Anda di halaman 1dari 82

1

TEOLOGI AGAMA-
AGAMA DAN
PLURALISME

Oleh :

Dr.Vicky B.G.D. Paat, M.Th

SEKOLAH TINGGI TEOLOGI REAL


BATAM
2019/2020

“Diktat STT Real Batam” Page 1


2

BAB I
Pendahuluan

A. Pengertian Teologi Agama-Agama.


 Teologi Agama-agama (dalam bahasa InggrisTheology of Religions, dalam bahasa
LatinTheologia Religionum) adalah cabang dari ilmu teologi yang membahas
bagaimana kekeristenan memberi respons teologis terhadap kenyataan adanya
pluralitas agama di luar dirinya.
 Studi Teologi Agama-agama adalah studi yang meliputi bidang-bidang historis,
filosofi, sosiologi, phenomenomologi dan theology. Studi ini hanya meliputi
sejarah, filsafat dan teologia saja. Kemudian diadakan kritik-kritik semestinya
dengan sorotan Alkitab.
 Fokus studi teologi agama-agama adalah bagaimana umat Kristen memandang dan
menilai agama-agama lain, serta bagaimana hubungan yang positif antar-agama
dimungkinkan melalui teologi yang dikonstruksi.
 Salah satu pionir di dalam teologi agama-agama adalah teolog Inggris yang
bernama Alan Race.

Praduga Awal
 Adanya sifat universal agama-agama dunia terlihat dari kenyataan bahwa manusia
adalah oknum agamis, rational. Ini ternyata dari kenyataan bahwa tidak ada suku tanpa
agama. Dimana ada manusia disitu ada agama, hal ini bukan semata-mata karena
manusia dipengaruhi lingkungan, melainkan karena manusia memiliki hakekat
religious. (apakah itu berarti tidak ada orang atheist di dunia ini?)
 Adanya agama sebagai kekuatan utama dalam hidup manusia dan merupakan prinsip
yang dominan.

Pola hidup dunia Non –Barat

Agama Sebagai
Physic Sosi Mora Aesthetic
“Diktat STT Real Batam” Page 1

2
3

Agama bagi orang timur adalah sasaran ataupun fondasi masyarakat. Semua fase
kultural saling bergantung (interpedence), saling berhubungan (interrelated) dan
dipenetarasi dan permiasi (menyerap mengembang) dengan oleh agama.
Pola hidup dunia barat

Pola Hidup dunia


Barat
Physical Sosial Moral Aesthetic Intelectual

Agama menjadi suatu compartment kehidupan karena pengaruh scolarisme dan


isolasi (individualisme). Masalah agama adalah urusan pribadi seseorang.

Setiap Agama memiliki unsur-unsur dibawah ini:

Keterga nt

Pengala m Kepercay a

Misteri Rahasi
Ritua Perantar

Ima Tujua

Kebutuha

Mystery, surga, nirwana, the absolut, atma (disebut Tuhan). Apabila semua unsur ini
ada disetiap agama apakah perbedaannya dengan kekristenan? Perbedaannya terletak pada
isi dan akibat dan sasaran (objek) agama. Kekristenan dinamakan agama wahyu (revelation
religion) yang berarti memiliki ajaran yang bersumber diwahyukan Allah, sedangkan
agama lain berakar pada masyarakat dan kebudayaan sekitarnya sehingga dinamakan
“Natural Religion”. Namun demikian adapula kesamaan-kesamaannya.

“Diktat STT Real Batam”


Page 1

B. Teori-teori tentang hubungan kekristenan dengan agama-agama dunia.


 Radical Displacement (Perpindahan Radikal)
4

Teori ini mengatakan bahwa misi Kristen harus mencabut/ mengganti secara
menyeluruh agama-agama lain karena mereka berasal dari manusia semata.
Tokohnya adalah teolog De Wolf dan Hockings. Kekristenan adalah unik dan
benar. Agama lain salah dan keselamatan terletak diluar mereka.

 Fulfillment (Pemenuhan)
Paham ini berpendapat bahwa kekritenan adalah pemenuhan kegenapan dari
pencarian agama-agama di dunia. Di dalam tiap-tiap agama adan kerinduan/
kehausan akan Allah. Tokohnya adalah J.N Farguhak dan N. Marchicol
berpendapat sebagaimana Kristus memenuhi pengharapan-pengharapan orang
Yahudi dalam Pl, Ia juga memenuhi pengharapan/kerinduan semua agama-agama.
Semua agama memiliki sedikit kebenaran, keKristenan lebih superior dan
memenuhi semua kekurangan agama-agama lain.

 Faith Teory (Teori Iman)


Teori ini mengatakan ada kemungkinan iman dalam setiap agama dibedakan antara
iman tunggal Kristen dan iman-iman jamak non Kristen. Tokohnya adalah A.G
Hogg. Pandangannya berhubungan umumnya dengan pengnjilan.

 Triple Relationship Theory (Teori Hubungan Tiga)


Paham ini mengatakan bahwa di dalam Yesus Kristus semua agama termasuk
Kristen diadili. Hubungan diantara agama-agama haruslah dipandang sebagai
hubungan tiga segi yaitu Kristen – Injil –Agama-agama asing.Tokoh; Hendrick
Kracmor

 Reconseption (Konsepsi ulang)


Sasaran theory ini adalah mempersembahkan Yesus Kristus sedemikian rupa
sehingga Ia sendiri akan menjadi titik rekonsepsi bagi kepercayaan mereka. Para
penginjil tidak boleh memenangkan orang dari agama lain. Mereka hanya berharap
agar tejadi “Manger” (penyatuan) antara Kekristenan dengan agama-agama lain
sehingga nantinya terjadi suatu agama dunia yang didepannya semua agama bisa
dimengerti Tokoh; Albert Schweitzer dan Arnold Toynbee. Dasarnya adalah
banyak cara menyerap kebenaran sehingga ada kebenaran dalam semua agama
namun tidak ada agama yang sempurna.

Pandangan Yang mendekati Alkitab adalah..................................................?


“Diktat STT Real Page 1
5

C. Klasifikasi Agama-Agama di dunia


 Monotheistic Religions (Judaisme, Ke-Kristenan dan Islam). Satu Allah, Allahnya
Abraham.
 Monistic Religions (percaya adanya keberadaan yang benar). Hinduisme,
Budhisme, Janisme, Realita Ultima (realita tertinggi) terdiri dari material-spritual,
(ada suatu kuasa yang besar) ada kesatuan di antara keduanya.
 Naturalistic Religions (agama alamiah/ sistem etika). Taoisme, Confusionisme,
Shintoisme.
 Spiritistic Religions (agama-agama purba)
primitive. Presentasi penganut
No Nama Agama Presentase Jumlah
Penganut
1 Kristen 28,7 %
2 Islam 12,96 %
3 Hindu 11,85%
4 Agama umat Cina 11,11%
5 Budha, Taoisme,
Confusionisme, 13,38%
Shintoisme,
Animisme, Jahudi
6 Tak beragama, 22,00%
Skeptic, Komunis

C.1. Teologia Alkitabiah tentang Agama


 Konsep Continuity-Discontinuity (konsep kesinambungan dan ketidaksinam-
bungan)
 Konsep ini suatu polarisasi dari filsafat kelangsungn dan ketidak langsungan. Ini
berarti bahwa dalam agama-agama dunia terdapat kelangsungan ajaran-ajaran
tertentu dari atau dalam agama Alkitabiah.
 Dasar pemikiran
Kejadian 1-11 (continuity) diterima secara serius dan merupakan sejarah factual.
“Diktat STTPRaesaallBaitanmi ” membicarakan ras bangsa-bangsa secara menyeluruh. Tidak
aPdaage 1
penyembahan berhala disini. Penyembahan berhala mulai terdapat pad aps 12.
6

Roma 1 (discontinuity) “Allah membiarkan mereka” (ay. 24, 26, 28) Allah berhenti
menyatakan diri kepada mereka sesudah penekanan akan pernyataan dirinya. Israel
akan dipilih menjadi perantara, Roma pasal 2 Paulus mulai membicarakan prinsip-
prinsip pengadilan dan bukannya jalan keselamatan.

Israel (Kej. 12:1-


3) Agama
Alkitabiah
Wahyu Allah Kej. 1-
11. Jalan
Kesinambungan Bangsa-bangsa (Roma 1:18-
32)
Agama Non Alkitabiah

Prinsip-prinsip dasar continuity – disconituity


 Prinsip tradisi.
Menurut Edmond Smith kisah kejatuhan manusia terdapat disetiap daerah di Afrika.
Intinya sama yaitu manusia melanggar titah Allah Pencipta dan menyedihkan hati
Allah.
 Prinsip diffusi (merembes).
Darimanakah Afrika memperoleh pengertian tentang Allah bahkan keesaanNya?
(monotheisme) Yusuf memulainya diikuti oleh Israel yang menyebarkan paham
keAllahan itu ke Afrika. Darimanakah asal-usul filsafat pantheisme dan Monisme
India? Bukankah Agama Hindu dimulai di Persia kira-kira 2000 tahun Sebelum
Masehi? Jarak 2000 tahun menyebakan diffuse selama 2000 tahun (Abraha – Yesus).
 Prinsip Instropeksi.
Prinsip ini membuahkan natural revelation. Pengenalan akan diri sebagaimana adanya.
Menurut Budha, diri ini sengsara karena berada dalam dunia yang penuh duka,
kesimpulan ini diperoleh sesudah bersemedi/meditasi (instropeksi diri). Ternyata

Agama-agama awal di Indonesia telah mempraktekkan instropeksi diri.


 Prinsip special Revelation.
Kita bertanya darimanakah Ayub, Abraham mengenal Allah? Mengapa masih ada di
dunia ini kepekaan akan Alllah dan dosa?
7

C.2. Kepercayaan-Kepercayaan Tradisional


Beberapa unsur penting yang bisa diamati dari suatu kepercayaan adalah adanya
kesinambungan, adanya unsur phenomena, adanya keinginan akan keharmonisan.
Perwujudan ekspresi kepercayaan tradisional mewujudkan diri dalam ekspresi ;
1. Kegentaran di hadapan yang disembah. Tempat-tempat keramat, pohon, gunung dll.
2. Kekuatiran dalam upacara-upacara (ritual). Ketakutan menyeleweng.
3. Ketekunan dalam mengharap dalam ritual. Ada rasa pengharapan yang dalam akan
jawaban dan hasil baik bagi pergumulan hidupnya. Mis; pengharapan akan kesuburan
tanah, hujan, dll
4. Keyakinan akan adanya mitos-mitos.
5. Kenyataan fungsi mitos
6. Kesinambungan antara unsur-unsur agama dan magic.
7. Pola-pola Magic/sihir.
 Fethisism benda atau orang didiami dan dikuasai oleh kuasa jahat
 Shamanism yang jahat (black magic). Roh jahat dimasukkan kedalam
pribadi seseorang oleh orang lain
 Shamanism yang baik (White magic). Magic mendatangkan kebaikan
bagi manusia.
8. Divination. Shaman (dukun) menjadi perantara untuk mengadakan kontak
dengan dunia alam roh.
9. Kepercayaan kepada manna (kuasa gelap yang tidak tergantung pada manusia
atau benda)
10. Animisme. Segala sesuatu benda mati atau hidup memiliki nyawa atau roh.
11. Veneration dan penyembahan kepada roh. Penyembahan kepada symbol dll.
12. Pengakuan dan pengenalan akan allah-allah tertinggi. Adanya allah tertinngi
yang diakui
13. Tabu. Berhubungan dengan hal-hal yang menajiskan manusia atau yang
dapat mendatangkan kemarahan roh-roh.
14. Upacara penyucian. Upaya melenyapkan aib.
15. Pengorbanan.
16. Sikap terhadap orang mati.
“Dik1t7at. STToTteRmeailsBmaeta.mA”da hubungan khusus antara sekelompok manusia dengan
sejenis benda
binatang atau barang-barang, binatang-binatang tertentu tidak boleh dipotong dll
8

D. Perbedaan Teologi Agama-Agama dengan Studi Agama-Agama


Teologi agama-agama merupakan bidang ilmu yang berbeda dengan studi agama-
agama pada umumnya. Untuk menggambarkan perbedaan tersebut dengan lebih jelas,
maka kita perlu membandingkan fokusnya masing-masing.

D.1. Teologi Agama-Agama dan Sosiologi Agama


Studi sosiologi agama-agama merupakan studi tentang hubungan-hubungan antara
agama dan masyarakat serta bentuk-bentuk hubungan yang terjadi. Hal-hal yang menjadi
perhatian dari studi ini adalah bagaimana kepercayaan-kepercayaan agama tertentu
memengaruhi suatu masyarakat, atau bagaimana kepercayaan agama tertentu memengaruhi
pola hubungan dengan umat beragama lain. Dalam bidang ini, yang menjadi obyek
penelitian adalah aspek manusiawi (imanen), yang mana aspek Ilahi (transendensi)
diwujudkan di dalam perilaku manusia sehari-hari. Akan tetapi, hal-hal yang transenden
tidak terlalu diperhatikan atau dikesampingkan di dalam studi ini.
Teologi agama-agama juga mempelajari aspek manusiawi dan aspek Ilahi di dalam
agama-agama. Akan tetapi, teologi agama-agama justru lebih tertarik untuk mempelajari
aspek Ilahi yang memengaruhi perilaku sehari-hari, dalam hal ini antara umat Kristen
terhadap umat beragama yang lain.

D.2. Teologi Agama-Agama dan Filsafat Agama


Filsafat agama merupakan refleksi filosofis mengenai agama dengan menggunakan
metode filsafat secara sistematis dalam menganalisis isi pokok suatu agama, seperti konsep
Tuhan, Yang Suci, keselamatan, ibadah, kurban, doa, dan sebagainya. Filsafat agama
berupaya mencari pembenaran rasional dari gerakan agama tertentu, serta memberi
penilaian terhadapnya sehingga bersifat normatif. Teologi agama-agama juga memberikan
penilaian seperti filsafat, tetapi di dalam terang iman Kristen yang berupaya menilai
agama-agama yang lain, bukan berdasarkan rasionalitas seperti filsafat agama melainkan
penyataan Allah.

D.3. Teologi Agama-Agama Fenomenologi Agama


“Diktat STTFReenaol mBaetanmo”logi agama adalah bidang studi yang berupaya melihat
kepelbagaPiaange 1
agama secara fenomenologis. Fenomenologis artinya bagaimana pemeluk agama-agama
9

berbicara tentang apa yang mereka yakini dan percayai sejauh dapat diamati (fenomena).
Di sini, penilaian oleh pengamat dihindari dan keunikan tiap agama berusaha
dipertahankan. Gejala-gejala yang diperbandingkan hanya untuk memperdalam pengertian
dari gejala-gejala religius yang dipelajari.
Di dalam teologi agama-agama, penilaian terhadap agama lain dari perspektif
kekristenan tidak dapat dihindarkan. Akan tetapi, semangat yang mendasarinya bukan
semangat konfrontatif, melainkan justru bagaimana umat Kristen dan umat beragama
lainnya dapat hidup bersama secara harmonis di dalam konteks kemajemukan agama.

Metode
Di dalam teologi agama-agama, seseorang harus mulai dengan pemahaman yang
setia sekaligus kritis terhadap tradisi Kristen sendiri, lalu berupaya melihat agama yang
lain di dalam terang iman Kristen. Pemahaman tersebut dapat tercapai melalui metode
yang dapat dipertanggungjawabkan, seperti metode empiris, historis-kritis, filologis,
fenomenologis, dan lain-lain. Metode-metode tersebut dipakai untuk melihat tradisi
Kristen

“Diktat STT Real Batam” Page 1


1

BAB II
STUDI TENTANG AGAMA-AGAMA

Apakah Agama itu? Berbagai jawaban dan definisi bisa diberikan oleh orang
tergantung dari sudut mana mereka melihat agama itu. Secara sederhana ada yang
menyebutkan bahwa agama itu adalah: “kepercayaan akan mahluk-mahluk halus,” namun
yang lainnya mencoba memberikan definisi yang lebih komprehensip atau deskripsi
mengenai praktek-prakteknya.
Sejak berkembangnya agama pada masyarakat primitip, agama berkembang tanpa
manusia merasa perlu mendifinisikan artinya, namun sejak perkembangan ilmu
pengetahuan, manusia berusaha untuk mengerti hakekat agama yang sudah dianut manusia
sejak kehadiran manusia dimuka bumi itu. Beberapa pendekatan akan studi tentang agama-
agama yang dilakukan adalah antara lain sebagai berikut:
 Ahli Antropologi menggambarkan keyakinan dan praktek agama seperti yang dapat
diamati dalam komunitas yang hidup. Agama dalam komunitas ini membantu
menyatukan orang-orang melalui pengalaman yang dilakukan bersama dan pemberian
makna pada kehidupan mereka. Agama menyediakan pola perilaku manusia, sering
sebagai tanggapan atas kesukaran hidup.
 Ahli Sosiologi menekankan dimensi sosial dari ide-ide keagamaan. Agama
menyediakan jalan yang disepakati dalam melihat dunia ini. Ia memberikan kepada
setiap individu manusia rasa tentang makna dan tujuan hidup sosialnya.
 Ahli Jiwa menjelaskan agama sebagai pemenuhan akan kebutuhan kejiwaan dalam
mengatasi konflik-konflik batin, dan bagaimana agama itu berperan dalam
kesejahteraan jiwa manusia itu.
 Ahli Sejarah menjelaskan agama dalam hubungan kejadian-kejadian yang dihasilkan
kepercayaan dari dulu sampai sekarang.
 Ahli Teologi berkenaan dengan agama dalam lingkungannya sendiri, mengenai perta-
nyaan apakah hal itu benar atau salah, dan bagaimana manusia menanggapi agama itu.
 Ahli-ahli lain berusaha melihat perilaku beragama dan agama itu sendiri dalam
hubungan dengan disiplin ilmu pengetahuan masing-masing.

“Diktat DSTaTlaRmeapl eBnaytaemli”dikan agama-agama yang menyeluruh, kita mengenal Page 1


setidaknya dua macam studi agama, yaitu:
1

(1) Sejarah Agama, dan


(2) Perbandingan Agama.
Sejarah agama (History of Religions) berusaha untuk mengerti agama dari
sejarahnya di masa lalu sampai sekarang dan hal-hal apa yang berkembang dalam agama
itu, jadi sifatnya penyelidikan yang mendalam dan vertikal atas agama tertentu, sedangkan
perbandingan agama (comparative religions) mencoba melakukan pendekatan atas agama
melalui perbandingkan antara satu agama dengan agama lainnya.

A. Agama dari Primitif sampai Modern


Tidak ada manusia dari yang primitip sampai yang modern yang tidak mengenal
agama atau dalam pengertian primitip keyakinan akan hal-hal yang gaib/sihir/magi
(magic). Dalam masyarakat apapun selalu ada keyakinan mengenai adanya realita yang
dianggap kekal, baka dan suci (Sacred) dan realita alam nyata yang kita diami yang
bersifat tidak kekal, fana, dan duniawi (Profane). Menurut Mircea Eliade, tokoh sejarah
agama:
"Manusia menyadari realita yang suci (sacred) karena realita itu menyatakan
dirinya sebagai sesuatu yang samasekali berbeda kenyataannya dari yang duniawi
(profane). Pernyataan itu disebut sebagai hierophany."

Dalam hubungan dengan realita baka yang dianggap suci itu umumnya orang-orang
memandangnya dengan hormat disertai larangan dan pantangan bila berhubungan
dengannya. Keyakinan demikian diiringi dengan keyakinan adanya kekuatan supranatural
khususnya kekuatan gaib/sihir/magi, atau ide-ide mengenai adanya mahluk halus, roh-roh,
setan, roh nenek moyang yang telah mati, atau dewa-dewi (gods) yang berasal atau berada
dalam realita yang suci tersebut.
Orang yang meletakkan dasar studi antropologi agama adalah Edward B. Taylor
yang mengatakan:
"esensi agama primitip adalah animisme, keyakinan akan mahluk halus, dan
keyakinan ini berasal dari penafsiran yang keliru tetapi konsisten tentang mimpi,
penglihatan, halusinasi, kesurupan, dan gejala-gejala yang sama."

“Diktat STTPRaenadl Banatgaamn” ini menuntun kepada sikap yang membedakan jiwa dari badan,
dimaPnaage 1
jiwa akan terus akan mengalami kehidupan sesudah mati karena dalam kenyataannya
1

mereka yang mati sering menampakkan diri dalam mimpi, membayang-bayangi mereka
yang masih hidup dalam ingatan dan penglihatan, dan mempengaruhi tujuan hidup
manusia, ini membawa kepada keyakinan akan setan dan roh-roh nenek moyang dan akan
kehidupan sesudah mati di alam lain.
"Kepercayaan Animistis melahirkan rasa takut dan rasa hormat terhadap banyak
macam gejala alami. Orang pun memuja tempat-tempat tertentu, sementara para
leluhur pun dikeramatkan dan diharapkan berkatnya."

Animisme menurut Taylor, sebagai filsafat dan agama orang-orang primitip,


dihasilkan dari pengamatan dan penyimpulan (akan mimpi, halusinasi dll) secara spontan.
Taylor terkenal sebagai pelopor yang mempromosikan teori 'evolusi agama' dalam buku
karyanya 'The Primitive Culture' yang ditulisnya pada tahun 1872.
Pandangan Taylor terbatas karena menganggap orang-orang primitip itu sebagai
terlalu perenung dan rasional, padahal faktanya banyak sekali penyelidikan baru
menunjukkan bahwa orang-orang biadab sekalipun, sudah memiliki minat selain pada
mengail ikan dan berkebun juga upacara dan festival suku yang lebih luas daripada hanya
pengalaman perenungan mimpi perorangan. Dalam studi sejarah agama dimulai dari
Taylor kuat adanya pendapat yang menganggap bahwa telah terjadi perkembangan agama
dimulai dari keyakinan adanya mana (manism) ke keyakinan akan roh-roh dibalik segala
sesuatu (animism) menuju keyakinan akan patung (totemism), jimat (fetishism),
penyembahan alam dan roh-roh, kemudian kepada dewa-dewi & setan-setan (polytheism),
dan terakhir kepada ide akan keberadaan Allah yang tunggal (monotheism).
Sekalipun demikian banyak tokoh sejarah agama seperti Mircea Eliade mengatakan
bahwa faham evolusi gejala agama dari yang sederhana sampai yang kompleks adalah
hipotesa yang tidak dapat dibuktikan [/COLOR][4], demikian juga Andrew Lang dalam
buku 'The Making of Religion' (1989) membuktikan bahwa teori evolusi agama tidak
cocok dengan apa yang sebenarnya telah terjadi dalam sejarah agama. Pandangan menolak
dikemukakan oleh Robert Brow:
"Teori evolusi agama sedang dirumuskan kembali dengan anggapan bahwa
Monotheisme telah terjadi pada bayang-bayang masa pra-sejarah. Dipelopori oleh
Pastor William Schmidt dari Wina, para anthropolog telah memperlihatkan bahwa

“Diktat STTrRateuasl aBnataamga” ma suku bangsa yang terpencil sampai pada masa kini tidaklah
primPitaifge 1
dalam arti agama asali yang belum berkembang. Bangsa-bangsa ini mempunyai
1

ingatan tentang "Sang Hiang Tunggal", Sang Pencipta Allah Bapa yang lemah
lembut, Allah ini tidak lagi dipuja, sebab tidak ditakuti ... Dengan demikian kita
melihat bahwa evolusi agama yang mulai dari Animatisme primitif, tidak lagi dapat
diterima sebagai axioma (kenyataan), dan bahwa beberapa antropolog percaya
bahwa Monotheisme mungkin saja lebih primitif daripada Animisme."

