Anda di halaman 1dari 19

PROPOSAL PROYEK KEGIATAN PEMBELAJARAN MKWK

PENGARUH BODY SHAMING TERHADAP SELF-CONFIDENCE GEN Z

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3

DOSEN FASILITATOR : H RIZA FAISAL HUSAINI, LC,M.AG


MENTOR : ANNISA DWI UTAMI
KETUA : FERDINAN ARDILES SITUMORANG 230306071
SEKRETARIS : RUTH MELISA BR SINAGA 230304009
ANGGOTA : (TERLAMPIR)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2023

i
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Kegiatan : Pengaruh Body Shaming Terhadap Self-


Confidence Gen Z
Bidang Kegiatan : Pelaksanaan Kegiatan Pengabdian Masyarakat

Mentor : Annisa Dwi Utami


NIM : 220901067
Jurusan/Prodi : Sosiologi

Ketua Pelaksana : Ferdinan Ardiles Situmorang


NIM : 230306071
Jurusan/Prodi : Peternakan

Medan, 20 Oktober 2023


Mentor Fasilitator

Annisa Dwi Utami H. Riza Faisal Husaini, LC, M.Ag


NIM : 220901067 NIP : 1271091612940002

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada tuhan yang maha pengasih dan maha
penyayang atas segala ridhoNya lah kami dapat menyelesaikan proposal proyek
kegiatan pembelajaran mkwk yang berjudul “Pengaruh Body Shaming Terhadap
Self-Confidence Gen Z” tepat pada waktunya.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah mendukung dan membantu kami sehingga proposal ini dapat selesai dengan
baik.

Meskipun sudah berusaha sebaik mungkin. Kami menyadari bahwa Proposal ini
masih memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari pada pembaca menyempurnakan segala
kekurangan dalam penyusunan proposal ini. Kami mohon maaf atas segala
kekurangan dan kesalahan sebagai mahasiswa banyak kekurangan dalam proposal
ini.

Medan, 17 Oktober 2023

Mahasiswa

Kelompok 3

ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................................. i
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... ii

DAFTAR ISI ...................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1

1.1. Latar Belakang .......................................................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah ..................................................................................................... 2

1.3. Lokasi Proyek/ Kegiatan .......................................................................................... 2

1.4. Tujuan ........................................................................................................................ 2

1.5. Mekanisme dan Rancangan Kegiatan ..................................................................... 2

1.6. Sumber Daya yang Diperlukan ............................................................................... 3

1.7. Jadwal Pelaksanaan .................................................................................................. 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................... 5

2.1. Perilaku Bodyshaming .............................................................................................. 5

2.1.1. Defenisi Body Shaming .......................................................................................... 5

2.1.2. Bentuk-bentuk Body Shaming .............................................................................. 5

2.2. Peran atau Pelaku yang Membuat Bodyshaming .................................................. 6

2.3 Faktor-Faktor Bodyshaming ..................................................................................... 7

2.4 Dampak Bodyshaming ............................................................................................... 9

2.5 Cara Mengatasi Bodyshaming .................................................................................. 10

BAB III PENDEKATAN DAN METODOLOGI ......................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 13

LAMPIRAN NAMA NAMA ANGGOTA ..................................................................... 14

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Era globalisasi ini merupakan perubahan global yang melanda seluruh dunia.
Tentunya hal ini membawa dampak yang sangat besar terhadap berbagai aspek
kehidupan manusia. Di era ini ilmu pengetahuan dan teknologi mengalami
kemajuan yang begitu pesat. Kemajuan teknologi yang sangat pesat ini
menghadirkan kemudahan dalam mengakses informasi dari berbagai media, baik
melalui televisi, radio, handphone, laptop, dll. Hal ini membawa dampak pada
penyebaran nilai-nilai yang telah dianut masyarakat setempat mengalami
pergeseran. Dan pergeseran nilai-nilai yang ada ini tentunya dengan mudah dapat
mempengaruhi persepektif dan sikap masyarakat terhadap sesuatu, termasuk
standarisasi tubuh ideal terutama bagi remaja. Bentuk fisik yang tidak ideal
seringkali membuat individu mendapatkan perlakuan body shaming baik dari
teman sebaya maupun masyarakat sekitar (Rahmawati dkk., 2022).

