Anda di halaman 1dari 33

TUGAS MANDIRI

MATA KULIA KEPERAWATAN ANAK

KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK

OLEH :
STENDY ALI
NIM. 21200082

AKPER RUMKIT TK. III MANADO


APRIL 2023
TUMBUH KEMBANG ANAK

A. DEFINISI TUMBUH KEMBANG


Istilah tumbuh kembang sebenarnya mencakup 2 peristiwa yang
sifatnya ber- beda, tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan yaitu
PERTEMBUHAN dan PERKEMBANGAN.
Pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan dalam ukuran
baik besar, jumlah, atau dimensi tingkat sel, organ maupun
individu. Perkembangan lebih menitikberatkan pada aspek perubahan
bentuk atau fungsi pematangan organ ataupun individu, termasuk pula
perubahan pada aspek sosial atau emosional akibat pengaruh
lingkungan.
Dengan demikian proses pertumbuhan mempunyai dampak terhadap
aspek fisis sedangkan proses perkembangan berkaitan dengan fungsi
pematangan intelektual dan emosional organ atau individu.

B. JENIS-JENIS TUMBUH KEMBANG


Secara garis besar tumbuh kembang dibedakan kedalam 3 jenis yaitu:
1. Tumbuh kembang fisis
Tumbuh kembang fisis meliputi perubahan dalam ukuaran besar
dan fungsi organisme atau individu. Perubahan fungsi ini bervariasi
dari fungsi tingkat molekular yang sederhana seperti aktivasi enzim
terhadap diferensiasi sel, sampai kepada psoses metabolisme yang
kompleks dan perubahan bentuk fisis pada masa pubertas dan
remaja.
2. Tumbuh kembang intelektual
Tumbuh kembang intelektual berkaitan dengan kepandaian
berkomunikasi dan kemampuan menangani materi yang bersifat
abstrak dan simbolik, seperti berbicara, bermain, berhitung atau
membaca.
3. Tumbuh kembang emosional
Proses tumbuh kembang emosional bergantung kepada

Page 2
kemampuan bayi untuk membentuk ikatan batin, kemampuan untuk
bercinta dan berkasih sayang, kemampuan untuk menangani
kegelisahan akibat suatu frustasi dan ke- mampuan untuk rangsangan
agersif.

C. TAHAPAN TUMBUH KEMBANG


Tahap tumbuh kembang anak secara garis besar dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Tahap tumbuh kembang usia 0-6 tahun, terdiri atas masa prenatal
mulai masa embrio (mulai konsepsi sampai 8 minggu) dan masa
fetus (9 minggu sampai la- hir), serta masa pascanatal mulai dari
masa neonates (0-28 hari), masa bayi (29 hari – 1 tahun), masa anak
(1-2 tahun), masa prasekolah (3-6 tahun).
2. Tahap tumbuh kembang usia 6 tahun keatas, terdiri atas masa sekolah
(6-12 ta- hun) dan masa remaja (12-18 tahun).

D. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TUMBUH


KEMBANG
Tingkat tercapainya potensi biologik seseorang merupakan hasil
interaksi sebagai faktor yang saling bekaitan, yang pada dasarnya dapat
diklasifikasikan dalam 3 kelompok yaitu:
1. Faktor genetik
2. Faktor lingkungan
3. Faktor perilaku

1. Faktor Genetik
Faktor genetik ini merupakan modal dasar dalam mencapai hasil
akhir proses tumbuh kembang. Potensi genetik yang bermutu
hendaknya dapat ber- interaksi dengan lingkungan secara positif
sehingga diperoleh hasil yang opti- mal. Adapun yang termasuk
dalam faktor genetik diantaranya adalah faktor bawaan yang normal
atau patoloigik, jenis kelamin, suku bangsa atau bangsa.
2. Faktor Lingkungan
Berbagai keadaan lingkungan yang berpengaruh terhadap

Page 3
tumbuh kem- bang anak lazim digolongkan menjadi lingkungan
biopsikosial, yang di- adalamnya tercakup komponen biologis
(fisis), psikologis, ekonomi, sosial, politik dan budaya.
3. Faktor Perilaku
Keadaan perilaku akan mempengaruhi pola tumbuh kembang
anak. Perilaku yang sudah tertanam pada masa anak akan terbawa
dalam masa ke- hidupan selanjutnya.
Belajar sebagai aspek utama aktualisasi, merupakan proses
pendidikan yang dapat mengubah dan membentuk perilaku anak.
Dorongan kuat untuk peru- bahan perilaku dapat diartikan positif
atau negative, bergantung kepada apakah sifat dorongan tersebut
merupakan pengalaman yang baik, menyenangkan,
menggembirakan atau sebaliknya.
Perubahan perilaku dan bentuk perilaku yang terjadi akibat
pengaruh berbagai faktor lingkungan akan mempunyai dampak luas
terhadap sosialisasi dan disiplin anak.

E. TEORI TUMBUH KEMBANG


1. Teori Tumbuh Kembang Sidmund Freud
Sidmund Freud terkenal sebagai pengganti teori alam bawah
sadar dan pa- kar psikoanalisis.
Tapi kita sering lupa bahwa Freudlah yang menekankan
pentingnya arti perkembangan psikososial pada anak. Freud
menerangkan bahwa berbagai problem yang dihadapi penderita
dewasa ternyata disebabkan oleh gangguan atau hambatan yang
dialami perkembangan psikososialnya. Dasar psikaonalisis yang
dilakukannya adalah untuk menelusuri akar gangguan jiwa yang
dialami penderita jauh kemasa anak, bahkan kemasa bayi.
Freud membagi perkembangan menjadi 5 tahap, yang secara
berurut dapat dilalui oleh setiap individu dalam perkembangan
menuju kedewasaan.
Adapun tahap perkembangan menurut Freud adalah;

Page 4
a. Fase oral
b. Fase anal
c. Fase falik
d. Fase laten
e. Fase genital

a. Fase Oral
Disebut fase oral karena dalam fase ini anak mendapat
kenikmatan dan kepuasan berbagai pengalaman sekitar
mulutnya. Fase oral mencakup ta- hun pertama kehidupan ketika
anak sangat tergantung dan tidak berdaya. Ia perlu dilindungi
agar mendapat rasa aman. Dasar perkembangan mental sangat
tergangtung dari hubungan ibu anak pada fase ini. Bila terdapat
gangguan atau hambatan dalam hal ini maka akan terjadi fiksasi
oral, artinya pengalaman buruk, tentang masalah makan dan
menyapih akan menyebabkan anak terfiksasi pada fase ini,
sehingga perilakunya diperoleh pada fase oral.
Pada fase pertama belum terselesaikan dengan baik maka
persoalan ini akan terbawa ke fase kedua. Ketidak siapan ini
meskipun belum berhasil di- tuupi biasanya kelak akan muncul
kembali berupa berbagai gangguan ting- kah laku.

