DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3
i
LEMBAR PENGESAHAN
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada tuhan yang maha pengasih dan maha
penyayang atas segala ridhoNya lah kami dapat menyelesaikan proposal proyek
kegiatan pembelajaran mkwk yang berjudul “Pengaruh Body Shaming Terhadap
Self-Confidence Gen Z” tepat pada waktunya.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah mendukung dan membantu kami sehingga proposal ini dapat selesai dengan
baik.
Meskipun sudah berusaha sebaik mungkin. Kami menyadari bahwa Proposal ini
masih memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari pada pembaca menyempurnakan segala
kekurangan dalam penyusunan proposal ini. Kami mohon maaf atas segala
kekurangan dan kesalahan sebagai mahasiswa banyak kekurangan dalam proposal
ini.
Mahasiswa
Kelompok 3
ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................................. i
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Era globalisasi ini merupakan perubahan global yang melanda seluruh dunia.
Tentunya hal ini membawa dampak yang sangat besar terhadap berbagai aspek
kehidupan manusia. Di era ini ilmu pengetahuan dan teknologi mengalami
kemajuan yang begitu pesat. Kemajuan teknologi yang sangat pesat ini
menghadirkan kemudahan dalam mengakses informasi dari berbagai media, baik
melalui televisi, radio, handphone, laptop, dll. Hal ini membawa dampak pada
penyebaran nilai-nilai yang telah dianut masyarakat setempat mengalami
pergeseran. Dan pergeseran nilai-nilai yang ada ini tentunya dengan mudah dapat
mempengaruhi persepektif dan sikap masyarakat terhadap sesuatu, termasuk
standarisasi tubuh ideal terutama bagi remaja. Bentuk fisik yang tidak ideal
seringkali membuat individu mendapatkan perlakuan body shaming baik dari
teman sebaya maupun masyarakat sekitar (Rahmawati dkk., 2022).
Terdapat 966 kasus penghinaan fisik atau body shaming yang ditangani polisi
dari seluruh Indonesia sepanjang 2018. Sebanyak 347 kasus di antaranya selesai,
baik melalui penegakan hukum maupun pendekatan mediasi antara korban dan
pelaku. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyatakan tindakan
bullying atau perundungan di dunia pendidikan menempati urutan keempat dalam
kasus kekerasan anak yang terjadi di Indonesia (Fauzia dan Lintang, 2019).
1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah masalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana seseorang membangun kepercayaan dirinya ketika
mendapatkan tindakan body shaming.
2. Faktor apa yang menyebabkan seseorang melakukan body shaming.
3. Bagaimana cara kita menghadapi body shaming tersebut.
4. Dampak apa yang diakibatkan oleh body shaming.
5. Apa sanksi yang patut diterima oleh pelaku body shaming.
1.3 Lokasi Kegiatan/Proyek
Adapun lokasi dari kegiatan/proyek ini adalah sebagai berikut :
• Perpustakaan Universitas Sumatera Utara (lokasi melakukan diskusi dalam
pembuatan proposal proyek)
• SMA Sultan Iskandar Muda (lokasi dalam melakukan pemaparan )
• Universitas Sumatera Utara (lokasi 1 dalam melakukan wawancara)
• Lingkungan Masyarakat (lokasi 2 dalam melakukan wawancara)
1.4 Tujuan
Adapun tujuan dari proyek ini adalah sebagai berikut :
1. Sebagai sarana untuk membangun kepercayaan diri seseorang yang terkena
tindakan body shaming.
2. Mengetahui faktor apa saja yang menjadi penyebab dari tindakan body
shaming.
3. Mahasiswa mengetahui bagaimana cara untuk menghadapi serta mencegah
dari tindakan body shaming.