Istilah body shaming ditujukan untuk mengejek mereka yang memiliki


penampilan fisik yang dinilai cukup berbeda dengan masyarakat pada umumnya.
Contoh body shaming adalah penyebutan dengan gendut, pesek, cungkring, dan
lain sebagainya yang berkaitan dengan tampilan fisik. Meski bukan kontak fisik
yang merugikan, namun body shaming sudah termasuk jenis perundungan secara
verbal atau lewat kata-kata. Perilaku body shaming dapat menjadikan seseorang
semakin merasa tidak aman dan tidak nyaman terhadap penampilan fisiknya dan
mulai menutup diri baik terhadap lingkungan maupun orang-orang.

Terdapat 966 kasus penghinaan fisik atau body shaming yang ditangani polisi
dari seluruh Indonesia sepanjang 2018. Sebanyak 347 kasus di antaranya selesai,
baik melalui penegakan hukum maupun pendekatan mediasi antara korban dan
pelaku. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyatakan tindakan
bullying atau perundungan di dunia pendidikan menempati urutan keempat dalam
kasus kekerasan anak yang terjadi di Indonesia (Fauzia dan Lintang, 2019).

1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah masalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana seseorang membangun kepercayaan dirinya ketika
mendapatkan tindakan body shaming.
2. Faktor apa yang menyebabkan seseorang melakukan body shaming.
3. Bagaimana cara kita menghadapi body shaming tersebut.
4. Dampak apa yang diakibatkan oleh body shaming.
5. Apa sanksi yang patut diterima oleh pelaku body shaming.
1.3 Lokasi Kegiatan/Proyek
Adapun lokasi dari kegiatan/proyek ini adalah sebagai berikut :
• Perpustakaan Universitas Sumatera Utara (lokasi melakukan diskusi dalam
pembuatan proposal proyek)
• SMA Sultan Iskandar Muda (lokasi dalam melakukan pemaparan )
• Universitas Sumatera Utara (lokasi 1 dalam melakukan wawancara)
• Lingkungan Masyarakat (lokasi 2 dalam melakukan wawancara)
1.4 Tujuan
Adapun tujuan dari proyek ini adalah sebagai berikut :
1. Sebagai sarana untuk membangun kepercayaan diri seseorang yang terkena
tindakan body shaming.
2. Mengetahui faktor apa saja yang menjadi penyebab dari tindakan body
shaming.
3. Mahasiswa mengetahui bagaimana cara untuk menghadapi serta mencegah
dari tindakan body shaming.
4. Mengetahui dampak apa yang diakibatkan dari tindakan body shaming.
5. Mengetahui apa saja sanksi yang diterima terhadap pelaku body shaming.

1.5 Mekanisme dan Rancangan Kegiatan

Adapun Mekanisme dan Rancangan Kegiatan dari proyek ini adalah sebagai
berikut :
1. Diskusi kepemilihan kepengurusan (ketua, Wakil ketua, Sekretaris dan
Bendahara)
2. Diskusi pembuatan judul dan pembagian materi

