PROFIL DESA
JULI, 2006
Local Governance and Infrastructure for Community in Aceh (LOGICA) Project,
Delivered by Hassall & Associates International on behalf of the Australian Government’s
Australia Indonesia Partnership for Reconstruction and Development (AIPRD)
PROFIL DESA COT PAYA
KECAMATAN BAITUSSALAM
KABUPATEN ACEH BESAR
NAD
Disusun oleh :
SAID MUHAMMAD HATTA
COMMUNITY ENGAGEMENT
AIPRD - LOGICA
A. LATAR BELAKANG
Gempa dan Tsunami yang melanda aceh dan sekitarnya dengan berkekuatan 8,9 Skala
Richter (SR) yang terjadi pada 26 Desember 2004, telah melumpuhkan berbagai sendi
dan sektor kehidupan masyarakat NAD dan Nias. Tidak sedikit negara dan tokoh-tokoh
pimpinan negara besar dan maju, juga NGO internasional/nasional, menyampaikan bela
sungkawa dan mengunjungi NAD untuk menyaksikan dari dekat dampak dan korban
gempa dan tsunami yang memakan korban jiwa ratusan ribu serta korban materi yang
mencapai puluhan triliun rupiah.
Profil desa ini merupakan hasil assesment dan analisa fasilitator desa AIPRD CE secara
partisipatif di lapangan selama kurang lebih 4 bulan. Analisa sosial yang dilakukan ini
sering disebut sebagai pemetaan masyarakat (social mapping) Berbagai kegiatan
assesment dan pendampingan masyarakat selama kurang lebih 4 bulan ini juga
dilaporkan dalam profil desa ini. Selanjutnya, diharapkan dari profil desa ini bisa
menjadi acuan sekaligus data awal bagi pelasanaan rekonstruksi dan rehabilitasi
(pembangunan) desa. Lebih kongkretnya bahwa profil desa ini berperan untuk
melakukan tindak lanjut program ke depan.
Desa Cot Paya, sebelum Gempa dan Tsunami merupakan salah satu desa yang sangat
dinamis dan kreatif, baik dalam proses-proses pengembangan aspek ekonomi maupun
sosial. Semangat kekeluargaan dan kebersamaan (prinsip gotong royong) masih melekat
kuat dalam diri masyarakat Cot Paya. Hal ini terbukti dalam kerja-kerja sosial, seperti
pembersihan lingkungan desa, menciptakan keamanan dan kenyamanan lingkungan
misalnya, motivasi dan inisiatif masyarakat sangat tinggi. Para tokoh masyarakat/adat,
tokoh agama, tokoh perempuan, tokoh pemuda, dan masyarakat pada umumnya bersatu
padu dalam membangun komitmen bersama untuk menciptakan kemajuan
pembangunan desanya. Selain itu, hubungan pemerintah dengan masyarakat terjalin
Sedang pada sektor usaha perkonomian masyarakat, desa Cot Paya terdiri atas usaha
warung kopi, usaha peternakan, usaha kue kering/basah, pertukangan, tanaman keras
(kelapa), petani tambak, petani garam, pengusaha batu bata dan lain-lain.
Berbeda dengan kondisi sebelumnya, desa Cot Paya setelah tsunami mengalami
kehancuran fisik dan mental sosial masyarakatnya. Diantara kehancuran fisik adalah
rusaknya rumah masyarakat dan beberapa fasilitas umum (meunasah, TPA, sarana air
bersih, drainase, pelayanan kesehatan, jalan desa, dan lain-lain). Jumlah kerugian
material diperkirakan mencapai miliaran rupiah dalam bentuk emas, ternak, rumah, dan
berbagai materi fisik lainnya. Sungguh, kondisinya menjadi benar-benar
mengaharubirukan. Belum lagi orang-orang yang kehilangan anggota keluarganya,
mereka mengalami kepedihan yang sangat dalam. Kebersamaan dan kenyamanan
berubah menjadi kecurigaan (tidak saling percaya) dan kepedihan. Masyarakat hanya
pasrah kepada pemerintah desa dan ketua barak berkaitan dengan distribusi bantuan dan
rekonstruksi maupun rehabilitasi desa Cot Paya.
Namun setelah kurang lebih 1 tahun tsunami berlalu, masyarakat Cot Paya secara
perlahan mulai bangkit. Hal ini dapat dilihat melalui antara lain;
1. Berfungsinya struktur pemerintahan desa (meskipun belum maksimal).
2. Hidupnya beberapa usaha ekonomi produktif masyarakat melalui usaha warung kopi,
usaha batu bata, usaha pertukangan, usaha kue kering/basah, dan lain-lain.
3. Adanya komitmen masyarakat untuk menghadiri pertemuan di tingkat desa, maupun
pertemuan di tingkat kelompok dalam rangka mendiskusikan bersama jenis-jenis
kegiatan sosial dan ekonomi yang sementara/akan dilakukan ke depan walaupun
belum maksimal.
4. Mulai pulihnya kondisi psikologi masyarakat dari bencana tsunami.
5. Mulai tumbuhnya keinginan dan upaya masyarakat untuk mengembangkan usaha-
usaha ekonomi yang potensial.
Hingga saat ini, setidaknya ada beberapa hal yang sudah berjalan dengan baik, antara
lain; pelayanan pemerintah kepada masyarakat (pelayanan KTP, jadup/ sembako kepada
korban tsunami, pelayanan pendidikan, pelayanan PIN, pembangunan fasilitas
kesehatan seperti gedung POSKESLIT, tenaga medis dan obat-obatan. Termasuk yang
sudah berjalan dengan baik adalah pemberian bantuan emergensi (sandang dan pangan)
kepada masyarakat korban tsunami dan bantuan perumahan (rumah sementara tipe 36)
yang dibangun oleh IOM.
C.1. TUJUAN
Tujuan pemetaan sosial adalah untuk mendapatkan gambaran peta masyarakat dan
pemerintah desa dan lingkungannya secara utuh dengan prinsip partisipatif yang
meliputi keadaan sosial, ekonomi, politik, demografi, potensi sumber daya, batas
wilayah, kelembagaan masyarakat, serta dinamika hubungan sosial (hubungan
masyarakat dengan pemerintah) berikut berbagai masalah yang sedang terjadi termasuk
potensi pendukung desa yang akan dikelola. Dengan profil desa ini dapat
mempermudah lembaga/NGO yang ingin melaksanakan kegiatan yang bertujuan
membangun desa tersebut.
Hasil yang diharapkan dari adanya pemetaan sosial adalah tersedianya data/gambaran
(profil desa) dan lingkungannya secara utuh dengan prinsip partisipatif yang meliputi
keadaan sosial, ekonomi, politik, demografi, potensi sumber daya, batas wilayah,
kelembagaan masyarakat, serta dinamika hubungan sosial berikut masalah yang sedang
terjadi termasuk potensi pendukung desa yang akan dikelola. Data ini kedepan bisa
dimanfaatkan oleh siapapun dan pihak manapun yang berkepentingan untuk
mensinergikan programnya yang akan dilaksanakan di desa Cot Paya.
Lokasi pelaksanaan kegiatan pemetaan sosial program AIPRD ini adalah desa Cot Paya
kecamatan Baitussalam, kabupaten Aceh Besar.
Dalam pelaksanaan pemetaan sosial atau sosial mapping, ada beberapa metode/teknik
yang digunakan, hal ini dikarenakan masing-masing mempunyai kekuatan, kelemahan
serta kesesuaian dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat.
Metode atau teknik pengambilan data dilakukan dengan menggunakan metode sebagai
berikut :
a) Wawancara semi struktur
b) Observasi
c) Diskusi kelompok
d) Rangking Langsung
e) Analisa SWOT (Kekuatan, Kelemahan, Peluang, Ancaman).
Mengumpulkan dan melihat laporan proyek, data statistik dan informasi lain
tentang wilayah, masyarakat, atau permasalahan. Informasi ini membantu
merumuskan kebutuhan informasi dalam mempertajam tujuan dan maksud PRA.
Data sekunder atau dokumen lebih banyak didapatkan dari kantor desa. Dengan
data yang didapatkan kemudian dikaji dan dianalisis untuk lebih mudah
dipahami sehingga bisa dijadikan sebagai sumber informasi tambahan.
c) Observasi
d) Rangking Langsung
e) Analisa SWOT
Digunakan untuk menganalisa sebuah topik atau sub topik yaitu hal-hal pokok
dari keadaan yang diteliti atau diamati. Topik atau sub topik ini dianalisa dari
empat sisi, yaitu:
• Kekuatan :
Keadaan – keadaan dari setiap topik yang dianggap sebagai hal yang sudah
baik yang menjadi kekuatan.
g) Diagram Venn
Digunakan untuk memfasilitasi kajian hubungan antara masyarakat dengan
lembaga - lembaga yang ada di lingkungannya. Hasil kajian akan menunjukkan
besarnya manfaat, pengaruh, dan kedekatan hubungan suatu lembaga (NGO /
GO) dengan masyarakat.
