Anda di halaman 1dari 18

Nama : Ahmad Rizki Fadilah

NIM : 18410170
Mata Kuliah : Psikologi Perkembangan
Dosen Pengampu : Muhammad Arif Furqon M.Psi

Pembahasan
Perkembangan fisik dan kognitif pada remaja

Perkembangan Fisik

Perubahan fisik selama masa remaja dibagi menjadi beberapa tahap:

Menurut Sunarto (1999) Tahap Perubahan Eksternal yaitu :

Perubahan Tinggi Badan


Rata-rata anak perempuan mencapai tingkat matang pada usia antara 16 dan 18 tahun, rata-rata
anak laki-laki kira-kira setahun setelahnya.
Perubahan tinggi badan remaja dipengaruhi asupan makanan yang diberikan, pada anak yang
diberikan imunisasi pada masa bayi cenderung lebih tinggi dipada anak yang tidak mendapatkan
imunisasi. Anak yang tidak diberikan imunisasi lebih banyak menderita sakit sehingga
pertumbuhannya terlambat.

Perubahan Berat Badan


Perubahan berat badan mengikuti jadwal yang sama dengan perubahan tinggi badan, perubahan
berat badan terjadi akibat penyebaran lemak pada bagian-bagian tubuh yang hanya mengandung
sedikit lemak atau bahkan tidak mengandung lemak.
Ketidakseimbangan perubahan tinggi badan dengan berat badan menimbulkan ketidak idealan
badan anak, jika perubahan tinggi badan lebih cepat dari berat badan, maka bentuk tubuh anak
menjadi jangkung (tinggi kurus), sedangkan jika perubahan berat badan lebih cepat dari
perubahan tinggi badan, maka bentuk tubuh anak menjadi gemuk gilik (gemuk pendek).

Perubahan Proposi Tubuh


Berbagai anggota tubuh lambat laun mencapai perbandingan yang tumbuh baik(berkisar pada
umur 8-18 tahun).Misalnya, badan melebar dan memanjang sehingga anggota badan tidak lagi
kelihatan terlalu pandang.
Perubahan Organ Seks
Baik laki-laki maupun perempuan, organ seks mengalami ukuran matang pada akhir masa
remaja (berkisar pada umur 8-16 tahun), namun fungsinya belum matang sampai beberapa tahun
kemudian.

Perubahan Ciri-ciri Seks Sekunder


Ciri-ciri seks sekunder yang utama, perkembangannya matang pada akhir masa remaja.
Ciri sekunder tersebut antara lain ditandai dengan tumbuhnya kumis dan jakun pada laki-
laki (12-15 tahun), sedangkan pada perempuan ditandai dengan membesarnya payudara (8-16
tahun).

Tahap Perubahan Internal

Menurut Hartinah (2010) Perubahan yang terjadi dalam organ dalam tubuh remaja dan tidak
tampak dari luar. Perubahan ini nantinya sangat mempengaruhi kepribadian remaja. Perubahan
tersebut adalah:
 Sistem Pencernaan
Perut menjadi lebih panjang dan tidak lagi terlampau berbentuk pipa, usus bertambah
panjang dan bertambah besar, otot-otot diperut dan dinding-dinding usus menjadi lebih
tebal dan kuat, hati bertambah berat dan kerongkongan bertambah panjang.

 Sistem Peredaran Darah


Jantung tumbuh pesat selama masa remaja, pada usia 17 atau 18, beratnya 12 kali berat
pada waktu lahir. Panjang dan tebal dinding pembuluh darah meningkat
dan mulai mencapai tingkat kematangan.

 Sistem Pernafasan
Kapasitas paru-paru anak perempuan hampir matang pada usia 17 tahun. Anak laki-laki
mencapai tingkat kematangan beberapa tahun kemudian setelah anak perempuan.

 Sistem Endokrin
Kegiatan gonad yang meningkat pada masa pubertas menyebabkan ketidak seimbangan
sementara dari seluruh sistem endokrin pada masa awal puber hingga puncak masa
remaja (8-18). Kelenjar-kelenjar seks berkembang pesat dan berfungsi, meskipun belum
mencapai ukuran yang matang sampai akhir masa remaja atau awal masa dewasa.

 Jaringan Tubuh
Perkembangan kerangka berhenti rata-rata pada usia 18 tahun. Jaringan selain tulang,
khususnya bagi perkembangan otot, terus berkembang sampai tulang mencapai ukuran
yang matang.

Karakteristik Perkembangan Remaja

Menurut Sarlito (1986) karakteristik perkembangan fisik yang terjadi pada pria dan wanita asalah
sebagai berikut :

Ciri-ciri kelamin primer

 Mulai berfungsinya organ reproduksi


Organ reproduksi pada laki-laki (testis) mulai berfungsi menghasilkan hormon
testosteron. Testosteron berfungsi merangsang testis untuk menghasilkan sperma. Organ
reproduksi pada perempuan (ovarium) mulai memproduksi hormon estrogen dan
progesteron. Hormon ini memengaruhi perkembangan organ reproduksi
perempuan. Selain itu, jugamemenga-ruhi ovulasi, yaitu pematangan sel telur dan
pelepasan sel telur dari ovarium.

 Laki-laki mengalami mimpi basah dan perempuan mengalami menstruasi


Seiring dengan produksi sperma yang meningkat, pada anak laki-laki terjadi mimpi
basah. Mimpi basah pertama dapat dijadikan tanda bahwa seorang laki-laki telah akil
balig. Organ reproduksi yang telah aktif pada anak perempuan ditandai dengan terjadinya
menstruasi. Ketika memasuki masa pubertas, indung telur (ovarium) pada perempuan
mulai aktif dan mampu menghasilkan sel telur (ovum).

Ciri-ciri kelamin sekunder

Ciri-ciri kelamin sekunder berupa perubahan fisik.

