Disusun Oleh :
D322111008
KONSENTRASI MEKATRONIK
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya, yang
telah melimpahkan berkah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan karya ini. Segala puji dan
syukur juga kami haturkan kepada seluruh pihak yang telah memberikan dukungan dan
bantuan dalam proses penyusunan makalah ini.
Karya ini kami susun dengan tujuan untuk membagikan pengetahuan, informasi, atau
pandangan terkait dengan topik yang telah ditentukan. Kami berharap bahwa karya ini dapat
bermanfaat bagi pembaca, baik dalam konteks pendidikan, penelitian, atau pengembangan
pengetahuan.
Semoga karya ini dapat menjadi sumbangan kecil kami dalam dunia pengetahuan dan
memperkaya pemahaman kita semua. Kami berharap pula agar karya ini dapat menjadi titik
awal bagi penelitian dan eksplorasi lebih lanjut terkait dengan topik yang dibahas.
Akhir kata, kami menyadari bahwa setiap karya memiliki keterbatasan, dan kami
mengundang pembaca untuk memberikan masukan, kritik, atau saran yang dapat membantu
perbaikan di masa mendatang. Kritik membangun adalah jalan menuju kemajuan, dan kami
selalu terbuka untuk belajar dan berkembang.
Terima kasih atas perhatian dan dukungan yang telah diberikan. Semoga karya ini dapat
memberikan manfaat yang berarti.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
BAB I ......................................................................................................................................... 6
PENDAHULUAN .................................................................................................................... 6
BAB II ....................................................................................................................................... 9
PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 9
iii
2.5.1.3 Ucapan ketika menerima pemberian .................................................... 15
2.5.2.2 Tolong................................................................................................... 17
iv
BAB III.................................................................................................................................... 30
KESIMPULAN ...................................................................................................................... 30
DAFTAR ISI........................................................................................................................... 31
v
BAB I
PENDAHULUAN
6
lebih menghargai dan melestarikannya sebagai warisan berharga yang memperkaya
kehidupan bersama.
7
9. mengetahui apa yang dimaksud kebudayaan barat
10. mengetahui apa yang dimaksud kebudayaan timur
11. Mengetahui penyebab runtuhnya kebudayaan timur di indonesia
12. mengetahui sikap bangsa Indonesia terhadap kebudayaan barat
13. mengetahui Apa saja cara upaya untuk mengatasi dampak negatif dari
budaya barat
8
BAB II
PEMBAHASAN
Sopan santun dalam Islam memiliki pengertian yang sangat luas. Secara
umum, sopan santun dapat diartikan sebagai sikap yang baik, sopan, dan santun
dalam berinteraksi dengan sesama manusia. Dalam Islam, sopan santun juga
meliputi sikap menghormati, menghargai, dan memperlakukan orang lain dengan
baik. Rasulullah SAW sendiri telah memberikan contoh teladan dalam berinteraksi
dengan orang lain, baik itu dengan sesama Muslim maupun non-Muslim. Beliau
senantiasa bersikap lembut, ramah, dan penuh kasih sayang dalam bertutur kata
maupun berperilaku. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya nilai sopan santun
dalam Islam.
10
Selain dalam berbicara, sopan santun dalam Islam juga mencakup tata krama
dalam berpakaian. Umat Muslim diajarkan untuk selalu menjaga aurat dan
berpakaian sopan sesuai dengan ajaran agama. Hal ini sebagai bentuk penghormatan
terhadap diri sendiri dan juga terhadap orang lain. Rasulullah SAW pernah
bersabda, “Setiap agama memiliki akhlak, dan akhlak Islam adalah sopan santun.”
Dari sabda beliau ini, dapat dipahami bahwa sopan santun merupakan bagian
integral dari ajaran Islam yang harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Implementasi nilai sopan santun dalam Islam dapat diterapkan dalam berbagai
aspek kehidupan, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, maupun dalam
beribadah. Dalam lingkup keluarga, sopan santun dapat diwujudkan melalui sikap
saling menghormati antara anggota keluarga, baik antara suami istri, orang tua dan
anak, maupun antar saudara. Dengan adanya sopan santun dalam keluarga, akan
tercipta kedamaian dan keharmonisan dalam rumah tangga.