Penelitian lebih lanjut antropologi modern dapat dijumpai dalam karya Sir James
Frazer. Ia mengemukakan adanya tiga masalah yang dihadapi oleh agama primitip, yaitu
 hal-hal gaib/sihir/magi (magic) dan hubungannya dengan agama dan pengetahuan;
 totemisme (penghormatan patung) dan aspek sosiologis keyakinan kuno; dan
 kultus kesuburan dan tanam-tanaman.
Dalam buku 'The Golden Bough,' Frazer menunjukkan dengan jelas bahwa
animisme bukan satu-satunya keyakinan pada budaya primitip. Orang primitip berusaha
untuk menguasai alam untuk tujuan praktis, ini dilakukannya secara langsung melalui
upacara dan mantra, menguasai angin dan iklim, dan binatang dan panen agar mengkuti
kemauannya. Baru setelah usahanya menguasai alam ini mengalami kesulitan barulah
manusia mencari usaha meminta bantuan roh-roh yang lebih tinggi seperti setan, roh
nenek-moyang atau dewa-dewi. Disinilah Frazier membedakan antara kepercayaan Ilmu
Gaib (Magic, yaitu keyakinan bahwa manusia dapat menguasai alam) dan Agama
(Religion, yaitu pengakuan akan keterbatasan manusia dan pencarian kuasa yang lebih
tinggi darinya sejalan perkembangan pengetahuan).
Bagi Mircea Eliade "Baik bagi orang primitip atau masyarakat modern, yang suci
(sacred) itu disamakan dengan suatu kekuatan atau tenaga (power)" [/COLOR][6].
Kekuatan atau tenaga (power/force) yang diyakini oleh kebanyakan orang-orang primitip
sampai sekarang biasa disebut antara lain sebagai mana di Melanesia, arungquiltha di suku
Aborijin Australia, wakan/orenda/manitu yang diyakini orang-orang Indian Amerika dapat
ditemui secara universil di semua suku-suku primitip di dunia dimana Ilmu Gaib/Sihir
dipraktekkan.
Dari banyak pengamat antropologi agama, ditemukan dalam semua agama primitip
adanya keyakinan akan kekuatan (power/force) supranatural yang tidak berpribadi yang
menggerakkan semua hal yang ada disekitar kehidupan orang-orang dan juga dalam realita

“Diykatant
gSTsTucRie. aMl Baantaami”nilah dan bukan animisme yang merupakan esensi ilmu
gaib agama pPraag-e 1
animisme. Kepercayaan akan Mana yang juga sering disebut sebagai dinamisme
1

(dynamism) yang berasal dari istilah Melanesia dan secara umum kemudian digunakan
oleh para ahli antropologi.
Keberadaan Mana jelas diakui oleh semua ahli yang umumnya sepakat untuk
mempercayai bahwa Mana adalah kekuatan yang tidak berpribadi (impersonal power) .
Emile Durkheim dalam penelitiannya akan suku-suku Indian di Amerika mengemukakan
bahwa umumnya suku-suku itu mempercayai adanya 'kekuatan unggul' (pre-eminent
power) yang bisa dimanfaatkan, karenanya banyak yang kemudian menganggapnya
sebagai 'semacam dewa yang berkuasa' sehingga banyak yang menyebutnya sebagai 'roh
besar' (great spirit), tetapi dari penelitian suku-suku itu sendiri ternyata bahwa pernyataan
terakhir mengenai roh besar itu tidak didukung kenyataan.

B. Komponen Dalam Agama


Pada prinsipnya sesuai definisi Mircea Eliade, 'Agama' timbul karena adanya
kesadaran manusia bahwa dibalik 'alam nyata yang tidak kekal' (Profane) ini ada 'alam
maya yang kekal' (Sacred) dan bahwa 'manusia dengan sesuatu cara dapat berhubungan
dengan realita itu. ' Berdasarkan hal itu dapatlah digambarkan bahwa dua lingkaran
'Sacred' dan 'Profane' itu bertemu pada bidang yang disebut agama. Secara garis besar,
gambaran agama itu bisa digambarkan dalam gambar berikut:

“Diktat STT Real Batam” PROFANE / MANUSIA & DUNIA Page 1


1

Pada gambar di atas, „Sacred‟ (digambarkan sebagai lingkaran di atas)


bersinggungan dengan „Profane‟ (digambarkan sebagai lingkaran di bawah) dalam
apa yang disebut sebagai „Agama.‟ 'Sacred' (dengan pusat lingkaran menunjuk pada [1]
yang suci) menyatakan diri dalam bentuk segitiga terbalik (dengan puncak ke bawah) yang
disebut [2] 'penyataan/pengungkapan' (hierophany) dimana kedua sudut di atasnya
menggambarkan [2.1] orang suci dan [2.2] tempat suci, sedangkan puncak di bawah
menggambarkan [2.3] kitab suci yang dari dalamnya manusia dapat menggali pokok-pokok
ajaran (dogma) dan pedoman tingkah laku (etika). Respons [3] manusia dan dunia
(sebagai pusat lingkaran Profane) dapat digambarkan sebagai segitiga yang disebut [4]
ungkapan beragama yang dinyatakan dengan puncak segitiga yang menghadap ke atas
sebagai [4.1] jalan keselamatan (penebusan) untuk mencapai yang suci itu, dan kedua
sudut di alasnya yang menggambarkan [4.2] komunitas umat beragama dan [4.3] upacara
dan etik-moral yang dilakukan demi keakraban komunitas tersebut.

C. Tiga Model Teologi Agama


Secara umum, ada tiga model pandangan teologi agama-agama: eksklusivisme,
inklusivisme, dan pluralisme.

1. Eksklusivisme

Pertama, pandangan eksklusivisme memiliki pandangan eksklusif mengenai


keselamatan. Eksklusivisme menegaskan bahwa hanya di dalam agama Kristen ada
kebenaran dan keselamatan, sedangkan di luar agama Kristen sama sekali tidak ada
keselamatan. Ayat yang digunakan umumnya adalah kitab Kis 4:12 dan Yoh 14:6. Dalam
Gereja Katolik, Paus Bonifasius VIII merumuskan pandangan ini dalam semboyan “Extra
ecclesia nulla salus” yang berarti “diluar gereja tidak ada keselamatan”.
Teolog yang mewakili pandangan eksklusif adalah Karl Barth dan Hendrik
Kraemer. Barth berpendapat bahwa agama adalah ketidakpercayaan. Agama-agama
merupakan upaya manusia yang sia-sia untuk mengenal Allah. Allah hanya bisa dikenal
kalau Allah sendiri yang memperkenalkan DiriNya. Allah sudah memperkenalkan diriNya
didalam dan melalui Yesus Kristus. Injil adalah anugerah Allah di dalam Yesus Kristus,
sedangkan agama-agama adalah upaya manusia yang sia-sia. Sebab itu, tidak ada
hubungan antara Injil dengan agama-agama. Tidak ada hubungan antara anugerah Allah di
“DidkataltaSmTTYReesaul sBaKtarmis”tus dengan upaya sia-sia manusia. Ini juga berlaku bagi
agama KristPenag. e 1
Tetapi agama Kristen dibenarkan karena Injil anugerah yang dipegangnya.
1

Hal senada, namun beda argumen disampaikan Kraemer, yang berpendapat bahwa
penyataan di dalam Yesus Kristus merupakan kriteria satu-satunya yang dengannya semua
agama-agama, termasuk agama Kristen, dapat dimengerti dan dinilai. Yesus Kristus
ditempatkan sebagai satu-satunya kriteria dalam memahami dan menilai agama-agama.
Penyataan umum diakui keberadaannya, teologi naturalis, tetapi tidak berdiri sendiri.
Penyataan umum itu harus terkait dalam penyataan diri Yesus. Titik tolak Kraemer
adalah “biblical realism” (kenyataan alkitabiah) yang mengandung dua hal: realitas
alkitabiah menunjuk pada kesaksian mendasar Alkitab tentang kemahakuasaan Allah dan
keberdosaan manusia yang diperhubungkan dengan inkarnasi Yesus Kristus; dan
pandangan mengenai agama-agama lain sebagai sistem yang meliputi segalanya, yang
masing-masing ditandai pemahaman-pemahaman tersendiri akan totalitas eksistensi. Sebab
itu, antara Injil dan agama-agama tidak ada kesinambungan.

2. Inklusivisme

Kedua, Pandangan inklusivisme yang berkembang sejak Konsili Vatikan II.


Pandangan ini mengandung dialektika penerimaan dan penolakan agama-agama lain. Pada
satu sisi, inklusivisme menerima adanya manifestasi rohani di dalam agama-agama lain,
shingga dapat disebut suatu tempat bagi kehadiran ilahi. Pada pihak lain, agama-agama
ditolak sebagai yang tidak mencukupi bagi keselamatan, karena hanya dalam krsitus saja
ada keselamatan. Kitab yang dijadikan dasar adalah kitab Lukas 4:21, 24:27, Kis 10:34-35,
Yoh 1:1-4.
Teologi agama-agama berpandangan inklusivisme ini dianjurkan oleh Yustinus
Martir, Deklarasi Konsili Vatikan II, Karl Rahner danHans Kung. Yustinus Martir,
bapa gereja abad kedua, terkenal dengan istilahnya “Logos Spermatikos” (benih-benih
logos/firman). Martir, berdasarkan Yoh 1:1-5, berpendapat bahwa di dalam dunia ada
logos spermatikos yang merupakan bagian dari kehadiran Allah memelihara ciptaanNya
yang telah dirusakkan oleh dosa.
Sejajar dengan filsafat Stoa, iayakin bahwa semua orang berpartisipasi dalam Akal
kosmik universal, yaitu Logos ilahi yang abadi, yang menjadi prinsip dari rasionalitas yang
terpadu merembesi kenyataan dasar alam semesta secara keseluruhan. Yesus Kristus itulah
Logos ilahi yang abadi. Teori Logos Spermatikos menyatakan adanya kehadiran Kristus
dalam dunia yang mengungkap kebenaran dalam filsafat dan dalam agama-agama.
“Diktat STTPRaenadl Banatgaamn” inklusivisme lainnya, kita peroleh dari Konsili Vatikan II
(1962-196P5ag) e 1
dalam dokumen Nostra Aetate (Dewasa`Kita), yaitu Deklarasi tentang sikap gereja
1

(Katolik) terhadap agama-agama bukan Kristen. Deklarasi tersebut menyatakan bahwa


dalam agama-agama lain, ada usaha menanggapi kegelisahan hati manusia dengan
pelbagai cara sambil menganjurkan jalan, yakni ajaran (kultus), peraturan (etis), dan ibadat
suci (ritus); gereja Katolik tidak menolak apapun yang benar dan suci dalam agama-agama,
dan memandang dengan penghargaan yang jujur bahwa tidak jarang itu memantulkan
cahaya kebenaran, yang menerangi semua masnusia.
Terhadap Hindu, Konsili Vatikan II memahami bahwa di dalam Hinduisme,
manusia meneliti misteri ilahi lalu mengungkapkannya dengan perbendaharaan mitos yang
luar biasa kaya dan dengan usaha-usaha filsafatnya yang tajam, dan mencari pembebasan
melalui bentuk-bentuk meditasi yang mendalam, atau pula dengan berpaling kepada Allah
dengan cita kasih dan pengharapan. Terhadap Budhisme, ada diajarkan jalan, yang
dengannya manusia dapat mencapai tahap pembebasan sempurna atau atau dapat
menggapai pencerahan tertinggi dengan usaha-usaha sendiri atau dengan bantuan dari atas.
Terhadap Islam, yang menyembah Allah yang Mahaesa, Yang hidup dan ada, Yang
Mahapengasih dan Maha kuasa, Pencipta, Yang berbicara kepada manusia. Terhadap
Yahudi, gereja Katolik mendorong persaudaraan dengan umat Yahudi, dan menentang
antisemitisme, sikap anti Yahudi oleh fasisme Hitler masa perang Dunia II yang
menewaskan enam juta orang Yahudi.
Penganjur Inklusivisme, Karl Rahner, menggabungkan suatu teologi yang bersifat
kristosentris dengan pengalaman keagamaan non-Kristen. Kristus tetap pusat dan kriteria
dari anugerah dan penyelamatan Allah. Sebab itu, orang non-Kristen disebutnya sebagai
orang Kristen anonim. Gagasan ini dikemukakan dalam empat tesis: agama Kristen
ditujukan untuk semua orang, sehingga agama lain tak diakui; agama nonkristen menjadi
saluran anugerah Allah dalam Kristus, sebelum Injil memasuki sejarah individunya; agama
Kristen menghadapi agama lain sebagai Kristen anonim; orang Kristen sebagai barisan
terdepan yang nyata dari harapan Kristen yang hadir sebagai realitas terselubung dalam
agama-agama lain. Tokoh inklusif lainnya, Hans Kung, menyebut pendirian kritis-
oikumenis, yang memandang agama dari luar dan dari dalam. Dari luar dengan pengakuan
akan kebenaran dalam agama-agama, dan dari dalam, dengan kebenaran dalam agama
sendiri.

3.Pluralisme
“Diktat STTKReetailgBaa,tpaman” dangan Pluralisme yang tergolong kontroversial dan baru.
PandanganPage 1
ini mengakui adanya kebenaran yang sama dalam agama-agama, meskipun berbeda-beda.
1

Dasarnya adalah pengkajian kembali berita Alkitab, khususnya mengenai Kristologi.


Pluralisme menggeser Kristosentris ke Theosentris, dengan dasar kitab Yoh 14:28, 17:3,
1Kor 15:28, sikap teosentri Yesus, kitab Mazmur, nabi-nabi, dan filsafat agama.
Penganjur pluralisme, E.Hocking, menekankan perubahan fungsi pekabaran Injil
dari peran kristenisasi menjadi peran kemitraan dalam mengembangkan agama lain;
Arnold Toynbee menganjurkan untuk mengakui agama-agama lain sambil berpegang
teguh pada keyakinan agama sendiri; Ernst Troeltsch berpendapat bahwa kebenaran suatu
agama terikat pada suatu kebudayaan tertentu, dan Allah bekerja melalui seluruh agama;
John Hick menganjurkan revolusi Copernican dengan memindahkan pusat agama dari
Kristus ke Allah, sebagaimana Copernicus (matahari pusat) mengubah pandangan
geosentri Ptolemous (bumi pusat); Wilfred Cantwell Smith menekankan penerimaan dan
penghargaan pada agama-agama lain (moral dan teologis), karena Allah yang
memperkenalkan diri dalam Kristus penuh kasih dan yang menyelamatkan, termasuk
dalam agama lain, dan agama/komunitas bersama-sama menuju pada satu tujuan akhir,
yaitu Allah sendiri; Wesley Ariarajah menggeser tekanan kristosentrisme ke teosentrisme,
dan mengusahakan dialog dalam penghargaan dan keterbukaan kepada agama-agama lain,
ayat-ayat eksklusif mestilah dipahami dengan seluruh kesaksian Perjanjian Baru dan
dipahami dari sudut bahasa iman, bahasa cinta

“Diktat STT Real Batam” Page 1


1

BAB III
MEMPELAJARI SEJARAH AGAMA HINDU, ASPEK MISTIKNYA DAN
PERKEMBANGANNYA DI INDONESIA

Agama India kuno sudah terdeteksi sejak sekitar tahun 3000-BC dan nama Hindu
adalah nama India dalam bahasa Persia, dan merupakan agama tradisi budaya yang
berkaitan dengan tanah India yang disebut sebagai The Mother India yang lebih
merupakan agama yang berorientasi kepada alam dan pertanian dan dapat dikatakan
sebagai 'percampuran sekte kultus, kebiasaan, ide-ide dan aspirasi' yang beragam dan
bervariasi di sekitar 700.000 desa.
India sebagai sebuah sub-benua saat ini memiliki penduduk sekitar 500 juta dan
terdiri dari bangsa Dravida di sebelah selatan yang umumnya hitam dan pendek, bangsa
Benggala di bagian timur laut yang coklat, dan bangsa Aria yang keturunan Persia di
sebelah utara yang umumnya bertubuh tinggi dan berkulit putih. Agama Hindu yang kuno
tidak mempunyai pendiri atau nabi, tidak mempunyai struktur organisasi agama, dan lebih
menekankan jalan hidup dan bukan pemikiran. Radhakrishnan mantan presiden India
menyebut 'agama Hindu sebagai kebudayaan dan bukan pengakuan iman.'\

A. Konsep mengenai yang suci


Dalam agama Hindu yang kuno ada yang percaya tentang apa yang disebut Tuhan
ada yang tidak dan umumnya menjadikan kekuatan alam sebagai sesembahan (Manisme &
Animisme) dan dengan adanya pengaruh bangsa Aria di Utara (ca.abad ke-XV-BC) yang
menghasilkan bahasa Sansekerta berkembanglah dewa-dewi (politheisme) yang
merupakan personifikasi kekuatan-kekuatan alam seperti Agni (dewi api), Indra (dewa
langit/ perang) dan Varuna (dewa pengatur kosmis), dan memuncak dalam apa yang
disebut sebagai Trimurti yaitu dewa Brahman, Shiva dan Wishnu dan para dewinya yaitu
Saraswati, Lakhsmi dan Kali/Duga. Dewi Shakti adalah simbol kewanitaan. Di samping
dewa-dewi ini dikenal para perantara (avatar) seperti Rama dan Krishna. Para
penguasa/raja dianggap sebagai anak dewa. Krishna sering dipersonifikasikan sebagai
binatang Sapi (kultus Mother Goddes).
Dengan berkembangnya agama menjadi PantheismelMistisisme (kebatinan) maka
“DikkotantsSeTpT dReewalaB-adteamw”i berkembang menjadi konsep Monisme mengenai
keberadaan zat yaPnagge 1
'SATU' (The One) yang disebut Brahman yang mendasari semua keberadaan dan
2

keberadaan zat yang satu itu dalam diri manusia sebagai Atman, dan bahwa adanya
penyatuan zat manusia Atman dengan Brahman sebagai zat yang satu itu.

A.1. Pernyataan yang suci


Ungkapan dari yang suci atau hierophany dinyatakan dalam keberadaan orang-
orang suci, tempat-tempat suci, dan kitab-kitab suci.

Orang-orang Suci
Sekalipun semula tidak mempunyai agama terstruktur dengan para imamnya
kemudian timbullahlah golongan Rishi (orang-orang suci) dan Sadhu (orang suci
pengelana/asketik) yang dianggap menjadi perantara antara dewa-dewi dengan manusia.
Mereka memberitakan jalan hidup kekekalan yang disebut sanata dharma. Kemudian
timbullah para Imam yang memimpin upacara suci di kuil-kuil dan memuncak pada abad
ke-VIII-BC. Pada abd ke-VI-V-BC timbullah pemberontakan akan agama imam dengan
berkembangnya agama Upanishad (mistik) seperti Buddhisme dan J ainisme. Hinduisme
mengalami kebangkitan kembali sekitar abad ke-III-BC sampai AD-III.

Tempat-tempat Suci
Tempat-tempat yang dianggap suci yang terutama adalah sungai Gangga yang
airnya dianggap sebagai lambang kehidupan dimana setiap hari orang melakukan mandi
suci, demikian juga kota suci Varanashi di tepi sungai Gangga yang dianggap akhir
kehidupan dimana yang mati dibakar dan abunya ditaburkan di sungai Gangga dan
Alahabad ditepi pertemuan sungai ini dengan sungai Yamuna dimana dalam 12 tahun
sekali diadakan festival mandi suci.

Kitab-kitab Suci
Agama Hindu kuno tidak memiliki kitab suci tetapi kemudian bangsa Aria yang
datang membawa Agama Aria menghasilkan kitab Veda (Vid = pengetahuan) yang
kemudian ada yang dinyanyikan (Rig Veda). Veda kemudian diakhiri dengan Vedanta
(akhir Veda) dalam bentuk kitab Upanishad dimana berkembang konsep
pantheisme/mistisime mengenai hakekat monisme Brahman - Atman. Pada kurun antara
abad ke-III-BC sampai AD-III kebangkitan Hinduisme menghasilkan kitab-kitab Sutra
yang merupakan perumusan pokok-pokok penting dari Veda dan Upanishad.

D a l a mBatsaemj”arah kekekalan Hindu dalam empat zaman, pada zaman I dunia


“Diktat STT R e a l
beraPdaage 1
dalam keadaan teratur, pada zaman II keadaan mulai terganggu, pada zaman ini dikenal
2

cerita suci agama yang disebut Ramayana (tentang rama dan Shinta) dan memuncak pada
akhir zaman III dimana terjadi perang habis-habisan yang dikisahkan dalam Mahabharata
(perang semesta antara kebaikan [pandhawa] dan kejahatan [asthina]). Dialog Arjuna dan
Krishna sebelum perang Kurusetra kemudian dinyanyikan dalam bentuk Bhagawat Gita.
Zaman IV menggambarkan keadaan kacau yang disebabkan perang Kurusetra yang
akhirnya dunia diperbaharui.

A.2. Konsep mengenai manusia dan dunia


Manusia dianggap sebagai mahluk bagian alam yang menjadi permainan para
dewa-dewi dan kemudian dalam perkembangan agama Hindu menjadi Pantheisme/
Mistisime berkembang menjadi konsep Atman (pusat manusia) yang sehakekat dengan
Brahman (pusat alam semesta). baik upacara agama atau jalan kebatinan ditujukan untuk
menyatukan Atman dengan Brahman.

 Ungkapan beragama manusia


Dalam mengungkapkan rasa keagamaan mereka, agama Hindu (Hinduisme)
mengenal juga cara-cara melalui jalan keselamatan, komunitas umat, dan upacara & etik
moral beragama yang sangat melekat dalam kehidupan sosial budaya masyarakat.

 Jalan Keselamatan
Hinduisme mempercayai bahwa kehidupan di dunia merupakan perjalan ziarah
yang panjang melalui jalan samsara yang miliaran tahun lamanya melalui siklus roda
kehidupan (mandala) dan kelahiran kembali yang disebut sebagai reinkarnasi atau
transmigrasi jiwa. Melalui jalan bhakti (devosi), jnana (pengetahuan), dan karma
(perbuatan) manusia berusaha melepaskan diri dari siklus karmanya menuju kelepasan
yang disebut moksa. Jalan ini juga biasa diisi dengan pertarakan (asketisme) dan
penggunaan mantra, dan kemudian setelah adanya Upanishad berkembanglah jalan Yoga
(meditasi).
Jalan keselamatan secara umum digambarkan sebagai melalui empat zaman yang
pada akhir zaman ke-III disi dengan cerita Mahabharata dan memasuki perang semesta
Kuruserta pada zaman ke-empat menuju kehancuran dan kemudian dunia diperbaharui.

 Komunitas Umat
U m a t H i nd” u identik dengan penduduk India, karena itu kehidupan
“Diktat STT R ea l Ba ta m
berkomuniPtaasge 1
penduduk juga merupakan kehidupan komunitas umat Hindu. Dalam Veda manusia dibagi
2

empat golongan yaitu Brahmana (imam), Ksatrya (penguasa), Waisha (pengusaha) dan
Sudra (rakyat pekerja). Ada juga yang menambahkan dengan kelompok terhina dan
tersingkirkan yang disebut Pariah.

 Upacara Etika Agama


Tiap hari mandi suci di sungai Gangga dan setiap 12 tahun diadakan festival Kumb
Melam di Alahabad yang terletak dipertemuan sungai Gangga dan Jamuna. Mereka yang
kaya memilih mati dibakar di Varunasi kota suci ditepi sungai Gangga dan abunya
dilarutkan di air sungai Gangga untuk menjalani kehidupannya yang terus menerus
sebelum ber-reinkarnasi. Kepercayaan akan reinkarnasi menyebabkan orang-orang Hindu
umumnya menjadi vegetarian. Etik moral yang dilakukan oleh orang Hindu sangat ketat,
khususnya kehidupan pertarakan, tabu-tabu, dan kepercayaan mengenai reinkarnasi yang
menyebabkan orang-orang sangat menghormati binatang yang dianggap titisan nenek
moyang yang telah meninggal. Sapi adalah binatang suci.

B. Mistik di dalam Agama Hindu


Berbeda dengan agama Hindu yang menekankan jalan keselamatan melalui upacara
agama ritual dibimbing para Imam, dari Hinduisme yang bersumber tradisi Arya
berkembang dua aliran yang menekankan jalan keselamatan melalui usaha pribadi, yaitu
Jainisme dan Buddhisme, keduanya bersifat mistik sekalipun tidak identik sama.
Keduanya menekankan cara pelepasan diri dari siklus samsara dengan usaha penyadaran
diri agar jiwa terlepas dari jasad materinya.
Sekalipun Jainisme dan Buddhisme cukup berpengaruh dalam perkembangan
Hinduisme, guru¬guru Hindu yang terkemudian menganggap keduanya sebagai tidak
ortodoks. Sebaliknya, ada bentuk lain pengajaran rahasia yang berkembang dikalangan
guru-guru tradisi Veda dan ikut memberi bentuk baru pada Hinduisme. Ini kemudian
dikenal sebagai Upanishads (upa = dekat, ni = bawah, shad = duduk), karena mereka yang
mempelajarinya duduk dibawah dekat guru mereka. Ditemukan sekitar 200 tulisan
upanishads.
Guru-guru itu tidak berurusan dengan para dewa atau korban ritual, mereka lebih
tertarik untuk menemukan dasar alam semesta (ground of the universe), yaitu Realitas
(Brahman) yang ada sebelum semuanya ada. Pada saat yang sama mereka tertarik
“DimktaetnSgTgTalRi ehaal kBeaktaamt ”kesadaran manusia. Mereka sampai kepada kesimpulan
bahwa apa yaPnagge 1
azasi dari 'aku perorangan' (atman) tidak lain adalah realitas yang mendasari kosmos.
2

Sama halnya dengan Jainisme dan Buddhisme, Upanishad berkepentingan untuk


mengatasi perasaan yang asali keberadaan manusia akan kekuatiran dan frustrasi. Mereka
juga menyadari gejolak dan hidup yang bersifat sementara, tetapi mereka mencari esensi
yang kekal bukan saja dari luar tetapi dari dalam diri mereka. Jalan keselamatan mereka
adalah pengetahuan dan penglihatan rohani.
Seperti halnya buku panduan para imam, setiap Upanishad terlampir pada satu dari
keempat koleksi nyanyian Veda. Mereka adalah rekaan spekulatif yang digambarkan
sebagai perumpamaan untuk mengkomunikasikan pandangan mereka tentang realitas.
Setiap buku tentang Hindu mengutip cerita Svetaketu dalam Chandoya Upanishad.
"Svetaketu diminta untuk membelah buah pohon banyan dan disuruh terus
membelah sampai tidak terlihat apa-apa. Ayahnya mengingatkannya bahwa yang tiada
berasal dari yang tiada bahkan dari yang sangat kecil masih hadir kekuatan yang meresapi
seluruh alam semesta dan menjadi dasar semua keberadaan. Percayalah! Ia diingatkan. 'Itu
adalah nafas-jiwa (Brahman) yang berada dalam akar semua keberadaan, dan itulah juga
apa adarnu, Svetaketu!' 'Itu adalah apa adaMu' mengungkapkan kesatuan aku (jiwa)
manusia dengan realitas mutlak. Ia diberitahu pula tentang tidak mungkinnya memisahkan
garam dari air asin karena rasa asin itu meresapi keseluruhannya. Dengan cara yang sama,
ia dijamin bahwa realitas dalam didalam aku (jiwa) manusia adalah Realitas itu sendiri
(Brahman).
Radhakrisnan menekankan sisi subyektip dan obyektip dari Upanishads.
Svetasvatara (salah satu dari pembicara), mengatakan, 'gergajilah kebenaran dalam kuasa
kontemplasi dan anugerah Allah.' Karena itu, lanjutnya, kebenaran-kebenaran itu harus
diperiksa bukan saja dengan pemikiran logis tetapi juga dengan pengalaman pribadi.'
Sekalipun Upanishads berbicara mengenai yang tidak terbatas, ada banyak
ungkapan personal yang kemudian dibawa kepada ibadah (bhakti). Diberitahukan bahwa
'Brahman diam didalam dan diluar segala sesuatu yang tidak dilahirkan, murni, lebih besar
dari yang terbesar, tanpa nafas, tanpa pikiran' dan namun Brahman 'selalu hadir dihati
semuanya sebagai penyelamat semuanya dan tujuan yang mutlak. 'Dalam Brahman berada
semua yang bergerak dan bernafas.' Brahman dilihat sebagai 'yang satu yang dipuja.' Untuk
'mengetahui' Brahman adalah untuk menemukan keberadaan seseorang dalam Brahman.

