahwa pengalaman merupakan nilai yang sangat penting agar dijadikan sebagai paradigma untuk
membangun pendidikan.
Dewey bersama koleganya mengembangkan “functional psychology atau functionalism yang
menjelaskan bahwa mental dan perilaku menjadi penting dalam proses adaptasi seseorang dalam
lingkungannya.
Ada perbedaan mendasar cara berpikir Dewey dengan Parker. Parker mulai dengan praktik dan
kemudian bergeser ke teori, sedangkan Dewey mulai dengan hipotesis dan kemudian merancang
metode dan kurikulum untuk menguji hipotesis tersebut.
Dewey juga mengkritik Hegel, Dewey menolak semua bentuk dualisme dan dikotomi dalam
mendukung filosofi pengalaman sebagai rangkaian keseluruhan terpadu dimana segala sesuatu dapat
akhirnya terkait.
Di laboratorium sekolah yang dipimpin oleh istrinya yakni University of Chicago Laboratory
School, sebagai dedikasi Dewey dalam mengembangkan kurikulum dan metode pengajaran yang
berbasis disiplin dikalangan muridnya. Ia mengembangkan komunitas dengan prinsip kerjasama,
kapasitas dan potensi individu. Menurut Dewey, guru perlu menyajikan bukan hanya bacaan dan hafalan
saja, tetapi juga pengalaman dunia nyata dan aktivitas yang berpusat pada kehidupan peserta didik.
Slogam popular dari aliran ini adalah “learning by doing-belajar sambil melakukan”.
John Dewey dalam konsepnya tentang pendidikan progresif mengemukakan beberapa hal:
o Memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar perorangan (individually learning)
o Memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar melalui pengalaman (learning experiencing)
o Guru memberi dorongan, semangat dam motivasi bukan hanya pemerintah. Artinya, guru
memberikan penjelasan tentang arah kegiatan pembelajaran yang merupakan kebutuhan siswa
o Guru mengajaksertakan siswa dalam berbagai aktivitas kehidupan belajar di sekolah yang
mencakup pengajaran, administrasi, dan bimbingan
o Guru memberi arahan dan bimbingan sepenuhnya agar siswa menyadari bahwa hidup ini
dinamis dan mengalami perubahan yang begitu cepat.
Pengaruh pendidikan porgresif Dewey hingga ke Colombia, dan Amerika Serikat. Dewey banyak
sejalan dengan gagasan Abraham Flexner. Berdasarkan pemintaan Flexner bahwa kurikulum modern
ditekankan pada empat bidang mendasar, ilmu pengetahuan, industri, estetika dan kewarganegaraan.
Dalam pendidikan progresif yang dikembangkan oleh Dewey, kurikulum harus lebih fleksibel
berdasarkan minat siswa, guru hanya sebagai fasilitator dalam mendorong murid melakukan berbagai
penemuan. Dalam perspektif Pendidikan progresif ada 2 elemen: (1) menghormati keragaman, yang
berarti bahwa setiap individu harus diakui karena kemampuan sendiri, kepentingan, ide, kebutuhan, dan
identitas budaya, (2) perkembangan kritis, kecerdasan sosial terlibat, yang memungkinkan individu
untuk memahami dan berpartisipasi secara efektif dalam urusan komunitas mereka dalam upaya
kolaboratif untuk mencapai kebaikan bersama. Unsur-unsur pendidikan yang progresif disebut “children
centered dan social reconstructionist.”

c. Pedagogi Progresif juga dipengaruhi oleh pemikiran Ivan Illich


Ivan Illich lahir di Wina, Austria pada 4 September 1926 dan meninggal 2 Desember 2002. Illich
adalah seorang rohaniawan yang banyak bergelut dengan penelitian mengenai institusi alternatif

5
dengan

6
fokus studi mengenai Amerika Latin. Melalui bukunya yang berjudul “Deschooling Society.” Illich
berupaya mengkritisi kemampanan pendidikan yang selama beberapa tahun diselenggarakan oleh
sekolah dianggap berbahaya.
Illich menjelaskan bahwa sekolah mengklaim pembelajaran yang paling baik di berbagai sekolah.
Guru di sekolah modern pada kenyataannya bertindak dalam 3 peran, yaitu sebagai kustodian (penjaga)
dari ritual masyarakat, sebagai terapis dan sebagai pengkhotbah. Illich mengusulkan sebaiknya
masyarakat belajar, dimana pelatihan ketrampilan tersedia secara luas dan diverrasi dari unsur-unsur
ritual dari sekolah, dan dimana warga negara bebas mengasosiasikan untuk mengembangkan
pendidikan kritis.
Illich melihat di sekolah modern berkembang mitos keselamatan yang palsu. Sekolah dilihat
sebagai dunia agama baru yang memberikan harapan baru, yang terletak dalam mengonsumsi produk-
produk dari teknokrat pendidikan. Gereja hanya menjanjikan keselamatan hanya pada saat ajal. Sekolah
membuat orang berharap bahwa keturunan mereka akan membuatnya lebih baik. Ini menjadi impian
masyarakat miskin menemukan bentuk-bentuk baru dari diskriminasi dalam pendidikan yang
menguntungkan anak-anak dari kelas menegah proporsional lagi. Negara-negara berkembang
mengembangkan infrastruktur pendidikan itu adalah tentang elite dan model baru konsumsi, illich
mengidentifikasi seperti rumah sakit dan pelayanan sosial. Illich melihat pendidikan sebagai paket
konsumsi, di dalamnya anak-anak diajarkan sebagai konsumen. Kritik Illich terhadap sekolah adalah
kritik dari mentalitas konsumerisme masyarakat modern, sebuah model negara-negara berkembang.
Sekolah dalam pandangan Illich adalah lembaga pendidikan yang membagi masyarakat ke dalam kelas-
kelas sosial yang sangat tidak egaliter lagi diskriminatif.
Illich mendesak masyarakat untuk segera melakukan revolusi budaya, yakni dengan menguji
mitos-mitos yang ada dalam lembaga sosial secara radikal yang selama ini telah mapan dalam
pandangan masyarakat. Illich membuat kesimpulan bahwa sekolah sebagai lembaga ketrampilan telah
menyebabkan langkahnya ketrampilan. Bagi Ivan Illich, sekolah merupakan pelaksana pendidikan yang
sangat diskriminatif dan tidak egaliter. Gagasannya ini telah dituangkan dalam buku “Deschooling
Society”.
Kasus di Indonesia terkait pandangan Illich ini adalah “penggalakan sertifikasi pendidik,
disamping membuat diskriminasi, disinyalir juga akan memunculkan praktik jual beli gelar yang illegal,
program kuliah jarak jauh yang mempersingkat waktu untuk mendapatkan gelar, serta program kuliah
yang berangkat dari logika semakin banyak uang semakin singkat waktu kuliah yang bisa ditempuh.

III. DISKUSI TENTANG PETA PEMIKIRAN TOKOH-TOKOH PEDAGOGIS KRITIS

a. Pengembangan Pemikiran Pedagogi Kritis 1 oleh Paolu Freire


Pemikiran Freire sangat berpengaruh dalam praksis pendidikan dunia. Menjadi rujukan praktik
pendidikan di kalangan akademisi, peneliti, mahasiswa, pengambil kebijakan hingga kalangan LSM yang
konsen dengan pendidikan popular.
Tahun 1991, Carlos A Torres dkk akademisi mendirikan Intitutio Paulo Freire (IPF) di Sao Paulo,
tujuannya adalah untuk memperluas dan menguraikan teori-teorinya tentang pendidikan rakyat.
Sejumlah akademisi mendirikan lembaga The Freire Project: The Paulo and Nita Freire
International for Critical Pedagogy. Sebuah komunitas kritis internasional yang bekerja untuk
mempromosikan keadilan sosial berdasarkan keanekaragaman konteks sosial.
Di Amerika Serikat didirikan lembaga Paulo Freire Institute ((PFI) di University of California, Los
Angeles tahun 2002, dipimpin Carlos A. Torres, berkomitmen mempromosi keadilan sosial di seluruh
lapisan masyarakat.

