TEOLOGI AGAMA-
AGAMA DAN
PLURALISME
Oleh :
BAB I
Pendahuluan
Praduga Awal
Adanya sifat universal agama-agama dunia terlihat dari kenyataan bahwa manusia
adalah oknum agamis, rational. Ini ternyata dari kenyataan bahwa tidak ada suku tanpa
agama. Dimana ada manusia disitu ada agama, hal ini bukan semata-mata karena
manusia dipengaruhi lingkungan, melainkan karena manusia memiliki hakekat
religious. (apakah itu berarti tidak ada orang atheist di dunia ini?)
Adanya agama sebagai kekuatan utama dalam hidup manusia dan merupakan prinsip
yang dominan.
Agama Sebagai
Physic Sosi Mora Aesthetic
“Diktat STT Real Batam” Page 1
2
3
Agama bagi orang timur adalah sasaran ataupun fondasi masyarakat. Semua fase
kultural saling bergantung (interpedence), saling berhubungan (interrelated) dan
dipenetarasi dan permiasi (menyerap mengembang) dengan oleh agama.
Pola hidup dunia barat
Keterga nt
Pengala m Kepercay a
Misteri Rahasi
Ritua Perantar
Ima Tujua
Kebutuha
Mystery, surga, nirwana, the absolut, atma (disebut Tuhan). Apabila semua unsur ini
ada disetiap agama apakah perbedaannya dengan kekristenan? Perbedaannya terletak pada
isi dan akibat dan sasaran (objek) agama. Kekristenan dinamakan agama wahyu (revelation
religion) yang berarti memiliki ajaran yang bersumber diwahyukan Allah, sedangkan
agama lain berakar pada masyarakat dan kebudayaan sekitarnya sehingga dinamakan
“Natural Religion”. Namun demikian adapula kesamaan-kesamaannya.
Teori ini mengatakan bahwa misi Kristen harus mencabut/ mengganti secara
menyeluruh agama-agama lain karena mereka berasal dari manusia semata.
Tokohnya adalah teolog De Wolf dan Hockings. Kekristenan adalah unik dan
benar. Agama lain salah dan keselamatan terletak diluar mereka.
Fulfillment (Pemenuhan)
Paham ini berpendapat bahwa kekritenan adalah pemenuhan kegenapan dari
pencarian agama-agama di dunia. Di dalam tiap-tiap agama adan kerinduan/
kehausan akan Allah. Tokohnya adalah J.N Farguhak dan N. Marchicol
berpendapat sebagaimana Kristus memenuhi pengharapan-pengharapan orang
Yahudi dalam Pl, Ia juga memenuhi pengharapan/kerinduan semua agama-agama.
Semua agama memiliki sedikit kebenaran, keKristenan lebih superior dan
memenuhi semua kekurangan agama-agama lain.
Roma 1 (discontinuity) “Allah membiarkan mereka” (ay. 24, 26, 28) Allah berhenti
menyatakan diri kepada mereka sesudah penekanan akan pernyataan dirinya. Israel
akan dipilih menjadi perantara, Roma pasal 2 Paulus mulai membicarakan prinsip-
prinsip pengadilan dan bukannya jalan keselamatan.
berbicara tentang apa yang mereka yakini dan percayai sejauh dapat diamati (fenomena).
Di sini, penilaian oleh pengamat dihindari dan keunikan tiap agama berusaha
dipertahankan. Gejala-gejala yang diperbandingkan hanya untuk memperdalam pengertian
dari gejala-gejala religius yang dipelajari.
Di dalam teologi agama-agama, penilaian terhadap agama lain dari perspektif
kekristenan tidak dapat dihindarkan. Akan tetapi, semangat yang mendasarinya bukan
semangat konfrontatif, melainkan justru bagaimana umat Kristen dan umat beragama
lainnya dapat hidup bersama secara harmonis di dalam konteks kemajemukan agama.
Metode
Di dalam teologi agama-agama, seseorang harus mulai dengan pemahaman yang
setia sekaligus kritis terhadap tradisi Kristen sendiri, lalu berupaya melihat agama yang
lain di dalam terang iman Kristen. Pemahaman tersebut dapat tercapai melalui metode
yang dapat dipertanggungjawabkan, seperti metode empiris, historis-kritis, filologis,
fenomenologis, dan lain-lain. Metode-metode tersebut dipakai untuk melihat tradisi
Kristen
BAB II
STUDI TENTANG AGAMA-AGAMA
Apakah Agama itu? Berbagai jawaban dan definisi bisa diberikan oleh orang
tergantung dari sudut mana mereka melihat agama itu. Secara sederhana ada yang
menyebutkan bahwa agama itu adalah: “kepercayaan akan mahluk-mahluk halus,” namun
yang lainnya mencoba memberikan definisi yang lebih komprehensip atau deskripsi
mengenai praktek-prakteknya.
Sejak berkembangnya agama pada masyarakat primitip, agama berkembang tanpa
manusia merasa perlu mendifinisikan artinya, namun sejak perkembangan ilmu
pengetahuan, manusia berusaha untuk mengerti hakekat agama yang sudah dianut manusia
sejak kehadiran manusia dimuka bumi itu. Beberapa pendekatan akan studi tentang agama-
agama yang dilakukan adalah antara lain sebagai berikut:
Ahli Antropologi menggambarkan keyakinan dan praktek agama seperti yang dapat
diamati dalam komunitas yang hidup. Agama dalam komunitas ini membantu
menyatukan orang-orang melalui pengalaman yang dilakukan bersama dan pemberian
makna pada kehidupan mereka. Agama menyediakan pola perilaku manusia, sering
sebagai tanggapan atas kesukaran hidup.
Ahli Sosiologi menekankan dimensi sosial dari ide-ide keagamaan. Agama
menyediakan jalan yang disepakati dalam melihat dunia ini. Ia memberikan kepada
setiap individu manusia rasa tentang makna dan tujuan hidup sosialnya.
Ahli Jiwa menjelaskan agama sebagai pemenuhan akan kebutuhan kejiwaan dalam
mengatasi konflik-konflik batin, dan bagaimana agama itu berperan dalam
kesejahteraan jiwa manusia itu.
Ahli Sejarah menjelaskan agama dalam hubungan kejadian-kejadian yang dihasilkan
kepercayaan dari dulu sampai sekarang.
Ahli Teologi berkenaan dengan agama dalam lingkungannya sendiri, mengenai perta-
nyaan apakah hal itu benar atau salah, dan bagaimana manusia menanggapi agama itu.
Ahli-ahli lain berusaha melihat perilaku beragama dan agama itu sendiri dalam
hubungan dengan disiplin ilmu pengetahuan masing-masing.
Dalam hubungan dengan realita baka yang dianggap suci itu umumnya orang-orang
memandangnya dengan hormat disertai larangan dan pantangan bila berhubungan
dengannya. Keyakinan demikian diiringi dengan keyakinan adanya kekuatan supranatural
khususnya kekuatan gaib/sihir/magi, atau ide-ide mengenai adanya mahluk halus, roh-roh,
setan, roh nenek moyang yang telah mati, atau dewa-dewi (gods) yang berasal atau berada
dalam realita yang suci tersebut.
Orang yang meletakkan dasar studi antropologi agama adalah Edward B. Taylor
yang mengatakan:
"esensi agama primitip adalah animisme, keyakinan akan mahluk halus, dan
keyakinan ini berasal dari penafsiran yang keliru tetapi konsisten tentang mimpi,
penglihatan, halusinasi, kesurupan, dan gejala-gejala yang sama."
“Diktat STTPRaenadl Banatgaamn” ini menuntun kepada sikap yang membedakan jiwa dari badan,
dimaPnaage 1
jiwa akan terus akan mengalami kehidupan sesudah mati karena dalam kenyataannya
1
mereka yang mati sering menampakkan diri dalam mimpi, membayang-bayangi mereka
yang masih hidup dalam ingatan dan penglihatan, dan mempengaruhi tujuan hidup
manusia, ini membawa kepada keyakinan akan setan dan roh-roh nenek moyang dan akan
kehidupan sesudah mati di alam lain.
"Kepercayaan Animistis melahirkan rasa takut dan rasa hormat terhadap banyak
macam gejala alami. Orang pun memuja tempat-tempat tertentu, sementara para
leluhur pun dikeramatkan dan diharapkan berkatnya."
“Diktat STTrRateuasl aBnataamga” ma suku bangsa yang terpencil sampai pada masa kini tidaklah
primPitaifge 1
dalam arti agama asali yang belum berkembang. Bangsa-bangsa ini mempunyai
1
ingatan tentang "Sang Hiang Tunggal", Sang Pencipta Allah Bapa yang lemah
lembut, Allah ini tidak lagi dipuja, sebab tidak ditakuti ... Dengan demikian kita
melihat bahwa evolusi agama yang mulai dari Animatisme primitif, tidak lagi dapat
diterima sebagai axioma (kenyataan), dan bahwa beberapa antropolog percaya
bahwa Monotheisme mungkin saja lebih primitif daripada Animisme."
Penelitian lebih lanjut antropologi modern dapat dijumpai dalam karya Sir James
Frazer. Ia mengemukakan adanya tiga masalah yang dihadapi oleh agama primitip, yaitu
hal-hal gaib/sihir/magi (magic) dan hubungannya dengan agama dan pengetahuan;
totemisme (penghormatan patung) dan aspek sosiologis keyakinan kuno; dan
kultus kesuburan dan tanam-tanaman.
Dalam buku 'The Golden Bough,' Frazer menunjukkan dengan jelas bahwa
animisme bukan satu-satunya keyakinan pada budaya primitip. Orang primitip berusaha
untuk menguasai alam untuk tujuan praktis, ini dilakukannya secara langsung melalui
upacara dan mantra, menguasai angin dan iklim, dan binatang dan panen agar mengkuti
kemauannya. Baru setelah usahanya menguasai alam ini mengalami kesulitan barulah
manusia mencari usaha meminta bantuan roh-roh yang lebih tinggi seperti setan, roh
nenek-moyang atau dewa-dewi. Disinilah Frazier membedakan antara kepercayaan Ilmu
Gaib (Magic, yaitu keyakinan bahwa manusia dapat menguasai alam) dan Agama
(Religion, yaitu pengakuan akan keterbatasan manusia dan pencarian kuasa yang lebih
tinggi darinya sejalan perkembangan pengetahuan).
Bagi Mircea Eliade "Baik bagi orang primitip atau masyarakat modern, yang suci
(sacred) itu disamakan dengan suatu kekuatan atau tenaga (power)" [/COLOR][6].
Kekuatan atau tenaga (power/force) yang diyakini oleh kebanyakan orang-orang primitip
sampai sekarang biasa disebut antara lain sebagai mana di Melanesia, arungquiltha di suku
Aborijin Australia, wakan/orenda/manitu yang diyakini orang-orang Indian Amerika dapat
ditemui secara universil di semua suku-suku primitip di dunia dimana Ilmu Gaib/Sihir
dipraktekkan.
Dari banyak pengamat antropologi agama, ditemukan dalam semua agama primitip
adanya keyakinan akan kekuatan (power/force) supranatural yang tidak berpribadi yang
menggerakkan semua hal yang ada disekitar kehidupan orang-orang dan juga dalam realita
“Diykatant
gSTsTucRie. aMl Baantaami”nilah dan bukan animisme yang merupakan esensi ilmu
gaib agama pPraag-e 1
animisme. Kepercayaan akan Mana yang juga sering disebut sebagai dinamisme
1
(dynamism) yang berasal dari istilah Melanesia dan secara umum kemudian digunakan
oleh para ahli antropologi.
Keberadaan Mana jelas diakui oleh semua ahli yang umumnya sepakat untuk
mempercayai bahwa Mana adalah kekuatan yang tidak berpribadi (impersonal power) .
Emile Durkheim dalam penelitiannya akan suku-suku Indian di Amerika mengemukakan
bahwa umumnya suku-suku itu mempercayai adanya 'kekuatan unggul' (pre-eminent
power) yang bisa dimanfaatkan, karenanya banyak yang kemudian menganggapnya
sebagai 'semacam dewa yang berkuasa' sehingga banyak yang menyebutnya sebagai 'roh
besar' (great spirit), tetapi dari penelitian suku-suku itu sendiri ternyata bahwa pernyataan
terakhir mengenai roh besar itu tidak didukung kenyataan.
1. Eksklusivisme
Hal senada, namun beda argumen disampaikan Kraemer, yang berpendapat bahwa
penyataan di dalam Yesus Kristus merupakan kriteria satu-satunya yang dengannya semua
agama-agama, termasuk agama Kristen, dapat dimengerti dan dinilai. Yesus Kristus
ditempatkan sebagai satu-satunya kriteria dalam memahami dan menilai agama-agama.
Penyataan umum diakui keberadaannya, teologi naturalis, tetapi tidak berdiri sendiri.
Penyataan umum itu harus terkait dalam penyataan diri Yesus. Titik tolak Kraemer
adalah “biblical realism” (kenyataan alkitabiah) yang mengandung dua hal: realitas
alkitabiah menunjuk pada kesaksian mendasar Alkitab tentang kemahakuasaan Allah dan
keberdosaan manusia yang diperhubungkan dengan inkarnasi Yesus Kristus; dan
pandangan mengenai agama-agama lain sebagai sistem yang meliputi segalanya, yang
masing-masing ditandai pemahaman-pemahaman tersendiri akan totalitas eksistensi. Sebab
itu, antara Injil dan agama-agama tidak ada kesinambungan.
2. Inklusivisme
3.Pluralisme
“Diktat STTKReetailgBaa,tpaman” dangan Pluralisme yang tergolong kontroversial dan baru.
PandanganPage 1
ini mengakui adanya kebenaran yang sama dalam agama-agama, meskipun berbeda-beda.
1
BAB III
MEMPELAJARI SEJARAH AGAMA HINDU, ASPEK MISTIKNYA DAN
PERKEMBANGANNYA DI INDONESIA
Agama India kuno sudah terdeteksi sejak sekitar tahun 3000-BC dan nama Hindu
adalah nama India dalam bahasa Persia, dan merupakan agama tradisi budaya yang
berkaitan dengan tanah India yang disebut sebagai The Mother India yang lebih
merupakan agama yang berorientasi kepada alam dan pertanian dan dapat dikatakan
sebagai 'percampuran sekte kultus, kebiasaan, ide-ide dan aspirasi' yang beragam dan
bervariasi di sekitar 700.000 desa.
