Pengaruh Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah
Pengaruh Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah
BAB 1 PENDAHULUAN
Kompleksitas kehidupan pada abad ke-21 yang terus-menerus bergerak maju telah
berdampak pada banyak sektor kehidupan. Salah satu sektor yang mengalami transformasi
kurikulum dari masa ke masa dan dari generasi ke generasi sebagai pedoman dalam
generasi muda menghadapi tantangan dan perubahan dalam masyarakat. Nurhadi (2013)
dalam Jurnal Pendidikan Karakter mengungkapkan bahwa pendidikan yang sesuai dengan
tuntutan zaman harus mampu mengembangkan kompetensi, keterampilan, dan sikap yang
relevan dengan kebutuhan global. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang sistem
pendidikan Nasional menjelaskan bahwa: “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkaan suasana belajar dan proses pembelajaran, agar peserta didik secara aktif
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
Tujuan pendidikan tersebut tidak akan terwujud apabila tidak didukung dengan
sumber daya manusia yang berkualitas. Secanggih apa pun sebuah peralatan atau fasilitas
pendukung dan melimpahnya dana yang tersedia, tidak mampu memberikan manfaat yang
signifikan. Sebaik dan sesempurna apa pun perencanaan, visi, dan misi organisasi tanpa
didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas yang memiliki kepribadian dan
motivasi tinggi, kemungkinan pencapaian tujuan organisasi akan mengalami kegagalan. Oleh
karena itu, lembaga pendidikan harus mampu menyatukan persepsi atau cara pandang warga
sekolah dengan cara pembentukan mental bekerja yang baik dengan dedikasi dan loyalitas
yang tinggi terhadap pekerjaannya, memberikan motivasi kerja, bimbingan, pengarahan dan
kepala sekolah. Kepala sekolah harus mampu memberikan nilai-nilai positif pada warga
sekolah yang lainnya. Artinya, kepala sekolah harus mampu menjadi pemimpin yang
transformasional adalah kemampuan untuk memberi inspirasi dan motivasi pengikut untuk
mencapai hasil-hasil yang lebih besar dari apa yang direncanakan secara orisinil dan untuk
hanya memperhatikan dan berpartisipasi pada apa yang terjadi tetapi harus juga berusaha
Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dengan beberapa guru, kepala SMAS
Frater Don Bosco Lewoleba lebih banyak waktu di ruang kerjanya atau berdiskusi dengan
para wakil kepala sekolah dari pada mengunjungi dan memberikan pujian, motivasi serta
dorongan kepada para guru di ruang guru. Selain itu, dalam rapat, kepala sekolah lebih
masukan dari para guru. Sehingga terkesan bahwa banyak guru diam dengan tidak
memberikan ide atau berbicara seadanya waktu rapat karena pada akhirnya ide dari kepala
sekolah itulah yang akan direalisasikan. Keterlambatan bahkan ketidakhadiran kepala sekolah
berpengaruh terhadap kinerja guru, faktor yang mempengaruhi kinerja guru adalah motivasi
kerja guru dan budaya organisasi sekolah. Motivasi kerja adalah suatu kondisi dimana terjadi
dorongan pada diri individu atau kelompok untuk berkinerja lebih baik guna mencapai
tujuan. Seseorang yang memiliki motivasi kerja yang kuat akan memiliki banyak energi
untuk melakukan suatu kegiatan. Gagné dan Deci (2005) dalam jurnal "Motivation and
Emotion" menyoroti pentingnya motivasi intrinsik dalam konteks motivasi kerja. Motivasi
intrinsik adalah dorongan internal yang berasal dari kepuasan dalam melakukan pekerjaan itu
sendiri, bukan dari hadiah eksternal. Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa motivasi
intrinsik yang tinggi berhubungan dengan kinerja yang lebih baik, kepuasan kerja, dan
keterlibatan yang lebih tinggi. Berdasarkan hasil observasi di Lembaga pendidikan SMAS