b. Pengembangan Pemikiran Pedagogi Kritis 2 oleh Henry Giroux


7
Henry Giroux lahir di Provindence, Rhoede Island, Amerika Serikat pada 18 September1943. Ia
menjadi profesor sosiologi pendidikan di Boston University sejak 1977-1983. Pemikiran Freire mendapat
perhatian Henry Giroux seorang sosiolog, ia menulis buku “Theory and Resistence in Education: Towards
a pedagogy for the opposition.” Ia meneruskan gagasan Freire untuk membangun dialog yang
demokratis dalam praktik pendidikan yang membebaskan dan dibangun atas dasar kemanusiaan.
Geroux juga menekankan pentingnya mengembangkan bahasa kemungkinan (possibility language)
sebagai bagian dari apa yang membuat seseorang kritis.
Tujuan dari pedagogi kritis adalah harus meningkatkan keinginan dan harapan nyata bagi
mereka yang memperjuangkan pendidikan dan keadilan sosial. Pedagogis kritis tidak cukup dengan
menafsirkan dunia tetapi harus bersedia dan mampu bertindak untuk mengubah dunia (ideologi,
institusi dan relasi).
Henry Geroux dikenal sebagai “resistance theories” yaitu teoritis kritis yang menyebut murid dan
guru sebagai agen yang aktif yang kritis dan mempertanyakan perubahan kurikulum dari kelompok
dominan. Kelompok kritis menganggap kurikulum bukan sebagai kesatuan struktur, tetapi terkandung
pesan konflik dan hal-hal yang saling bertentangan. Salah satu bukunya ditulis than 1989 yang
membahas pedagogi kritis berjudul Critical Pedagogy, The State and Cultural Struggle. Dalam buku ini
terdapat empat bagian dengan merangkum beberapa tulisan, yaitu; (1) Schooling and public life; (2)
Rethinking schooling as the language reform, (3) Schooling, Ideology, and the politics student voice, dan
(4) Populer culture, text, and critical pedagogy.
Konsen Geroux terhadap pedagogi kritis sudah dilakukan sejak akhir 1970 dan awal 1980.
Gagasan Geroux ini merupkan akumulasi dari ketertarikannya terhadap pemikiran praksisnya Freire.
Pada akhir tahun 1970 danawal 1980 terjadi praktik sebuah determinasi reduksionis yang menyatakan
sekolah tidak berdaya dibawah kekuatan sosial, politik dan ekonomi. Pada saat itu terjadi kritik terhadap
pendidikan aliran liberal yang dianggap menyederhanakan fungsi sekolah. Konsen Geroux ketika itu
dengan mengkritik pendidikan liberal yang cenderung menyederhanakan peran demokratis di sekolah.
Geroux menganggap sekolah sangat potensial melakukan penindasan dalam masyarakat kapitalis.
Geroux menganggap bahwa sekolah memungkinkan terjadinya proses penyadaran terhadap praktik
donimasi. Pada aras ini, kemudian juga melahirkan sebuah konsep yang disebut educational of
possibility, ini menunjukkan adanya determinasi sekaligus harapan (hope) bagi terjadinya transfomasi
melawan dominasi kaum kapitalis di sekolah. Harapan ini harus dibangun dalam setiap logika individu
untuk secara kolektif melawan penindasan tersebut.
Jika merujuk kepada teori kritis yang dikembangkan oleh Mazhab Frankfurt, Geroux
beranggapan pengaruh teori kritis sangat kuat dalam determinasi harapan dan berbagai kemungkinan
tersebut. Artinya, penindasan yang dianggap sebagai taken for granted (diterima begitu saja), bukan
akhir dari segalanya. Ada kemungkinan dan harapan untuk mendobrak penindasan yang dianggap
sebagai taken of granted. Salah satu pengaruh teori kritis tersebut adalah tentang pengertian politik
yang dalam tradisi teori kritis bergerak secara alami melalui relasi sosial sehari-hari. Domain pilitik juga
bergerak dalam alam kesadaran dan jiwa.
Menurut Geroux, cara berpikir ini diperlukan pendidikan penting untuk memahami cara
kekuasaan mulai beroperasi dalam budaya populer melalui pengaruh pemikiran dan emosi. Selain
menyebut dengan critical pedagogy, Geroux menyebutnya juga dengan radical pedagogy yang berupaya
melibatkan seluruh gerakan untuk memperluas kemungkinan terjadinya keadilan sosial, kebebasan dan
relasi sosial yang egaliter dalam ranah pendidikan, ekonomi, politik maupun budaya.
Menurut Geroux, pedagogi kritis menyebarkan tradisi kritis seperti yang dikembangkan oleh
Mazhab Frankfurt maupun berbagai kemungkinan dalam perjuangan untuk menunjukkan kekuatan yang
dapat mendegradasikan demokrasi di sekolah. Proyek yang dikembangkan Geroux juga dilakukan
sebelumnya dalam gerakan pembebasan dalam bentuk berbagai perlawanan anti-kolonial di Afrika, Asia
dan Amerika Latin. Inspirasi tersebut diadopsi Geroux untuk proyek pendidikan yang lebih besar pada

8
awal 1980-an dalam bentuk mode dominasi beroperasi kekuasaan di ruang pendidikan baik dalam dan

9
keluar dari sekolah. Geroux memahami bahwa dalam pendidikan selalu terjadi relasi antara kekuasaan
dan ideologi.
Dalam budaya positivistik, sekolah muncul sebagai bentuk peraturan sosial yang bergerak untuk
melestarikan keteraturan sosial. Budaya positivistik yang dikritik Geroux dengan asumsi terjebak pada
apa yang disebut das sollen dan das sein. Cara berpikir ini menjadi mainstream budaya positivistik.
Perkembangan kesadaran dari kekuasaan sejarah dan relasi kelas dalam kehidupan sehari-hari tidak
memiliki tempat dalam rasionalitas teknokratis dari budaya positivistik. Dalam konteks itulah, Geroux
mengembangkan post discourses tentang keterkaitan individu dengan kekuasaan serta dinamika dalam
produksi subyektivitas. Geroux menganggap budaya positivistik sangat membahayakan karena
pengembangan kesadaran kritis dan historis tidak mendapat tempat praktik di kelas dan kehidupan
sosial secara umum. Disinilah Geroux akrab dengan pemikiran Raymond Williams, Ricahard Johnson, dan
Stuart Hall yang membahas studi tentang subyektivitas, kekuasaan dan pedagogi terkait dengan bahasa,
wacana dan keinginan.
Konsep pedogogi kritis. Geroux sebagai sosiolog yang sangat mendalami pedagogi kritis. Ia
mengaitkan bagaimana peran kurikulum dalam pedagogi kritis. Geroux sebagai salah satu perintis
pedogogi kritis melalui bukunya Theory and resistance in education: A pedagogy for the opposition
(1983) menjelaskan 2 hal penting yaitu (1) menjelaskan konteks politik historis munculnya pedagogi
kritis dengan pengaruh kuat Mazhab Frankfurt; (2) menjelaskan diskursus dan dominasi ideologi dalam
praktik pendidikan yang optimis membangun sekolah yang demokratis.
Cultural studies dengan akar pedagogis. Di akhir tahun 1980 Geroux mengembangkan cultural
studies. Konsennya dilakukan dengan mengombinasikan penggunaan berbagai media seperti televisi dan
film dalam proses pendidikan. Pemikiran intelektualnya menjadikan Geroux sebagai pemikir pendidikan
sangat berpengaruh pada abad ke-21. Bahkan disejajarkan dengan gagasan progresivisme dari John
Dewey, pedagogi transgresif dari Paulo Freire hingga pemahaman tentang rekonseptualisasi kurikulum
dari William Pinar.
Guru sebagai inteletual publik. Dalam pedagogi kritis, isu penting yang dikembangkan oleh
Geroux adalah peran guru. Ia mengatakan guru harus progresif memajukan demokrasi dan
memperkuat pemberdayaan partisipatif manusia dalam berbagai subyek. Guru progresif perlu tahu
lebih banyak tentang pembentukkan identitas dan nilai-nilai moral dari sebelumnya, karena neo-
liberalisme mengeksploitasi melalui pengaruh media dan budaya. Konsentrasi Geroux tentang peran
guru di sekolah dan sistem pendidikan tinggi dipandang sebagai intelektual transformatif. Guru adalah
intelektual publik.
Pedagogis kritis sebagai gerakan pendidikan yang dilandaskan dari filosofi pendidikan, dibangun
oleh dorongan dan prinsip kuat yang membantu murid dan guru untuk mengembangkan kesadaran dan
kebebasan, mengakui kecenderungan otoritarianisme dan relasi pengetahuan dengan kekuasaan,
menurut Geroux, sebagai sebuah gerakan memungkinkan terjadinya sebuah aksi dan praksis yang
konstruktif untuk pendidikan yang lebih demokratis dan humanis yang mengarah kepada keadilan sosial.
Ia juga mengembangkan ide dengan membedakan “bahasa kritik (language of critique)” dan “bahasa
kemungkinan (language of possibility) untuk mengejar keadilan sosial. Geroux berpendapat bahwa
perjuangan pendidikan alternatif harus bergerak maju.
Selain Giroux, terdapat beberapa koleganya sebagai pemikir pedagogis kritis antara lain: Peter
McLaren, Joe L. Kincheloe, Douglas Kellner, Ira Shor, Stanley Aronowitz, Antonia Darder, Michael W
Apple, Carlos A Torres, Peter Mayo, Bell Hooks, Maxine Green, Donaldo Macedo, Michelle Fine, dan Jean
Anyon. Perdebatan utama mereka tentang revitalisasi pendidikan emansipatoris dimana masyarakat
mendapat kekuasaan untuk mengontrol kehidupan sosial (1980-1990).

