Anda di halaman 1dari 13

BANK DUNIA

Kritik kebijakan Non-Tarif


Indonesia
Oleh : Kelompok III
Halo semuanya
anggota kelompok

Siti Pajariah Wiranti Tri Oktaviani


Defiki Kurniawati
2021511020 2021511050
2021511030
Monica Oktaviani Yanti Aprilyanti
2021511028 2021511224
Berita online
Bank dunia baru saja merilis laporan 'Proyeksi ekonomi indonesia'edisi Desember
2022. Dalam ringkasan laporan tersebut Bank Dunia mengkritik kebijakan non-tarif
measures (NTM) atau hambatan non-tarif dalam perdagangan. Bank Dunja menilai
kebijakan ini membebani daya saing Indonesia di kencah globa meski pemerintah
telah menurunkan tarif impor, Menurutnya hal ini menjadikan indonesia sebagai
negara yang tidak transparan dalam menjalankan perdangangan internasional.
Selain hambatan perdagangan barang, pembatasan perdagangan jasa tetap termasuk
yang tertinggi didunia. Dalam hal lingkungan pendukung logistik dan fasilitasi
perdaganga, diperlukan adanya reformasi tambahan untik mengurangi waktu, biaya
dan ketidakpastian tarnsaksi lintas batas.
Lanjutan
Bank dunia menyebut eksportir yang juga importir terbukti lebih produktif. Mereka
mengekspor lebih sering dan ke lebih banyak tujuan ekspor dibandingkan dengan
eksportirnon importir . Sehingga kebijakan yang ada seperri persyaratan kandungan
local (Local Content Requirements, LCR), persetujuan impor sertifikasi dengan standar
nasional dan NTM yang memberatkanlainnya, sering digunakan dengan tujuan
substitusi impor, padahal ini merugikan bagi daya saing Internasional Indonesia.
Teori
teori yang relaven dalam konteks berita ini adalah :
Teori Keunggulan Komparatif (David Ricardo)
Teori ini menyatakan bahwa negara akan memperoleh manfaat dari perdagangan
Internasional jika mereka fokus pada produksi barang dan jasa dimana mereka memiliki
keunggulan komperatif atau biaya oportunis lebih rendah dibandingkan dengan negara
lain. Dalam konteks berita, Bank Dunia mengkritik kenijakan Non-tarif Indonesia yang
menghambat perdagangan impor, menyatakan bahwa kebijakan tersebut memperberat
beban biaya tambahan bagi bisnis di Indonesia. Dengan menyederhanakan kebijakan Non-
tarif dan mengurangi hambatan - hambatan tersebut, Indonesia diharapkan dapat
memanfaatkan keunggulan komperatifnya dalam perdagangan Internasional, sehingga
mendatangkan keuntungan bagi perekonomian Indonesia.
Analisis Berita
Kritik Bank Dunia terhadap kebijakan Non-tarif (NTM) Indonesia
- Bank Dunia mengkritik kebijakan NTM Indonesia, mengatakan bahwa kebijakan tersebut
menambah beban biaya tambahan bagi bisnis di Indonesia.

-Mereka merekomendasikan untuk menyederhanakan NTM dan dan menghilangkan yang


tidak perlu, karena menurut analisis Bank Dunia, NTM menambah tarif rata-rata setara
dengan 30 persen.

- kritik ini menyoroti dampak negatif kebijakan NTM terhadap daya saing bisnis di
Indonesia.
Lanjutan
Tanggapan dari kepala BP3 Kemendag
-Kepala Bp3 kemende, Kasan Muhr, mengatakan bahwa kebijakan NTMdibuat untuk
menjadi penghambat perdagangan (trader barrier).

- Menurutnya, penting untuk mencegah NTM berubah menjadi trader barrier karena
dampak biaya yang besar.

- Dia menjelaskan bahwa NTM yang dipertahankan dapat dikaitkan dengan kesehatan,
linngkungan, force majeure, dan moral hazard, sesuai dengan aturan WTO.
LANJUTAN
Tinjauan Bank Dunia terhadap skema Perdangangan Indonesia
- Bank Dunia juga mengkritik skema perdagangan Indonesia yang dinilai tidak
yransparandan merugikam negara lain.

- mereka menyoroti hambatan perdagangan barang dan jasa, serta kebijakan substitusi
impor sebesar 35 persen yang dinilai mengganggu manufaktur dan investasi dalam negeri.

- Bank Dunia Menekankan pentingnya impor bagi Perekenomian Indonesia untuk


penambahan nilaidomestik dan ekspor.
Kesimpulan
Berita ini menyoroti kompleksitas dalam kebijakan perdagangan Indonesia dan
dampaknya terhadap ekonomi domestik dan Internasional. Kritik Bank Dunia
terhadap kebijakan NTM dan Kebijakan substitusi impor menunjukkan pentingnya
untuk memperhatikan efek samping dari kebijakan perdagangan yang diambil.
Tanggapan dari kepala BP3 Kemendag menegaskan perlunya keseimbangan antara
mempertahankan kebijakan yang mendukung kepentingan nasional
denganmenghindari dampak negatif terhadap perdagangan Internasional. Dalam
konteks globalisasi, transparansi dan kebijakan yang terbuka menjadi kunci untuk
memastikan perdagangan yang adil dan berkelanjutan bagi semya pihak yang
terlibat.
Saran
Kebijakan Non - tarif Di Indonesia dapat membantu meningkatkan
inklusivitas keuangan dan akses layanan perbankan bagi masyarakat.
Namun, Bank Dunia perlu memastikan adanya insentif bagi Bank untuk
tetap memberikan layanan berkualitas tanpa menaikkan biaya
tersembunyi. Mereka juga daoat membantu dalam penyuluhan dan
edukasi kepada masyarakat tentang manfaat dan resiko dari kebijakan
tersebut.
a d a k a h pe ?
rtanyaan
terim kasih

Anda mungkin juga menyukai