Sopan terhadap orang yang lebih tua merupakan hal yang sewajarnya
diajarkan orang tua kepada anak sejak masih kecil, banyak contoh-contoh
kecil dari sopan santun terhadap orang yang lebih tua, seperti :
11
Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain
Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-
baiknya. Jika salah satu seorang di antara keduanya atau kedua- duanya
sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah
kamu mengatakan kepada kepada keduanya perkataan ‘ah’ dan janganlah
kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang
mulia. (Q.S: Al-Isra: 23-24)
Dalam ayat diatas bahkan mengucapkan kata “ah” saja sudah dianggap
sebagai bentuk ketidakhormatan kepada orang tua, maka dapat diketahui
bahwa sopan santun terhadap orang tua sendiri adalah yang utama dan paling
utama dalam kehidupan sehari-hari yang diajarkan langsung oleh Tuhan
kepada manusia.
2.3.2 Sopan Santun Terhadap Orang yang Sebaya
12
karena orang yang lebih muda sewajarnya akan mengikuti perilaku orang
yang lebih dewasa darinya, maka dari itu apa yang diajarkan kepada orang
yang lebih muda akan menjadi cerminan dari orang yang lebih tua yang
pernah mengajarkannya.
2.3.4 Sopan Santun Peserta Didik
“Dari Anas bin Maliki r.a, dia berkata: Rasulullah SAW bersabda,
“Menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi setiap muslim dan orang yang
memberikan ilmu kepada orang yang bukan ahlinya seperti orang yang
mengikatkan batu permata, mutiara dan emas pada babi.” (Ibnu Hajar, 2006
: 27)
13
Oleh karena itu, sistem-sistem sosial yang ada di luar sistem keluarga sangat
berpengaruh terhadap kehidupan dalam sistem keluarga, baik pengaruh
terhadap struktur keluarga maupun pengaruh terhadap pola-pola interaksi
yang terjadi dan berlangsung dalam kehidupan keluarga (Kustiah &
Alimuddin, 2016 : 3).
Keluarga adalah tempat terbentuknya akhlak yang terbaik
dibandingkan tempat pendidikan yang lain. Hal ini karena melalui keluarga,
orangtua dapat memberikan penanaman akhlak sedini mungkin kepada
anak-anaknya. Dari keluarga pembentuk perilaku sopan santun mudah
diterima oleh anak karena komunikasi yang terjadi setiap waktu antara
orangtua dan anak, melalui perhatian, kasih sayang, serta penerapan
perilaku dalam sikap sopan santun yang baik dari pengajaran orangtua
kepada anaknya berlangsung secara alami karena dilakukan dengan kasih
sayang dan cinta yang tulus dari orang tua kepada anak-anaknya.
2.4.2 Faktor Lingkungan
Lingkungan tempat individu tinggal, bermain, belajar, dan bekerja
juga berpengaruh terhadap perilaku sopan santun. Lingkungan yang
kondusif, harmonis, dan menghargai perbedaan akan membentuk individu
yang sopan dan santun. Sebaliknya, lingkungan yang konflik, bermusuhan,
dan intoleran akan membentuk individu yang kasar, bengis, dan tidak
sopan. Lingkungan juga mencakup pengaruh media massa, internet, dan
sosial media yang dapat memberikan informasi, hiburan, maupun provokasi
yang mempengaruhi sikap dan perilaku individu.
2.4.3 Faktor sekolah
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang bertujuan untuk
mengembangkan potensi dan karakter anak-anak. Di sekolah, anak-anak
belajar berinteraksi dengan guru, teman sebaya, dan staf sekolah lainnya.
Sekolah juga memberikan kurikulum, metode, dan evaluasi yang dapat
menstimulasi atau menghambat perilaku sopan santun anak-anak. Jika
sekolah memberikan suasana belajar yang menyenangkan, demokratis, dan
menghormati hak-hak anak, maka perilaku sopan santun anak-anak akan
terbentuk dengan baik. Namun, jika sekolah memberikan suasana belajar
yang membosankan, otoriter, dan mengabaikan hak-hak anak, maka
perilaku sopan santun anak-anak akan terabaikan.
14
2.4.4 Faktor media massa
Faktor media massa juga sangat mempengaruhi dalam menurunnya
tingkat kesopanan. Di zaman ini banyak sekali channel TV yang
menayangkan sinetron yang sangat tidak mendidik bagi anak di bawah
umur. Contoh dari media massa tersebut adalah adanya adegan berpacaran,
berkata kasar, dan masih banyak adegan yang sangat tidak pantas untuk
ditayangkan di TV. Hingga akhirnya hal ini akan berpengaruh bagaimana
kehidupan masyarakat selanjutnya.
15
mengucapkan “terima kasih” dari bahasa lokal tersebut, seperti
kata “Hatur Nuhun” pada masyarakat Sunda.
2.5.1.4 Jawaban terhadap ucapan terima kasih
Jawaban atas ucapan terima kasih sangatlah beragam.
Untuk itu, sebagai orangtua dan guru perlu menyepakati
jawaban yang akan dibiasakan pada anak. seperti “terima kasih
kembali”, “sama-sama”, atau jawaban yang lain seperti jawaban
yang berasal dari bahasa lokal.
2.5.1.5 Kebiasaan memberi komentar positif
Perlu disadari bahwa komentar yang positif akan sangat
menyenangkan pihak yang diberi komentar dan ini sangat baik
untuk membina hubungan sosial. Misalnya saja seorang anak
bernama zui yang dapat bernyanyi dengan merdu, mengapa
tidak kita menyatakan dengan kata seperti “wahh merdu sekali
suaranya” tentunya komentar tersebut akan menjadikan zui
bergembira dan biasanya ia akan mengulang kembali nyanyian
yang dinyatakan merdu tersebut.
2.5.1.6 Ucapan ketika melakukan kesalahan
Hampir tidak ada orang yang dengan sengaja ingin
membuat kesalahan. Sama halnya dengan kesalahan pada anak
usia dini lakukan. Bahkan, kesalahan yang mereka lakukan bisa
terjadi karena ketidakmampuannya. Misalnya, salah menaruh
benda pada rak yang seharusnya, menjatuhkan kue temannya,
lupa mengembalikan sandal yang dipinjam dari temannya, dan
lain sebagainya. Dengan berbagai kesalahan yang dilakukan
anak tersebut dan apapun sebab yang melatarinya, upayakan
pada anak usia dini agar terbiasa untuk meminta maaf.
2.5.1.7 Beberapa perilaku fisik sebagai ekspresi sopan santun
Beberapa perilaku fisik sebagai ekspresi dari sopan
santun seperti mengucapkan permisi atau dalam bahasa Jawa
“nuwun sewu” pada saat anak berjalan berdekatan dengan
orang yang sedang duduk, menatap wajah orang yang mengajak
bicara/diajak berbicara dengan ramah, mendengarkan pada saat
orang mengajak berbicara dan merespons atau menjawab
16
lambaian teman atau orangtua.
2.5.1.8 Ucapan meminta izin
Dalam bahasa Indonesia, kata-kata seperti “permisi”
tentunya sudah menjadi hal yang dianggap memenuhi sopan
santun ketika memina izin. Walaupun demikian, orangtua dan
guru perlu mengamati dan mempelajari apakah bahasa
Indonesia tersebut sudah cukup atau belum mungkin ada sopan
santun daerah yang lain untuk dikuasai anak usia dini.
2.5.1.9 Bagaimana memperlakukan benda atau barang pinjaman
dari teman
Sudah cukup banyak anak usia dini (bahkan anak yang
lebih dewasa) yang berperilaku “mudah untuk meminjam,
namun lupa mengembalikan”. Untuk itu, harus diajarkan sejak
dini bagaimana memperlakukan benda atau barang pinjaman
temannya.
2.5.2 Menurut Bachtiar
Sejalan dengan hal tersebut Bachtiar (dalam Hana, 2015: 22) hal yang
perlu dimiliki oleh anak agar anak miliki sikap sopan santun dalam
berbicara antara lain:
2.5.2.1 Terimakasih
Mengajarkan anak untuk mengucapkan terima kasih saat
di beri pertolongan atau di beri sesuatu. Dengan begitu anak
akan terbiasa untuk mengucapkan terimakasih dan terbiasa
untuk menghargaiiorang lain.
2.5.2.2 Tolong
Mengajarkan kata tolong pada anak dalam penerapannya
anak hanya perlu diinginkan tidak perlu dengan cara di paksa.
Dengan begitu anak akan mengerti pentingnyaamengucapkan
kata tolong.
2.5.2.3 Maaf
Melalui pengenalan kosa kata kesopanan dalam
berkomunikasi dengan orang lain, mengajarkannya pun tidak
perlu dengan paksaan anak akan dihadapkan untuk
mengapresiasikan nilai-nilai positif, sehingga secara tidak
17
lagsung anak akan belajar untuk menghargai orang lain dengan
bersabar hati dan mengakui kesalahannya.
18
menentukan sikap pada masa yang akan datang.
2.7 Sopan Santun di Indonesia Sebagai Masyarakat Timur
Seperti yang dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa Indonesia merupakan
bangsa yang menjunjung tinggi adat timur dalam berbagai aspek, hal yang
membedakan perilaku adalah cara berpikir dari masyarakat itu sendiri baik
masyarakat barat maupun masyarakat timur. Kebudayaan barat memiliki pola
pikir untuk mengetahui kebenaran sebagaimana ilmu pengetahuan dan filsafat,
maka dari itu masyarakat barat berdiskusi dan berdebat untuk menemukan dan
menentukan kebenaran yang lebih masuk akal, maka dari itu orang barat
cenderung memutuskan sesuatu berdasarkan logis atau tidaknya suatu hal.
Sebaliknya, kebudayaan timur memiliki pola pikir untuk memikirkan sebab
akibat dari sesuatu, dan positif negatifnya sesuatu. Apabila sebuah kebudayaan
dinilai memiliki sisi positif, maka orang timur akan memberikan nilai tersendiri
pada budaya tersebut. Maka tidak bisa dipungkiri bahwa kedua kebudayaan timur
dan barat ini memiliki banyak perbedaan yang signifikan, namun bukannya tidak
mungkin kedua kebudayaan ini saling mempengaruhi satu sama lain. Menurut
Habib (2012) Budaya timur dan budaya barat memiliki perbedaan mulai dari adat
istiadat, gaya hidup, cara berpakaian, pergaulan, sampai sopan santun berbeda.
Perbedaan tersebut dapat diuraikan seperti dibawah ini :
a) Adat istiadat
Adat istiadat tidak berpengaruh tinggi pada budaya barat, sedangkan
pada budaya timur adat istiadat masih berlaku dan dihormati.
b) Gaya Hidup
Budaya barat cenderung bersifat individualis, lebih senang hidup
sendiri dan cenderung tidak peduli dengan orang lain. Sedangkan budaya
timur cenderung lebih bersosialisasi, orang timur lebih senang jika dekat
dengan keluarga, teman dan lain-lain.
c) Cara Berpakaian
Cara berpakaian pada budaya barat bebas dalam mengekspresikan
pakaiannya baik pakaian tertutup atau terbuka. Sedangkan budaya timur
adalah budaya yang menjunjung sopan santun, karena itu pakaian yang
dipakai pun sopan dan tertutup.
d) Pergaulan
Pada umumnya budaya barat memiliki pergaulan bebas, Sedangkan
19
budaya timur lebih mengutamakan norma yang ada.
e) Sopan Santun
Orang-orang yang menganut budaya barat cenderung kurang
mengetahui tata krama atau sopan santun, sedangkan orang-orang yang
menganut budaya timur lebih menjaga sopan santun baik dalam berpakaian,
bersikap, dan tingkah laku.
Dari penguraian diatas maka dapat diketahui bahwa perbedaan kedua
budaya tersebut begitu signifikan dan bahkan bisa dibilang begitu kontras, dan
apabila dilihat oleh remaja yang masih ingin mencoba hal baru dan
mengekspresikannya dengan mengikuti budaya barat maka bukannya tidak
mungkin budaya barat akan semakin berkembang di Indonesia. Apabila remaja
Indonesia menganut budaya barat, dilakukan dalam jangka waktu yang cukup
lama dan dilakukan oleh banyak hal dapat mengakibatkan perubahan sosial.
Pemaparan diatas juga selaras dengan pendapat dari Soemardjan (1981) yaitu:
perubahan sosial adalah semua perubahan yang terjadi pada lembaga-
lembaga kemasyarakatan dalam suatu masyarakat, dimana perubahan tersebut
memengaruhi sistem sosialnya. Perubahan sosial yang dimaksud mencakup nilai-
nilai dan pola-pola perilaku di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat.
Contoh dari dampak perubahan sosial yang bisa diamati di tengah-tengah
masyarakat adalah perubahan mode baik itu pakaian atau gaya rambut, gaya hidup
hedonisme, gaya hidup indivudualisme, gaya hidup matrealistis, dan sebagainya
yang tentu saja bertentangan dengan budaya Indonesia yang menjunjung tinggi
budaya timur.
20
2.8.1 Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski
Mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam
masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu
sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism.
2.8.2 Herskovits
Memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari
satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai
superorganic. Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung
keseluruhan pengertian nilai sosial, norma sosial, ilmu pengetahuan serta
keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi
segala penyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu
masyarakat.
2.8.3 Edward Burnett Tylor
Kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di
dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum,
adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang
sebagai anggota masyarakat.
21
oleh imigrasi ataukolonisasi orang-orang Eropa, misalnya seperti negara-negara
di benuaAmerika danAustralia, dan tidak terbatas hanya oleh imigran dari Eropa
Barat. Eropa Tengah juga dianggap sebagai penyumbang unsur-unsur asli dari
kebudayaan Barat.
Ada 3 ciri dominan kebudayan Barat yaitu (1) penghargaan
terhadapmartabat manusia. Hal ini bisa dilihat pada nilai-nilai seperti
demokrasi,institusisosial, dan kesejahteraan ekonomi; (2) kebebasan. Di Barat
anak-anak berbicara terbuka di depan orang dewasa, orang-orang berpakaian
menurut seleramasing-masing, mengemukakan pendapat secara bebas, dan tidak
membedakanstatus sosial dan sebagainya; dan (3) penciptaan dan pemanfaatan
teknologi seperti pesawat jet, satelit, televisi, telepon, listrik, computer dan
sebagainya. Orang Bara tmenekankan logika dan ilmu serta cenderung aktif dan
analitis.
Pikiran masyarakat Barat cenderung menekankan dunia objektif
daripadarasa, sehingga hasil pola pikirnya membuahkan sains dan teknologi.
Filsafat Barattelah dipusatkan kepada dunia rasio. Oleh sebab itu, pengetahuan
mempunyai dasarempiris yang kuat. Sikap aktif dan rasional di dunia Barat lebih
ungguldibandingkan dengan pandangan hidup tradisional, baik filsafat maupun
agama yangterkesan mengalami kemunduran. Cara berpikir dan hidup orang
Barat lebih terpikatoleh kemajuan material, sehingga tidak cocok dengan cara
berpikir untuk meninjaumakna dunia dan makna hidup. Barat hidup dalam dunia
teknis dan ilmiah, makafilsafat tradisional dan agama hanya muncul sebagai
sistemik ide-ide abstrak tanpaada hubungannya dengan kenyataan dan praktek
hidup (Soelaeman, 1987: 50-51).
Pengaruh tradisi dan agama terhadap hidup dan pikiran Barat
berkurangkarena mereka mengunggulkan cara berpikir analitis rasional. Maka,
mereka menganggap nilai-nilai hidup dengan menggunakan kepekaan hati
sebagai suatuyang subjektif dan tidak bermutu. Menurut Anh (dalam Soelaeman,
1987) ada tiganilai penting mendasari semua nilai di Barat yaitu martabat
manusia, kebebasan, danteknologi. Marx (dalam Soelaeman, 1987) menjelaskan
bahwa Barat menganggapmanusia adalah ukuran bagi segalanya. Artinya,
manusia memiliki kemampuanuntuk menyempurnakan hidupnya dengan syarat
bertitik tolak dari rasio, intelek,dan pengalaman. Sejarah pemikiran tersebut
berasal dari Protogoras, Bapak Humanisme, yang kemudian berkembang pesat di
22
Barat.
23
danrasional, menunjang nilai-nilai demokrasi, lembaga sosial, dan
kesejahteraanteknologi. Nilai-nilai lain seperti kebebasan, perekonomian, dan
teknologi pun ikut berkembang. Kemajuan teknologi menghasilkan dinamisme,
perencanaan,organisasi, manajemen, keberanian berusaha, penguasaan materi,
sekaligusmenggerogoti kehidupan sosial dan pribadi. Orang barat lebih condong
menekankandunia empiris, sehingga mereka maju dalam sains dan teknologi.
Menurut konsep Barat, manusia dan alam adalah terpisah. Alam sebagai dunia
luar harus diekploitasi oleh manusia. Hal ini sering tersurat dalam kara-kata:
menaklukkan luar angkasa,alam, dan hutan rimba. Kata-kata tersebut dibuktikan
dengan problema yang terjadidi Barat seperti polusi udara dan air. Singkatnya,
Barat memiliki persepsi yang berbeda mengenai nilai pengetahuan, keinginan,
watak, proses waktu, dan sikapterhadap alam.
24
Pemikir Timur lebih menekankan segi dalam dari jiwa dan realitas
duniaempiris dianggap sebagai sesuatu yang hanya lewat. Kebudayaan Timur
lebihmenekankan disiplin mengendalikan diri, sederhana, tidak mementingkan
dunia, bahkan menjauhkan diri dari dunia. Suatu hal baik menurut Timur bukan
hanya bendawi tetapi rohani; sesuatu yang diperoleh melalui pencarian zat
tertentu, baik didalam maupun di luar tubuh manusia. Orang Timur mencari
keharmonisan denganalam. Mereka ingin mendapatkan keselamatan dan
kebebasan diri dari penderitaandunia. Ide keselamatan ini membentuk mentalitas,
teori, dan praktek bangsa Timur.Jalan untuk mencapai ini semua tidak terletak
pada akal budinya, melainkan melaluimeditasi, tirakat, dan mistik (Soelaeman,
1987: 54).
Kebudayaan Timur tidak hanya bersumber pada ajaran agama tetapi
ideabstrak atau pun simbolik pun dapat terwujud kongkret dalam
praktekkehidupannya. Hal ini terlihat pada saat orang Timur menegakkan norma
yang ada.Pencarian ilmu tidak hanya untuk menambah pengetahuan kognitif saja
tetapimencari kebijaksanaan. Dalam menghadapi kenyataan, orang Timur
memadukan pengetahuan, intuisi, pemikiran yang kongkret, simbolik, dan
kebijaksanaan. Sikaporang Timur terhadap alam adalah menyatu secara
harmonis; tidak memaksakan diriatau mengeksploitasi alam karena alam
merupakan bagian tidak terpisahkan darimanusia. Jika alam binasa, manusia pun
akan binasa. Nilai kebudayaan dalamkehidupan Timur yang tertinggi dating dari
dalam manusia itu sendiri, sepertimenerima kenyataan, mencari ketenangan,
belajar dari pengalaman, dan menyatukan diri.Terkadang nilai spiritual dalam itu
membuat sikap memuliakan kesendirian dankemiskinan, menghindar
membangun dunia, hidup sederhana dan dekat dengan kehidupan alami.
Singkatnya, Timur menginginkan kekayaan hidup, bukankekayaan benda, tenang
tenteram, menyatu diri, fatalisme, pasivitas, dan menarikdiri (Soelaeman, 1987:
54-55).
25
nilai budaya ketimuran mulai runtuh dan tergantikan oleh nilai-nilai lain yang lebih
sesuai dengan perkembangan zaman.
Oleh karena itu, kita perlu melakukan upaya-upaya untuk mengembalikan dan
mempertahankan nilai budaya ketimuran di tengah tantangan globalisasi dan
modernisasi. Upaya-upaya ini meliputi pendidikan, pelestarian, pengembangan, dan
promosi budaya ketimuran. Pendidikan adalah proses penanaman dan peningkatan
kesadaran dan apresiasi terhadap nilai budaya ketimuran kepada generasi muda.
Pelestarian adalah proses perlindungan dan pemeliharaan terhadap warisan budaya
26
ketimuran yang berupa bahasa, seni, adat, dan tradisi. Pengembangan adalah proses
penyesuaian dan penyempurnaan terhadap nilai budaya ketimuran agar tetap relevan
dan bermanfaat bagi kehidupan masyarakat saat ini. Promosi adalah proses
penyebaran dan pengenalan terhadap nilai budaya ketimuran kepada masyarakat
luas, baik di dalam maupun di luar negeri.
Zaman sekarang adalah zaman asosiasi antara Timur dan Barat yaitu zaman
adanya pencampuran budaya Timur dan Barat. Ada hubungan antara kedua bangsa
tentu mendatangkan dua macam kejadian yaitu kejadian baik dan kejadian buruk.
Tidak ada evolusi (kemajuan) yang tidak disertai kemunduran dalam sesuatu
hal, baik lahir maupun batin. Adapun baik dan jahatnya sebuah evolusi tergantung
pada jalannya asosiasi. Apabila bangsa yang terkena pengaruh percampuran itu
kurang teguh dayanya (hanya meniru belaka semua keadaan baru), asosiasi itu akan
bersifat denasionalisasi (hilang sifat kebangsaannya sendiri). Di situlah kelihatan
bahwa kultur bangsa tersebut kalah dengan kultur asing. Hal demikian terjadi
karena bangsa yang terkena pengaruh budaya asing itu masih rendah kulturnya
(Dewantara, K. H, 1994: 3)
Menurut Dewantara (1994: 3-4) ada juga asosiasi yang bersifat pertukaran
alat - alat kultur yaitu kedua bangsa tersebut mempunyai budaya yang sama-sama
tinggi. Hal demikian tentu telah terjadi evolusi sebaik-baiknya. Itulah proses
evolusi yang sebaiknya dicari. Kejadian-kejadian jahat pun tidak dapat dielakkan
dalam proses pencampuran dua budaya. Sebagai contoh, bangsa Indonesia
sendiri mengalami
kekerasan tingkah laku sebagai buah pergaulan dengan bangsa asing yaitu
menghina dan merendahkan seni dan bahasa sendiri karena terlampau gandrung
pada hidup kebaratan. Bangsa Indonesia meninggalkan kepandaian gending dan
mengalihkan perhatian kepada jazz atau dansa yang dilakukan dengan berpeluk-
pelukan oleh laki-laki dan perempuan di muka publik. Dengan melakukan hal
tersebut, ini berarti merendahkan agama karena pengaruh materialisme Eropa
(cinta pada barang lahir).
Alat untuk mengurangi pengaruh buruk budaya asing adalah pendidikan.
Pendidikan paling penting adalah pendidikan nasional, pendidikan untuk rakyat
27
yang mengindahkan kultur dan dasar-dasar kehidupan bangsa Indonesia. Bangsa
Indonesia tidak boleh meninggalkan keluhuran budi (idealisme) sedikit pun.
Bangsa Indonesia tidak boleh menjual keluhuran budi bangsa guna memperoleh
penghidupan enak untuk badan sendiri. Masyarakat Indonesia tidak boleh
menyukai segala alat-alat penghidupan meskipun haram atau najis, asal senang,
enak, dan sama dengan orang-orang Barat (Dewantara, K. H, 1994: 4-5).
Masyarakat Indonesia perlu mengindahkan nilai dan norma yang ada dalam
kebudayaan Indonesia.
Walaupun demikian, menurut Pelly (dalam Maran) menjelaskan bahwa ada
pengaruh positif kebudayaan yaitu (a) memperkaya kehidupan dalam bidang
seni musik, lukis, busana, sastra, drama, dan lain-lain; (b) mengidentifikasi nilai-
nilai universal untuk mengembangkan kebudayaan tradisional; (c) mendorong dan
memberi pola untuk pendidikan nasional; (d) memperluas wawasan berpikir
dan membantu dalam pengembangan hubungan antar bangsa; dan (e) mendorong
tumbuhnya sikap dan perilaku mandiri yang sudah berakar dalam kebudayaan
lokal.
28
2.13.2 Peran tokoh keagamaan dan kebudayaan
Dengan adanya para tokoh keagamaan seperti para ulama, kita bisa
melibatkan beliau berada dalam suatu program seperti ceramah atau rohis
untuk mengarahkan para generasi muda untuk mempertahankan
kebudaayan lokal yang berhubungan dengan norma agama. Begitu pula
dengan para tokoh kebudayaan yang bisa membuat sanggar sehingga bisa
masyarakat bisa mengembangkan potensi, seperti sanggar tari lokal.
Dengan sanggar yang memiliki khas sendiri sehingga dapat menarik
minat dan menimbulkan cara berfikir bahwa budaya lokal sangat
mengesankan.
2.13.3 Peran orang tua dan keluarga
Peran orang tua ataupun keluarga sangat penting terhadap
mentalitas seorang anak, karena orang tua bisa secara langsung ikut
terlibat dalam membangun kualitas perilaku dan akhlak anak. Orang tua
sangat bertanggung jawab terhadap masa depan anak-anaknya sehingga
orang tua harus memberikan contoh positif sehingga anak-anaknya bisa
mencontoh hal baik tersebut ke masa depannya nanti. Apalagi dengan
keadaan masyarakat yang semakin tak terarah, orang tua dan keluarga
harus memberikan benteng agar anak-anak tahu apa yang terbaik
untuknya sehingga tidak merusak masa depannya nanti. Dari didikan
orang tua lah akan terlihat bagaimana anak akan berperilaku, memberikan
sikap, berkeyakinan terhadap lingkungan sekitarnya.
2.13.4 Peran dari diri sendiri
Bukan hanya peran dari pemerintah, para tokoh, dan orang tua saja
upaya untuk melindungi bangsa Indonesia dari dampak masuknya budaya
asing, tetapi juga dari diri sendiri. Jika diri sendiri mau untuk membangun
mentalitas pribadi dengan prinsip yang kuat untuk mencintai budaya
dalam negeri dan ingin menjaganya ataupun dengan menanamkan pada
diri sendiri bahwa sudah menjadi tanggung jawab para generasi muda
untuk membanggakan bangsa Indonesia.
29
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Sopan santun memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk
karakter dan perilaku masyarakat Indonesia sebagai bagian dari budaya Timur.
Sopan santun bukan sekadar tata krama atau norma kesopanan, tetapi mencakup
nilai-nilai yang mendalam dan membentuk dasar moral masyarakat. Hal ini
tercermin dalam ajaran Islam yang menekankan pentingnya berakhlak mulia dan
menuntut ilmu.
Selain itu, makalah ini juga menyoroti faktor-faktor yang mempengaruhi
perilaku sopan santun, seperti lingkungan, keluarga, dan agama. Pemahaman
mengenai bagaimana cara membentuk perilaku sopan santun pada anak juga
menjadi hal yang penting dalam upaya memperpetuat nilai-nilai sopan santun di
masyarakat.
Perbedaan antara kebudayaan Timur dan Barat juga menjadi fokus dalam
makalah ini, di mana kebudayaan Timur cenderung lebih menghargai nilai-nilai
tradisional dan memperkaya kehidupan bersama. Indonesia sebagai bagian dari
masyarakat Timur juga memiliki sikap yang menghargai dan melestarikan budaya
ketimuran sebagai warisan berharga.
Dalam era globalisasi, nilai-nilai sopan santun dan budaya ketimuran
menghadapi berbagai tantangan. Oleh karena itu, pemahaman yang mendalam
terhadap nilai-nilai tersebut diharapkan dapat memperkuat pijakan dalam
kehidupan sehari-hari dan mempertahankan kearifan lokal yang melibatkan etika,
moralitas, dan sikap hidup yang harmonis.
Dengan demikian, makalah ini memberikan pemahaman yang mendalam
mengenai konsep sopan santun sebagai bagian integral dari budaya ketimuran,
serta menegaskan pentingnya melestarikan dan memahami nilai-nilai tersebut agar
tetap relevan dalam kehidupan masyarakat Indonesia.
30
DAFTAR ISI
https://pustaka-makalah.blogspot.com/2011/03/lunturnya-nilai-kebudayaan-di-
dalam.html
http://repository.uinsu.ac.id/20669/3/Ahmad_Hamdika-BAB_II.pdf
https://elib.unikom.ac.id/download.php?id=346819
https://jurnal.unw.ac.id/index.php/ijm/article/download/1954/pdf/7873#:~:text=Si
kap%20sopan%20santun%20terhadap%20lawan,bebas%20dan%20menjaga%20kesei
mbangan%20diri.
https://www.educhannel.id/blog/artikel/sopan-santun.html
https://www.academia.edu/12753841/Kebudayaan_Barat_dan_Kebudayaan_Tim
ur
https://www.kompasiana.com/novanatasha/62b463e4790169377f4372b2/upaya-
mengatasi-pengaruh-masuknya-budaya-asing-terhadap-mentalitas-masyarakat-
indonesia
31
32
3