Frater Don Bosco Lewoleba, beberapa guru memiliki motivasi yang rendah. Hal itu
dibuktikan dengan keberadaan para guru yang terlambat mengumpulkan perangkat ajar
sebagai wujud kompetensinya. Indikasi lain yang menunjukan masih kurang optimalnya
motivasi kerja guru juga dapat dilihat dari beberapa guru yang terlambat atau bahkan
terselenggaranya proses belajar mengajar yang efektif. Budaya organisasi sekolah adalah
karakteristik khas sekolah yang dapat di-identifikasi melalui nilai yang dianutnya, sikap yang
seluruh warga sekolah yang membentuk satu kesatuan khusus dari sistem sekolah. Masrukhin
dan Waridin (2006) mengungkapkan bahwa setiap organisasi memiliki budaya organisasi
yang berfungsi untuk membentuk aturan atau pedoman dalam berrfikir dan bertindak dalam
Lewoleba belum dijalankan oleh warga sekolah secara maksimal. Masih ada beberapa guru
dan tenaga kependidikan yang belum mampu menciptakan budaya organisasi sekolah yang
kondusif. Hal ini dapat ditunjukkan dengan kurang terbinanya hubungan baik antara kepala
sekolah dengan guru, guru dengan guru, guru dengan staf serta guru dengan masyarakat
sekitar sekolah. Padahal, budaya organisasi Lembaga Pendidikan SMAS Frater Don Bosco
Lewoleba sudah mampu memberikan situasi yang nyaman dan mampu membangun
kebersamaan dan menyatukan cara pandang guru, staf dan kepala sekolah seperti yang
Oleh karena itu, dalam rangka mencapai tujuan melalui pembentukan mental bekerja
yang disiplin dengan dedikasi dan loyalitas yang tinggi terhadap pekerjaannya, pembentukan
visi misi yang tegas, bimbingan, pengarahan koordinasi yang baik, dan pengawasan,
dibutuhkan kepala sekolah yang mampu mengelola segenap sumber daya untuk
transformasional, motivasi guru dan budaya organisasi akan sangat perpengaruh terhadap
tingkat kepuasan guru. Oleh karena itu, berdasarkan beberapa uraian permasalahan di atas,
maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh kepemimpinan
transformasional kepala sekolah, motivasi guru dan budaya organisasi terhadap kinerja guru
dengan kepuasan kerja sebagai variabel intervering di SMAS Frater Don Bosco Lewoleba.
penelitiannya menjadi:
1. Bagaimana pengaruh kepemimpinan transformasional kepala sekolah terhadap
2. Bagaimana pengaruh motivasi guru terhadap kepuasan kerja mereka di SMAS Frater
4. Apakah kepuasan kerja guru berperan sebagai variabel intervening dalam pengaruh
budaya organisasi terhadap kinerja guru di SMA Frater Don Bosco Lewoleba
1.4 Manfaaf Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian yang hendak dicapai, maka penelitian ini diharapkan
dapat memberikan manfaat dalam pendidikan baik secara langsung maupun tidak langsung.
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih ilmu
pendidikan.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis, penelitian ini dapat bermanfaat bagi beberapa pihak di antaranya:
yang dapat dijadikan dasar untuk perbaikan atau peningkatan kualitas tenaga
pendidik.
peningkatan kinerja.
c. Bagi guru
Memahami faktor-faktor yang dapat memotivasi mereka dan meningkatkan
d. Peneliti selanjutnya
pendidikan.
BAB II
mencptakan inovasi bagi lembaga yang dipimpinnya, sesuai dengan kebutuhan masyarakat
dan perkembangan zaman. Salah satu upaya inovasi tersebut dapat ditempuh dengan merubah
gaya kepemimpinan menjadi transformasional. Komariah & Triatna dalam Roheni (2023: 55)
Sejalan dengan pendapat di atas, Bass dalam (Rohaeni, 2023 :50) mengatakan bahwa
pengikut untuk mencapai hasil-hasil yang lebih besar dari apa yang direncanakan secara
orisinil dan untuk imbalan internal. Kepemimpinan transformasional kepala sekolah adalah
gaya kepemimpinan yang mengilhami perubahan positif pada mereka yang mengikutinya.
Pemimpin tidak hanya memperhatikan dan berpartisipasi pada apa yang terjadi tetapi harus
dengan mengambil sikap, perilaku, dan tindakan untuk meningkatkan kesadaran pengikut
tentang sesuatu yang benar, mengembangkan kematangan motivasi kerjanya serta mendorong
Maris, dkk (2016: 77-78) menjelaskan dalam bidang pendidikan, seiring dengan upaya
motivasi inspirasional, stimulasi inelektual, dan perhatian terhadap individu diyakini akan
Kepala sekolah adalah tulang punggung dinamika sekolah. Eksistensi dan kemajuan
sekolah sangat tergantung kepada kepala sekolah. Oleh sebab itu, kepala sekolah haruslah
sosok yang dinamis, kreatif, dan kompetitif, serta tidak mudah menyerah, patah semangat,
dan lemah cita-cita. Menurut Luthans, (2006: 686) terdapat tujuh sikap dari seorang kepala
pemberani; (3) mempercayai orang lain; (4) bertindak, atas dasar sistem nilai (bukan atas
dasar kepentingan individu atau atas dasar kepentingan individu, atau dasar kepentingan dan
kemampuan untuk menghadapi situasi yang rumit, tidak jelas dan tidak menentu, serta (7)
memiliki visi ke depan atau visioner. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Danim
dan Suparno dalam Asmani (2012: 52-53) bahwa “pola kepemimpinan transformasional
merupakan salah satu pilihan bagi kepala sekolah untuk memimpin dan mengembangkan
anggota organisasinya. Dengan penekanan terhadap hal-hal itu, diharapkan kepala sekolah
komunitasnya akan menjadi faktor pendukung dalam proses transformasi faktor pendukung
kepemimpinannya.
Secara umum, semua orang pasti membutuhkan motivasi untuk dapat rajin dalam
bekerja. Seseorang akan bersemangat melakukan segala aktivitasnya apabila dalam dirinya
ada motivasi yang tinggi. Motivasi berasal dari kata “motif” yang dapat diartikan sebagai
“daya penggerak yang telah menjadi aktif‟. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu,
didalam diri/pribadi sseorang yang ditandai oleh dorongan efektif dan reaksi-reaksi dalam
usaha mencapai tujuan. Sedangkan menurut Santrock, motivasi adalah proses yang memberi
semangat, arah dan kegigihan perilaku. Artinya perilaku yang termotivasi adalah perilaku
Motivasi kerja menurut Uno, (2016: 65) adalah sesuatu yang dapat menimbulkan
semangat atau dorongan dalam bekerja individu atau kelompok terhadap pekerjaan guna
mencapai tujuan. Motivasi kerja guru adalah adalah kondisi yang membuat guru mempunyai
kemauan atau kebutuhan untuk mencapai tujuan tertentu melalui pelaksanaan suatu tugas.
Motivasi guru akan memberikan energi untuk bekerja atau mengarahkan aktivitas selama
bekerja, dan menyebabkan seorang guru mengetahuinya adanya tujuan yang relevan antara
Dengan demikiandapat disimpulkan bahwa motivasi kerja guru adalah semangat atau
dorongan guru dalam bekerja untuk menyelesaikan tugas dan tanggungjawabnya sebagai
pendidik. Dorongan atau semangat tersebut dapat berasal dari dalam diri guru maupun dari
Motivasi dapat dinilai sebagai suatu daya dorong (driving force) yang menyebabkan
orang dapat berbuat sesuatu untuk mencapai tujuan. Fungsi motivasi menurut Sadirman
penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan
demikian, motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan
kelakuan atau suatu perbuatan. Tanpa motivasi maka tidak akan timbul sesuatu perbuatan
pencapaian tujuan yang diinginkan 3) Motivasi sebagai penggerak. Besar kecilnya motivasi
Berdasarkan fungsi-fungsi motivasi yang telah dipaparkan oleh para ahli, maka
peneliti menyimpulkan bahwa fungsi dari motivasi kerja guru adalah sebagai pengarah atau
penggerak yang ada dalam diri guru untuk mencapai suatu tujuan atau citacita. Motivasi
dapat timbul dari dalam diri manusia karena adanya suatu kebutuhan. Kebutuhan itulah yang
Guru sebagai pengemban tugas untuk menghasilkan peserta didik yang berkualitas
perlu memiliki motivasi kerja. Guru yang memiliki motivasi kerja akan selalu meningkatkan
kinerja sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Motivasi setiap guru berbeda-beda, hal ini
dapat melihat dari banyaknya kegiatan yang diikuti baik di sekolah maupun luar sekolah
danprestasi yang telah dicapainya. Guru yang aktif mencerminkan bahwa guru tersebut
memiliki semangat yang tinggi untuk meningkatkan kualitas diri. Menurut Sutrisno, (2009:
116-120) menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi yaitu faktor intern dan
ekstern.
Faktor intern meliputi: 1) Keinginan untuk dapat hidup 2) Keinginan untuk dapat
Supervisi yang baik 4) Adanya jaminan pekerjaan 5) Status dan tanggung jawab 6) Peraturan
yang fleksibel.
Sedangkan menurut Asdiqoh dalam Kompri, ada empat faktor yang menimbulkan
b) Tanggung jawab terhadap ugas Motivasi kerja guru dalam memenuhi kebutuhannya
akan ditentukan oleh besar kecilnya tanggung jawab yang ada dalam menjalankan
dengan upaya tidak segera puas atas hasil yang dicapainya. Kadar motivasi kerja
sedikitnya beban tugas yang menjadi tanggung jawabnya yang harus dilaksanakan
guru sehari-hari dan bagaimana cara menyelesaikan tugas ini yang ditekankan pada
c) Minat terhadap tugas Besar kecilnya minat guru terhadap tugas yang akan
dicapai guru dalam bekerja merupakan salah satu motivasi yang mendorongnya
bekerja.
Berdasarkan pendapat para ahli diatas maka peneliti menyimpulkan ada beberapa
faktor yang mempengaruhi motivasi kerja guru di antaranya adanya keinginan untuk
melakukan kegiatan, adanya dorongan dan kebutuhan melakukan suatu kegiatan, adanya
harapan dan cita-cita, penghargaan dan penghormatan atas diri, dan adanya kegiatan yang
menarik.
Tabel 2.1
Indikator Motivasi
Dimensi Indikator
Motivasi Internal 1) Tanggung jawab guru dalam
melaksanakan tugas .
2) Melaksanakan tugas dengan
target yang jelas.
3) Memiliki tujuan yang jelas dan
menantang.
4) Ada umpan balik atas hasil
pekerjaannya.
5) Memiliki perasaan senang
dalam bekerja.
6) Selalu berusaha untuk
mengungguli orang lain.
7) Diutamakan prestasi dari apa
yang dikerjakan
Motivasi Eksternal 1) Selalu berusaha untuk
memenuhi kebutuhan hidup dan
kebutuhan kerjanya.
2) Senang memperoleh pujian dari
apa yang dikerjakan .
3) Bekerja dengan harapan ingin
memperoleh insentif.
4) Bekerja dengan harapan ingin
memperoleh perhatian dari
teman dan atasan.
kerja guru diukur dari dua dimensi, yaitu motivasi internal dan motivasi
kebenaran bagi anggota yang baru yang nantinya akan menjadi sebuah
budaya organisasi sebagai suatu sistem nilai dan kepercayaan bersama yang
keyakinan, nilai-nilai dan norma yang dianut oleh setiap anggota organisasi
kelompok lain. Batas pembeda ini karena adanya identitas tertentu yang
b) Sebagai perekat bagi anggota organisasi dalam suatu organisasi. Hal ini
adanya sub-sub budaya baru. Kondisi seperti ini biasanya dialami oleh
budaya baru.
perusahaan.
yang dilakukannya.
yang kuat adalah budaya di mana nilai-nilai inti organisasi dipegang secara
intensif dan dianut bersama secara meluas oleh anggota organisasi. Dalam
menentukan kekuatan budaya organisasi, terdapat dua faktor didalamnya
perilaku mana yang dipandang baik dan tidak baik. Pedoman bertingkah
persaingan.
sebagai berikut:
berhubungan erat dengan moral dan kode etik yang menentukan apa
dalam bekerja.
antara jumlah penghargaan yang diterima pekerja dan jumlah yang mereka
Seseorang dapat relatif puas dengan salah satu aspek pekerjaan dan tidak
puas dengan satu atau lebih aspek lainnya (Hasibuan, 2005: 202).
terdapat dua unsur penting dalam kepuasan kerja, yaitu nilai-nilai pekerjaan
yang berbeda-beda sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku dalam diri setiap
adalah:
kepuasan kerja.
b) Atasan (Supervision) A
sekaligus atasannya.
c) Teman sekerja (Workers)
dengan atasannya dan dengan pegawai lain, baik yang sama maupun
d) Promosi (Promotion)
e) Gaji/Upah (Pay)
pegawai.
lain.