4. Mengetahui dampak apa yang diakibatkan dari tindakan body shaming.
5. Mengetahui apa saja sanksi yang diterima terhadap pelaku body shaming.
Adapun Mekanisme dan Rancangan Kegiatan dari proyek ini adalah sebagai
berikut :
1. Diskusi kepemilihan kepengurusan (ketua, Wakil ketua, Sekretaris dan
Bendahara)
2. Diskusi pembuatan judul dan pembagian materi
2
3. Menentukan lokasi penelitian
4. Menyelesaikan Proposal
5. Meminta izin untuk melakukan penelitian kepada pihak yang
bersangkutan
6. Menyiapkan materi untuk penelitian
7. Turun Lapangan (melakukan sosialisasi ke Sultan Iskandar Muda)
8. Melakukan sosialisasi tentang Bodyshaming
9. Melakukan dokumentasi wawancara dilingkungan kampus
10. Melakukan dokumentasi wawancara dilingkungan masyarakat
11. Melakukan Pengeditan Dokumentasi
12. Pelaporan.
1.6 Sumber Daya yang Dibutuhkan.
Pada pelaksanaan proyek Mkwk ini dibutuhkan beberapa alat yaitu : Laptop,
Ponsel dan Kouta Internet.
Adapun sumber daya manusia yang dibutuhkan dalam proyek ini adalah
mahasiswa Universitas Sumatera Utara kelompok 3 Proyek Perundungan
sebanyak 20 orang yang merupakan penyusun proposal ini.
Adapun biaya yang dikeluarkan untuk melaksanakan proyek ini berupa :
✓ Akomodasi Transportasi : 100.000
Total biaya yang ditafsirkan sekitar Rp. 435.000 ( empat ratus tiga puluh lima ribu
rupiah ).
3
1.7 Jadwal Pelaksanaan
Waktu
Jenis 11 12 13-20 11 12-30
No Kegiatan Oktober Oktober Oktober November November
2023 2023 2023 2023 2023
Perancangan
1. judul Proyek
Pembagian
2. Tugas
Penyusunan
3. Proposal
Turun
4. lapangan
Proses
5. Perekaman
Video
Proses
Pengolahan
6. dan
Penyuntingan
Video
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Fat Shaming
Ini adalah jenis yang paling populer dari body shaming. Fat shaming adalah
komentar negatif terhadap orang-orang yang memiliki badan gemuk atau plus
size.
2. Skinny / Thin
Shaming Ini adalah kebalikan dari fat shaming tetapi memiliki dampak negatif
yang sama. Bentuk body shaming ini lebih diarahkan kepada perempuan, seperti
dengan mempermalukan seseorang yang memiliki badan yang kurus atau terlalu
kurus.
5
Yaitu bentuk body shaming dengan menghina seseorang yang dianggap memiliki
rambut-rambut berlebih di tubuh, seperti di lengan atau pun di kaki. Terlebih pada
perempuan akan dianggap tidak menarik jika memiliki tubuh berbulu.
4. Warna Kulit
Bentuk body shaming dengan mengomentari warna kulit juga banyak terjadi.
Seperti warna kulit yang terlalu pucat atau terlalu gelap (Fauzia dan Lintang,
2019).
Alasan orang yang melakukan body shaming itu beragam, mulai dari ingin
mencairkan suasana, mengundang gelak tawa, iseng belaka, hingga memang ingin
menghina. Perilaku ini bisa menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan mental
si korban. Dampak dari body shaming bisa si korban minder hingga akan menarik
diri dari keramaian untuk menenangkan diri. Hal seperti ini dapat meninggalkan
trauma emosional yang parah dan mengganggu kesehatan mental korban (Murni
dan Nalda, 2023). Seseorang dapat dikatakan sebagai korban perundungan
(termasuk di dalamnya tindakan body shaming), yaitu ketika seseorang
mendapatkan perilaku atau dalam hal ini komentar negatif secara berulang-ulang,
dari waktu ke waktu baik dari satu atau banyak orang (Febrianti dan Kusnul,
2020).
6
Salah satu contoh Body shaming adalah pada November 2016, publik di
Texas, Amerika Serikat dikejutkan oleh peristiwa tewasnya seorang gadis muda
berusia 18 tahun bernama Brandy Vela yang meninggal karena bunuh diri.
Brandy, melakukan bunuh diri dengan menembakkan pistol di depan hampir
seluruh keluarganya setelah depresi mengalami perundungan siber
(cyberbullying) yang keji pada media sosialnya. Perundungan ini terkait dengan
bentuk dan bobot tubuhnya (body shaming), ia bahkan disamakan dengan ‘babi
gemuk’ oleh pelaku dan terus menerus berkomentar negatif bahkan setelah korban
meninggal dengan cara yang menyedihkan (Febrianti dan Kusnul,2020).
