Anda di halaman 1dari 4

Sejarah

Dari sejarah Pemerintahan Kabupaten Trenggalek, Kabupaten ini menjadi daerah otonom sejak
Pemerintahan Pakubuwono II pada masa Kerajaan Mataram Islam sebelum pecah menjadi 2
Kerajaan yaitu Surakarta dan Ngayogyakarta. Bupati Pertama adalah putra dari Pakubuwono II yang
bernama Mertodiningrat. Akibat dari gejolak di pusat Kerajaan maka berdasarkan Perjanjian Gianti
(1755) Trenggalek-pun ikut terpecah dimana Trenggalek dengan wilayah yang sekarang kecuali
Panggul dan Munjungan masuk Ponorogo sebagai bagian dari wilayah Surakarta dan Panggul serta
Munjungan masuk Pacitan sebagai bagian dari wilayah Ngayogyakarta.

Pada tahun 1812, dengan berkuasanya Inggris di Pulau Jawa (Periode Raffles 1812-1816) Pacitan
(termasuk didalamnya Panggul dan Munjungan) berada di bawah kekuasaan Inggris dan pada tahun
1916 dengan berkuasanya lagi Belanda di Pulau Jawa, Pacitan diserahkan oleh Inggris kepada
Belanda termasuk juga Panggul dan Munjungan.
Pada tahun 1830 setelah selesainya perang Diponegoro, wilayah Kabupaten Trenggalek, tidak
termasuk Panggul dan Munjungan, yang semula berada dalam wilayah kekuasaan Bupati ponorogo
dan Kasunanan Surakarta masuk di bawah kekuasaan Belanda. Dan, pada jaman itulah Kabupaten
Trenggalek termasuk Panggul dan Munjungan memperoleh bentuknya yang nyata sebagai wilayah
administrasi pemerintahan Kabupaten versi Pemerintah Hindia Belanda sampai disaat
dihapuskannya pada tahun 1923.
Alasan atau pertimbangan dihapuskannya Kabupaten Trenggalek dari administrasi Pemerintah
Hindia Belanda pada waktu itu secara pasti tidak dapat diketahui. Namun diperkirakan mungkin
secara ekonomi Trenggalek tidak menguntungkan bagi kepentingan pemerintah kolonial
Belanda.Wilayahnya dipecah menjadi dua bagian, yakni wilayah kerja Pembantu Bupati di Panggul
masuk Kabupaten Pacitan dan selebihnya wilayah Pembantu Bupati Trenggalek, Karangan dan
Kampak masuk wilayah Kabupaten Tulungagung sampai dengan pertengahan tahun 1950.
Dengan terbitnya Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950, Trenggalek menemukan bentuknya
kembali sebagai suatu daerah Kabupaten di dalam Tata Administrasi Pemerintah Republik
Indonesia.

Asal Usul Nama Trenggalek


Dalam Babad, Legenda, Cerita Rakyat maupun Sejarah tidak pernah ada yang menyinggung asal usul
nama Trenggalek. Cerita Rakyat yang berkembang selama ini hanya mengisahkan Kepahlawan dari
Bupati Trenggalek Menaksopal dan Ketampanan Putra Bupati Trenggalek sehingga Suminten anak
dari Warok Surogentho sampai tergila-gila. Ada salah satu pendapat yang menjabarkan arti
Trenggalek sebagai Terang Ing Galih (Terang di Hati), namun menurut penulis pendapat ini tidak
mempunyai sisi Historis apapun dilihat dari sudut pandang Tata Bahasa, Sosiologi maupun Geografi
dari wilayah Trenggalek itu sendiri. Selama ini hanya ada satu pedoman untuk menyingkap asal usul
nama Trenggalek yaitu makam mantan Bupati/Tokoh yang bernama Setono Galek. Namun tidak ada
Catatan atau Cerita darimana Tokoh ini berasal dan mengapa bernama Setono Galek pun orang
Trenggalek sendiri sepertinya tidak ada yang tahu arti nama itu.Dengan pengetahuan yang terbatas,
penulis mencoba mencari tahu sebagaimana dalam tulisan Sejarah Kampak yang pernah saya tulis.

Yang Pertama dari sudut Tata Bahasa yang penulis cari, kata Trenggalek adalah gabungan dari 2
(dua) kata. Yang Pertama adalah Trengga/Treng adalah kependekan dari kata Trenggana dari
bahasa Sansekerta/Jawa Kuno yang berarti Bintang/Terang dan Galek/Lek adalah dari kata
Galekan/Galek juga dari bahasa Sansekerta/Jawa Kuno yang berarti Hilang/Lenyap. Untuk kata
Galek/Galekan itu sendiri tidak banyak orang yang tahu karena kata ini sudah lama tidak terpakai
dalam khasanah Tata Bahasa Jawa sehingga sepintas seperti kata yang asing. Arti kata ini penulis
dapatkan dari seorang yang mengerti kebudayaan Jawa Kuno karena dalam Kamus Sansekerta yang
dikarang bapak Purwadi tidak penulis ketemukan. Arti kata dari gabungan 2 (dua) kata ini menjadi
Bintang/Terang yang Hilang/Lenyap. Atau lebih mudahnya berarti Bintangnya/Terangnya
Hilang/Lenyap.

Dari arti kata ini penulis berjalan ke belakang dalam Historis atau Sejarah terbentuknya Kabupaten
Trenggalek. Sejarah telah tertulis, awal terpecahnya Kerajaan Mataram Islam adalah ketika terjadi
Pemberontakan sehingga Ibukota Kerajaan di Kartasura luluh lantak sehingga Pakubuwono II
menyingkir ke wilayah Ponorogo dan sekitarnya termasuk Trenggalek. Kemudian atas bantuan
Ulama Besar Ponorogo beserta santrinya dan warga Ponorogo,Trenggalek dan Tulungagung Kerajaan
dapat direbut kembali. Karena Ibukota sudah hancur maka Ibukota dipindahkan ke Surakarta atau
Solo. Atas rasa terimakasih terhadap warga Trenggalek, maka dibentuk Pemerintahan tersendiri di
Trenggalek dengan Putra dari Pakubuwono II sendiri sebagai Bupati Pertama.
Inilah awal kehancuran Kerajaan Mataram karena saudara-saudara Pakubuwono II termasuk
pamannya sendiri menyatakan ketidakpuasannya karena ternyata Pakubuwono II semakin dekat
dengan Pemerintah Hindia Belanda, sebagai pihak yang selama ini menjadi musuh sejak jaman
Sultan Agung. Akhirnya Kerajaan Mataram pecah menjadi 4 (empat) Kerajaan kecila yaitu
Surakarta,Ngayogyakarta,Pakualaman dan Mangkunegaran.
Uraian Sejarah tadi jika dihubungkan kata Trenggalek dan kedatangan Raja Jawa ke tanah
Trenggalek mempunyai kaitan yang erat. Kata Trenggalek atau daerah Trenggalek itu adalah
Tempat Terangnya Hilang atau Lenyapnya Bintang Raja Jawa sebagai awal Pembentukan Kadipaten
Trenggalek. Penjabaran lebih mudahnya arti Trenggalek adalah Wahyu Kraton/Wahyu Raja-raja
Jawa Hilang/Lenyap. Jadi di Trenggalek-lah Lenyapnya/Hilangnya Wahyu Kraton Tanah Jawa. Dan
dimana Hilangnya Wahyu Kraton itu sebagaimana Siklus Sejarah, di situ jugalah Muncul/Asal Wahyu
Kraton Raja-raja Tanah Jawa.

Sekarang kita menuju Jaman Awal Kemerdekaan Indonesia dimana Presiden Sukarno menunjuk
Pahlawan Peta Supriyadi sebagai Panglima Angkatan Bersenjata Indonesia yang Pertama. Semua
orang tahu Supriyadi sudah lenyap antara hidup dan mati. Tetapi mengapa Sukarno tetap menunjuk
Supriyadi menjadi Panglima walau orangnya tidak muncul. Tentu Sukarno mempunyai alasan yang
kuat dan mungkin hanya Sukarno yang tahu alasannya. Karena sebenarnya banyak Pejuang/Tentara
didikan Belanda yang lebih berpengalaman maupun didikan Jepang yang lebih mumpuni. Ternyata
menurut penulis alasan Sukarno adalah Supriyadi kelahiran Trenggalek sebagaimana tulisan di atas
mungkin menurut Sukarno, Supriyadi-lah pada waktu itu pemegang Wahyu Keprabon/Kraton Tanah
Jawa. Untuk alasan ini terasa tidaklah Rasional, namun menurut pandangan masyarakat Jawa hanya
orang yang mempunyai atau mendapat Wahyu Keprabon-lah yang sanggup memimpin Indonesia
sebagaimana Jawa adalah Setral-nya. Artinya, hanya orang yang mendapat Wahyu Keprabon Tanah
Jawa-lah yang kuat memimpin Indonesia. Karena menjadi Pemimpin Dunia dalam pandangan Jawa
harus juga sanggup menguasai alam Ghaib yang selama ini diidentikkan dengan Penguasa Laut
Selatan. Dan kebetulan menurut orang yang mengerti Ilmu Ghaib Pusat, Kerajaan Laut Selatan
adalah di Gunung Kumbokarno Pantai Prigi di Kecamatan Watulimo Trenggalek.

Karena Supriyadi tidak juga muncul akhirnya Sukarno pada tahun 1950an mengunjungi Trenggalek
sebagai rangkaian tugas dinas kenegaraan. Yang jadi pertanyaan, untuk urusan apa Presiden
Sukarno sebagai Presiden Terbesar Indonesia mau mengunjungi Trenggalek. Padahal daerah ini
adalah daerah minus dan tidaklah mempunyai kepentingan yang strategis untuk urusan kenegaraan.
Mengapa tidak Tulungagung sebagai tempat waktu kecil dia tinggal atau Blitar rumah dari
orangtunya? Dari tulisan di atas, dapat ditarik benang merah tujuan Sukarno adalah ingin
mendapatkan Wahyu Keprabon untuk memperkuat kedudukannya karena sebagaimana orang tahu
Sukarno adalah orang yang suka hal-hal yang berbau Ghaib dan Budaya Jawa. Ada satu hal yang
lucu,apakah benar atau salah adalah waktu penulis masih SD pernah membaca tulisan Sukarno
kelahiran Trenggalek. Menurut kakek penulis yang menghadiri pidato Bung Karno di alun-alun
Trenggalek, Sukarno mengakui sendiri bahwa dia adalah kelahiran Trenggalek tepatnya di belakang
Gedung Bioskop Trenggalek Teater yang sekarang sudah tutup. Inilah yang memperjelas dari arti
kata Trenggalek yang berarti Terang Hilang atau Bintang Lenyap atau Wahyu Hilang.

Yang Kedua arti kata Trenggalek menurut Sosio dan Geografis, Trenggalek adalah sejenis tumbuhan
lama yang sekarang jarang ditemukan. Ciri-cirinya batangnya berwarna agak kemerahan serta daun
dan batangnya kecil. Kata dan Nama Trenggalek adalah bahasa Jawa Kuno dan tidak ada duanya di
dunia untuk menamai tumbuhan tersebut dan memang jaman dahulu banyak tumbuh di daerah
Trenggalek. Nama lain tumbuhan ini adalah Telaga Sari atau Telaga Warna. Tumbuhan ini sebagai
penetralisir zat Radioaktif. Lalu apa hubunganya dengan tumbuh di daerah Trenggalek? Trenggalek
adalah daerah perbukitan dan banyak gunung-gunung kecil sambung menyambung melingkari
wilayah Trenggalek. Secara Geologi pegunungan Trenggalek adalah barisan dari Pegunungan Kapur
Selatan dan bersambung dengan lereng Gunung Wilis. Tidak seluruhnya bukit-bukit tersebut
pegunungan kapur yang menandakan daerah Trenggalek adalah bekas lautan. Banyak batu-batuan
yang muncul ke permukaan dan membentuk bukit-bukit itu. Dalam Ilmu Geologi dinamakan Batuan
Introsif atau batuan muda dan karena proses geologi terbentuk menjadi unsur-unsur logam seperti
emas dan sebagainya. Oleh karena itulah daerah Trenggalek kaya akan bahan tambang namun
dalam intensitas kecil dan kadang yang masih muda. Akibat dari Proses Kimiawi Alam yang masih
berlangsung inilah yang jadi penyebab Zat-zat Radioaktif keluar dari perut bumi sehingga merusak
dan menghancurkan makhluk hidup di atasnya. Zat Radioaktif inilah bagi orang yang mempelajari
Ilmu Ghaib biasa disebut makhluk Perusak. Hal ini menjadi bertambah kuat mengapa Trenggalek
menjadi Pusat Kekuatan Penghancur pada Jaman dahulu. Semisal menurut orang yang mengerti
Ilmu Ghaib, Dewata Cengkar yang dikalahkan Prabu Aji Saka bertapa dan berdiam di wilayah
Kamulan Kecamatan Durenan. Nyai Roro Kidul yang berunsur Penghancur juga berada di Pantai Prigi
sebagai Dayang Ratu Kidul. Dan alasan Syech Subakir mendarat pertama kali di tanah Jawa di Pantai
Prigi. Karena wilayah Trenggalek masih diselimuti unsur Radioaktif sebagai zat Penghancur Makhluk
Hidup namun juga bisa jadi Zat yang bisa dimanfaatkan untuk kelangsuhan makhluk hidup. Menjadi
masuk akal jika tumbuhan Trenggalek/Telaga Sari/Telaga Warna banyak tumbuh di wilayah
Trenggalek sebagai Penyeimbang atau Penetralisir Zat Radioaktif. Dari nama tumbuhan inilah asal
muasal menjadi nama daerah Trenggalek khususnya wilayah Kecamatan Trenggalek. Orang Jaman
dahulu menamakan suatu wilayah biasa menggunakan nama tumbuhan,hewan,keahlian
penduduk,ciri daerah dan sebagainya.

Dari uraian di atas ada 2 (dua) pandangan untuk menentukan asal usul nama Trenggalek. Dan semua
penulis serahkan kepada kesimpulan pembaca. Namun pendapat inilah masih entah dan perlu
penyempurnaan karena penulis juga belum punya sumber dan pegangan Historis yang bisa dipercaya
tentang Siapa dan Sejak Kapan nama Trenggalek dipakai untuk menjadi nama khususnya Kecamatan
Trenggalek. Menurut catatan sejarah, secara resmi nama Trenggalek dipakai semenjak berdirinya
Kadipaten Trenggalek pada masa Pemerintahan Pakubuwobo II. Apakah sebelumnya sudah
dipakai,penulis tidak menemukan pada catatan-catan kuno. Jika kata Trenggalek itu adalah
merupakan Satu Kata dan Bukan gabungan 2 (dua) kata, besar kemungkinan bahasa Trenggalek ini
sudah ada sejak Jaman Majapahit yang masih kental menggunakan bahasa-bahasa Jawa Kuno.
Karena pada masa Islam bahasa-bahas yang digunakan cenderung sudah menggunakan bahasa-
bahasa Jawa Baru. Kemudian siapa yang pertama kali memberi nama Trenggalek? Sesuai Prasasti
atau Peninggalan Makam Kuno yang ada,besar kemungkinan adalah Setono Galek atau mungkin
dialah Penguasa Galek yang pertama.

Anda mungkin juga menyukai