Ciri-ciri kelamin sekunder anak perempuan (usia)


· Payudara mulai membesar (8–13 tahun)
· Lonjakan tinggi badan (8–13 tahun)
· Muncul rambut kemaluan (8–14 tahun)
· Lonjakan kekuatan (9–14 tahun)
· Puncak lonjakan tinggi badan (10–13,5 tahun)
· Menstruasi pertama (10–15 tahun)
· Membesarnya buah dada (payudara) tuntas (10–16 tahun)
· Tinggi badan dewasa tercapai (10–16 tahun)

Ciri-ciri kelamin sekunder anak laki-laki (usia)


· Membesarnya Buah zakar (testis) (9–13 tahun)
· Lonjakan tinggi badan (10–16 tahun)
· Muncul rambut kemaluan (10–15 tahun)
· Penis mulai membesar (10–14 tahun)
· Mimpi basah pertama (12–16 tahun)
· muncul jakun (13–15 tahun)
· Suara membesar (14–15 tahun)
· muncul rambut kumis/jambang (12–15 tahun)
· membesarnya penis tuntas (12–16 tahun)
· Puncak lonjakan kekuatan (13–17 tahun)
· Tinggi badan dewasa tercapai (13–18 tahun)

Perbedaan perkembangan fisik pria dan wanita :


Aspek Pria wanita keterangan
Mimpi basah ada Tidak ada -
Perkembangan organ testis ada Tidak ada Wanita tidak memiliki organ testis
dan penis
Haid Tidak ada Ada Pada pria tidak memiliki ovarium dan
rahim
Perkembangan kelenjar air Tidak ada Ada Dipengaruhi oleh Estrogen, pria yang
susu memiliki hormon ini payudaranya akan
keliahatan membesar namun tidak
menghasilkan air susu
Muncul rambut dada ada Tidak ada -
Muncul jakun ada Tidak ada -
Perubahan suara ada Ada Perubahan suara pria menjadi lebih
berat sedangkan pada wanita menjadi
lebih halus

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Fisik Remaja


Perkembangan fisik erat hubungannya dengan kondisi remaja. Kondisi yang baik
berdampak baik pada pertumbuhan fisik remaja, demikian pula sebaliknya.
Menurut Hurlock, H. B (1991) Adapun kondisi-kondisi yang mempengaruhinya adalah sebagai
berikut:
1. Pengaruh Keluarga
Pengaruh keluarga meliputi faktor keturunan maupun faktor lingkungan. Karena faktor
keturunan seorang anak dapat lebih tinggi atau panjang dari anak lainnya, sehingga ia lebih berat
tubuhnya, jika ayah dan ibunya atau kakeknya tinggi dan panjang.
Contohnya : Rian dan Eca yang memiliki tubuh yang tinggi karena ibu dan bapaknya tinggi, hal
ini kaena factor gen yang berasal dari orang tua mereka.

2. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan akan membantu menentukan tercapai tidaknya perwujudan potensi
keturunan yang dibawa dari orang tuanya. Lingkungan juga dapat memberikan pengaruh pada
remaja sedemikian rupa sehingga menghambat atau mempercepat potensi untuk pertumbuhan
dimasa remaja.
Contohnya : seorang anak yang lebih tinggi saat karena bermain basket, karena saat bermain
basket tempat dan gaya bermain, memaksakan dia untuk melompot, berlari dan lainnya, yang
melatih kerja tulang dan otot sehingga lama kelamaan, dia semakin bertumbuh tinggi.

3. Pengaruh Gizi
Anak yang mendapatkan gizi cukup biasanya akan lebih tinggi tubuhnya dan sedikit lebih
cepat mencapai taraf dewasa dibandingkan dengan mereka yang tidak mendapat gizi cukup.
Contohnya : seorang anak yang lebih suka makan nasi, sayur, daging, buah dan minum susu,
perkembangan fisiknya seperti tinggi badan dan berat akan lebih bagus daripada anak yang
kerdil karena susah makanannya hanya nasi dan telur ayam.

4. Gangguan Emosional
Anak yang sering mengalami gangguan emosional akan menyebabkan terbentuknya steroid
adrenal yang berlebihan dan ini akan membawa akibat berkurangnya pembentukan hormon
pertumbuhan dikelenjar pituitary.
Bila terjadi hal demikian pertumbuhan awal remajanya terhambat dan tidak tercapai berat tubuh
yang seharusnya.
Contohnya : seorang yang stress akan mengalami nafsu makan yang buruk, saat pikiran dan
asupan gizi menjadi buru, ia akan sakit dan mengalami penurunan kerja organ sehingga
mengganggu perkembangannya fisik seperti, menjadi kurus.
5. Jenis Kelamin
Anak laki-laki cenderung lebih tinggi dan lebih berat daripada anak perempuan, kecuali pada
usia 12-15 tahun. Anak perempuan biasanya akan sedikit lebih tinggi dan lebih berat daripada
anak laki-laki. Hal ini terjadi karena bentuk tulang dan otot pada anak laki-laki berbeda dengan
permpuan. Anak perempuan lebih cepat kematangannya daripada laki-laki.
Contoh : saat SMP anak perempuan lebih tinggi dari anak laki-laki, saat SMA, anak laki-laki
dengan cepat bertambah tinggi dan anak perempuan tidak bertambah tinggi.

6. Sifat Sosial Ekonomi


Anak yang berasal dari keluarga dengan status sosial ekonomi rendah, cenderung lebih kecil
daripada anak yang berasal dari keluarga dengan tingkat ekonomi yang tinggi.
Contohya : anak yang erasal dari keluarga yang kaya akan mendapat asupan gizi yang terjamin
(4 sehat, 5 sempurna) daripada anak yang berasal dari keluarga yang sederhana yang hanya bisa
makan makanan seadanya seperti nasi dan tempe.