2
3. Menentukan lokasi penelitian
4. Menyelesaikan Proposal
5. Meminta izin untuk melakukan penelitian kepada pihak yang
bersangkutan
6. Menyiapkan materi untuk penelitian
7. Turun Lapangan (melakukan sosialisasi ke Sultan Iskandar Muda)
8. Melakukan sosialisasi tentang Bodyshaming
9. Melakukan dokumentasi wawancara dilingkungan kampus
10. Melakukan dokumentasi wawancara dilingkungan masyarakat
11. Melakukan Pengeditan Dokumentasi
12. Pelaporan.
1.6 Sumber Daya yang Dibutuhkan.
Pada pelaksanaan proyek Mkwk ini dibutuhkan beberapa alat yaitu : Laptop,
Ponsel dan Kouta Internet.
Adapun sumber daya manusia yang dibutuhkan dalam proyek ini adalah
mahasiswa Universitas Sumatera Utara kelompok 3 Proyek Perundungan
sebanyak 20 orang yang merupakan penyusun proposal ini.
Adapun biaya yang dikeluarkan untuk melaksanakan proyek ini berupa :
✓ Akomodasi Transportasi : 100.000

✓ Infokus dari Pihak Sekolah


✓ Konsumsi :
Makan : Rp. 36.000
Minuman : Rp. 35.000
✓ Hadiah Mini Games : Rp. 5000/orang
° Kuis : Rp.16.000
° Games : Rp 16.000 ( Perkelompok )
✓ Ucapan Terimakasih : Rp. 100.000

✓ Spanduk : Rp. 60.000


✓ lain lain : Rp. 4.000

Total biaya yang ditafsirkan sekitar Rp. 435.000 ( empat ratus tiga puluh lima ribu
rupiah ).

3
1.7 Jadwal Pelaksanaan

Waktu
Jenis 11 12 13-20 11 12-30
No Kegiatan Oktober Oktober Oktober November November
2023 2023 2023 2023 2023

Perancangan
1. judul Proyek

Pembagian
2. Tugas

Penyusunan
3. Proposal

Turun
4. lapangan

Proses
5. Perekaman
Video
Proses
Pengolahan
6. dan
Penyuntingan
Video

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perilaku Bodyshaming

2.1.1 Defenisi Body Shaming

Body shaming merupakan suatu bentuk kekerasan verbal emosional yang


sering tidak disadari oleh pelakunya karena umumnya dianggap wajar. Di dalam
kamus Oxford, penghinaan fisik di definisikan sebagai tindakan atau praktik
mempermalukan seseorang dengan membuat komentar mengejek atau mengkritik
tentang bentuk atau ukuran tubuhnya. Dengan kata lain body shaming adalah
sesuatu yang diartikan sebagai hal yang tidak pantas, membuat pernyataan negatif
dan sikap terhadap berat badan atau ukuran orang lain. Bentuk perilaku dari
penghinaan fisik tidak hanya tentang fisik saja yang gendut, tetapi bisa berupa
mengomentarin tentang warna kulit, ukuran tubuh, bekas luka, bentuk rambut, dll.
Body shame merupakan aspek yang luas, yang dapat mencakup aspek fisik tubuh
seperti penampilan seseorang, dan juga rasa malu tentang aspek fisik penilaian
tubuh yang kurang jelas seperti perilaku (Hesty, 2019).

2.1.2 Bentuk-bentuk Body Shaming

1. Fat Shaming

Ini adalah jenis yang paling populer dari body shaming. Fat shaming adalah
komentar negatif terhadap orang-orang yang memiliki badan gemuk atau plus
size.

2. Skinny / Thin

Shaming Ini adalah kebalikan dari fat shaming tetapi memiliki dampak negatif
yang sama. Bentuk body shaming ini lebih diarahkan kepada perempuan, seperti
dengan mempermalukan seseorang yang memiliki badan yang kurus atau terlalu
kurus.

3. Rambut Tubuh / Tubuh berbulu

5
Yaitu bentuk body shaming dengan menghina seseorang yang dianggap memiliki
rambut-rambut berlebih di tubuh, seperti di lengan atau pun di kaki. Terlebih pada
perempuan akan dianggap tidak menarik jika memiliki tubuh berbulu.

4. Warna Kulit

Bentuk body shaming dengan mengomentari warna kulit juga banyak terjadi.

Seperti warna kulit yang terlalu pucat atau terlalu gelap (Fauzia dan Lintang,
2019).