c. Pengembangan Pemikiran Pedagogi Kritis 3 oleh Ira Shor


Ira Shor sangat dekat dengan Freire. Freire adalah mentor intelektual Ira. Ia dibesarkan dalam

10
keluarga Yahudi. Ira adalah seorang teoritikus dan juga praktisi dari pedagogi kritis, karena memiliki

11
pengalaman lebih dari 20 tahun dalam pengajaran kritis di sekolah maupun universitas. Ira Shor berasal
dari keluarga kelas pekeja pada kawasan buruh di daerah South Bronx, New York. Ira dan Freire
berkolaborasi akademik dalam mengembangkan pedagogi kritis. Freire dan Ira memiliki konsen yang
sama untuk berbicara penuh semangat tentang peran pendidikan dalam arena budaya dan politik.
Mereka berdua menunjukkan betapa pentingnya peran guru dalam memberdayakan siswa untuk
berpikit kritis tentang diri mereka dan hubungan mereka tidak hanya untuk kelas, tetapi untuk
masyarakat. Pendekatan pembebasan pendidikan dengan menekankan dialog menjadi jalan
memperjuangkan keadilan sosial.
Ira Shor dikenal sebagai salah satu perintis awal pedagogi kritis. Salah satu pengembangan
dalam pedagogi kritis melalui pengembangan metode pembelajaran dalam membangun kesadaran kritis
di ruang kelas. Ira Shor konsen mengembangkan literasi kritis dan kemampuan dasar-dasar menulis
selama 15 tahun. Pengalaman kehidupan di kawasan buruh memberikan pengaruh besar untuk Ira Shor
dalam pemikiran, sikap, politik maupun sensitivitas terhadap masyarakat marginal. Shor serius bekerja
mengintegrasikan konsepsi kritis dan kritik sosial dengan teknik metode pembelajaran dalam sebuah
jalan mendesain kemungkinan teknik baru pendidikan.
Ira Shor bersama Paulo Freire mengembangkan metode dialog dalam pendidikan pembebasan
(liberating education) dialog dalam pandangan Ira Shor dipahami bukan sekedar sebuah teknik untuk
mendapatkan hasil pengetahuan kognitif. Dialog dipahami sebagai sebuah alat untuk mencapat relasi
transformasi sosial di kelas. Metode dialog sejatinya adalah proses pemberdayaan pendidikan yang
berpusat pada siswa (student center). Siswa didorong menjadi agen kritis untuk pendidikan mereka
sendiri. Secara lebih jauh, dialog juga dalam upaya membangun kesadaran tentang relasi dalam
masyarakat lebih luas. Intinya adalah, mempersiapkan guru menjadi agen pendidikan pembebasan.
Ira Shor mendefinisikan pedagogi kritis sebagai pendekatan pengajaran yang mencoba untuk
membantu pertanyaan siswa dan doninasi tantangan dan keyakinan dan praktik yang mendominasi.
Dalam definisi lain, pedagogi kritis sebagai pedagogi yang mencakup peningkatan kesadaran, sebuah
kritik dari masyarakat. Guru dan siswa bisa menjadi illuminators secara simultan, yakni guru mendorong
siswa untuk berpikir kritis tentang situasi pendidikan mereka, agar mereka dapat melihat relasi antara
masalah individu, pengalaman dan konteks sosial, sehingga dapat menjawab permasalahan sosial yang
terjadi disekitar mereka.
Konsen Ira Shor lainnya adalah mengembangkan literasi kritis sebagai media transformasi
pedagogi kritis. Adapun literasi kritis dipahami sebagai belajar membaca dan menulis sebagai bagian dari
proses menjadi sadar atas pengalaman historis seseorang yang dibangun dalam kekuatan relasi khusus.
Karena kekuatan bahasa adalah salah satu kekuatan sosial membangun tindakan simbolis. Penggunaan
kata-kata dalam literasi menjadi bagian penting dari praktik pedagogis kritis karena memiliki arti yang
sangat mendalam.
Ira Shor mengangkat metafora Siberian syndrome untuk menggambarkan dalam masyarakat
yang lebih luas merefleksikan konflik antara murid rendahan dengan sekolah dalam ketidaksetaraan
masyarakat, karena otoritas pendidikan tradisional telah memproduksi Siberian syndrome, dimana
pengetahuan ibarat penuangan (pouring) air ke gelas, atau bentuk dari banking (pengisian yang defisit)
atau pengajaran dosis farmasi (pharmaceutical dosage). Ira Shor menolak pendidikan dalam metafora
Siberia Syndrome. Menurut Shor dalam mentransformasi otoritas baru di ruang kelas menjadi
pengajaran yang demokratis, yakni bagaimana murid memiliki kekuasaan sebagai prasyarat melakukan
negosiasi dalam sebuah pedagogi kritis.

d. Pengembangan Pemikiran Pedagogi Kritis 4 oleh Michael W. Apple


Biografi. Michael W. Apple lahir 1942, pernah bekerja di percetakan dan menjadi guru,
selanjutnya menjadi dosen di University Wisconnsin sejak 1970 dan menulis banyak artikel dan buku
terkait dengan kurikulum. Bukunya yang terkenal disebut dengan trilogy Apple. Apple adalah intelektual

12
pertama yang menegaskan kurikulum sebagai teks politik tahun 1970. Ia mendefinisikan kurikulum
tersembunyi (hidden

13
curriculum) dengan cara menunjuk pada konsep hegemoni, alat lain konseptual penting bagi sarjana
kurikulum yang berorientasi pada politik. Konsep hegemoni adalah sebuah strategi dalam memelihara
keberlagsungan negara dalam rezim kapitalis (Gramci (1891-1937).
Apple berakar pada ide konsep Hegemoni, ia menyarankan agar perlawanan dan teori
reproduksi saling terkait yaitu menunjuk ke perjuangan di tempat-tempat tertentu. Ia menyinggung
masalah ras, kelas dan gender dalam penelitian pedagogis kritis. Apple memberikan penekanan yang
sangat dibutuhkan pada cara dimana praktek-praktek budaya bermain dalam waktu tertentu sejarah,
politik, dan pengaturan ekonomi sosial, sedangkan Geroux melihat budaya sebagai sebuah tells yang
memberikan dasar untuk pembatasan baik di dalam dan diantara perguruan tinggi dan konteks
universitas. Apple menekankan pada peran politik dan lembaga pendidikan dalam merefleksikan
hegomoni.
Ini menunjukkan bahwa sekolah difokuskan pada praktek aspek pengetahuan yang mengabaikan
investasi sosial yang diproduksi negara dalam struktur kelembagaan sangat dalam mempertahankan
kepentingan hegemoni. Apple mengatakan bahwa restorasi konservatif merupakan gerakan pendidikan
yang paling kuat secara ideologi maupun politik dalam satu abad terakhir di Amerika Serikat.
Dalam pandangan Apple, rezim ekonomi pasar melihat sekolah sebagai entitas sosial yang fair
dan adil. Siswa bisa melakukan internalisasi, nilai kompetisi sebagai nilai penting untuk mengeksplorasi
budaya kapitalis. Sekolah juga secara kompleks dan teorganisir bukan melakukan gerakan distribusi
komoditi budaya, tetapi untuk produksi dan akumulasi kelas. Dengan demikian, strategi kunci dari
emansipatoris adalah untuk mengungkapkan cara-cara konstruksi budaya yang dominan muncul dan
memperkuat ketidaksetaraan struktural dalam masyarakat.
Apple berkeyakinan bahwa pedagogi kritis harus memperbaharui upaya untuk menciptakan
strategi intervensi konkret melalui literasi kritis yang memungkinkan pertumbuhan pemahaman asli dan
kontrol dari semua bidang kehidupan sosial dimana kita berpartisipatif.
Pedagogi kritis harus mencari cara baru untuk menemukan dasar umum dengan harapan untuk
melanjutkan sebuah konsensus, egaliter sosial demokratis. Melihat karya Apple, kita melihat bahwa
pedagogis kritis mengambil peran penting dan merumuskan kembali hubungan antara aktivitas
intelektual, pribadi dan politik di sejumlah ranah dengan cara bersinggungan. Apple mengatakan bahwa:
(1) sekolah sebagai institusi, (2) pendidik sebagai dirinya sendiri, dan (3) bentuk-bentuk pengetahuan.
Masing-masing terletak dalam konteks yang lebih besar dari masayarakat.

