Anda di halaman 1dari 12

1

1
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Tumbuhan mempunyai kandungan senyawa kimia yang kompleks dan
beragam. Kandungan senyawa tersebut dapat dikelompokkan menjadi senyawa
metabolit primer dan senyawa metabolit sekunder. Senyawa metabolit primer
merupakan senyawa hasil metabolisme yang digunakan untuk mempertahankan
kelangsungan hidup suatu organisme. Biasanya berupa molekul besar seperti
karbohidrat, lemak, protein, dan asam nukleat. Sedangkan senyawa metabolit
sekunder merupakan molekul kecil hasil metabolisme yang dihasilkan secara
terbatas oleh organisme. Senyawa metabolit sekunder yang dihasilkan pada
tanaman sangat beragam antara tanaman satu dengan yang lain. Pada umumnya
senyawa metabolit sekunder mempunyai bioaktivitas yang spesifik dan berfungsi
juga sebagai pertahanan terhadap hama atau untuk melawan penyakit (Emelda,
2020).
Metabolit sekunder (Natural product chemistry) pada umumnya
dimaksudkan untuk senyawa kimia organik yang berasal dari mikroorganisme,
tumbuhan, dan binatang yang ada di darat maupun laut. Senyawa metabolit
sekunder juga bisa disebut senyawa kimia bahan alam. Metabolit sekunder
dihasilkan dari proses metabolisme sekunder yang disintesis dari metabolit
primer, misalnya dari asetil koenzim A, asam amino, senyawa antara dari jalur
shikimate dan asam mevalonat (Sri Retno, dkk., 2022).
Tanaman salam (Syzygium polyanthum) merupakan salah satu tumbuhan
yang tumbuh subur di Indonesia. Salam tumbuh subur di pulau Jawa diatas
dataran rendah sampai ketinggian 1400 meter di atas permukaan laut. Salam
mempunyai pohon yang besar dan tingginya dapat mencapai 20-25 meter.
Tumbuhan salam banyak digunakan sebagai rempah pengharum makanan dan
dikenal pula sebagai tumbuhan berkhasiat obat oleh masyarakat Indonesia. Salam
dapat dimanfaatkan dalam pengobatan berbagai penyakit baik pada daun, buah,
kulit, batang dan akar. Pada daun salam banyak digunakan oleh masyarakat untuk
mengobati asam urat, kolesterol tinggi, tekanan darah tinggi (hipertensi), kencing
manis (diabetes mellitus), sakit maag (gastritis). Bioaktivitas ini ditimbulkan oleh
adanya kandungan senyawa metabolit sekunder pada tanaman salam (Amanda,
2015).
I.2 Maksud dan Tujuan Percobaan
I.2.1 Maksud Percobaan
Adapun maksud percobaan ini yaitu untuk mengetahui dan
memahami teknik ekstraksi digunakan dan kelarutannya terhadap pelarut yang
digunakan. Mengetahui cara memisahkan komponen senyawa yang terdapat pada
ekstrak dan untuk mengetahui senyawa-senyawa berdasarkan kepolarannya.
I.2.2 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan percobaan ini yaitu untuk memisahkan senyawa yang
terkandung dalam ekstrak akar salam serta mengisolasi komponen kimia dengan
menggunakan metode KLTP dan KLT 2 dimensi.
I.3 Prinsip Percobaan
Adapun prinsip percobaan ini yaitu ekstraksi sampel akar salam yang
diletakkan pada panci bertingkat kemudian diuapkan. Penentuan teknik fraksinasi
menggunakan sampel akar salam (Syzygium polyanthum), dan pelarut BJA
berdasarkan pengamatan yang terjadi selama proses fraksinasi. Serta pemisahan
senyawa berdasarkan kepolarannya.

2
BAB III
METODE PRAKTIKUM
III.1 Waktu dan Tempat Praktikum
III.2 Alat dan Bahan

BAB V
PENUTUP
VI.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan diperoleh hasil ekstrak
akar daun salam dengan menggunakan metode infusa, pada pengamatan
organoleptik didapatkan bahwa ekstrak akar salam memiliki warna coklat, bentuk
kental serta bau seperti teh. Dan pada hasil perhitungan % rendemen didapatkan
hasil 6% yang menunjukkan bahwa ekstrak akar salam termasuk ekstrak kental
dan telah memenuhi % kadar yang ditetapkan oleh Farmakope Herbal
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
hasil dari fraksinasi diperoleh 2 gram fraksi yang dimana pada saat dilakukan
pengamatan menggunakan KLT didapatkan nilai RF yaitu 3,13.
Dapat disimpulkan bahwa proses isolasi senyawa pada akar salam
(Syzygium polyanthum) yaitu mengandung senyawa yang diduga-duga berupa

2
fenolik akan tetapi pada proses pemisahan didapatkan 2 noda yang saling
menempel.
VI.2 Saran
V.2.1 Saran Untuk Dosen
Diharapkan Bapak dan Ibu dosen dapat lebih memperhatikan kami
secara langsung saat praktikum untuk meminimalisir kesalahan saat praktikum
sehingga praktikum berjalan dengan baik.
V.2.2 Saran Untuk Asisten Dosen
Diharapkan kedepannya kakak asisten dapat menjelaskan lebih baik
lagi materi kepada kami baik saat praktikum maupun saat asistensi berlangsung
agar kami bisa lebih memahami dan mendapatkan ilmu yang berguna
kedepannya.
V.2.3 Saran Untuk Laboratorium
Diharapkan kedepannya laboratorium bisa lebih baik lagi, dilengkapi
obat maupun peralatannya serta sirkulasi udara seperti AC maupun kipas pada
saat praktikum.

2
LAMPIRAN
Lampiran 1. Gambar
Lampiran 1.1 Larutan Oral

No Gambar Keterangan

Disiapkan alat dan bahan

1.
Dikalibrasi botol coklat

2.

Dilarutkan zat aktif


3.

Dilarutkan tiap zat tambahan


kemudian ditambahkan ke dalam
lumpang
4.

Dimasukkan kedalam botol coklat

5. lalu diberi etiket

Lampiran 3. Skema Kerja


Lampiran 3.1 Ekstraksi

Tanaman salam segar

- Pengumpulan bahan baku


- Sortasi basah
- Pencucian
- Perajangan
- Pengeringan
2
- Sortasi kering
- Pengemasan
- penyimpanan
Serbuk simplisia akar salam
- Diayak simplisia dengan mesh 40
- Ditimbang 100 gram simplisia yang
akan diekstraksi
- Dipananskan panci
- Dimasukkan simplisia pada panic
bagian atas
- Dimasukkan 1 liter aquadest
- Dipanaskan dan tunggu hingga
suhunya mencapai 90° C
- Disaring selagi panas dan uapkan
menggunakan penangas

Ekstrak

Hitung % rendemen

Lampiran 3.2 Fraksinasi


Fraksinasi
- Ditimbang sampel 5 gram
- Dilarutkan sampel dengan BJA 75
mL didalam erlenmeyer
- Distirer selama 15-30 menit
- Dimasukkan kedalam tabung
sentrifus

2
- Disentrifus selama 5 menit dengan
kecepatan 1.500 rpm
- Dipisahkan supernatant dan residu
didalam cawan porselin
- Diuapkan supernatan

Kromatografi kolom

- Disiapkan alat dan bahan


- Dimasukkan kapas kedalam kolom
- Dicampurkan bubuk silika dan
sampel
- Dimasukkan n-heksan secukupnya
kedalam kolom
- Didispersikan bubuk silika dengan n-
heksan dan masukkan kedalam
kolom
- Dimasukkan sampel yang telah
bercampur dengan bubuk silika dan
juga kertas saring
- Dimasukkan eluen n-heksan 100%,
eluen n-heksan: etil asetat 2:1, 1:1,
1:2 dan etil asetat dalam 50 mL,
secara bertahap dan uapkan

Identifikasi senyawa kimia


- Disiapkan alat dan bahan
- Dipotong lempeng KLT dengan
ukuran 5x7 cm
- Dibuat garis batas atas dengan
ukuran 0,5 cm dan ukuran batas
bawah 1 cm

2
- Diaktifkan lempeng menggunakan
oven pada suhu 120° C selama 15
menit
- Dijenuhkan eluen n-heksan: etil
asetat dengan perbandingan 2:1, 1:1
dan 1:2 dalam 5 mL didalam
chamber
- Ditotolkan sampel hasil kolom diatas
lempeng KLT menggunakan pipa
kapiler
- Dimasukkan lempeng kedalam
chamber dan tunggu hingga terelusi
- Diamati dibawah sinar uv 254 nm
dan 356 nm

Hitung Nilai RF

Lampiran 3.3 Isolasi Senyawa

KLTP

- Dibuat lempeng kaca KLTP dengan


menggunakan bubur silika yang
diletakkan diatas kaca
- Didiamkan selama 1x24 jam didalam
oven
- Dijenuhkan eluen n-heksan: etil
asetat dengan perbandingan 2:1
dalam 20 mL didalam chamber
- Ditotolkan sampel hasil kolom
perbandingan 2:1 secara
berkesinambungan

2
- Dimasukkan lempeng kedalam
chamber dan tunggu hingga terelusi
- Diamati dibawah sinar uv 254 nm
dan 356 nm
- Disemprot dengan reagen FeCI3
- Dipisahkan noda pada silika dan
masukkan dalam tabung sentrifus
- Dilarutkan dengan pelarut kloroform:
metanol perbandingan 1:1 dalam 2
mL
- Dimasukkan hasil sentrifus kedalam
vial

KLT 2 dimensi

- Dibuat lempeng KLT dengan ukuran


5x5 cm
- Dibuat garis batas atas 0,5 cm dan
batas bawah 1 cm
- Diaktifkan lempeng didalam oven
pada suhu 120 oC selama 15 menit
- Dijenuhkan eluen n-heksan: etil
asetat dengan perbandingan 2:1
- Ditotolkan sampel hasil KLTP yang
sudah disentrifus
- Dimasukkan lempeng kedalam
chamber dan tunggu hingga terelusi
- Diamati dibawah sinar uv 254 nm
dan 356 nm
- Diputar 90° lempeng KLT
- Dimasukkan lempeng kedalam
chamber dan tunggu hingga terelusi
2
- Diamati dibawah sinar uv 254 nm
dan 356 nm.
Diamati lempeng KLT

Anda mungkin juga menyukai