2.2 Peran atau Pelaku Body Shaming

Alasan orang yang melakukan body shaming itu beragam, mulai dari ingin
mencairkan suasana, mengundang gelak tawa, iseng belaka, hingga memang ingin
menghina. Perilaku ini bisa menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan mental
si korban. Dampak dari body shaming bisa si korban minder hingga akan menarik
diri dari keramaian untuk menenangkan diri. Hal seperti ini dapat meninggalkan
trauma emosional yang parah dan mengganggu kesehatan mental korban (Murni
dan Nalda, 2023). Seseorang dapat dikatakan sebagai korban perundungan
(termasuk di dalamnya tindakan body shaming), yaitu ketika seseorang
mendapatkan perilaku atau dalam hal ini komentar negatif secara berulang-ulang,
dari waktu ke waktu baik dari satu atau banyak orang (Febrianti dan Kusnul,
2020).

Perbuatan penghinaan citra tubuh (body shaming) selain dilakukan secara


verbal dan spontan langsung kepada korban, dapat juga dilakukan secara lisan dan
tidak langsung. Seperti ketika dalam media sosial seperti Facebook, Twitter, atau
Instagram seseorang melihat foto orang lain yang menurutnya tubuh dari korban
tersebut “aneh” kemudian pelaku melakukan penghinaan secara lisan pada kolom
komentar media sosial tersebut. Penghinaan citra tubuh (body shaming) semacam
itu juga dikategorikan ke dalam kejahatan cybercrime. 6 Apabila mengikuti
kasuskasus cybercrime yang telah terjadi dan jika hal tersebut dikaji dengan
kriteria hukum pidanakonvensional, maka dari segi hukum, kejahatan cybercrime
merupakan kejahatan yang kompleks (Mutmainnah, 2020).

6
Salah satu contoh Body shaming adalah pada November 2016, publik di
Texas, Amerika Serikat dikejutkan oleh peristiwa tewasnya seorang gadis muda
berusia 18 tahun bernama Brandy Vela yang meninggal karena bunuh diri.
Brandy, melakukan bunuh diri dengan menembakkan pistol di depan hampir
seluruh keluarganya setelah depresi mengalami perundungan siber
(cyberbullying) yang keji pada media sosialnya. Perundungan ini terkait dengan
bentuk dan bobot tubuhnya (body shaming), ia bahkan disamakan dengan ‘babi
gemuk’ oleh pelaku dan terus menerus berkomentar negatif bahkan setelah korban
meninggal dengan cara yang menyedihkan (Febrianti dan Kusnul,2020).

2.3 Faktor Faktor yang Menyebabkan Bodyshaming

Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya body shaming, yaitu :

1. Sosial Budaya / Norma Masyarakat

Penyebab dari komentar negatif atau body shaming yang dilakukan


disebabkan karena insternalisasi keyakinan masyarakat terkait body image
sehingga menjadi pemicu terjadinya perilaku body shaming. Pelaku body shaming
beranggapan body shaming secara online sebagai norma sosial sehingga
menyebabkan pelaku akan terus melakukan tindakan body shaming karena
dianggap sebagai hal yang lumrah terjadi di lingkungan sekitar. Standar dan
tekanan kecantikan dari masyarakat memengaruhi hasil citra tubuh remaja dan
dapat ditularkan melalui agen sosial-budaya. Standar ini kemudian
digunakan oleh individu untuk menentukan nilai mereka dan membandingkan
penampilan fisik mereka dengan ekspektasi kecantikan yang ditetapkan oleh
masyarakat.