e. Pengembangan Pemikiran Pedagogi Kritis 5 oleh Peter McLaren


Biografi Peter McLaren, lahir 2 Agustus 1948 di Toronto, Canada. Besar di Toronto dan
Winnipeg, menjadi guru SD dan sekolah menengah. Ia juga sebagai Profesor di DUS, TGSEIS dan
University of California, Los Engeles, juga seorang penulis buku dan peneliti terkenal di bidang
pendidikan. Peter McLaren dikenal sebagai salah satu arsitek terkemuka dari pedagogi kritis. Ia juga
konsen dengan berbagai tulisan tentang literasi kritis, sosiologi pendidikan, studi budaya, etnografi kritis
dan teori Marxis. Ia menulis banyak buku tentang pedagogi kritis, kurikulum, budaya populer, teori
sosiologi, maupun sosiologi pendidikan.
Konsen utama McLaren adalah kekhawatiran yang serius terhadap perspektif pendidikan secara
umum yaitu analisisnya mengenai relasi pendidikan dan kapitalisme dan relasi kapitalisme dan ilmu
pengetahuan yang terjadi di Amerika dan seluruh dunia pada umumnya.
Sebagai seorang Marxisme, McLaren tidak menganjurkan keadilan sosial, dalam arti
menyamakan sumber daya dibawah kapitalisme. McLaren mendukung transformasi menuju sebuah
sosialis alternatif. Alternatif sosialis demokratis jika merujuk pada Marx merupakan wajah humanisme
baru. McLaren menyebutnya dengan pedagogis revolusioner materialis. Artinya, kapitalis dan
pendidikan sama-sama berjalan secara menguntungkan dan keduanya menganggap sama pentingnya
bersinergi. Sebab dalam pandangan McLaren, tidak ada dalam sejarah manusia, tidak ada distribusi

14
kekayaan yang secara cepat, memberikan dampak kesejahteraan bagi seluruh manusia. Mayoritas
orang Amerika tidak hanya orang

15
kaya maupun kelas menengah, tetapi juga mereka yang merupakan kelas pekerja. Kelas pekerja dalam
arti luas adalah mereka yang harus menjual kekuatan tenaga mereka untuk bertahan hidup.
Menurut McLaren dalam fokus pertamanya, bahwa pedagogi kritis telah mengakibatkan relasi
yang penuh gejolak dengan komunitas pendidikan dominasi di Amerika Utara dan Inggris selama 25
tahun terakhir. Ia mengkritik konsep Max Weber tentang kelas. Ia mengatakan konsep Max Weber
mereduksi kelas menjadi sebuah mode diferensiasi sosial. Bagi Weber, sekolah harus menjadi habitus
tertentu yang memelihara tenaga kerja. Kekuatan buruh merupakan kapasitas atau potensi untuk
tenaga kerja. Tenaga kerja dapat kembali dididik dan dibentuk untuk kepentingan membangun
sosialisme. Pedagogi kritis mencoba untuk menemukan cara mendasar antara aspek kontradiktif
penciptaan tenaga kerja antara siswa, menciptakan ruang yang berbeda dimana terjadi dereifikasi, de-
komodifikasi dan dekolonisasi subyektivitas dapat terjadi.
Pedagogi kritis revolusioner merupakan istilah yang diciptakan oleh Paulo Allman adalah
penegasan konsep berbasis perspektif humanis Marxis untuk berbagai masalah pendidikan. Fokus kedua
McLaren tentang relasi antara kapitalisme dan ilmu pengetahuan yang telah mengakibatkan korporasi
pengetahuan. Ilmu pengetahuan harus melayani kepentingan kelas dominasi.
Pedagogi kritis dalam pandangan McLaren juga terkait dengan kritiknya tentang konsep kelas. Ini
sejalan dengan diskursus dalam teori sosial kontemporer tentang otentitas kritil Marxisme yang
dianggap gagal mengatasi berbagai bentuk penindasan selain menggunakan konsep kelas. Pedagogi
kritis menurut McLaren adalah cara berpikir tentang negosiasi dan transformasi diantara relasi
pengajaran di kelas, produksi pengetahuan, struktur kelembagaan sekolah, relasi sosial dan material dari
masyarakat luas maupun relasi negara-negara.
Pedagogis kritis dikembangkan oleh pendidik dan peneliti progresif yang berusaha untuk
menghilangkan ketidaksetaraan kelas sosial. Pedagogis krtisi telah memicu berbagai gerakkan yang
mengusung semangat antisexist, antiracist, dan antihomofhobik kelas berbasis kurikulum dan inisiatif
kebijakan. Homofobia adalah berbagai sikap negatif dan perasaan terhadap homoseksualitas atau orang
yang diidentifikasi atau dianggap sebagai lesbian, gay, biseksual atau transgender (LGBT). Beberapa
pertanyaan diajukan oleh McLaren diantaranya:
1) Apa pengetahuan yang paling bernilai?
2) Apa pengetahuan yang penting dan harus diajarkan?
3) Bagaimana struktur sekolah memberikan kontribusi pada stratifikasi sosial masyarakat kita?
4) Apa relasi pengetahuan dan kekuasaan?
5) Apa tujuan pendidikan?
6) Apakah untuk memastikan demokrasi atau untuk mempertahankan status quo dan mendukung
bisnis besar korporat?
7) Bagaimana guru dapat memungkinkan siswa untuk menjadi pemikir kritis yang akan
mempromosikan demokrasi sejati dan kebebasan?
Pedagogis kritis adalah sebuah pendekatan untuk memahami relasi sekolah atau masyarakat
dari perspektif relasi sosial dalam produksi masyarakat kapitalis. McLaren juga memahami pedagogi
kritis sebagai sebuah jalan pemikiran tentang negosiasi dan transformasi relasi antara ruang kelas
belajar, produksi pengetahuan, struktur institusi sekolah dan relasi sosial material dalam masyarakat
yang lebih luas. Pedagogis kritis menggunakan pendekatan demokratis dengan tujuan mewujudkan
kesetaraan sosial dan ekonomi dan keadilan bagi semua kelompok etnis. Ini menjunjung prinsip-prinsip
dan perjuangan untuk ras, kelas dan kesetaraan gender. Perjuangan ini harus diakui semakin memburuk
akibat eksploitasi kapitalis.
Mclaren juga memperkuat kesadaran krisis ekologi dalam pedagogi kritis. Menurutnya pedagogi
kritis kehilangan dimensi kesadaran ekologi. Hilangnya kesadaran ini juga dipengaruhi oleh gerakan
penentang pedagogi kritis termasuk di dalamnya para pendukung telah lama bersikeras bahwa pedagogi
kritis di industri barat gagal untuk mengatasi masalah lingkungan dalam pekerjaan mereka. Pedagogi

16
kritis

17
secara signifikan harus menjadi ruang etika ekologi. Rekomendasi Gruenewald untuk pedagogi kritis agar
terbiasa mengkaji dan mengadvokasi nuasa ekologi lokal berdasarkan tempat dan pengetahuan lokal.
Sekolah dalam menjelaskan krisis ekologi harus ditempatkan sebagai area berlangsungnya ketidakadilan
lingkungan dan ekologi. Akumulasi kapitalisme menjadi mimpi buruk bagi dunia karena terjadinya
kerusakan dunia (ecological devastation). Kapitalisme juga mengakibatkan luasnya kontaminasi toksin
terhadap air, udara, tanah, dan makanan dengan terjadinya pemanasan global.
McLaren menganggap pedagogi kritis bisa sinergis dengan pendidikan mutikultural (multicultutal
education). Pedagogi kritis juga menjadi paradigm diskursif yang melibatkan secara kreatif dan progresif
kontribusi pemikiran Marx, Gramsci dan Freire. Keduanya menurut McLaren adalah mitra strategis dan
perlu memusatkan perhatiannya pada konsistensi perjuangan melawan kapitalisme dan perjuangan
tentang isu-isu imperialisme kapitalis. Sebuah pedagogi kritis untuk pendidikan multikultural harus lebih
cepat menanamkan sensibilitas efektif dikalangan murid dengan menyediakan bahasa analisis sosial,
kritik kultural, dan aktivisme sosial dalam memangkas kolaborasi kekuasaan dan kapital. Pedagogi kritis
memerlukan pelembagaan sebuah proyek emansipasi yang bergerak secara massif dalam
menghancurkan kapitalisme.
Salah satu proyek McLaren dalam pedagogi kritis adalah mengembangkannya menjadi sebuah
gerakan sosial yang disebut pedagogi kritis revolusioner. (revolusioner critical pedagogy), terinspirasi
dari Paula Allman (1944-2011). Pedagogi kritis revolusioner menekankan dimensi material dari inti
kemungkinan dan mengakui pengetahuan yang terimplikasi dalam relasi sosial produksi seperti relasi
antara buruh dan kapitalis.
McLaren melakukan praktek reformasi sekolah yang berada pada level kebijakan, kurikulum, dan
pedagogi ruang kelas. Sekolah harus menjadi ruang produksi pengetahuan kritis dan aksi sosiopolitik.
Sekolah harus mendidik siswa untuk menjadi agen aktif untuk transformasi sosial dan kewarganegaraan
kritis. Tujuannya adalah menyiapkan generasi baru yang lebih cakap untuk menganalisis kondisi sosial
material dalam seluruh kehidupan. Dalam analisis akhirnya, pedagogi kritis perlu memperbaharui
komitmen mereka untuk kaum tertindas tidak dalam hal sejarah teleologis tetapi dalam konsep
ethicopolitical yang dapat memandu aksi politik dan mendesain kondisi untuk harapan akar rumput dan
praksis pembebasan.