7. Kesehatan
Kesehatan amat berpengaruh terhadap pertumbuhan fisik remaja. Remaja yang berbadan
sehat dan jarang sakit, biasanya memiliki tubuh yang lebih tinggi dan berat dibanding yang
sering sakit.
Contohnya : anak yang mengalami keterbelakangan mental, mereka mengalami perkembangan
yang sama dengan anak normal, namun perkembangan sekunder tidak sesuai dengan
perkembangan primer. Seperti kerdil, atau payudara yang tidak membesar, dan tinggi badan yang
tidak sesuai dengan anak normal

8. Pengaruh Bentuk Tubuh


Pengaruh bentuk psikologis muncul antara lain disebabkan oleh perubahan-perubahan fisik.
Diantara perubahan fisik yang sangat berpengaruh adalah pertumbuhan tubuh (badan makin
panjang dan tinggi), mulai berfungsinya alat-alat reproduksi (ditandai dengan haid pada
perempuan dan “mimpi pertama” pada laki-laki), dan tanda-tanda kelamin kedua yang tumbuh.
Contohnya : seorang yang memiliki bentuk tulang yang besar, susah terlihat kurus karena bentuk
tulang-tulangnya yang sebenarnya besar.

Perkembangan kognitif adalah perkembangan dari pikiran. Pikiran adalah bagian dari
otak, bagian yang digunakan yaitu untuk pemahaman, penalaran, pengetahuan, dan pengertian.
Kognitif adalah suatu proses berpikir, yaitu kemampuan individu untuk menghubungkan,
menilai, dan mempertimbangkan suatu kejadian atau peristiwa. Proses kognitif berhubungan
dengan tingkat kecerdasan (inteligensi)yang menandai seseorang dengan berbagai minat
terutama ditujukan kepada ide-ide dan belajar (Susanto, 2011:47).
Perkembangan Kognitif

Psikologi kognitif mencakup keseluruh proses psikologis – dari sensasi ke persepsi,


pengenalan pola, atensi, kesadaran, belajar, memori, formasi konsep, berpikir, imajinasi,
kecerdasan, bahasa, emosi, dan bagaimana keseluruhan hal tersebut berubah sepanjang hidup
(terkait perkembangan manusia) – dan bersilangan dengan berbagai bidang perilaku yang
beragam (Solso, 2007).
Perkembangan kognitif remaja menggambarkan bagaimana pikiran remaja berkembang
dan berfungsi untuk dapat berpikir. Perkembangan kognitif remaja, dalam pandangan Jean Piaget
(seorang ahli perkembangan kognitif) merupakan periode terakhir dan tertinggi dalam tahap
pertumbuhan operasi formal (period of formal operation). Idealnya, seorang remaja sudah punya
pola pikir sendiri. Diantaranya bisa digambarkan yaitu: mulai bisa berpikir logis tentang suatu
gagasan yang abstrak, mulai bisa membuat rencana, strategi, membuat keputusan, memecahkan
masalah, serta mulai memikirkan masa depan, muncul kemampuan nalar secara ilmiah dan
belajar menguji hipotesis atau permasalahan, belajar instropeksi diri, wawasan berpikirnya
semakin luas, bisa meliputi agama, keadilan, moralitas, jati diri atau identitas. Para remaja tidak
lagi menerima informasi apa adanya, tapi juga akan mengadaptasi informasi tersebut dengan
pemikirannya sendiri (Santrock, 2003).

Masa remaja adalah suatu periode kehidupan di mana kapasitas untuk memperoleh dan
menggunakan pengetahuan secara efisien mencapai puncaknya. Hal ini adalah karena selama
periode remaja ini, proses pertumbuhan otak mencapai kesempurnaan. Sistem saraf yang
berfungsi memperoses informasi berkembang dengan cepat. Di samping itu, pada masa remaja
ini juga terjadi reorganisasi lingkaran saraf prontal lobe - belahan otak bagian depan sampai pada
belahan atau celah sentral.Prontal lobe ini berfungsi dalam aktivitas kognitif tingkat tinggi,
seperti kemampuan merumuskan perencanaan strategis atau kemampuan mengambil keputusan.
Perkembangan prontal lobe tersebut sangat berpengaruh terhadap kemampuan kognitif remaja,
sehingga mereka mengembangkan kemampuan penalaran yang memberinya suatu tingkat
pertimbangan moral dan kesadaran sosial yang baru (Desmita, 2010).

Dalam pandangan Piaget, remaja secara aktif membangun dunia kognitif mereka, di
mana informasi yang didapatkan tidak langsung diterima begitu saja ke dalam skema kognitif
mereka. Remaja telah mampu membedakan antara hal-hal atau ide-ide yang lebih penting
dibanding ide lainnya. Remaja juga sudah dapat menghubungkan ide-ide tersebut. Seorang
remaja tidak saja mengorganisasikan apa yang dialami dan diamati, tetapi remaja mampu
mengolah cara berpikir mereka sehingga memunculkan suatu ide baru (Jahja, 2011).

Piaget mengemukakan bahwa pada masa remaja terjadi kematangan kognitif, yaitu
interaksi dari struktur otak yang telah sempurna dan lingkungan sosial yang semakin luas untuk
eksperimentasi memungkinkan remaja untuk berpikir abstrak. Piaget menyebut tahap
perkembangan kognitif ini sebagai tahap operasi formal. Tahap formal operations adalah suatu
tahap di mana seseorang telah mampu berpikir secara abstrak. Seorang remaja tidak lagi terbatas
pada hal-hal yang aktual, serta pengalaman yang benar-benar terjadi (Jahja, 2011).
Ditinjau dari perspektif teori kognitif Piaget, maka pemikiran masa remaja telah
mencapai tahap pemikiran operasional formal (formal operational thought) yakni suatu tahap
perkembangan kognitif yang dimulai pada usia kira-kira 11 atau 12 tahun dan terus berlanjut
sampai remaja mencapai masa tenang atau dewasa. Pada tahap ini anak sudah dapat berpikir
secara abstrak dan hipotesis. Pada masa ini, anak sudah mampu memikirkan sesuatu yang akan
atau mungkin terjadi. Selain itu, pada tahap ini remaja juga sudah mampu berpikir secara
sistematik untuk memecahkan permasalahan.

Sebagai contoh apabila terdapat mobil yang tiba-tiba mogok misalnya, bagi anak yang
berada pada tahap konkrit operasional segera diambil kesimpulan bahwa bensinnya habis. Ia
hanya menghubungkan sebab-akibat dalam satu rangkaian saja. Lain halnya dengan remaja, ia
bisa memikirkan beberapa kemungkinan yang menyebabkan mobil tesebut mogok, seperti
mungkin businya mati, mungkin platinanya atau kemungkinan-kemungkinan lain yang
memberikan dasar bagi pemikirannya. Dari teori Piaget tersebut maka dapat dipahami bahwa
pemikiran remaja pada tahap operasional formal ini sudahmeliputi kemampuan untuk berpikir
secara abstrak, dapat menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang
tersedia (Jahja, 2011).