Tujuan kajian ini:
• Memfasilitasi masyarakat untuk mendiskusikan tentang keberadaan,
manfaat dan peran berbagai lembaga di desa
• Memfasilitasi masyarakat untuk mengetahui adanya saling hubungan antar
lembaga- lembaga tersebut
• Memfasilitasi masyarakat untuk mengetahui keterlibatan berbagai
kelompok masyarakat dalam kelembagaan tersebut
Pengumpulan data ini bersifat lentur dan terbuka (flesibel) dengan cara mengarahkan
proses analisa kepada topik atau isu yang nyata dan penting (bisa mengangkat isu atau
topik yang tidak terduga sebelumnya). Dalam perspektif ini proses pengumpulan data
merupakan kegiatan yang lebih lentur dan dinamis bersama masyarakat.
A. OBSERVASI AWAL
Observasi awal ke desa desa yang akan menjadi calon desa dampingan dilakukan oleh
semua tim fasilitator. 4 desa lanjutan dari kegiatan program Community Enggagment
yang dipilih yaitu desa Cot Paya, Lambada Lhok, Cadek dan Lam Asan. Atas
permintaan aparat desa lain di kecamatan Baitussalam yang kebetulan desa mereka juga
ingin menerima program AIPRD- CE seperti Klieng Muria, Klieng Cot Aron, dan Lam
Ujong.
C. PERSIAPAN SOSIAL
Dari hasil pertemuan dengan aparat desa, pemuda fasilitator memperoleh 1 unit rumah
yang dapat dijadikan posko sementara untuk kegiatan program di desa Cot Paya.
Mengaktifkan posko menjadi tempat kegiatan berkumpul fasilitator lain dan tempat
fasilitator melakukan pertemuan dengan masyarakat. Namun kemudian posko
dipindahkan ke desa Lampineung agar mempermudah kegiatan pertemuan antar
fasilitator.
1. Mendapatkan profile desa sebagai alat bantu untuk melihat desa Cot Paya dan
lingkungannya terutama pasca bencana gempa bumi dan tsunami.
2. Meningkatkan peran partisipasi masyarakat untuk terlibat dalam setiap kegiatan
Program AIPRD melalui penciptaan kader-kader desa yang memiliki komitmen
terhadap program pengembangan masyarakat.
3. Mengidentifikasi persoalan-persoalan yang dialami masyarakat secara
partisipasi.
4. Mendapatkan gambaran potensi-potensi lokal yang mampu menjadi sumber
daya untuk bisa dikembangkan masyarakat.
5. Mendapatkan gambaran informasi mengenai situasi dan kondisi sosial, ekonomi
serta persoalan-persoalan yang melingkupinya.
F. IDENTIFIKASI KADER
G. PELATIHAN KADER
Perbandingan keadaan fisik desa sebelum tsunami dan setelah tsunami memang sangat-
sangat jauh berbeda, terutama kondisi infrastrukturnya. Kondisinya hancur total baik
pemukiman penduduk, sarana prasarana umum, sarana prasara dasar, sarana prasarana
sosial, dan sebagainya. Tingkat kerusakan desa secara fisik akibat bencana gempa bumi
dan tsunami mencapai 90 % karena hanya sebagian kecil perumahan penduduk dan juga
beberapa sarana prasarana yang tersisa.
Di bawah ini bisa dilihat tabel perbandingan sarana dan prasarana desa sebelum dan
sesudah tsunami
Sumber daya yang dimaksud di sini adalah berupa sumber daya lahan (lahan pertanian
dan lahan perkebunan), sumber daya ekonomi masyarakat , dan sumber daya air (sumur
buatan/cincin).
1. Poskeslit : 1 unit
2. Dokter : 1 orang
3. Bidan PNS : 1 orang
4. Bidan PTT : 1 orang
5. Obat-obatan : cukup namun perlu penambahan lagi dan
kwalitas obat perlu ditingkatkan
B. INFORMASI DASAR
1. Aspek Demografi
Batas Wilayah desa Cot Paya secara administratif adalah :
• Sebelah Timur berbatasan dengan desa Lambada Lhok
• Sebelah Barat berbatasan dengan desa Kajhu
• Sebelah Utara berbatasan dengan desa Laut Lepas ( Samudra Hindia )
• Sebelah selatan berbatasan desa Lambaro Angan
2. Fasilitas sanitasi
Sebelum tsunami masyarakat desa Cot Paya memiliki fasilitas sanitasi yang sangat
bagus, setiap rumah penduduk memiliki MCK masing-masing. Namun setelah tsunami,
masyarakat memanfaatkan MCK bantuan dari NGO seperti Mercy Corp dan air dari
Cardi. Saat ini masyarakat desa Cot Paya terkonsentrasi di rumah sementara yang
dibangun oleh IOM dan segala kebutuhan masyarakat yang berada di rumah sementara
tersebut seperti air bersih, MCK, kasur dan kebutuhan lainnya ditangani oleh IOM.
Sebelum tsunami sumber air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari seperti masak,
minum, mandi dan cuci berasal dari sumur galian sendiri oleh masing-masing rumah.
Setelah tsunami semua sumur galian masyarakat rusak total. Sampai saat ini mereka
mendapat bantuan dari Oxfam yang mensuplai air bersih. Mercy Corp juga membangun
sarana air bersih bagi masyarakat yang letaknya berdampingan dengan balai/meunasah.
Sementara air dari sumur galian yang sebagian masih tertinggal setelah tsunami tidak
dapat dipakai lagi, terutama untuk minum dan memasak karena airnya sangat keruh,
kuning dan terasa asin. Hanya sebahagian kecil saja air dari sumur-sumur tersebut bisa
dipakai untuk mandi dan mencuci.
4. Status Pernikahan
Setiap pasangan yang akan menikah harus mengikuti prosedur dari KUA kecamatan.
Mulai dari proses penyelesaian surat-surat, mengikuti pengarahan dari petugas KUA,
dan proses pernikahan ataupun ijab kabul biasanya dilaksanakan di Meunasah Cot Paya
atau tempat lain yang diinginkan oleh pasangan yang bersangkutan. Dimana proses ijab
kabul dilakukan di depan petugas yang ditunjuk oleh KUA kecamatan, yaitu Tgk.
Abdul Latief.
Jadi, setiap akad nikah (pernikahan) tercatat di kantor KUA, tepatnya di Lambaro
Angan.
5. Agama
Penduduk desa Cot Paya 100% beragama Islam. Dalam sebuah kelurga jumlah anggota
sangat bervariasi, mulai dari 3 orang sampai dengan 8 orang.
6. Kesempatan Kerja
Pasca tsunami aktivitas perekonomian masyarakat desa Cot Paya sudah mulai hidup
kembali. Sebagian masyarakat sudah mulai menjalankan usahanya meskipun masih
sederhana dan penuh keterbatasan. Ada yang mulai membuka kedai kelontong, warung
kopi, usaha buat kue, pertukangan, beternak sapi, kambing dan unggas. Serta beberapa
usaha kecil lainnya.
Ketiadaan lapangan pekerjaan menjadi masalah bagi sebagian besar masyarakat desa
Cot Paya. Permasalahan ini muncul pada masyarakat desa usia produktif baik laki-laki
dan perempuan. Ketiadaan atau keterbatasan ini disebabkan: ketiadaan modal usaha
baik berupa uang dan alat kerja karena musnah oleh tsunami, tidak mempunyai keahlian
karena tidak ada pelatihan dan pendidikan rendah, tidak mempuanyai semangat kerja
karena ketergantungan pada bantuan.
Sumber utama penghasilan masyarakat desa Cot paya adalah sebagai pedagang
selebihnya berprofesi sebagai pekerja batu bata, petani, berkebun, berternak dan
Pegawai Negeri Sipil (PNS). Setelah tsunami sumber penghasilan masyarakat lebih
dominan kepada Pegawai Negeri Sipil, berdagang, bengkel dan buruh.
Pada umumnya sebagian besar masyarakat memiliki ketrampilan usaha dan mata
pencaharian yang berbeda-beda. Masyarakat setempat umumnya rata-rata mempunyai
ketrampilan seperti membuat Batu-bata, kue, mencari ikan, berdagang dan lain
sebagainya.
Ada juga yang memiliki keterampilan seperti menjahit, bordir, tukang bangunan, tukang
kayu, tukang perabot (mebel), tukang bengkel / las, membuat kue tradisional (kue
karah) dan kue basah.
9. Kepemilikan Tanah
Status kepemilikan tanah masyarakat desa Cot Paya pada umumnya (60 %) adalah tanah
hak milik dengan asal usul tanah yang berbeda-beda. Kebanyakan tanah hak milik
masyarakat adalah tanah yang berasal dari warisan orang tua, kemudian disusul dengan
tanah diperoleh dari hibah, dan sangat sedikit sekali masyarakat pribumi yang membeli
tanah di desanya sendiri. Namun karena perkembangan, ada juga sebagian kecil (40 %)
orang luar (pendatang) yang membeli tanah di Cot Paya untuk dijadikan rumah tempat
tinggal. Kebanyakan dari mereka berprofesi sebagai pegawai negeri sipil.
3. Lahan
Perumahan
Rumah yang ada di Cot Paya adalah rumah sementara sebanyak 206 unit, dengan
komposisi sebagai berikut:
Pada umumnya masyarakat desa Cot Paya melakukan kegiatan pinjam meminjam dan
utang piutang dengan sesama masyarakat, baik itu kepada keluarga, tetangga, maupun
orang lain. Sangat sedikit sekali masyarakat yang menggunakan fasilitas simpan pinjam
dan kredit dari Bank, Koperasi maupun lembaga keuangan lainnya. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat dalam tabel perbandingan berikut ini :
CAMAT
KADUS
DINSOS
WORD AUSAID
VISION
DINKES
USAID MASYARAKAT
OXFAM
Teungku
imum
Dinas
IOM PMI
P&K
WFP KETUA
PEMUDA
KADES
MERCY CARDI
IRC
ISLAMIC
RELIEF
Sebelum Tsunami tatanan kehidupan masyarakat desa Cot Paya sangat kental dengan
sikap solidaritas sesama, dimana kegiatan-kegiatan yang berbau sosial kemasyarakatan
sangat berjalan dan dipelihara. Hal ini terjadi karena adanya ikatan emosional
keagamaan yang sangat kuat antara sesama masyarakat. Dalam agama Islam sikap
sosial seperti itu memang sangat ditekankan sehingga sesama masyarakat bisa saling
berkasih sayang, membantu meringankan beban saudaranya, sebagai bentuk memelihara
hubungan ukhwah Islamiah antar sesama. Atas landasan inilah motivasi masyarakat
untuk saling melakukan interakasi sosial bisa berkembang baik di desa cot Paya.
Disamping disibukkan dengan kegiatan dan rutinitas pokok masing-masing setiap hari,
msyarakat desa Cot Paya juga melakukan kegiatan-kegiatan lainnya disaat ada waktu
luang. Para pemuda dalam memanfaatkan waktu luang biasanya melakukan kegiatan
olah raga, seperti tenis meja, dan duduk di warung kopi. Bagi yang sudah berkeluarga,
ibu-ibu biasanya, membuat kue, dan berbagai kegiatan lainnya. Sedangkan bapak-bapak
cenderung duduk-duduk santai sambil melakukan kegiatan-kegiatan kecil menurut
keinginan masing-masing.
Untuk melihat peluang ke depan dan menelaah secara mendalam dilakukan kajian
melalui analisa SWOT. Analisa SWOT ini dilakukan berdasarkan permasalahan yang
ada di masyarakat. Dengan kata lain bahwa, sebelum dilakukan analisa SWOT,
masyarakat mencoba melakukan identifikasi masalah terlebih dahulu.
• Lapangan Olah raga • Tidak tersedianya Ada NGO yang Tapi tidak ada relasi
• Masyarakat ingin peralatan menyediakannya dengan NGO tersebut
berolah raga • Tidak tau cara
• Lapangan ada membuat
proposal
Sumber : Kader desa Cot Paya dalam pelatihan kader oleh AIPRD
- Lahan Pertanian
Lahan pertanian penduduk masih bisa dimanfaatkan untuk kegiatan produksi
masyarakat. Lahan yang tersedia kurang lebih 2 ha namun kondisnya sekarang
tidak dimanfaatkan untuk kegiatan produksi masyarakat.
- Peternakan
Kondisi desa Cot Paya bagus untuk pengembangan usaha segala ternak karena
banyak tersedia banyak lahan pengembalaan. Beberapa masyarakat sudah
memulai dengan budidaya unggas (bebek dan ayam), kambing dan kerbau
meskipun masih ada tetapi dalam jumlah yang relative kecil.
3. Lembaga Donor
A. KESIMPULAN
B. REKOMENDASI
1. Perlu kerjasama tim fasilitor yang baik sehingga masalah-masalah yang terjadi di
desa Cot Paya dapat diselesaikan, sehingga dalam menjalankan program
pengembangan masyarakat dapat berjalan dengan baik.
2. Perlu dibangunnya komitmen yang tinggi antara tim fasilitator dan tim leader
dengan aparatur desa dalam rangka perumusan dan penyusunan visi misi desa
3. Membantu memberikan informasi kepada kelompok usaha produktif yang sudah ada
baik kolektif maupun individual agar mendapat perhatian dari LSM terutama yang
bergerak dalam pengembangan UKM.
4. perlunya ditingkatkan kerja sama antara masyarakat dan aparatur pemerintahan desa
dalam merumuskan bagaimana membangun desa secara partisipatif sehingga tidak
terjadi perselihan di dalam masyarakat.