f. Pengembangan Pemikiran Pedagogi Kritis 6 oleh Stanley Aronowitz


Biografi Stanley Aronowitz, lahir tahun 1933, bersekolah di kawasan Bronx dan dibesarkan di
New York. Dikenal sebagai aktivis politik senior dan aktivis serikat buruh. Menjadi profesor dalam bidang
ilmu sosial dan perbandingan budaya di University California, Irvine. Aronowitz dikenal sebagai seorang
pemikir pedagogi kritis progresif. Sebagai aktivis buruh dan penggerak masyarakat, ia menganggap
bahwa “pengorganisasian” merupakan bagian dari pedagogi kritis. Aronowitz selalu peduli dengan
menimbulkan sikap kritis kepada murid-muridnya tentang nilai arus utama bentuk kerja intelektual.
Untuk mendukung ini, ia memberikan daftar bacaan yang baik untuk murid-muridnya.
Aronowitz juga menegaskan bahwa pedagogi Freire bukanlah suatu metode pengajaran, tetapi
filosofi demokrasi radikal pendidikan, karena berusaha untuk keluar dari kungkungan segi ekonomi,
tetapi juga dalam hal politik dan sosial untuk mengambil kendali atas hidup mereka sendiri. Aronowitz
menegaskan bahwa abad ke-21 kita hidup dalam sebuah periode ketika sebuah kebutuhan akan konsep-
konsep baru tidak pernah lebih mendesak. Masalah dam tantangan bagi kita bahwa dunia dapat dan
harus diubah. Aronowitz mengatakan kita wajib meninjau kembali doctrinal warisan dari masa lalu dan
meninggalkan ide-ide yang tidak lagi memajukan pemahaman tentang sekarang dan masa depan.
Pentingnya pedagogi kritis menurut Aronowitz terletak lemah dan tumpulnya praktek
pendidikan yang membangun kesadaran politik dikalangan warganya. Konsen Aronowitz dalam
tulisannya berjudul “Againts Schooling Education and social class”, tentang warga Amerika memiliki
harapan besar dari sekolah yang ada. Ironismya, jika anak kita dianggap gagal, kita akan

18
menyalahkan guru dan sekolah

19
karena dianggap tidak berhasil membangun disiplin akademik para murid tersebut. Walaupun demikian,
Aronowitz percaya bahwa pendidikan adalah kunci untuk transformasi teknologi sekaligus menjadi
mesin utama pertumbuhan ekonomi. Aronowits mengamati adanya kontrovesi dalam mengidentifikasi
gagalnya sekolah. Di dunia kontemporer anak-anak tidak dibentuk untuk mendorong pemikiran
independen, apalagi mendorong kemerdekaan pemikiran dan tindakan. Pengetahuan sekolah bukanlah
satu-satunya sumber pendidikan bagi siswa. Bahkan mungkin tidak menjadi sumber yang paling penting.
Dalam konteks itulah, pedagogi kritis fokus pada sejauhmana sekolah bersedia dan dapat
membuka pintu mereka untuk siswa kelas pekerja karena melalui mekanisme akses diferensial sekolah
dipandang sebagai institusi penting reproduksi ekonomi dan teknologi canggih masyarakat kapitalis.
guru bisa menjadi intelektual yang mampu mentransformasi pendekatan kritis tentang sejarah, dunia
dan budaya. Untuk itu, Guru harus menolak menjadi agen perusahaan. Untuk itu dibutuhkan juga
konsolidasi wali murid, murid, guru dan buruh yang didasarkan basis politik untuk memungkinkan
terjadinya gerakan pendidikan sosial di masyarakat.

g. Pengembangan Pemikiran Pedagogi Kritis 7 oleh Joe L. Kincheloe


Biografi Joe Lyons Kincheloe, lahir 14 Desember 1950 di Kingston, Tennese Timur di negara
bagian Sullivan. Sejak kecil Joe tumbuh dan berkembang di antara bentuk-bentuk rasisme di Selatan
tahun1950- 1960. Ia meninggal 19 Desember 2008 (usia 58 tahun) di Kingston.
Pinar dalam publikasi tulisannya menjelaskan bagaimana Joe terlibat intensif dalam
pengembangan pedagogi kritis dan studi kurikulum. Pinar memberikan analisis bagaimana Joe terlibat
intensif mengembangkan dua studi tersebut Pinar menyebut “remembrance” yang dapatdiartikan
peringatan. Pinar menjelaskan konsep “remembrance” merujuk kepada pedagogi testimoni dan
kurikulum untuk persiapan. Dalam penjelasan Pinar, analisis “remembrance” dapar juga dijelaskan
sebagai tempat yang menunjukkan relasi antara tempat dan perasaan sebagai sentral teori kurikulum.
Tempat dalam pandangan Joe bukan hanya diartikan seperti tempat biasa, tapi merupakan sebuah
jendela untuk dunia kehidupan (lebenswelt). Lebenswelt adalah unsur sehari-hari yang membentuk
kenyataan kita, unsur-unsur dunia sehari-hari yang kita libati dan hadapi sebelum kita meneorikan atau
merefleksikan secara filosofis.
Pedagogi kritis melihat seluruh dimensi sekolah dan setiap bentuk kebijakan pendidikan adalah
ruang kontestasi politik. Dilapangan dalam pandangan Joe, banyak guru yang menjumpai masalah dalam
mendefinisikan dimensi politik. Guru memandang bahwa sekolah adalah tempat yang baik dan netral,
terpisah dari dimensi politik. Cara pandang menurut Joe harus diubah. Kompleksitas politik dan sekolah
adalah sebuah langkah awal untuk membangun kesadaranbkritis dikalangan guru dalam
mengembangkan guru sebagai aktivis sekolah. Merujuk kepada pengalaman dan kiprah Paulo Freire
yang mempraktikkan membangun solidaritas masyarakat tertindas dengan fondasi cinta, respek, dan
keadilan menjadi penting dalam mentransformasi pedagogi kritis di sekolah. Mengajar dengan
kesungguhan hati merupakan refleksi pemikiran yang jernih. Joe menganggap cinta adalah basis dari
pendidikan dalam melihat keadilan, kesetaraan, dan intelektual. Pedagogi kritis dapat meningkatkan
kapasitas kita untuk mencintai, memberikan kekuasaan cinta kepada kita dan intuisi sosial setiap hari.
Hal ini juga dapat memikirkan kembali relasi kemanusiaan diantara masyarakat.
Menurut Joe, pandangan kritis memiliki beberapa karakteristik yaitu:
1) Mengedepankan kemampuan sosial manusia untuk berprestasi
2) Adanya peran sosial, kultural, politik dalam pembentukkan identitas manusia
3) Adanya relasi antara komunitas dan sekolah
4) Menunjukkan jalan beroperasinya kekuasaan untuk mendesain tujuan sekolah yang diharapkan
kelompok dominan
5) Bagaimana guru dan murid melakukan relasi memproduksi pengetahuan
6) Adanya jalan dan proses sekolah mempengaruhi kehidupan murid dari kelompok marjinalisasi