b. Fase Anal
Fase kedua ini berlangsung pada umur 1-3 tahun. Pada fase
ini anak menunjukkan sifat ke-AKU-annya. Sikapnya sangat
narsistik dan egoistic. Ia pun mulai belajar kenal tubuhnya
sendiri dan mendapatkan kepuasan dari pengalaman. Suatu
tugas penting dalam yang lain dalam fase ini adalah
perkembangan pembicaraan dan bahasa. Anak mula-mula hanya
menge- luarkan bahasa suara yang tidak ada artinya, hanya
untuk merasakan kenikmatan dari sekitar bibir dan mulutnya.
Pada fase ini hubungan inter- personal anak masih sangat

Page 5
terbatas. Ia melihat benda-benda hanya untuk kebutuhan dan
kesenangan dirinya. Pada umur ini seorang anak masi ber- main
sendiri, ia belum bias berbagi atau main bersama dengan anak lain.
Si- fatnya sangat egosentrik dan sadistik.

c. Fase Falik
Fase falik antara umur 3-12 tahun. Fase ini dibagi 2 yaitu
fase oediopal antara 3-6 tahun dan fase laten antara 6-12 tahun.
Fase oediopal denagn pengenalan akan bagian tubuhnya
umur 3 ta- hun. Disini anak mulai belajar menyesuaiakan diri
dengan hukum masyara- kat. Perasaan seksual yang negative ini
kemudia menyebabkania menjauhi orang tua dengan jenisn
kelamin yang sama. Disinilah proses identifikasi seksual. Anak
pada fase praoediopal biasanya senang bermain denagn anak yang
jenis kelaminnya berbeda, sedangkan anak pasca oediopal lebih
suka berkelompok dengan anak sejenis.

d. Fase Laten
Resolusi konflik oediopal ini menandai permulaan fase
laten yang ter- entang 7-12 tahun, untuk kemudian anak masuk ke
permulaan masa puber- tas. Periode ini merupakan integrasi, yang
bercirikan anak harus berhada- pan dengan berbagai tuntutan
dan hubungan denagn dunia dewasa.
Anak belajar untuk menerapkan dan mengintegrasikan
pengalaman ba- ru ini. Dalam fase berikutnya berbagai tekanan
sosial akan dirasakan lebih berat oleh karena terbaur dengan
keadaan transisi yang sedang dialami si anak.

e. Fase Genital
Dengan selesainya fase laten, maka sampailah anak pada
fase terakhir dalam perkembangannya. Dalam fase ini si anak
menghadapi persoalan

Page 6
yang kompleks. Kesulitan sering timbul pada fase ini
disebabkan karena si anak belum dapat menyelesaikan fase
sebelumnya dengan tuntas.

2. Teori Tumbuh Kembang Erik Erikson


Erikson melihat anak sebagai makhluk psisososial penuh
energy. Ia mengungkapakan bahwa perkembangan emosional
berjalan sejajar dengan pertumbuhan fisis, dan ada interaksi antara
perkembangan fisis dan psikologis. Ia melihat adanya suatu
keteraturan yang sama antara perkembangan psikologis dan
pertumbuhan fisis.
Erikson membagi perkembangan manusi dari awal hingga akhir
hayatnya menjadi 8 fase dengan brbagai tugas yang harus
diselesaikan pada setiap fase. Lima fase pertama adalah saat anak
tumbuh dan berkembang.
a. Masa Bayi
Kepercayaan dasar vs ketidak percayaan. Dalam masa ini terjadi
interaksi sosial yang erat antara ibu dan anak yang menimbulkan
rasa aman dalam diri si anak. Dari rasa aman tumbuh rasa
kepercayaan dasar terhadap dunia luar.
b. Masa Balita
Kemandirian vs ragu dan malu. Masa balita dari Erikson ini
kira-kira sejajar dengan fase anal. Pada masa ini anak sedang
belajar untuk menegakkan kemandiriannya namun ia belum
dapat berfikir, oleh karena itu masih per- lu mebdapat
bimbingan yang tegas. Psikopatologi yang banyak ditemukan
sebagai akibat kekurangan fase ini adalah sifat obsesif-
kompulsif dan yang lebih berat lagi adalah sifat atau keadaan
paranoid.
c. Masa Bermain
Inisiatif vs bersalah. Masa ini berkisar antara umur 4-6 tahun.
Anak pada umur ini sangat aktif dan banyak bergerak. Ai mulai

Page 7
belajar mengem- bangkan kemampuannya untuk bermasyarakat.
Inisiatifnya mulai berkem- bang pula dan bersama temannya
mulai belajar merencanakan suatu permainan dan melakukannya
dengan gembira.

d. Masa Sekolah
Berkarya vs rasa rendah diri. Masa usia 6-12 tahun adalah masa
anak mulai memasuki sekolah yang lebih formal. Ia sekarang
berusaha merebut perhatian dan penghargaan atas karyanya. Ia
belajar untuk menyelesaikan tu- gas yang diberikan padanya,
rasa tanggung jawab mulai timbul, dan ia mu- lai senang untuk
belajar bersama.
e. Masa Remaja
Identitas diri vs kebingungan akan peran diri. Pada sekitar umur
13 tahun masa kanak-kanak berakhir dan masa remaja dimulai.
Pertumbuhan fisis menjadi sangat pesat dan mencapai taraf
dewasa. Peran orang tua sebagai figure identifikasi lain. Nilai-
nilai dianutnya mulai diaragukan lagi satu per satu.

3. Teori Tumbuh Kembang Menurut Piaget


Piaget adalah pakar terkemuka dalam bidang teori
perkembangan kognitif. Seperti juga Freud, Piaget melihat bahwa
perkembangan itu mulai dari suatu orientasi yang egosentrik,
kemudian makin meluas dan akhirnya memasuki dunia sosial. Piaget
membagi perkembangan menjadi empat fase:
a. Fase sensori-motor
b. Fase praoperasional
c. Fase operasional konkrit
d. Fase operasional formal

a. Fase Sensori-motor (0-2 tahun)


Seorang anak mempunyai sifat yang sangat egosentrik dan
sangat terpusat pada diri sendiri. Oleh karena itu kebutuhan pada