Karakteristik Perkembangan Kognitif Remaja

Karakteristik pemikiran remaja yaitu remaja dapat berpikir secara abstrak, idealistis, dan
logis karena ia telah masuk dalam tahap pemikiran operasional.
- berpikir abstrak, yaitu remaja dapat memecahkan persamaan-persamaan aljabar yang abstrak.
- berpikir idealistis, yaitu remaja sering berpikir tentang apa yang mungkin, mereka berpikir
tentang ciri ideal mereka sendiri, orang lain, dan dunia.
- berpikir logis, yaitu remaja mulai berpikir seperti ilmuwan yang menyusun rencana untuk
memecahkan masalah-masalah dan menguji secara sistematis pemecahan-pemecahan masalah.

Tahap Perkembangan Kognitif Remaja


Tahap perkembangan kognitif pada remaja secara garis besar dapat ditinjau
dari dua segi perubahan perkembangan-perkembangan kognitif, diantaranya:

Pemikiran Operasional Formal


Pemikiran operasional formal (formal operational thought), yaitu suatu tahap
perkembangan kognitif yang dimulai pada usia kira-kira 11 atau 12 tahun dan terus berlanjut
sampai remaja mencapai masa tenang atau dewasa. Pada tahap ini anak sudah dapat berpikir
secara abstrak atau hipotesis serta mampu memikirkan sesuatu yang akan terjadi (sesuatu yang
abstrak) (Samsunuwiyati, 2005).
Ditinjau dari perspektif teori kognitif Piaget bahwa pemikiran operasional berlangsung
antara usia 11 hingga 15 tahun. Beberapa gagasan Piaget tentang pemikiran operasional formal
baru-baru ini ditantang (Byrnes, 1988; Danner, 1989; Keating, sedang dicetak; Lapsley, 1989;
Overton & Byrnes, 1991; Overton & Montangero, 1991), ternyata terdapat lebih banyak variasi
individual pada pemikiran operasional formal dari pada yang dibayangkan oleh piaget. Hanya
kira-kira satu dari tiga remaja muda adalah pemikir operasional formal (Santrock, 2003).
Ketika remaja berpikir lebih abstrak dan idealistis, mereka mereka juga berpikir lebih logis.
Remaja mulai berpikir seperti ilmuwan, yang menyusun rencana-rencana untuk memecahkan
masalah-masalah dan menguji pemecahan masalah secara sistematis. Tipe pemecahan masalah
ini diberi nama penalaran deduktif hipotestis. Penalaran deduktif hipotetis (hypothetical
deductive reasoning) adalah konsep operasional formal Piaget, yang menyatakan bahwa remaja
memiliki kemampuan kognitif untuk mengembangkan hipotesis, atau dugaan terbaik, mengenai
cara memecahkan masalah, seperti persamaan aljabar. Kemudian mereka menarik kesimpulan
secara sistematis, atau menyimpulkan, pola mana yang diterapkan dalam memecahkan
masalah (Santrock, 2012).

Akan tetapi, anak tahap formal operasional mulai mampu memecahkan masalah dengan
membuat perencanaan kegiatan terlebih dahulu dan berusaha mengantisipasi berbagai macam
informasi yang akan diperlukannya untuk memecahkan masalah tersebut (Santrock, 2012).
Menurur Samsunuwiyati (2005), Piaget membedakan gaya pemikiran formal operasional
dari gaya pemikiran konkret operasional dalam tiga hal penting, yaitu:
 Penekanan pada kemungkinan versus kenyataan.
 Penggunaan penalaran ilmiah, kualitas ini terlihat ketika remaja harus memecahkan
remaja harus memecahkan beberapa masalah secara sistematis.
 Kecakapan dalam mengkombinasikan ide-ide.

Perkembangan Pengambilan Keputusan


Remaja adalah masa dimana terjadi peningkatan pengambilan keputusan. Dalam hal ini
mereka mulai mengambil keputusan-keputusan tentang masa depan, keputusan dalam memilih
teman, keputusan tentang apakah melanjutkan kuliah setelah tamat SMU atau mencari pekerjaan,
keputusan untuk mengikuti les bahasa Inggris atau komputer, dan sebagainya (Samsunuwiyati,
2005).
Transisi dalam pengambilan keputusan muncul kira-kira pada usia 11 hingga 12 tahun
dan pada usia 15 hingga 16 tahun. Misalnya, dalam suatu studi, murid-murid kelas 8, 10, dan 12
diberikan dilemma-dilemma yang meliputi pilihan atas suatu prosedur medis. Murid-murid yang
paling tua cenderung menyebutkan secara spontan berbagai resiko, menyarankan konsultasi
dengan seorang ahli luar, dan mengantisipasi akibat-akibat masa depan (Santrock, 2002).
Pengambilan keputusan oleh remaja yang lebih tua sering kali jauh dari sempurna, dan
kemampuan untuk mengambil keputusan tidak menjamin bahwa keputusan semacam itu akan
dibuat dalam kehidupan sehari-hari, luasnya pengalaman sering memainkan peran yang sangat
penting. Untuk itu, remaja perlu memiliki lebih banyak peluang untuk mempraktekan dan
mendiskusikan pengambilan keputusanyang realistis. Salah satu strategi untuk meningkatkan
keterampilan pengambilan keputusan remaja terhadap pilihan-pilihan dalam dunia nyata seperti
masalah seks, obat-obatan dan dan kebut-kebutan di jalan adalah dengan mengembangkan lebih
banyak peluang bagi remaja untuk terlibat dalam permainan peran dan pemecahan masalah
kelompok yang berkaitaqn dengan kondisi-kondisi semacam itu di sekolah (Samsunuwiyati,
2005).