20
7) Organisasi sekolah dan relasi antara guru dan murid

Visi pedagogi kritis dalam memberdayakan kelompok marginal berupaya mencari jalan baru bagi
kelompok tertindas ke luar dari budaya dominan.
Joe juga dikenal sebagai seorang arsitek teori kognitif kritis yang mengembangkan gagasan
tentang postformalisme. Konsep formalisme merupakan nama lain dari psikologi kritis. Postformalisme
mengembangkan berbagai teori kognitif yang sebekumnya sudah dijelaskan oleh Piaget dan beberpa
ahli teori perkembangan kognitif. Menurut Joe, postformalisme tidak netral tetapi berusaha mendukung
komitmen pedagogi kritis dalam membangun keadilan sosial. Postformalisme juga tidak obyektif,
dengan kedekatan antara masing-masing individu.
Postformalisme fokus pada ekspos relasi kekuasaan yanag teruji dalam membentuk teori
kognitif dan psikologi pendidikan dalam upaya pembebasan yang lebih luas untuk mengembangkan
psikologi harapan. Joe juga melihat psikologi kritis masih dianggap belum terlalu penting Joe
mengatakan postformalisme harus bisa mendekonstruksi psikologi arus utama yanag hanya mengukur
dan menjelaskan kognitif manusia berdasarkan warna kulit, dominasi kelas atas, dan menengah, budaya
dominan kolonial dan sistem patriarki. Dalam konteks postformalisme kritis harus menjadi psikologi
sosial transformatif.
Psikologi pendidikan positivis tidak pernah mendorong sebuah dialog yang serius tentang
dimensi kemanusiaan dalam perilaku sehari-hari. Secara lebih khusus, dialog yang dimaksud adalah
tentang tujuan berpikir tingkat tinggi atau peran sosial sekolah dalam sebuah masyarakat demokratis.
Dengan kata lain, postformalisme yang diusung Joe berupaya membuka jalan baru membangun manusia
dan wawasan kepada kajian teori kritis dan pedagogi kritis.

h. Pengembangan Pemikiran Pedagogi Kritis 8 oleh Douglass Kellner


Biografi Douglass Kellner, lahir pada 1943. Dia memiliki konsen yang sangat besar dalam teori
kritis dan tradisi neo-Marxian. Menulis banyak buku dan ratusan artikel. Kellner secara spesifik dikenal
sebagai perintis studi media literasi kritis dan budaya media. Ia disebut sebagai generasi ketiga teori
kritis dalam tradisi Mazhab Frankfurt. Douglass Kellner adalah profesor di Gradute School of Education
and Information Studies, University California, Los Engeles (UNCLA).
Kellner memberikan kontribusi penting tentang studi alter globalization, yang sering disebut
juga alternative globalization atau alter multidialization yang berasal dari terminologi Perancis yaitu
altermodialism atau gerakan keadilan global. Gerakan ini mendukung kerjasama dan interaksi global,
tetapi menentang efek negatif dari globalisasi ekonomi. Gerakan ini mengusung nilai kemanusiaan
seperti lingkungan, perlindungan iklim, keadilan ekonomi, perlindungan buruh, perlindungan budaya
lokal, dan memperjuangkan hak-hak asasi manusia. Dalam studi alter globalization, Kellner konsen
dengan gerakan konter hegemoni dan ekpresi budaya alternatif dalam sebuah masyarakat demokrasi
radikal.
Douglass Kellner meneruskan tradisi Neo Marxis. Kellner menggabungkan perspektif dan
metodologis dari Mazhab Frankfurt dan dari kajian budaya Inggris memberikan kontribusi Kellner dalam
berbagai karya akademik tentang budaya media sebagai fenomena politik, filsafat dan ekonomi yang
kompleks. Kellner memang menulis banyak buku, tetapi ada satu buku yang khusus tentang pemikiran
Herber Mercuse yaitu “Mercuse’s Challenge to education” (2009). Dalam buku ini Kellner berusaha
menunjukkan relevansi dan pentingnya pemikiran Mercuse dengan situasi kontemporer. Isinya
berbicara tentang yang ditawarkan oleh Mercuse untuk teori kritis dan praktik transformasi dalam era
sekarang. Kellner melakukan analisis kritis pemikiran Mercuse tentang pendidikan di era saat ini yaitu
hegemoni kapitalis global dan potensi untuk menghasilkan praktik pedagogi transformatif dan
rekonstruksi sekolah dan masyarakat.
Fokus Kellner dalam pedagogi kritis adalah mendesaknya dilakukan rekonstruksi pendidikan

21
untuk mencapai demokrasi. Salah satu faktor yang mendorong perlu dilakukannya rekonstruksi
pendidikan

22
adalah munculnya berbagai fenomena kekerasan di sekolah yang terjadi di Amerika Serikat. Pemikiran
ini tertuang dalam bukunya berjudul “Guy and Guns Amok: Domestic Terrorism and School Shooting
from the Oklahoma City to Virginia Tech Massacre’ (2008). Buku Kellner ini merupkanrefleksi dari dua
peristiwa penting dalam sejarah tragis pendidikan di Amerika Serikat dimana terjadi tragedi terorisme
dan tragedi penembakkan di sekolah. Akibatnya anak-anak Amerika Serikat mengalami gelaja post
traumatic stress disolders. Menurut Kellner peristiwa tersebut memerlukan visi multiperspektif dan
interpretasi faktor kunci yang membentuk konstelasi berlangsungnya peristiwa itu. Kellner melihat
kekerasan yang terjadi bukan sekedar kekerasan fisik, tetapi sudah menjadi kekerasan sosial. Hal ini
terjadi karena melibatkan berbagai faktor diantaranya prevalensi budaya senjata dan militerisme, dan
budaya media yang mempromosikan kekerasan dan retribusi, sementara yang beredar dan menjadi
sensasi adalah budaya selebriti. Kellner mengatakan yang perlu dilakukan adalah membangun sekolah
yang lebih baik dengan keamanan dan komunikasi yang lebih efektif.
Kellner melihat kondisi sekolah saat ini seperti penjara. Padahal dalam masyarakat yang
kompleks, sekolah akan menjadi pusat pembelajaran dan pengembangan diri. Penjara juga bisa menjadi
pusat belajar dan rehabilitasi dan pelatihan kerja dan tidak menghukum. Bagi sekolah akan berbahaya
jika fungsinya hanya untuk kejahatan dan kekerasan.
Rekonstruksi pendidikan akan melibatkan perluasan literasi aksara untuk banyaknya berbagai
kemahiran. Sebuah literasi multi media harus diperluas dan pedagogi harus mengajarkan cara membaca
dan kritis (literasi media kritis) membedakan isi dab bentuk berbagai media dan budaya untuk
memungkinkan siswa menjadi aktif dan terlibat dan terlibat sebagai warga negara yang demokratis.
Literasi media kritis ini harus diajar dari TK sampai perguruan tinggi. Dengan demikian, pedagogi
postmodern membutuhkan pengembangan bentuk-bentuk kritis media cetak, komputer dan berbagai
bentuk technoliteracy dalam masa sekarang maupun masa depan. Upaya tersebut akan dihubungkan ke
revitalisasi pedagogi untuk memberdayakan individu sehingga mereka dapat menganalisis dan
mengkritik munculnya technoculture serta berpartisipasi dalam memproduksi forum budaya dan politik.
Tantangan utama pendidikan saat ini adalah bagaimana mempromosikan komputer dan literasi
media untuk memberdayakan siswa dan masyarakat. Teknologi informasi baru berkembang
sebagaimana dijelaskan oleh Illich tentang “web pengajaran” dan “alat untuk keramatamahan”.
Rekonstruksi pendidikan melibatkan pengakuan bahwa guru dapat belajar dari mahasiswa dan siswa
yang sering lebih beruntung dari guru-guru mereka dalam berbagai kemahiran teknologi dan
kemampuan teknis. Komunikasi sebaya (peer communication) diantara generasi muda herus sering
dilakukan seiring dengan perkembangan yang sangat canggih di masyarakat.
Pedagogi demokratis sejatinya juga harus dibangun dalam upaya meningkatkan sumber daya
manusia. Rekonstruksi pendidikan demokratis melibatkan produksi warga negara demokratis dan
memberdayakan generasi berikutnya. Tujuan utama rekonstruksi pendidikan adalah menciptakan
masyarakat demokratis. Lebih dari itu, dalam upaya rekonstruksi pendidikan, Freire mengingatkan kita
bahwa pedagogi kritis mencakup kemampuan membaca, baik kata maupun membaca dunia sosial.
Kedua ketrampilan ini sebagai bagian dari membangun kesadaran dari praktik penindasan. Menurut
Kellner, tujuan utama pedagogi kritis adalah untuk memfasilitasi pengembangan individu secara sinergis
dan transformasi sosial untuk terciptanya masyarakat egaliter dan berkeadilan. Pedagogi kritis berusaha
untuk menjadi subyek dialog pada relasi dalam perubahan sosial.
Kurikulum tersembunyi (hidden curriculum) dari pedagogi popular media massa seperti iklan,
sosialisasi media, propaganda politik, dan sebagaimana ditunjukkan dalam fenomena pendidikan di
Amerika Serikat cenderung dikendalikan oleh lembaga-lembaga ekonomi dan politik dominan. Killner
memberikan terobosan penting bagaimana membangun pedagogi kritis berbasis media, yang di
dalamnya ada prinsip dan muatan literasi ekologi guna menciptakan dasar untuk pendekatan terpadu
dalam masalah lingkungan, agar masyarakat tidak merusak lingkungan dimana mereka hidup. Terkait
dengan gagasan rekonstruksi pendidikan yang dikembangkan Douglass Kellner juga berhubungan

23
dengan literasi

24
media kritis. Menurutnya dalam konteks global saat ini, diperlukan sebuah rekonstruksi pendidikan yang
dapat menghasilkan pendidikan yang menyediakan literasi media yang dapat mendukung murid, guru
dan semua warga negara untuk melihat alam dan efek dari budaya media. Kellner menyebut kapitalisme
baru dengan nama kapitalisme teknologi, didefinisikan dengan kemajuan dan kecanggihan dalam
teknologi.
Kellner menawarkan pendekatan dialektis terhadap teknologi baru. Pendekatan ini menyoroti
potensi progresif dan demokratis yang dimiliki teknologi sekaligus mengkritisi realitas kepentingan
korporasi dalam mendorong pertumbuhan pasar teknologi. Atas dasar ini, Kellner telah menyeruhkan
rekonstruksi demokrasi pendidikan era digital yang global dimediasi dan dalam kepentingan
multicultural baru.

i. Pengembangan Pemikiran Pedagogi Kritis 9 oleh Bell Hooks


Biografi Bell Hooks, nama aslinya Gloria Jean Watkins, lahir 25 September 1952 di Hopkin-ville,
Kentucky, Amerika Serikat. Berasal dari keluarga miskin kelas pekerja dan kulit hitam. Ia
mengembangkan pedagogi kritis dan juga dikenal sebagai seorang feminim kritis. Ia mengembangkan
pedagogi terlibat (engaged pedagogy). Nama Bell Hooks berasal dari nama buyutnya yaitu Bell Blair
Hooks. Nama Bell Hooks awalnya digunakan sebagai nama pena ketika ia menulis puisi untuk sebuah
bukunya. Hook memulai karirnya sebagai profesor sastra Inggris tahun 1976 di University of Southern
California.
Usia 19 tahun ia menulis buku dengan judul “Ain’t I a Women? : Black Women and Feminism”.
Dalam buku ini ia menjelaskan beberapa hal implikasi seksisme pada wanita kulit hitam selama
perbudakan, devaluasi perempuan kulit hitam, seksisme laki-laki hitam, rasisme dalam gerakan
feminisme terakhir dan keterlibat perempuan kulit hitam dengan feminisme. Hooks membawa pesan
dalam buku ini memberi suara mendukung kesetaraan sosial jenis kelamin yaitu pembebasan
perempuan.
Feminisme dalam pandangan Hooks merupakan sebuah gerakan untuk mengakhiri seksisme,
eksploitas seksisme dan praktik penindasan. Hooks sebagai feminis muda mulai meneliti dinamika rasial
gerakan perempuan. Dengan alasan bahwa tidak ada ikatan bersama antara semua perempuan. Hooks
mengambil gerakan perempuan tahun 1970-an untuk berbagai penelitiannya, karena mengabaikan
peran rasisme dalam penindasan perempuan. Orientasi kulit putih dan kelas menengah dari gerakan
feminis awal telah mematikan potensi banyak wanita kulit hitam.
Minat kajian Hooks mencakup perspektif postmodern, ras, kelas, gender dalam pendidikan, seni,
sejarah seksualitas, media massa dan feminisme. Banyak buku yang telah ditulis olehnya. Semuanya
ditujukan bahwa ia memberikan perhatian mendalam tentang pentingnya komunikasi dan literasi
sebagai kemampuan membaca, menulis, dan berpikir kritis yang penting untuk mengembangkan
masyarakat yang sehat dan hubungan yang tidak rusak oleh ras, kelas, atau ketidasetaraan gender.
Pengalaman hidup Hooks dalam kawasan miskin pedesaan tetap memberikan sebuah harapan
bagi masyarakat di sekitarnya. Harapannya muncul dari tempat-tempat perjuangan dimana dia menjadi
saksi secara positif bagaimana orang miskin kulit hitam mengubah hidup mereka dan dunia disekitar
mereka. Mendidik selalu merupakan panggilan yang berakar pada harapan. Hooks percaya bahwa
belajar adalah mungkin, tidak ada yang dapat membuat pikiran terbuka dan mencari setelah
pengetahuan dan menemukan cara untuk tahu.
Hooks juga terpengaruh dengan pikiran Paulo Freire tentang praktik pendidikan pembebasan.
Secara khusus pemikiran Freire memberikan landasan sangat kuat dalam ranah intelektual Hooks. Hooks
menganjurkan Universitas dan sekolah untuk mendorong siswa dan guru untuk melanggar berbagai
penindasan sosial yang ada seperti rasisme, dominasi kelas, patriarki, dan hetero-normativitas. Hooks
mengatakan cara ini disebut teaching transgress. Dia menunjukkan dirinya bahwa kesadaran kritik
radikal yang dia miliki telah dipelajari sejak kecil di kawasan miskin Afrika-Amerika, Kentucky. Kesadaran

25
itu diperlukan untuk melahirkan kebebasan dan tanggung jawab yang datang bersamaan dengan
kebebasan. Hooks melihat pendidikan sebagai praktik pembebasan. Menurut Hooks, mengajar
adalah tindakan

26
performatif yang menawarkan ruang untuk perubahan, penemuan, pergeseran spontan, yang dapat
berfungsi sebagai katalis menggambar unsur-unsur unik dalam kelas masing-masing.
Hooks berpendapat untuk pendidikan progresif yang holistik memerlukan pedagogi terlibat.
Pendidikan sebagai praktik pembebasan adalah cara mengajar yang setiap orang untuk dapat belajar.
Pedagogi terlibat dalam pandangan Hooks membutuhkan guru yang memiliki komitmen, aktif terlibat
dalam sebuah proses aktualisasi diri dan mempromosikan kesejahteraan diri mereka jika mengajar
dalam sebuah proses memberdayakan muridnya. Menurut Hooks pedagogi terlibat adalah manifestasi
dari pendidikan progresif holistik. Pedagogi ini lebih dari sekedar pendidikan konvensional maupun
feminisme konvensional.
Sebagai seorang feminim kritis, menurut Hooks keaksaraan sangat penting bagi masa depan
gerakan feminim. Ketrampilan membaca dan menulis sangat penting dan berfungsi untuk membangun
kesadaran feminim. Secara teoretis Hooks menyatakan bahwa feminisme harus lebih dari panggilan
untuk kesetaraan hak bagi perempuan. Pada abad ke-21 perspektif Hooks menjadi lebih penting
daripada sebelumnya. Pada tahun 1970-an, Hooks menjelaskan banyak pergolakkan sosial yang melihat
bukan hanya masalah ras sebagai perdebatan utama tetapi juga terkait isu perempuan, gay, lesbian, dan
masalah identitas budaya. Hooks mengatakan masyarakat harus menemukan bagaimana perbedaan
dapat hidup dan bekerja sama. Freire menyebutnya dengan kebebasan sebagai kondisi yang sangat
diperlukan bagi upaya untuk penyelesaian manusia.
Pedagogi terlibat dan multikulturalisme menawarkan siswa terpinggirkan memiliki kesempatan
untuk bersuara dan dimasukkan ke dalam wacana kelas. Pedagogi terlibat yang dijelaskan Hooks
sebenarnya beririsan dengan pendidikan pembebasan Freire. Hooks banyak mengadopsi gagasan Freire
tentang isu pembebasan. Dalam gaya pedagogi terlibat, murid berusaha mendengar berbagai
percakapan yang berlangsung. Hooks mendorong guru dan murid menuju kritik aktif dari asumsi yang
mereka bangun khususnya dalam hal ras dan seks. Hooks mengakui keanekaragaman laki-laki dan
perempuan. Jika seseorang mengabaikan perbedaan bisa mendistorsi perbedaan.
Hooks juga sangat konsen dengan kritiknya tentang kekuatan media dan pengaruh televisi pada
publik Amerika. Tidak ada kecerdasan dan ketrampilan untuk berpikir kritis dalam berbagai acara
televisi. Pedagogi kritis memerlukan guru untuk mempertahankan solidaritas dengan orang miskin.
Menurut Hooks pembebasan sesungguhnya merupakan sesuatu yang melampaui resistensi untuk
transformasi. Proses ini mungkin terjadi dengan cinta dan harapan. Hooks yakin bahwa pedagogi kritis
dapat memicu semua orang termasuk mereka yang memiliki hak istimewa dan kelompok tertindas
untuk bertindak dengan membebaskan diri mereka maupun orang lain.

j. Pengembangan Pemikiran Pedagogi Kritis 10 oleh Carlos A. Torres


Biografi Carlos Alberto Torres, lahir pada 1 Oktober 1950, di Buenos Aires, Argentina. Ia
mengembangkan sosiologi politik pendidikan, studi Amerika Latin dan Pedagogi kritis. Ia menjadi
Profesor di Escuela Normal Mixta SuperiorRepublika de Costa Rica. Ia menulis 60 buku dan hampir 250
artikel. Memiliki minta kajian pada bidang sosialogi pendidikan, pedagogi kritis, teori sosial kritis,
globalisasi, dan politik pendidikan. Kontribusi penting Torres dalam karier akademiknya adalah:
1) Torres mengembangkan kajian baru yang disebut politik sosiologi pendidikan. Torres
mendefinisikan pendidikan baik pendidikan non formal, pendidikan orang dewasa dan
pendidikan popular berkontribusi kepada perubahan sosial, pembangunan nasional dan
kemajuan individu maupun keluarga.
2) Torres mengembangkan sebuah hibrida interdisiplin (interdisciplinary hybrid) yang
menggunakan pendekatan struktural dan sejarah serta mengoneksikan antara masyarakat sipil
dan masyarakat politik.

27
3) Fokus Torres pada karakteristik ketergantungan negara Amerika Latin, ia mengkaji bagaimana
perubahan kebijakan pendidikan dalam hal hubungan dan dinamika kekuasaan yang melekat
pada negara-negara.
4) Torres mengembangkan kajian perbandingan pendidikan sebagai kajian yang mengaitkannya
dengan relasi ekonomi politik.

Komitmen intelektual Torres terletak pada perubahan sosial dan pendidikan pembebasan. Pada
level pengaruh pemikiran Paulo Freire sangat kuat. Torres mengatakan untuk mencapai perubahan
sosial tidak mungkin melakukannya dibelakang meja. Tapi harus melakukannya dengan tuntutan
gerakan sosial dan partai politik atau menanggapi dinamika yang sebenarnya dari kebijakan publik.
Komitmen perubahan sosial ini mensintesiskan keseluruhan tema penelitian Torres tentang relasi antara
pendidikan, kekuasaan, dan politik. Hal yang menjadi perhatian Torres adalah:
1) Ada kebutuhan untuk memahami melalui sosiologi politik pendidikan. Pendasarannya adalah
adanya kebutuhan untuk memulai sebuah kebijakan pendidikan yang spesifik. Bagaimana
kebijakan ini dibuat, direncanakan, dibangun dan dimplementasikan, siapa aktor yang paling
relevan dalam perumusan dan operasionalisasi.
2) Dalam kajian Torres ada yang dikenal sebagai karakteristik ketergantungan negara kapitalis di
Amerika Latin. Khususnya dalam kaitannya dengan perumusan kebijakan pendidikan
(pendidikan non formal, pendidikan orang dewasa).
3) Ada alternatif yang dikembangkan di Amerika Latin dari perspektif yang berbeda atau alternatif
untuk model negara menggunakan kebijakan pendidikan negara sebagai kompensasi legitimasi
(compensatory legitimation).

Kontribusi Freire tentang alternatif adalah tantangan berpikir tentang alternatif penting dalam
pendidikan. Dengan cara intelektual, telah memungkinkan kita untuk memahami kompleksitas
pendidikan masyarakat kita. Respek Torres terhadap Freire menunjukkan pengaruh intelektualnya
dalam konsennya tentang pedagogi kritis. Torres menganggap generasi intelektualnya harus
meneruskan tradisi pemikiran yang sudah dikembangkan oleh Freire. Gagasan Freire tentang perubahan
radikal didasarkan pada seperangkat kompleksitas teori, filosofis, orientasi politik, sosiologis, serta
teologis. Menurut Torres kita tidak harus meninggalkan sosok revolusioner, yang melambangkan
semangat zaman revolusioner. Terkait pemikiran Feire tentang pendidikan popular, menurut Torres
model pendidikan ini muncul dari sosialis Spanyol dan akar anarkis yang didorong oleh visi pendidikan
massal bagi kelas pekerja. Kemudian ditransfer ke Amerika Latin sebagai model untuk pendidikan kaum
tertindas dengan orientai radikal dan eksplisit menunjukkan dengan jelas tujuan politik.
Ada empat (4) gerakan sosial atau gerakan intelektual besar yang mempresentasikan Paulo
Freire, yaitu teori ketergantungan, filsafat pembebasan, teologi pembebasan, dan pendidikan popular
memiliki akar di Amerika Latin dan menunjukkan platform intelektual Freire. Pembelajaran transformasi
keadilan sosial menggunakan asumsi teori kritis yang menjelaskan seluruh relasi sosial melibatkan relasi
dominan dan menyatakan bahasa mengukuhkan identitas. Dalam menjelaskan transformasi pengajaran
sosial, Torres menggunakan penjelasan “legitimasi kompensasi” (compensatory legitimation). Ia
memandang legitimasi kompensasi yang menjadi alat neo-liberal untuk menggabungkan populasi dalam
representatif korporatif dan sebagai tanda peningkatan untuk mengubah mobilitas individu sosial dan
ekonomi atau kualitas hidup.

k. Pengembangan Pemikiran Pedagogi Kritis 11 oleh Antonia Darder


Biografi Priscilia Antonia Darder, lahir 16 April 1952, di kawasan Vega Baja, Puerto Rico. Darder
dibesarkan dalam suasana kemiskinan di kawasan Timur Los Engeles, selama 26 tahun pertama
hidupnya hidup dalam suasana kemiskinan. Darder dikenal sebagai murid Freire. Ia saat ini menjadi

28
profesor bidang

29
studi kebijakan pendidikan dan studi latin di University of Illinois, Urbana-Champaign, Amerika Serikat.
Darder mengakui Paulo Freire sebagai Ayah dari perjuangannya. Darder juga telah mempelajari dan
bekerja dengan banyak teori yang mengikuti ideology praksis kritis, seperti Henty Geroux, Peter
McLaren dan Ira Shor.
Darder menyajikan argumen mendukung penerapan ideologi Paulo Freire dalam bukunya yang
berjudul “Reinventing Paulo Freire: A Pedagogy of Love”. Darder setuju dengan Freire, bahwa guru bisa
menemukan kekuatan, iman, dan kerendahan hati untuk membangun solidaritas dan berjuang bersama-
sama untuk mengubah ideologi yang menindas dan praktik pendidikan publik. Jika mereka berkomitmen
untuk mengubah praktik kelas mereka menjadi sebuah tindakan “cinta yang mendalam” (profound love).
Salah satu konsen utama Darder dalam pedagogi kritis adalah kajiannya tentang “relasi ras
dalam ranah pendidikan.” Darder menyadari bahwa selama beberapa dekade terakhir, ras dan etnisitas
menjadi fokus perdebatan teoretis dalam diskursus ilmu sosial dan riset pendidikan. Munculnya ide kritis
tentang teori ras kritis yang menandakan kekuatan ras (power racial) dan supremasi kulit putih (white
supremacy) yang eksis dalam fenomena sosial Amerika Serikat. Perbedaan ras telah menyamarkan
kepentingan kelas. Perdebatan ini melahirkan berbagai istilah ras, identitas rasial, kesadaran ras, dan
politik ras. Darder mencoba melakukan penentangan ras sebagai bagian dari dekonstruksi tatanan sosial.
Dalam upaya Darder melakukan pembongkaran ideologi dominan ras yang berkembang. Darder
menjelaskan beberapa pertanyaan yang dia ungkap untuk menuju dekonstruksi ketidakadilan, yaitu:
1) Apakah rasisme masih bertahan tanpa ras?
2) Apa relasi antara formasi perubahan kelas dengan ketidaksetaraan ras?
3) Apa juga paradigma hitam-putih dari relasi ras dapat memahami pola baru konflik atau
ketidaksetaraan ras dalam perubahan ekonomi politik?
4) Apa implikasi pertanyaan paradigma relasi ras?

Darder percaya bahwa dengan menyelesaikan permasalahan rasisme hitam-putih dapat membuka
kemungkinan memperbaiki penderitaan manusia.

30

Anda mungkin juga menyukai