Page 8
fase ini bersifat fisik, fungsi ini menyebabkan si anak cepat
menguasainya dan dibekali dengan keterampilan tersebut
melangkah ke fase berikutnya.
b. Fase Pra-operasional (2-7 tahun)
Fase ini dibagi menjadi dua, yaitu fase para konseptual dan fase
intuitif. Fase pra konseptual (2-4 tahun). Disini anak mulai
mengembangkan ke- mampuan bahasa yang memungkinkan
untuk berkomunikasi dan bermasyarakat dengan dunia
kecilnya. Fase intuitif (4-7 tahun) anak makin mampu
bermasyarakat namun ia belum dapat berfikir secara timbal
balik. Ia banyak memperhatikan dan meniru perilaku orang
dewasa.
c. Fase Operasional Konkrit (7-11 tahun)
Pengalaman dan kemampuan yang diperoleh pada fase
sebelumnya men- jadi mantap. Ia mulai belajar untuk
menyesuaikan diri dengan teman- temannyadan belajar
menerima pendapat yang berbeda dari pendapatnya sendiri.
d. Fase Operasional Formal (11-16 tahun)
Pada fase akhir ini kemampuan berfikir anak akan mencapai
taraf kemam- puan berfikir orang dewasa. Tercapainya
kemampuan ini memungkinkan remaja untuk masuk ke dalam
dunia pendidikan yang lebih kompleks, yaitu dunia pendidikan
tinggi.
Dari tiga teori berkembang tersebut diatas, yaitu teori Freud,
Erikson, dan Piaget, maka kita dapat melihat bagaimana para pakar
tersebut mempelajari perkembangan anak dari sudut yang berbeda
namun semuanya sepeandapat bahwa:
1. Perkembanagn suatu proses yang diatur dan berurutan, yang dimulai
dari be- berapa hal sederhana, dan terus berkembang menjadi
semakin kompleks.
2. Timbulnya gangguan jiwa disebabkan oleh adanya kegagalan disalah
satu fase untuk menyelesaikan suatu tugas perkembangan tertentu.

Page 9
3. Adanya kebutuhan untuk tumbuh dan berkembang dari pihak anak
sendiri.

Freud telah membangun suatu rangka dasar bagi teori perkembangan


pendekatan Freud bersifat egosentrik oleh karena ia mengutamakan
untuk mempelajari indi- vidu itu sendiri secara mendalam dan
menelaah reaksinya terhadap berbagai titik kritis dalam perkembangan
yang dapat menjadi problem dikemudian hari bila tidak dapat
diselesaikan dengan baik.
Erikson beranjak dari Freud, namun kemudian kebih menekankan
Bab 2
pentingnya peran lingkungan. Ia memepelajari interaksi yang terjadi
antara anak dan lingkungannya. Ia memasuki dunia anak, dunia
bermain dan memakai permainan se- bagai alat untuk lebih mengerti
jiwa anak.
Penekanan Piaget pada proses kognitif merupakan titik baikyang
penting untuk bias memasuki dunia intelektual yang lebih tinggi. Sitem
Piaget dapat di- pergunakan untuk meneliti mengenai perkembangan
intelegensi yang lebih tinggi pada manusia yang memebedakan manusia
dari spesies lain.

Page 10
PENILAIAN PERTUMBUHAN DAN
PERKEMBANGAN ANAK

Pertumbuhan (growth) ialah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta


jaringan interseluler, berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh
dalam arti sebagian atau keseluruhan. Bersifat kuantitatif sehingga dapat
diukur dengan mempergunakan satuan panjang dan berat.

Perkembangan anak menggambarkan peningkatan kematangan fungsi


individu, dan merupakan indikator penting dalam menilai kualitas hidup
anak. Oleh karena itu perkembangan anak harus dipantau secara berkala.
Bayi atau anak dengan resiko tinggi terjadinya penyimpangan
perkembangan perlu mendapat prioritas, antara lain bayi prematur, berat
lahir rendah, bayi dengan riwayat asfiksia, hiperbilirubinemia, infeksi
intrapartum, ibu diabetes mellitus, gemelli, dll.

A. PENILAIAN PERTUMBUHAN ANAK

Penilaian tumbuh kembang anak secara medis atau secara statistik


diperlukan untuk membuat diagnosis tentang pertumbuhan dan status
gizi anak dalam keadaan sehat maupun sakit, mengetahui apakah
seorang anak tumbuh dan berkembang normal atau tidak. Anak yang
sehat akan menunjukkan tumbuh kembang yang optimal apabila
diberikan lingkungan bio-fisiko-psikososial ad- ekuat.
Parameter ukuran antropometrik yang dipakai pada penilaian
pertumbuhan fisik, antara lain tinggi badan, berat badan, lingkaran
kepala, lingkaran dada, lipatan kulit, lingkaran lengan atas, panjang
lengan (arm span), proporsi tubuh/perawakan, dan panjang tungkai.
Penilaian pertumbuhan dimulai dengan memplot hasil pengukuran
tinggi badan, berat badan pada kurva standar (misal- nya NCHS,
Lubschenko, Harvard, dan lain sebagainya), sejak dalam kandungan
(intra uterin) hingga remaja.
KMS (Kartu Menuju Sehat) merupakan alat yang penting untuk
memantau tumbuh kembang anak. Aktifitasnya tidak hanya menimbang

Page 11
dan mengukur saja, tetapi harus menginterpretasikan tumbuh kembang
anak kepada ibunya. KMS yang ada di Indonesia pada saat ini
berdasarkan standar Harvard, dimana 50 per- sentil baku Harvard
dianggap 100%. Seminar Antropometri di Ciloto 1991
merekomendasikan untuk menggunakan baku NCHS untuk
menggantikan baku Harvard yang secara internasional mulai berkurang
penggunaannya.

Berikut rumus untuk memperkirakan berat badan dan tinggi badan normal
pada bayi dan anak:

Berat Badan (Kilogram)


Lahir 3,25
3-12 bulan Usia (bulan) + 9 2
1-6 tahun Usia (tahun) x 2 + 8
7-12 tahun Usia (tahun) x 7 – 5 2

Tinggi Badan (Centimeter)


Lahir 50
1 tahun 75
2-12 tahun Usia (tahun) x 6 + 77
1. Beberapa ukuran yang perlu diketahui
sebagai patokan: Berat badan (BB)
Rata-rata lahir normal 3.000-3.500 gr
Umur 5 bulan 2x berat badan lahir
Umur 1 tahun 3x berat badan lahir
Umur 2 tahun 4x
berat badan lahir Kenaikan berat badan pada
tahun pertama kehidupan:
a. 700-1000 gram/bulan pada triwulan I
b. 500-600 gram/bulan pada triwulan II
c. 350-450 gram/bulan pada triwulan III
d. 250-350 gram/bulan pada triwulan IV

2. Pada masa pra sekolah kenaikan BB rata-rata

Page 12
2 kg/tahun. Tinggi badan (TB)
Rata-rata lahir normal 50 cm
Umur 1 tahun 1,5 x TB lahir
Umur 4 tahun 2 x TB lahir
Umur 6 tahun 1,5 x TB setahun
Umur 13 tahun 3 x TB lahir
Dewasa 3,5 x TB lahir (2 x TB
setahun)

Pada saat ini terdapat beberapa baku antropometri, berikut di bawah ini
merupa- kan langkah-langkah menilai pertumbuhan menggunakan baku
NCHS tahun 2000 yang kemudian ditampilkan oleh CDC sehingga dikenal
sebagai kurva pertumbuhan CDC 2000.
1. Langkah Persiapan
a. Alat ukur
1) Timbangan berat badan
Beam balance untuk anak kurang dari 2 tahun, setelah umur
tersebut digunakan timbangan injak atau electronic.