YOGA
“Diktat STT Real Batam” Page 1
2

Cara praktis penyatuan aku (jiwa) atman ke Realitas Brahman ini dilakukan melalui
Yoga. Pelaku Yoga biasa disebut yogi. Yoga merupakan salah satu jalan keselamatan
dalam Hinduisme, yaitu cara untuk mencapai Moksa atau Kelepasan. Yoga berarti usaha
mendisiplin diri untuk 'merealisasikan kehadiran Tuhan dalam diri,' tetapi Yoga dapat juga
berarti suatu 'usaha mengatur kekuatan alam dan roh,' dan juga sebagai usaha 'penyatuan
diri dengan zat ilahi.'
"Kata 'Yoga' berasal dari bahasa Sansekerta Yuj, yang berarti 'untuk mengaitkan,
menggabungkan, mempersatukan,' dan ghan, yang mengacu kepada 'penggabungan atau
penyatuan total'. Secara harfiah, definisi yoga adalah untuk 'bergabung dan bersatu secara
percuma.' Nah, apa saja yang diusahakan yogi untuk digabungkan dan dipersatukan atau
persatuan? Jawabannya terletak pada konsep tiga unsur manusia yang diyakini dalam
agama India kuno. Bagi mereka, manusia terdiri atas tiga bagian, yaitu pikiran, tubuh, dan
jiwa. Tujuan akhir seorang siswa yang melakukan praktek yoga adalah untuk
mempersatukan ketiga unsur tersebut dan mencapai persatuan dengan 'Sang Tuhan' atau
'Pikiran Alam Semesta'."
Sekalipun membangun keluarga dan menikmati kesejahteraan duniawi dibolehkan
dalam agama Hindu, dalam diri banyak orang India:
"Satu-satunya keinginan yang berapi-api adalah melepaskan diri dari dunia dan
hanya berfikir untuk menyatu dengan Brahman ... Para yogi menyangkali selera
mereka dan beberapa dikatakan dapat menghentikan detak jantungnya selama satu
menit dan menahan nafas sampai berjam-jam ... Pada tingkat yang paling tinggi,
bila seorang yogi telah melepaskan diri dari semua indera rasanya, ia berada di atas
keluarga, kasta, negara, ibadat agama, baik dan jahat, waktu dan ruang, dan di atas
diri sendiri karena ia menjadi satu dengan Tuhan."

Ada berbagai jalan yang ditempuh dalam Yoga, yaitu (i) Bhakti Yoga dilakukan
melalui cinta dan pengabdian; (ii) Karma Yoga dilakukan dengan pengorbanan diri dan
perbuatan baik; (iii) J nana Yoga melalui ilmu pengetahuan untuk mengerti kebenaran
hidup; (iv) Raja Yoga melalui meditasi mistik (kebatinan) untuk menemukan diri (self)
manusia terdalam; dan (v) Hatha Yoga melalui gerak dan hidup (pernafasan). Posisi dan
gerak tubuh tertentu dianggap sebagai jalan menuju kesempurnaan pula.
“Diktat STTSReemaluBaatajaml”an itu ditujukan untuk menuju keadaan bersatunya roh diri
manuPsaiage 1
(Atman) dengan roh ilahi/roh semesta (Brahman) itu, atau persatuan mikro kosmos dengan
2

sumbernya makro kosmos, yaitu persatuan jiwa manusia dengan jiwa alam sebagai
kelepasan. Beberapa cara yang dilakukan dalam Yoga adalah sebagai berikut: (i) Yama,
yaitu penyangkalan diri; (ii) Niyama, yaitu tingkah laku moral; (iii) Asanas, yaitu sikap
atau postur tubuh; (iv) Pranayama, yaitu pengaturan pernafasan; (v) Pratyahara, yaitu
penguasaan indera; (vi) Dharana, yaitu pengaturan fikiran untuk dikonsentrasikan kepada
obyek; (vii) Dhyana, yaitu meditasi dalam, dan (viii) Samadhi, yaitu pencapaian kesadaran
jati diri tertinggi.
Bila ke-delapan jalan itu telah berhasil dicapai, maka tercapailah pencerahan/
kelepasan/ keselamatan. Dalam praktek Yoga juga dilakukan pengucapan mantra (kata-
kata suci/berkhasiat) Om- Ram, dan sasaran dari latihan Yoga adalah untuk
membangkitkan Kundalini yaitu kekuatan ilahi yang sedang tidur dalam diri manusia yang
berbentuk seperti ular, karena itu disebut juga sebagai Kekuatan Ular.
Dalam Yoga dipercaya bahwa tubuh manusia dibungkus oleh sinar yang disebut
sebagai Aura, dan tubuh manusia dianggap mempunyai 7 Chakra.
"tubuh manusia terdiri atas dua bagian yang terpisah: bagian fisik yang dapat
disentuh dan dilihat serta bagian spiritual atau bagian eterik yang tidak tampak.
Untuk menjaga kesehatan tubuh yang baik, para murid okultisme bertujuan
memapankan aliran energi yang baik antara kedua bagian tersebut. Dalam usaha
mencapai tujuan ini, orang diharuskan mengendalikan gerbang-gerbang di antara
kedua tubuh ini. Gerbang -gerbang ini disebut chakra. Chakra atau 'roda' ini
merupakan sisi -sisi energi yang berputar dan berlokasi di tujuh tempat berbeda di
seluruh tubuh manusia."

Melalui latihan postur dan gerak, kekuatan Kundalini dapat dibangunkan dan naik
ke otak untuk mencapai Samadhi dan Kebebasan, dan kemudian Yogi itu akan
mendapatkan kekuatan batin dan hidup langgeng selama disukainya.
"Kundalini adalah Kekuatan Ilahi yang sedang tidur, tergulung dalam suatu
makhluk, 2 jari di atas lubang pantat dan 2 jari di bawah kemaluan, itulah tempat
Muladhara Chakra. Di sini letaknya Devi Kundalini yang luhur. Ia menggulung
dirinya tiga setengah kali seperti seekor ular. Karena itu dikatakan "Kekuatan Ular"
(Serpent Power). Ia merupakan kekuatan dalam mulut Sushumna Nadi dengan

“Diktat STTmRueaklaBakteamb”awah. Ia merupakan kekuatan alam yang mencipta dan


senantiasa aPdaage 1
hubungannya dengan penciptaan ... Bila Kundalini Shakti (kekuatan Kundalini)
2

naik ke atas dan bersatu dengan Siva di Sahasrara Chakra (letaknya di otak)
mengakibatkan keadaan Samadhi dan Kebebasan. Kemudian Yogi itu mendapatkan
8 macam Siddhis (kekuatan batin) besar dan 32 macam Siddhis kecil. Ia boleh
hidup selama ia suka."

Dari kutipan di atas kita dapat melihat bahwa usaha 'membangkitkan Kundali'
dalam Yoga bukan sekedar untuk mencari ketenangan dan kebahagiaan sempurna tetapi
juga untuk mencapai keilahian yang penuh dan dapat menentukan kehidupannya sendiri.
Yoga adalah jalan keselamatan bersatunya aku (jiwa) manusia (Atman) kepada sumbernya
Realistas Brahman.
Postur/sikap tubuh dalam meditasi Yoga yang terkenal berbentuk Lotus (seperti
piramid) dan Cobra dan ada gerakan Yoga yang merupakan penyembahan Matahari,
seperti yang dengan jelas terlihat dalam gerak Surya Namaskar.
Moderniasi ajaran Hindu, khususnya latihan Yoga juga terjadi pada abad ke-XX,
dan salah satunya yang terkenal menamakan dirinya sebagai Transcendental Meditation
(TM), yang merupakan moder-nisasi meditasi Hindu yang coba diilmiahkan agar
memenuhi gengsi rasionalisme dunia Barat.
Maharishi Mahesh Yogi dari India mem-perkenalkan latihan ini di Amerika Serikat
pada tahun 1959, dan membentuk organisasi bernama International Meditation Society,
dan bahkan begitu meluas sehingga sempat diresmikan prakteknya di sekolah-sekolah
karena manfaatnya dalam membantu membebaskan pecandu obat bius, tetapi karena
kemudian dapat dibuktikan bahwa TM berbau agama Hindu, maka kegiatannya di sekolah-
sekolah umum dibatasi. Maharishi mulai terkenal di tahun 1950-an ketika menjadi guru
kebatinan pemusik pop The Beatles.
Daya tarik TM adalah karena tidak menyebut dirinya sebagai aliran agama, dan
menawarkan relaksasi badan dan menenangkan pikiran, peningkatan kemampuan mental,
dan pengembangan kepribadian, tetapi dalam prakteknya terlihat bahwa TM tidak lain
adalah suatu bentuk latihan meditasi Hinduisme termasuk pembacaan ayat-ayat dari Kitab
Veda dan Bhagawad Gita, buku-buku suci Hindu, maupun pengucapan mantra-mantra
dalam latihan.

C. Agama Hindu di Indonesia


“Diktat STTHRienadl uBiastmame” mulai diperkenalkan ke Indonesia sedini abad-4, dan
beberapa dewPaag-e 1
dewi Hindu diadopsi ke dalam kepercayaan rakyat. Yang menarik untuk diamati adalah
2

bahwa beberapa dewa-dewi yang di India, pusat agama Hindu yang kurang mendapat
tempat terhormat, di Indonesia bisa menjadi penting setelah mengalami sinkretisasi dengan
dewa-dewi tradisi. Syiwa di Indonesia disembah dalam berbagai bentuk, terutama bentuk
Mahadewa dengan empat tangan. Di sini kita dapat melihat adanya perubahan peran dan
sifat-sifat dewa-dewi Hindu yang berbeda dengan peran dan sifat-sifat mereka di tanah
airnya sendiri India.

C.1. Brahmanisme
Hindusime dikenal di Indonesia melalui kontak-kontak dagang dengan India dan
jejak-jejaknya dikenal di Kalimantan Timur (Kutai, abad - 4), Bali dan Jawa Barat
(Purnawarman, abad - 5). Para raja di daerah-daerah itu mulai memasukkan unsur-unsur
Hindu misalnya dalam istana, bahkan lingkunga istana mulai memasukkan para brahman
untuk memimpin upacara-upacara agama.
Lama kelamaan, dengan dukungan kerajaan, agama Hindu itu mulai mempengaruhi
kerajaan-kerajaan pedalaman di Jawa Tengah sekitar abad-abad - 8-9 (Candi Dieng [750]
& Prambanan [856]), dan di Jawa Timur pada abad - 10 dan memuncak pada kerajaan
Majapahit di abad - 14 yang kemudian memasukkan Hinduisme ke Bali. Para Brahman dan
rahib India berdatangan.
Pengaruh Buddhisme juga masuk ke Sumatera Selatan dimana pada abad -7
kerajaan Sriwijaya adalah kerajaan Buddhis yang terkenal. Baik agama Hindu maupun
Buddhis sesuai semangat sinkretisme di Indonesia bercampur dan sejak itu terjadi
pergerakan para imam, rahib dan pengelana, dari Jawa dan Sumatera dan pusat-pusat
kerajaan Hindu dan Buddha lainnya.
Para Brahman berperan memimpin upacara kerajaan yang sudah terpengaruh
agama Hindu. Para Brahman itu juga rnendapat tugas untuk menjaga hubungan para raja
dengan nenek moyang mereka agar memperoleh kekuatan, dan mengkaitkan tahta mereka
dengan dewa-dewi Hindu dan Buddha. Beberapa imam Hindu dan Buddha rnemiliki
kedudukan tinggi di istana dan sering mewakili para raja dalarn memutuskan kasus-kasus
pengadilan. Mereka menggunakan kitab hukum India tetapi menyesuaikan dengan adat-
istiadat dan situasi lokal.
Penyesuaian model dan selera India ke dalam kebutuhan lokal menjadi tanda yang
jelas pada budaya klasik di kerajaan-kerajaan Jawa. Atribut dan nama-nama dewa-dewi
“DiHktiant dSuTTdRibeaelrBikaatanm”kepada roh-roh setempat. Roh padi dicampurkan dengan
isteri WisPnauge 1
menjadi Dewi Sri, dewi kemakmuran. Roh-roh penunggu gunung yang dipercayai
2

penduduk Jawa bercampur dengan konsep Hindu mengenai pusat dunia dan menjadikan
Gunung Meru sebagai tempat kediaman para dewa-dewi.
Buku-buku undang-undang, filsafat, dan upacara India dipelajari dan diberikan
penafsiran dan diterjemahkan ke dalam bahasa Jawa. Cerita-cerita kepahlawanan (epik)
India yang besar juga diberi jubah Jawa, seperti Mahabarata sudah diterjemahkan dari
bahasa Sansekerta pada abad - 10. Mitologi yang kaya itu mempengaruhi lagu-lagu istana
(kakawin) dan wayang jawa (wayang purwa).
C.2. Agama Rakyat
Di luar para Brahman di istana, tinggal para pertapa hutan dimana para asketik dan
mistik melakukan sihir, astrologi, pengusiran roh jahat, dan mencari kesaktian supra-
natural. Disamping itu, bagi rakyat jelata juga terbuka kesempatan melakukan upacara
kepada dewa-dewi, memberikan sesajen pada para brahman, terutama pada bulan purnama,
mengucapkan sumpah dan melakukan upacara -upacara tertentu untuk mencapai
keselamatan.
Upacara yang terkenal adalah upacara malam dewa Syiwa. Upacara ini mulai
dipopulerkan di India pada abad - 15, dan kemudian menyebar ke Jawa dan Bali. Mereka
yang bergadang semalam suntuk pada malam tanpa bulan dan mengurapi lingga-Syiwa
dengan air suci dan dedaunan, akan memperoleh kehidupan sesudah mati yang cerah
bersama dewa syiwa. Begitu kuatnya upacara itu sehingga dipercayai dapat menghapuskan
dosa yang paling besar pun.
Dosa bukan saja karena perbuatan jahat, tapi juga pekerjaan kotor, status sosial
yang rendah, dan sifat pribadi yang jelek ikut berperan. Pemburu yang miskin, karena
perannya dalam menghilangkan nyawa binatang akan mengalami nasib yang jelek. Sekali
pun pemburu itu melakukan perbuatan baik, namun statusnya sebagai pemburu merugikan
dia, tetapi bila ia melakukan upacara yang paling suci, itu dapat menyucikan dia dari dosa.
Masyarakat dianggap terdiri dari kelas-kelas, Brahman, Ksatria, Waisya, dan Sudra,
dan ditambah kelas chandalas yaitu mereka yang memiliki pekerjaan kotor. Di Jawa dan
Bali upacara sosial ini diikuti tetapi perbedaan atas kasta tidak. Waktu dianggap sebagai
kekal dan bergerak dalam siklu-siklus yang tidak berkesudahan melalui empat zaman dan
sekarang memasuki zaman ke-4 yaitu zaman Kali. Kebenaran harus dilakukan untuk
mencapai zaman keemasan.
“Diktat STT Real Batam” Page 1
2

C.3. Agama Hindu Tengger


Menurut legenda Jawa, ketika kerajaan Hindu-Buddha Majapahit ditaklukan
kerajaan Islam (1520), keluarga kerajaan Majapahit dan para imam melarikan diri ke Bali
dan mewariskan agama Hindu di sana. Rakyat jelata kebanyakan lari ke pegunungan
Tengger di Jawa Timur dan bercampur baur dengan penduduk asli Tengger yang menganut
agama Jawa, di sini mereka tetap mewarisi tradisi keimaman agama Syiwa zaman
Majapahit. Kawah gunung Bromo adalah tempat untuk melakukan upacara kurban bagi
agama Tengger.
Berbeda dengan perkembangan di Bali, di Tengger agama rakyat sangat ketat
dipengaruhi perkembangan agama Jawa dan Islam di sekelilingnya. Reformasi Hindu pada
tahun 1970-an menghidupkan kembali agama Tengger yang mengandung pertentangan
agama imam Syiwa dan agama rakyat Jawa. Festival terbesar adalah Karo (keduanya) yang
lebih menggambarkan upacara dualisme semesta antara bumi dan langit, tanah dan air, laki
dan perempuan, dan Muhammad dan Asyika. Asyika dianggap pendiri agama Tengger dan
festival ini dibawah pengaruh Islam menjadi upacara karo, yaitu koeksistensi damai, yang
melihatkan agama Islam dan agama Hindu Tengger.
Sejalan dengan kebangunan gerakan Islam pada tahun 1950-an dan 1960-an, di
tengger juga dialami kebangunan pembaharuan agama Hindu. Ini terjadi karena pengaruh
gerakan kaum muda Hindu Bali (parisadha Bali), kemudian banyak imam agama Tengger
belajar ke Bali. Ini menyebabkan terjadi pembaruan agama Hindu Tengger bekerjasama
dengan agama Hindu Bali pada tahun 1960-an dan 1970-an.

C.4. Agama Hindu Bali


Bila Agama Hindu Tengger lebih bercirikan agama rakyat yang menyatu dengan
agama Jawa, agama Hindu Bali dibawa oleh para Brahman dan keluarga Raja sehingga
lebih kaya dalam upacara-upacara istananya. Namun, agama Hindu Bali juga memiliki
banyak variasi di Bali sejalan dengan sinkretisasi dengan kepercayaan tradisi lokal yang
berbeda-beda.
Agama di sini semula disebut sebagai agama Hindu Bali, namun berbeda dengan
agama Hindu yang berasal dari tradisi Veda India, sekte utama di sini menyembah Syiwa
dan juga Buddha. Agama ini juga disebut agama Tirta (air) karena umumnya ada upacara-
upacara menggunakan air suci. Sekarang nama resmi agama ini adalah agama Hindu
“DiDkthataSrmTTa.Rea Page 1
l Batam”
3

Agama Hindu Dharma adalah agama upacara, umat pada umumnya tidak berbicara
mengenai teologi namun setia menjalankan upacara agama sesuai petunjuk para imam.
Kepercayaan akan kehidupan reinkarnasi itu disertai upacara nga ben (pembakaran mayat
keluarga kaya). Mereka yang terpelajar mencari pengertian mengenai dewa-dewi lokal dan
ikatannya dengan sesama dewa. Sebagai contoh dewa Batara di danau batur adalah saudara
dewa Batara di gunung Agung, padahal keduanya berasal dari dewa-dewi Jawa kuno.
Untuk menjaga Bali, Dewa Jawa (Sang Hyang Pasupati) mengirimkan 7 anak-anaknya ke
Bali yang kemudian menjadi dewa-dewi lokal.

C.5. Agama Upacara


Penyebaran agama disamping melalui para imam (ajaran Veda) juga dengan kuat
ditanamkan melalui upacara dan tari-tarian, khususnya yang bertemakan Mahabarata dan
Ramayana, juga babad (sejarah tradisi) dan tutu/satua (sejarah yang diucapkan turun-
temurun). Dewa utama di Bali adalah Trimurti Veda, yaitu Brahma (pencipta), Wisnu
(pemelihara) dan Syiwa (perusak).
Tiap keluarga Bali memiliki kuil (sangga) beruang tiga untuk menyembah Trimurti
dan roh-roh nenek-moyang. Di tingkat desa, desa adat memiliki tiga kuil (pura - tiga
kayangan), yaitu pura Desa, Puseh, dan Dalem yang dipersembahkan kepada Brahma,
Wisnu dan Syiwa bersama-sama. Disamping itu ada pura yang bersifat regional yang
disebut 'tempat suci dunia' (kahyangan jagad), seperti pura Besakih, Batur, Lempuyang
Luhur, Gua Lawah, Uluwatu, Batukara, Pusering Jagad, Pulaki, Tanah Lot, dan Sakenan.
Dari seluruh pura ini, pura Besakih di lereng gunung Agung adalah yang terbesar.
Kuil-kuil diisi Meru (pagoda) yang biasanya beratap ganjil jumlahnya dan
maksimum sebanyak 11 buah dan biasanya digunakan untuk menghormati dewa-dewi atau
nenek-moyang tertentu.
Agama Hindu Bali adalah agama upacara dimana agama dituturkan dari generasi-
ke-generasi yang diperkuat dengan persembahan kepada dewa-dewi setiap hari, dan
khususnya pada hari-hari tertentu ada persembahan untuk mengingat hari raya tertentu, dan
juga untuk pergi ke kuil secara berkala. Setiap perayaan penting selalu didahului upacara
agama untuk mengusir roh-roh jahat. Demikian juga, bencana alam (termasuk pengeboman
di legian-Kuta) harus disucikan dengan upacara doa. Hindu Bali menyembah dewa
tertinggi yang disebut Sang Hyang Widi sebagai manifestasi dewa matahari Syiwa
“DiRktaadt Page 1
SitTyTa.Real Batam”
3

BAB IV
AGAMA BUDDHA

Agama Buddha adalah sebuah agama dan filsafat yang berasal dari anak benua
India dan meliputi beragam tradisi kepercayaan, dan praktik yang sebagian besar
berdasarkan pada ajaran yang dikaitkan dengan Siddhartha Gautama, yang secara umum
dikenal sebagai Sang Buddha (berarti “yang telah sadar” dalam bahasa Sanskerta dan Pali).
Sang Buddha hidup dan mengajar di bagian timur anak benua India dalam beberapa waktu
antara abad ke-6 sampai ke-4 SEU (Sebelum Era Umum).
Beliau dikenal oleh para umat Buddha sebagai seorang guru yang telah sadar atau
tercerahkan yang membagikan wawasan-Nya untuk membantu makhluk hidup mengakhiri
ketidaktahuan/kebodohan (avidyā), kehausan/napsu rendah (taṇhā), dan penderitaan
(dukkha), dengan menyadari sebab musabab saling bergantungan dan sunyatam dan
mencapai Nirvana (Pali: Nibbana).
Setiap aliran Buddha berpegang kepada Tripitaka sebagai rujukan utama karena
dalamnya tercatat sabda dan ajaran sang hyang Buddha Gautama. Pengikut-pengikutnya
kemudian mencatat dan mengklasifikasikan ajarannya dalam 3 buku yaitu Sutta
Piṭaka (kotbah-kotbah Sang Buddha), Vinaya Piṭaka (peraturan atau tata tertib para
bhikkhu) dan Abhidhamma Piṭaka (ajaran hukum metafisika dan psikologi).

A. Konsep Ketuhanan dalam Buddhisme


Perlu ditekankan bahwa Buddha bukan Tuhan. Konsep ketuhanan dalam agama
Buddha berbeda dengan konsep dalam agama Samawidimana alam semesta diciptakan
oleh Tuhan dan tujuan akhir dari hidup manusia adalah kembali ke surga ciptaan Tuhan
yang kekal.
“Ketahuilah para bhikkhu bahwa ada sesuatu Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak
Menjelma, Yang Tidak Tercipta, Yang Mutlak. Duhai para Bhikkhu, apabila tidak ada
Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Diciptakan, Yang Mutlak,
maka tidak akan mungkin kita dapat bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan,
pemunculan dari sebab yang lalu. Tetapi para bhikkhu, karena ada Yang Tidak Dilahirkan,
Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Tercipta, Yang Mutlak, maka ada kemungkinan untuk
“Dibketabt aSsTdTaRrieakl eBlaathaimra” n, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari Page 1
sebab yang lalu.”
3

Ungkapan di atas adalah pernyataan dari Buddha yang terdapat dalam Sutta Pitaka,
Udana VIII : 3, yang merupakan konsep Ketuhanan Yang Mahaesa dalam agama Buddha.
Ketuhanan Yang Mahaesa dalam bahasa Pali adalah Atthi Ajatang Abhutang Akatang
Asamkhatang yang artinya "Suatu Yang Tidak Dilahirkan, Tidak Dijelmakan, Tidak
Diciptakan dan Yang Mutlak".
Dalam hal ini, Ketuhanan Yang Maha Esa adalah suatu yang tanpa aku (anatta),
yang tidak dapat dipersonifikasikan dan yang tidak dapat digambarkan dalam bentuk apa
pun. Tetapi dengan adanya Yang Mutlak, yang tidak berkondisi (asamkhata) maka
manusia yang berkondisi (samkhata) dapat mencapai kebebasan dari lingkaran kehidupan
(samsara) dengan cara bermeditasi.
Dengan membaca konsep Ketuhanan Yang Maha Esa ini, kita dapat melihat bahwa
konsep Ketuhanan dalam agama Buddha adalah berlainan dengan konsep Ketuhanan yang
diyakini oleh agama-agama lain. Perbedaan konsep tentang Ketuhanan ini perlu ditekankan
di sini, sebab masih banyak umat Buddha yang mencampur-adukkan konsep Ketuhanan
menurut agama Buddha dengan konsep Ketuhanan menurut agama-agama lain sehingga
banyak umat Buddha yang menganggap bahwa konsep Ketuhanan dalam agama Buddha
adalah sama dengan konsep Ketuhanan dalam agama-agama lain.
Bila kita mempelajari ajaran agama Buddha seperti yang terdapat dalam kitab suci
Tripitaka, maka bukan hanya konsep Ketuhanan yang berbeda dengan konsep Ketuhanan
dalam agama lain, tetapi banyak konsep lain yang tidak sama pula. Konsep-konsep agama
Buddha yang berlainan dengan konsep-konsep dari agama lain antara lain adalah konsep-
konsep tentang alam semesta, terbentuknya Bumi dan manusia, kehidupan manusia di alam
semesta, kiamat dan Keselamatan atau Kebebasan.
Di dalam agama Buddha tujuan akhir hidup manusia adalah mencapai kebuddhaan
(anuttara samyak sambodhi) atau pencerahan sejati dimana satu makhluk tidak perlu lagi
mengalami proses tumimbal lahir. Untuk mencapai itu pertolongan dan bantuan pihak lain
tidak ada pengaruhnya. Tidak ada dewa - dewi yang dapat membantu, hanya dengan usaha
sendirilah kebuddhaan dapat dicapai. Buddha hanya merupakan contoh, juru pandu, dan
guru bagi makhluk yang perlu melalui jalan mereka sendiri, mencapai pencerahan rohani,
dan melihat kebenaran & realitas sebenar-benarnya.

“Diktat STT Real Batam” Page 1


3

B. Moral dalam Buddhisme


Sebagai mana agama Kristen, Islam, dan Hindu ajaran Buddha juga menjunjung
tinggi nilai-nilai kemoralan. Nilai-nilai kemoralan yang diharuskan untuk umat awam umat
Buddha biasanya dikenal dengan Pancasila. Kelima nilai-nilai kemoralan untuk umat
awam adalah:
 Panatipata Veramani Sikkhapadam Samadiyami
 Adinnadana Veramani Sikkhapadam Samadiyami
 Kamesu Micchacara Veramani Sikhapadam
 Musavada Veramani Sikkhapadam Samadiyami
 Surameraya Majjapamadatthana Veramani Sikkhapadam Samadiyami
Yang artinya:
 Aku bertekad akan melatih diri menghindari pembunuhan makhluk hidup.
 Aku bertekad akan melatih diri menghindari pencurian/mengambil barang
yang tidak diberikan.
 Aku bertekad akan melatih diri menghindari melakukan perbuatan asusila
 Aku bertekad akan melatih diri menghidari melakukan perkataan dusta
 Aku bertekad akan melatih diri menghindari makanan atau minuman yang
dapat menyebabkan lemahnya kesadaran

Selain nilai-nilai moral di atas, agama Buddha juga amat menjunjung tinggi karma
sebagai sesuatu yang berpegang pada prinsip sebab akibat. Kamma (bahasa Pali) atau
Karma (bahasa Sanskerta) berarti perbuatan atau aksi. Jadi ada aksi atau karma baik dan
ada pula aksi atau karma buruk.
Saat ini, istilah karma sudah terasa umum digunakan, namun cenderung diartikan
secara keliru sebagai hukuman turunan/hukuman berat dan lain sebagainya. Guru Buddha
dalam Nibbedhika Sutta; Anguttara Nikaya 6.63 menjelaskan secara jelas arti dari kamma:
”Para bhikkhu, cetana (kehendak)lah yang kunyatakan sebagai kamma. Setelah
berkehendak, orang melakukan suatu tindakan lewat tubuh, ucapan atau pikiran.”
Jadi, kamma berarti semua jenis kehendak (cetana), perbuatan yang baik maupun
buruk/jahat, yang dilakukan oleh jasmani (kaya), perkataan (vaci) dan pikiran (mano),
yang baik (kusala) maupun yang jahat (akusala). Kamma atau sering disebut sebagai
“DiHktuatkSuTmT RKeaalmBmataamm” erupakan salah satu hukum alam yang berkerja
berdasarkan prinPsiapge 1
sebab akibat. Selama suatu makhluk berkehendak, melakukan kamma (perbuatan) sebagai
3

sebab maka akan menimbulkan akibat atau hasil. Akibat atau hasil yang ditimbulkan dari
kamma disebut sebagai Kamma Vipaka.

C. Aliran Buddha
Ada beberapa aliran dalam agama Buddha:
1. Buddha Theravada
2. Buddha Mahayana: Zen
3. Buddha Vajrayana

Buddha Mahayana

Patung Buddha Tian Tan. Vihara Po Lin, pulau Lantau, Hong Kong

Sutra Teratai merupakan rujukan sampingan penganut Buddha aliran Mahayana.


Tokoh Kwan Im yang bermaksud "maha mendengar" atau nama Sansekertanya
"Avalokiteśvara" merupakan tokoh Mahayana dan dipercayai telah menitis beberapa kali
dalam alam manusia untuk memimpin umat manusia ke jalan kebenaran. Dia diberikan
sifat-sifat keibuan seperti penyayang dan lemah lembut. Menurut sejarahnya
Avalokitesvara adalah seorang lelaki murid Buddha, akan tetapi setelah pengaruh Buddha
masuk ke Tiongkok, profil ini perlahan-lahan berubah menjadi sosok feminin dan
dihubungkan dengan legenda yang ada di Tiongkok sebagai seorang dewi.
Penyembahan kepada Amitabha Buddha (Amitayus) merupakan salah satu aliran
utama Buddha Mahayana. Sorga Barat merupakan tempat tujuan umat Buddha aliran

“DiSktuakt hSTavTaRtieasleBleaptaams”mereka meninggal dunia dengan berkat kebaktian Page 1


mereka terhadap
3

Buddha Amitabha dimana mereka tidak perlu lagi mengalami proses reinkarnasi dan dari
sana menolong semua makhluk hidup yang masih menderita di bumi.
Mereka mempercayai mereka akan lahir semula di Sorga Barat untuk menunggu
saat Buddha Amitabha memberikan khotbah Dhamma dan Buddha Amitabha akan
memimpin mereka ke tahap mencapai 'Buddhi' (tahap kesempurnaan dimana kejahilan,
kebencian dan ketamakan tidak ada lagi). Ia merupakan pemahaman Buddha yang paling
disukai oleh orang Tionghoa.
Seorang Buddha bukannya dewa atau makhluk suci yang memberikan
kesejahteraan. Semua Buddha adalah pemimpin segala kehidupan ke arah mencapai
kebebasan daripada kesengsaraan. Hasil amalan ajaran Buddha inilah yang akan membawa
kesejahteraan kepada pengamalnya.
Menurut Buddha Gautama , kenikmatan Kesadaran Nirwana yang dicapainya di
bawah pohon Bodhi, tersedia kepada semua makhluk apabila mereka dilahirkan sebagai
manusia. Menekankan konsep ini, aliran Buddha Mahayana khususnya merujuk kepada
banyak Buddha dan juga bodhisattva (makhluk yang tekad "committed" pada Kesadaran
tetapi menangguhkan Nirvana mereka agar dapat membantu orang lain pada jalan itu).
Dalam Tipitaka suci - intipati teks suci Buddha - tidak terbilang Buddha yang lalu dan
hidup mereka telah disebut "spoken of", termasuk Buddha yang akan datang, Buddha
Maitreya .

Buddha Theravada
Aliran Theravada adalah aliran yang memiliki sekolah Buddha tertua yang tinggal
sampai saat ini, dan untuk berapa abad mendominasi Sri Langka dan wilayah Asia
Tenggara (sebagian dari Tiongkok bagian barat daya, Kamboja, Laos, Myanmar, Malaysia,
Indonesia dan Thailand) dan juga sebagian Vietnam. Selain itu populer pula di Singapura
dan Australia. Theravada berasal dari bahasa Pali yang terdiri dari dua kata yaitu thera dan
vada. Thera berarti sesepuh khususnya sesepuh terdahulu, dan vada berarti perkataan atau
ajaran. Jadi Theravada berarti Ajaran Para Sesepuh.
Istilah Theravada muncul sebagai salah satu aliran agama Buddha dalam
Dipavamsa, catatan awal sejarah Sri Lanka pada abad ke-4 Masehi. Istilah ini juga tercatat
dalam Mahavamsa, sebuah catatan sejarah penting yang berasal dari abad ke-5. Di yakini

“DiTkthaet rSaTvTaRdaealmBeartaump”akan wujud lain dari salah satu aliran agama Buddha
terdahulu yaPitauge 1
Sthaviravada (Bahasa Sanskerta: Ajaran Para Sesepuh) , sebuah aliran agama Buddha awal
3

yang terbentuk pada Sidang Agung Sangha ke-2 (443 SM). Dan juga merupakan wujud
dari aliran Vibhajjavada yang berarti Ajaran Analisis (Doctrine of Analysis) atau Agama
Akal Budi (Religion of Reason).
Sejarah
Sejarah Theravada tidak lepas dari sejarah Buddha Gautama sebagai pendiri agama
Buddha. Setelah Sang Buddha parinibbana (543 SM), tiga bulan kemudian diadakan
Sidang Agung Sangha (Sangha Samaya).
Diadakan pada tahun 543 SM (3 bulan setelah bulan Mei), berlangsung selama 2
bulan Dipimpin oleh Y.A. Maha Kassapa dan dihadiri oleh 500 orang Bhikkhu yang
semuanya Arahat. Sidang diadakan di Goa Satapani di kota Rajagaha. Sponsor sidang
agung ini adalah Raja Ajatasatu. Tujuan Sidang adalah menghimpun Ajaran Sang Buddha
yang diajarkan kepada orang yang berlainan, di tempat yang berlainan dan dalam waktu
yang berlainan. Mengulang Dhamma dan Vinaya agar Ajaran Sang Buddha tetap murni,
kuat, melebihi ajaran-ajaran lainnya. Y.A. Upali mengulang Vinaya dan Y.A. Ananda
mengulang Dhamma.
Sidang Agung Sangha ke-2, pada tahun 443 SM , dimana awal Buddhisme mulai
terbagi menjadi 2. Di satu sisi kelompok yang ingin perubahan beberapa peraturan minor
dalam Vinaya, di sisi lain kelompok yang mempertahankan Vinaya apa adanya. Kelompok
yang ingin perubahan Vinaya memisahkan diri dan dikenal dengan Mahasanghika yang
merupakan cikal bakal Mahayana. Sedangkan yang mempertahankan Vinaya disebut
Sthaviravada.
Sidang Agung Sangha ke-3 (313 SM), Sidang ini hanya diikuti oleh kelompok
Sthaviravada. Sidang ini memutuskan untuk tidak mengubah Vinaya, dan Moggaliputta
Tissa sebagai pimpinan sidang menyelesaikan buku Kathavatthu yang berisi
penyimpangan-penyimpangan dari aliran lain. Saat itu pula Abhidhamma dimasukkan.
Setelah itu ajaran-ajaran ini di tulis dan disahkan oleh sidang. Kemudian Y.M. Mahinda
(putra Raja Asoka) membawa Tipitaka ini ke Sri Lanka tanpa ada yang hilang sampai
sekarang dan menyebarkan Buddha Dhamma di sana. Di sana ajaran ini dikenal sebagai
Theravada.
Kitab suci Buddhisme
Kitab Suci yang dipergunakan dalam agama Buddha Theravada adalah Kitab Suci
“DiTktraitpSitTaTkaReyaal nBgatadmik”enal sebagai Kanon Pali (Pali Canon). Kitab suci Agama
Buddha yaPnagge 1
paling tua, yang diketahui hingga sekarang, tertulis dalam Bahasa Pali/Magadhi Kuno,
3

yang terbagi dalam tiga kelompok besar (yang disebut sebagai "pitaka" atau "keranjang")
yaitu: Vinaya Pitaka, Sutta Piṭaka, dan Abhidhamma Pitaka. Karena terdiri dari
tiga kelompok tersebut, maka Kitab Suci Agama Buddha dinamakan Tipitaka (Pali).

D. Ajaran Buddhisme
Empat Kebenaran
Mulia
Ajaran dasar Buddhisme dikenal sebagai Empat Kebenaran Mulia, yang meliputi:
1. Dukkha Ariya Sacca (Kebenaran Arya tentang Dukkha),
Dukha ialah penderitaan. Dukha menjelaskan bahwa ada lima pelekatan kepada dunia
yang merupakan penderitaan. Kelima hal itu adalah kelahiran, umur tua, sakit, mati,
disatukan dengan yang tidak dikasihi, dan tidak mencapai yang diinginkan.
2. Dukkha Samudaya Ariya Sacca (Kebenaran Ariya tentang Asal Mula
Dukkha), Samudaya ialah sebab. Setiap penderitaan pasti memiliki sebab,
contohnya: yang menyebabkan orang dilahirkan kembali adalah adanya keinginan
kepada hidup.
3. Dukkha Nirodha Ariya Sacca (Kebenaran Ariya tentang Terhentinya Dukkha),
Nirodha ialah pemadaman. Pemadaman kesengsaraan dapat dilakukan dengan
menghapus keinginan secara sempurna sehingga tidak ada lagi tempat untuk
keinginan tersebut.
4. Dukkha Nirodha Ariya Sacca (Kebenaran Ariya tentang Jalan yang
Menuju Terhentinya Dukkha).

Marga ialah jalan kelepasan. Jalan kelepasan merupakan cara-cara yang harus
ditempuh kalau kita ingin lepas dari kesengsaraan. Delapan jalan kebenaran akan dibahas
lebih mendalam pada pokok pembahasan yang selanjutnya.
Inti ajaran Buddha menjelaskan bahwa hidup adalah untuk menderita. Jika di dunia
ini tidak ada penderitaan, maka Buddha pun tidak akan menjelma di dunia. Semua hal yang
terjadi pada manusia merupakan wujud dari penderitaan itu sendiri. Saat hidup, sakit,
dipisahkan dari yang dikasihi dan lain-lain, merupakan wujud penderitaan seperti yang
sudah dijelaskan diatas. Bahkan kesenangan yang dialami manusia, dianggap sebagai
sumber penderitaan karena tidak ada kesenangan yang kekal di dunia ini.
Kesenangan atau kegirangan bergantung kepada ikatannya dengan sumber
“DikketasteSnTaTngRaenalnByaataimtu”,padahal sumber kesenangan tadi berada di luar diri
manusia. SumbPearge 1
itu tidak mungkin dipengang atau diraba oleh manusia, karena tidak ada sesuatu yang tetap
3

berada. Semua penderitaan disebabkan karena kehausan. Untuk menerangkan hal ini
diajarkanlah yang disebut pratitya samutpada, artinya pokok permulaan yang
bergantungan. Setiap kejadian pasti memiliki keterkaitan dengan pokok permulaan yang
sebelumnya. Ada 12 pokok permulaan yang menjadi fokus pratitya samutpada.

Jalan Utama Berunsur Delapan


Agar terlepas dari penderitaan mereka mereka harus melalui Jalan Utama Berunsur
Delapan Sradha atau iman, yaitu:

1. Percaya yang benar (Samma ditthi). Sraddha atau iman yang terdiri dari “percaya yang
benar” ini memberikan pendahuluan yang terdiri dari: Percaya dan menyerahkan diri
kepada Buddha sebagai guru yang berwenang mengajarkan kebenaran, percaya
menyerahkan diri kepada dharma atau ajaran buddha, sebagai yang membawanya
kepada kelepasan, dan percaya setelah menyerahkan diri kepada jemaat sebagai jalan
yang dilaluinya. Sila yaitu usaha untuk mencapai moral yang tinggi.

2. Maksud yang benar (Samma sankappa), merupakan hasil “percaya yang benar” yakin
bahwa jalan petunjuka budha adalah jalan yang benar

3. Kata-kata yang benar (Samma vaca), maksudnya orang harus menjauhkan diri dari
kebohongan dan membicarakan kejahatan orang lain, mengucapkan kata-kata yang
kasar, serta melakukan percakapan yang tidak senonoh.

4. Perbuatan yang benar (Samma kammanta), maksudnya bahwa dalam segala perbuatan
orang tak boleh mencari keuntungan sendiri.

5. Hidup yang benar (Samma ajiva), maksudnya secara lahir dan batin orang harus murni
atau bebas dari penipuan diri

6. Usaha yang benar (Samma vayama), maksudnya seperti pengawasan hawa nafsu agar
jangan sampai terjadi tabiat-tabiat yang jahat.

7. Ingatan yang benar (Samma sati), maksudnya pengawasan akal, rencana atau emosi
yang merusak kesehatan moral

8. Semadi yang benar (Samma samadhi). Semadi itu sendiri terbagi menjadi 2 bagian
yaitu persiapan atau upcara semadi dan semadinya sendiri. Persiapan atau upacara
“Diktat sSeTmT aRdeialiBniatamma”ksudnya kita harus merenungi kehidupan dalam agamannya
sepertPi a7ge 1
jalan kebenaran yang dibahas tadi dengan empat bhawana,yaitu: metta (persahabatan
3

yang universal), karuna (belas kasih yang universal), mudita (kesenangan dalam
keuntungan dan akan segala sesuatu), dan upakkha (tidak tergerak oleh apa saja yang
menguntungkan diri sendiri, teman, musuh dan sebagainya. Sesudah merenungkan hal-
hal tersebut barulah masuk kedalam semadi yang sebenarnya dalam 4 tingkatan yaitu:
mengerti lahir dan batinnya, mendapatkan damai batiniahnya, menghilangkan
kegirangannya sehingga menjadi orang yang tenang, sampai akhirnya sukha dan dukha
lenyap dari semuanya, dan rasa hatinya disudikan. Dengan demikianlah orang sampai
pada kelepasan dari penderitaan.
Secara umum sama dengan aliran agama Buddha lainnya, Theravada mengajarkan
mengenai pembebasan akan dukkha (penderitaan) yang ditempuh dengan menjalankan sila
(kemoralan), samadhi (konsentrasi) dan panna (kebijaksanaan).
Agama Buddha Theravada hanya mengakui Buddha Gautama sebagai Buddha
sejarah yang hidup pada masa sekarang. Meskipun demikian Theravada mengakui pernah
ada dan akan muncul Buddha-Buddha lainnya.
Dalam Theravada terdapat 2 jalan yang dapat ditempuh untuk mencapai
Pencerahan Sempurna yaitu Jalan Arahat (Arahatship) dan Jalan Kebuddhaan
(Buddhahood).
Hari Raya
Terdapat empat hari raya besar dalam Agama Buddha. Namun satu-satunya yang
dikenal luas masyarakat adalah Hari Raya Trisuci Waisak, sekaligus satu-satunya hari raya
umat Buddha yang dijadikan hari libur nasional Indonesia setiap tahunnya.
Waisak
Penganut Buddha merayakan Hari Waisak yang merupakan peringatan 3 peristiwa.
Yaitu, hari kelahiran Pangeran Siddharta (nama sebelum menjadi Buddha), hari pencapaian
Penerangan Sempurna Pertapa Gautama, dan hari Sang Buddha wafat atau mencapai
Nibbana/Nirwana. Hari Waisak juga dikenal dengan nama Visakah Puja atau Buddha
Purnima di India, Vesak di Malaysia dan Singapura, Visakha Bucha di Thailand, dan
Vesak di Sri Lanka. Nama ini diambil dari bahasa Pali "Wesakha", yang pada gilirannya
juga terkait dengan "Waishakha" dari bahasa Sanskerta
Kathina
Hari raya Kathina merupakan upacara persembahan jubah kepada Sangha setelah
“DimktaetnSjaTlTanRieaVl aBsastaam. J”adi setelah masa Vassa berakhir, umat Buddha memasuki
masa KathiPnaage 1
atau bulan Kathina. Dalam kesempatan tersebut, selain memberikan persembahan jubah
4

Kathina, umat Buddha juga berdana kebutuhan pokok para Bhikkhu, perlengkapan vihara,
dan berdana untuk perkembangan dan kemajuan agama Buddha.
Asadha
Kebaktian untuk memperingati Hari besar Asadha disebut Asadha Puja / Asalha
Puja. Hari raya Asadha, diperingati 2 (dua) bulan setelah Hari Raya Waisak, guna
memperingati peristiwa dimana Buddha membabarkan Dharma untuk pertama kalinya
kepada 5 orang pertapa (Panca Vagiya) di Taman Rusa Isipatana, pada tahun 588 Sebelum
Masehi. Kelima pertapa tersebut adalah Kondanna, Bhadiya, Vappa, Mahanama dan
Asajji, dan sesudah mendengarkan khotbah Dharma, mereka mencapai arahat. Lima orang
pertapa, bekas teman berjuang Buddha dalam bertapa menyiksa diri di hutan Uruvela
merupakan orang-orang yang paling berbahagia, karena mereka mempunyai kesempatan
mendengarkan Dhamma untuk pertama kalinya. Selanjutnya, bersama dengan Panca
Vagghiya Bhikkhu tersebut, Buddha membentuk Arya Sangha Bhikkhu(Persaudaraan Para
Bhikkhu Suci) yang pertama (tahun 588 Sebelum Masehi ). Dengan terbentuknya Sangha,
maka Tiratana (Triratna) menjadi lengkap. Sebelumnya, baru ada Buddha dan Dhamma
(yang ditemukan oleh Buddha).
Tiratana atau Triratna berarti Tiga Mustika, terdiri atas Buddha, Dhamma dan
Sangha. Tiratana merupakan pelindung umat Buddha. Setiap umat Buddha berlindung
kepada Tiratana dengan memanjatkan paritta Tisarana ( Trisarana ). Umat Buddha
berlindung kepada Buddha berarti umat Buddha memilih Buddha sebagai guru dan
teladannya. Umat Buddha berlindung kepada Dhamma berarti umat Buddha yakin bahwa
Dhamma mengandung kebenaran yang bila dilaksanakan akan mencapai akhir dari
dukkha. Umat Buddha berlindung kepada Sangha berarti umat Buddha yakin bahwa
Sangha merupakan pewaris dan pengamal Dhamma yang patut dihormati.
Khotbah pertama yang disampaikan oleh Buddha pada hari suci Asadha ini dikenal
dengan nama Dhamma Cakka Pavattana Sutta, yang berarti Khotbah Pemutaran Roda
Dhamma. Dalam Khotbah tersebut, Buddha mengajarkan mengenai Empat Kebenaran
Mulia( Cattari Ariya Saccani ) yang menjadi landasan pokok Buddha Dhamma.
Magha Puja
Hari Besar Magha Puja memperingati disabdakannya Ovadha Patimokha, Inti
Agama Buddha dan Etika Pokok para Bhikkhu. Sabda Sang Buddha di hadapan 1.250

“DiAktraat hSaTtT RyaenalgBaktaemse”muanya arahat tersebut ditasbihkan sendiri oleh Sang


Buddha (EPhagi e 1
Bhikkhu), yang kehadirannya itu tanpa diundang dan tanpa ada perjanjian satu dengan
4

yang lain terlebih dahulu, Sabda Sang Buddha bertempat di Vihara Veluvana, Rajagaha.
Tempat ibadah agama Buddha disebut Vihara.

E. Penyebaran di Asia dan Indonesia


Agama Buddha mulai berkembang di India, yaitu tempat dimana Buddha Gautama
mengajarkan ajarannya. Setelah wafatnya Buddha Gautama, ajaran tersebut tidak lenyap
begitu saja, melainkan disebarkan oleh para pemuka agama sehingga bertahan sampai
sekarang di berbagai belahan dunia, khususnya di Asia.

 Penyebaran di India dan Asia Tengah


Dimulai dari India, tempat dimana Buddha Gautama lahir dan wafat. 100 tahun
setelah Buddha mencapai Nirwana, ajaran Buddha Gautama mulai memudar sehingga para
biksu disana memutuskan untuk mulai melestarikannya agar tetap hidup. Hal pertama yang
dilakukan adalah dengan membuat Dharma atau pengajaran.
Di India jugalah tempat dimana mulai terbentuknya aliran Mahayana dan
Theravada akibat perselisihan antara kelompok biarawan dan para kaum tua.Theravada
umumnya mengajarkan bahwa tujuan tertinggi adalah menjadi arahat, sedangkan
Mahayana mengajarkan bahwa tujuan yang paling berharga adalah dengan mencapai
Kebuddhaan.
Selain melalui kaum biarawan,agama Buddha juga disebarkan oleh raja-raja besar
di India seperti Raja Ashoka. Ia mengajarkan kepada rakyatnya untuk tidak berpikiran
jahat seperti serakah dan mudah marah. Ia menanamkan nilai-nilai moral, seperti
menghargai kebenaran, cinta kasih dan amal. Ashoka juga mengirim misionaris Buddha
keberbagai negara tetangga, termasuk ke Sri Lanka dimana mereka diterima baik sehingga
Sri Lanka menjadi basis agama Buddha.

 Penyebaran di Asia Timur


Selama abad 3 SM, Raja Asoka mengirimkan misionaris ke barat laut India yaitu
Pakistan dan Afganistan. Misi ini mencapai sukses besar karena kawasan ini segera
menjadi pusat pembelajaran agama Buddha yang memiliki banyak biksu terkemuka dan
sarjana. Ketika para pedagang Asia Tengah datang ke wilayah ini untuk berdagang, mereka
belajar tentang Buddhisme dan menerimanya sebagai agama mereka.
Dengan dukungan dari pedagang, biara gua banyak didirikan di sepanjang rute
“Diktat STT Real Batam” Page 1
perdagangan di seluruh Asia Tengah. Pada abad 2 SM, beberapa kota Asia Tengah seperti
4

Khotan, telah menjadi pusat penting bagi Buddhisme. Melalui Jalan Sutera inilah, pertama
kalinya orang Tiongkok (sekarang Cina) mengenal agama Buddha dari orang-orang di
Asia Tengah yang sudah beragama Buddha.
Bentuk awal penyebaran agama Buddha di Cina adalah dengan adanya penerjemah
yang bertugas menerjemahkan teks penting mengenai ajaran Buddha dari bahasa India ke
bahasa Cina kala itu. Selain itu, juga lahirnya berbagai karya seni dan pahat dimana
patung-patung Buddha dibuat. Bentuk perkembangan lainnya adalah dengan dibangunnya
sekolah ajaran Buddha di Tiongkok yang mencakup seni, patung, arsitektur dan filsafat
waktu itu.
Ada pula biarawan Tiongkok yang pergi ke Semenanjung Korea untuk
memperkenalkan agama Buddha kepada kerajaan-kerajaan yang ada di Korea pada waktu
itu. Sehingga pada abad ke-6 dan abad ke-7, agama Buddha telah berkembang di bawah
kerajaan tersebut. Selain di Korea, Buddhisme juga berkembang di kepulauan Jepang.

 Penyebaran di Asia Tenggara


Pada awal era masehi, orang-orang di berbagai belahan Asia Tenggara datang
untuk mengetahui ajaran Buddha sebagai hasil dari meningkatnya hubungan dengan para
pedagang India yang datang ke wilayah tersebut untuk berdagang. Pedagang ini tidak
hanya berdagang di Asia Tenggara, tetapi juga membawa agama mereka dan budaya
dengan mereka.
Di bawah pengaruh mereka, orang-orang setempat mulai mengenal agama Buddha,
tapi tetap mempertahankan keyakinan lama dan adat istiadat mereka. Sejak masuk di
semenanjung Indocina (sekarang bagian Asia Tenggara), Buddhisme mulai masuk di
Birma, Siam (sekarang Thailand), Vietnam, semenanjung Malaya (sekarang Malaysia
Barat) dan kepulauan nusantara (sekarang Indonesia).

 Penyebaran di Nusantara
Pada akhir abad ke-5, seorang biksu Buddha dari India mendarat di sebuah kerajaan
di Pulau Jawa, tepatnya di Jawa Tengah sekarang. Pada akhir abad ke-7, I Tsing, seorang
peziarah Buddha dari Tiongkok, berkunjung ke Pulau Sumatera (kala itu disebut
Swarnabhumi), yang kala itu merupakan bagian dari kerajaan Sriwijaya.
Ia menemukan bahwa Buddhisme diterima secara luas oleh rakyat, dan ibukota
Sriwijaya (sekarang Palembang), merupakan pusat penting untuk pembelajaran Buddhisme
“Diktat STT Real Batam” Page 1
4

(kala itu Buddha Vajrayana). I Tsing belajar di Sriwijaya selama beberapa waktu sebelum
melanjutkan perjalanannya ke India.
Pada pertengahan abad ke-8, Jawa Tengah berada di bawah kekuasaan raja-raja
Dinasti Syailendra yang merupakan penganut Buddhisme. Mereka membangun berbagai
monumen Buddha di Jawa, yang paling terkenal yaitu Candi Borobudur. Monumen ini
selesai di bagian awal abad ke-9.
Di pertengahan abad ke-9, Sriwijaya berada di puncak kejayaan dalam kekayaan
dan kekuasaan. Pada saat itu, kerajaan Sriwijaya telah menguasai Pulau Sumatera, Pulau
Jawa dan Semenanjung Malaya.

 Akhir zaman kerajaan Hindu-Buddha


Pada akhir abad ke-13 seiring berkembang pesatnya pengaruh Islam dari Timur
Tengah, kerajaan-kerajaan Islam mulai berdiri di Sumatera, dan agama Islam segera
menyebar ke Jawa dan Semenanjung Malaya lewat penaklukan dan penyebaran sistematis
oleh sekelompok ulama yang dikenal dengan sebutan Wali Sanga. Akibatnya Buddhisme
mengalami penurunan popularitas dan pada akhir abad ke-15 Islam adalah agama yang
dominan di nusantara dan Semenanjung Malaya. Buddhisme diperkenalkan kembali ke
nusantara hanya pada abad ke-19, dengan kedatangan pedagang dan orang-orang
Tiongkok, Srilanka dan imigran Buddhis lainnya.

F. Intisari Ajaran Buddha


F.1. Tiga Kebenaran Universal
Suatu hari, Sang Buddha duduk di bawah naungan pohon dan melihat betapa
indahnya pedesaan itu. Bunga-bunga mekar dan pepohonan memperlihatkan dedaun baru
yang cerah, tapi di antara semua keindahan ini, ia melihat banyak ketidak-bahagiaan.
Seorang petani memukul lembunya di lapangan. Seekor burung mematuk pada cacing
tanah, dan kemudian seekor elang menukik ke arah burung. Sangat terganggu, ia bertanya,
"Mengapa petani itu memukul lembunya? Kenapa harus satu makhluk makan makhluk
yang lain untuk kelangsungan hidupnya?"
Selama pencerahanNya, Buddha menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan
ini. Ia menemukan tiga kebenaran besar. Dia menjelaskan kebenaran-kebenaran ini dengan
cara sederhana sehingga semua orang bisa memahaminya.
“Di1k.taTt SidTaTkRaeadl aBaytaamn”g hilang Page 1
di alam semesta
4

Kebenaran pertama adalah bahwa tidak ada yang hilang di alam semesta. Materi
berubah menjadi energi, energi berubah menjadi materi. Sebuah daun mati berubah
menjadi tanah. Bibit kecambah tumbuh dan menjadi tanaman baru. Sistem matahari hancur
dan berubah menjadi sinar kosmik. Kita dilahirkan dari orang tua kita, anak-anak kita lahir
dari kita.
Kami adalah sama seperti tanaman, seperti pohon-pohon, seperti orang lain, seperti
hujan yang jatuh. Kami terdiri dari apa yang ada di sekitar kita, kita adalah sama dengan
segalanya. Jika kita menghancurkan sesuatu di sekitar kita, kita menghancurkan diri kita
sendiri. Jika kita menipu yang lain, kita menipu diri kita sendiri. Memahami kebenaran ini,
Sang Buddha dan murid-muridnya tidak pernah membunuh binatang apapun.
2. Semuanya Berubah
Kebenaran universal kedua dari Buddha adalah segala sesuatu yang terus berubah.
Hidup ini seperti sungai yang mengalir terus dan terus, terus berubah. Kadang-kadang
mengalir perlahan-lahan dan kadang-kadang cepat. Ia halus dan lembut di beberapa
tempat, tetapi kemudian halangan dan bebatuan muncul secara tiba-tiba. Segera setelah
kita pikir kita aman, sesuatu yang tidak terduga terjadi.
Setelah dinosaurus, mammoth, dan harimau bergigi pedang-menjelajahi bumi ini.
Mereka semua mati, namun ini bukan akhir dari kehidupan. Bentuk kehidupan lain seperti
mamalia kecil muncul, dan akhirnya manusia juga. Sekarang kita bahkan bisa melihat
Bumi dari ruang angkasa dan memahami perubahan yang telah terjadi di planet ini. Ide-ide
kita tentang kehidupan juga berubah. Orang-orang pernah percaya bahwa bumi itu datar,
tetapi sekarang kita tahu bahwa bumi itu bulat.
3. Hukum Sebab Akibat
Kebenaran universal ketiga dijelaskan oleh Sang Buddha adalah bahwa ada
perubahan terus menerus karena hukum sebab dan akibat. Ini adalah hukum sebab dan
akibat yang sama yang ditemukan di setiap buku pelajaran ilmu pengetahuan modern. Dari
sudut pandang ini, ilmu pengetahuan dan Buddhisme sejalan.
Hukum sebab dan akibat dikenal sebagai Karma. Tidak pernah sesuatu terjadi pada
kita kecuali kita layak menerimanya. Kami menerima persis seperti apa yang kita dapat,
apakah itu baik atau buruk. Kita adalah keadaan kita sekarang karena hal-hal yang telah
kita lakukan di masa lalu. Pikiran-pikiran dan tindakan-tindakan kita menentukan jenis
“Dikketaht iSdTuTpaRneayl Banatgamd”apat kita miliki. Jika kita melakukan hal-hal baik, hal-hal
yang baikPdaige 1
4

masa depan akan terjadi pada kita. Jika kita melakukan hal-hal buruk, hal-hal buruk di
masa depan akan terjadi pada kita
Setiap saat kita menciptakan karma baru dengan apa yang kita katakan, lakukan,
dan pikirkan. Jika kita memahami ini, kita tidak perlu takut pada karma. Hal ini dapat
menjadi teman kita. Ini mengajarkan kita untuk menciptakan masa depan yang cerah.

Sang Buddha berkata,


"Jenis benih ditaburkan
akan menghasilkan buah seperti itu.
Mereka yang berbuat baik akan menuai hasil yang baik.
Mereka yang berbuat jahat akan menuai hasil
kejahatan. Jika Anda hati-hati menanam benih yang
baik,
Anda sukacita akan mengumpulkan buah yang baik.

" Dhammapada

F.2. Empat Kesunyataan Mulia


Dahulu ada seorang wanita bernama Kisagotami, yang putra sulungnya meninggal.
Dia begitu berduka hingga ia berkeliaran di jalanan membawa mayat anaknya dan
meminta bantuan untuk menghidupkan kembali anaknya. Seorang pria yang baik dan
bijaksana membawanya ke Sang Buddha.
Sang Buddha berkata, "Ambilkan segenggam biji sawi dan Aku akan
menghidupkan kembali anakmu" Dengan sukacita Kisagotami memulai untuk mencari biji
sawi tersebut. Kemudian Sang Buddha menambahkan, "Tetapi benih tersebut harus berasal
dari keluarga yang belum mengenal kematian."
“Diktat STT Real Batam” Page 1
4

Kisagotami pergi dari pintu ke pintu di seluruh desa untuk meminta biji sawi, tapi
semua orang berkata, "Oh, ada banyak kematian di sini", "Saya kehilangan ayah saya",
“Saya kehilangan adik saya ". Dia tidak bisa menemukan satu rumah-tangga pun yang
belum pernah dikunjungi oleh sang Maut. Akhirnya Kisagotami kembali ke Sang Buddha
dan berkata, "Ada kematian dalam setiap keluarga. Setiap orang mati. Sekarang saya
mengerti ajaran Anda. "
Sang Buddha berkata, "Tidak seorang pun dapat menghindari kematian dan
ketidak-bahagiaan. Jika orang hanya mengharapkan kebahagiaan dalam hidup, mereka
akan kecewa.." Hal-hal tidak selalu seperti yang kita inginkan, tetapi kita dapat belajar
untuk memahami mereka.
Ketika kita sakit, kita pergi ke dokter dan bertanya: Apa yang salah dengan saya?
Mengapa saya sakit? Apa yang akan menyembuhkan saya? Apa yang harus saya lakukan
untuk sembuh?
Sang Buddha seperti dokter yang baik. Pertama seorang dokter yang baik men-
diagnosa penyakit. Selanjutnya dia tahu apa yang menyebabkannya. Lalu ia memutuskan
apa penyembuhnya. Akhirnya ia memberikan obat atau memberikan perawatan yang akan
membuat pasien sehat kembali.
Disebut "Kesunyataan" karena menyatakan kebenaran mutlak dan disebut "Mulia"
karena barang siapa yang memahaminya niscaya menjadi mulia.
1. Ada Penderitaan - Penderitaan adalah hal yang umum untuk semua orang.
2. Penyebab Penderitaan - Kita adalah penyebab penderitaan kita.
3. Akhir Penderitaan - Berhenti melakukan apa yang menyebabkan penderitaan.
4. Jalan untuk mengakhiri Penderitaan - Setiap orang bisa tercerahkan.

Penderitaan
Semua orang menderita akan hal ini:
 Lahir - Ketika kita dilahirkan, kita menangis.
 Penyakit - Ketika kita sakit, kita sengsara.
 Tua - Ketika usia tua, kita akan memiliki sakit dan rasa sakit dan sulit
berjalan.
 Kematian - Tidak ada di antara kita yang ingin mati. Kita merasa
kesedihan mendalam ketika seseorang meninggal.
Page 1
“Diktat STT Real Batam”
4

Hal-hal lain yang membuat kita menderita adalah: bersama dengan mereka yang tidak kita
sukai, berpisah dari mereka yang kita cintai, tidak mendapatkan apa yang kita inginkan,
semua jenis masalah dan kekecewaan yang tidak dapat dihindari.
Sang Buddha tidak menyangkal bahwa ada kebahagiaan dalam hidup, tapi dia
menunjukkan itu tidak berlangsung selamanya. Akhirnya semua orang akan bertemu
dengan beberapa jenis penderitaan. Dia berkata:
"Ada kebahagiaan dalam hidup,
kebahagiaan dalam persahabatan,
kebahagiaan dalam suatu
keluarga,
kebahagiaan dalam suatu tubuh dan pikiran yang sehat,
... Tapi ketika seseorang kehilangan mereka, terdapat penderitaan. "

Dhammapada

Penyebab penderitaan
Sang Buddha menjelaskan bahwa orang hidup dalam lautan penderitaan karena
ketidak-tahuan dan keserakahan. Mereka tidak memahami hukum karma dan serakah
untuk jenis kesenangan yang tidak benar. Mereka melakukan hal-hal yang berbahaya bagi
tubuh mereka dan ketenangan pikiran, sehingga mereka tidak bisa puas atau menikmati
hidup.
Misalnya, setelah anak-anak memiliki rasa permen, mereka menginginkan lebih
banyak. Ketika mereka tidak dapat memilikinya, mereka marah. Bahkan jika anak-anak
mendapatkan semua permen yang mereka inginkan, mereka segera bosan dan ingin sesuatu
yang lain. Meskipun, mereka menjadi sakit perut dari makan permen terlalu banyak,
mereka masih menginginkan lebih.
Hal-hal yang paling diinginkan orang-orang menyebabkan penderitaan terbesar
bagi mereka. Tentu saja, ada hal-hal dasar yang semua orang harus miliki, seperti makanan
yang cukup, tempat tinggal, dan pakaian. Setiap orang berhak memiliki keluarga yang
baik, orang tua yang penuh kasih, dan teman-teman yang baik. Mereka harus menikmati
hidup dan menghargai harta benda mereka tanpa menjadi serakah.

“DiAktakt hSTirT Page 1


Rpeeanl Bdaetarmit”aan
4

Untuk mengakhiri penderitaan, seseorang harus memotong sifat keserakahan dan


ketidak-tahuan. Hal ini berarti mengubah pandangan seseorang dan hidup dalam cara yang
lebih alami dan damai. Hal ini seperti meniup lilin. Api penderitaan dipadamkan
selamanya. Para Buddhis menyebutnya, di mana semua penderitaan berakhir, sebagai
Nirvana. Nirvana adalah keadaan suka-cita yang kekal dan damai. Sang Buddha berkata,
"Pemadaman keinginan adalah Nirvana." Ini adalah tujuan utama dalam Buddhisme.
Semua orang bisa menyadari hal itu dengan bantuan ajaran Sang Buddha. Hal ini dapat
dialami dalam kehidupan sekarang ini juga.

Jalan menuju akhir dari penderitaan


Jalan untuk mengakhiri penderitaan ini dikenal sebagai Delapan Jalan Kebenaran. Ia
juga dikenal sebagai Jalan Tengah.

F.3. Delapan Jalan Kebenaran


Ketika Buddha memberikan khotbah pertamanya di Taman Rusa, ia memulai
'Berputarnya Roda Dharma' tersebut. Dia memilih simbol roda yang indah dengan delapan
kisi untuk mewakili Delapan Jalan Mulia. Ajaran Sang Buddha berjalan berputar-putar
seperti roda besar yang tidak pernah berhenti, yang mengarah ke titik pusat roda, satu-
satunya yang tetap, Nirvana. Delapan jari-jari pada roda mewakili delapan bagian dari
Delapan Jalan Mulia. Sama seperti setiap jari-jari diperlukan bagi roda untuk terus
berputar, kita perlu mengikuti setiap langkah dari jalan tersebut.

1. 1.Pandangan Benar. Cara yang tepat untuk berpikir tentang hidup adalah melihat
dunia melalui mata Sang Buddha - dengan kebijaksanaan dan belas kasihan.

2. Pikiran Benar. Kita adalah apa yang kita pikirkan. Pikiran-pikiran yang jernih dan
baik membangun karakter-karakter yang baik dan kuat.
“Diktat STT Real Batam” Page 1
4

3. Ucapan Benar. Dengan mengucapkan kata-kata yang baik dan bermanfaat, kita
dihormati dan dipercaya oleh semua orang.

4. Perilaku Benar. Tidak peduli apa yang kita katakan, orang lain mengenal kita dari
cara kita berperilaku. Sebelum kita mengkritik orang lain, pertama-tama kita harus
melihat kelakuan kita sendiri.

5. Penghidupan Benar. Ini berarti memilih pekerjaan yang tidak menyakiti orang
lain. Sang Buddha berkata, "Jangan mencari nafkah Anda dengan merugikan orang
lain. Jangan mencari kebahagiaan dengan membuat orang lain tidak bahagia."

6. Usaha Benar. Sebuah kehidupan yang berharga berarti melakukan yang terbaik
setiap saat dan memiliki niat baik terhadap orang lain. Ini juga berarti tidak menyia-
nyiakan upaya pada hal-hal yang merugikan diri sendiri dan orang lain.

7. Perhatian Benar. Ini berarti sadar akan pikiran, kata-kata, dan perbuatan kita.

8. Konsentrasi Benar. Fokus pada satu pikiran atau objek pada satu waktu. Dengan
melakukan ini, kita bisa tenang dan mencapai kedamaian pikiran yang sejati.

Setelah Jalan Mulia Berunsur Delapan dapat dibandingkan dengan mengolah


taman, tapi dalam Buddhisme seseorang memupuk kebijaksanaannya sendiri. Pikiran
adalah tanah dan pikiran adalah benih. Perbuatan-perbuatan adalah cara seseorang merawat
taman. Kesalahan-kesalahan kita adalah rumput liar. Mencabutinya adalah seperti
menyiangi taman. Panen adalah kebahagiaan sejati dan abadi.

“Diktat STT Real Batam” Page 1


5

F.4 TRI RATNA


Mengikuti Ajaran-ajaran Sang Buddha
Sang Buddha membabarkan Empat Kebenaran Mulia dan banyak ajaran lain, tetapi
di hati semuanya menekankan hal yang sama. Sebuah kisah kuno menjelaskan hal ini
dengan baik.
Suatu kali seorang raja yang sangat tua pergi untuk menjumpai seorang pertapa tua
yang tinggal di sarang burung di puncak pohon, "Apa ajaran Buddha yang paling penting?"
pertapa itu menjawab, "Tidak berbuat jahat, hanya melakukan perbuatan yang baik.
Bersihkan hati Anda." Raja mengharapkan mendengar penjelasan yang sangat panjang.
Dia memprotes, "Tapi bahkan seorang anak berusia lima tahun dapat mengerti itu!" "Ya,"
jawab sang orang tua bijaksana, "tapi bahkan seorang pria 80 tahun pun tidak bisa
melakukannya."

Bagian I: Sang Tri Ratna


Sang Buddha tahu akan sulit bagi orang-orang untuk mengikuti ajaran-Nya atas
usaha sendiri, sehingga ia mendirikan Tiga Perlindungan bagi mereka untuk bersandar.
Jika seseorang ingin menjadi umat Buddha, berlindung dan mengandalkan diri pada Sang
Buddha, Dharma, dan Sangha. Ini dikenal sebagai Tri Ratna.
Sangha adalah para biarawan dan biarawati. Mereka tinggal di biara dan
meneruskan ajaran Sang Buddha. Kata Sangha berarti 'Komunitas yang Harmonis'. Sang
Buddha, Dharma, dan Sangha bersama-sama memiliki kualitas yang berharga seperti
permata dan dapat membawa kita ke pencerahan.
Tempat perlindungan adalah tempat berlindung untuk keselamatan dan
perlindungan, seperti tempat bernaung dalam badai. Mengambil perlindungan tidak berarti
melarikan diri dari kehidupan. Namun ini berarti hidup dengan cara yang lebih penuh dan
benar. Berlindung juga seperti orang yang bepergian untuk pertama kalinya ke kota yang
jauh. Dia akan membutuhkan panduan untuk menunjukkan kepadanya jalan mana untuk
diikuti dan beberapa pendamping bepergian untuk membantu dia di sepanjang jalan.
Sang Buddha adalah panduan. Dharma adalah jalan. Sangha adalah para guru atau
para sahabat di sepanjang jalan. Ada upacara khusus untuk berlindung dengan Tri Ratna.
Dengan pikiran yang tulus, seseorang membacakan ayat berikut ini di depan seorang

“DibkhtaitkSkThTuRaetaaluBbathaimk”khuni. Page 1
Aku pergi kepada Sang Buddha untuk berlindung.
5

Aku pergi kepada Dharma untuk berlindung.


Aku pergi kepada Sangha untuk berlindung.

Untuk penganut Buddha, berlindung adalah langkah pertama pada jalan menuju
pencerahan. Bahkan jika pencerahan tidak tercapai dalam hidup ini, seseorang memiliki
kesempatan yang lebih baik untuk menjadi tercerahkan dalam kehidupan akan datang.
Orang yang mengambil sila disebut orang awam.

PANCASILA
Mengikuti Ajaran-ajaran Sang Buddha

Bagian II: Panca/Lima Sila


Semua agama memiliki beberapa aturan dasar yang menetapkan apa yang disebut
tingkah laku yang baik dan tingkah laku apa yang harus dihindari. Dalam Buddhisme,
aturan yang paling penting adalah Lima Sila. Sila ini diturunkan dari Buddha sendiri.
1. Tidak Membunuh – Menghormati hak untuk hidup
2. Tidak Mencuri – Menghormati harta benda orang lain
3. Tidak Melakukan Penzinaan – Menghormati kodrat murni kita
4. Tidak Berbohong – Menghormati kejujuran
5. Tidak Minum Minuman Keras – Menghormati pikiran yang jernih

Tidak Membunuh
“Diktat STTSRaenagl BBatuadmd”ha berkata, "Hidup ini berharga bagi semua makhluk. Mereka
memilPikagi e 1
hak untuk hidup yang sama seperti kita." Kita harus menghormati semua kehidupan dan
5

tidak membunuh apa pun. Membunuh semut dan nyamuk juga melanggar sila ini. Kita
harus memiliki sikap cinta kasih terhadap semua makhluk, berharap mereka untuk menjadi
bahagia dan bebas dari bahaya. Merawat bumi, termasuk sungai dan udara. Salah satu cara
yang banyak umat Buddha praktekkan dalam ajaran ini adalah dengan menjadi vegetarian.
Tidak Mencuri
Jika kita mencuri dari orang lain, kita mencuri dari diri kita sendiri. Sebaliknya, kita
harus belajar untuk memberi dan menjaga barang-barang milik keluarga kita, milik
sekolah, atau milik umum.
Tidak Melakukan Penzinaan
Tingkah laku yang baik dengan menunjukkan rasa hormat kepada diri sendiri dan
orang lain. Tubuh kita adalah hadiah dari orang tua kita, jadi kita harus melindungi mereka
dari bahaya. Kaum muda khususnya harus menjaga kodrat murni dan mengembangkan
kebajikan mereka. Terserah kepada pilihan mereka untuk membuat dunia menjadi tempat
yang lebih baik untuk hidup. Dalam keluarga bahagia, suami dan istri saling menghormati.
Tidak berbohong
Kejujuran membawa perdamaian pada dunia. Ketika ada kesalah-pahaman, hal
terbaik adalah membicarakannya. Sila ini termasuk tidak menggosip, tidak memfitnah,
tidak ada kata-kata kasar dan tidak ada kata-kata yang tak berarti.
Tidak Minum Minuman Keras
Sila kelima didasarkan pada menjaga pikiran yang jernih dan tubuh yang sehat.
Suatu hari, ketika Sang Buddha sedang berbicara Dharma untuk majelis, seorang pemuda
yang mabuk terhuyung-huyung masuk ke dalam ruangan. Dia tersandung beberapa biksu
yang sedang duduk di lantai dan mulai memaki-maki dengan keras. Napasnya berbau
alkohol dan memenuhi udara dengan bau yang memuakkan. Bergumam pada dirinya
sendiri, ia terhuyung-huyung keluar dari pintu.

Semua orang heran melihat perilaku kasarnya, tapi Sang Buddha tetap tenang.
"Majelis yang terhormat!" ia berbicara, "Lihatlah orang ini. Ia pasti akan kehilangan
kekayaan dan nama baik. Tubuhnya akan menjadi lemah dan sakit-sakitan. Siang dan
malam, ia akan bertengkar dengan keluarga dan teman-temannya sampai mereka
meninggalkannya. Yang terburuk adalah bahwa ia akan kehilangan kebijaksanaan dan
“DimktaetnSjaTdTi Rbe Page 1
oadl oBhat.a"m”
5

Sedikit demi sedikit, kita dapat belajar untuk mengikuti sila-sila ini. Jika kita
kadang-kadang lupa, kita dapat memulainya lagi. Mengikuti ajaran-ajaran ini adalah
pekerjaan seumur hidup. Jika seseorang membunuh atau melukai perasaan seseorang
karena kesalahan, itu adalah melanggar sila, tapi itu tidak dilakukan dengan sengaja.

F.5. SAMSARA
Mengikuti Ajaran-ajaran Sang Buddha

Bagian III: Roda Kehidupan/Samsara


Umat Buddha tidak percaya bahwa kematian adalah akhir kehidupan. Ketika
seseorang meninggal, kesadaran seseorang pergi dan memasuki salah satu dari enam jalan
kelahiran kembali.
 Makhluk Surgawi
 Manusia
 Asura adalah makhluk yang memiliki banyak hal yang baik dalam kehidupan, tapi
masih suka melawan. Mereka muncul di langit atau di bumi sebagai orang atau
hewan.
 Hantu Kelaparan adalah makhluk-makhluk yang menderita kelaparan terus-menerus.

“Diktat MSTaTkRhelaul kB-


Page 1
amtamak” hluk Neraka
5

Ini adalah enam tingkatan pada roda kehidupan. Di bagian atas adalah surga, di
mana semua orang senang. Di bawah adalah neraka di mana penderitaan tak tertahankan.
Makhluk-makhluk dapat naik atau turun dari satu tingkatan ke tingkatan yang lain. Jika
seseorang melakukan perbuatan-perbuatan baik, dia akan lahir kembali di jalan para dewa,
manusia, atau asura. Jika seseorang melakukan perbuatan-perbuatan jahat, dia akan lahir
kembali di jalan binatang, hantu kelaparan, atau makhluk neraka. Dari satu kehidupan ke
kehidupan yang berikutnya seseorang dapat tiba-tiba berubah dari seorang manusia ke
hewan atau dari hantu ke makhluk neraka, sesuai hal-hal yang telah seseorang lakukan.

Bagaimana Melepaskan Diri dari Roda Kehidupan


Roda kehidupan dan kematian tetap berputar akibat tiga racun dari Ketamakan,
Kebencian, dan Kebodohan. Dengan memotong tiga racun ini, kita dapat melepaskan diri
dari roda kehidupan dan menjadi tercerahkan.
Ada 4 tingkatan Pencerahan:
A. Para Buddha – sempurna dalam pencerahan
B. Para Bodhisattva – mencerahkan diri sendiri maupun orang lain
C. Para Pratyekabuddha – para petapa yang mengasingkan diri dan
mencapai pencerahan atas usaha sendiri
D. Para Arahat – mencerahkan diri sendiri

“Diktat STT Real Batam” Page 1


5

G. Komunitas Buddhis
Di Asia, hal ini dianggap sebagai penghargaan tertinggi jika seorang anggota
keluarga meninggalkan kehidupan rumah. Orang-orang Barat, bagaimanapun, mungkin
terkejut dengan gagasan seseorang meninggalkan keluarga mereka untuk menjadi seorang
biarawan atau biarawati. Mereka mungkin berpikir ini adalah hal yang egois dan melarikan
diri dari dunia. Pada kenyataannya, biarawan dan biarawati tidak egois sama sekali.
Mereka mendedikasikan diri mereka untuk membantu orang lain. Mereka tidak
ingin memiliki banyak hal, atau memiliki uang atau kekuasaan. Mereka mengabaikan hal-
hal ini demi memperoleh sesuatu yang jauh lebih berharga - kebebasan spiritual. Dengan
menjalani hidup yang sederhana dan murni dengan sesama di jalan yang sama, mereka
mampu mengurangi keserakahan, kebencian, dan ketidak-tahuan mereka
Meskipun biarawan dan biarawati hidup dalam biara, mereka tidak sepenuhnya
mengabaikan keluarga mereka. Mereka diperbolehkan untuk mengunjungi dan merawat
mereka ketika mereka sakit.

Bagian I: Kehidupan dalam sebuah biara


Setiap hari di sebuah biara dimulai pagi sekali untuk para biarawan dan biarawati.
Jauh sebelum fajar, mereka menghadiri upacara pagi dan nyanyian pujian kepada Sang
Buddha. Upacara mengangkat semangat seseorang dan membawa harmoni. Meskipun
Sangha menjalani kehidupan sederhana, mereka memiliki banyak tanggung jawab untuk
dipenuhi. Setiap orang bekerja dengan rajin dan puas dengan tugasnya.
Pada siang hari, beberapa biarawan dan biarawati pergi mengajar di sekolah atau
memaparkan ajaran Sang Buddha. Yang lain mungkin merevisi dan menerjemahkan buku-
buku dan sutra Buddha, membuat gambar Buddha, mengurus kuil dan kebun,
mempersiapkan upacara, memberikan nasihat kepada orang awam, dan perawatan bagi
para manula (orang tua) dan mereka yang sakit. Hari itu berakhir dengan upacara
penutupan malam.
Dalam kehidupan kerja sehari-hari dan praktik keagamaan, para biarawan dan
biarawati membimbing diri mereka sendiri dengan benar dan sangat dihormati. Dengan
menjalani hidup yang murni dan sederhana, mereka mendapatkan pemahaman yang luar
biasa ke dalam sifat sejati/alami dari setiap hal. Meskipun hidup mereka keras dan ketat,
“DihkatastiSlnTyTaRseeabl aBnadtaimng” . Hal ini juga membuat mereka sehat dan enerjik. Kaum
awam, yang Page 1
5

tinggal di biara atau untuk kunjungan, mengikuti jadwal yang sama dengan Sangha dan
bekerja bersama mereka.

Bagian II: Kepala Dicukur, Jubah, dan Mangkuk (menerima) Persembahan


Idealnya, biarawan dan biarawati hanya memiliki beberapa barang, seperti jubah
dan mangkuk (menerima) penawaran. Sementara kebanyakan orang menghabiskan banyak
waktu dan uang demi rambut mereka, biarawan dan biarawati mencukur bersih kepala
mereka. Mereka tidak lagi peduli dengan keindahan lahiriah, tetapi mengutamakan
pengembangkan kehidupan rohani mereka. Kepala gundul merupakan simbol bahwa para
biarawan dan biarawati telah meninggalkan kehidupan rumah dan merupakan bagian dari
Sangha.
Menawarkan makanan untuk para biarawan dan biarawati merupakan bagian dari
Buddhisme. Di Asia, tidak biasa melihat biarawan berjalan menuju desa-desa di pagi hari
dengan membawa mangkuk penawaran mereka. Mereka tidak mengemis makanan, tetapi
menerima apa saja yang ditawarkan. Praktek ini tidak hanya membantu para biarawan dan
biarawati menjadi rendah hati, tetapi juga kesempatan bagi orang awam untuk memberi. Di
beberapa negara orang awam pergi ke biara untuk memberi persembahan.
Jubah para biarawan dan biarawati yang sederhana dan terbuat dari katun atau
linen. Warna mereka bervariasi sesuai dengan negara yang berbeda. Sebagai contoh, jubah
kuning sebagian besar dipakai di Thailand, sementara jubah hitam dipakai di Jepang. Di
Cina dan Korea, jubah abu-abu dan coklat dipakai untuk kerja, sedangkan jubah lebih
rumit digunakan untuk upacara. Jubah merah gelap dipakai di Tibet.

“Diktat STT Real Batam” Page 1


5

Jubah dan mangkuk penawaran sangat penting untuk para biarawan dan biarawati.
Sang Buddha berkata, "Sama seperti burung membawa sayapnya di mana pun ia terbang,
demikian biarawan membawa jubah dan mangkuknya kemana pun dia pergi."

H. Pentingnya Umat Awam dalam Buddhisme


Orang awam ini adalah sangat penting dalam Buddhisme, karena mereka adalah
anggota pendukung komunitas Buddhis. Mereka membangun kuil-kuil dan biara-biara dan
memberikan persembahan makanan, jubah, tempat tidur, dan obat-obatan untuk para
biarawan dan biarawati. Hal ini memungkinkan Sangha untuk melaksanakan pembabaran
Ajaran Sang Buddha. Dengan cara ini Sangha dan umat awam saling menguntungkan dan
bersama-sama menjaga agar roda Dharma tetap berputar.
Dalam Buddhisme, juga penting untuk mendukung orang yang miskin dan
membutuhkan. Memberi untuk mendukung umat beragama, bagaimanapun, dianggap
suatu perbuatan yang sangat berjasa. Sang Buddha tidak hanya mendorong untuk memberi
kepada umat Buddha, tetapi kepada setiap orang yang menjalankan kehidupan spiritual
yang membutuhkan.
Sang Buddha mengajar murid-muridnya untuk menjadi toleran terhadap agama
lain. Sebagai contoh, ketika seseorang menyalakan lilin dari nyala lilin yang lain, nyala
lilin pertama tidak kehilangan cahayanya. Sebaliknya, dua cahaya bersinar lebih terang
secara bersama-sama. Ini juga sama dengan agama-agama besar di dunia.

“Diktat STTARpeaalkBaahtamse”seorang adalah anggota Sangha atau orang awam, yang ideal
adalPaahge 1
untuk berlatih Buddhisme demi kebaikan bersama.
5

BAB V
AGAMA ISLAM

Islam (Arab: al-islām, ‫ مالسإال‬dengarkan (bantuan·info): "berserah diri kepada


Tuhan") adalah agama yang mengimani satu Tuhan, yaitu Allah. Dengan lebih dari satu
seperempat miliar orang pengikut di seluruh dunia,[1][2] menjadikan Islam sebagai agama
terbesar kedua di dunia setelah agama Kristen.[3] Islam memiliki arti "penyerahan", atau
penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan (Arab: ‫هلال‬,Allah)
Pengikut ajaran Islam dikenal dengan sebutan Muslim yang berarti "seorang yang
tunduk kepada Tuhan", atau lebih lengkapnya adalah Muslimin bagi laki-laki dan
Muslimat bagi perempuan. Islam mengajarkan bahwa Allah menurunkan firman-Nya
kepada manusia melalui para nabi dan rasul utusan-Nya, dan meyakini dengan sungguh-
sungguh bahwa Muhammad adalah nabi dan rasul terakhir yang diutus ke dunia oleh
Allah.

A. Aspek kebahasaan
Islam berasal dari kata Arab Aslama-Yuslimu-Islaman yang secara kebahasaan
berarti 'Menyelamatkan' misal teks 'Assalamu Alaikum' yang berarti Semoga Keselamatan
menyertai kalian semuanya. Islam/Islaman adalah Masdar/Kata benda sebagai bahasa
penunjuk dari Fi'il/Kata kerja yaitu 'Aslama' =Telah Selamat (Past Tense) dan 'Yuslimu'
=Menyelamatkan (Past Continous Tense)
Kata triliteral semitik 'S-L-M' menurunkan beberapa istilah terpenting dalam
pemahaman mengenai keislaman, yaitu Islam dan Muslim. Kesemuanya berakar dari kata
Salam yang berarti kedamaian. Kata Islam lebih spesifik lagi didapat dari bahasa
ArabAslama, yang bermakna "untuk menerima, menyerah atau tunduk" dan dalam
pengertian yang lebih jauh kepada Tuhan.

B. Aspek kemanusiaan
Dengan demikian, Islam berarti penerimaan dari dan penyerahan diri kepada
Tuhan, dan penganutnya harus menunjukkan ini dengan menyembah-Nya, menuruti
perintah-Nya, dan menghindari politheisme. Perkataan ini memberikan beberapa maksud
“DidkatartiSaTl- Page 1
TQRuera‟l aBna.tam”
5

Dalam beberapa ayat, kualitas Islam sebagai kepercayaan ditegaskan: "Barangsiapa


yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan
dadanya untuk (memeluk agama) Islam..." Ayat lain menghubungkan Islām dan dīn
(lazimnya diterjemahkan sebagai "agama"): "...Pada hari ini telah Ku-sempurnakan
untukmu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai
Islam itu jadi agama bagimu."[10] Namun masih ada yang lain yang menggambarkan Islam
itu sebagai perbuatan kembali kepada Tuhan-lebih dari hanya penyataan pengesahan
keimanan.

C. Kepercayaan
Kepercayaan dasar Islam dapat ditemukan pada dua kalimah shahādatāin ("dua
kalimat persaksian"), yaitu "asyhadu an-laa ilaaha illallaah, wa asyhadu anna
muhammadan rasuulullaah" - yang berarti "Saya bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah,
dan saya bersaksi bahwa Muhammad saw adalah utusan Allah". Esensinya adalah prinsip
keesaan Tuhan dan pengakuan terhadap kenabian Muhammad. Adapun bila seseorang
meyakini dan kemudian mengucapkan dua kalimat persaksian ini, ia dapat dianggap telah
menjadi seorang muslim dalam status sebagai mualaf (orang yang baru masuk Islam dari
kepercayaan lamanya).
Kaum Muslim percaya bahwa Allah mengutus Muhammad sebagai Nabi terakhir
setelah diutusnya Nabi Isa 6 abad sebelumnya. Agama Islam mempercayai bahwa al-
Qur'an dan Sunnah (setiap perkataan dan perbuatan Muhammad) sebagai sumber hukum
dan peraturan hidup yang fundamental.[12] Mereka tidak menganggap Muhammad sebagai
pengasas agama baru, melainkan sebagai penerus dan pembaharu kepercayaan monoteistik
yang diturunkan kepada Ibrahim, Musa, Isa, dan nabi oleh Tuhan yang sama. Islam
menegaskan bahwa agama Yahudi dan Kristen belakangan setelah kepergian para nabinya
telah membelokkan wahyu yang Tuhan berikan kepada nabi-nabi ini dengan mengubah
teks dalam kitab suci, memperkenalkan intepretasi palsu, ataupun kedua-duanya.
Umat Islam juga meyakini al-Qur'an yang disampaikan oleh Allah kepada
Muhammad. melalui perantara Malaikat Jibril adalah sempurna dan tidak ada keraguan di
dalamnya (Al-Baqarah[2]:2). Di dalam al-Qur'an Allah juga telah berjanji akan menjaga
keotentikan al-Qur'an hingga akhir zaman.
“Diktat STTARdeaalpBuantamse”bagaimana dinyatakan dalam al-Qur'an, umat Islam juga
diwajibkPaange 1
untuk beriman dan meyakini kebenaran kitab suci dan firman-Nya yang diturunkan
6

sebelum al-Qur'an (Zabur, Taurat, Injil dan suhuf para nabi-nabi yang lain) melalui nabi
dan rasul terdahulu sebelum Muhammad. Umat Islam juga percaya bahwa selain al-Qur'an,
seluruh firman Allah terdahulu telah mengalami perubahan oleh manusia. Mengacu pada
kalimat di atas, maka umat Islam meyakini bahwa al-Qur'an adalah satu-satunya kitab
Allah yang benar-benar asli dan sebagai penyempurna kitab-kitab sebelumnya.
Umat Islam meyakini bahwa agama yang dianut oleh seluruh nabi dan rasul utusan
Allah sejak masa Adam adalah satu agama yang sama dengan (tauhid|satu Tuhan yang
sama), dengan demikian tentu saja Ibrahim juga menganut ketauhidan secara hanif (murni)
yang menjadikannya seorang muslim. Pandangan ini meletakkan Islam bersama agama
Yahudi dan Kristen dalam rumpun agama yang mempercayai Nabi Ibrahim as. Di dalam
al-Qur'an, penganut Yahudi dan Kristen sering direferensikan sebagai Ahli Kitab atau
orang-orang yang diberi kitab.

C.1. Lima Rukun Islam


Islam memberikan banyak amalan keagamaan. Para penganut umumnya digalakkan
untuk memegang Lima Rukun Islam, yaitu lima pilar yang menyatukan Muslim sebagai
sebuah komunitas. Tambahan dari Lima Rukun, hukum Islam (syariah) telah membangun
tradisi perintah yang telah menyentuh pada hampir semua aspek kehidupan dan
kemasyarakatan. Tradisi ini meliputi segalanya dari hal praktikal seperti kehalalan,
perbankan, jihad dan zakat.
Isi dari kelima Rukun Islam itu adalah:
1. Mengucapkan dua kalimah syahadat dan meyakini bahwa tidak ada yang
berhak ditaati dan disembah dengan benar kecuali Allah saja dan meyakini
bahwa Muhammad adalah hamba dan rasul Allah.
2. Mendirikan salat wajib lima kali sehari.
3. Berpuasa pada bulan Ramadan.
4. Membayar zakat.
5. Menunaikan ibadah haji bagi mereka yang mampu.

C.2. Enam Rukun Iman


Muslim juga mempercayai Rukun Iman yang terdiri atas 6 perkara yaitu:
“Diktat 1S.TTIRmeaanl Bkaetapma”da Allah
Page 1
2. Iman kepada malaikat Allah
6

3. Iman kepada Kitab Allāh (Al-Qur'an, Injil, Taurat, Zabur dan suhuf)
4. Iman kepada nabi dan rasul Allah
5. Iman kepada hari kiamat
6. Iman kepada qada dan qadar

D. Ajaran Islam
Hampir semua Muslim tergolong dalam salah satu dari dua mazhab terbesar, yaitu
Sunni (85%) dan Syiah (15%). Permasalahan terjadi akibat perbedaan pandangan tentang
siapa yang seharusnya memimpin kaum Muslim sesudah wafatnya Muhammad. Islam
adalah agama predominan sepanjang Timur Tengah, juga di sebagian besar Afrika Utara
dan Asia.
Komunitas besar juga ditemui di Cina, Semenanjung Balkan di Eropa Timur dan
Rusia. Terdapat juga sebagian besar komunitas imigran Muslim di bagian lain dunia,
seperti Eropa Barat. Sekitar 20% Muslim tinggal di negara-negara Arab, 30% di subbenua
India dan 15.6% di Indonesia, negara Muslim terbesar berdasar populasi.
Negara dengan mayoritas pemeluk Islam Sunni adalah Indonesia, Arab Saudi, dan
Pakistan sedangkan negara dengan mayoritas Islam Syi'ah adalah Iran dan Irak. Doktrin
antara Sunni dan Syi'ah berbeda pada masalah imamah (kepemimpinan) dan peletakan
Ahlul Bait (keluarga keturunan Muhammad). Namun baik Sunni maupun Syi'ah secara
umum berpandangan sama terhadap rukun Islam dan rukun Iman yang merupakan aspek
fundamental keimanan dalam Islam walaupun dengan terminologi yang berbeda.

D.1. Allah
Konsep Islam teologikal fundamental ialah tauhid, yaitu kepercayaan tentang
keesaan Tuhan. Istilah Arab untuk Tuhan ialah Ilāh; kebanyakan ilmuwan[rujukan?] percaya
kata Allah didapat dari penyingkatan dari kata al- (si) dan ʾilāh' (dewa, bentuk
maskulin), bermaksud "Tuhan" (al-ilāh'), tetapi yang lain menjejakkan asal usulnya dari
bahasa Aram Alāhā. Kata Allah juga adalah kata yang digunakan oleh orang Kristen
(Nasrani) dan Yahudi Arab sebagai terjemahan dari ho theos dari Perjanjian Baru dan
Septuaginta.
Yang pertama dari Lima Rukun Islam, tauhid dituangkan dalam syahadat
(pengakuan), yaitu bersaksi:

‫وا‬ea ‫س‬B l‫در‬a ‫م‬t‫ح‬am ‫ل”هم‬ ‫الإل هإالال‬ ” Page 1


S “Di ktat T T R
“ ‫ل هل ل‬
6

Tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah

Konsep tauhid ini dituangkan dengan jelas dan sederhana di dalam al-Qur'an pada
Surah Al-Ikhlas yang terjemahannya adalah:
1. Katakanlah: "Dia-lah Allah (Tuhan), Yang Maha Esa,
2. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu,
3. Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan,
4. dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia."
Nama "Allah" tidak memiliki bentuk jamak dan tidak diasosiasikan dengan jenis
kelamin tertentu. Dalam Islam sebagaimana disampaikan dalam al-Qur'an dikatakan:
"(Dia) Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu
sendiri pasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternak pasangan- pasangan
(pula), dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu. Tidak ada
sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha Mendengar dan
Melihat". (Asy-Syu'ara'[42]:11)

Allah adalah Nama Tuhan (ilah) dan satu-satunya Tuhan sebagaimana perkenalan-
Nya kepada manusia melalui al-Quran :
"Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka
sembahlah Aku dan dirikanlah salat untuk mengingat Aku". (Ta Ha[20]:14)

Pemakaian kata Allah secara linguistik mengindikasikan kesatuan. Umat Islam


percaya bahwa Tuhan yang mereka sembah adalah sama dengan Tuhan umat Yahudi dan
Nasrani, dalam hal ini adalah Tuhan Ibrahim. Namun, Islam menolak ajaran Kristen
menyangkut paham Trinitas dimana hal ini dianggap Politeisme.
Mengutip al-Qur'an, An-Nisa'[4]:71:
"Wahai Ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agama dan janganlah
kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya al-Masih, Isa
putra Maryam itu adalah utusan Allah dan (yang diciptakan dengan kalimat-Nya)
yang disampaikannya kepada Maryam dan (dengan tiupan ) roh dari-Nya. Maka
berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya. Dan janganlah kamu
mengatakan :"Tuhan itu tiga", berhentilah dari ucapan itu. Itu lebih baik bagi
“Diktat STT Real Batam” Page 1
kamu. Sesungguhnya Allah Tuhan yang Maha Esa. Maha suci Allah dari
6

mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya.


Cukuplah Allah sebagai Pemelihara".

Dalam Islam, visualisasi atau penggambaran Tuhan tidak dapat dibenarkan, hal ini
dilarang karena dapat berujung pada pemberhalaan dan justru penghinaan, karena Tuhan
tidak serupa dengan apapun (Asy-Syu'ara'[42]:11). Sebagai gantinya, Islam
menggambarkan Tuhan dalam 99 nama/gelar/julukan Tuhan (asma'ul husna) yang
menggambarkan sifat ketuhanan-Nya sebagaimana terdapat pada al-Qur'an.

D.2. Al-Qur'an
Al-Fatihah merupakan surah pertama dalam Al-Qur'an. Al-Qur'an adalah kitab suci
ummat Islam yang diwahyukan Allah kepada Muhammad melalui perantaraan Malaikat
Jibril. Secara harfiah Qur'an berarti bacaan. Namun walau terdengar merujuk ke sebuah
buku/kitab, ummat Islam merujuk Al-Qur'an sendiri lebih pada kata-kata atau kalimat di
dalamnya, bukan pada bentuk fisiknya sebagai hasil cetakan.
Umat Islam percaya bahwa Al-Qur'an disampaikan kepada Muhammad melalui
malaikat Jibril. Penurunannya sendiri terjadi secara bertahap antara tahun 610 hingga
hingga wafatnya beliau 632 M. Walau Al-Qur'an lebih banyak ditransfer melalui hafalan,
namun sebagai tambahan banyak pengikut Islam pada masa itu yang menuliskannya pada
tulang, batu-batu dan dedaunan.
Umat Islam percaya bahwa Al-Qur'an yang ada saat ini persis sama dengan yang
disampaikan kepada Muhammad, kemudian disampaikan lagi kepada pengikutnya, yang
kemudian menghapalkan dan menulis isi Al Qur'an tersebut. Secara umum para ulama
menyepakati bahwa versi Al-Qur'an yang ada saat ini pertama kali dikompilasi pada masa
kekhalifahanUtsman bin Affan (khalifah Islam ke-3) yang berkisar antara 650 hingga 656
M. Utsman bin Affan kemudian mengirimkan duplikat dari versi kompilasi ini ke seluruh
penjuru kekuasaan Islam pada masa itu dan memerintahkan agar semua versi selain itu
dimusnahkan untuk keseragaman.
Al-Qur'an memiliki 114 surah , dan sejumlah 6.236 ayat (terdapat perbedaan
tergantung cara menghitung). Hampir semua Muslim menghafal setidaknya beberapa
bagian dari keseluruhan Al-Qur'an, mereka yang menghafal keseluruhan Al-Qur'an dikenal

“DisketabtaSgTaTi RheaafliBz at(ajmam” ak:huffaz). Pencapaian ini bukanlah sesuatu yang


jarang, dipercaPyaagi e 1
bahwa saat ini terdapat jutaan penghapal Al-Qur'an diseluruh dunia. Di Indonesia ada
6

lomba Musabaqah Tilawatil Qur'an yaitu lomba membaca Al-Qur'an dengan tartil atau
baik dan benar. Yang membacakan disebut Qari (pria) atau Qariah (wanita).
Muslim juga percaya bahwa Al-Qur'an hanya berbahasa Arab. Hasil terjemahan
dari Al-Qur'an ke berbagai bahasa tidak merupakan Al-Qur'an itu sendiri. Oleh karena itu
terjemahan hanya memiliki kedudukan sebagai komentar terhadap Al-Qur'an ataupun
bentuk usaha untuk mencari makna Al-Qur'an, tetapi bukan Al-Qur'an itu sendiri.

D.3. Nabi Muhammad S.A.W


Muhammad (570-632 M) adalah nabi terakhir dalam ajaran Islam dimana
mengakui kenabiannya merupakan salah satu syarat untuk dapat disebut sebagai seorang
muslim (lihat syahadat). Dalam Islam Muhammad tidak diposisikan sebagai seorang
pembawa ajaran baru, melainkan merupakan penutup dari rangkaian nabi-nabi yang
diturunkan sebelumnya.
Terlepas dari tingginya statusnya sebagai seorang Nabi, Muhammad dalam
pandangan Islam adalah seorang manusia biasa. Namun setiap perkataan dan perilaku
dalam kehidupannya dipercayai merupakan bentuk ideal dari seorang muslim. Oleh karena
itu dalam Islam dikenal istilah hadits yakni kumpulan perkataan (sabda), perbuatan,
ketetapan maupun persetujuan Muhammad. Hadits adalah teks utama (sumber hukum)
kedua Islam setelah Al Qur'an.

E. Sejarah
E.1. Masa sebelum kedatangan Islam
Jazirah Arab sebelum kedatangan agama Islam merupakan sebuah kawasan
perlintasan perdagangan dalam Jalan Sutera yang menghubungkan antara Indo Eropa
dengan kawasan Asia di timur. Kebanyakan orang Arab merupakan penyembah berhala
dan ada sebagian yang merupakan pengikut agama-agama Kristen dan Yahudi.
Mekkah adalah tempat yang suci bagi bangsa Arab ketika itu, karena di sana
terdapat berhala-berhala agama mereka, telaga Zamzam, dan yang terpenting adalah
Ka'bah. Masyarakat ini disebut pula Jahiliyah atau dalam artian lain bodoh. Bodoh disini
bukan dalam intelegensianya namun dalam pemikiran moral. Warga Quraisy terkenal
dengan masyarakat yang suka berpuisi. Mereka menjadikan puisi sebagai salah satu
“DihkitabtuSrTaTn Rdiesaal aBtabtaemr”kumpul di Page 1
tempat-tempat ramai.
6

E.2. Masa awal


Negara-negara dengan populasi Muslim mencapai 10% (hijau dengan dominan
sunni, merah dengan dominan syi'ah) (Sumber - CIAWorld Factbook, 2004). Islam
bermula pada tahun 611 ketika wahyu pertama diturunkan kepada rasul yang terakhir yaitu
Muhammad bin Abdullah di Gua Hira', Arab Saudi.
Muhammad dilahirkan di Mekkah pada tanggal 12Rabiul AwalTahun Gajah (571
masehi). Ia dilahirkan di tengah-tengah suku Quraish pada zaman jahiliyah, dalam
kehidupan suku-suku padang pasir yang suka berperang dan menyembah berhala.
Muhammad dilahirkan dalam keadaan yatim, sebab ayahnya Abdullah wafat ketika ia
masih berada di dalam kandungan. Pada saat usianya masih 6 tahun, ibunya Aminah
meninggal dunia.
Sepeninggalan ibunya, Muhammad dibesarkan oleh kakeknya Abdul Muthalib dan
dilanjutkan oleh pamannya yaitu Abu Talib. Muhammad kemudian menikah dengan
seorang janda bernama Siti Khadijah dan menjalani kehidupan secara sederhana.
E.3. As-Sabiqun al-Awwalun
Ketika Muhammad berusia 40 tahun, ia mulai mendapatkan wahyu yang
disampaikan Malaikat Jibril, dan sesudahnya selama beberapa waktu mulai mengajarkan
ajaran Islam secara tertutup kepada para sahabatnya. Setelah tiga tahun menyebarkan Islam
secara sembunyi-sembunyi, ia akhirnya menyampaikan ajaran Islam secara terbuka kepada
seluruh penduduk Mekkah, yang mana sebagian menerima dan sebagian lainnya
menentangnya.
Pada tahun 622 Masehi, Muhammad dan pengikutnya berpindah ke Madinah.
Peristiwa ini disebut Hijrah, peristiwa itu menjadi dasar acuan permulaan perhitungan
kalender Islam. Di Madinah, Muhammad dapat menyatukan orang-orang anshar (kaum
muslimin dari Madinah) dan muhajirin (kaum muslimin dari Mekkah), sehingga umat
Islam semakin menguat. Dalam setiap peperangan yang dilakukan melawan orang-orang
kafir, umat Islam selalu mendapatkan kemenangan. Dalam fase awal ini, tak terhindarkan
terjadinya perang antara Mekkah dan Madinah.
Keunggulan diplomasi nabi Muhammad pada saat perjanjian Hudaibiyah,
menyebabkan umat Islam memasuki fase yang sangat menentukan. Banyak penduduk
Mekkah yang sebelumnya menjadi musuh kemudian berbalik memeluk Islam, sehingga

“DikketattikSaTTpReneaalkBluatkaamn” kota Mekkah oleh umat Islam tidak terjadi pertumpahan


darah. KetiPkaage 1
Muhammad wafat, hampir seluruh Jazirah Arab telah memeluk agama Islam.
6

E.4. Khalifah Rasyidin


Khalifah Rasyidin atau Khulafaur Rasyidin memilki arti pemimpin yang diberi
petunjuk, diawali dengan kepemimpinan Abu Bakar, dan dilanjutkan oleh kepemimpinan
Umar bin Khattab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abu Thalib. Pada masa ini umat Islam
mencapai kestabilan politik dan ekonomi. Abu Bakar memperkuat dasar-dasar kenegaraan
umat Islam dan mengatasi pemberontakan beberapa suku-suku Arab yang terjadi setelah
meninggalnya Muhammad.
Umar bin Khattab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abu Thalib berhasil memimpin
balatentara dan kaum Muslimin pada umumnya untuk mendakwahkan Islam, terutama ke
Syam, Mesir, dan Irak. Dengan takluknya negeri-negeri tersebut, banyak harta rampasan
perang dan wilayah kekuasaan yang dapat diraih oleh umat Islam.

E.5. Masa kekhalifahan selanjutnya


Setelah periode Khalifah Rasyidin, kepemimpinan umat Islam berganti dari tangan
ke tangan dengan pemimpinnya yang juga disebut "khalifah", atau kadang-kadang disebut
"amirul mukminin", "sultan", dan sebagainya. Pada periode ini khalifah tidak lagi
ditentukan berdasarkan orang yang terbaik di kalangan umat Islam, melainkan secara
turun-temurun dalam satu dinasti (bahasa Arab: bani) sehingga banyak yang
menyamakannya dengan kerajaan; misalnya kekhalifahan Bani Umayyah, Bani
Abbasiyyah, hingga Bani Utsmaniyyah yang kesemuanya diwariskan berdasarkan
keturunan.
Besarnya kekuasaan kekhalifahan Islam telah menjadikannya salah satu kekuatan
politik yang terkuat dan terbesar di dunia pada saat itu. Timbulnya tempat-tempat
pembelajaran ilmu-ilmu agama, filsafat, sains, dan tata bahasa Arab di berbagai wilayah
dunia Islam telah mewujudkan satu kontinuitas kebudayaan Islam yang agung. Banyak
ahli-ahli ilmu pengetahuan bermunculan dari berbagai negeri-negeri Islam, terutamanya
pada zaman keemasan Islam sekitar abad ke-7 sampai abad ke-13 masehi.
Luasnya wilayah penyebaran agama Islam dan terpecahnya kekuasaan kekhalifahan
yang sudah dimulai sejak abad ke-8, menyebabkan munculnya berbagai otoritas-otoritas
kekuasaan terpisah yang berbentuk "kesultanan"; misalnya Kesultanan Safawi, Kesultanan
Turki Seljuk, Kesultanan Mughal, Kesultanan Samudera Pasai dan Kesultanan Malaka,
“Diykatant gSTteTlaRheaml Beantjaamd”i kesultanan-kesultanan yang memiliki kekuasaan yang kuat
dan terkenPaalge 1
6

di dunia. Meskipun memiliki kekuasaan terpisah, kesultanan-kesultanan tersebut secara


nominal masih menghormati dan menganggap diri mereka bagian dari kekhalifahan Islam.
Pada kurun ke-18 dan ke-19 masehi, banyak kawasan-kawasan Islam jatuh ke
tangan penjajah Eropa. Kesultanan Utsmaniyyah (Kerajaan Ottoman) yang secara nominal
dianggap sebagai kekhalifahan Islam terakhir, akhirnya tumbang selepas Perang Dunia I.
Kerajaan ottoman pada saat itu dipimpin oleh Sultan Muhammad V. Karena dianggap
kurang tegas oleh kaum pemuda Turki yang di pimpin oleh mustafa kemal pasha atau
kemal attaturk, sistem kerajaan dirombak dan diganti menjadi republik.

F. Demografi
Saat ini diperkirakan terdapat antara 1.250 juta hingga 1,4 miliar umat Muslim
yang tersebar di seluruh dunia. Dari jumlah tersebut sekitar 18% hidup di negara-negara
Arab, 20% di Afrika, 20% di Asia Tenggara, 30% di Asia Selatan yakni Pakistan, India
dan Bangladesh. Populasi Muslim terbesar dalam satu negara dapat dijumpai di Indonesia.
Populasi Muslim juga dapat ditemukan dalam jumlah yang signifikan di Republik Rakyat
Cina, Amerika Serikat, Eropa, Asia Tengah, dan Rusia.
Pertumbuhan Muslim sendiri diyakini mencapai 2,9% per tahun, sementara
pertumbuhan penduduk dunia hanya mencapai 2,3%. Besaran ini menjadikan Islam
sebagai agama dengan pertumbuhan pemeluk yang tergolong cepat di dunia. . Beberapa
pendapat menghubungkan pertumbuhan ini dengan tingginya angka kelahiran di banyak
negara Islam (enam dari sepuluh negara di dunia dengan angka kelahiran tertinggi di dunia
adalah negara dengan mayoritas Muslim. Namun belum lama ini, sebuah studi demografi
telah menyatakan bahwa angka kelahiran negara Muslim menurun hingga ke tingkat
negara Barat.
G. Hari Besar dalam islam
 Idhul Adha / Idul Qurban
 Idhul Fitri
 Hari Jumat

H. Tempat ibadah
Rumah ibadat umat Muslim disebut masjid atau mesjid. Ibadah yang biasa
“Didkitalat kSuTkTaRneadl iBaMtaams”jid antara lain salat berjama'ah, ceramah agama,
perayaan hari besPaarg, e 1
diskusi agama, belajar mengaji (membaca Al-Qur'an) dan lain sebagainya.
6

BAB VI
KONG HU CU (FILSUF)
.
Confucius
(Tionghoa: 孔 ; Pinyin: Kong[1]) (Tiong: 丘 ; Py: Qiū)
Lahir
28 September 551 SM
Qufu, Dinasti Zhou
Meninggal
479 SM (usia 71–72)
Qufu, Dinasti Zhou
Era
Filosofi Kuno
Tradisi
Pendiri Konfusianisme
Minat utama
Filosofi moral, Filosofi sosial, Etika
Gagasan penting
Konfusianisme, Dipengaruhi, Mempengaruhi

Kong Hu Cu atau Konfusius, kadang-kadang sering hanya disebut Kongcu


(Hanzi: 孔夫子、孔子, hanyu pinyin: Kongfuzi、Kongzi) (551 SM – 479 SM) adalah
seorang guru atau orang bijak yang terkenal dan juga filsuf sosial Tiongkok. Filsafahnya
mementingkan moralitas pribadi dan pemerintahan, dan menjadi populer karena asasnya
yang kuat pada sifat-sifat tradisonal Tionghoa. Oleh para pemeluk agama Kong Hu Cu, ia
diakui sebagai nabi.
Pengaruh Kong Hu Cu terhadap peradaban Tiongkok tidak boleh dianggap enteng;
ajarannya telah meluas ke Jepang, Korea dan Vietnam, khususnya melalui Konfusianisme,
doktrin yang dikembangkan murid-muridnya dan para komentator.
Buku Analek adalah sebuah karya singkat yang berisi diskusi dan pembicaraannya
dengan murid-muridnya. Ia disusun setelah dia meninggal dan berisi inti-inti ajarannya.
“Diktat STT Real Batam” Page 1
6

A. Biografi singkat
A.1. Keluarga Khonghucu
KongHuCu adalah putra bungsu Shu Liang He. Ia mempunyai 9 kakak perempuan
dan seorang kakak laki-laki yang cacat kaki bernama Meng-bi. Ibunya bernama Yan Zheng
Zai. Ia lahir pada tanggal 27 Ba Yue (bulan 8) 551 Sebelum Masehi di negeri Lu, Kota Zou
Yi, Desa Chang Ping di lembah Kong Song (kini jazirah Shandong kota Qu Fu).
Nama kecilnya adalah Qiu yang berarti bukit alias Zong Ni artinya Putera kedua
dari bukit Ni, beliau menikah dengan puteri Negeri Song yang bermarga Qi Guan. Dari
pernikahan ini mendapat seorang putera yang diberi nama Li yang berarti ikan gurami alias
Bo Yu. Diberi nama demikian karena pada kelahiran puteranya beliau telah diantari ikan
gurami oleh Raja Muda Negeri Lu yang panggilannnya Lu Zhao Gong. Selain Li,
Khonghucu masih mempunyai dua orang puteri yang seorang menjadi isteri Gong Ye
Chang, murid beliau.
A.2. Kronologi tahun
 Usia 3 tahun ayah beliau Shu Liang He wafat
 Usia 6 tahun telah menunjukkan sifat-sifat kenabiannya; dalam bermain senang
mengajak dan memimpin kawan-kawannya menirukan orang melakukan ibadah
dan sembahyang.
 Usia 15 tahun beliau telah memiliki semangat belajar yang luar biasa.
 Usia 19 tahun menikah dengan seorang gadis dari marga Jian Guan dari Negeri
Song.
 Usia 20 tahun diangkat menjadi Menteri lumbung oleh Keluarga Besar Ji.
 Usia 21 tahun dikaruniai seorang putera yang diberi nama Li alias Bo Yu.Beliau
memiliki 1 orang anak perempuan bernama Kong Rao dan seorang anak laki-laki
bernama Kong Li.
 Usia 24 tahun, ibu beliau wafat. Ia berkabung selama 3 tahun. Jenazah kedua orang
tuanya dimakamkan di gunung Fang Shan. Setelah selesai masa berkabung beliau
sudah banyak menerima murid.
 Usia 29 tahun beliau belajar musik kepada Shi Xiang, seorang guru musik
termasyur.
 Usia 30 tahun disertai dua orang muridnya; Nan-Gong Jing-Shu dan Meng Yi Zi
“Diktat STT(RkeeadluBaantayma”putera bangsawan besar keluarga Meng, yakni
Page 1
Meng-xi Zi. Ia
7

berkunjung ke ibukota Negeri Zhou, disana beliau bertemu dengan penjaga


perpustakaan kerajaan bernama Lao Dan dan guru musik bernama Chang Hong.
 Usia 35 tahun beliau pergi ke negeri Qi karena negeri Lu terjadi kekalutan dan Raja
mudanya Lu Zhao Gong lari ke negeri Qi. Waktu itu negeri Qi diperintah oleh Raja
Muda Qi Jing Gong dengan Perdana Menterinya Yang Ying atau Yan ping Zhong
yang terkenal pandai.
 Usia 36 tahun beliau kembali ke negeri Lu dan meneruskan mendidik murid-
muridnya.
 Usia 51 tahun sampai 55 tahun beliau aktif dalam pemerintahan yang waktu itu
Raja Mudanya ialah Lu Ding Gong. Ia pernah menjabat sebagai Walikota Zhong
Dou dan Menteri Pekerjaan Umum. Jabatan yang tertinggi dan terakhir adalah
sebagai Perdana Menteri merangkap Menteri Kehakiman (Da Si Kou).
 Usia 56 tahun pada hari Dong Zhi meninggalkan negeri Lu dan mulai
pengembaraannya ke berbagai negeri sebagai Tian Zhi Mu Duo (Genta Rohani
Tuhan). Tian (Tuhan Yang Maha Esa) telah mengutusNya sebagai Nabi Segala
Masa, Yang Lengkap, Besar dan Sempurna (Ji Da Cheng). Ia mengembara lebih
kurang 13 tahun.
 Tahun 483 SM Li atau Bo Yu, putera beliau meninggal dunia
 Tahun 482 SM Yan Hui, murid yang termaju dan diharapkan menjadi
penerus beliau meninggal dunia.
 Tahun 481 SM salah seorang pegawai Keluarga Besar Ji Kang Zi telah
membunuh Qi Lin dalam perburuan Raja Muda Lu Ai Gong.
 Akhir tahun 480 SM Zi Lu atau Zhong Yu (murid beliau yang gagah berani
penuh kejujuran) gugur di Negeri Wei karena di sana terjadi pemberontakan.
 Tanggal 18 Erl Yue (bulan dua) Khonghucu wafat.
 Para Raja Muda Lu yang memerintah selama masa hidup Khonghucu ialah:
Lu Xiang Gong, Lu Zhao Gong, Lu Ding Gong dan terakhir Lu Ai Gong.

B. Peninggalannya
Karya-karya dari Kung Fu Tze dapat dibedakan menjadi dua pengelompokkan,
pertama merupakan hasil perangkuman yang dilakukan Kung Fu Tze terhadap beberapa
“DikkatartySaT-kTaRreyaal Byaatnagm”dianggap penting dalam mencapai keharmonisan. Page 1
Kedua merupakan
7

hasil karya para muridnya yang berisi tentang ujaran-ujaran Kung Fu Tze kepada murid-
muridnya.
Berikut ini penjelasan dari masing-masing yang termasuk dalam kelompok
pertama, yaitu :
 Shih Ching (Buku tentang Puisi)
Merupakan kumpulan tulisan yang terdiri dari 305 puji-pujian dalam berbagai bahasan,
dan didalamnya terdapat 6 yang mempergunakan musik dan judul tanpa text. Kumpulan
tulisan ini umumnya berasal dari masa awal dinasti Chou, sebelum Kung Fu Tze.
 Shu Ching (Buku tentang Sejarah)
Merupakan kumpulan dokumen sejarah yang dimulai dari proklamasi raja Yao
yang agung (2757 – 2258 SM) hingga Bangsawan Mu dari Chi (659 – 621 SM)
 I Li (Buku tentang Upacara)
Merupakan buku yang berisi kumpulan upacara-upacara dan peraturan-peraturan
yang harus dipatuhi oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-hari dimasa feodal.
 I Ching (Buku tentang Perubahan)
Merupakan kumpulan tulisan yang menerangkan tentang prinsip-prinsip kosmis
dan evolusi sosial yang didasarkan atas ramalan dengan menggunakan Oktogram.
 Yueh Ching (Buku tentang Musik)
Merupakan kumpulan tulisan yang dikumpulkan pada masa sebelum Dinasti Han,
namun pada masa perkembangannya ada beberapa bab yang hilang, dan lebih
dikenal sebagai Li Chi.
 Ch’un Ch’iu (Musim Semi dan Gugur)
Merupakan kritik sejarah tentang politik selama pemerintahan 12 Bangsawan dari
negara Lu.

Dan karya-karya yang tergolong dalam kelompok kedua adalah sebagai berikut:
 Lun Yu (Analek)
Merupakan kumpulan catatan percakapan antara Kung Fu Tze dengan murid-
muridnya.
 Chung Yung (Doktrin tentang Ajaran Jalan Tengah)
Merupakan kumpulan ujaran Kung Fu Tze mengenai jalan tengah (Tao). Tao
“Diktat STTmReearul Bpaatkaamn” inti pokok dari semua pemikiran Cina. Kitab ini disusun oleh
Tzu SPsauge 1
(492 – 431 SM) yang merupakan cucu dari Kung Fu Tze
7

 Ta Hsueh (Ajaran Agung)


Berisi tentang Ajaran-ajaran Agung Kung Fu Tze. Kitab ini disusun oleh Tseng
Tzu (505-436 SM), dari Tseng Tzu inilah terus berkelanjutan ke murid lainnya,
termasuk Tzu Ssu (492-431 SM) turut andil dalam menulis ujaran Kung Fu Tze
yang juga merupakan guru dari Meng Tzu.

C. Gelar anumerta
 Oleh Raja Lu Ai Gong diberi sebutan Ni Fu yang berarti Bapak Yang Mulia Ni.
 Oleh Kaisar dinasti Han: Han Ping Di diberi gelar Cheng Xuan Ni Gong yang
bermakna Pangeran Ni Yang Sempurna dan Cerah Bathin.
 Pada tahun 492 gelar itu diubah menjadi Wen Sheng Ni Fu yang bermakna Yang
Mulia Bapak Ni Nabi Yang Menyeluruh Sempurna.
 Oleh Kaisar Shun Zhi, Kaisar pertama Dinasti Man-Chu pada tahun 1645 gelar itu
diubah menjadi Da Cheng Zhi Sheng, Wen Xuan Xian Shi Kong Zi yang bermakna
Kongzi Guru Purba Yang Cerah Menyeluruh, Nabi Agung Yang Besar Sempurna.
Tetapi 12 tahun kemudian gelar itu disingkat menjadi Zhi Sheng Xian Shi Kong Zi
yang bermakna Kongzi Guru Purba Nabi Agung.
 Gelar untuk Khonghucu/Kongzi yang tersurat di dalam Kitab Shi Shu (Kitab Yang
Empat) antara lain adalah Tian Zhi Mu Duo yang bermakna Genta Rohani Tuhan;
Zhi Cheng yang bermakna Yang Sempurna Iman; Zhi Sheng yang bermakna Nabi
Agung dan Ji Da Cheng yang bermakna Nabi Yang Lengkap Besar dan Sempurna.
 Di dalam Kitab Mengzi 5B:1/5 disuratkan:"Bo Yi, ialah Nabi Kesucian; Yi Yin
ialah Nabi Kewajiban; Liu Xia Hui ialah Nabi Keharmonisan; dan Kongzi ialah
Nabi Segala Masa. Maka Nabi Kongzi dinamai yang lengkap, besar dan sempurna.
Yang dimaksud dengan lengkap, besar dan sempurna ialah seperti suara musik
yang lengkap dengan lonceng dari logam dan lonceng dari batu kumala (Jin Sheng
Yu Zhen yang menjadi lambang kita Genta Harmoni). Suara lonceng dari logam
sebagai pembuka lagu yang memadukan keharmonisan menunjukkan
kebijaksanaanNya dan sebagai penutup lagu menunjukkan paripurnanya karya
kenabianNya.
Kata kebajikan yang dikenang Konghucu/Konfusius:
“Diktat S“TOTrRaneagl Byaatnagm”luar biasa itu sederhana dalam ucapan, tetapi hebat Page 1
dalam tindakan”
7

“Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit
kembali setiap kali kita jatuh.”
BAB VII
AGAMA SHINTO

Shinto ( 神 道 Shintō?, secara harfiah bermakna "jalan/jalur dewa") adalah sebuah


agama yang berasal dari Jepang. Dari masa Restorasi Meiji hingga akhir Perang Dunia II,
Shinto adalah agama resmi di Jepang.
Shinto sebagai agama asli bangsa Jepang, agama tersebut memiliki sifat yang
cukup unik. Proses terbentuknya, bentuk-bentuk upacara keagamaannya maupun ajaran-
ajarannya memperlihatkan perkembangan yang sangat ruwet. Banyak istilah-istilah dalam
agama Shinto yang sukar dialih bahasakan dengan tepat ke dalam bahasa lainnya. Kata-
kata Shinto sendiri sebenarnya berasal dari bahasa China yang berarti “jalan para dewa”,
“pemujaan para dewa”, “pengajaran para dewa”, atau “agama para dewa”. Dan nama
Shinto itu sendiri baru dipergunakan untuk pertama kalinya untuk menyebut agama asli
bangsa Jepang itu ketika agama Buddha dan agama konfusius (Tiongkok) sudah memasuki
Jepang pada abad keenam masehi.
Pertumbuhan dan perkembagan agama serta kebudayaan Jepang memang
memperlihatkan kecenderungan yang asimilatif. Sejarah Jepang memperlihatkan bahwa
negeri itu telah menerima berbagai macam pengaruh, baik kultural maupun spiritual dari
luar. Semua pengaruh itu tidak menghilangkan tradisi asli, dengan pengaruh-pengaruh dari
luar tersebut justru memperkaya kehidupan spiritual bangsa Jepang. Antara tradisi-tradisi
asli dengan pengaruh-pengaruh dari luar senantiasa dipadukan menjadi suatu bentuk tradisi
baru yang jenisnya hampir sama. Dan dalam proses perpaduan itu yang terjadi bukanlah
pertentangan atau kekacauan nilai, melainkan suatu kelangsungan dan kelanjutan. Dalam
bidang spiritual, pertemuan antara tradisi asli Jepang dengan pengaruh-pengaruh dari luar
itu telah membawa kelahiran suatu agama baru yaitu agama Shinto, agama asli Jepang.

