Anda di halaman 1dari 2

1.

Bahwa Hak kepemilikan Penggugat adalah Girik Milik adat yang semula wilayah
Objek tanah tersebut bernama Desa Gapura Muka dan menjadi Wilayah Cakung
Barat, Jakarta Timur, Provinsi DKI Jakarta berdasarkan:
1) Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 45 Tahun 1975 tentang Perubahan
Batas Wilayah Derah Khusus Ibukota Jakarta.
2) Surat Keputusan Gubernur KDKI Jakarta Nomor D.I-17805/a/30/75
tanggal 15 Desember 1974 tentang Perubahan Batas Wilayah Daerah Khusus
Ibukota Jakarta.
3) Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 151 Tahun 1975 tentang
Pelaksanaan Penetapan Batas Wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta dengan
Daerah Tingkat I Jawa Barat.
4) Keputusan Gubernur No. 1251 tahun 1986 tentang Pemecahan, Penyatuan,
Penetapan, Batas, Perubahan Nama Kelurahan yang Kembar/sama dan
Penetapan Luas Wilayah Kelurahan Di Daerah Khusu Ibukota Jakarta.
2. Bahwa Berdasarkan Kepemilikan Girik C. 3969 atas nama Abdul Manap Persil
15a. S.II Luas : 19.980 M2 dan Luas : 8.500 M2 dengan lokasi Objek tanah
sekarang Jl. Tipar Cakung Rt. 002/008. Kelurahan Cakung Barat Kecamatan Cakung
Jakarta Timur. Dikuatkan dengan Peta Rincikan Persil Kelurahan Gapura Muka dan
Surat Keterangan Pencatatan dalam Buku Letter C. Kantor Inspeksi Iuran
Pembangunan Daerah No. Ris. 1078/Wpj.10/KL 2404/1980 oleh Kepala Inspkeksi
Daerah Ipeda Jakarta Drs. Samherling Lumingkewas Serta tercatat dalam Buku
Induk Letter C. kantor IPEDA.
3. Bahwa Pihak Tergugat I Mengklaim tanah Objek Pekara dengan membuat atau
mengajukan Surat Ijin Penujukan dan Penggunaan Tanah ( SIPPT ) dan telah
diterbitkan dengan SIPPT No. 1634/1.711.5 tahun 1997. Luas : 17.315 M2. Atas nama
PT. Cipta Piranti Tehnik. Sedangkan Penggugat tidak pernah Menjual, menjaminkan
atau mengalihkan hak kepada Tergugat I.
4. Bahwa SIPPT No. 1634/1.711.5 tahun 1997 dengan Luas : 17.315 M² atas nama PT.
Cipta Piranti Tehnik, yang status perizinannya telah DICABUT, berdasarkan SK
Pencabutan No : 4581/-1.711.534 tertanggal 14 Oktober 2016.
5. Bahwa berdasarkan SK.Kementrian Hukum dan Ham Nomor: AHU-AH.01.03-00528
tertanggal 28 November 2022 dan Akta Nomor 6 Tanggal 12 Oktober 2022 Status
Badan Hukum PT. Cipta Piranti Tehnik atau disingkat (CPT) telah berakhir.
6. Bahwa Tergugat II berdasarkan Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasi
tertanggal 31 Maret 2021 dan 31 Desember 2020 bahwa PT. Cipta Piranti Tehnik
tersebut masih dalam proses likuidasi. Sehingga berdasarkan hal tersebut sudah sangat
terang dan jelas bahwa objek sengketa a quo bukan merupakan daftar asset yang
dapat dimasukan dalam proses likuidasi.
7. Bahwa dengan dicabut perizinannya untuk Tergugat I tersebut serta tidak diterbitkan
perpanjangan kepada Tergugat I karena peralihan atau pelepasan hak tersebut tidak
dilakukan oleh Penggugat, maka objek sengketa a quo maka, demi hukum objek
sengketa a quo tersebut merupakan milik Penggugat secara sah.
8. Bahwa Aset Milik Tergugat I yang telah diajukan peruntukankanya berdasarkan
SIPPT No. 1634/1.711.5 tahun 1997. Luas : 17.315 M2. Atas nama PT. Cipta Piranti
Tehnik (tergugat I) telah di jual atau oper hak kepada PT. Astra Otopart, Tbk.
( tergugat II ) berupa Akta Jual Beli (AJB) Tanah serta Pengoperan Dan Penguasaan
Atas Tanah dengan “ Hak Prioritas” No. 1 tanggal 16 Oktober 2013 dibuat di
hadapan Notaris Sunjoto, SH. Namun dalam AJB tersebut tidak dijelaskan Dasar
Surat kepemilikan tanah Tergugat I.
9. Bahwa ketentuan mengenai prosedur untuk memperoleh SIPPT diatur dalam
Keputusan Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 11/3/11/1972
Tahun 1972 tentang Penyempurnaan Prosedur Permohonan Izin Membebaskan dan
Penunjukan/Penggunaan Tanah serta Prosedur Pembebasan Tanah dan Benda-benda
yang Ada di Atasnya untuk Kepentingan Dinas/Swasta di Wilayah Daerah Khusus
Ibukota Jakarta (“Kepgub No. 11/1972”). Bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 19
ayat (1) Kepgub No. 11/1972 menyebutkan bahwa SIPPT dapat diberikan oleh
Gubernur apabila 75% (tujuh puluh lima persen) dari luas tanah yang diberikan telah
dibebaskan oleh pemohon SIPPT. Dalam hal ini Penggugat telah menerangkan
dengan jelas bahwa Tergugat I tidak pernah melakukan pembebasan objek
sengketa a quo, serta Penggugat tidak pernah Menjual, menjaminkan atau
mengalihkan hak kepada Tergugat I.
10. Bahwa berdasrkan ketentuan Pasal 1 angka 12 Keputusan Gubernur Provinsi DKI
Jakarta Nomor 41 Tahun 2001 tentang Tata Cara Penerimaan Kewajiban dari Para
Pemegang SIPPT kepada Pemerintah Provinsi DKI Jakarta (“Kepgub No. 41/2001”)
SIPPT didefinisikan sebagai surat izin penunjukan penggunaan tanah yang diberikan
kepada para pengembang dalam rangka pengembangan suatu kawasan.
11. Bahwa dalam Kepgub No. 41/2001tersebut sudah jelas diterangkan bahwa setelah
SIPPT diperoleh, SIPPT tidak dapat dialihkan oleh pemegang SIPPT kepada pihak
lain dengan cara apapun baik mengelola, menjual, menggadaikan, menghibahkan,
dan/atau memindah tangankan pengelolaan.

Anda mungkin juga menyukai