Macam-macam Perkembangan Kognitif Remaja


Perkembangan Kognitif pada remaja dibagi menjadi dua bagian yang umum yaitu
perkembangan intelektual dan perkembangan bakat khusus atau minat. Perkembangan
Intelektual berkaitan dengan kecakapan untuk berpikir, mengamati atau mengerti, atau
pemikiran. Intelektual biasanya dihubungkan dengan Intelligence Quatient (IQ). Sedangkan
perkembangan bakat khusus atau minat berhubungan potensi atau talenta.

Perkembangan Intelektual
Menurut kamus Webster New World Dictionary of the American Language,
istilah intellect, berarti :
 Kecakapan untuk berpikir, mengamati atau mengerti; kecakapan untuk mengamati
hubungan-hubungan, perbedaan-perbedaan, dan sebagainya;
 Kecakapan mental yang besar, sangat intelligence;
 Pikiran atau intelegensi (Fatimah, 2010)

Gunarsa (1990), mengajukan beberapa rumusan mengenai intelegensi yaitu sebagai


berikut:
 Intelegensi merupakan suatu kumpulan seseorang yang memungkinkannya memperoleh ilmu
pengetahuan dan mengamalkan ilmu tersebut dalam hubungannya dengan lingkungan dan
masalah-masalah yang timbul.
 Intelegensi adalah suatu bentuk tingah laku tertentu yang tampil dalam kelancaran tindakan.
 Intelegensi meliputi pengalaman dan kemampuan bertambahnya pegertian dan tingkah laku
dengan pola-pola baru dan mempergunakannya secara efektif.
 William Stem mengemukakan bahwa inteegensi merupakan suatu kemampuan untuk
menyesuaikan diri pada tuntutan baru dibantu dengan penggunaan fungsi berpikir.
 Binet berpendapat bahwa intelegensi merupakan kemampuan yang diperleh melalui
keturunan, kemampuan yang diwarisi dan dimiliki sejak lahir dan tidak terlalu banyak
dipengaruhi oleh lingkungan. Dalam batas-batas tertentu, lingkungan turut berperan dalam
pembentukan intelegensi.
 Wechler merumuskan intelegensi sebagai “keseluruhan kemampuan individu dalam berpikir
dan bertindak secara terarah serta kemampuan mengolah dan menguasai lingkungan secara
efektif.” (Singgih & dkk, 1990)

Berdasarkan beberapa definisi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa intelegensi


memiliki definisi yang sama dengan intelek yang berarti kemampuan berpikir atau kemampuan
dalam bertindak terhadap suatu hal. Banyak para ahli psikologi yang telah mengembangkan
berbaga alat ukur untuk menyatakan tingkat intelegensi seseorang. Salah satunya adalah Tes
Binet Simon yang pengukurannya dinyatakan dalam angka yang menggambarkan perbandingan
kecerdasan mental ataumental age (MA) dengan umur kalender atau chronological age (CA).
Perbandingan tersebut biasa disebut Intelligence Quatient (IQ) yang artinya perbandingan
kecerdasan.
Intelegensi pada masa remaja tidak mudah diukur karena perubahan kecepatan
perkembangan kemampuan tersebut tidak mudah terlihat. Pada masa remaja, kemampuan untuk
mengatasi masalah yang majemuk terus bertambah. Pada awal remaja kira-kira pada umur 12
tahun, anak berada pada masa yang disebut masa operasi formal atau berpikir abstrak, pada masa
ini, ia telah berpikir dengan mempertimbangkan hal yang mungkin disamping hal yang nyata.
Pada usia ini ia telah berpikir hipotetik(Fatimah, 2010).
Berpikir operasional formal setidak-tidaknya memiliki dua sifat yang penting, yaitu
sebagai berikut :

1) Sifat deduktif hipotesis


Dalam menyelesaikan masalah, remaja biasanya dalam mengawali pemikiran akan bersifat
teoritis. Remaja akan menganalisis masalah dan mengajukan cara-cara peyelesaian masalah dan
mengajukan cara-cara penyelesaian berdasarkan cara berpikir induktif atau deduktif maupun
kombinasi keduanya. Berdasarkan analisis yang dilakukan, ia dapat membuat suatu strategi
penyelesaian masalah. Remaja mengajukan pendapat atau prediksi tertentu (proporsi), kemudian
mecari hubungan dari proporsi tersebut.

2) Berpikir operasional juga berpikir kombinaris


Sifat ini merupakan kelengkapan sifat yang pertama dan berhubungan dengan cara
melakukan analisis. Dengan berpikir operasional formal, seorang remaja akan
memperoleh problem solving yang benar-benar ilmiah serta dimungkinkan untuk mengadakan
pengujian hipotesis dengan variabe-variabel tertentu. Berpikir abstrak atau formal
operation merupakan cara berpikir yang bertalian dengan hal-hal abstrak dan kejadian-kejadian
yang tidak langsung dihayati (Fatimah, 2010).
Dalam suatu eksperimen yang dilakukan Piaget dan Inhelder (1958), kepada anak-anak
dan remaja diberikan lima tabung yang berisi cairan tanpa warna. Empat tabung diberi label
1,2,3, dan 4, serta tabung kelima diberi label g. kepada anak-anak diminta untuk
mengombinasikan cairan-cairan tersebut sehingga diperoleh cairan yang berwarna kuning.
Dalam melakukan tugas ini, maka anak-anak tahap pra-operasional akan mengombinasikan
cairan yang satu ke yang lain secara tidak teratur. Anak-anak pada tahap konkrit operasional
akan mengombinasikannya secara lebih teratur dan mencoba memecahkan persoalan ini
melalui trial and error. Mereka mencoba menuangkan cairan dalam tabung dengan label g ke
dalam masing-masing dari keempat tabung lain, dan setelah itu ia menyerah (Desmita, 2010).
Akan tetapi, anak tahap formal operasional mulai mampu memecahkan masalah dengan
membuat perencanaan kegiatan terlebih dahulu dan berusaha mengantisipasi berbagai macam
informasi yang akan diperlukannya untuk masalah tersebut. Oleh karena itu mereka mencoba
semua kemungkinan kombinasi dan secara sistematis akan menambahkan cairan dalam tabung g
ke dalam keempat tabung cairan lain. Kemudian ia akan mengambil tabung 1 dan
mengombinasikannya dengan g, kemudian dengan tabung 2, kemudian dengan tabung 3, dan
dengan tabung 4, serta sering mencatat tentang apa yang telah mereka coba.
Cara berpikir tersebut terlepas dari tempat dan waktu. Akan tetapi, cara berpikir hipotesis
deduktif yang sistematis tidak selalu dicapai oleh semua remaja. Tercapai atau tidaknya cara
berpikir ini tergantung pada tingkat intelegensi dan kebudayaan sekitarnya.

Perkembangan Bakat Khusus atau Minat

Terdapat perbedaan antar individu dalam tingkat kemampuan atau prestasi. Hal ini karena
terdapat perbedaan bakat yang dibawa sejak lahir dan hasil dari latihan atau pengalaman. Bakat
adalah kemampuan bawaan yang merupakan potensi yang masih perlu dikembangkan melalui
latihan. Jadi, bakat adalah kemampuan alamiah untuk memperoleh pengetahuan atau
keterampilan yang relatif bersifat umum atau khusus (talenta) (Fatimah, 2010).
Sedangkan minat adalah suatu perangkat mental yang terdiri dari suatu campuran dari
perasaan, harapan, pendirian, prasangka, rasa takut atau kecenderungan – kecenderungan lain
yang mengarahkan individu kepada suatu pilihan tertentu. Jadi dapat disimpulkan bahwa bakat
dan minat berbeda tetapi memiliki kesamaan dalam hal pilihannya terhadap suatu hal
tertentu (Mappiare, 1982).
Faktor perbedaan bakat atau minat khusus bergantung pada seks, intelegensi, lingkungan
dimana dia hidup, kesempatan untuk mengembangkan minat, minat teman sebaya, status dalam
kelopok sosial, kemampuan bawaan, minat keluarga, dll. Dalam masa remaja, minat yang
dibawa pada masa kanak-kanak cenderung berkurang dan diganti oleh minat yang lebih matang.
Selain itu, tanggung jawab yang harus dipikul semakin besar serta berkurangnya waktu yang
dapat digunakan sesuka hati, maka remaja dari waktu ke waktu harus membatasi minatnya,
terutama dbidang rekreasi (Hurlock, 1980).
Semua remaja sedikit banyak memiliki minat-minat khusus tertentu yang terdiri dari
berbagai kategori. Meskipun terdapat berbagai ragam minat, namun terdapat minat tertentu yang
hampir universal yaitu :

Minat Rekreasi
Selama masa remaja, remaja cenderung menghentikan aktivitas rekreasi yang menuntut
banyak pengorbanan tenaga dan berhenti serta akan bertindak sebagai pengamat yang pasif. Pada
awal masa remaja, aktivitas permainan akan diganti dengan bentuk rekreasi yang lebih matang.
Pola rekreasi tersebut hampir sama dengan pola akhir masa remaja dan pada awal masa dewasa.
Beberapa macam minat rekreasi remaja yaitu:
· Permainan dan Olah raga
Remaja mulai menyukai olahraga tontonan daripada olahraga yang terorganisasi. Selain itu,
remaja lebih menyukai permainan yang menuntut keterampilan intelektual seperti permainan
kartu, dll.
· Bersantai
Remaja gemar bersantai dan mengobrol dengan teman-teman. Mereka makan sambil bergurau
atau membicarakan orang lain mauun hal-hal yang lagi populer pada saat itu.
· Hobi
Remaja yang kurang populer lebih berminat pada hobi dibandingkan dengan bentuk rekreasi lain
karena sebagian besar hobi merupakan kegiatan rekreasi seorang diri.
Selain minat rekreasi yang teah disebutkan diatas, masih terdapat berbagai macam minat
rekreasi yang dilakukan remaja. Banyaknya rekreasi yang diikuti remaja sangat dipengaruhi oleh
derajat kepopulerannya. Selain itu, banyaknya tekanan yang berasal dari tugas sekolah, tugas
rumah dan kegiatan lain yang membatasi waktu untuk rekreasi juga menjadi salah satu faktor.

Minat Sosial
Minat yang bersifat sosial bergantung pada kesempatan yang diperoleh remaja untuk
mengembangkan minat tersebut pada kepopulerannya dalam kelompok. Beberapa minat sosial
remaja diantaranya adalah menolong orang lain, peristiwa dunia yang diungkapkan melalui
bacaan dan pembicaraan dengan teman, guru, dan orang lain. Selain itu, minat sosial lainnya
adalah minat remaja untuk mengkritisi orang lain

Minat Pendidikan
Besarnya minat remaja terhadap pendidikan sangat dipengaruhi oleh minat mereka
terhadap pekerjaan. Apabila remaja mengharapkan pekerjaan yang menuntut pendidikan tinggi,
maka pendidikan akan dianggap sebagai batu loncatan. Biasanya remaja lebih menaruh minat
terhadap pelajaran yang berguna dalam bidang pekerjaan yang dipilihnya.
Selain itu, terdapat pula remaja yang tidak berminat pada pendidikan dan biasanya
membenci sekolah. Remaja yang tergolong dalam hal tersebut dibedakan menjadi tiga, yaitu:

 Remaja yang orangtuanya memiliki cita-cita tinggi yang tidak realistik terhadap prestasi
akademik, atletik, atau prestasi sosial yang terus menerus mendesak untuk mencapai sasaran
yang dikehendaki.
 Remaja yang kurang diterima oleh teman-teman sekelas yang merasa tidak mengalami
kegembiraan sebagaimana yang dialami oleh yang lain.
 Remaja yang matang lebih awal, yang merasa fisiknya jauh lebih besar dibandingkan dengan
ang lain sehingga seringkali diharapkan berprestasi lebih baik daripada yang lain.
Para remaja yang kurang berminat pada pendidikan biasanya menunjukkan
ketidaksenangannya dengan cara menjadi orang yang berprestasi rendah – bekerja dibawah
kemampuan dalam setiap mata pelajaran atau dalam mata peajaran yang tidak disukai. Selain itu,
terdapat pula yang membolos baik dalam mata pelajaran yag tidak disukai ataupun semua mata
pelajaran.