2. Tujuan Baik

Body shaming yang dilakukan dengan tujuan baik adalah pendekatan


yang dimaksudkan untuk memberikan motivasi atau saran kepada seseorang
untuk meraih gaya hidup sehat atau meningkatkan kesehatan fisik mereka.
Tujuan dari body shaming dalam konteks ini adalah untuk membantu individu
mencapai tubuh yang lebih sehat dan bukan untuk mengejek atau melecehkan
penampilan fisik mereka. Namun, penting untuk diingat bahwa meskipun

7
niatnya baik, pendekatan ini bisa menjadi bermasalah dan berpotensi
menyebabkan dampak negatif pada kesehatan mental seseorang. Komentar
atau kritikan yang tidak sensitif terhadap penampilan fisik seseorang,
meskipun dimaksudkan baik, dapat menyebabkan perasaan malu, rendah diri,
dan stres pada individu tersebut. Oleh karena itu, penting untuk berbicara
dengan penuh perhatian dan menghormati keberagaman fisik setiap individu.

3. Empati

Empati yang rendah salah satu penyebab perilaku body shaming karena
pelaku memiliki kemampuan empati yang rendah. Ketidakmampuan pelaku untuk
berempati menyebabkan mereka kurang mampu untuk melihat dari sudut
pandang orang lain, mengenali perasaan orang lain dan menyesuaikan
kepeduliannya dengan tepat.

Kurangnya rasa peka akan kondisi orang lain membuat pelaku tidak
memahami akan kondisi yang dialami korban seperti perasaan sedih, tidak
nyaman dan perasaan dihina yang dialaminya. dapun pelaku body shaming
merupakan teman-teman terdekat bahkan keluarga. Faktor yang membuat
partisipan merasa tidak percaya diri adalah kondisi muka yang berjerawat
disebabkan oleh hormon serta bentuk tubuh yang dimiliki. Rasa kurang percaya
diri yang dirasakan oleh partisipan merupakan hal yang wajar ketika partisipan
mengalami pengalaman yang buruk berupa kritikan ataupun hinaan terhadap
tubuh yang dimiliki Perlu untuk diingat bahwa body shaming berdampak negatif
pada kesehatan mental dan emosional korban. Oleh karena itu, mengembangkan
empati yang lebih tinggi adalah kunci untuk mengurangi perilaku body shaming
dan menciptakan lingkungan yang lebih mendukung dan peduli terhadap orang
lain.

4. Pengetahuan

Faktor pembentuk terjadinya perilaku body shaming adalah


ketidaktahuan akan urgensi dari body shaming, ketidaktahuan individu
disebabkan karena kurangnya pemahaman atau kurangnya pengetahuan akan
perilaku body shaming. Kurangnya Pengetahuan menjadi penyebab seseorang

8
melakukan body shaming. Tingkat pendidikan yang semakin tinggi akan
lebih mudah memahami sesuatu hal yang baru dan menyelesaikan persoalan
yang berkaitan dengan hal tersebut. Depresi, kecemasan dan harga diri rendah
merupakan dampak negatif jangka pendek dan panjang dari perbuatan body
shaming. Peningkatan pengetahuan dianggap dapat mempengaruhi sikap
remaja terhadap perilaku body shaming. Memahami bahwa setiap individu
memiliki bentuk tubuh yang berbeda-beda dan standar kecantikan yang
didukung oleh media tidak mencerminkan realitas keragaman fisik manusia.
Kurangnya pengetahuan tentang tubuh yang dimodifikasi dapat menyebabkan
seseorang membandingkan diri dengan gambaran yang tidak realistis dan
merasa kurang puas dengan penampilan. Selain itu, pendidikan yang terbatas
tentang penghormatan terhadap orang lain juga dapat menyebabkan perilaku
body shaming. Kurangnya kesadaran tentang bagaimana komentar atau tindakan
negatif terhadap penampilan fisik seseorang dapat menyakitkan dan merusak
kepercayaan diri orang lain dapat menyakitkan dan merusak kepercayaan diri
orang lain (Kisya dkk., 2023).