A. Pengertian
Shinto adalah kata majemuk daripada “Shin” dan “To”. Arti kata “Shin” adalah
“roh” dan “To” adalah “jalan”. Jadi “Shinto” mempunyai arti lafdziah “jalannya roh”, baik
“Dirkotaht-SroThT Roeraal nBgatamya”ng telah meninggal maupun roh-roh langit dan bumi.
Kata “TPoa”ge 1
berdekatan dengan kata “Tao” dalam taoisme yang berarti “jalannya Dewa” atau “jalannya
7

bumi dan langit”. Sedang kata “Shin” atau “Shen” identik dengan kata “Yin” dalam
taoisme yang berarti gelap, basah, negatif dan sebagainya ; lawan dari kata “Yang”.
Dengan melihat hubungan nama “Shinto” ini, maka kemungkinan besar Shintoisme
dipengaruhi faham keagamaan dari Tiongkok. Sedangkan Shintoisme adalah faham yang
berbau keagamaan yang khusus dianut oleh bangsa Jepang sampai sekarang. Shintoisme
merupakan filsafat religius yang bersifat tradisional sebagai warisan nenek moyang bangsa
Jepang yang dijadikan pegangan hidup. Tidak hanya rakyat Jepang yang harus menaati
ajaran Shintoisme melainkan juga pemerintahnya juga harus menjadi pewaris serta
pelaksana agama dari ajaran ini.

B. Sumber Penulisan
 Pertama sumber luar (asing) yang banyak ditemukan pada sejumlah buku atau site
seperti wikipedia misalnya, menjelaskan dengan cukup detail tentang agama ini.
 Kedua, ajaran Shinto menurut versi negara terutama saat agama ini ditetapkan sebagai
agama resmi jaman Meiji dahulu. Doktrin dan ajaran mulai ditulis yang sepertinya
lebih difokuskan pada ajaran kesetiaan pada negara dan kaisar.
 Ketiga, sumber dari lembaga pendidikan seperti Encyclopedia Shinto.
 Dan yang terakhir adalah sumber dari masyarakat itu sendiri.

C. Sejarah
Shintoisme (agama Shinto) pada mulanya adalah merupakan perpaduan antara
faham serba jiwa (animisme) dengan pemujaan terhadap gejala-gejala alam. Shintoisme
dipandang oleh bangsa Jepang sebagai suatu agama tradisional warisan nenek moyang
yang telah berabad-abad hidup di Jepang, bahkan faham ini timbul daripada mitos-mitos
yang berhubungan dengan terjadinya negara Jepang.
Latar belakang historis timbulnya Shintoisme adalah sama-sama dengan latar
belakang historis tentang asal-usul timbulnya negara dan bangsa Jepang. Karena yang
menyebabkan timbulnya faham ini adalah budidaya manusia dalam bentuk cerita-cerita
pahlawan (mitologi) yang dilandasi kepercayaan animisme, maka faham ini dapat
digolongkan dalam klasifikasi agama alamiah.
Nama Shinto muncul setelah masuknya agama Buddha ke Jepang pada abad
“Dikketaet nSaTmT Rmeaal sBeahtai my”ang dimaksudkan untuk menyebut kepercayaan asli
bangsa JepanPgag. e 1
Selama berabad-abad antara agama Shinto dan agama Buddha telah terjadi percampuran
7

yang sedemikian rupa (bahkan boleh dikatakan agama Shinto berada di bawah pengaruh
kekuasaan agama Buddha) sehingga agama Shinto senantiasa disibukkan oleh usaha-usaha
untuk mempertahankan kelangsungan “hidupnya” sendiri.
Pada perkembangan selanjutnya, dihadapkan pertemuan antara agama Budha
dengan kepercayaan asli bangsa Jepang (Shinto) yang akhienya mengakibatkan munculnya
persaingan yang cukup hebat antara pendeta bangsa Jepang (Shinto) dengan para pendeta
agama Buddha, maka untuk mempertahankan kelangsungan hidup agama Shinto para
pendetanya menerima dan memasukkan unsur-unsur Buddha ke dalam sistem keagamaan
mereka. Akibatnya agama Shinto justru hampir kehilangan sebagian besar sifat aslinya.
Misalnya, aneka ragam upacara agama bahkan bentuk-bentuk bangunan tempat suci agama
Shinto banyak dipengaruhi oleh agama Buddha. Patung-patang dewa yang semula tidak
dikenal dalam agama Shinto mulai diadakan dan ciri kesederhanaan tempat-tempat suci
agama Shinto lambat laun menjadi lenyap digantikan dengan gaya yang penuh hiasan
warna-warni yang mencolok.
Tentang pengaruh agama Buddha yang lain nampak pada hal-hal seperti anggapan
bahwa dewa-dewa Shintoisme merupakan Awatara Buddha (penjelmaan dari Buddha dan
Bodhisatwa), Dainichi Nyorai (cahaya besar) merupakan figur yang disamakan dengan
Waicana (salah satu dari dewa-dewa penjuru angin dalam Budhisme Mahayana), hal im
berlangsung sampai abad ketujuh belas masehi. Setelah abad ketujuh belas timbul lagi
gerakan untuk menghidupkan kembali ajaran Shinto murni di bawah pelopor
Kamamobuchi, Motoori, Hirata, Narinaga dan lain-lain dengan tujuan bangsa Jepang ingin
membedakan “Badsudo” (jalannya Buddha) dengan “Kami” (roh-roh yang dianggap dewa
oleh bangsa Jepang) untuk mempertahankan kelangsungan kepercayaannya.
Pada abad kesembilan belas tepatnya tahun 1868 agama Shinto diproklamirkan
menjadi agama negara yang pada saat itu agama Shinto mempunyai 10 sekte dan 21 juta
pemeluknya. Sejak saat itu dapat dikatakan bahwa paham Shintoisme merupakan ajaran
yang mengandung politik religius bagi Jepang, sebab saat itu taat kepada ajaran Shinto
berarti taat kepada kaisar dan berarti pula berbakti kepada negara dan politik negara.

D. Kepercayaan dan Peribadatan Agama Shinto


D.1. Kepercayaan agama Shinto
“Diktat STTDRaelaal mBataamg”ama Shinto yang merupakan perpaduan antara faham serba
jiPwaage 1
(animisme) dengan pemujaan terhadap gejala-gejala alam mempercayai bahwasanya
7

semua benda baik yang hidup maupun yang mati dianggap memiliki ruh atau spirit,
bahkan kadang-kadang dianggap pula berkemampuan untuk bicara, semua ruh atau spirit
itu dianggap memiliki daya kekuasaan yang berpengaruh terhadap kehidupan mereka
(penganut Shinto), daya-daya kekuasaan tersebut mereka puja dan disebut dengan “Kami”.
Istilah “Kami” dalam agama Shinto dapat diartikan dengan “di atas” atau “unggul”,
sehingga apabila dimaksudkan untuk menunjukkan suatu kekuatan spiritual, maka kata
“Kami” dapat dialih bahasakan (diartikan) dengan “Dewa” (Tuhan, God dan sebagainya).
Jadi bagi bangsa Jepang kata “Kami” tersebut berarti suatu objek pemujaan yang berbeda
pengertiannya dengan pengertian objek-objek pemujaan yang ada dalam agama lain.
Dewa-dewa dalam agama Shinto jumlahnya tidak terbatas, bahkan senantiasa
bertambah, hal ini diungkapkan dalam istilah “Yao-Yarozuno Kami” yang berarti “delapan
miliun dewa”. Menurut agama Shinto kepercayaan terhadap berbilangnya tersebut justru
dianggap mempunyai pengertian yang positif. Sebuah angka yang besar berarti
menunjukkan bahwa para dewa itu memiliki sifat yang agung, maha sempurna, maha suci
dan maha murah. Oleh sebab itu angka-angka seperti 8, 80, 180, 5, 100, 10, 50, 100, 500
dan seterusnya dianggap sebagai angka-angka suci karena menunjukkan bahwa jumlah
para dewa itu tidak terbatas jumlahnya. Dan seperti halnya jumlah angka dengan
bilangannya yang besar maka bilangan itu juga menunjukkan sifat kebesaran dan
keagungan “Kami”. Pengikut-pengikut agama Shinto mempunyai semboyan yang berbunyi
“Kami negara – no – mishi” yang artinya : tetap mencari jalan dewa.
Kepercayaan kepada “Kami” daripada benda-benda dan seseorang, keluarga, suku,
raja-raja sampai kepada “Kami” alam raya menimbulkan kepercayaan kepada dewa-dewa.
Orang Jepang (Shinto) mengakui adanya dewa bumi dan dewa langit (dewa surgawi) dan
dewa yang tertinggi adalah Dewi Matahari (Ameterasu Omikami) yang dikaitkan dengan
pemberi kamakmuran dan kesejahteraan serta kemajuan dalam bidang pertanian.
Di samping mempercayai adanya dewa-dewa yang memberi kesejahteraan hidup,
mereka juga mempercayai adanya kekuatan gaib yang mencelakakan, yakni hantu roh-roh
jahat yang disebut dengan Aragami yang berarti roh yang ganas dan jahat. Jadi dalam
Shintoisme ada pengertian kekuatan gaib yang dualistis yang satu sama lain saling
berlawanan yakni “Kami” versus Aragami (Dewi melawan roh jahat) sebagaimana
kepercayaan dualisme dalam agama Zarathustra. Dari kutipan di atas dapat dilihat adanya
“Ditkitgaat ShTaTl yRaenalgBtaetradma”pat dalam konsepsi kedewaan Page 1
agama Shinto, yaitu :
7

 Dewa-dewa yang pada umumnya merupakan personifikasi dari gejala-gejala alam


itu dianggap dapat mendengar, melihat dan sebagainya sehingga harus dipuja
secara langsung.
 Dewa-dewa tersebut terjadi (penjelmaan) dari roh manusia yg sudah meninggal.
 Dewa-dewa tersebut dianggap mempunyai spirit (mitama) yang beremanasi dan
berdiam di tempat-tempat suci di bumi dan mempengaruhi kehidupan manusia.

D.2. Peribadatan agama Shinto


Agama Shinto sangat mementingkan ritus-ritus dan memberikan nilai sangat tinggi
terhadap ritus yang sangat mistis. Menurut agama Shinto watak manusia pada dasarnya
adalah baik dan bersih. Adapun jelek dan kotor adalah pertumbuhan kedua, dan merupakan
keadaan negatif yang harus dihilangkan melalui upacara pensucian (Harae). Karena itu
agama Shinto sering dikatakan sebagai agama yang dimulai dengan dengan pensucian dan
diakhiri dengan pensucian. Upacara pensucian (Harae) senantiasa dilakukan mendahului
pelaksanaan upacara-upacara yang lain dalam agama Shinto. Ritus-ritus yang dilakukan
dalam agama Shinto terutama adalah untuk memuja dewi Matahari (Ameterasu Omikami)
yang dikaitkan dengan kemakmuran dan kesejahteraan serta kemajuan dalam bidang
pertanian (beras), yang dilakukan rakyat Jepang pada Bulan Juli dan Agustus di atas
gunung Fujiyama.
D.3. Ritual Shintoisme
Matsuri adalah kata dalam bahasa Jepang yang menurut pengertian agama Shinto
berarti ritual yang dipersembahkan untuk Kami, sedangkan menurut pengertian
sekularisme berarti festival, perayaan atau hari libur perayaan. Matsuri diadakan di banyak
tempat di Jepang dan pada umumnya diselenggarakan jinja atau kuil, walaupun ada juga
matsuri yang diselenggarakan gereja dan matsuri yang tidak berkaitan dengan institusi
keagamaan.
Di daerah Kyushu, matsuri yang dilangsungkan pada musim gugur disebut Kunchi.
Sebagian besar matsuri diselenggarakan dengan maksud untuk mendoakan keberhasilan
tangkapan ikan dan keberhasilan panen (beras, gandum, kacang, jawawut, jagung),
kesuksesan dalam bisnis, kesembuhan dan kekebalan terhadap penyakit, keselamatan dari
bencana, dan sebagai ucapan terima kasih setelah berhasil dalam menyelesaikan suatu
“DitkutagtaSsTTbeRreaatl.BaMtaamt”suri juga diadakan untuk merayakan tradisi yang
berkaitan dengPaange 1
pergantian musim atau mendoakan arwah tokoh terkenal. Makna upacara yang dilakukan
7

dan waktu pelaksanaan matsuri beraneka ragam seusai dengan tujuan penyelenggaraan
matsuri.
Matsuri yang mempunyai tujuan dan maksud yang sama dapat mempunyai makna
ritual yang berbeda tergantung pada daerahnya. Pada penyelenggaraan matsuri hampir
selalu bisa ditemui prosesi atau arak-arakan Mikoshi, Dashi (Danjiri) dan Yatai yang
semuanya merupakan nama-nama kendaraan berisi Kami atau objek pemujaan. Pada
matsuri juga bisa dijumpai Chigo (anak kecil dalam prosesi), Miko (anak gadis pelaksana
ritual), Tekomai (laki-laki berpakaian wanita), Hayashi (musik khas matsuri), penari,
peserta dan penonton yang berdandan dan berpakaian bagus, dan pasar kaget beraneka
macam makanan dan permainan.
D.4. Matsuri
Matsuri berasal dari kata matsuru (matsuru? menyembah, memuja) yang berarti
pemujaan terhadap Kami atau ritual yang terkait. Dalam teologi agama Shinto dikenal
empat unsur dalam matsuri: penyucian (harai), persembahan, pembacaan doa (norito), dan
pesta makan. Matsuri yang paling tua yang dikenal dalam mitologi Jepang adalah ritual
yang dilakukan di depan Amano Iwato. Matsuri dalam bentuk pembacaan doa masih
tersisa seperti dalam bentuk Kigansai (permohonan secara individu kepada jinja atau kuil
untuk didoakan dan Jichinsai (upacara sebelum pendirian bangunan atau konstruksi).
Pembacaan doa yang dilakukan pendeta Shinto untuk individu atau kelompok orang di
tempat yang tidak terlihat orang lain merupakan bentuk awal dari matsuri.
Pada saat ini, Ise Jingū merupakan salah satu contoh kuil agama Shinto yang masih
menyelenggarakan matsuri dalam bentuk pembacaan doa yang eksklusif bagi kalangan
terbatas dan peserta umum tidak dibolehkan ikut serta. Sesuai dengan perkembangan
zaman, tujuan penyelenggaraan matsuri sering melenceng jauh dari maksud matsuri yang
sebenarnya. Penyelenggaraan matsuri sering menjadi satu-satunya tujuan
dilangsungkannya matsuri, sedangkan matsuri hanya tinggal sebagai wacana dan tanpa
makna religius
E. Dewa Dewi
Dewi matahari Shinto disebut Tensho Daijin yang juga dikenal dengan Amaterasu
Omikami. Amaterasu adalah Ratu dari seluruh “Kami”, ia adalah anak dari Izanagi dan
Izanami (Dewa Pencipta dari mitologi Jepang). Keluarga Kekaisaran Jepang mengatakan
“Dibkataht lSrTa TmReearel kBaataamd”alah keturunan langsung dari garis keturunan Dewi
Amaterasu. OPleahge 1
karena itu maka para Kaisar Jepang dianggap sebagai keturunan para dewa.
7

Kamus Istilah dan Konsep Buddhis menyertakan informasi berikut berkaitan


dengannya: “Dewi Matahari yang terdapat dalam mitologi Jepang, yang belakangan
diadopsi menjadi seorang dewa pelindung dalam Buddhisme. Menurut catatan sejarah
tertua, Kojiki (Catatan tentang Hal-hal Kuno) dan Nihon Shoki (Sejarah Negeri Jepang), ia
adalah pemimpin mahkluk gaib dan juga leluhur dari keluarga kerajaan. Dalam banyak
tulisannya, Nichiren Daishonin memandang Tensho Daijin sebagai personifikasi dari
perbuatan-perbuatan yang melindungi kemakmuran orang-orang yang memiliki hati
kepercayaan dalam Hukum Sejati.”
F. Kitab Suci
Kitab suci agama Shinto yang paling tua ada dua buah, yang disusun sepuluh abad
sepeninggal Jimmu Tenno (660 SM) yang merupakan kaisar Jepang yang pertama, yaitu;
Kojiki (Catatan dari hal-hal Kuno) yang mencatat peristiwa-peristiwa purbakala yang
disusun pada 712 M, dan Nihongi (Sejarah Jepang) yang ditulis pada 720 M oleh seorang
pangeran Jepang . Kemudian terdapat dua karya kemudian, yakni Yengishiki (Lembaga-
lembaga pada masa Yengi), dan Manyoshiu yaitu kumpulan dari 10.000 daun adalah karya
utama, tapi ini tidak dianggap sebagai kitab suci yang diwahyukan.
G. Tujuan Agama Shinto
Tujuan utama dari Shinto adalah mencapai keabadian di antara mahluk-mahluk
rohani, Kami. Kami dipahami oleh penganut Shinto sebagai satu kekuasaan supernatural
yang suci hidup di atau terhubung dengan dunia roh. Agama Shinto sangat animistik,
sebagaimana kebanyakan keyakinan timur, percaya bahwa semua mahluk hidup memiliki
satu Kami dalam hakikatnya. Hakikat manusia adalah yang paling tinggi, karena mereka
memiliki Kami yang paling banyak. Keselamatan adalah hidup dalam jiwa dunia dengan
mahluk-mahluk suci ini, Kami. Jalan Untuk Mencapai Tujuan Dalam Shinto keselamatan
dicapai melalui pentaatan terhadap semua larangan dan penghindaran terhadap orang atau
obyek yang mungkin menyebabkan ketidak sucian atau polusi.
Persembahyangan dilakukan dan persembahan dibawa ke kuil untuk para Dewa
yang dikatakan ada sejumlah 800 miliar di alam semesta. Manusia tidak mempunyai Tuhan
tertinggi untuk ditaati, tapi hanya perlu mengetahui bagaimana menyesuaikan diri dengan
Kami dalam berbagai manifestasinya. Kami seseorang tetap hidup setelah kematian, dan
manusia biasanya menginginkan untuk berharga dan dikenang dengan baik oleh

“DikketattuSrTuTnaRnenayl aB.atOamle”h karena itu, pemenuhan kewajiban adalah unsur yang


paling pentiPnagge 1
dari Shinto.
8

BAB VIII
PERBEDAAN ANTARA YESUS DENGAN AGAMA-AGAMA DUNIA
Mari kita perhatikan sejenak beberapa aspek utama Yesus Kristus yang sangat berbeda
dengan agama-agama di dunia.
1. Yesus Kristus mengejar suatu hubungan dengan kita.
Apakah saudara pernah berada dalam suatu hubungan di mana saudara selalu menjadi
orang yang memulainya? Biasanya hal itu sangat membosankan dan tidak bertahan
lama. Sahabat adalah orang yang sangat menikmati satu dengan yang lain dimana
mereka menginvestasikan waktunya secara bersama-sama dalam mengejar hubungan
tersebut. Tidak seperti agama-agama lain yang mencoba mencari Tuhan, didalam
Kristus saudara akan mengetahui bahwa Tuhanlah yang mencari saudara. Tuhan Yesus
berkata mengapa Dia datang : "yaitu supaya saudara memperoleh hidup, dan
memperolehnya dalam segala kelimpahan." Dia datang untuk memberi hidup yang
kekal kepada mereka yang percaya kepadaNya.
2. Yesus menyatakan diriNya sebagai Tuhan.
Tidak ada satupun tokoh agama di dunia ini yang menyatakan dirinya sebagai Tuhan.
3. Yesus hidup sempurna dan menunjukkan keilahianNya lewat mujizat-Nya.
Mencelikkan orang buta, meredakan angin ribut di laut, membangkitkan orang mati,
menyediakan makanan untuk ribuan orang dalam sekejap. Agama-agama di dunia
memiliki pemimpin yang menyampaikan pesan yang menarik, tetapi tidak seorangpun
diantara mereka yang menunjukkan kekuatan yang ajaib seperti yang Yesus lakukan.
Yesus berkata : "Percayalah padaku ketika Aku mengatakan bahwa Aku didalam
Bapa dan Bapa didalam Aku; atau setidaknya percayalah pada bukti-bukti yang
mujizat itu."
4. Yesus menawarkan pengampunan
Dalam banyak agama-agama didunia, setiap orang menghukum dirinya atas dosa-dosa
mereka atau melaksanakan upacara ritual mengorbankan diri. Tetapi Yesus
menawarkan pengampunan karena sebagai Tuhan Dia telah membayar semua dosa-
dosa kita. Allah menunjukkan kasihNya bagi kita: "Ketika kita masih berdosa, Kristus
telah mati bagi kita." Di atas kayu salib, Yesus menanggung semua dosa-dosa kita dan
membayarnya lunas.
5. Yesus bangkit dari kematian pada hari yang ketiga setelah Dia disalibkan.
BSTaTnyRaekal Baagtaamm”a
“Diktat berbicara tentang reinkarnasi. Dalam setiap
kesempatan YesPuasge 1
mengatakan bahwa Dia akan disalibkan dan akan bangkit pada hari yang ketiga. Yesus
8

ingin membuktikan keilahianNya didepan banyak orang tanpa ada keraguan.


Pemerintah Roma menyadari hal ini dan mereka mengirimkan 11-14 prajurit Roma
untuk menjaga kuburan Yesus, dan menyegelnya dengan Lencana Roma yang
memperingatkan orang untuk berdiri dekat-dekat. Tetapi, pada hari yang ketiga tubuh
Yesus hilang dari kubur dan Yesus menampakkan diriNya kepada lebih dari 500 orang.
Tidak ada agama didunia ini yang menyatakan tokoh mereka bangkit dari kematian
atau bahkan mengatakan bahwa mereka akan bangkit.
6. Pesan dalam Alkitab adalah unik.
Alkitab bukanlah suatu kumpulan puisi atau ide yg terpisahkan. Alkitab mengungkap-
kan Allah dan rencanaNya bagi hidup kita. Alkitab mencatat tentang sesuatu yang salah
yang pernah terjadi dalam sejarah dan hubungan kita dengan Tuhan yang telah rusak.
Alkitab mengatakan kepada kita bagaimana memulihkan hubungan tersebut dan apa
manfaatnya bagi kita. Sebagai ringkasan tentang apa yang Alkitab nyatakan.

Beberapa pernyataan Firman Tuhan:


 Yohanes 3:16 Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah
mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya
kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.
 Yohanes 14:6 Kata Yesus kepadanya: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup.
Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku
 Kisah Para Rasul 4:12 Dan keselamatan tidak ada di dalam siapa pun juga
selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang
diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan.
 Roma 10:9 Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah
Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari
antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan. Karena dengan hati orang
percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan
 Matius 28: 19-20 Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan
baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah
mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan
ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman."

“Diktat STT Real Batam” Page 1


8

DAFTAR PUSTAKA
1. http/www.wikipedia.org
2. Diktat kuliah, Teologia Agama-agama, STTII – Batam. 2007
3. Th. Sumartana. 2007. "Theologia Religionum". Di dalam Meretas Jalan Teologi
Agama-Agama di Indonesia. Tim Balitbang PGI (Eds.). Jakarta: BPK Gunung Mulia.
4. Markham. 2004. "Christianity and Other Religion". In The Blackwell Companion to
Modern Theology. Gareth Jones (Ed.).Malden, MA: Blackwell Publishing.
5. Mariasusai Dhavamony. 1995. Fenomenologi Agama. Yogyakarta: Kanisius.
6. Michael S. Northcott. 2002. 'Pendekatan Sosiologis'. Di dalam Aneka Pendekatan
Studi Agama. Peter Connely (ed.) Yogyakarta: LKIS.
7. Rob Fisher. 2002. "Pendekatan Filosofis".Di dalam Aneka Pendekatan Studi Agama.
Peter Connely (ed.) Yogyakarta: LKIS.
8. B.J. Banawiratma. 2007. "Mengembangkan Teologi Agama-Agama".Di dalam
Meretas Jalan Teologi Agama-Agama di Indonesia. Tim Balitbang PGI (Eds.). Jakarta:
BPK Gunung Mulia.

“Diktat STT Real Batam” Page 1

Anda mungkin juga menyukai