I. Tujuan
Praktikan mampu memahami prinsip fraksinasi sel dan tahapannya
Praktikan mampu melakukan fraksinasi sel untuk memisahkan inti sel, mitokondria
dan sitosol
Praktikan mampu memahami prinsip fraksinasi subselular dan isolasi organel
Praktikan mampu melakukan fraksinasi subselular dan isolasi fraksi inti dan
mitokondria
II. Metodologi
2.1 Alat 2.2 Bahan
Timbangan analitik - Kecambah kacang hijau
Mortar dan pestle - Kembang kol
Pisau dapur - Mannitol grinding medium
Beaker glass 500 mL - Mannitol assay medium
Tabung sentrifuge 15 mL - Kertas saring
Tabung mikro 1,5 mL - Tisu
Pipet tetes - Organ hati tikus
Erlenmeyer - Larutan sukrosa 0,25M – EDTA 1 mM
Ice box - Larutan sukrosa 0,34M – EDTA 1 mM
Digital refrigerated microcentrifuge - Larutan sukrosa 0,25mM – CaCl2 3 mM
Mikroskop - Kapas
Micropestle - Eter
Spatula - Kain blacu
Set alat bedah
Beaker glass 100 mL
Gelas arloji
Gelas objek dan penutup
2.3 Cara Kerja
2.3.1 Pembuatan 1 L mannitol grinding medium
Diisi beaker glass 1 L dengan 850 Ditambahkan 54,66 gr D-
mL aquades steril Mannitol
IV. Pembahasan
Praktikum kali ini memiliki dua percobaan yaitu isolasi fraksi inti sel dan fraksi
mitokondria dari tanaman maupun hewan. Bahan yang digunakan dalam percobaan fraksi
inti sel, mitokondria dan sitosol dari tanaman adalah mannitol grinding medium dan
mannitol assay medium yang digunakan sebagai larutan buffer. Sedangan bahan yang
digunakan dalam percobaan fraksi inti sel dan mitokondria dari hewan adalah organ hati
tikus. Larutan buffer yang digunakan dalam fraksinasi sel dari hewan antara lain larutan
sukrosa 0,25M-EDTA, larutan sukrosa 0,34M-EDTA dan larutan sukrosa 0,25mM-CaCl2.
Sel merupakan unit terkecil yang menjadi dasar kehidupan dalam arti biologis.
Semua fungsi kehidupan diatur dan berlangsung di dalam sel. Karena itulah, sel dapat
berfungsi secara autonom asalkan seluruh kebutuhan hidupnya terpenuhi. Makhluk hidup
(organisme) tersusun dari satu sel tunggal (uniselular), misalnya bakteri, archaea, serta
sejumlah fungi dan protozoa) atau dari banyak sel (multiselular). Organisme multiselular
terjadi pembagian tugas terhadap sel – sel penyusunnya, yang menjadi dasar bagi hirarki
hidup. Struktur sel dan fungsi – fungsinya secara menakjubkan hampir serupa untuk
semua organisme, namun jalur evolusi yang ditempuh oleh masing – masing golongan
besar organisme (regnum) juga memiliki kekhususan sendiri – sendiri. Sel – sel prokariota
beradaptasi dengan kehidupan uniselular, sedangkan sel – sel eukariota beradaptasi untuk
hidup saling bekerja sama dalam organisasi yang sangat rapi (Gade, 2014).
Suatu teknik yang berguna untuk mempelajari struktur dan fungsi sel adalah
fraksinasi sel, yaitu suatu prosedur yang digunakan untuk menjauhkan sel – sel dan
memisah – misahkan organel – organel utama serta struktur subselular lain (Campbell et
al., 2010). Terdapat dua fase fraksinasi sel, yakni homogenisasi dan sentrifugasi. Tahap
awal dalam proses fraksinasi sel adaalah pra homogenisasi, yaitu membran sel atau
dinding sel perlu dirusak terlebih dahulu untuk mempermudah proses homogenisasi
(Johnson, 2002). Fraksinasi sel digunakan untuk mempelajari sifat biokimia dan fisiologi
organel sel di luar sel. Dasar metode yang digunakan untuk mengisolasi organel
dikembangkan pada tahun 1930-an oleh A. Claude, R.R. Bensley dan N.L. Hoerr untuk
isolasi mitokondria, dan S. Granick untuk isolasi kloroplas (Widyarti, 2018).