2) Ukuran panjang / tinggi badan


Untuk anak kurang dari 2 tahun digunakan infantometer,
sedangkan apa- bila lebih dari 2 tahun digunakan stadiometer
atau microtoise
3) Pita ukur lingkar kepala menggunakan pita ukur lingkar kepala
yang tidak melar.
b. Kurva standard pertumbuhan dari CDC 2000

2. Langkah Pelaksanaan
a. Prosedur Pengukuran Berat Bayi
1) Dilakukan oleh 2 orang, yaitu orang pertama mengukur berat
bayi sambil menjaga anak agar tidak jatuh dan orang kedua
mencatat hasil penguku- ran.
2) Bayi dalam keadaan tanpa pakaian atau hanya menggunakan
popok yang kering.
3) Tempatkan bayi di tengah alat timbangan.

Page 13
4) Lakukan pembacaan dengan ketelitian 0,01 kg.
b. Prosedur Pengukuran Panjang Bayi
1) Bayi hanya menggunakan popok. Sepatu dan hiasan kepala harus
dibuka.
2) Bayi diletakan di tengah alat pengukur.
3) Dilakukan oleh 2 orang, yaitu orang pertama memegang
kepala bayi agar menempel pada ujung papan ukur ang tidak
dapat digeser, posisi kepala lurus dengan pandangan vertical
ke atas dalam Frankfort horizontal plane. Orang kedua
meluruskan kedua tungkainya dengan telapak kaki menempel
pada papan pengukur yang dapat digeser.
4) Lakukan pembacaan dengan ketelitian 0,1 cm.
c. Prosedur Pengukuran Lingkar Kepala
1) Topi, hiasan rambut, atau hiasan lainnya yang akan
mengganggu pen- gukuran harus dilepaskan.
2) Bayi lebih nyaman dalam dekapan orangtua.
3) Ukur lingkaran kepala atau lingkaran occipital-frontal yaitu
lingkaran kepala terbesar melalui belakang kepala (occiput)
dan sebelah atas alis mata.

4) Lakukan pembacaan dengan ketelitian 0,1 cm.


d. Prosedur Pengukuran Berat Anak / Remaja
1) Timbangan sebaiknya diletakan di ruangan tertutup.
2) Pakaian dilepaskan, hanya menggunakan pakaian dalam saja.
3) Anak / remaja berdiri tegak di tengah alat timbangan.
4) Lakukan pembacaan dengan ketelitian 0,01 kg.
e. Prosedur Pengukuran Tinggi Anak / Remaja
1) Anak / remaja dengan berdiri tegak menempel pada alat stadiometer
atau
microtoise tanpa alas kaki.
2) Hiasan di kepala dilepas.
3) Pandangan lurus ke depan.
4) Anak diintruksikan untuk menarik nafas dalam-dalam.

Page 14
5) Mata pengukur sejajar dengan puncak kepala.
6) Geser alat ukur ke bawah hingga sedikit menekan kepala.
7) Lakukan pembacaan dengan ketelitian 0,1 cm.

3. Langkah Penilaian
a. Hitung Umur Anak
Cara menghitung umur anak adalah dengan cara mengurangi
tanggal pemeriksaan terhadap tanggal lahir.
Contoh :
Tanggal pemeriksaan : 10 Juni 2017 = 2017 06 10
Tanggal lahir : 23 Juli 2018 = 2018 07 23
Umur kronologis : 1 01 13
Umur kronologis anak adalah 1 tahun, 1 bulan, 13 hari dan diplot
menjadi 13 bulan (kurang dari 15 hari dibuang dan jika lebih dari
15 hari dibulatkan 1 bu- lan ke atas).
b. Menghitung Umur Anak yang Lahir Prematur
Untuk bayi prematur, dalam mengukur berat dan panjang
badan serta lingkar kepala, harus digunakan umur koreksi sampai
anak berusia 2 tahun. Untuk bayi prematur dengan berat kurang
dari 1000 gram, umur koreksi digunakan sampai anak berusia 3
tahun. Cara menghitung umur koreksi adalah dengan cara
mengurangi umur kronologis terhadap jumlah minggu prem- atur.
Contoh :
Bayi Lina lahir pada tanggal 20 Desember 2017, lahir dengan umur
gestasi 33 minggu, dengan berat lahir 2000 gram.
Tanggal pemeriksaan 5 Juli 20018 : 2018 07 05
Tanggal lahir 20 Desember 2017 : 2017 12 20
Umur kronologis : 1 05 15
Prematur 7 minggu : 01 21
Umur koreksi : 1 03 24
Umur anak adalah 1 tahun, 3 bulan, 24 hari dan diplot pada 16 bulan.

4. Plot ke dalam Kurva Pertumbuhan CDC 2000

Page 15
Gunakan kurva pertumbuhan berdasarkan umur, tinggi, berat, lingkar
kepala dan jenis kelamin sesuai dengan kebutuhan.
Kurva pertumbuhan CDC ditampilkan sebagai :
Jenis Kelamin Umur Kurva
Laki-laki Lahir sampai 36 bulan Berat terhadap panjang
Laki-laki Lahir sampai 36 bulan Berat terhadap umur
Laki-laki Lahir sampai 36 bulan Panjang terhadap umur
Laki-laki Lahir sampai 36 bulan Lingkar kepala terhadap umur

Perempuan Lahir sampai 36 bulan Berat terhadap panjang

Perempuan Lahir sampai 36 bulan Berat terhadap umur

Perempuan Lahir sampai 36 bulan Panjang terhadap umur


Lahir sampai 36 bulan Lingkar kepala terhadap umur
Perempuan
2 sampai 20 tahun IMT terhadap umur
Laki-laki
2 sampai 20 tahun Berat terhadap umur
Laki-laki
2 sampai 20 tahun Tinggi terhadap umur
Laki-laki
2 sampai 20 tahun IMT terhadap umur
Perempuan
2 sampai 20 tahun Berat terhadap umur
Perempuan
2 sampai 20 tahun Tinggi terhadap umur
Perempuan

Page 16
Ket :
IMT (BMI) : Indeks Massa Tubuh (Body Mass Index)

5. Nilai Hasil Pertumbuhan


Dalam menilai pertumbuhan diperlukan beberapa kali pengukuran
untuk melihat arah pertumbuhan. Pada neonatus sebaiknya pengukuran
dilakukan pada minggu pertama, ke-2 dan ke-4, selanjutnya dianjurkan
melakukan pengukuran antro- pometri satu kali setiap bulan.
Berikut di bawah ini beberapa criteria yang digunakan untuk menilai
adanya ma- salah dalam pertumbuhan :
Sumber Indikator Batasan
Institute of Medicine, Panjang terhadap umur Persentil ke-5
1996 Tinggi terhadap umur
Berat terhadap panjang
Berat terhadap tinggi
Panjang terhadap umur
WIC Tinggi terhadap umur Persentil ke-10
Berat terhadap panjang
IMT terhadap umur IMT
terhadap umur
Panjang / tinggi terhadap
umur
Berat terhadap tinggi
Berat terhadap umur
Berat terhadap panjang
CDC Panjang terhadap umur Persentil ke-5
WHO, 1995 Berat terhadap umur Persentil ke-2,3
Panjang terhadap umur (-2 SD)
Tinggi terhadap umur
Medical Practice, Persentil ke-5
1999 Arah pertumbuhan ke
bawah melampaui per-
sentil semula.

Page 17
B. PENILAIAN PERKEMBANGAN
Perkembangan anak menggambarkan peningkatan kematangan
fungsi indi- vidu, dan merupakan indikator penting dalam menilai
kualitas hidup anak. Oleh karena itu perkembangan anak harus dipantau
secara berkala. Bayi atau anak dengan resiko tinggi terjadinya
penyimpangan perkembangan perlu mendapat prioritas, antara lain bayi
prematur, berat lahir rendah, bayi dengan riwayat asfiksia,
hiperbilirubinemia, infeksi intrapartum, ibu diabetes mellitus, gemelli,
dll.
Dokter anak sedikitnya harus menguasai skrining perkembangan
dengan metode Denver II.
1. Langkah Persiapan
a. Formulir Denver II
b. Benang
c. Kismis
d. Kerincingan dengan gagang yang keci
e. Balok-balok berwarna dengan luas 10 inci
f. Botol kaca kecil dengan lubang 5/8 inci
g. Bel kecil
h. Bola tennis
i. Pensil merah
j. Boneka kecil dengan botol susu
k. Cangkir plastic dengan gagang / pegangan
l. Kertas kosong
2. Langkah Pelaksanaan
Deteksi dini penyimpangan perkembangan anak umur
a. Personal Social ( sosial personal )
Penyesuaian diri dengan masyarakat dan perhatian terhadap
kebutuhan perorangan.
b. Fine Motor Adaptive ( motorik halus adaptif )
Koordinasi mata – tangan, memainkan dan menggunakan benda-
benda kecil.

Page 18
c. Language ( bahasa )
Mendengar, mengerti dan menggunakan bahasa.
d. Gross Motor ( motorik kasar )
Duduk, jalan, melompat dan gerakan umum otot besar.
3. Pencatatan Hasil
a. Koreksi faktor prematuritas. Tarik garis umur dari garis paling
atas ke bawah dan cantumkan tanggal pemeriksaan pada ujung
atas garis umur.
b. Semua uji coba untuk setiap sektor dimulai dengan uji coba
yang terletak di sebelah kiri garis umur, kemudian dilanjutkan
sampai kanan garis umur.
c. Pada setiap sektor dilakukan minimal 3 uji coba terdekat di
sebelah kiri garis umur serta tiap uji coba yang dilalui garis
umur.
d. Bila anak tidak mampu untuk melakukan salah satu uji coba
pada langkah 3( “gagal”; “menolak”; “tidak ada
kesempatan” ), lakukan ujicoba tam- bahan ke sebelah kiri
pada sektor yang sama sampai anak dapat melewati 3 uji coba.
4. Skor Penilaian
Skor dari tiap uji coba ditulis pada kotak segi empat. Uji coba
dekat tanda garis 50%.
P : Pass / Lewat. Anak melakukan uji coba dengan baik, atau ibu /
pengasuhanak memberi laporan ( tepat / dapat dipercaya bahwa
anak dapat melakukannya ).
F : Fail / Gagal. Anak tidak dapat melakukan uji coba dengan
baik atau ibu / pengasuh anak memberi laporan (tepat) bahwa anak
tidak dapat melakukannya dengan baik.
No : No Opportunity / tidak ada kesempatan. Anak tidak
mempunyai kesempatan untuk melakukan uji coba karena ada
hambatan. Skor ini hanya boleh dipakai pada uji coba dengan tanda
R.
R : Refusal / Menolak. Anak menolak untuk melakukan uji coba.

Page 19
Pe- nolakan dapat dikurangi dengan mengatakan kepada anak apa
yang harus dilakukan, atau menanyakan kepada anak apakah ia
dapat melakukannya ( uji coba yang dilaporkan oleh ibu / pengasuh
anak tidak di skor sebagai pe- nolakan ).
5. Interprestasi Penilaian Individual
a. Lebih ( Advanced )
Bilamana seorang anak lewat pada uji coba yang terletak di
sebelah kanan garis umur, maka dinyatakan bahwa
perkembangan anak lebih pa- da uji coba tersebut.
b. Normal
Bila seorang anak gagal atau menolak melakukan uji coba di
sebelah kanan garis umur.
c. Peringatan ( Caution )
Bila seorang anak gagal atu menolak uji coba yang dilalui
garis umur ter- letak pada atau antara persentil ke-75 dan 90.
d. Keterlambatan ( Delay )
Bila seorang anak gagal atau menolak melakukan uji coba
yang se- luruhnya terletak di sebelah kiri garis umur.
e. Tidak ada kesempatan ( No
Opportunity ) Uji coba yang
dilaporkan orangtua.
6. Intervensi Denver II
a. Normal
Bila tidak ada keterlambatan dan atau paling banyak satu
caution. Lakukan ulangan pada kontrol berikutnya.
b. Suspek
Bila didapatkan ≥ 2 peringatan dan / atau ≥ 1 keterlambatan.
Lakukan uji ulang dalam 1 – 2 minggu untuk menghilangkan
faktor sesaat seperti rasa takut, keadaan sakit atau kelelahan.
c. Tidak dapat diuji
Bila ada skor menolak pada ≥ 1 uji coba yang terletak di
sebelah kiri garis umur atau menolak pada > 1 uji coba yang

Page 20
ditembus garis umur pada daerah 75 – 90 %.
d. Uji ulang dalam 1 – 2minggu
Bila pada uji ulang didapatkan hasil yang mencurigakan atau
tidak dapat diuji, maka pikirkan untuk merujuk anak tersebut

Page 21
Bab 3
BERMAIN DAN PERMAINAN ANAK

Dimata anak-anak, ada beberapa alasan kenapa permainan dibutuhkan


sebagai media pembelajarnya. Menurut Sudono (2016: 20) beberapa alasan
tersebut adalah sebagai berikut :
1. Anak-anak membutuhkan pengalaman yang kaya, bermakna, dan menarik.
2. Otak anak senang pada sesuatu yang baru dan hal hal baru yang
menantang dan menarik.
3. Rangsangan otak sensori multimedia penting dalam pembelajaran.
Makin ban- yak yang terlibat (visual, audio, dan audio visual) dalam
suatu aktivitas, makin be- sar pula kemungkinan siswa untuk belajar.
4. Anak umumnya senang bergerak, jadi jangan lupa memasukan gerak
dalam pem- belajaran.
5. Pengulangan adalah kunci belajar. Berikan kegiatan yang membuat
siswa dapat mengulang pembelajaran tanpa rasa bosan dan jenuh.
6. Permainan (games) menyenangkan bagi anak. Keinginan untuk belajar
dapat meningkat dengan adanya tantangan dan terhabat oleh ancaman
yang disertai oleh rasa tidak mampu atau kelelahan.

A. DEFINISI
Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk memberi
informasi dan mengembangkan imajinasi dalam suasana yang
menyenangkan bagi anak. Kegiatan bermain dapat dilakukan
menggunakan alat permainan maupun tidak. Bermain merupakan
aktivitas yang dipilih sendiri oleh anak karena me- nyenangkan, bukan
untuk mendapatkan hadiah atau pujian. Bermain sangat pent- ing bagi
anak seperti halnya kebutuhan makanan sehat dan bergizi bagi perkem-
bangan anak.
Permainan adalah media bagi anak untuk bermain. Setiap
permainan memiliki karakteristik, tujuan dan fungsi yang berbeda.

Page 22
B. FUNGSI BERMAIN
1. Perkembangan sensoris-motorik
Sensoris-motorik merupakan komponen terbesar yang digunakan
anak dan bermain aktif sangat penting untuk perkembangan
fungsi otot Misal : untuk bayi yang mengembangkan kemampuan
sensoris-motoris dan alat permainan untuk usia todler dan
prasekolah yang banyak membantu perkembangan aktivias motorik
kasar dan halus.
2. Perkembangan intelektual
Anak akan melakukan eksplorasi dan manipulasi terhadap segala
sesuatu yang ada di lingkungan sekitarnya. Terutama mengenal
warna, bentuk, ukuran, tekstur dan membedakan objek. Pada saat
bemain pula anak akan melatih diri untuk memecahkan masalah.
3. Perkembangan social
Ditandai dengan kemampuan berinteraksi dgn lingkungannya dan
anak akan belajar memberi dan menerima saat aktivitas bermain,
anak belajar berinteraksi dengan teman, memahami bahasa lawan
bicara, dan belajar tentang nilai sosial yang ada pada kelompoknya.
4. Perkembangan kreativitas
Berkreasi : kemampuan untuk menciptakan sesuatu dan
mewujudkannya kedalam bentuk objek dan atau kegiatan
yang dilakukannya. Anak akan belajar dan mencoba untuk
merealisasikan ide-idenya.Misalnya : dengan membongkar dan
memasang satu alat permainan akan me- rangsang kreativitasnya
untuk semakin berkembang
5. Perkembangan kesadaran diri
Anak akan mengembangkan kemampuannya dlm mengatur tingkah
laku. Belajar mengenal kemampuanya dan membendingkan dengan
oranglain dan menguji kemampuannya dengan mencoba peran baru
dan mengetahui dam- pak tingkah lakunya terhadap orang lain.
6. Perkembangan moral
a. Anak mempelajari nilai benar dan salah dari lingkungannya
terutama dari orangtua dan guru

Page 23
b. Dengan bermain, kesempatan menerapkan nilai-nilai tersebut
dan me- nyesuaikan diri dengan aturan-aturan kelompok yang
ada di lingkungann- ya.
c. Dapat membedakan mana tentang benar dan yang salah Misal:
merebut mainan temannya.
7. Bermain sebagai terapi
a. Saat dirawat di RS akan ada perasaan yang tidak
menyenangkan seperti marah, takut, cemas, sedih dan nyeri.
b. Dampak dari hospitalisasi karena menghadapi stresor yang
ada di ling- kungan RS
c. Permainan akan mengalihkan rasa sakitnya (distraksi) dan
relaksasi melalui kesenangannya melakukan permainan.
d. Bagi yang belum dapat mengekspresikan secara verbal
merupakan media komunikasi dengan orang lain dan petugas
kesehatan.

C. PRINSIP BERMAIN PADA ANAK


1. Disesuaikan dengan usia, minat, kemampuan, bakat, dan tingkat
perkem- bangan yang berbeda-beda pada setiap anak.
2. Bermain dapat memberikan pengalaman nyata bagi masing-masing
anak se- hingga anak termotivasi memperoleh pengalaman belajar
yang bermakna.
3. Proses bermain dilakukan dalam suasana gembira, bebas dari rasa
takut akan salah, tidak ada paksaan, boleh berpendapat dan
keinginan antara anak-anak dengan temannya

D. TUJUAN BERMAIN
1. Untuk melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan yang normal
pada saat sakit anak mengalami gangguan dalam pertumbuhan dan
perkembanga
2. Mengekspresika perasaan, keinginan, dan fantasi serta ide-idenya
3. Mengembangkan kreatifitas dan kemampuan memecahkan masalah
4. Dapat beradaptasi secara efektif terhadap stres karena sakit dan

Page 24
dirawat diru- mah sakit
5. Anak merasa senang
6. Anak berlatih menggunakan seluruh inderanya
7. Anak aktif melakukan kegiatan
8. Anak belajar bekerjasama dan berkomunikasi
9. Mengembangkan rasa ingin tahu, harga diri, percaya diri, dan
anak belajar mengembangkan nilai-nilai
10. Anak memperoleh pengalaman nyata
11. Anak menuju kemandirian

E. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AKTIFITAS BERMAIN


1. Tahap perkembangan anak
2. Status kesehatan anak
3. Jenis kelamin anak
4. Lingkungan yang mendukung. Hal ini akan dipengaruhi oleh nilai
moral, bu- daya dan lingkungan rumah
5. Alat dan jenis permainan yang cocok
F. METODE-METODE DALAM BERMAIN
1. Bermain seorang diri yaitu anak bermain seorang diri tanpa
menghiraukan sekitarnya.
2. Bermain paralel yaitu anak bermain secara berkelompok tetapi
masing-masing anak bermain sendiri-sendiri.
3. Bermain asosiatif yaitu anak bermain bersama tetapi tidak ada aturan.
4. Bermain kooperatif yaitu anak memiliki peran tertentu dalam
bermain bersa- ma.

G. PERAN PENDIDIK DALAM KEGIATAN BERMAIN ANAK


1. Sebagai pengamat : mengamati interaksi anak ketika bermain.
2. Sebagai elaborator : menyediakan alat bermain, mengajukan
pertanyaan yang merangsang daya pikir serta berpura-pura sebagai
pasien.
3. Sebagai model : turut bermain bersama anak-anak untuk

Page 25
memberikan contoh yang benar.
4. Sebagai evaluator: menilai apakah kegiatan bermain telah
memenuhi kebu- tuhan anak serta sejauh mana anak dapat
mengembangkan kemampuannya.

H. KLASIFIKASI BERMAIN
Beberapa jenis permaian, ditinjau Isi permaianan :
1. Social affective play
Adalah hubungan interpersonal yang menyenangkan antara anak
dan oran- glain, contoh : ciluk-ba, berbicara sambil
tersenyum/tertawa, dll. Bayi akan merespon misalnya dengan
tersenyum, tertawa atau mengoceh
2. Sense of pleasure play.
Permainan ini menggunakan alat yang dapat menimbulkan rasa
senang pada anak dan biasanya mengasikkan. Misal :
a. Menggunakan pasir untuk dibuat gunug-gunungan atau benda
apa saja yang dapat dibuat dari pasir
b. Memindahkan air kedalm botol.
Ciri khas permainan ini adalah anak akan semakin lama asik
bersentuhan dengan alat permainan ini dan sulit untuk dihentikan
3. Skill play
Permainan ini akan meningkatkan ketrampilan anak terutama
motorik kasar dan halus. Misal : bayi terampil memegangi benda,
memindahkan benda dari satu tempat ke tempat lain, dan
terampil main sepeda Ketrampilan tersebut diperoleh melalui
pengulangan
4. Games atau permainan.
Jenis permainan yang menggunakan alat tertentu yang
menggunakan perhi- tungan dan atau skor. Dapat dilakukan
sendiri atau bersama teman Misal : ular tangga, puzzle,congklak,
dll
5. Unoccupied behavior

Page 26
Pada saat tertentu, anak sering terlihat mondar-mandir, tersenyum,
tertawa, jinjit-jinjit, memainkan kursi atau meja atau apa saja yang
disekelilingnya. Sebenarnya anak tidak memainkan alat tertentu
dan situasi atau objek yang ada disekelilingnya yang digunakan
sebagai alat permaianan
6. Dramatic Play
Anak bermain peran sebagai orang lain melalui
permainannya. Anak berceloteh dengan memakai baju orang
dewasa seperti orangtua, guru dll. Apabila bermain dengan
temannya akan terjadi percakapan tentang peran orang yang
mereka tiru.
Permaian ini penting untuk proses identifikasi anak terhadap peran
tertentu.

Beberapa jenis permaian, ditinjau Karakter Sosial :


1. Onlooker play
Anak hanya mengamati temannya yang sedang bermain, tanpa ada
inisiatif untuk ikut dalam permainan. Bersifat pasif tapi ada proses
pengamatan ter- hadap permainan yang dilakukan temannya.
2. Solitary play
Anak berada dalam satu kelompok permainan tetapi anak bermain
dengan alat permainannya sendiri, dan alat tersebut berbeda
dengan temannya Tidak ada kerjasama ataupun komunikasi
dengan teman sepermainannya.

3. Parallel play
Anak dapat menggunakan alat yang sama tetapi tidak terjadi kontak
satu sa- ma lainnya sehingga tidak ada sosialisasi satu sama lain.

4. Associative paly

Page 27
Terjadi komunikasi tetapi tidak terorganisasi, tidak ada pemimpin
atau yang memimpin permainan dan tujuan tidak jelas.
Misal : main boneka, hujan-hujanan, masak-masakan
5. Cooperative play
Aturan permainan dalam kelompok tampak lebih jelas, juga tujuan
permainan Anak yang memimpin permainan mengatur dan
mengarahkan anggotanya untuk bertindak dalam permainan
sesuai dengan tujuan permainan Misal : bermain bola

I. BERDASARKAN KELOMPOK USIA


1. Anak usia bayi
Permainan ini dibagi menjadi usia 0 - 3 bulan, 4 - 6 bulan, 7 - 9
bulan. Karak- teristik permainan sense of plessure play
0 – 3 bulan : mainan gantung warna terang dan musik yang
menarik 4 – 6 bulan : mainan yg mudah dipegang dan terang,
memnggil namanya 7 – 9 bulan : mencoret kertas, boneka dll
2. Anak usia todler ( 1 - 3 tahun) Jenis permainan : solitary play dan
parallel play.
Anak usia 1 - 2 tahun sering melakukan permainan
sendiri Anak usia 2 - 3 tahun akan secara paralel dapat
berkomunikasi walau belum begitu jelas dan lancar. Jenis : boneka,
kerta api, alat memasak, pasir, lilin warna-warni
3. Anak usia prasekolah (3 - 6 tahun)
Kemampuan motorik kasar dan halus lbh matang daripada usia
todler Jenis permainan yang sesuai adalah associative play,
dramatic play dan skill play. Anak akan melakukan permainan
bersama temannya dengan komu- nikasi yang sesuai dengan
kemampuan temannya
4. Anak usia sekolah (6 - 12 tahun)
Kemampuan sosial semakin meningkat. Mereka lebih mampu
bekerjasama dengan teman sepermainannya. Pergaulan dengan
teman menjadi tempat belajar mengenal norma baik atau buruk.

Page 28
Sehingga permainan usia ini, untuk
meningkatkan ketrampilan fisik dan intelektualnya tetapi juga
megembangkan sensitivitasnya untuk terlibat dalam kelompok dan
bekerjasama
5. Anak usia remaja (13 - 18 tahun)
Anak remaja merupakan fase peralihan yaitu di satu sisi
meninggalkan masa kanak-kanak dan sisi lain memasuki usia
dewasa dan bertindak sebagai indi- vidu. Permainan konstruktif :
olahraga basket, karangtaruna, remaja masjid dll

J. BERMAIN DI RAWAT RUMAH SAKIT


1. Keuntungan :
a. Meningkatkan hubungan antara klien petugas kesehatan Perawatan
di RS akan membatasi kemampuan anak untuk mandiri.
b. Aktifitas bermain yang terprogram akan memulihkan perasaan
mandiri
c. Membantu anak mengekspresikan perasaan
d. Dapat meningkatkan kemampuan anak untuk mempunyai
tingkah laku positif
e. Memberikan kesempatan berkompetisi secara sehat dan
menghilangkan ketegangan

2. Prinsip Permaianan Di RS
Permainan tidak boleh bertentangan dengan pengobatan yang
dijalani Permainan yang tidak membutuhkan banyak energi,
singkat dan sederhana Permainan yang harus
mempertimbangkan keamanan anak Permainan harus
melibatkan kelompok umur yang sama Melibatkan orangtua

K. PROSES KEGIATAN BERMAIN


Uraikan kegiatan bermain yang akan dilakukan. Petugas kesehatan sebagai
fasilita- tor dan kegiatan bermain harus dilakukan secara aktif oleh anak

Page 29
dan orangtuanya Jika kelompok, uraikan dengan jelas aktivitas setiap
anggota kelompok dalam permainan dan kegiatan orangtua setiap anak

L. ALAT PERMAINAN
Alat harus ditetapkan dan tidak harus baru dan bagus
Gunakan alat yang dimiliki anak atau yang tersedia di ruang
rawat Yang penting yaitu alat permainan yang digunakan harus
menggambarkan krea- tivitas perawat dan orangtua, serta dapat menjadi
media untuk eksplorasi perasaan anak

M. EVALUASI
Evaluasi scr menyeluruh dgn cara membandingkan pelaksanaan
bermain dgn tujuan yang telah ditetapkan. Tulis hambatan yang ditemui
teruntuk jika dil- akukan berkelompok dan melibatkan semua
ortu ikut bermain. Berikan pujian dan penghargaan thdp apa yg tlh
dilkukan anak.

Page 30
UPAYA PENINGKATAN KUALITAS TUMBUH KEMBANG
ANAK

Tumbuh kembang anak merupakan hasil interaksi antara faktor genetik


dan faktor lingkungan. Beberapa upaya yang dapat dilakukan guna
meningkatkan kualitas tum- buh kembang anak antara lain:

A. FAKTOR PRA LAHIR


Perlu adanya asupan gizi yang baik selama kehamilan berlangsung.
Selain gizi yang baik, pemeriksaan yang cukup dan teratur juga penting.
Beberapa hal yang penting diperhatikan adalah gizi ibu hamil. Tujuan
dari penataan gizi ibu hamil adalah :
1. cukup kalori, protein yang bernilai tinggi, vitamin, mineral dan
cairan untuk memenuhi kebutuhan zat gizi ibu, janin serta plasenta
2. Makanan padat kalori
3. Cukup kalori dan zat gizi. Perencanaan perawatan gizi, perawatan
gizi yang dapat mengurangi atau menghilangkan reaksi yang tidak
diinginkan, perawa- tan gizi yang dapat membantu pengobatan
penyulitan yang terjadi Mengembangkan kehidupan ibu hamil agar
ssenantiasa kebiasaan hidup sehat.

B. FAKTOR PADA SAAT LAHIR


Persalinan yang berjalan mulus tanpa ada kendala atau komplikasi
pada bayi akan memberi dampak yang baik bagi tumbuh kembang anak
di kemudian hari. Komplikais persalinan dapat menyebabkan kelainan
tumbuh kembang. Oleh sebab itu perawatan pra lahir sangat penting,
dengan perawatan yang baik maka akan mendapatkan tindakan sejak
awal sehingga bayi dapat terlahir dengan selata.

C. FAKTOR SETELAH LAHIR


Beberapa faktor yang perlu diupayakan untuk meningkatkan kualitas
tumbuh kembang anak antara lain:
1. Gizi anak
Makanan memegang peranan yang sangat penting dalam tumbuh
kembang anak karena anak sedang tumbuh sehingga membutuhkan
banyak asupan ma- kanan yang bergizi. ASI diberikan kepada bayi
secara ekslusif sangat baik, sebab nilai gizi pada ASI sangat tinggi
serta terdapat zat-zat kekebalan tubuh yang melindungi anak dari
berbagai macam infeksi. Pengaturan makanan yang baik juga perlu
diperhatikan. Dalam hal ini makanan harus disesuaikan dengan usia
anak. Makanan juga harus mengandung energi dan semua zat gizi
yang dibutuhkan pada tingkat usianya. Pemberian makanan
pendamping ha- rus bertahap dan bervariasi.
2. Kesehatan anak
Kesehatan anak menjadi bagian penting pengawasan orangtua.
Apabila orangtua menemukan gejala yang tidak lazim dalam diri
anak, maka orangtua perlu mawas diri dan segera membawa anak
untuk berobat. Anak yang sehat pada umumnya akan tumbuh dan
berkembang dengan baik. Monitoring per- tumbuhan anak dengan
KMS, merupakan salah satu usaha untuk mencegah terjadinya
gangguan pertumbuhan pada anak. Melalui KMS orangtua dapat
mengetahui status kesehatan anak.
3. Imunisasi
Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh agar anak tidak mudah
terserang atau tertular suatu penyakit. Pemberian imunisasi ini
harus diberikan sedini mungkin secara lengkap. Imunisasi yang
wajib diberikan adalah BCG, hepatitis B, polio, DPT dan campak.
4. Stimulasi (Perangsangan)
Anak yang mendapatkan stimulasi secara terarah akan lebih cepat
berkem- bang dibandingkan anak yang kurang bahkan tidak
mendapatkan stimulasi. Perhatian dan kasih sayang merupakan
stimulasi yang penting dalam awal perkembangan anak.
5. Perumahan
Pemilihan perumahan atau rumah huni yang layak, baik dari segi
ventilasi dan pencahayaan yang cukup serta tidak sesak dan
menjamin kesehatan serta keselamatan penghuninya. Memilih
perumahan tidak sekedar bagus saja, melainkan juga
memperhatikan aspek kesehatan dan keselamatan dalam keluarga.
6. Sanitasi Lingkungan
Kebersihan lingkungan baik secara pribadi maupun masyarakat
memegang peran yang penting dalam tumbuh kembang anak.
Lingkungan dengan tingkat kebersihan yang baik dapat mencegah
atau mengurang terjadinya penyakit bagi anak-anak.
7. Keluarga
Keluarga yang senantiasa menajga hubungan harmnois dengan
penuh kasih sayang maka dapat membuat anak menjadi tumbuh
dan berkembang lebih baik dibandingkan dengan anak yang
tumbuh dan berkembang di lingkungan keluarga yang kurang baik.

Anda mungkin juga menyukai