2. Tujuan Baik
7
niatnya baik, pendekatan ini bisa menjadi bermasalah dan berpotensi
menyebabkan dampak negatif pada kesehatan mental seseorang. Komentar
atau kritikan yang tidak sensitif terhadap penampilan fisik seseorang,
meskipun dimaksudkan baik, dapat menyebabkan perasaan malu, rendah diri,
dan stres pada individu tersebut. Oleh karena itu, penting untuk berbicara
dengan penuh perhatian dan menghormati keberagaman fisik setiap individu.
3. Empati
Empati yang rendah salah satu penyebab perilaku body shaming karena
pelaku memiliki kemampuan empati yang rendah. Ketidakmampuan pelaku untuk
berempati menyebabkan mereka kurang mampu untuk melihat dari sudut
pandang orang lain, mengenali perasaan orang lain dan menyesuaikan
kepeduliannya dengan tepat.
Kurangnya rasa peka akan kondisi orang lain membuat pelaku tidak
memahami akan kondisi yang dialami korban seperti perasaan sedih, tidak
nyaman dan perasaan dihina yang dialaminya. dapun pelaku body shaming
merupakan teman-teman terdekat bahkan keluarga. Faktor yang membuat
partisipan merasa tidak percaya diri adalah kondisi muka yang berjerawat
disebabkan oleh hormon serta bentuk tubuh yang dimiliki. Rasa kurang percaya
diri yang dirasakan oleh partisipan merupakan hal yang wajar ketika partisipan
mengalami pengalaman yang buruk berupa kritikan ataupun hinaan terhadap
tubuh yang dimiliki Perlu untuk diingat bahwa body shaming berdampak negatif
pada kesehatan mental dan emosional korban. Oleh karena itu, mengembangkan
empati yang lebih tinggi adalah kunci untuk mengurangi perilaku body shaming
dan menciptakan lingkungan yang lebih mendukung dan peduli terhadap orang
lain.
4. Pengetahuan
8
melakukan body shaming. Tingkat pendidikan yang semakin tinggi akan
lebih mudah memahami sesuatu hal yang baru dan menyelesaikan persoalan
yang berkaitan dengan hal tersebut. Depresi, kecemasan dan harga diri rendah
merupakan dampak negatif jangka pendek dan panjang dari perbuatan body
shaming. Peningkatan pengetahuan dianggap dapat mempengaruhi sikap
remaja terhadap perilaku body shaming. Memahami bahwa setiap individu
memiliki bentuk tubuh yang berbeda-beda dan standar kecantikan yang
didukung oleh media tidak mencerminkan realitas keragaman fisik manusia.
Kurangnya pengetahuan tentang tubuh yang dimodifikasi dapat menyebabkan
seseorang membandingkan diri dengan gambaran yang tidak realistis dan
merasa kurang puas dengan penampilan. Selain itu, pendidikan yang terbatas
tentang penghormatan terhadap orang lain juga dapat menyebabkan perilaku
body shaming. Kurangnya kesadaran tentang bagaimana komentar atau tindakan
negatif terhadap penampilan fisik seseorang dapat menyakitkan dan merusak
kepercayaan diri orang lain dapat menyakitkan dan merusak kepercayaan diri
orang lain (Kisya dkk., 2023).
Membully dengan cara body shamming akan memberikan dampak buruk bagi
mental korban seperti munculnya rasa malu, tertekan, terbebani, hingga putus asa
pada korban. Berikut dampak bullying pada korban dan pelaku:
9
6. Memicu masalah kesehatan. Korban yang terkena body shaming akan
merasa insecure dengan diri mereka sendiri. Mereka akan melakukan diet
ketat atau melaparkan diri untuk mendapatkan tubuh yang ideal
(Rahmawati dkk., 2022).
2. Body Positive
Adapun body positivity diartikan sebagai sikap yang menerima tubuh yang
dimiliki serta perubahan dalam bentuk, ukuran, dan kemampuan yang mungkin
10
dialaminya karena sifat, usia, atau pilihan pribadi sendiri dalam hidup.