Praktikum ini dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan inti sel, mitokondria dan
sitosol dari tanaman, serta inti sel dan mitokondria dari hewan. Sebelum dilakukan
fraksinasi sel, jaringan harus dipotong atau dicacah menjadi potongan – potongan kecil
dan dilakukan dalam larutan bufer isotonik. Untuk mempertahankan integritas organel sel
dan viabilitas enzim, prosedur fraksinasi dilakukan dalam kondisi dingin (maksimal suhu
10C) (Widyarti, 2018).
Proses yang dilakukan untuk mendapatkan organel – organel tersebut yaitu
dilakukan penghancuran sel menggunakan homogenizer. Homogenisasi merupakan proses
pemisahan organel dari selnya dengan cara merusak dan membuka sel. Kerusakan pada
sel ini terjadi karena pemberian suatu zat kimia, enzim atau karena gelombang suara.
Namun beberapa peneliti juga terkadang menghomogenisasi sel dengan cara memaksa sel
melalui suatu celah berukuran lebih kecil dengan tekanan yang amat tinggi sehingga sel
menjadi rusak (Hermawan dan Laksono, 2013). Homogenisasi dapat dilakukan dengan
cara mekanik maupun kimiawi dalam suatu larutan buffer. Sel diresuspensi dalam larutan
dengan kandungan garam dan pH yang sesuai. Larutan buffer isotonik berfungsi unuk
melindungi organel dari perubahan pH dan tekanan osmotik yang dapat menyebabkan
kerusakan sel. Saat proses homogenisasi saat fraksinasi sel dari tanaman ditambahkan
mannitol grinding medium yang digunakan untuk mempertahankan jaringan saat
homogenisasi. Hasil dari homogenisasi disebut dengan homogenat.
Fase isolasi merupakan pemisahan organel sel berdasarkan ukurannya. Fase isolasi
dapat dilakukan dengan berbagai macam cara, baik dengan cara kimiawi maupun fisika,
seperti sedimentasi gravitasi atau pengendapan, penyaringan sederhana dan sentrifugasi.
Praktikum kali ini cara yang digunakan adalah sentrifugasi (Heidcamp, 2013). Setelah
homogenat didapatkan, maka dilanjutkan dengan tahap sentrifugasi. Sentrifugasi
merupakan cara untuk mempercepat proses pemisahan komponen berdasarkan pada
ukuran dan densitas tiap komponen dengan memanfaatkan kecepatan rotasi (Gallik,
2011).
Sentrifugasi yang dilakukan pada percobaan kali ini adalah sentrifugasi bertingkat
(sentrifugasi diferensial). Sentrifugasi diferensial merupakan pemisahan dicapai terutama
didasarkan pada ukuran partikel dalam sentrifugasi diferensial. Densitas partikel yang
berbeda dalam ukurannya dalm suspensi akan mengendap dengan partikel lebih besar dan
padat. Tingkat sedimentasi dapat ditingkatkan dengan menggunakan gaya sentrifugal.
Suspensi sel yang mengalami serangkaian peningkatan siklus gaya sentrifugal akan
menghasilkan serangkaian sedimentasi. Perbedaan kepadatan partikel atau ukuran
dibedakan berdasarkan partikel terbesar dan paling padat pengendapan dengan kurang
padat dan partikel yang lebih kecil (Gopala, 2016). Saat proses sentrfugasi saat fraksinasi
sel dari tanaman digunakan mannitol assay medium untuk melarutkan kembali pellet
Dalam bentuk yang sangat sederhana sentrifuge terdiri atas sebuah rotor dengan
lubang – lubang untuk meletakkan cairan wadah atau tabung yang berisi cairan dan
sebuah motor atau alat lain yang dapat memutar rotor pada kecepatan yang dikehendaki.
Komponen utama pada proses sentrifugasi ialah instrument sentrifuge, rotor dan tabung
(wadah sampel) (Gopala, 2016). Cara menggunakan alat sentrifuge yaitu dipersiapkan
larutan yang akan dimurnikan atau dipisahkan, disambungkan sentrifuge pada aliran arus
listrik. Dinyalakan sentrifuge. Dibuka penutup sentrifuge dengan tekan tombel open.