2.4 Dampak Dampak Pada Body Shaming

Membully dengan cara body shamming akan memberikan dampak buruk bagi
mental korban seperti munculnya rasa malu, tertekan, terbebani, hingga putus asa
pada korban. Berikut dampak bullying pada korban dan pelaku:

a. Dampak pada korban


1. Tidak percaya diri. Diakibatkan body shamming, korban akan merasa
tidak percaya diri.
2. Menarik diri dari lingkungan karena takut mendapatkan perlakuan buruk
yang sama.
3. Sulit membentuk hubungan dengan orang lain.
4. Memicu terjadi gangguan mental seperti gangguan cemas, depresi, hingga
Post traumatic Stess Disorder (PTSD).
5. Penurunan prestasi. Korban akan kesulitan berkonsentrasi selama
pembelajaran dan tidak masuk sekolah karena mereka menghindar dari
pembully tersebut.

9
6. Memicu masalah kesehatan. Korban yang terkena body shaming akan
merasa insecure dengan diri mereka sendiri. Mereka akan melakukan diet
ketat atau melaparkan diri untuk mendapatkan tubuh yang ideal
(Rahmawati dkk., 2022).

b. Dampak pada pelaku


1. Terbiasa melakukan aktivitas impulsif. Pelaku tidak memikirkan
konsekuensi yang diperbuat di masa yang akan datang. Mereka hanya
mengikuti perasaan dan keinginan sesaat.
2. Empati yang semakin tumpul, artinya bahwa pelaku tidak mementingkan
kondisi korban dan menyukai jika korban sengsara.
3. Meningkatkan perilaku agresif. Pelaku yang tidak mendapatkan bimbingan
akan menganggap bullying terutama pada body shaming adalah salah satu
cara untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan.
4. Mendapat label negatif. Pelaku akan dipandang buruk oleh lingkungan
sekitar dan akan sulit mendapat teman-teman yang baik (Rahmawati dkk.,
2022).
2.5 Cara Mengatasi Bodyshaming

Upaya dalam menghadapi serta mengatasi terjadinya tindakan body shaming,


yaitu:

1. Menerapkan nilai – nilai agama di semua kegiatan baik akademik maupun


non akademik.

Mengajarkan nilai-nilai agama sangat penting untuk mereduksi perilaku


body shaming adanya implementasi dari nilai-nilai agama bisa membawa pengauh
positif pada keimanan, perilaku moral, akhlak, internalisasi religiusitas sehingga
mampu menjadikan individu yang positif dan menjauhi perilaku-perilaku yang
dilarang oleh agama (Widodo dan Nurul, 2022).

2. Body Positive

Adapun body positivity diartikan sebagai sikap yang menerima tubuh yang
dimiliki serta perubahan dalam bentuk, ukuran, dan kemampuan yang mungkin

10
dialaminya karena sifat, usia, atau pilihan pribadi sendiri dalam hidup.
Pemahaman bahwa nilai dan apa yang terjadi dengan diri secara fisik adalah dua
entitas yang terpisah dan bahwa apapun yang terjadi di dalam, di luar, atau pada
tubuh, anda tetap sama berharganya dengan orang lain.

3. Self Love

Sedangkan self-love dapat diartikan sebagai sikap yang mencintai diri


sendiri dengan melakukan hal-hal yang dapat membawa kesejahteraan dan
kebahagiaan bagi diri sendiri. Arti lain dari Self-love adalah istilah atau sebutan
lain untuk menggambarkan 'mencintai diri sendiri'. Dua istilah tersebut, dalam
fenomena body shaming, saling berkaitan satu dengan lainnya terutama dalam
upaya menolak dan mencegah dampak negatif dari body shaming. Sikap body
positivity yang lebih khusus merupakan bagian dari self-love yang lebih bersifat
umum, dimana untuk bisa mencintai diri sendiri, individu seharusnya mencintai
dan menerima tubuhnya apa adanya (Febrianti dan Kusnul, 2020).

Selain diri kita maupun orang tua dan guru, pihak berwajib juga memiliki
peran penting dalam mengatasi masalah Body Shaming yang marak terjadi
belakangan ini. Didalam hukum positif sendiri, dicantumkan beberapa dasar
hukum yang dianggap dapat menjerat pelaku body shaming/penghinaan citra
tubuh.
Diantaranya Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) UU No. 1 Tahun
1946, Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) UU No. 8 Tahun
1981, dan Undang-undang No 11 tahun 2008 tentang informasi dan transaksi
elektronik (ITE) sebagaimana yang telah diubah oleh Undang-undang No 19
tahun 2016.
Termasuk dalam kategori Pasal 27 Ayat (3) jo Pasal 45 Ayat (3) UU Nomor
11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik sebagaimana yang
telah diubah dalam UU Nomor 19 Tahun 2016dapat diancam hukuman pidana 6
tahun. Sedangkan jika dilakukan secara verbal atau face to face atau ditujukan
kepada seseorang dikenakan pasal 310 KUHP dengan ancaman pidana 9 bulan.
Bila secara face to face dilakukan secara tertulis dalam bentuk narasi, melalui
media sosial, diancam pidana pasal 311 KUHP dengan hukuman 4 tahun.

11
BAB III

PENDEKATAN DAN METODOLOGI

Pada kasus ini kami menggunakan metode kualitatif, metode yang fokus pada
pengamatan yang mendalam. Oleh karena itu, penggunaan metode kualitatif
dalam penelitian dapat menghasilkan kajian atas suatu fenomena yang lebih
komprehensif.

Alasan kami memilih metode ini karena peneliti bermaksud ingin memahami
secara mendalam suatu situasi sosial yang kompleks, penuh mengkontruksi
fenomena sosial yang rumit, menemukan hipotesis dan teori.

Dalam kata lain metode ini sangat cocok digunakan pada kasus perundungan,
yaitu kami mengumpulkan Kajian tentang pengalaman personal yang unik,yang
tidak dimiliki oleh orang lain atau sekelompok orang lain mengenai kasus bully
sehingga solusi yang kami berikan nanti dapat bermanfaat pada seluruh kasus
bully tersebut.

Selain menggunakan metode kualitatif, kami juga menggunakan metode studi


kasus deskriptif. Metode deskriptif merupakan penelitian yang menjelaskan suatu
masalah atau fenomena secara akurat. Adapun tujuan dari penelitian deskriptif ini
untuk menjelaskan populasi, situasi, atau fenomena secara akurat dan sistematis.
Dikatakan studi kasus karena penelitian ini mengkaji secara mendalam tentang
individu, kelompok, atau organisasi dalam waktu tertentu. Tujuannya untuk
menggambarkan kondisi, mencari penyebab, serta memungkinkan peneliti
menemukan solusi atas permasalahan yang ada. Dan kami juga menggunakan
metode penelitian survey yaitu dengan teknik wawancara dan observasi untuk
mengumpulkan data yang nantinya menjadi sampel mengenai perilaku
perundungan yang terjadi di lingkungan masyarakat.

12
DAFTAR PUSTAKA

Fauzia, Tri Fajariani dan Lintang Ratri Rahmiaji. 2019. Memahami Pengalaman
Body Shaming Pada Remaja Perempuan. Universitas Diponegoro :
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
Febrianti, Yessi dan Kusnul Fitria. 2020. Pemaknaan dan Sikap Perilaku Body
Shaming di Media Sosial (Sebuah Studi Etnografi Digital di Instagram).
Jurnal Media dan Komunikasi : Vol. 3 No. 1.
Kissya, Theofilya Amandya., Nur Setiawati Dewi., Megah Andriany. 2023.
Faktor Penyebab Body Shaming Pada Remaja Perempuan : Scoping
Review. Jurnal Keperawatan : Volume 16 Nomor 2.
Murni, Maria Goreti dan Nalda Ulandari. 2023. Hubungan Body Shaming Dengan
Perkembangan Mental Dan Psikologis. Journal of Art, Humanity & Social
Studies : Vol. 3 No. 4.
Mutmainnah, Ayuhan Nafsul. 2020. Analisis Yuridis Terhadap Pelaku
Penghinaan Citra Tubuh (Body Shaming) Dalam Hukum Pidana Di
Indonesia. Jurnal Ilmiah Ilmu Hukum : Volume 26, Nomor 8.
Pratiwi, Hesty Septy. 2020. Hubungan Empati Dengan Penghinaan Fisik Pada
Remaja. ISSN: 2477-2666 : Vol 7, No 2.

Rahmawati, Nella dan Muhammad Sholihuddin Zuhdi. 2022. Pengaruh Body


Shaming Terhadap Kepercayaan Diri Mahasiswa Di Universitas Ali
Sayyid Rahmatullah Tulunganggung. UIN Ali Sayyid Rahmatullah
Tulungagung : Prodi Bimbingan Konseling Islam Fakultas Ushuluddin
Adab dan Dakwah.
Widodo, Arif dan Nurul Hakiki. 2022. Body Shaming pada Remaja Putri: Solusi
Perundungan (Bullying) Berbasis Nilai-Nilai Islam. Islamic Counseling
Journal : Vol. 01, No. 2.

13
KELOMPOK 3 PERUNDUNGAN

No Nama Nim Mata Kuliah Nilai


1 Fadhillah Putri Safira 190405050 Bahasa Indonesia 31
2 Meisya Maharani 220406085 Pancasila 34, Bahasa Indonesia 50
3 Nanci Thessa Simbolon 230200220 kewarganegaraan 12, Bahasa Indonesia
38, Agama 2
4 Natasya Era Brigitha 230200406 Bahasa Indonesia 12, Kewarganegaraan
Tarigan 12, Agama Katolik 4
5 Ruth Melisa BR Sinaga 230304009 Bahasa Indonesia 25, Kewarganegaraan
22, Agama Kristen 2 , Pancasila 33
6 Ferdinan Ardiles 230306071 Kewarganegaraan 31, Agama Kristen
Situmorang 14
7 Febrian Davin 230403121 Pancasila 24, Bahasa Indonesia 21,
Christabello Kewarganegaraan 21, Agama Kristen
Simanjuntak 17
8 Naufal Fadhillah 230206077 Pancasila 43, Bahasa Indonesia 36
9 Tiara Dwi Lestari 230502081 Pancasila 30, Bahasa Indonesia 13
10 Inez Yuliana 230503167 Pancasila 30, Bahasa Indonesia 13
11 Diva Dea wildani 230705034 Pancasila 30, Bahasa Indonesia 13
12 Aura Fadhillah 230708054 Pendidikan Pancasila 43, Bahasa
Indonesia 36
13 Ryemima Ita Lumban 230802061 Kewarganegaraan 35, Agama Protestan
Toruan 22, Bahasa Indonesia 40
14 Atikah Zayanah 230902002 Kewarganegaraan 10, Agama Islam 4
15 Theresia Elva Muthia 230904093 Pancasila 32, Agama Protestan 8
Napitulu
16 Adinda Tri Ashwary 231000036 Pancasila 38, Bahasa Indonesia 24,
Kewarganegaraan 8, Agama Islam 10
17 Christella Andreusiana 231000343 Pancasila 48, Bahasa Indonesia 26,
Kewarganegaraan 32, Agama Kristen 7
18 Ria Jelita 231201085 Pancasila 17, Bahasa Indonesia 25

14
19 Grasia Nataline BR 231301105 Pancasila 31, Bahasa Indonesia 56,
Ginting Kewarganegaraan 19, Agama Protestan
13
20 Rizky Valentino 2314020672 Pancasila 58, Bahasa Indonesia 51
Siahaan

Dosen Fasilitator

H. Riza Faisal Husaini, LC, M.Ag


NIP : 1271091612940002

15

Anda mungkin juga menyukai