Pemahaman bahwa nilai dan apa yang terjadi dengan diri secara fisik adalah dua
entitas yang terpisah dan bahwa apapun yang terjadi di dalam, di luar, atau pada
tubuh, anda tetap sama berharganya dengan orang lain.
3. Self Love
Selain diri kita maupun orang tua dan guru, pihak berwajib juga memiliki
peran penting dalam mengatasi masalah Body Shaming yang marak terjadi
belakangan ini. Didalam hukum positif sendiri, dicantumkan beberapa dasar
hukum yang dianggap dapat menjerat pelaku body shaming/penghinaan citra
tubuh.
Diantaranya Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) UU No. 1 Tahun
1946, Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) UU No. 8 Tahun
1981, dan Undang-undang No 11 tahun 2008 tentang informasi dan transaksi
elektronik (ITE) sebagaimana yang telah diubah oleh Undang-undang No 19
tahun 2016.
Termasuk dalam kategori Pasal 27 Ayat (3) jo Pasal 45 Ayat (3) UU Nomor
11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik sebagaimana yang
telah diubah dalam UU Nomor 19 Tahun 2016dapat diancam hukuman pidana 6
tahun. Sedangkan jika dilakukan secara verbal atau face to face atau ditujukan
kepada seseorang dikenakan pasal 310 KUHP dengan ancaman pidana 9 bulan.
Bila secara face to face dilakukan secara tertulis dalam bentuk narasi, melalui
media sosial, diancam pidana pasal 311 KUHP dengan hukuman 4 tahun.
11
BAB III
Pada kasus ini kami menggunakan metode kualitatif, metode yang fokus pada
pengamatan yang mendalam. Oleh karena itu, penggunaan metode kualitatif
dalam penelitian dapat menghasilkan kajian atas suatu fenomena yang lebih
komprehensif.
Alasan kami memilih metode ini karena peneliti bermaksud ingin memahami
secara mendalam suatu situasi sosial yang kompleks, penuh mengkontruksi
fenomena sosial yang rumit, menemukan hipotesis dan teori.
Dalam kata lain metode ini sangat cocok digunakan pada kasus perundungan,
yaitu kami mengumpulkan Kajian tentang pengalaman personal yang unik,yang
tidak dimiliki oleh orang lain atau sekelompok orang lain mengenai kasus bully
sehingga solusi yang kami berikan nanti dapat bermanfaat pada seluruh kasus
bully tersebut.
12
DAFTAR PUSTAKA
Fauzia, Tri Fajariani dan Lintang Ratri Rahmiaji. 2019. Memahami Pengalaman
Body Shaming Pada Remaja Perempuan. Universitas Diponegoro :
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
Febrianti, Yessi dan Kusnul Fitria. 2020. Pemaknaan dan Sikap Perilaku Body
Shaming di Media Sosial (Sebuah Studi Etnografi Digital di Instagram).
Jurnal Media dan Komunikasi : Vol. 3 No. 1.
Kissya, Theofilya Amandya., Nur Setiawati Dewi., Megah Andriany. 2023.
Faktor Penyebab Body Shaming Pada Remaja Perempuan : Scoping
Review. Jurnal Keperawatan : Volume 16 Nomor 2.
Murni, Maria Goreti dan Nalda Ulandari. 2023. Hubungan Body Shaming Dengan
Perkembangan Mental Dan Psikologis. Journal of Art, Humanity & Social
Studies : Vol. 3 No. 4.
Mutmainnah, Ayuhan Nafsul. 2020. Analisis Yuridis Terhadap Pelaku
Penghinaan Citra Tubuh (Body Shaming) Dalam Hukum Pidana Di
Indonesia. Jurnal Ilmiah Ilmu Hukum : Volume 26, Nomor 8.
Pratiwi, Hesty Septy. 2020. Hubungan Empati Dengan Penghinaan Fisik Pada
Remaja. ISSN: 2477-2666 : Vol 7, No 2.
13
KELOMPOK 3 PERUNDUNGAN
14
19 Grasia Nataline BR 231301105 Pancasila 31, Bahasa Indonesia 56,
Ginting Kewarganegaraan 19, Agama Protestan
13
20 Rizky Valentino 2314020672 Pancasila 58, Bahasa Indonesia 51
Siahaan
Dosen Fasilitator
15