Dimasukan larutan ke dalam gelas tabung sentrifuge. Larutan yang dimasukkan pada
setiap tabung haruslah sama ukurannya. Dimasukkan tiap tabung ke dalam lubang
sentrifuge. Untuk meletakkan gelas tabung yang berisi larutan yang akan dimurnikan atau
dipisahkan, tabung harus diletakkan secara bersilang berlawanan. Namun hal ini tidak
perlu dilakukan jika semua lubang pada sentrifuge terisi penuh oleh tabung larutan yang
akan dimurnikan atau dipisahkan. Ditutup kembali penutup sentrifuge. Diatur waktu yang
diperlukan dan ditentukan pula kecepatan rotasi putaran (rpm) yang diinginkan. Ditekan
tombol untuk memulai memurnikan larutan. Setelah pemurnian selesai, ditekan tombol
open dan diambil semua larutan dalam tabung yang telah dimurnikan dengan cara
mengambilnya secara berseling berlawanan pula.
Praktikum kali ini menunjukkan bahwa ukuran dan densitas nukleus lebih besar
daripada mitokondria dan sitosol sehingga dibutuhkan kecepatan dan waktu yang lebih
singkat untuk mendapatkan fraksi inti sel. Untuk memperoleh fraksi mitokondria dan
sitosol diperlukan kecepatan yang lebih besar karena ukuran organelnya lebih kecil
(Hendra, 2000).
Percobaan fraksi inti sel, mitokondria dan sitosol dengan preparat epidermis Allium
cepa, daun dari Cucumis sativus dan daun dari Arabidopsis thaliana. Pengamatan inti sel
dari epidermis Allium cepa. Isolasi fraksi tiap tanaman tidak sama kandungan DNA pada
inti selnya. Inti sel sendiri berfungsi untuk mengatur aktivitas sel dengan cara menentukan
jenis dan waktu sintesis protein. DNA pada inti sel diorganisasikan menjadi kromatin.
DNA pada inti sel diorganisasikan dengan protein menjadi kromatin. Ketika pembelahan
sel benang – benang kromatin kusut dan menggulung menjadi tebal memadat, kemudian
membentuk kromosom. Inti sel berfungsi sebagai pengontrol dari kerja sintesis protein
dalam sitoplasma. Proses kontrol tersebut dilakukan inti sel dengan mengirimkan mRNA
ke sitoplasma untuk menyampaikan pesan genetik melalui pori – pori inti sel. Ketika
mRNA berada di sitoplasma, mRNA akan melekat pada ribosom (Budiman, 2009).
Kemudian diamati fraksi mitokondria daun dari Cucumis sativus. Mitokondria
merupakan organel sitoplasmik yang mempunyai membran ganda, dan memiliki DNAnya
sendiri. Mitokondria memiliki peran kunci dalam homeostasis biokimia dalam tubuh
sehingga dapat menentukan hidup atau matinya sel. Mitokondria menghasilkan ATP
melalui 2 langkah penting, yaitu oksidasi NADH atau FADH2 melalui glikolisis, siklus
TCA atau oksidasi asam lemak dan fosforilasi oksidatif. Keseluruhan proses tersebut
diregulasi oleh kompleks faktor transkripsi pada mitokondria. Mitokondria memiliki
membran interspasial yang terletak diantara membran luar dan dalam. Membran luar dan
interspasial relatif lebih permeabel dibandingkan membran dalam. Membran dalam
menjadi tempat melekatnya enzim yang dibutuhkan dalam proses rantai transport
pernapasan elektron. Membran dalam berfungsi melindungi matriks mitokondria, dimana
elektron yang dihasilkan dalam proses TCA akan menjalankan proses selanjutnya untuk
menghasilkan ATP. Sebagian besar energi yang dihasilkan oleh tubuh, hampir sebesar
90%, diproduksi oleh mitokondria dalam bentuk ATP melalui proses siklus TCA dan
rantai transport elektron. Mitokondria merupakan organel penghasil energi dan terlibat
dalam banyak fungsi vital sel seperti produksi ATP, regulasi ion Ca 2+ intraseluler,
produksi reactive oxygen species (ROS) dan scavenger, regulasi apoptosis sel dan aktivasi
protease golongan kaspase (Ardiaria, 2019).
Diamati fraksi sitosol daun dari Arabidopsis thaliana. Sitosol merupakan zalir yang
tidak berbentuk, terdiri atas campuran berbagai macam molekul dan polimer. Beribu –
ribu jenis enzim terlibat dalam proses metabolisme intermedia terlarut di dalamnya. Salah
satu contoh metabolisme intermedia adalah proses glikolisis dan glikoneogenesis. Selain
itu, cairan tersebut dipenuhi oleh ribosom, mRNA maupun tRNA, yang aktif mensintesis
protein. Sekitar 50% protein hasil sintesis yang dilakukan ribosom, ditentukan tetap
berada di dalam sitosol. Sebagian dari protein yang berada di sitosol, berbentuk benang –
benang halus disebut filamen. Filamen – filamen ini teranyam membentuk rerangka,
diberi nama rerangka sel atau sitoskelet. Rerangka sel memberi bentuk pada sel, mengatur
dan menimbulkan gerakan sitoplasmik yang beruntun dan berkaitan, serta membentuk
jaring – jaring kerja yang membantu mengatur reaksi – reaksi enzimatis. Filamen terhalus
penyusun sitoskelet adalah aktin. Filamen ini berada di dalam semua sel eukaryota
terutama sel otot. Di dalam sel ini aktin berperan sebagai penggerak kontraksi. Filamen
paling tebal adalah mikrotubulus, disebut demikian sebab berupa tabung halus
(Issoegianti et al., 2012)
Percobaan fraksinasi sel dengan isolasi fraksi inti dan fraksi mitokondria dari hewan
menggunakan bahan utama organ hati tikus. Tikus yang digunakan berjenis kelamin laki –
laki (jantan). Hal ini karena tikus kelamin jantan tidak mengalami fase periodik seperti
tikus betina. Selain itu digunakannya organ hati karena hati merupakan organel tersebar
dalam tubuh dan mengandung banyak organel seperti mitokondria yang berfungsi sebagai
penghasil ATP pada proses respirasi (Dahab dan Hesham, 2005). Pencucian organ hati
dengan sukrosa EDTA perlu dilakukan lebih lama dibandingkan kelompok lain. Hal ini
karena pada saat pembedahan, darah yang keluar cukup banyak.
Untuk memecahkan sel hati tikus, dilakukan dengan suhu yang rendah karena untuk
menjaga agar tidak timbul panas yang dapat membuat organel sel menjadi tidak aktif.
Organel hati yang baru diambil dibersihkan dengan larutan sukrosa EDTA dingin dengan
tujuan untuk membersihkan organ hati. Selain itu, larutan ini juga dapat mengendapkan
protein pengotor yang tidak diinginkan yang terdapat pada organ hati. Sukrosa merupakan
larutan isotonik yang digunakan agar tekanan osmotik sel terjaga (Avila dan Harris,
2002).
Tahapan dalam pecobaan ini yaitu preparasi, isolasi fraksi inti dan isolasi fraksi
mitokondria. Komponen spesifik yang ada pada percobaan ini ialah inti sel dan
mitokondria. Kedua organel tersebut merupakan perpustakaan genetika yang dimiliki oleh
sel eukariot, karena keduanya memiliki struktur DNA yang mengontrol sistem kerja pada
sel tersebut (Campbell et al., 2010). DNA pada inti sel diorganisasikan dengan protein
menjadi kromatin. Ketika pembelahan sel benang – benang kromatin kusut dan
menggulung menjadi tebal memadat, kemudian membentuk kromosom. Inti sel berfungsi
sebagai pengontrol dari kerja sintesis protein dalam sitoplasma. Proses kontrol tersebut
dilakukan inti sel dengan mengirimkan mRNA ke sitoplasma untuk menyampaikan pesan
genetik melalui pori – pori inti sel. Ketika mRNA berada di sitoplasma, mRNA akan
melekat pada ribosom (Budiman, 2009).
Mitokondria adalah penghasil energi terbesar yang diperlukan oleh sel untuk
melakukan metabolisme melalui proses respirasi. Selain itu, mitokondria memiliki ciri
khas, yaitu memiliki DNA ekstra kromosom. DNA pada mitokondria terbentuk melalui
duplikasi DNA. DNA ini digunakan untuk mensintesis protein di dalam organelnya
sendiri. Walaupun akhirnya, protein hasil sintesis mitokondria milik inti sel akan
disintesis di ribosom sitoplasma baru dimasukkan kembali ke mitokondria. Mitokondria
memiliki membran interspasial yang terletak diantara membran luar dan dalam. Membran
luar dan interspasial relatif lebih permeabel dibandingkan membran dalam. Membran
dalam menjadi tempat melekatnya enzim yang dibutuhkan dalam proses rantai transport
pernapasan elektron. Membran dalam berfungsi melindungi matriks mitokondria, dimana
elektron yang dihasilkan dalam proses TCA akan menjalankan proses selanjutnya untuk
menghasilkan ATP. Sebagian besar energi yang dihasilkan oleh tubuh, hampir sebesar
90%, diproduksi oleh mitokondria dalam bentuk ATP melalui proses siklus TCA dan
rantai transport elektron. (Ardiaria, 2019).
V. Kesimpulan
Fraksinasi sel merupakan suatu proses yang digunakan untuk memisahkan
komponen seluler sembari mempertahankan fungsi – fungsinya. Metode yang digunakan
fraksinasi sel adalah homogenisai dan sentrifugasi. Prinsip sentrifugasi pada pengamatan
ini berdasarkan perbedaan massa. Sentrifugasi memanfaatkan ukuran dan densitas
organel, sentrifugasi digunakan untuk mengisolasi molekul biologi juga kompinen
subseluler. Inti sel memiliki ukuran dan densitas yang lebih besar dibanding mitokondria
dan sitosol. Semakin besar ukuran densitas suatu organel maka kecepatan sentrifugasi
yang dibutuhkan juga semakin besar dan membutuhkan waktu yang lebih lama.
VII. LAMPIRAN
Gambar
Gambar 1. Fraksinasi Sel Hewan
Pertanyaan
1. Apa yang anda ketahui tentang fraksinasi sel dan jelaskan manfaat/aplikasinya?
Jawab : fraksinasi sel merupakan suatu prosedur yang digunakan untuk memecah sel
dan memisahkan berbagai organ didalamnya. Bermanfaat dalam mempelajari sifat
biokimia dan fisiologi organel sel, dapat juga memperoleh komponen tertentu sel
dalam jumlah besar. Untuk melakukannya melalui tahap homogenisasi dan
sentrifugasi.
3. Sebut dan jelaskan metode yang dapat dilakukan untuk melakukan fraksinasi sel!
Jawab : Teknik differential centrifugation memisahkan homogenat dengan debris sel,
sehingga belum menghasilkan organel yang spesifik. Teknik differential centrifugation,
melakukan beberapa tahapan semakin lama kecepatan putaran menjadi semakin cepat.
Teknik equilibrium density-gradient centrifugation, teknik untuk mendapatkan fraksi
atau organel sel yang murni.
4. Mengapa tahapan dalam fraksinasi sel harus terjaga dalam kondisi dingin?
Jawab : sebagai upaya untuk mempertahankan integritas organel sel dan viabilitas
enzim
6. Dalam sistem osmosis dikenal beberapa jenis larutan, sebut dan jelaskan?
Jawab : larutan hipertonik yaitu larutan dengan kosentrasi terlarut yang tinggi, larutan
hipotonik yaitu larutan dengan konsentrasi terlarut rendah dan larutan isotonik yaitu
dua larutan yang memiliki konsentrasi terlarut sama.
7. Bagaimana keadaan sel apabila berada pada larutan isotonik? Sebutkan contoh larutan
isotonik!
Jawab : sel yang berada di larutan isotonik, maka volumenya akan konstan. Sel akan
mendapat dan kehilangan air yang sama. Contoh hewan – hewan laut, seperti bintang
laut (Echinodermata) dan kepiting (Arthropoda) cairan selnya bersifat isotonik dengan
lingkungannya. Hewan laut walaupun keadaan lingkungan dengan kadar garam yang
tinggi tetapi sel tubuh hewan laut tetap normal darahnya. Contoh larutan isotonik, air
kelapa sebagai minuman pengganti elektrolit. Air kelapa menyegarkan dan
mengandung kalium tingkat tinggi. Ini juga mengandung elektrolit penting lainnya dan
merupakan cara alami untuk mengisi kembali mineral yang hilang.
11. Apakah larutan buffer yang digunakan berbeda dengan praktikum tema minggu lalu?
Jika ya, kenapa berbeda?
Jawab : ya, larutannya berbeda. Buffer yang digunakan untuk fraksinasi sel tumbuhan
ialah mannitol, sedangkan larutan buffer yang digunakan minggu ini ialah sukrosa-
EDTA. Faktor utama ialah struktur yang berbeda pada sel tumbuhan terdapat dinding
sel dan sel hewan tidak terdapat dinding sel.