India sebagai sebuah sub-benua saat ini memiliki penduduk sekitar 500 juta dan
terdiri dari bangsa Dravida di sebelah selatan yang umumnya hitam dan pendek, bangsa
Benggala di bagian timur laut yang coklat, dan bangsa Aria yang keturunan Persia di
sebelah utara yang umumnya bertubuh tinggi dan berkulit putih. Agama Hindu yang kuno
tidak mempunyai pendiri atau nabi, tidak mempunyai struktur organisasi agama, dan lebih
menekankan jalan hidup dan bukan pemikiran. Radhakrishnan mantan presiden India
menyebut 'agama Hindu sebagai kebudayaan dan bukan pengakuan iman.'\
keberadaan zat yang satu itu dalam diri manusia sebagai Atman, dan bahwa adanya
penyatuan zat manusia Atman dengan Brahman sebagai zat yang satu itu.
Orang-orang Suci
Sekalipun semula tidak mempunyai agama terstruktur dengan para imamnya
kemudian timbullahlah golongan Rishi (orang-orang suci) dan Sadhu (orang suci
pengelana/asketik) yang dianggap menjadi perantara antara dewa-dewi dengan manusia.
Mereka memberitakan jalan hidup kekekalan yang disebut sanata dharma. Kemudian
timbullah para Imam yang memimpin upacara suci di kuil-kuil dan memuncak pada abad
ke-VIII-BC. Pada abd ke-VI-V-BC timbullah pemberontakan akan agama imam dengan
berkembangnya agama Upanishad (mistik) seperti Buddhisme dan J ainisme. Hinduisme
mengalami kebangkitan kembali sekitar abad ke-III-BC sampai AD-III.
Tempat-tempat Suci
Tempat-tempat yang dianggap suci yang terutama adalah sungai Gangga yang
airnya dianggap sebagai lambang kehidupan dimana setiap hari orang melakukan mandi
suci, demikian juga kota suci Varanashi di tepi sungai Gangga yang dianggap akhir
kehidupan dimana yang mati dibakar dan abunya ditaburkan di sungai Gangga dan
Alahabad ditepi pertemuan sungai ini dengan sungai Yamuna dimana dalam 12 tahun
sekali diadakan festival mandi suci.
Kitab-kitab Suci
Agama Hindu kuno tidak memiliki kitab suci tetapi kemudian bangsa Aria yang
datang membawa Agama Aria menghasilkan kitab Veda (Vid = pengetahuan) yang
kemudian ada yang dinyanyikan (Rig Veda). Veda kemudian diakhiri dengan Vedanta
(akhir Veda) dalam bentuk kitab Upanishad dimana berkembang konsep
pantheisme/mistisime mengenai hakekat monisme Brahman - Atman. Pada kurun antara
abad ke-III-BC sampai AD-III kebangkitan Hinduisme menghasilkan kitab-kitab Sutra
yang merupakan perumusan pokok-pokok penting dari Veda dan Upanishad.
cerita suci agama yang disebut Ramayana (tentang rama dan Shinta) dan memuncak pada
akhir zaman III dimana terjadi perang habis-habisan yang dikisahkan dalam Mahabharata
(perang semesta antara kebaikan [pandhawa] dan kejahatan [asthina]). Dialog Arjuna dan
Krishna sebelum perang Kurusetra kemudian dinyanyikan dalam bentuk Bhagawat Gita.
Zaman IV menggambarkan keadaan kacau yang disebabkan perang Kurusetra yang
akhirnya dunia diperbaharui.
Jalan Keselamatan
Hinduisme mempercayai bahwa kehidupan di dunia merupakan perjalan ziarah
yang panjang melalui jalan samsara yang miliaran tahun lamanya melalui siklus roda
kehidupan (mandala) dan kelahiran kembali yang disebut sebagai reinkarnasi atau
transmigrasi jiwa. Melalui jalan bhakti (devosi), jnana (pengetahuan), dan karma
(perbuatan) manusia berusaha melepaskan diri dari siklus karmanya menuju kelepasan
yang disebut moksa. Jalan ini juga biasa diisi dengan pertarakan (asketisme) dan
penggunaan mantra, dan kemudian setelah adanya Upanishad berkembanglah jalan Yoga
(meditasi).
Jalan keselamatan secara umum digambarkan sebagai melalui empat zaman yang
pada akhir zaman ke-III disi dengan cerita Mahabharata dan memasuki perang semesta
Kuruserta pada zaman ke-empat menuju kehancuran dan kemudian dunia diperbaharui.
Komunitas Umat
U m a t H i nd” u identik dengan penduduk India, karena itu kehidupan
“Diktat STT R ea l Ba ta m
berkomuniPtaasge 1
penduduk juga merupakan kehidupan komunitas umat Hindu. Dalam Veda manusia dibagi
2
empat golongan yaitu Brahmana (imam), Ksatrya (penguasa), Waisha (pengusaha) dan
Sudra (rakyat pekerja). Ada juga yang menambahkan dengan kelompok terhina dan
tersingkirkan yang disebut Pariah.
YOGA
“Diktat STT Real Batam” Page 1
2
Cara praktis penyatuan aku (jiwa) atman ke Realitas Brahman ini dilakukan melalui
Yoga. Pelaku Yoga biasa disebut yogi. Yoga merupakan salah satu jalan keselamatan
dalam Hinduisme, yaitu cara untuk mencapai Moksa atau Kelepasan. Yoga berarti usaha
mendisiplin diri untuk 'merealisasikan kehadiran Tuhan dalam diri,' tetapi Yoga dapat juga
berarti suatu 'usaha mengatur kekuatan alam dan roh,' dan juga sebagai usaha 'penyatuan
diri dengan zat ilahi.'
"Kata 'Yoga' berasal dari bahasa Sansekerta Yuj, yang berarti 'untuk mengaitkan,
menggabungkan, mempersatukan,' dan ghan, yang mengacu kepada 'penggabungan atau
penyatuan total'. Secara harfiah, definisi yoga adalah untuk 'bergabung dan bersatu secara
percuma.' Nah, apa saja yang diusahakan yogi untuk digabungkan dan dipersatukan atau
persatuan? Jawabannya terletak pada konsep tiga unsur manusia yang diyakini dalam
agama India kuno. Bagi mereka, manusia terdiri atas tiga bagian, yaitu pikiran, tubuh, dan
jiwa. Tujuan akhir seorang siswa yang melakukan praktek yoga adalah untuk
mempersatukan ketiga unsur tersebut dan mencapai persatuan dengan 'Sang Tuhan' atau
'Pikiran Alam Semesta'."
Sekalipun membangun keluarga dan menikmati kesejahteraan duniawi dibolehkan
dalam agama Hindu, dalam diri banyak orang India:
"Satu-satunya keinginan yang berapi-api adalah melepaskan diri dari dunia dan
hanya berfikir untuk menyatu dengan Brahman ... Para yogi menyangkali selera
mereka dan beberapa dikatakan dapat menghentikan detak jantungnya selama satu
menit dan menahan nafas sampai berjam-jam ... Pada tingkat yang paling tinggi,
bila seorang yogi telah melepaskan diri dari semua indera rasanya, ia berada di atas
keluarga, kasta, negara, ibadat agama, baik dan jahat, waktu dan ruang, dan di atas
diri sendiri karena ia menjadi satu dengan Tuhan."
Ada berbagai jalan yang ditempuh dalam Yoga, yaitu (i) Bhakti Yoga dilakukan
melalui cinta dan pengabdian; (ii) Karma Yoga dilakukan dengan pengorbanan diri dan
perbuatan baik; (iii) J nana Yoga melalui ilmu pengetahuan untuk mengerti kebenaran
hidup; (iv) Raja Yoga melalui meditasi mistik (kebatinan) untuk menemukan diri (self)
manusia terdalam; dan (v) Hatha Yoga melalui gerak dan hidup (pernafasan). Posisi dan
gerak tubuh tertentu dianggap sebagai jalan menuju kesempurnaan pula.
“Diktat STTSReemaluBaatajaml”an itu ditujukan untuk menuju keadaan bersatunya roh diri
manuPsaiage 1
(Atman) dengan roh ilahi/roh semesta (Brahman) itu, atau persatuan mikro kosmos dengan
2
sumbernya makro kosmos, yaitu persatuan jiwa manusia dengan jiwa alam sebagai
kelepasan. Beberapa cara yang dilakukan dalam Yoga adalah sebagai berikut: (i) Yama,
yaitu penyangkalan diri; (ii) Niyama, yaitu tingkah laku moral; (iii) Asanas, yaitu sikap
atau postur tubuh; (iv) Pranayama, yaitu pengaturan pernafasan; (v) Pratyahara, yaitu
penguasaan indera; (vi) Dharana, yaitu pengaturan fikiran untuk dikonsentrasikan kepada
obyek; (vii) Dhyana, yaitu meditasi dalam, dan (viii) Samadhi, yaitu pencapaian kesadaran
jati diri tertinggi.
Bila ke-delapan jalan itu telah berhasil dicapai, maka tercapailah pencerahan/
kelepasan/ keselamatan. Dalam praktek Yoga juga dilakukan pengucapan mantra (kata-
kata suci/berkhasiat) Om- Ram, dan sasaran dari latihan Yoga adalah untuk
membangkitkan Kundalini yaitu kekuatan ilahi yang sedang tidur dalam diri manusia yang
berbentuk seperti ular, karena itu disebut juga sebagai Kekuatan Ular.
Dalam Yoga dipercaya bahwa tubuh manusia dibungkus oleh sinar yang disebut
sebagai Aura, dan tubuh manusia dianggap mempunyai 7 Chakra.
"tubuh manusia terdiri atas dua bagian yang terpisah: bagian fisik yang dapat
disentuh dan dilihat serta bagian spiritual atau bagian eterik yang tidak tampak.
Untuk menjaga kesehatan tubuh yang baik, para murid okultisme bertujuan
memapankan aliran energi yang baik antara kedua bagian tersebut. Dalam usaha
mencapai tujuan ini, orang diharuskan mengendalikan gerbang-gerbang di antara
kedua tubuh ini. Gerbang -gerbang ini disebut chakra. Chakra atau 'roda' ini
merupakan sisi -sisi energi yang berputar dan berlokasi di tujuh tempat berbeda di
seluruh tubuh manusia."
Melalui latihan postur dan gerak, kekuatan Kundalini dapat dibangunkan dan naik
ke otak untuk mencapai Samadhi dan Kebebasan, dan kemudian Yogi itu akan
mendapatkan kekuatan batin dan hidup langgeng selama disukainya.
"Kundalini adalah Kekuatan Ilahi yang sedang tidur, tergulung dalam suatu
makhluk, 2 jari di atas lubang pantat dan 2 jari di bawah kemaluan, itulah tempat
Muladhara Chakra. Di sini letaknya Devi Kundalini yang luhur. Ia menggulung
dirinya tiga setengah kali seperti seekor ular. Karena itu dikatakan "Kekuatan Ular"
(Serpent Power). Ia merupakan kekuatan dalam mulut Sushumna Nadi dengan
naik ke atas dan bersatu dengan Siva di Sahasrara Chakra (letaknya di otak)
mengakibatkan keadaan Samadhi dan Kebebasan. Kemudian Yogi itu mendapatkan
8 macam Siddhis (kekuatan batin) besar dan 32 macam Siddhis kecil. Ia boleh
hidup selama ia suka."
Dari kutipan di atas kita dapat melihat bahwa usaha 'membangkitkan Kundali'
dalam Yoga bukan sekedar untuk mencari ketenangan dan kebahagiaan sempurna tetapi
juga untuk mencapai keilahian yang penuh dan dapat menentukan kehidupannya sendiri.
Yoga adalah jalan keselamatan bersatunya aku (jiwa) manusia (Atman) kepada sumbernya
Realistas Brahman.
Postur/sikap tubuh dalam meditasi Yoga yang terkenal berbentuk Lotus (seperti
piramid) dan Cobra dan ada gerakan Yoga yang merupakan penyembahan Matahari,
seperti yang dengan jelas terlihat dalam gerak Surya Namaskar.
Moderniasi ajaran Hindu, khususnya latihan Yoga juga terjadi pada abad ke-XX,
dan salah satunya yang terkenal menamakan dirinya sebagai Transcendental Meditation
(TM), yang merupakan moder-nisasi meditasi Hindu yang coba diilmiahkan agar
memenuhi gengsi rasionalisme dunia Barat.
Maharishi Mahesh Yogi dari India mem-perkenalkan latihan ini di Amerika Serikat
pada tahun 1959, dan membentuk organisasi bernama International Meditation Society,
dan bahkan begitu meluas sehingga sempat diresmikan prakteknya di sekolah-sekolah
karena manfaatnya dalam membantu membebaskan pecandu obat bius, tetapi karena
kemudian dapat dibuktikan bahwa TM berbau agama Hindu, maka kegiatannya di sekolah-
sekolah umum dibatasi. Maharishi mulai terkenal di tahun 1950-an ketika menjadi guru
kebatinan pemusik pop The Beatles.
Daya tarik TM adalah karena tidak menyebut dirinya sebagai aliran agama, dan
menawarkan relaksasi badan dan menenangkan pikiran, peningkatan kemampuan mental,
dan pengembangan kepribadian, tetapi dalam prakteknya terlihat bahwa TM tidak lain
adalah suatu bentuk latihan meditasi Hinduisme termasuk pembacaan ayat-ayat dari Kitab
Veda dan Bhagawad Gita, buku-buku suci Hindu, maupun pengucapan mantra-mantra
dalam latihan.
bahwa beberapa dewa-dewi yang di India, pusat agama Hindu yang kurang mendapat
tempat terhormat, di Indonesia bisa menjadi penting setelah mengalami sinkretisasi dengan
dewa-dewi tradisi. Syiwa di Indonesia disembah dalam berbagai bentuk, terutama bentuk
Mahadewa dengan empat tangan. Di sini kita dapat melihat adanya perubahan peran dan
sifat-sifat dewa-dewi Hindu yang berbeda dengan peran dan sifat-sifat mereka di tanah
airnya sendiri India.
C.1. Brahmanisme
Hindusime dikenal di Indonesia melalui kontak-kontak dagang dengan India dan
jejak-jejaknya dikenal di Kalimantan Timur (Kutai, abad - 4), Bali dan Jawa Barat
(Purnawarman, abad - 5). Para raja di daerah-daerah itu mulai memasukkan unsur-unsur
Hindu misalnya dalam istana, bahkan lingkunga istana mulai memasukkan para brahman
untuk memimpin upacara-upacara agama.
Lama kelamaan, dengan dukungan kerajaan, agama Hindu itu mulai mempengaruhi
kerajaan-kerajaan pedalaman di Jawa Tengah sekitar abad-abad - 8-9 (Candi Dieng [750]
& Prambanan [856]), dan di Jawa Timur pada abad - 10 dan memuncak pada kerajaan
Majapahit di abad - 14 yang kemudian memasukkan Hinduisme ke Bali. Para Brahman dan
rahib India berdatangan.
Pengaruh Buddhisme juga masuk ke Sumatera Selatan dimana pada abad -7
kerajaan Sriwijaya adalah kerajaan Buddhis yang terkenal. Baik agama Hindu maupun
Buddhis sesuai semangat sinkretisme di Indonesia bercampur dan sejak itu terjadi
pergerakan para imam, rahib dan pengelana, dari Jawa dan Sumatera dan pusat-pusat
kerajaan Hindu dan Buddha lainnya.
Para Brahman berperan memimpin upacara kerajaan yang sudah terpengaruh
agama Hindu. Para Brahman itu juga rnendapat tugas untuk menjaga hubungan para raja
dengan nenek moyang mereka agar memperoleh kekuatan, dan mengkaitkan tahta mereka
dengan dewa-dewi Hindu dan Buddha. Beberapa imam Hindu dan Buddha rnemiliki
kedudukan tinggi di istana dan sering mewakili para raja dalarn memutuskan kasus-kasus
pengadilan. Mereka menggunakan kitab hukum India tetapi menyesuaikan dengan adat-
istiadat dan situasi lokal.
Penyesuaian model dan selera India ke dalam kebutuhan lokal menjadi tanda yang
jelas pada budaya klasik di kerajaan-kerajaan Jawa. Atribut dan nama-nama dewa-dewi
“DiHktiant dSuTTdRibeaelrBikaatanm”kepada roh-roh setempat. Roh padi dicampurkan dengan
isteri WisPnauge 1
menjadi Dewi Sri, dewi kemakmuran. Roh-roh penunggu gunung yang dipercayai
2
penduduk Jawa bercampur dengan konsep Hindu mengenai pusat dunia dan menjadikan
Gunung Meru sebagai tempat kediaman para dewa-dewi.
Buku-buku undang-undang, filsafat, dan upacara India dipelajari dan diberikan
penafsiran dan diterjemahkan ke dalam bahasa Jawa. Cerita-cerita kepahlawanan (epik)
India yang besar juga diberi jubah Jawa, seperti Mahabarata sudah diterjemahkan dari
bahasa Sansekerta pada abad - 10. Mitologi yang kaya itu mempengaruhi lagu-lagu istana
(kakawin) dan wayang jawa (wayang purwa).
C.2. Agama Rakyat
Di luar para Brahman di istana, tinggal para pertapa hutan dimana para asketik dan
mistik melakukan sihir, astrologi, pengusiran roh jahat, dan mencari kesaktian supra-
natural. Disamping itu, bagi rakyat jelata juga terbuka kesempatan melakukan upacara
kepada dewa-dewi, memberikan sesajen pada para brahman, terutama pada bulan purnama,
mengucapkan sumpah dan melakukan upacara -upacara tertentu untuk mencapai
keselamatan.
Upacara yang terkenal adalah upacara malam dewa Syiwa. Upacara ini mulai
dipopulerkan di India pada abad - 15, dan kemudian menyebar ke Jawa dan Bali. Mereka
yang bergadang semalam suntuk pada malam tanpa bulan dan mengurapi lingga-Syiwa
dengan air suci dan dedaunan, akan memperoleh kehidupan sesudah mati yang cerah
bersama dewa syiwa. Begitu kuatnya upacara itu sehingga dipercayai dapat menghapuskan
dosa yang paling besar pun.
Dosa bukan saja karena perbuatan jahat, tapi juga pekerjaan kotor, status sosial
yang rendah, dan sifat pribadi yang jelek ikut berperan. Pemburu yang miskin, karena
perannya dalam menghilangkan nyawa binatang akan mengalami nasib yang jelek. Sekali
pun pemburu itu melakukan perbuatan baik, namun statusnya sebagai pemburu merugikan
dia, tetapi bila ia melakukan upacara yang paling suci, itu dapat menyucikan dia dari dosa.
Masyarakat dianggap terdiri dari kelas-kelas, Brahman, Ksatria, Waisya, dan Sudra,
dan ditambah kelas chandalas yaitu mereka yang memiliki pekerjaan kotor. Di Jawa dan
Bali upacara sosial ini diikuti tetapi perbedaan atas kasta tidak. Waktu dianggap sebagai
kekal dan bergerak dalam siklu-siklus yang tidak berkesudahan melalui empat zaman dan
sekarang memasuki zaman ke-4 yaitu zaman Kali. Kebenaran harus dilakukan untuk
mencapai zaman keemasan.
“Diktat STT Real Batam” Page 1
2
Agama Hindu Dharma adalah agama upacara, umat pada umumnya tidak berbicara
mengenai teologi namun setia menjalankan upacara agama sesuai petunjuk para imam.
Kepercayaan akan kehidupan reinkarnasi itu disertai upacara nga ben (pembakaran mayat
keluarga kaya). Mereka yang terpelajar mencari pengertian mengenai dewa-dewi lokal dan
ikatannya dengan sesama dewa. Sebagai contoh dewa Batara di danau batur adalah saudara
dewa Batara di gunung Agung, padahal keduanya berasal dari dewa-dewi Jawa kuno.
Untuk menjaga Bali, Dewa Jawa (Sang Hyang Pasupati) mengirimkan 7 anak-anaknya ke
Bali yang kemudian menjadi dewa-dewi lokal.
BAB IV
AGAMA BUDDHA
Agama Buddha adalah sebuah agama dan filsafat yang berasal dari anak benua
India dan meliputi beragam tradisi kepercayaan, dan praktik yang sebagian besar
berdasarkan pada ajaran yang dikaitkan dengan Siddhartha Gautama, yang secara umum
dikenal sebagai Sang Buddha (berarti “yang telah sadar” dalam bahasa Sanskerta dan Pali).
Sang Buddha hidup dan mengajar di bagian timur anak benua India dalam beberapa waktu
antara abad ke-6 sampai ke-4 SEU (Sebelum Era Umum).
Beliau dikenal oleh para umat Buddha sebagai seorang guru yang telah sadar atau
tercerahkan yang membagikan wawasan-Nya untuk membantu makhluk hidup mengakhiri
ketidaktahuan/kebodohan (avidyā), kehausan/napsu rendah (taṇhā), dan penderitaan
(dukkha), dengan menyadari sebab musabab saling bergantungan dan sunyatam dan
mencapai Nirvana (Pali: Nibbana).
Setiap aliran Buddha berpegang kepada Tripitaka sebagai rujukan utama karena
dalamnya tercatat sabda dan ajaran sang hyang Buddha Gautama. Pengikut-pengikutnya
kemudian mencatat dan mengklasifikasikan ajarannya dalam 3 buku yaitu Sutta
Piṭaka (kotbah-kotbah Sang Buddha), Vinaya Piṭaka (peraturan atau tata tertib para
bhikkhu) dan Abhidhamma Piṭaka (ajaran hukum metafisika dan psikologi).
Ungkapan di atas adalah pernyataan dari Buddha yang terdapat dalam Sutta Pitaka,
Udana VIII : 3, yang merupakan konsep Ketuhanan Yang Mahaesa dalam agama Buddha.
Ketuhanan Yang Mahaesa dalam bahasa Pali adalah Atthi Ajatang Abhutang Akatang
Asamkhatang yang artinya "Suatu Yang Tidak Dilahirkan, Tidak Dijelmakan, Tidak
Diciptakan dan Yang Mutlak".
Dalam hal ini, Ketuhanan Yang Maha Esa adalah suatu yang tanpa aku (anatta),
yang tidak dapat dipersonifikasikan dan yang tidak dapat digambarkan dalam bentuk apa
pun. Tetapi dengan adanya Yang Mutlak, yang tidak berkondisi (asamkhata) maka
manusia yang berkondisi (samkhata) dapat mencapai kebebasan dari lingkaran kehidupan
(samsara) dengan cara bermeditasi.
Dengan membaca konsep Ketuhanan Yang Maha Esa ini, kita dapat melihat bahwa
konsep Ketuhanan dalam agama Buddha adalah berlainan dengan konsep Ketuhanan yang
diyakini oleh agama-agama lain. Perbedaan konsep tentang Ketuhanan ini perlu ditekankan
di sini, sebab masih banyak umat Buddha yang mencampur-adukkan konsep Ketuhanan
menurut agama Buddha dengan konsep Ketuhanan menurut agama-agama lain sehingga
banyak umat Buddha yang menganggap bahwa konsep Ketuhanan dalam agama Buddha
adalah sama dengan konsep Ketuhanan dalam agama-agama lain.
Bila kita mempelajari ajaran agama Buddha seperti yang terdapat dalam kitab suci
Tripitaka, maka bukan hanya konsep Ketuhanan yang berbeda dengan konsep Ketuhanan
dalam agama lain, tetapi banyak konsep lain yang tidak sama pula. Konsep-konsep agama
Buddha yang berlainan dengan konsep-konsep dari agama lain antara lain adalah konsep-
konsep tentang alam semesta, terbentuknya Bumi dan manusia, kehidupan manusia di alam
semesta, kiamat dan Keselamatan atau Kebebasan.
Di dalam agama Buddha tujuan akhir hidup manusia adalah mencapai kebuddhaan
(anuttara samyak sambodhi) atau pencerahan sejati dimana satu makhluk tidak perlu lagi
mengalami proses tumimbal lahir. Untuk mencapai itu pertolongan dan bantuan pihak lain
tidak ada pengaruhnya. Tidak ada dewa - dewi yang dapat membantu, hanya dengan usaha
sendirilah kebuddhaan dapat dicapai. Buddha hanya merupakan contoh, juru pandu, dan
guru bagi makhluk yang perlu melalui jalan mereka sendiri, mencapai pencerahan rohani,
dan melihat kebenaran & realitas sebenar-benarnya.
Selain nilai-nilai moral di atas, agama Buddha juga amat menjunjung tinggi karma
sebagai sesuatu yang berpegang pada prinsip sebab akibat. Kamma (bahasa Pali) atau
Karma (bahasa Sanskerta) berarti perbuatan atau aksi. Jadi ada aksi atau karma baik dan
ada pula aksi atau karma buruk.
Saat ini, istilah karma sudah terasa umum digunakan, namun cenderung diartikan
secara keliru sebagai hukuman turunan/hukuman berat dan lain sebagainya. Guru Buddha
dalam Nibbedhika Sutta; Anguttara Nikaya 6.63 menjelaskan secara jelas arti dari kamma:
”Para bhikkhu, cetana (kehendak)lah yang kunyatakan sebagai kamma. Setelah
berkehendak, orang melakukan suatu tindakan lewat tubuh, ucapan atau pikiran.”
Jadi, kamma berarti semua jenis kehendak (cetana), perbuatan yang baik maupun
buruk/jahat, yang dilakukan oleh jasmani (kaya), perkataan (vaci) dan pikiran (mano),
yang baik (kusala) maupun yang jahat (akusala). Kamma atau sering disebut sebagai
“DiHktuatkSuTmT RKeaalmBmataamm” erupakan salah satu hukum alam yang berkerja
berdasarkan prinPsiapge 1
sebab akibat. Selama suatu makhluk berkehendak, melakukan kamma (perbuatan) sebagai
3
sebab maka akan menimbulkan akibat atau hasil. Akibat atau hasil yang ditimbulkan dari
kamma disebut sebagai Kamma Vipaka.
C. Aliran Buddha
Ada beberapa aliran dalam agama Buddha:
1. Buddha Theravada
2. Buddha Mahayana: Zen
3. Buddha Vajrayana
Buddha Mahayana
Patung Buddha Tian Tan. Vihara Po Lin, pulau Lantau, Hong Kong
Buddha Amitabha dimana mereka tidak perlu lagi mengalami proses reinkarnasi dan dari
sana menolong semua makhluk hidup yang masih menderita di bumi.
Mereka mempercayai mereka akan lahir semula di Sorga Barat untuk menunggu
saat Buddha Amitabha memberikan khotbah Dhamma dan Buddha Amitabha akan
memimpin mereka ke tahap mencapai 'Buddhi' (tahap kesempurnaan dimana kejahilan,
kebencian dan ketamakan tidak ada lagi). Ia merupakan pemahaman Buddha yang paling
disukai oleh orang Tionghoa.
Seorang Buddha bukannya dewa atau makhluk suci yang memberikan
kesejahteraan. Semua Buddha adalah pemimpin segala kehidupan ke arah mencapai
kebebasan daripada kesengsaraan. Hasil amalan ajaran Buddha inilah yang akan membawa
kesejahteraan kepada pengamalnya.
Menurut Buddha Gautama , kenikmatan Kesadaran Nirwana yang dicapainya di
bawah pohon Bodhi, tersedia kepada semua makhluk apabila mereka dilahirkan sebagai
manusia. Menekankan konsep ini, aliran Buddha Mahayana khususnya merujuk kepada
banyak Buddha dan juga bodhisattva (makhluk yang tekad "committed" pada Kesadaran
tetapi menangguhkan Nirvana mereka agar dapat membantu orang lain pada jalan itu).
Dalam Tipitaka suci - intipati teks suci Buddha - tidak terbilang Buddha yang lalu dan
hidup mereka telah disebut "spoken of", termasuk Buddha yang akan datang, Buddha
Maitreya .
Buddha Theravada
Aliran Theravada adalah aliran yang memiliki sekolah Buddha tertua yang tinggal
sampai saat ini, dan untuk berapa abad mendominasi Sri Langka dan wilayah Asia
Tenggara (sebagian dari Tiongkok bagian barat daya, Kamboja, Laos, Myanmar, Malaysia,
Indonesia dan Thailand) dan juga sebagian Vietnam. Selain itu populer pula di Singapura
dan Australia. Theravada berasal dari bahasa Pali yang terdiri dari dua kata yaitu thera dan
vada. Thera berarti sesepuh khususnya sesepuh terdahulu, dan vada berarti perkataan atau
ajaran. Jadi Theravada berarti Ajaran Para Sesepuh.
Istilah Theravada muncul sebagai salah satu aliran agama Buddha dalam
Dipavamsa, catatan awal sejarah Sri Lanka pada abad ke-4 Masehi. Istilah ini juga tercatat
dalam Mahavamsa, sebuah catatan sejarah penting yang berasal dari abad ke-5. Di yakini
“DiTkthaet rSaTvTaRdaealmBeartaump”akan wujud lain dari salah satu aliran agama Buddha
terdahulu yaPitauge 1
Sthaviravada (Bahasa Sanskerta: Ajaran Para Sesepuh) , sebuah aliran agama Buddha awal
3
yang terbentuk pada Sidang Agung Sangha ke-2 (443 SM). Dan juga merupakan wujud
dari aliran Vibhajjavada yang berarti Ajaran Analisis (Doctrine of Analysis) atau Agama
Akal Budi (Religion of Reason).
Sejarah
Sejarah Theravada tidak lepas dari sejarah Buddha Gautama sebagai pendiri agama
Buddha. Setelah Sang Buddha parinibbana (543 SM), tiga bulan kemudian diadakan
Sidang Agung Sangha (Sangha Samaya).
Diadakan pada tahun 543 SM (3 bulan setelah bulan Mei), berlangsung selama 2
bulan Dipimpin oleh Y.A. Maha Kassapa dan dihadiri oleh 500 orang Bhikkhu yang
semuanya Arahat. Sidang diadakan di Goa Satapani di kota Rajagaha. Sponsor sidang
agung ini adalah Raja Ajatasatu. Tujuan Sidang adalah menghimpun Ajaran Sang Buddha
yang diajarkan kepada orang yang berlainan, di tempat yang berlainan dan dalam waktu
yang berlainan. Mengulang Dhamma dan Vinaya agar Ajaran Sang Buddha tetap murni,
kuat, melebihi ajaran-ajaran lainnya. Y.A. Upali mengulang Vinaya dan Y.A. Ananda
mengulang Dhamma.
Sidang Agung Sangha ke-2, pada tahun 443 SM , dimana awal Buddhisme mulai
terbagi menjadi 2. Di satu sisi kelompok yang ingin perubahan beberapa peraturan minor
dalam Vinaya, di sisi lain kelompok yang mempertahankan Vinaya apa adanya. Kelompok
yang ingin perubahan Vinaya memisahkan diri dan dikenal dengan Mahasanghika yang
merupakan cikal bakal Mahayana. Sedangkan yang mempertahankan Vinaya disebut
Sthaviravada.
Sidang Agung Sangha ke-3 (313 SM), Sidang ini hanya diikuti oleh kelompok
Sthaviravada. Sidang ini memutuskan untuk tidak mengubah Vinaya, dan Moggaliputta
Tissa sebagai pimpinan sidang menyelesaikan buku Kathavatthu yang berisi
penyimpangan-penyimpangan dari aliran lain. Saat itu pula Abhidhamma dimasukkan.
Setelah itu ajaran-ajaran ini di tulis dan disahkan oleh sidang. Kemudian Y.M. Mahinda
(putra Raja Asoka) membawa Tipitaka ini ke Sri Lanka tanpa ada yang hilang sampai
sekarang dan menyebarkan Buddha Dhamma di sana. Di sana ajaran ini dikenal sebagai
Theravada.
Kitab suci Buddhisme
Kitab Suci yang dipergunakan dalam agama Buddha Theravada adalah Kitab Suci
“DiTktraitpSitTaTkaReyaal nBgatadmik”enal sebagai Kanon Pali (Pali Canon). Kitab suci Agama
Buddha yaPnagge 1
paling tua, yang diketahui hingga sekarang, tertulis dalam Bahasa Pali/Magadhi Kuno,
3
yang terbagi dalam tiga kelompok besar (yang disebut sebagai "pitaka" atau "keranjang")
yaitu: Vinaya Pitaka, Sutta Piṭaka, dan Abhidhamma Pitaka. Karena terdiri dari
tiga kelompok tersebut, maka Kitab Suci Agama Buddha dinamakan Tipitaka (Pali).
D. Ajaran Buddhisme
Empat Kebenaran
Mulia
Ajaran dasar Buddhisme dikenal sebagai Empat Kebenaran Mulia, yang meliputi:
1. Dukkha Ariya Sacca (Kebenaran Arya tentang Dukkha),
Dukha ialah penderitaan. Dukha menjelaskan bahwa ada lima pelekatan kepada dunia
yang merupakan penderitaan. Kelima hal itu adalah kelahiran, umur tua, sakit, mati,
disatukan dengan yang tidak dikasihi, dan tidak mencapai yang diinginkan.
2. Dukkha Samudaya Ariya Sacca (Kebenaran Ariya tentang Asal Mula
Dukkha), Samudaya ialah sebab. Setiap penderitaan pasti memiliki sebab,
contohnya: yang menyebabkan orang dilahirkan kembali adalah adanya keinginan
kepada hidup.
3. Dukkha Nirodha Ariya Sacca (Kebenaran Ariya tentang Terhentinya Dukkha),
Nirodha ialah pemadaman. Pemadaman kesengsaraan dapat dilakukan dengan
menghapus keinginan secara sempurna sehingga tidak ada lagi tempat untuk
keinginan tersebut.
4. Dukkha Nirodha Ariya Sacca (Kebenaran Ariya tentang Jalan yang
Menuju Terhentinya Dukkha).
Marga ialah jalan kelepasan. Jalan kelepasan merupakan cara-cara yang harus
ditempuh kalau kita ingin lepas dari kesengsaraan. Delapan jalan kebenaran akan dibahas
lebih mendalam pada pokok pembahasan yang selanjutnya.
Inti ajaran Buddha menjelaskan bahwa hidup adalah untuk menderita. Jika di dunia
ini tidak ada penderitaan, maka Buddha pun tidak akan menjelma di dunia. Semua hal yang
terjadi pada manusia merupakan wujud dari penderitaan itu sendiri. Saat hidup, sakit,
dipisahkan dari yang dikasihi dan lain-lain, merupakan wujud penderitaan seperti yang
sudah dijelaskan diatas. Bahkan kesenangan yang dialami manusia, dianggap sebagai
sumber penderitaan karena tidak ada kesenangan yang kekal di dunia ini.
Kesenangan atau kegirangan bergantung kepada ikatannya dengan sumber
“DikketasteSnTaTngRaenalnByaataimtu”,padahal sumber kesenangan tadi berada di luar diri
manusia. SumbPearge 1
itu tidak mungkin dipengang atau diraba oleh manusia, karena tidak ada sesuatu yang tetap
3
berada. Semua penderitaan disebabkan karena kehausan. Untuk menerangkan hal ini
diajarkanlah yang disebut pratitya samutpada, artinya pokok permulaan yang
bergantungan. Setiap kejadian pasti memiliki keterkaitan dengan pokok permulaan yang
sebelumnya. Ada 12 pokok permulaan yang menjadi fokus pratitya samutpada.
1. Percaya yang benar (Samma ditthi). Sraddha atau iman yang terdiri dari “percaya yang
benar” ini memberikan pendahuluan yang terdiri dari: Percaya dan menyerahkan diri
kepada Buddha sebagai guru yang berwenang mengajarkan kebenaran, percaya
menyerahkan diri kepada dharma atau ajaran buddha, sebagai yang membawanya
kepada kelepasan, dan percaya setelah menyerahkan diri kepada jemaat sebagai jalan
yang dilaluinya. Sila yaitu usaha untuk mencapai moral yang tinggi.
2. Maksud yang benar (Samma sankappa), merupakan hasil “percaya yang benar” yakin
bahwa jalan petunjuka budha adalah jalan yang benar
3. Kata-kata yang benar (Samma vaca), maksudnya orang harus menjauhkan diri dari
kebohongan dan membicarakan kejahatan orang lain, mengucapkan kata-kata yang
kasar, serta melakukan percakapan yang tidak senonoh.
4. Perbuatan yang benar (Samma kammanta), maksudnya bahwa dalam segala perbuatan
orang tak boleh mencari keuntungan sendiri.
5. Hidup yang benar (Samma ajiva), maksudnya secara lahir dan batin orang harus murni
atau bebas dari penipuan diri
6. Usaha yang benar (Samma vayama), maksudnya seperti pengawasan hawa nafsu agar
jangan sampai terjadi tabiat-tabiat yang jahat.
7. Ingatan yang benar (Samma sati), maksudnya pengawasan akal, rencana atau emosi
yang merusak kesehatan moral
8. Semadi yang benar (Samma samadhi). Semadi itu sendiri terbagi menjadi 2 bagian
yaitu persiapan atau upcara semadi dan semadinya sendiri. Persiapan atau upacara
“Diktat sSeTmT aRdeialiBniatamma”ksudnya kita harus merenungi kehidupan dalam agamannya
sepertPi a7ge 1
jalan kebenaran yang dibahas tadi dengan empat bhawana,yaitu: metta (persahabatan
3
yang universal), karuna (belas kasih yang universal), mudita (kesenangan dalam
keuntungan dan akan segala sesuatu), dan upakkha (tidak tergerak oleh apa saja yang
menguntungkan diri sendiri, teman, musuh dan sebagainya. Sesudah merenungkan hal-
hal tersebut barulah masuk kedalam semadi yang sebenarnya dalam 4 tingkatan yaitu:
mengerti lahir dan batinnya, mendapatkan damai batiniahnya, menghilangkan
kegirangannya sehingga menjadi orang yang tenang, sampai akhirnya sukha dan dukha
lenyap dari semuanya, dan rasa hatinya disudikan. Dengan demikianlah orang sampai
pada kelepasan dari penderitaan.
Secara umum sama dengan aliran agama Buddha lainnya, Theravada mengajarkan
mengenai pembebasan akan dukkha (penderitaan) yang ditempuh dengan menjalankan sila
(kemoralan), samadhi (konsentrasi) dan panna (kebijaksanaan).
Agama Buddha Theravada hanya mengakui Buddha Gautama sebagai Buddha
sejarah yang hidup pada masa sekarang. Meskipun demikian Theravada mengakui pernah
ada dan akan muncul Buddha-Buddha lainnya.
Dalam Theravada terdapat 2 jalan yang dapat ditempuh untuk mencapai
Pencerahan Sempurna yaitu Jalan Arahat (Arahatship) dan Jalan Kebuddhaan
(Buddhahood).
Hari Raya
Terdapat empat hari raya besar dalam Agama Buddha. Namun satu-satunya yang
dikenal luas masyarakat adalah Hari Raya Trisuci Waisak, sekaligus satu-satunya hari raya
umat Buddha yang dijadikan hari libur nasional Indonesia setiap tahunnya.
Waisak
Penganut Buddha merayakan Hari Waisak yang merupakan peringatan 3 peristiwa.
Yaitu, hari kelahiran Pangeran Siddharta (nama sebelum menjadi Buddha), hari pencapaian
Penerangan Sempurna Pertapa Gautama, dan hari Sang Buddha wafat atau mencapai
Nibbana/Nirwana. Hari Waisak juga dikenal dengan nama Visakah Puja atau Buddha
Purnima di India, Vesak di Malaysia dan Singapura, Visakha Bucha di Thailand, dan
Vesak di Sri Lanka. Nama ini diambil dari bahasa Pali "Wesakha", yang pada gilirannya
juga terkait dengan "Waishakha" dari bahasa Sanskerta
Kathina
Hari raya Kathina merupakan upacara persembahan jubah kepada Sangha setelah
“DimktaetnSjaTlTanRieaVl aBsastaam. J”adi setelah masa Vassa berakhir, umat Buddha memasuki
masa KathiPnaage 1
atau bulan Kathina. Dalam kesempatan tersebut, selain memberikan persembahan jubah
4
Kathina, umat Buddha juga berdana kebutuhan pokok para Bhikkhu, perlengkapan vihara,
dan berdana untuk perkembangan dan kemajuan agama Buddha.
Asadha
Kebaktian untuk memperingati Hari besar Asadha disebut Asadha Puja / Asalha
Puja. Hari raya Asadha, diperingati 2 (dua) bulan setelah Hari Raya Waisak, guna
memperingati peristiwa dimana Buddha membabarkan Dharma untuk pertama kalinya
kepada 5 orang pertapa (Panca Vagiya) di Taman Rusa Isipatana, pada tahun 588 Sebelum
Masehi. Kelima pertapa tersebut adalah Kondanna, Bhadiya, Vappa, Mahanama dan
Asajji, dan sesudah mendengarkan khotbah Dharma, mereka mencapai arahat. Lima orang
pertapa, bekas teman berjuang Buddha dalam bertapa menyiksa diri di hutan Uruvela
merupakan orang-orang yang paling berbahagia, karena mereka mempunyai kesempatan
mendengarkan Dhamma untuk pertama kalinya. Selanjutnya, bersama dengan Panca
Vagghiya Bhikkhu tersebut, Buddha membentuk Arya Sangha Bhikkhu(Persaudaraan Para
Bhikkhu Suci) yang pertama (tahun 588 Sebelum Masehi ). Dengan terbentuknya Sangha,
maka Tiratana (Triratna) menjadi lengkap. Sebelumnya, baru ada Buddha dan Dhamma
(yang ditemukan oleh Buddha).
Tiratana atau Triratna berarti Tiga Mustika, terdiri atas Buddha, Dhamma dan
Sangha. Tiratana merupakan pelindung umat Buddha. Setiap umat Buddha berlindung
kepada Tiratana dengan memanjatkan paritta Tisarana ( Trisarana ). Umat Buddha
berlindung kepada Buddha berarti umat Buddha memilih Buddha sebagai guru dan
teladannya. Umat Buddha berlindung kepada Dhamma berarti umat Buddha yakin bahwa
Dhamma mengandung kebenaran yang bila dilaksanakan akan mencapai akhir dari
dukkha. Umat Buddha berlindung kepada Sangha berarti umat Buddha yakin bahwa
Sangha merupakan pewaris dan pengamal Dhamma yang patut dihormati.
Khotbah pertama yang disampaikan oleh Buddha pada hari suci Asadha ini dikenal
dengan nama Dhamma Cakka Pavattana Sutta, yang berarti Khotbah Pemutaran Roda
Dhamma. Dalam Khotbah tersebut, Buddha mengajarkan mengenai Empat Kebenaran
Mulia( Cattari Ariya Saccani ) yang menjadi landasan pokok Buddha Dhamma.
Magha Puja
Hari Besar Magha Puja memperingati disabdakannya Ovadha Patimokha, Inti
Agama Buddha dan Etika Pokok para Bhikkhu. Sabda Sang Buddha di hadapan 1.250
yang lain terlebih dahulu, Sabda Sang Buddha bertempat di Vihara Veluvana, Rajagaha.
Tempat ibadah agama Buddha disebut Vihara.
Khotan, telah menjadi pusat penting bagi Buddhisme. Melalui Jalan Sutera inilah, pertama
kalinya orang Tiongkok (sekarang Cina) mengenal agama Buddha dari orang-orang di
Asia Tengah yang sudah beragama Buddha.
Bentuk awal penyebaran agama Buddha di Cina adalah dengan adanya penerjemah
yang bertugas menerjemahkan teks penting mengenai ajaran Buddha dari bahasa India ke
bahasa Cina kala itu. Selain itu, juga lahirnya berbagai karya seni dan pahat dimana
patung-patung Buddha dibuat. Bentuk perkembangan lainnya adalah dengan dibangunnya
sekolah ajaran Buddha di Tiongkok yang mencakup seni, patung, arsitektur dan filsafat
waktu itu.
Ada pula biarawan Tiongkok yang pergi ke Semenanjung Korea untuk
memperkenalkan agama Buddha kepada kerajaan-kerajaan yang ada di Korea pada waktu
itu. Sehingga pada abad ke-6 dan abad ke-7, agama Buddha telah berkembang di bawah
kerajaan tersebut. Selain di Korea, Buddhisme juga berkembang di kepulauan Jepang.
Penyebaran di Nusantara
Pada akhir abad ke-5, seorang biksu Buddha dari India mendarat di sebuah kerajaan
di Pulau Jawa, tepatnya di Jawa Tengah sekarang. Pada akhir abad ke-7, I Tsing, seorang
peziarah Buddha dari Tiongkok, berkunjung ke Pulau Sumatera (kala itu disebut
Swarnabhumi), yang kala itu merupakan bagian dari kerajaan Sriwijaya.
Ia menemukan bahwa Buddhisme diterima secara luas oleh rakyat, dan ibukota
Sriwijaya (sekarang Palembang), merupakan pusat penting untuk pembelajaran Buddhisme
“Diktat STT Real Batam” Page 1
4
(kala itu Buddha Vajrayana). I Tsing belajar di Sriwijaya selama beberapa waktu sebelum
melanjutkan perjalanannya ke India.
Pada pertengahan abad ke-8, Jawa Tengah berada di bawah kekuasaan raja-raja
Dinasti Syailendra yang merupakan penganut Buddhisme. Mereka membangun berbagai
monumen Buddha di Jawa, yang paling terkenal yaitu Candi Borobudur. Monumen ini
selesai di bagian awal abad ke-9.
Di pertengahan abad ke-9, Sriwijaya berada di puncak kejayaan dalam kekayaan
dan kekuasaan. Pada saat itu, kerajaan Sriwijaya telah menguasai Pulau Sumatera, Pulau
Jawa dan Semenanjung Malaya.
Kebenaran pertama adalah bahwa tidak ada yang hilang di alam semesta. Materi
berubah menjadi energi, energi berubah menjadi materi. Sebuah daun mati berubah
menjadi tanah. Bibit kecambah tumbuh dan menjadi tanaman baru. Sistem matahari hancur
dan berubah menjadi sinar kosmik. Kita dilahirkan dari orang tua kita, anak-anak kita lahir
dari kita.
Kami adalah sama seperti tanaman, seperti pohon-pohon, seperti orang lain, seperti
hujan yang jatuh. Kami terdiri dari apa yang ada di sekitar kita, kita adalah sama dengan
segalanya. Jika kita menghancurkan sesuatu di sekitar kita, kita menghancurkan diri kita
sendiri. Jika kita menipu yang lain, kita menipu diri kita sendiri. Memahami kebenaran ini,
Sang Buddha dan murid-muridnya tidak pernah membunuh binatang apapun.
2. Semuanya Berubah
Kebenaran universal kedua dari Buddha adalah segala sesuatu yang terus berubah.
Hidup ini seperti sungai yang mengalir terus dan terus, terus berubah. Kadang-kadang
mengalir perlahan-lahan dan kadang-kadang cepat. Ia halus dan lembut di beberapa
tempat, tetapi kemudian halangan dan bebatuan muncul secara tiba-tiba. Segera setelah
kita pikir kita aman, sesuatu yang tidak terduga terjadi.
Setelah dinosaurus, mammoth, dan harimau bergigi pedang-menjelajahi bumi ini.
Mereka semua mati, namun ini bukan akhir dari kehidupan. Bentuk kehidupan lain seperti
mamalia kecil muncul, dan akhirnya manusia juga. Sekarang kita bahkan bisa melihat
Bumi dari ruang angkasa dan memahami perubahan yang telah terjadi di planet ini. Ide-ide
kita tentang kehidupan juga berubah. Orang-orang pernah percaya bahwa bumi itu datar,
tetapi sekarang kita tahu bahwa bumi itu bulat.
3. Hukum Sebab Akibat
Kebenaran universal ketiga dijelaskan oleh Sang Buddha adalah bahwa ada
perubahan terus menerus karena hukum sebab dan akibat. Ini adalah hukum sebab dan
akibat yang sama yang ditemukan di setiap buku pelajaran ilmu pengetahuan modern. Dari
sudut pandang ini, ilmu pengetahuan dan Buddhisme sejalan.
Hukum sebab dan akibat dikenal sebagai Karma. Tidak pernah sesuatu terjadi pada
kita kecuali kita layak menerimanya. Kami menerima persis seperti apa yang kita dapat,
apakah itu baik atau buruk. Kita adalah keadaan kita sekarang karena hal-hal yang telah
kita lakukan di masa lalu. Pikiran-pikiran dan tindakan-tindakan kita menentukan jenis
“Dikketaht iSdTuTpaRneayl Banatgamd”apat kita miliki. Jika kita melakukan hal-hal baik, hal-hal
yang baikPdaige 1
4
masa depan akan terjadi pada kita. Jika kita melakukan hal-hal buruk, hal-hal buruk di
masa depan akan terjadi pada kita
Setiap saat kita menciptakan karma baru dengan apa yang kita katakan, lakukan,
dan pikirkan. Jika kita memahami ini, kita tidak perlu takut pada karma. Hal ini dapat
menjadi teman kita. Ini mengajarkan kita untuk menciptakan masa depan yang cerah.
" Dhammapada
Kisagotami pergi dari pintu ke pintu di seluruh desa untuk meminta biji sawi, tapi
semua orang berkata, "Oh, ada banyak kematian di sini", "Saya kehilangan ayah saya",
“Saya kehilangan adik saya ". Dia tidak bisa menemukan satu rumah-tangga pun yang
belum pernah dikunjungi oleh sang Maut. Akhirnya Kisagotami kembali ke Sang Buddha
dan berkata, "Ada kematian dalam setiap keluarga. Setiap orang mati. Sekarang saya
mengerti ajaran Anda. "
Sang Buddha berkata, "Tidak seorang pun dapat menghindari kematian dan
ketidak-bahagiaan. Jika orang hanya mengharapkan kebahagiaan dalam hidup, mereka
akan kecewa.." Hal-hal tidak selalu seperti yang kita inginkan, tetapi kita dapat belajar
untuk memahami mereka.
Ketika kita sakit, kita pergi ke dokter dan bertanya: Apa yang salah dengan saya?
Mengapa saya sakit? Apa yang akan menyembuhkan saya? Apa yang harus saya lakukan
untuk sembuh?
Sang Buddha seperti dokter yang baik. Pertama seorang dokter yang baik men-
diagnosa penyakit. Selanjutnya dia tahu apa yang menyebabkannya. Lalu ia memutuskan
apa penyembuhnya. Akhirnya ia memberikan obat atau memberikan perawatan yang akan
membuat pasien sehat kembali.
Disebut "Kesunyataan" karena menyatakan kebenaran mutlak dan disebut "Mulia"
karena barang siapa yang memahaminya niscaya menjadi mulia.
1. Ada Penderitaan - Penderitaan adalah hal yang umum untuk semua orang.
2. Penyebab Penderitaan - Kita adalah penyebab penderitaan kita.
3. Akhir Penderitaan - Berhenti melakukan apa yang menyebabkan penderitaan.
4. Jalan untuk mengakhiri Penderitaan - Setiap orang bisa tercerahkan.
Penderitaan
Semua orang menderita akan hal ini:
Lahir - Ketika kita dilahirkan, kita menangis.
Penyakit - Ketika kita sakit, kita sengsara.
Tua - Ketika usia tua, kita akan memiliki sakit dan rasa sakit dan sulit
berjalan.
Kematian - Tidak ada di antara kita yang ingin mati. Kita merasa
kesedihan mendalam ketika seseorang meninggal.
Page 1
“Diktat STT Real Batam”
4
Hal-hal lain yang membuat kita menderita adalah: bersama dengan mereka yang tidak kita
sukai, berpisah dari mereka yang kita cintai, tidak mendapatkan apa yang kita inginkan,
semua jenis masalah dan kekecewaan yang tidak dapat dihindari.
Sang Buddha tidak menyangkal bahwa ada kebahagiaan dalam hidup, tapi dia
menunjukkan itu tidak berlangsung selamanya. Akhirnya semua orang akan bertemu
dengan beberapa jenis penderitaan. Dia berkata:
"Ada kebahagiaan dalam hidup,
kebahagiaan dalam persahabatan,
kebahagiaan dalam suatu
keluarga,
kebahagiaan dalam suatu tubuh dan pikiran yang sehat,
... Tapi ketika seseorang kehilangan mereka, terdapat penderitaan. "
Dhammapada
Penyebab penderitaan
Sang Buddha menjelaskan bahwa orang hidup dalam lautan penderitaan karena
ketidak-tahuan dan keserakahan. Mereka tidak memahami hukum karma dan serakah
untuk jenis kesenangan yang tidak benar. Mereka melakukan hal-hal yang berbahaya bagi
tubuh mereka dan ketenangan pikiran, sehingga mereka tidak bisa puas atau menikmati
hidup.
Misalnya, setelah anak-anak memiliki rasa permen, mereka menginginkan lebih
banyak. Ketika mereka tidak dapat memilikinya, mereka marah. Bahkan jika anak-anak
mendapatkan semua permen yang mereka inginkan, mereka segera bosan dan ingin sesuatu
yang lain. Meskipun, mereka menjadi sakit perut dari makan permen terlalu banyak,
mereka masih menginginkan lebih.
Hal-hal yang paling diinginkan orang-orang menyebabkan penderitaan terbesar
bagi mereka. Tentu saja, ada hal-hal dasar yang semua orang harus miliki, seperti makanan
yang cukup, tempat tinggal, dan pakaian. Setiap orang berhak memiliki keluarga yang
baik, orang tua yang penuh kasih, dan teman-teman yang baik. Mereka harus menikmati
hidup dan menghargai harta benda mereka tanpa menjadi serakah.
1. 1.Pandangan Benar. Cara yang tepat untuk berpikir tentang hidup adalah melihat
dunia melalui mata Sang Buddha - dengan kebijaksanaan dan belas kasihan.
2. Pikiran Benar. Kita adalah apa yang kita pikirkan. Pikiran-pikiran yang jernih dan
baik membangun karakter-karakter yang baik dan kuat.
“Diktat STT Real Batam” Page 1
4
3. Ucapan Benar. Dengan mengucapkan kata-kata yang baik dan bermanfaat, kita
dihormati dan dipercaya oleh semua orang.
4. Perilaku Benar. Tidak peduli apa yang kita katakan, orang lain mengenal kita dari
cara kita berperilaku. Sebelum kita mengkritik orang lain, pertama-tama kita harus
melihat kelakuan kita sendiri.
5. Penghidupan Benar. Ini berarti memilih pekerjaan yang tidak menyakiti orang
lain. Sang Buddha berkata, "Jangan mencari nafkah Anda dengan merugikan orang
lain. Jangan mencari kebahagiaan dengan membuat orang lain tidak bahagia."
6. Usaha Benar. Sebuah kehidupan yang berharga berarti melakukan yang terbaik
setiap saat dan memiliki niat baik terhadap orang lain. Ini juga berarti tidak menyia-
nyiakan upaya pada hal-hal yang merugikan diri sendiri dan orang lain.
7. Perhatian Benar. Ini berarti sadar akan pikiran, kata-kata, dan perbuatan kita.
8. Konsentrasi Benar. Fokus pada satu pikiran atau objek pada satu waktu. Dengan
melakukan ini, kita bisa tenang dan mencapai kedamaian pikiran yang sejati.
“DibkhtaitkSkThTuRaetaaluBbathaimk”khuni. Page 1
Aku pergi kepada Sang Buddha untuk berlindung.
5
Untuk penganut Buddha, berlindung adalah langkah pertama pada jalan menuju
pencerahan. Bahkan jika pencerahan tidak tercapai dalam hidup ini, seseorang memiliki
kesempatan yang lebih baik untuk menjadi tercerahkan dalam kehidupan akan datang.
Orang yang mengambil sila disebut orang awam.
PANCASILA
Mengikuti Ajaran-ajaran Sang Buddha
Tidak Membunuh
“Diktat STTSRaenagl BBatuadmd”ha berkata, "Hidup ini berharga bagi semua makhluk. Mereka
memilPikagi e 1
hak untuk hidup yang sama seperti kita." Kita harus menghormati semua kehidupan dan
5
tidak membunuh apa pun. Membunuh semut dan nyamuk juga melanggar sila ini. Kita
harus memiliki sikap cinta kasih terhadap semua makhluk, berharap mereka untuk menjadi
bahagia dan bebas dari bahaya. Merawat bumi, termasuk sungai dan udara. Salah satu cara
yang banyak umat Buddha praktekkan dalam ajaran ini adalah dengan menjadi vegetarian.
Tidak Mencuri
Jika kita mencuri dari orang lain, kita mencuri dari diri kita sendiri. Sebaliknya, kita
harus belajar untuk memberi dan menjaga barang-barang milik keluarga kita, milik
sekolah, atau milik umum.
Tidak Melakukan Penzinaan
Tingkah laku yang baik dengan menunjukkan rasa hormat kepada diri sendiri dan
orang lain. Tubuh kita adalah hadiah dari orang tua kita, jadi kita harus melindungi mereka
dari bahaya. Kaum muda khususnya harus menjaga kodrat murni dan mengembangkan
kebajikan mereka. Terserah kepada pilihan mereka untuk membuat dunia menjadi tempat
yang lebih baik untuk hidup. Dalam keluarga bahagia, suami dan istri saling menghormati.
Tidak berbohong
Kejujuran membawa perdamaian pada dunia. Ketika ada kesalah-pahaman, hal
terbaik adalah membicarakannya. Sila ini termasuk tidak menggosip, tidak memfitnah,
tidak ada kata-kata kasar dan tidak ada kata-kata yang tak berarti.
Tidak Minum Minuman Keras
Sila kelima didasarkan pada menjaga pikiran yang jernih dan tubuh yang sehat.
Suatu hari, ketika Sang Buddha sedang berbicara Dharma untuk majelis, seorang pemuda
yang mabuk terhuyung-huyung masuk ke dalam ruangan. Dia tersandung beberapa biksu
yang sedang duduk di lantai dan mulai memaki-maki dengan keras. Napasnya berbau
alkohol dan memenuhi udara dengan bau yang memuakkan. Bergumam pada dirinya
sendiri, ia terhuyung-huyung keluar dari pintu.
Semua orang heran melihat perilaku kasarnya, tapi Sang Buddha tetap tenang.
"Majelis yang terhormat!" ia berbicara, "Lihatlah orang ini. Ia pasti akan kehilangan
kekayaan dan nama baik. Tubuhnya akan menjadi lemah dan sakit-sakitan. Siang dan
malam, ia akan bertengkar dengan keluarga dan teman-temannya sampai mereka
meninggalkannya. Yang terburuk adalah bahwa ia akan kehilangan kebijaksanaan dan
“DimktaetnSjaTdTi Rbe Page 1
oadl oBhat.a"m”
5
Sedikit demi sedikit, kita dapat belajar untuk mengikuti sila-sila ini. Jika kita
kadang-kadang lupa, kita dapat memulainya lagi. Mengikuti ajaran-ajaran ini adalah
pekerjaan seumur hidup. Jika seseorang membunuh atau melukai perasaan seseorang
karena kesalahan, itu adalah melanggar sila, tapi itu tidak dilakukan dengan sengaja.
F.5. SAMSARA
Mengikuti Ajaran-ajaran Sang Buddha
Ini adalah enam tingkatan pada roda kehidupan. Di bagian atas adalah surga, di
mana semua orang senang. Di bawah adalah neraka di mana penderitaan tak tertahankan.
Makhluk-makhluk dapat naik atau turun dari satu tingkatan ke tingkatan yang lain. Jika
seseorang melakukan perbuatan-perbuatan baik, dia akan lahir kembali di jalan para dewa,
manusia, atau asura. Jika seseorang melakukan perbuatan-perbuatan jahat, dia akan lahir
kembali di jalan binatang, hantu kelaparan, atau makhluk neraka. Dari satu kehidupan ke
kehidupan yang berikutnya seseorang dapat tiba-tiba berubah dari seorang manusia ke
hewan atau dari hantu ke makhluk neraka, sesuai hal-hal yang telah seseorang lakukan.
G. Komunitas Buddhis
Di Asia, hal ini dianggap sebagai penghargaan tertinggi jika seorang anggota
keluarga meninggalkan kehidupan rumah. Orang-orang Barat, bagaimanapun, mungkin
terkejut dengan gagasan seseorang meninggalkan keluarga mereka untuk menjadi seorang
biarawan atau biarawati. Mereka mungkin berpikir ini adalah hal yang egois dan melarikan
diri dari dunia. Pada kenyataannya, biarawan dan biarawati tidak egois sama sekali.
Mereka mendedikasikan diri mereka untuk membantu orang lain. Mereka tidak
ingin memiliki banyak hal, atau memiliki uang atau kekuasaan. Mereka mengabaikan hal-
hal ini demi memperoleh sesuatu yang jauh lebih berharga - kebebasan spiritual. Dengan
menjalani hidup yang sederhana dan murni dengan sesama di jalan yang sama, mereka
mampu mengurangi keserakahan, kebencian, dan ketidak-tahuan mereka
Meskipun biarawan dan biarawati hidup dalam biara, mereka tidak sepenuhnya
mengabaikan keluarga mereka. Mereka diperbolehkan untuk mengunjungi dan merawat
mereka ketika mereka sakit.
tinggal di biara atau untuk kunjungan, mengikuti jadwal yang sama dengan Sangha dan
bekerja bersama mereka.
Jubah dan mangkuk penawaran sangat penting untuk para biarawan dan biarawati.
Sang Buddha berkata, "Sama seperti burung membawa sayapnya di mana pun ia terbang,
demikian biarawan membawa jubah dan mangkuknya kemana pun dia pergi."
“Diktat STTARpeaalkBaahtamse”seorang adalah anggota Sangha atau orang awam, yang ideal
adalPaahge 1
untuk berlatih Buddhisme demi kebaikan bersama.
5
BAB V
AGAMA ISLAM
A. Aspek kebahasaan
Islam berasal dari kata Arab Aslama-Yuslimu-Islaman yang secara kebahasaan
berarti 'Menyelamatkan' misal teks 'Assalamu Alaikum' yang berarti Semoga Keselamatan
menyertai kalian semuanya. Islam/Islaman adalah Masdar/Kata benda sebagai bahasa
penunjuk dari Fi'il/Kata kerja yaitu 'Aslama' =Telah Selamat (Past Tense) dan 'Yuslimu'
=Menyelamatkan (Past Continous Tense)
Kata triliteral semitik 'S-L-M' menurunkan beberapa istilah terpenting dalam
pemahaman mengenai keislaman, yaitu Islam dan Muslim. Kesemuanya berakar dari kata
Salam yang berarti kedamaian. Kata Islam lebih spesifik lagi didapat dari bahasa
ArabAslama, yang bermakna "untuk menerima, menyerah atau tunduk" dan dalam
pengertian yang lebih jauh kepada Tuhan.
B. Aspek kemanusiaan
Dengan demikian, Islam berarti penerimaan dari dan penyerahan diri kepada
Tuhan, dan penganutnya harus menunjukkan ini dengan menyembah-Nya, menuruti
perintah-Nya, dan menghindari politheisme. Perkataan ini memberikan beberapa maksud
“DidkatartiSaTl- Page 1
TQRuera‟l aBna.tam”
5
C. Kepercayaan
Kepercayaan dasar Islam dapat ditemukan pada dua kalimah shahādatāin ("dua
kalimat persaksian"), yaitu "asyhadu an-laa ilaaha illallaah, wa asyhadu anna
muhammadan rasuulullaah" - yang berarti "Saya bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah,
dan saya bersaksi bahwa Muhammad saw adalah utusan Allah". Esensinya adalah prinsip
keesaan Tuhan dan pengakuan terhadap kenabian Muhammad. Adapun bila seseorang
meyakini dan kemudian mengucapkan dua kalimat persaksian ini, ia dapat dianggap telah
menjadi seorang muslim dalam status sebagai mualaf (orang yang baru masuk Islam dari
kepercayaan lamanya).
Kaum Muslim percaya bahwa Allah mengutus Muhammad sebagai Nabi terakhir
setelah diutusnya Nabi Isa 6 abad sebelumnya. Agama Islam mempercayai bahwa al-
Qur'an dan Sunnah (setiap perkataan dan perbuatan Muhammad) sebagai sumber hukum
dan peraturan hidup yang fundamental.[12] Mereka tidak menganggap Muhammad sebagai
pengasas agama baru, melainkan sebagai penerus dan pembaharu kepercayaan monoteistik
yang diturunkan kepada Ibrahim, Musa, Isa, dan nabi oleh Tuhan yang sama. Islam
menegaskan bahwa agama Yahudi dan Kristen belakangan setelah kepergian para nabinya
telah membelokkan wahyu yang Tuhan berikan kepada nabi-nabi ini dengan mengubah
teks dalam kitab suci, memperkenalkan intepretasi palsu, ataupun kedua-duanya.
Umat Islam juga meyakini al-Qur'an yang disampaikan oleh Allah kepada
Muhammad. melalui perantara Malaikat Jibril adalah sempurna dan tidak ada keraguan di
dalamnya (Al-Baqarah[2]:2). Di dalam al-Qur'an Allah juga telah berjanji akan menjaga
keotentikan al-Qur'an hingga akhir zaman.
“Diktat STTARdeaalpBuantamse”bagaimana dinyatakan dalam al-Qur'an, umat Islam juga
diwajibkPaange 1
untuk beriman dan meyakini kebenaran kitab suci dan firman-Nya yang diturunkan
6
sebelum al-Qur'an (Zabur, Taurat, Injil dan suhuf para nabi-nabi yang lain) melalui nabi
dan rasul terdahulu sebelum Muhammad. Umat Islam juga percaya bahwa selain al-Qur'an,
seluruh firman Allah terdahulu telah mengalami perubahan oleh manusia. Mengacu pada
kalimat di atas, maka umat Islam meyakini bahwa al-Qur'an adalah satu-satunya kitab
Allah yang benar-benar asli dan sebagai penyempurna kitab-kitab sebelumnya.
Umat Islam meyakini bahwa agama yang dianut oleh seluruh nabi dan rasul utusan
Allah sejak masa Adam adalah satu agama yang sama dengan (tauhid|satu Tuhan yang
sama), dengan demikian tentu saja Ibrahim juga menganut ketauhidan secara hanif (murni)
yang menjadikannya seorang muslim. Pandangan ini meletakkan Islam bersama agama
Yahudi dan Kristen dalam rumpun agama yang mempercayai Nabi Ibrahim as. Di dalam
al-Qur'an, penganut Yahudi dan Kristen sering direferensikan sebagai Ahli Kitab atau
orang-orang yang diberi kitab.
3. Iman kepada Kitab Allāh (Al-Qur'an, Injil, Taurat, Zabur dan suhuf)
4. Iman kepada nabi dan rasul Allah
5. Iman kepada hari kiamat
6. Iman kepada qada dan qadar
D. Ajaran Islam
Hampir semua Muslim tergolong dalam salah satu dari dua mazhab terbesar, yaitu
Sunni (85%) dan Syiah (15%). Permasalahan terjadi akibat perbedaan pandangan tentang
siapa yang seharusnya memimpin kaum Muslim sesudah wafatnya Muhammad. Islam
adalah agama predominan sepanjang Timur Tengah, juga di sebagian besar Afrika Utara
dan Asia.
Komunitas besar juga ditemui di Cina, Semenanjung Balkan di Eropa Timur dan
Rusia. Terdapat juga sebagian besar komunitas imigran Muslim di bagian lain dunia,
seperti Eropa Barat. Sekitar 20% Muslim tinggal di negara-negara Arab, 30% di subbenua
India dan 15.6% di Indonesia, negara Muslim terbesar berdasar populasi.
Negara dengan mayoritas pemeluk Islam Sunni adalah Indonesia, Arab Saudi, dan
Pakistan sedangkan negara dengan mayoritas Islam Syi'ah adalah Iran dan Irak. Doktrin
antara Sunni dan Syi'ah berbeda pada masalah imamah (kepemimpinan) dan peletakan
Ahlul Bait (keluarga keturunan Muhammad). Namun baik Sunni maupun Syi'ah secara
umum berpandangan sama terhadap rukun Islam dan rukun Iman yang merupakan aspek
fundamental keimanan dalam Islam walaupun dengan terminologi yang berbeda.
D.1. Allah
Konsep Islam teologikal fundamental ialah tauhid, yaitu kepercayaan tentang
keesaan Tuhan. Istilah Arab untuk Tuhan ialah Ilāh; kebanyakan ilmuwan[rujukan?] percaya
kata Allah didapat dari penyingkatan dari kata al- (si) dan ʾilāh' (dewa, bentuk
maskulin), bermaksud "Tuhan" (al-ilāh'), tetapi yang lain menjejakkan asal usulnya dari
bahasa Aram Alāhā. Kata Allah juga adalah kata yang digunakan oleh orang Kristen
(Nasrani) dan Yahudi Arab sebagai terjemahan dari ho theos dari Perjanjian Baru dan
Septuaginta.
Yang pertama dari Lima Rukun Islam, tauhid dituangkan dalam syahadat
(pengakuan), yaitu bersaksi:
Konsep tauhid ini dituangkan dengan jelas dan sederhana di dalam al-Qur'an pada
Surah Al-Ikhlas yang terjemahannya adalah:
1. Katakanlah: "Dia-lah Allah (Tuhan), Yang Maha Esa,
2. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu,
3. Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan,
4. dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia."
Nama "Allah" tidak memiliki bentuk jamak dan tidak diasosiasikan dengan jenis
kelamin tertentu. Dalam Islam sebagaimana disampaikan dalam al-Qur'an dikatakan:
"(Dia) Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu
sendiri pasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternak pasangan- pasangan
(pula), dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu. Tidak ada
sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha Mendengar dan
Melihat". (Asy-Syu'ara'[42]:11)
Allah adalah Nama Tuhan (ilah) dan satu-satunya Tuhan sebagaimana perkenalan-
Nya kepada manusia melalui al-Quran :
"Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka
sembahlah Aku dan dirikanlah salat untuk mengingat Aku". (Ta Ha[20]:14)
Dalam Islam, visualisasi atau penggambaran Tuhan tidak dapat dibenarkan, hal ini
dilarang karena dapat berujung pada pemberhalaan dan justru penghinaan, karena Tuhan
tidak serupa dengan apapun (Asy-Syu'ara'[42]:11). Sebagai gantinya, Islam
menggambarkan Tuhan dalam 99 nama/gelar/julukan Tuhan (asma'ul husna) yang
menggambarkan sifat ketuhanan-Nya sebagaimana terdapat pada al-Qur'an.
D.2. Al-Qur'an
Al-Fatihah merupakan surah pertama dalam Al-Qur'an. Al-Qur'an adalah kitab suci
ummat Islam yang diwahyukan Allah kepada Muhammad melalui perantaraan Malaikat
Jibril. Secara harfiah Qur'an berarti bacaan. Namun walau terdengar merujuk ke sebuah
buku/kitab, ummat Islam merujuk Al-Qur'an sendiri lebih pada kata-kata atau kalimat di
dalamnya, bukan pada bentuk fisiknya sebagai hasil cetakan.
Umat Islam percaya bahwa Al-Qur'an disampaikan kepada Muhammad melalui
malaikat Jibril. Penurunannya sendiri terjadi secara bertahap antara tahun 610 hingga
hingga wafatnya beliau 632 M. Walau Al-Qur'an lebih banyak ditransfer melalui hafalan,
namun sebagai tambahan banyak pengikut Islam pada masa itu yang menuliskannya pada
tulang, batu-batu dan dedaunan.
Umat Islam percaya bahwa Al-Qur'an yang ada saat ini persis sama dengan yang
disampaikan kepada Muhammad, kemudian disampaikan lagi kepada pengikutnya, yang
kemudian menghapalkan dan menulis isi Al Qur'an tersebut. Secara umum para ulama
menyepakati bahwa versi Al-Qur'an yang ada saat ini pertama kali dikompilasi pada masa
kekhalifahanUtsman bin Affan (khalifah Islam ke-3) yang berkisar antara 650 hingga 656
M. Utsman bin Affan kemudian mengirimkan duplikat dari versi kompilasi ini ke seluruh
penjuru kekuasaan Islam pada masa itu dan memerintahkan agar semua versi selain itu
dimusnahkan untuk keseragaman.
Al-Qur'an memiliki 114 surah , dan sejumlah 6.236 ayat (terdapat perbedaan
tergantung cara menghitung). Hampir semua Muslim menghafal setidaknya beberapa
bagian dari keseluruhan Al-Qur'an, mereka yang menghafal keseluruhan Al-Qur'an dikenal
lomba Musabaqah Tilawatil Qur'an yaitu lomba membaca Al-Qur'an dengan tartil atau
baik dan benar. Yang membacakan disebut Qari (pria) atau Qariah (wanita).
Muslim juga percaya bahwa Al-Qur'an hanya berbahasa Arab. Hasil terjemahan
dari Al-Qur'an ke berbagai bahasa tidak merupakan Al-Qur'an itu sendiri. Oleh karena itu
terjemahan hanya memiliki kedudukan sebagai komentar terhadap Al-Qur'an ataupun
bentuk usaha untuk mencari makna Al-Qur'an, tetapi bukan Al-Qur'an itu sendiri.
E. Sejarah
E.1. Masa sebelum kedatangan Islam
Jazirah Arab sebelum kedatangan agama Islam merupakan sebuah kawasan
perlintasan perdagangan dalam Jalan Sutera yang menghubungkan antara Indo Eropa
dengan kawasan Asia di timur. Kebanyakan orang Arab merupakan penyembah berhala
dan ada sebagian yang merupakan pengikut agama-agama Kristen dan Yahudi.
Mekkah adalah tempat yang suci bagi bangsa Arab ketika itu, karena di sana
terdapat berhala-berhala agama mereka, telaga Zamzam, dan yang terpenting adalah
Ka'bah. Masyarakat ini disebut pula Jahiliyah atau dalam artian lain bodoh. Bodoh disini
bukan dalam intelegensianya namun dalam pemikiran moral. Warga Quraisy terkenal
dengan masyarakat yang suka berpuisi. Mereka menjadikan puisi sebagai salah satu
“DihkitabtuSrTaTn Rdiesaal aBtabtaemr”kumpul di Page 1
tempat-tempat ramai.
6
F. Demografi
Saat ini diperkirakan terdapat antara 1.250 juta hingga 1,4 miliar umat Muslim
yang tersebar di seluruh dunia. Dari jumlah tersebut sekitar 18% hidup di negara-negara
Arab, 20% di Afrika, 20% di Asia Tenggara, 30% di Asia Selatan yakni Pakistan, India
dan Bangladesh. Populasi Muslim terbesar dalam satu negara dapat dijumpai di Indonesia.
Populasi Muslim juga dapat ditemukan dalam jumlah yang signifikan di Republik Rakyat
Cina, Amerika Serikat, Eropa, Asia Tengah, dan Rusia.
Pertumbuhan Muslim sendiri diyakini mencapai 2,9% per tahun, sementara
pertumbuhan penduduk dunia hanya mencapai 2,3%. Besaran ini menjadikan Islam
sebagai agama dengan pertumbuhan pemeluk yang tergolong cepat di dunia. . Beberapa
pendapat menghubungkan pertumbuhan ini dengan tingginya angka kelahiran di banyak
negara Islam (enam dari sepuluh negara di dunia dengan angka kelahiran tertinggi di dunia
adalah negara dengan mayoritas Muslim. Namun belum lama ini, sebuah studi demografi
telah menyatakan bahwa angka kelahiran negara Muslim menurun hingga ke tingkat
negara Barat.
G. Hari Besar dalam islam
Idhul Adha / Idul Qurban
Idhul Fitri
Hari Jumat
H. Tempat ibadah
Rumah ibadat umat Muslim disebut masjid atau mesjid. Ibadah yang biasa
“Didkitalat kSuTkTaRneadl iBaMtaams”jid antara lain salat berjama'ah, ceramah agama,
perayaan hari besPaarg, e 1
diskusi agama, belajar mengaji (membaca Al-Qur'an) dan lain sebagainya.
6
BAB VI
KONG HU CU (FILSUF)
.
Confucius
(Tionghoa: 孔 ; Pinyin: Kong[1]) (Tiong: 丘 ; Py: Qiū)
Lahir
28 September 551 SM
Qufu, Dinasti Zhou
Meninggal
479 SM (usia 71–72)
Qufu, Dinasti Zhou
Era
Filosofi Kuno
Tradisi
Pendiri Konfusianisme
Minat utama
Filosofi moral, Filosofi sosial, Etika
Gagasan penting
Konfusianisme, Dipengaruhi, Mempengaruhi
A. Biografi singkat
A.1. Keluarga Khonghucu
KongHuCu adalah putra bungsu Shu Liang He. Ia mempunyai 9 kakak perempuan
dan seorang kakak laki-laki yang cacat kaki bernama Meng-bi. Ibunya bernama Yan Zheng
Zai. Ia lahir pada tanggal 27 Ba Yue (bulan 8) 551 Sebelum Masehi di negeri Lu, Kota Zou
Yi, Desa Chang Ping di lembah Kong Song (kini jazirah Shandong kota Qu Fu).
Nama kecilnya adalah Qiu yang berarti bukit alias Zong Ni artinya Putera kedua
dari bukit Ni, beliau menikah dengan puteri Negeri Song yang bermarga Qi Guan. Dari
pernikahan ini mendapat seorang putera yang diberi nama Li yang berarti ikan gurami alias
Bo Yu. Diberi nama demikian karena pada kelahiran puteranya beliau telah diantari ikan
gurami oleh Raja Muda Negeri Lu yang panggilannnya Lu Zhao Gong. Selain Li,
Khonghucu masih mempunyai dua orang puteri yang seorang menjadi isteri Gong Ye
Chang, murid beliau.
A.2. Kronologi tahun
Usia 3 tahun ayah beliau Shu Liang He wafat
Usia 6 tahun telah menunjukkan sifat-sifat kenabiannya; dalam bermain senang
mengajak dan memimpin kawan-kawannya menirukan orang melakukan ibadah
dan sembahyang.
Usia 15 tahun beliau telah memiliki semangat belajar yang luar biasa.
Usia 19 tahun menikah dengan seorang gadis dari marga Jian Guan dari Negeri
Song.
Usia 20 tahun diangkat menjadi Menteri lumbung oleh Keluarga Besar Ji.
Usia 21 tahun dikaruniai seorang putera yang diberi nama Li alias Bo Yu.Beliau
memiliki 1 orang anak perempuan bernama Kong Rao dan seorang anak laki-laki
bernama Kong Li.
Usia 24 tahun, ibu beliau wafat. Ia berkabung selama 3 tahun. Jenazah kedua orang
tuanya dimakamkan di gunung Fang Shan. Setelah selesai masa berkabung beliau
sudah banyak menerima murid.
Usia 29 tahun beliau belajar musik kepada Shi Xiang, seorang guru musik
termasyur.
Usia 30 tahun disertai dua orang muridnya; Nan-Gong Jing-Shu dan Meng Yi Zi
“Diktat STT(RkeeadluBaantayma”putera bangsawan besar keluarga Meng, yakni
Page 1
Meng-xi Zi. Ia
7
B. Peninggalannya
Karya-karya dari Kung Fu Tze dapat dibedakan menjadi dua pengelompokkan,
pertama merupakan hasil perangkuman yang dilakukan Kung Fu Tze terhadap beberapa
“DikkatartySaT-kTaRreyaal Byaatnagm”dianggap penting dalam mencapai keharmonisan. Page 1
Kedua merupakan
7
hasil karya para muridnya yang berisi tentang ujaran-ujaran Kung Fu Tze kepada murid-
muridnya.
Berikut ini penjelasan dari masing-masing yang termasuk dalam kelompok
pertama, yaitu :
Shih Ching (Buku tentang Puisi)
Merupakan kumpulan tulisan yang terdiri dari 305 puji-pujian dalam berbagai bahasan,
dan didalamnya terdapat 6 yang mempergunakan musik dan judul tanpa text. Kumpulan
tulisan ini umumnya berasal dari masa awal dinasti Chou, sebelum Kung Fu Tze.
Shu Ching (Buku tentang Sejarah)
Merupakan kumpulan dokumen sejarah yang dimulai dari proklamasi raja Yao
yang agung (2757 – 2258 SM) hingga Bangsawan Mu dari Chi (659 – 621 SM)
I Li (Buku tentang Upacara)
Merupakan buku yang berisi kumpulan upacara-upacara dan peraturan-peraturan
yang harus dipatuhi oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-hari dimasa feodal.
I Ching (Buku tentang Perubahan)
Merupakan kumpulan tulisan yang menerangkan tentang prinsip-prinsip kosmis
dan evolusi sosial yang didasarkan atas ramalan dengan menggunakan Oktogram.
Yueh Ching (Buku tentang Musik)
Merupakan kumpulan tulisan yang dikumpulkan pada masa sebelum Dinasti Han,
namun pada masa perkembangannya ada beberapa bab yang hilang, dan lebih
dikenal sebagai Li Chi.
Ch’un Ch’iu (Musim Semi dan Gugur)
Merupakan kritik sejarah tentang politik selama pemerintahan 12 Bangsawan dari
negara Lu.
Dan karya-karya yang tergolong dalam kelompok kedua adalah sebagai berikut:
Lun Yu (Analek)
Merupakan kumpulan catatan percakapan antara Kung Fu Tze dengan murid-
muridnya.
Chung Yung (Doktrin tentang Ajaran Jalan Tengah)
Merupakan kumpulan ujaran Kung Fu Tze mengenai jalan tengah (Tao). Tao
“Diktat STTmReearul Bpaatkaamn” inti pokok dari semua pemikiran Cina. Kitab ini disusun oleh
Tzu SPsauge 1
(492 – 431 SM) yang merupakan cucu dari Kung Fu Tze
7
C. Gelar anumerta
Oleh Raja Lu Ai Gong diberi sebutan Ni Fu yang berarti Bapak Yang Mulia Ni.
Oleh Kaisar dinasti Han: Han Ping Di diberi gelar Cheng Xuan Ni Gong yang
bermakna Pangeran Ni Yang Sempurna dan Cerah Bathin.
Pada tahun 492 gelar itu diubah menjadi Wen Sheng Ni Fu yang bermakna Yang
Mulia Bapak Ni Nabi Yang Menyeluruh Sempurna.
Oleh Kaisar Shun Zhi, Kaisar pertama Dinasti Man-Chu pada tahun 1645 gelar itu
diubah menjadi Da Cheng Zhi Sheng, Wen Xuan Xian Shi Kong Zi yang bermakna
Kongzi Guru Purba Yang Cerah Menyeluruh, Nabi Agung Yang Besar Sempurna.
Tetapi 12 tahun kemudian gelar itu disingkat menjadi Zhi Sheng Xian Shi Kong Zi
yang bermakna Kongzi Guru Purba Nabi Agung.
Gelar untuk Khonghucu/Kongzi yang tersurat di dalam Kitab Shi Shu (Kitab Yang
Empat) antara lain adalah Tian Zhi Mu Duo yang bermakna Genta Rohani Tuhan;
Zhi Cheng yang bermakna Yang Sempurna Iman; Zhi Sheng yang bermakna Nabi
Agung dan Ji Da Cheng yang bermakna Nabi Yang Lengkap Besar dan Sempurna.
Di dalam Kitab Mengzi 5B:1/5 disuratkan:"Bo Yi, ialah Nabi Kesucian; Yi Yin
ialah Nabi Kewajiban; Liu Xia Hui ialah Nabi Keharmonisan; dan Kongzi ialah
Nabi Segala Masa. Maka Nabi Kongzi dinamai yang lengkap, besar dan sempurna.
Yang dimaksud dengan lengkap, besar dan sempurna ialah seperti suara musik
yang lengkap dengan lonceng dari logam dan lonceng dari batu kumala (Jin Sheng
Yu Zhen yang menjadi lambang kita Genta Harmoni). Suara lonceng dari logam
sebagai pembuka lagu yang memadukan keharmonisan menunjukkan
kebijaksanaanNya dan sebagai penutup lagu menunjukkan paripurnanya karya
kenabianNya.
Kata kebajikan yang dikenang Konghucu/Konfusius:
“Diktat S“TOTrRaneagl Byaatnagm”luar biasa itu sederhana dalam ucapan, tetapi hebat Page 1
dalam tindakan”
7
“Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit
kembali setiap kali kita jatuh.”
BAB VII
AGAMA SHINTO
A. Pengertian
Shinto adalah kata majemuk daripada “Shin” dan “To”. Arti kata “Shin” adalah
“roh” dan “To” adalah “jalan”. Jadi “Shinto” mempunyai arti lafdziah “jalannya roh”, baik
“Dirkotaht-SroThT Roeraal nBgatamya”ng telah meninggal maupun roh-roh langit dan bumi.
Kata “TPoa”ge 1
berdekatan dengan kata “Tao” dalam taoisme yang berarti “jalannya Dewa” atau “jalannya
7
bumi dan langit”. Sedang kata “Shin” atau “Shen” identik dengan kata “Yin” dalam
taoisme yang berarti gelap, basah, negatif dan sebagainya ; lawan dari kata “Yang”.
Dengan melihat hubungan nama “Shinto” ini, maka kemungkinan besar Shintoisme
dipengaruhi faham keagamaan dari Tiongkok. Sedangkan Shintoisme adalah faham yang
berbau keagamaan yang khusus dianut oleh bangsa Jepang sampai sekarang. Shintoisme
merupakan filsafat religius yang bersifat tradisional sebagai warisan nenek moyang bangsa
Jepang yang dijadikan pegangan hidup. Tidak hanya rakyat Jepang yang harus menaati
ajaran Shintoisme melainkan juga pemerintahnya juga harus menjadi pewaris serta
pelaksana agama dari ajaran ini.
B. Sumber Penulisan
Pertama sumber luar (asing) yang banyak ditemukan pada sejumlah buku atau site
seperti wikipedia misalnya, menjelaskan dengan cukup detail tentang agama ini.
Kedua, ajaran Shinto menurut versi negara terutama saat agama ini ditetapkan sebagai
agama resmi jaman Meiji dahulu. Doktrin dan ajaran mulai ditulis yang sepertinya
lebih difokuskan pada ajaran kesetiaan pada negara dan kaisar.
Ketiga, sumber dari lembaga pendidikan seperti Encyclopedia Shinto.
Dan yang terakhir adalah sumber dari masyarakat itu sendiri.
C. Sejarah
Shintoisme (agama Shinto) pada mulanya adalah merupakan perpaduan antara
faham serba jiwa (animisme) dengan pemujaan terhadap gejala-gejala alam. Shintoisme
dipandang oleh bangsa Jepang sebagai suatu agama tradisional warisan nenek moyang
yang telah berabad-abad hidup di Jepang, bahkan faham ini timbul daripada mitos-mitos
yang berhubungan dengan terjadinya negara Jepang.
Latar belakang historis timbulnya Shintoisme adalah sama-sama dengan latar
belakang historis tentang asal-usul timbulnya negara dan bangsa Jepang. Karena yang
menyebabkan timbulnya faham ini adalah budidaya manusia dalam bentuk cerita-cerita
pahlawan (mitologi) yang dilandasi kepercayaan animisme, maka faham ini dapat
digolongkan dalam klasifikasi agama alamiah.
Nama Shinto muncul setelah masuknya agama Buddha ke Jepang pada abad
“Dikketaet nSaTmT Rmeaal sBeahtai my”ang dimaksudkan untuk menyebut kepercayaan asli
bangsa JepanPgag. e 1
Selama berabad-abad antara agama Shinto dan agama Buddha telah terjadi percampuran
7
yang sedemikian rupa (bahkan boleh dikatakan agama Shinto berada di bawah pengaruh
kekuasaan agama Buddha) sehingga agama Shinto senantiasa disibukkan oleh usaha-usaha
untuk mempertahankan kelangsungan “hidupnya” sendiri.
Pada perkembangan selanjutnya, dihadapkan pertemuan antara agama Budha
dengan kepercayaan asli bangsa Jepang (Shinto) yang akhienya mengakibatkan munculnya
persaingan yang cukup hebat antara pendeta bangsa Jepang (Shinto) dengan para pendeta
agama Buddha, maka untuk mempertahankan kelangsungan hidup agama Shinto para
pendetanya menerima dan memasukkan unsur-unsur Buddha ke dalam sistem keagamaan
mereka. Akibatnya agama Shinto justru hampir kehilangan sebagian besar sifat aslinya.
Misalnya, aneka ragam upacara agama bahkan bentuk-bentuk bangunan tempat suci agama
Shinto banyak dipengaruhi oleh agama Buddha. Patung-patang dewa yang semula tidak
dikenal dalam agama Shinto mulai diadakan dan ciri kesederhanaan tempat-tempat suci
agama Shinto lambat laun menjadi lenyap digantikan dengan gaya yang penuh hiasan
warna-warni yang mencolok.
Tentang pengaruh agama Buddha yang lain nampak pada hal-hal seperti anggapan
bahwa dewa-dewa Shintoisme merupakan Awatara Buddha (penjelmaan dari Buddha dan
Bodhisatwa), Dainichi Nyorai (cahaya besar) merupakan figur yang disamakan dengan
Waicana (salah satu dari dewa-dewa penjuru angin dalam Budhisme Mahayana), hal im
berlangsung sampai abad ketujuh belas masehi. Setelah abad ketujuh belas timbul lagi
gerakan untuk menghidupkan kembali ajaran Shinto murni di bawah pelopor
Kamamobuchi, Motoori, Hirata, Narinaga dan lain-lain dengan tujuan bangsa Jepang ingin
membedakan “Badsudo” (jalannya Buddha) dengan “Kami” (roh-roh yang dianggap dewa
oleh bangsa Jepang) untuk mempertahankan kelangsungan kepercayaannya.
Pada abad kesembilan belas tepatnya tahun 1868 agama Shinto diproklamirkan
menjadi agama negara yang pada saat itu agama Shinto mempunyai 10 sekte dan 21 juta
pemeluknya. Sejak saat itu dapat dikatakan bahwa paham Shintoisme merupakan ajaran
yang mengandung politik religius bagi Jepang, sebab saat itu taat kepada ajaran Shinto
berarti taat kepada kaisar dan berarti pula berbakti kepada negara dan politik negara.
semua benda baik yang hidup maupun yang mati dianggap memiliki ruh atau spirit,
bahkan kadang-kadang dianggap pula berkemampuan untuk bicara, semua ruh atau spirit
itu dianggap memiliki daya kekuasaan yang berpengaruh terhadap kehidupan mereka
(penganut Shinto), daya-daya kekuasaan tersebut mereka puja dan disebut dengan “Kami”.
Istilah “Kami” dalam agama Shinto dapat diartikan dengan “di atas” atau “unggul”,
sehingga apabila dimaksudkan untuk menunjukkan suatu kekuatan spiritual, maka kata
“Kami” dapat dialih bahasakan (diartikan) dengan “Dewa” (Tuhan, God dan sebagainya).
Jadi bagi bangsa Jepang kata “Kami” tersebut berarti suatu objek pemujaan yang berbeda
pengertiannya dengan pengertian objek-objek pemujaan yang ada dalam agama lain.
Dewa-dewa dalam agama Shinto jumlahnya tidak terbatas, bahkan senantiasa
bertambah, hal ini diungkapkan dalam istilah “Yao-Yarozuno Kami” yang berarti “delapan
miliun dewa”. Menurut agama Shinto kepercayaan terhadap berbilangnya tersebut justru
dianggap mempunyai pengertian yang positif. Sebuah angka yang besar berarti
menunjukkan bahwa para dewa itu memiliki sifat yang agung, maha sempurna, maha suci
dan maha murah. Oleh sebab itu angka-angka seperti 8, 80, 180, 5, 100, 10, 50, 100, 500
dan seterusnya dianggap sebagai angka-angka suci karena menunjukkan bahwa jumlah
para dewa itu tidak terbatas jumlahnya. Dan seperti halnya jumlah angka dengan
bilangannya yang besar maka bilangan itu juga menunjukkan sifat kebesaran dan
keagungan “Kami”. Pengikut-pengikut agama Shinto mempunyai semboyan yang berbunyi
“Kami negara – no – mishi” yang artinya : tetap mencari jalan dewa.
Kepercayaan kepada “Kami” daripada benda-benda dan seseorang, keluarga, suku,
raja-raja sampai kepada “Kami” alam raya menimbulkan kepercayaan kepada dewa-dewa.
Orang Jepang (Shinto) mengakui adanya dewa bumi dan dewa langit (dewa surgawi) dan
dewa yang tertinggi adalah Dewi Matahari (Ameterasu Omikami) yang dikaitkan dengan
pemberi kamakmuran dan kesejahteraan serta kemajuan dalam bidang pertanian.
Di samping mempercayai adanya dewa-dewa yang memberi kesejahteraan hidup,
mereka juga mempercayai adanya kekuatan gaib yang mencelakakan, yakni hantu roh-roh
jahat yang disebut dengan Aragami yang berarti roh yang ganas dan jahat. Jadi dalam
Shintoisme ada pengertian kekuatan gaib yang dualistis yang satu sama lain saling
berlawanan yakni “Kami” versus Aragami (Dewi melawan roh jahat) sebagaimana
kepercayaan dualisme dalam agama Zarathustra. Dari kutipan di atas dapat dilihat adanya
“Ditkitgaat ShTaTl yRaenalgBtaetradma”pat dalam konsepsi kedewaan Page 1
agama Shinto, yaitu :
7
dan waktu pelaksanaan matsuri beraneka ragam seusai dengan tujuan penyelenggaraan
matsuri.
Matsuri yang mempunyai tujuan dan maksud yang sama dapat mempunyai makna
ritual yang berbeda tergantung pada daerahnya. Pada penyelenggaraan matsuri hampir
selalu bisa ditemui prosesi atau arak-arakan Mikoshi, Dashi (Danjiri) dan Yatai yang
semuanya merupakan nama-nama kendaraan berisi Kami atau objek pemujaan. Pada
matsuri juga bisa dijumpai Chigo (anak kecil dalam prosesi), Miko (anak gadis pelaksana
ritual), Tekomai (laki-laki berpakaian wanita), Hayashi (musik khas matsuri), penari,
peserta dan penonton yang berdandan dan berpakaian bagus, dan pasar kaget beraneka
macam makanan dan permainan.
D.4. Matsuri
Matsuri berasal dari kata matsuru (matsuru? menyembah, memuja) yang berarti
pemujaan terhadap Kami atau ritual yang terkait. Dalam teologi agama Shinto dikenal
empat unsur dalam matsuri: penyucian (harai), persembahan, pembacaan doa (norito), dan
pesta makan. Matsuri yang paling tua yang dikenal dalam mitologi Jepang adalah ritual
yang dilakukan di depan Amano Iwato. Matsuri dalam bentuk pembacaan doa masih
tersisa seperti dalam bentuk Kigansai (permohonan secara individu kepada jinja atau kuil
untuk didoakan dan Jichinsai (upacara sebelum pendirian bangunan atau konstruksi).
Pembacaan doa yang dilakukan pendeta Shinto untuk individu atau kelompok orang di
tempat yang tidak terlihat orang lain merupakan bentuk awal dari matsuri.
Pada saat ini, Ise Jingū merupakan salah satu contoh kuil agama Shinto yang masih
menyelenggarakan matsuri dalam bentuk pembacaan doa yang eksklusif bagi kalangan
terbatas dan peserta umum tidak dibolehkan ikut serta. Sesuai dengan perkembangan
zaman, tujuan penyelenggaraan matsuri sering melenceng jauh dari maksud matsuri yang
sebenarnya. Penyelenggaraan matsuri sering menjadi satu-satunya tujuan
dilangsungkannya matsuri, sedangkan matsuri hanya tinggal sebagai wacana dan tanpa
makna religius
E. Dewa Dewi
Dewi matahari Shinto disebut Tensho Daijin yang juga dikenal dengan Amaterasu
Omikami. Amaterasu adalah Ratu dari seluruh “Kami”, ia adalah anak dari Izanagi dan
Izanami (Dewa Pencipta dari mitologi Jepang). Keluarga Kekaisaran Jepang mengatakan
“Dibkataht lSrTa TmReearel kBaataamd”alah keturunan langsung dari garis keturunan Dewi
Amaterasu. OPleahge 1
karena itu maka para Kaisar Jepang dianggap sebagai keturunan para dewa.
7
BAB VIII
PERBEDAAN ANTARA YESUS DENGAN AGAMA-AGAMA DUNIA
Mari kita perhatikan sejenak beberapa aspek utama Yesus Kristus yang sangat berbeda
dengan agama-agama di dunia.
1. Yesus Kristus mengejar suatu hubungan dengan kita.
Apakah saudara pernah berada dalam suatu hubungan di mana saudara selalu menjadi
orang yang memulainya? Biasanya hal itu sangat membosankan dan tidak bertahan
lama. Sahabat adalah orang yang sangat menikmati satu dengan yang lain dimana
mereka menginvestasikan waktunya secara bersama-sama dalam mengejar hubungan
tersebut. Tidak seperti agama-agama lain yang mencoba mencari Tuhan, didalam
Kristus saudara akan mengetahui bahwa Tuhanlah yang mencari saudara. Tuhan Yesus
berkata mengapa Dia datang : "yaitu supaya saudara memperoleh hidup, dan
memperolehnya dalam segala kelimpahan." Dia datang untuk memberi hidup yang
kekal kepada mereka yang percaya kepadaNya.
2. Yesus menyatakan diriNya sebagai Tuhan.
Tidak ada satupun tokoh agama di dunia ini yang menyatakan dirinya sebagai Tuhan.
3. Yesus hidup sempurna dan menunjukkan keilahianNya lewat mujizat-Nya.
Mencelikkan orang buta, meredakan angin ribut di laut, membangkitkan orang mati,
menyediakan makanan untuk ribuan orang dalam sekejap. Agama-agama di dunia
memiliki pemimpin yang menyampaikan pesan yang menarik, tetapi tidak seorangpun
diantara mereka yang menunjukkan kekuatan yang ajaib seperti yang Yesus lakukan.
Yesus berkata : "Percayalah padaku ketika Aku mengatakan bahwa Aku didalam
Bapa dan Bapa didalam Aku; atau setidaknya percayalah pada bukti-bukti yang
mujizat itu."
4. Yesus menawarkan pengampunan
Dalam banyak agama-agama didunia, setiap orang menghukum dirinya atas dosa-dosa
mereka atau melaksanakan upacara ritual mengorbankan diri. Tetapi Yesus
menawarkan pengampunan karena sebagai Tuhan Dia telah membayar semua dosa-
dosa kita. Allah menunjukkan kasihNya bagi kita: "Ketika kita masih berdosa, Kristus
telah mati bagi kita." Di atas kayu salib, Yesus menanggung semua dosa-dosa kita dan
membayarnya lunas.
5. Yesus bangkit dari kematian pada hari yang ketiga setelah Dia disalibkan.
BSTaTnyRaekal Baagtaamm”a
“Diktat berbicara tentang reinkarnasi. Dalam setiap
kesempatan YesPuasge 1
mengatakan bahwa Dia akan disalibkan dan akan bangkit pada hari yang ketiga. Yesus
8
DAFTAR PUSTAKA
1. http/www.wikipedia.org
2. Diktat kuliah, Teologia Agama-agama, STTII – Batam. 2007
3. Th. Sumartana. 2007. "Theologia Religionum". Di dalam Meretas Jalan Teologi
Agama-Agama di Indonesia. Tim Balitbang PGI (Eds.). Jakarta: BPK Gunung Mulia.
4. Markham. 2004. "Christianity and Other Religion". In The Blackwell Companion to
Modern Theology. Gareth Jones (Ed.).Malden, MA: Blackwell Publishing.
5. Mariasusai Dhavamony. 1995. Fenomenologi Agama. Yogyakarta: Kanisius.
6. Michael S. Northcott. 2002. 'Pendekatan Sosiologis'. Di dalam Aneka Pendekatan
Studi Agama. Peter Connely (ed.) Yogyakarta: LKIS.
7. Rob Fisher. 2002. "Pendekatan Filosofis".Di dalam Aneka Pendekatan Studi Agama.
Peter Connely (ed.) Yogyakarta: LKIS.
8. B.J. Banawiratma. 2007. "Mengembangkan Teologi Agama-Agama".Di dalam
Meretas Jalan Teologi Agama-Agama di Indonesia. Tim Balitbang PGI (Eds.). Jakarta:
BPK Gunung Mulia.