Minat Religius (Agama)


Minat pada agama tamak dengan adanya pembahasan agama dikalangan remaja,
mengikuti pelajaran agama disekola dan di perguruan tinggi, mengikuti upacara keagamaan
sesuai dengan keyakinan yang dianutnya, dll. Minat religius remaja memiliki pola perubahan
yang sistematis yaitu:
1. Periode Kesadaran Religius
Pada saat remaja mengikuti keyakinan orang tua, minat religiusnya meninggi dan mengakibatkan
menjadi bersemangat mengenai agama. Seringkali akan dibandingkan dengan keyakinan orang
lain secara kritis.
2. Periode Keraguan Religius
Berdasarkan analisis yang dilakukan secara kritis, remaja akan sering bersikap skeptis pada
berbagai bentuk religius, seperti berdoa dll. Bagi beberapa remaja, keraguan yang tercipta akan
membuat mereka kurang taat pada agama. Sebagian yang lain, kan mencari kepercayaan yang
lain.
3. Periode Rekontruksi Agama
Cepat atau lambat, remaja akan membutuhkan kepercayaan agama meskipun kepercayaan pada
masa kanak-kanak kurang memuaskan.

Perbedaan Perkembangan Kognitif Remaja Lelaki & Perempuan


Struktur Otak
Otak lelaki cenderung berkembang dan memiliki ketrampilan spasial yang kompleks seperti
perancangan mekanis, pengukuran, penentuan arah, abstraksi, dan manipulasi benda-benda fisik.
Hypothalamus mengatur sekresi hormon-hormon kita. Suplai hormon testosteron selama dalam
kandungan dan kemudian pada masa puber turut mempengaruhi kecenderungan kaum lelaki
untuk memakai strategi-strategi spasial dan mekanis di dalam otak mereka (Santrock, 2003).

Perbedaan Kondisi Biologis


Setelah melewati penelitian bertahun-tahun, para pakar mengemukakan bahwa adanya
perbedaan fisik yang terlihat jelas antara otak lelaki dan perempuan. Perbedaaan struktur seperti
inilah yang kemudian berpengaruh juga pada perilaku, perkembangan mental, dan proses kognisi
yang terjadi di antara keduanya.
Perbedaan dalam Proses Tugas Perempuan
• Bagus dalam kemampuan motorik,
• Tes Komputasi,
• Multi-tasking,
• Dapat mengingat kembali posisi objek dalam susunan tertentu,
• Mampu mengeja,
• Lancar dalam penggunaan bahasa,
• Mengingat tanda-tanda sepanjang rute jalan,
• Lebih banyak menggunakan memori verbal,
• Mengapresiasikan kedalaman dan kecepatan perpepsi.

Perbedaan dalam Proses Tugas Lelaki


• Memiliki kemampuan dalam membuat target-target.
• Lebih banyak bekerja (lebih banyak hapal vocabulary),
• Memiliki kemampuan fokus dan konsentrasi tinggi,
• Mathematic reasoning dan pemecahan masalah,
• Navigasi dengan kemampuan spasial geometric,
• Kemampuan verbal,
• Formasi habit dan pemeliharaannya,
• Lebih banyak kerja-kerja spasial.
Perbedaan Fungsional

Pendengaran (Hearing),
Perempuan lebih baik dalam mendengar pembicaraan, musik, atau suara-suara yang lainnya.
Sebagai tambahan, ingatan perempuan lebih bisa bertahan lama. Mereka belajar berbicara dan
mempelajari bahasa lebih dulu. Kemampuannya dalam memori verbal dan proses bahasa
berlangsung cepat dan lebih akurat.

Penglihatan (Vision),
Lelaki memiliki penglihatan yang lebih baik dalam jangkauan yang luas dan persepsi yang
mendalam terhadap sesuatu. Lelaki melihat cahaya lebih baik, sementara wanita kurang dapat
melihat dengan jelas cahaya di malam hari.Perempuan lebih sensitif pada warna spektrum merah,
pandai dalam menginterpretasikan tanda-tanda fasial dan konteks tertentu, memiliki kemampuan
yang lebih baik untuk mengingat wajah-wajah dan nama.

Peraba (Touch),
Perempuan memiliki indera peraba yang sangat sensitif. Mereka merespon dengan cepat dan
tajam pada luka. Sementara lelaki lebih banyak bereaksi pada temperatur yang ekstrem.

Aktivitas (Activity),
Pria lebih sering bermain dengan berbagai benda daripada para wanita. Sementara wanita lebih
banyak merespon pada teman bermainnya. Pilihan arahan ini disebut ”Perputaran perilaku”
sebagai perlawanan antara pria dan wanita.

Penciuman dan Perasa (Smell and Taste),


Wanita memiliki indera penciuman dan perasa yang lebih tinggi daripada pria. Mereka lebih
banyak merespon aroma, parfum, dan beberapa perubahan dalam rasa.

Penyelesaian Masalah (Problem-Solving),


Para pria maupun wanita memiliki perbedaan dalam menyelesaikan permasalahan mereka.

Kemampuan Verbal
Oleh karena lelaki mengalokasikan banyak daerah korteks untuk fungsi-fungsi spasial,
otak mereka cenderung cenderung mengalokasikan sedikit daerah korteks untuk produksi dan
penggunaan kata-kata dibandingkan otak perempuan. Belahan otak kanan dan kiri dihubungkan
oleh sekumpulan kecil saraf yang disebut corpus callosum sehingga memungkinkan kedua
belahan otak berhubungan. Corpus callosum laki-laki umumnya 25 % lebih kecil dibanding
milik perempuan. Ketika perasaan atau pikiran akan berpindah dari belahan otak kanan ke kiri,
peluang perpindahan tersebut pada seorang lelaki lebih kecil 25 %. Ini perlu diperhatikan
mengingat lelaki mengolah bahasa hanya di belahan kiri, sedangkan perempuan menggunakan
enam atau tujuh daerah korteks di kedua belahan untuk mengolah bahasa.
Bagi para lelaki, mereka menggunakan sedikit mungkin kata-kata yang diperlukan untuk
menyampaikan pendapat, sementara bagi perempuan, kata-kata digunakan untuk
mengungkapkan perasaan dan juga isi.
Ada empat alasan berbicara, yakni:
1. Berbicara untuk menyatakan sesuatu,
2. Berbicara untuk memberikan dan menerima dukungan,
3. Berbicara untuk meredakan ketegangan,
4. Berbicara untuk menemukan sesuatu yang penting.
Wanita biasanya menggunakan indirect speech alias memberikan isyarat tentang apa
yang sebenarnya dia inginkan. Tujuannya adalah untuk menghindari konflik atau konfrontasi
sehingga bisa terjalin hubungan yang harmonis satu sama lain. Indirect speech biasanya
menggunakan kata-kata seperti ‘kayaknya’, ‘sepertinya’ dan sebagainya. Indirect speech adalah
bagian dari wanita dan untuk membangun hubungan dengan wanita, pria perlu mendengarkan
dengan efektif, sambil mengeluarkan ‘bunyi mendengarkan’ seperti “O…,”, “Ehm”, dan bahasa
tubuh yang tepat. Ketika wanita bicara menggunakan indirect speech ke wanita lain, tidak pernah
ada masalah – wanita lain cukup sensitif untuk mengerti maksud sebenarnya. Tapi, bila dipakai
untuk bicara dengan pria, bisa berakibat fatal. Pria menggunakan bahasa langsung atau direct
speech dan mereka mengambil makna sebenarnya dari apa yang orang lain katakan. Tapi
sebetulnya dengan sedikit kesabaran dan banyak latihan, pria dan wanita bisa belajar untuk
mengerti satu sama lain.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Kognitif Remaja

pembawaan
Pembawaan ditentukan oleh sifat-sifat dan ciri-ciri yang dibawa sejak lahir. “Batas
kesanggupan kita”, yakni dapat tidaknya memecahkan suatu soal, pertama-tama ditentukan oleh
pembawaan kita. Orang itu ada yang pintar dan ada yang bodoh. Meskipun menerima latihan dan
siswaan yang sama, perbedaan-perbedaan itu masih tetap ada.
Arthur Jensen (Hetheringthone, 1999) mengklaim bahwa sebanyak 80% perbedaan IQ
dipengaruhi olah faktor pembawaan (keturunan), dan hanya faktor lingkungan sosial yang
memiliki proporsi yang kecil. Sedangkan pendapat peneliti lain bahwa lingkungan-budaya tidak
memberikan pengasuhan yang optimal terhadap perkembangan inteligensi. Begitu juga dengan
Stephen Ceci memperkirakan bahwa sifat inteligensi yang diturunkan dari orangtua begitu besar.
Dan Richard Herrnstein & Charles Murray pada tahun 1994 menyatakan bahwa inteligensi
didasari oleh faktor genetik.

Faktor lingkungan
Walaupun ada ciri-ciri yang pada dasarnya sudah dibawa sejak lahir, ternyata lingkungan
sanggup menimbulkan perubahan-perubahan yang berarti. Inteligensi tentunya tidak bisa terlepas
dari otak. Perkembangan otak sangat dipengaruhi oleh gizi yang dikonsumsi. Selain gizi,
rangsangan-rangsangan yang bersifat kognitif emosional dari lingkungan juga memegang
peranan yang amat penting.

Kematangan
Tiap organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Tiap organ
(fisik maupun psikis) dapat dikatakan telah matang jika ia telah mencapai kesanggupan
menjalankan fungsinya masing-masing. Anak-anak tak dapat memecahkan soal-soal tertentu,
karena soal-soal itu masih terlampau sukar baginya. Organ-organ tubuhnya dan fungsi-fungsi
jiwanya masih belum matang untuk melakukan mengenai soal itu. Kematangan berhubungan erat
dengan umur.

Pembentukan
Pembentukan ialah segala keadaan di luar diri seseorang yang mempengaruhi
perkembangan inteligensi. Dapat kita bedakan pembentukan sengaja (seperti yang dilakukan di
sekolah-sekolah, dan pembentukan tidak sengaja (pengaruh alam sekitar).

Minat dan Pembawaan yang Khas


Minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi perbuatan
itu. Dalam diri manusia terdapat dorongan-dorongan (motif-motif) yang mendorong manusia
untuk berinteraksi dengan dunia luar. Motif menggunakan dan menyelidiki dunia luar
(manipulate and exploring motives). Dan manipulasi dan eksplorasi yang dilakukan terhadap
dunia luar itu, lama kelamaan timbullah minat terhadap sesuatu. Apa yang menarik minat
seseorang mendorongnya untuk berbuat lebih giat dan lebih baik.

Kebebasan
Kebebasan berarti bahwa manusia itu dapat memilih metode-metode yang tertentu dalam
memecahkan masalah-masalah. Manusia mempunyai kebebasan memilih metode, juga bebas
dalam memilih masalah sesuai dengan kebutuhannya. Dengan adanya kebebasan ini berarti
bahwa minat itu tidak selamanya menjadi syarat dalam perbuatan Inteligensi.

Semua faktor tersebut di atas saling terkait satu sama lain. Untuk menentukan Inteligen atau
tidaknya seorang remaja, kita tidak dapat hanya berpedoman kepada salah satu faktor tersebut di
atas. Inteligensi adalah faktor total. Keseluruhan pribadi turut serta menentukan dalam perbuatan
inteligensi seseorang.
Daftar Pustaka

Desmita. 2010. Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Fatimah, Enung. 2010. Psikologi Perkembangan (Perkembangan Peserta Didik).Bandung: CV. Pustaka
Setia.

Hartinah, Sitti. 2008. Pengembangan Peserta Didik. Bandung: PT. Refika Aditama.

Hurlock, H. B. 1991. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang


Kehidupan. Terjemahan Iswidayanti, dkk. Jakarta: Erlangga.

Santrock, John W. 2002. The Span Development (Perkembangan Masa Hidup). Jakarta:Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai