ABSTRAK
1
BAB I PENDAHULUAN
diharapkan adanya informasi yang faktual dan aktual mengenai kondisi dan
pemerintahan di daerah.
2
Jauh sebelum penerapan kebijakan otonomi daerah (pada tahun
bahan wacana dan tuntutan publik. Sehubungan dengan ini Dwiyanto (2003)
suatu organisasi publik merupakan suatu isu pada beberapa tahun terakhir
ini, terutama setelah banyaknya keluhan dari para pengguna jasa yang
3
2) Bagaimana implementasi model penilaian kinerja aparatur
sebagai berikut.
Tahun Pertama:
Gorontalo.
Tahunkedua
5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
yang dicapai oleh seseorang atau kelompok orang dalam organisasi, sesuai
sebagai rasio antara sumber daya yang digunakan (input) dengan standar
(Widodo,2005:207).
dan kegiatan sesuai dengan sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan guna
6
mewujudkan visi dan misi suatu organisasi. Untuk melakukan analisis
diukur untuk digunakan sebagai dasar penilaian atau melihat tingkat kinerja,
penyelesaian kegiatan.
7
c. Accountability, menunjukkan seberapa besar kebijakan dan kegiatan
Kinerja organisasi publik tidak hanya dilihat dari ukuran internal yang
a. Produktivitas
dan output. Konsep ini dirasa masih terlalu sempit dan kemudian
pelayanan publik itu memiliki hasil yang diharapkan sebagai salah satu
b. Kualitas Layanan
8
organisasi publik. Oleh karenanya, kepuasan masyarakat terhadap
karenanya, secara umum, kinerja dapat dipengaruhi oleh dua hal, yaitu
jenis pekerjaan dan tujuan dari suatu organisasi. Johson dan Levin (dalam
dalam menilai kinerja adalah kualitas dan kuantitas pekerjaan, kerja sama,
sampel dari suatu tugas yang merupakan bagian dari pekerjaan, waktu yang
9
accomplishment) melalui hasil-hasil yang ditampilkan berupa produk, jasa,
Adapun sasaran dari pendekatan ini adalah gabungan dari dua pendekatan
di atas.
pemakaian sistem, dan prosedur kerja yang lebih baik, peningkatan motivasi
secara efisien dan efektif. Selain itu kinerja pemerintah dapat dinilai sampai
11
BAB III TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
pada penelitian tahun pertama, dan point 4 pada tahun kedua. Dengan
demikian, penelitian ini akan dicapai dalam dua tahap yakni tahun pertama
12
permasalahan penilaian kinera pemerintah daerah (kabupaten/kota) di
13
BAB IV METODE PENELITIAN
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang
dapat diamati. Pendekatan kualitatif diarahkan pada latar dari individu atau
subjek secara utuh, dan oleh karenya peneliti tidak boleh mengisolasikan
antara peneliti dan responden; dan ketiga, metode ini lebih peka dan lebih
14
dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama dan
15
BAB V HASIL YANG DICAPAI
Pada bagian ini akan dipaparkan data hasil penelitian baik berupa
Gorontalo.
18
Taha, S.Pd, Kepala Badan Narkotika Kabupaten Pohuwato (Wawancara,
kamis 20 Juni 2013, Jam 10.00 Wita) antara lain:
"Penilaian kinerja harus jelas indikator-indikator yang dinilai sehingga
bisa diketahui oleh pihak yang dinilai. Akhir-akhir ini indikator yang
digunakan dalam penilaian kinerja masih kurang dipahami oleh
peserta, sehingga hasilnya masih kurang memuaskan."
19
Bapak Piter R. Djafar, SH, Kasubid Anjab dan Formasi - BKD Diklat
Kabupaten Boalemo, (Wawancara, Sabtu, 27 Juli 2013 Jam 10.00 Wita)
mengemukakan:
"Pemerintah daerah kami sudah melaksanakan penilaian kinerja.
Penilaian kinerja aparatur tersebut dua kali dilaksanakan dalam
setahun. Penilaian kinerja dilaksanakan oleh Tim Independent dari
PERGURUAN TINGGI. Pelaksanaan reward and punishment sudah
ada yakni dalam bentuk pemberian tunjangan kepada pegawai.
Pelaksanaan penilaian kinerja aparat dirasakan sangat penting untuk
tetap dilaksanakan. Saran kami agar pelaksanaan Penilaian kinerja
sebaiknya mengacu pada PP No 46 Tahun 2011."
20
Sehubungan dengan pelaksanaan penilaian kinerja aparatur pemerintah di
Kabupaten Gorontalo,
Ibu Roswaty Lasimpala, Kepala BKD dan Diklat Kabupaten
Gorontalo(Wawancara, Jumat 14 Juni 2013, Jam 09,00 Wita)
mengemukakan:
"Penilaian kinerja aparatur pemerintah Kabupaten Gorontalo telah
dilaksanakan setiap tahun dan evaluasi dilaksanakan setiap bulan. Di
samping itu telah dilakukan kontrak kinerja antara bupati dan pejabat
eselon II dan seterusnya. Penilaian kinerja dilakukan setiap tahun
terhadap penerapan kinerja yang telah dibuat oleh SKPD yang
dilakukan oleh inspektorat. Penilaian disiplin dilakukan setiap bulan
oleh atasan langsung dari masing-masing SKPD dan tim penjatuhan
hukuman disiplin. Tim penilai kinerja aparatur pemerintah
dilaksanakan oleh inspektorat belum menggunakan tim independent
sedangkan tim penjatuhan hukuman disiplin diketuai oleh sekda dan
beranggotakan BKD, Inspektorat, Hukum, Asisten 1, 2 dan 3 serta
Kabid yang ada di BKD. Model penilaian kinerja aparatur pemerintah
berdasarkan PP 46 Tahun 2011 dengan Perka BKN No 1 Tahun 2013
dan dilakukan berdasarkan aplikasi-aplikasi penilaian dengan
menggunakan IT. Pemberian reward TPP (Tambahan Penghasilan
Pegawai) dan BKD Award yang diserahkan setiap tahun pada SKPD
yang berprestasi. Dan punishment disampaikan setiap bulan pada
saat upacara korpri setiap bulannya. Penilaian kinerja aparatur
pemerintah daerah jelas sangat penting untuk dilakukan."
mengemukakan:
22
Dari uraian-uraian di atas nampak bahwa pelaksanaan penilaian
seluruh pegawai dan ikuti oleh penerapan reward and punishment. Berbeda
DP3 sesuai PP No. 10 Tahun 2009 serta difokuskan pada kedisiplinan kerja
eksternal.
25
Ibu Dr. Dian Susilo, MSi, Kepala BPMD - Kabupaten Bone Bolango
(Wawancara, Rabu 12 juni 2013, Jam 13.30 Wita) mengemukakan:
"Penilaian kinerja masih mengacu pada penilaian DP3 yang dilakukan
setiap tahun.Penilaian kinerja belum dilaksanakan juga belum
disosialisasikan jadi teknis pelaksanaan dan pedoman/aturan belum
tahu.Yang sudah dilaksanakan adalah kontrak kinerja antar SKPD tiap
tahun dengan Bupati yang dievaluasi setiap triwulan, programnya,
daya serap yang dicapai.Ada laporan (lakip) setiap SKPD. Dalam
penilaian selalu ada punishment dan reward yang dilakukan sejak
tahun 2011 sampai sekarang. Untuk punishment kinerja paling rendah
kepala dinas dibebaskan dari jabatan.Reward bagi pegawai yang
berprestasi diberi penghargaan dalam bentuk Umroh dan panjar kredit
rumah."
26
Bapak Andriean Andjar, Kabid Pembinaan dan Pengembangan
organisasi dan 5 perintah harian Bupati. Tim penilai kinerja ditunjuk dari
Staf Ahli yang dibantu oleh beberapa staf khusus. Sama halnya dengan
aparaturnya.
kriteria-kriteria atau indikator yang jelas dan erat kaitannya dengan tupoksi
dan Pergub Tentang TKD yang dilaksanakan setiap bulan sebagai dasar
tahun 2006 yakni saat pembahasan dan penyusunan instrumen TKD yang
5.2 Pembahasan
22 Juni 2011.
Indikator yang dinilai menurut informan penelitian sudah sangat jelas sesuai
Tahun 2012 Tim Independent diketuai oleh Ir. Alim Niode, MSi, dan
2013 oleh Dr.Sastro Wantu, MSi. Sebagaimana tim sebelumnya, kedua tim
dilaksanakan pada tahun 2010 dan 2011 yang dilakukan setiap semester.
untuk setiap SKPD juga untuk PNS perwakilan dari setiap SKPD. Aturan
yang digunakan adalah Permen PAN dan RB No. 29 tahun 2010 tentang
32
Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas
Kinerja Instansi Publik, serta Permen PAN dan RB No.7 tahun 2010 tentang
daerah terhadap penerapan kontrak kinerja yang telah dibuat oleh SKPD.
mengacu pada PP No. 10 Tahun 1979 Tentang DP3. Sejak Januari 2013
didasarkan pada PP No. 46 Tahun 2011 dan Perka BKN No. 1 Tahun 2013,
menggunakan IT.
33
pada disiplin pegawai yang dilaksanakan sejak tahun 2009. Penilaian
daerah sudah dilaksanakan sejak tahun 2009, tetapi hanya fokus pada
disiplin kerja, aturannya mengacu pada PP No.10 Tahun 2009 dan Perbup
Bupati.Penilaian kinerja dilakukan pihak internal yakni oleh staf BKD Diklat
memiliki tim penilai yang ditunjuk oleh Bupati. Belum ada pedoman yang
Belum ada penilaian kinerja secara rutin. Aparat masih belum paham
dicapai.
mengacu pada regulasi yang ada yaitu PP No. 53 Tahun 2010 Tentang
Disiplin Pegawai.
35
5.2.1.7 Model Penilaian Kinerja Aparatur Pemerintah Provinsi
Gorontalo
10 Tahun 1979 dan Pergub TKD. Penilaian masih bersifat terbatas antara
setiap tahun dan untuk penilaian kinerja sebulan sekali sebagai dasar
melibatkan pihak Perguruan Tinggi hanya pada tahun 2006 yakni pada saat
Moto Pelayanan. Komponen ini berkaitan dengan Visi dan Misi serta Moto
dengan bobot 10%; (2) Komponen Sistem dan Prosedur. Komponen ini
kepekaan dan kedisiplinan dengan bobot 35%; dan (4) Komponen Sarana
37
dilakukan visitasi ke masing-masing SKPD dan Kecamatan, yaitu dengan
SKPD Berkinerja Tinggi; (2) Lima SKPD berkinerja Rendah; (3) Lima Camat
setiap SKPD.
Akuntabilitas Kinerja Instansi Publik, serta Permen PAN dan RB No.7 tahun
SKPD semakin baik dan hal ini diakui oleh pihak kementerian dalam negeri,
implementasi kontrak kinerja antara bupati dan pejabat eselon II, antara
pejabat eselon II dan eselon III, dan seterusnya. Penilaian dilakukan oleh
39
inspektorat daerah sesuai tupoksi yang diembannya, dan belum
pula penilaian disiplin kerja pegawai yang dilaksanakan setiap bulan oleh
Pegawai) dan dalam bentuk BKD Award yang diserahkan setiap tahun
oleh tim penjatuhan hukuman yang dipimpin oleh Sekda dengan sanksi
pemecatan.
pensiun dari dana korpri, yang dananya disesuaikan dengan tahun pensiun.
contoh, pensiun tahun 2013 maka dana yang diberikan sebesar Rp.
40
sekaligus dana diberikan pada saat pemakaman. Sedangkan mengenai
dan 4, Bupati telah memberikan warning tentang disiplin, tupoksi dsb, jika
bersangkutan.
setahun.
internal terkait seperti Setda, BKD dan Inspektorat Daerah, dan belum
41
tetapi hanya fokus pada disiplin kerja, yang pelaksanaannya mengacu pada
Penilaian hanya dilakukan oleh secara internal yakni staf BKD Diklat
Kabupaten Gorontalo Utara, dan belum ada tim khusus yang ditunjuk
aparaturnya dan memiliki tim penilai yang ditunjuk oleh Bupati. Akan tetapi
sebagian aparat.
bulan sekali dan baru sekali dilakukan. Tim pelaksana penilaian kinerja
42
adalah tim yang dibentuk oleh Pemda terdiri dari Ataf Ahli dan Staf khusus,
Format penilaian yang dibuat dengan kriteria yang mengacu pada 5 budaya
misalnya pegawai teladan, juara MTQ tingkat pejabat diberi bonus berupa
umroh.
43
5.2.2.7 Implementasi model Penilaian Kinerja Aparatur Pemerintah
Provinsi Gorontalo
mengacu pada PP No. 10 Tahun 1979 yakni penilaian DP3 serta Peraturan
di Provinsi ini masih dilakukan secara internal dan belum melibatkan pihak
eksternal.
44
kabupaten tersebut. Oleh karenanya penilaian kinerja aparatur pemerintah
dinilai.
45
kinerja individu belum diberlakukan secara keseluruhan bagi aparat yang di
Kabupaten Boalemo.
kinerja masing-masing SKPD semakin baik dan hal ini diakui oleh pihak
hal pelayanan publik. Keberhasilan ini tentu bisa lebih dingkatkan jika
Gorontalo mengacu pada PP No. 46 Tahun 2011 dan Perka BKN No. 1
punishment.
46
kinerja yang netral, obyektif, serta sesuai tupoksi aparatdan hasilnya
fasilitas seperti mobil dinas (KDO) bagi eselon 2, 3 dan 4 sudah sangat
maksimal tetapi tidak diimbangi dengan kinerja yang baik dalam tugas-
publik yang maksimal. Kondisi yang demikian ini merupakan implikasi dari
Gorontalo Utara.
dalam kurun waktu tertentu dan juga sebagai umpan balik bagi pegawai
mengacu pada standar kinerja individu yang sebenarnya,dan belum ada tim
47
khusus yang ditunjuk sebagai pelaksana penilaian kinerja aparatur
memiliki tim penilai yang ditunjuk oleh Bupati. Akan tetapi pedoman yang
adalah budaya kerja organisasi, karena tim penilai budaya kerja ini belum
lama ditetapkan dan ditugaskan oleh Bupati. Tim yang ditugaskan untuk
melakukan penilaian budaya kerja organisasi adalah staf ahli dibantu oleh
sudah diberi arahan tentang tupoksi, rincian tugas dan lain-lain, hasilnya
sama saja. Sehingga disiplin itu sifatnya elastis.Hanya pada saat ada
No. 53 Tahun 2010 bahwabagi pegawai yang tidak masuk kerja selama 45
Penerapan disiplin kerja yang demikian ini memberi kesan bagi aparat
kriteria-kriteria atau indikator yang jelas dan erat kaitannya dengan tupoksi
untuk DP3 setiap tahun dan untuk penilaian kinerja sebulan sekali sebagai
49
dasar pemberian TKD untuk setiap PNS. Penilaian kinerja di Provinsi
Perguruan Tinggi hanya pada tahun 2006 pada saat menyusun instrumen
50
BAB VI RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA
Provinsi Gorontalo.
Provinsi Gorontalo.
Gorontalo.
51
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan
PP No.10 Tahun 2009 dan Perbup No.3 tahun 2013. Tim penilai
53
dilakukan pihak internal yakni oleh staf BKD Diklat dan belum
2010. Penilaian ini masih tahap ujicoba dan dilaksanakan oleh tim
penilai kinerja ditunjuk dari Staf Ahli yang dibantu oleh beberapa
54
Tahun 1979 dan Pergub TKD. Penilaian untuk DP3 berdasarkan
pihak Perguruan Tinggi hanya pada tahun 2006 yakni pada saat
55
kinerja pelayanan publik setiap SKPD juga untuk PNS perwakilan
masing SKPD semakin baik dan hal ini diakui oleh pihak
antara bupati dan pejabat eselon II, antara pejabat eselon II dan
56
pada PP 46 Tahun 2011 dengan Perka BKN No 1 Tahun 2013
maupun eksternal.
57
dilakukan setiap 3 bulan sekali dan baru sekali dilakukan.
teladan dan juara MTQ tingkat pejabat diberi bonus berupa umroh.
58
tim melainkan dilakukan secara berjenjang antara atasan
59
seluruh individu aparat yang ada.Penilaian baru dilakukan
eksternal/independent.
60
didasarkan pada like and dislike; belum adanya keterlibatan pihak
6.2 Rekomedasi
pemerintah daerah.
61
DAFTAR KEPUSTAKAAN
62
Widodo, Joko, 2005, Good Governance : Telaah dari Dimensi Akuntabilitas dan
Kontrol Birokrasi pada Era Desentralisasi dan Otonomi Daerah, Insan
Cendekia, Surabaya.
Widodo, Joko (2001) Good Governance: Telaah dari Dimensi Akuntabilitas dan
Kontrol Birokrasi pada Era Desentralisasi dan Otonomi Daerah. Penerbit
Insan Cendekia Surabaya.
Wasistiono, Sadu (2003) Kapita Selekta Manajemen Pemerintahan Daerah.
Penerbit CV Fokusmedia Bandung.
Yuliantara, Dadang (2004) Mewujudkan Kabupaten Partisipatif. Penerbit
Pembaruan Yogyakarta.
63
LAMPIRAN
64