d) Faktor Sosial, merupakan faktor yang berhubungan dengan interaksi
Proses pemindahan dari jabatan satu ke jabatan lain yang lebih tinggi
(promosi) selalu diikuti oleh tugas, tanggung jawab, dan wewenang lebih
jawab yang lebih banyak, dan status sosial yang meningkat. Apabila
nasehat atau saran serta bantuan kepada sesama rekan kerja. Kelompok
Penelitian terdahulu ini menjadi salah satu acuan peneliti dalam melakukan
penelitian sehingga peneliti dapat memperkaya teori yang digunakan dalam mengkaji
penelitian yang mempunyai judul sama seperti judul penelitian peneliti. Namun peneliti
pada penelitian peneliti. Berikut merupakan penelitian berupa terdahulu berupa jurnal
Penelitian yang dilakukan oleh Anton Wardoyo dalam ”Pengaruh Persepsi Guru
tentang Sertifikasi Guru dan Motivasi Kerja Guru terhadap Kinerja Guru di SMK 45
Wonosari Tahun Pelajaran 2009/2010”. Adapun tujuan untuk mengetahui hubungan dan
besarnya sumbangan antara persepsi guru tentang sertifikasi guru dan motivasi kerja
guru baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama dengan kinerja guru di
terdapat hubungan positif dan signifikan antara motivasi kerja guru dengan kinerja guru
0,366 ; rtabel = 0,134 untuk thitung sebesar 2,955 lebih besar dari ttabel sebesar 2,001
(thitung 2,955 > ttabel 2,001) dan sumbangan efektif sebesar 17,21%. Penelitian yang
dilakukan oleh Ridha Canggih Pristian dalam “Pengaruh Motivasi dan Disiplin
terhadap Kinerja Pegawai pada Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Jepara”.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh motivasi dan disiplin terhadap
kinerja pegawai Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Jepara baik secara parsial
memberikan kontribusi sebesar 0,326 atau 32,6% dan disiplin sebesar 0,382 atau 38,2%
signifikan terhadap kinerja pegawai sebesar 43,5%. Sedangkan sisanya sebesar 56,5%
dalam Jurnal Administrasi Pendidikan Vol.XXIII No.2 Tahun 2016. Hasil penelitian
terhadap mutu sekolah” dapat diterima. Sedangkan besarnya pengaruh kinerja guru
“kinerja guru berpengaruh signifikan terhadap mutu sekolah” dapat diterima. Besarnya
(korelasi kuat), sedangkan pengaruhnya sebesar 52,1% dan sisanya sebesar 47,9%
dipengaruhi oleh faktor lain. Berdasarkan temuan penelitian dapat disimpulkan bahwa
dan kinerja guru berpengaruh secara signinifikan terhadap mutu sekolah” dapat
diterima.
profesionalismenya.
Motivasi kerja guru adalah semangat atau dorongan guru dalam bekerja untuk
tersebut dapat berasal dari dalam diri guru maupun dari luar diri guru.
nilai dan norma yang dianut oleh setiap anggota organisasi yang dijadikan sebagai
adanya perubahan.
adalah setiap orang yang bekerja mengharapkan dapat memperoleh kepuasan dari
tempatnya bekerja. Pada dasarnya kepuasan kerja merupakan hal yang bersifat
individual karena setiap individu akan memiliki tingkat kepuasan yang berbeda-beda
sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku dalam diri setiap individu. Semakin banyak
aspek dalam pekerjaan yang sesuai dengan keinginan individu, maka semakin tinggi
Berdasarkan kajian teori yang diatas maka lebih jelasnya dapat ditunjukkan
Kepemimpinan Transformasional
Kepala Sekolah
(X1)
(X2) (Z)
Budaya Organisasi
(X3)
(Y)
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
terhadap rumusan penelitian. Oleh karena itu rumusan masalah penelitian biasanya
disusun dalam bentuk kalimat pernyataan”. Berdasarkan rumusan masalah dan uraian di
sekolah terhadap kepuasan kerja guru di SMAS Frater Don Bosco Lewoleba.
2. Terdapat pengaruh positif dan signifikan motivasi guru terhadap kepuasan kerja
4. Kepuasan kerja guru di SMAS Frater Don Bosco Lewoleba dapat menjadi variabel
5. Kepuasan kerja guru di SMAS Frater Don Bosco Lewoleba dapat menjadi variabel
Kepuasan kerja guru di SMAS Frater Don Bosco Lewoleba dapat menjadi variabel
Masalah: