Anda di halaman 1dari 52

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/351250809

TUGAS MATAKULIAH METODE PENELITIAN PROPOSAL PENELITIAN "Dinamika


Determinan Kemiskinan Pada Lansia di Indonesia"- NurAmanah-467920

Article · January 2021

CITATIONS READS

0 8,555

1 author:

Nur Amanah
Universitas Gadjah Mada
6 PUBLICATIONS 1 CITATION

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Nur Amanah on 01 May 2021.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


TUGAS MATAKULIAH METODE PENELITIAN
PROPOSAL PENELITIAN
“Dinamika Determinan Kemiskinan Pada Lansia di
Indonesia”

Oleh :

Nama : Nur Amanah


NIM : 20/467920/PMU/10526
Prodi : Magister Kependudukan
Dosen : Dr. Sri Rum Giyarsih, S.Si., M.Si.

MAGISTER KEPENDUDUKAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2021
Tema : Kemiskinan

Kemiskinan merupakan salah tema penelitian sosial yang paling banyak dibahas. Dinamika
penyebab kemiskinan dan dimensi kemiskinan yang terus mengalami perubahan menjadikan
kajian tentang kemiskinan dari waktu ke waktu diperlukan untuk mengetahui perubahan pola
penyebab kemiskinan yang terjadi disuatu wilayah. Karakteristik sosial dan kependudukan yang
memiliki berpengaruh dalam kondisi kemiskinan suatu wilayah. Berbagai bentuk kebijakan
maupun strategi pengentasan kemiskinan yang dilakukan saat ini masih belum mampu
menurunkan angka kemiskinan secara optimal. Kerentanan kemiskinan yang terjadi di Indonesia
menjadi semakin tinggi seiring dengan kesenjangan dan ketimpanganan ekonomi yang terjadi
akibat kemajuan pembangunan yang belum merata. Pemilihan tema kemiskinan diambil sesuai
dengan latar belakang pendidikan dan bidang keilmuwan yang dimiliki yaitu pada ilmu sosial
kependudukan.

Topik : Dinamika Determinan Kemiskinan Pada Lansia di Indonesia

Tema kemiskinan memiliki sub bahasan yang sangat luas. Tema kemiskinan yang dipilih
diturunkan menjadi lebih spesifik kedalam topik bahasan. Penelitian ini berfokus pada topik
kemiskinan lansia yang merupakan topik bahasan aktual dan terjadi kini dan akan terjadi dimasa
depan. Salah satu sub karakteristik sosial kependudukan yang memiliki peranan penting pada
kemiskinan adalah tentang struktur kependudukan yang kaitannya dengan kelompok umur. Topik
tentang kemiskinan secara spesifik pada kelompok umur lansia diambil karena terdapat kondisi
struktur penduduk tua yang akan terus meningkat dimasa depan. Isu mengenai kesehatan,
kesempatan kerja, gender, dan diskriminasi upah menjadikan kelompok umur lansia menarik untuk
dibahas lebih mendalam. Masalah kemiskinan pada lansia semakin penting untuk dikaji secara
mendalam seiring dengan proses transisi demografi Indonesia yang akan mengalami masa post
transisional dimana jumlah penduduk tua akan semakin meningkat sebagai akibat dari bonus
demografi pertama yang mulai berakhir. Kondisi kependudukan dengan struktur umur tua yang
tinggi memiliki tantangan tersendiri terutama dalam kaitannya dengan kemiskinan. Perbedaan
kondisi dan kemampuan dalam mempertahankan hidup antara penduduk muda dan tua menjadi
salah satu isu yang penting untuk dibahas. Hasil dari penelitian akan memberikan gambaran
tentang dinamika dimensi kemiskinan lansia yang perlu menjadi prioritas untuk dicegah dengan
program-program pemerintah.
Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................... 5

1.1 Latar Belakang ................................................................................................................. 5

1.2 Permasalahan .................................................................................................................... 7

1.3 Tujuan Penelitian.............................................................................................................. 8

1.4 Manfaat Penelitian............................................................................................................ 8

1.4.1 Manfaat Teoritis ........................................................................................................... 8

1.4.2 Manfaat Praktis ............................................................................................................. 9

1.5 Keaslian Penulisan ........................................................................................................... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KAJIAN TEORI............................................................. 21

2.1. Tinjauan Pustaka ............................................................................................................ 21

2.1.1. Konsep Lansia ............................................................................................................ 22

2.1.2. Konsep Kemiskinan Multidimensi ............................................................................. 24

2.1.3. Kemiskinan Lansia ..................................................................................................... 26

2.2. Kerangka Teori ............................................................................................................... 27

2.2.1. Teori Lansia ................................................................................................................ 27

2.2.2. Indikator Kemiskinan Multidimensi........................................................................... 31

2.3. Hipotesis Penelitian ........................................................................................................ 32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ..................................................................................... 33

3.1. Desain Penelitian ............................................................................................................ 33

3.2. Sumber Data ................................................................................................................... 34

3.3. Definisi Operasional Penelitian ...................................................................................... 34


3.3.1. Variabel Terikat .......................................................................................................... 35

3.3.2. Variabel Bebas ............................................................................................................ 35

3.3.3. Variabel Kontrol ......................................................................................................... 36

3.4. Metode Analisis.............................................................................................................. 36

3.4.1. Analisis Deskfiprif ...................................................................................................... 36

3.4.2. Analisis Inferensia ...................................................................................................... 37

3.5. Jadwal Penelitian ............................................................................................................ 38

Daftar Pustaka ............................................................................................................................... 39


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut Data World Population Prospect 2020, kondisi demografis penduduk dunia saat ini
mengalami transisi struktur dari penduduk muda ke penduduk tua atau Ageing Population. Kondisi
ini terjadi pada suatu wilayah saat komposisi penduduk usia 60 tahun sebesar lebih dari 10 persen
atau penduduk usia 65 keatas sebesar 7 persen. Proses transisi dari penduduk muda ke penduduk
tua ini berlangsung semakin cepat dari waktu ke waktu. Percepatan transisi struktur penduduk ini
dipicu oleh transisi demografi yaitu penurunan angka mortalitas dan fertilitas yang telah berhasil
dicapai suatu wilayah. Pada tahun 2050 mendatang, diperkirakan jumlah penduduk usia 60 tahun
keatas atau lansia akan mencapai 1,5 milyar jiwa. Dengan jumlah ini berarti 1 dari 6 penduduk
didunia yang ditemui pada tiga dekade mendatang adalah penduduk lansia.

Berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2020 yang dirilis BPS menunjukkan bahwa jumlah penduduk
Indonesia sebesar 270 juta jiwa dengan komposisi penduduk lansia mencapai 9,78 persen.
Meskipun komposisi penduduk muda saat ini masih cukup tinggi namun komposisi penduduk
lansia yang hampir mencapai 10 persen menjadi sebuah tanda bahwa era ageing population akan
segera terjadi di Indonesia. Pada tahun 2030 nanti, diproyeksikan Indonesia akan mengalami bonus
demografi pertama dengan rasio ketergantungan mencapai titik terendah. Hal ini berarti bahwa
kondisi penduduk usia produktif menanggung jumlah terkecil penduduk usia non produktif. Bonus
demografi ini begitu dinantikan oleh banyak pihak karena dinilai akan menjadi katalisator
percepatan pembangunan diberbagai sektor di Indonesia. Penduduk usia produktif merupakan
modal produksi yang akan menjadi penggerak ekonomi yang besar. Banyak hal yang telah
dipersiapkan pemerintah untuk menghadapi bonus demografi pertama ini. Kebijakan-kebijakan
pembukaan lapangan kerja, penyederhanaan regulasi investasi sampai dengan penyiapan sarana-
prasarana pendukung kegiatan ekonomi lainnya telah mulai dilakukan. Namun hal yang masih
belum banyak disiapkan adalah untuk menghadapi tahun tahun selanjutnya setelah bonus
demografi pertama selesai.
Menurut proyeksi penduduk BPS, dalam tiga dekade mendatang jumlah penduduk lansia
Indonesia akan meningkat hingga dua kali lipat atau mencapai lebih dari 20% dari total penduduk.
Hal ini berarti 1 dari 5 penduduk Indonesia akan berusia diatas 60 tahun. Peningkatan jumlah
penduduk lansia akan terus terjadi seiring dengan peningkatan usia harapan hidup dan perbaikan
kualitas hidup penduduk. Pada periode tersebut Indonesia resmi memasuki masa bonus demografi
kedua atau Ageing Population. Pada masa ini kondisi demografi Indonesia akan mengalami
pergeseran komposisi penduduk. Mereka yang tadinya masih produktif akan menua menjadi lansia
dan berpotensi tinggi tidak lagi produktif. Tingginya penduduk usia lansia ini tentu memerlukan
penanganan khusus agar tidak membawa dampak negatif pada keberlangsungan pembangunan.
Hal ini utamanya berkaitan dengan masalah kesehatan, pelayanan sosial, transportasi publik
sampai dengan bagaimana keberlangsungan kehidupan sosial penduduk usia tua.

Beberapa negara maju seperti Jepang, Korea Selatan dan Singapura memiliki penduduk usia lansia
mayoritas telah memiliki jaminan pensiun sehingga beban tanggungan hidup kepada negara atau
pada keluarganya yang masih produktif relatif lebih kecil. Berbeda dengan kondisi dinegara
berkembang seperti Indonesia, perlindungan sosial masih belum mencakup semua penduduknya.
Beban kehidupan lansia di Indonesia masih akan banyak ditanggung oleh keluarga atau kerabat
lainnya yang masih dalam usia produktif. Ditambah lagi dengan lapangan kerja mayoritas
penduduk Indonesia yang masih berada pada sektor informal membuat mereka tidak memiliki
jaminan pensiun untuk hari tuanya. Kondisi ini berpotensi menimbulkan permasalahan baru
dimasa depan seperti semakin tingginya angka lansia terlantar, peningkatan angka beban
ketergantungan ekonomi penduduk produktif, peningkatan angka morbiditas sampai dengan
kemiskinan pada lansia.

Kemiskinan pada lansia memiliki karakteristik yang berbeda dengan kemiskinan pada kelompok
lain. Angka harapan hidup yang terus meningkat membuat potensi seseorang bertahan hidup lebih
lama dan kesejahteraan dimasa tua akan semakin diperlukan. Kondisi lansia yang memiliki
kecenderungan penurunan fungsi fisik yang terus terjadi seiring dengan penambahan usia
membuat lansia tidak memiliki kemampuan yang luas untuk melakukan kegiatan produksi. Data
Statistik Lanjut Usia 2020 yang dirilis BPS menunjukkan bahwa terdapat lebih dari 40 persen
lansia yang termasuk dalam kategori ekonomi 40 persen terbawah. Hal ini berarti bahwa banyak
lansia yang memiliki kesulitan dalam hal ekonominya. Kondisi ini diperparah dengan lapangan
kerja yang ada di Indonesia yang masih jauh dari kondisi ramah lansia. Dengan kemampuan fisik
yang terus menurun, daya saing produksi lansia juga akan turun di pasar lapangan kerja. Tidak
banyak lapangan kerja yang mau mempekerjakan lansia karena dari sisi pemilik usaha hal tersebut
dinilai tidak efektif dan efisien untuk mempekerjakan lansia. Dari hal tersebut dapat disimpulkan
bahwa pasar kerja di Indonesia yang belum memberikan porsi khusus untuk lansia menjadikan
peluang lansia memiliki kegiatan produktif dan berpartisipasi pada lapangan kerja masih minim.

Fenomena lain dalam kemiskinan lansia adalah mengenai perawatan lansia. Kecenderungan yang
terjadi di Indonesia adalah perawatan lansia ditanggung sepenuhnya oleh anak atau keluarga
lainnya. Namun semakin kecilnya ukuran keluarga yang terjadi saat ini menjadikan banyak lansia
yang tidak memiliki keluarga yang bisa memenuhi standar perawatan lansia yang dibutuhkan.
Beberapa negara maju telah menerapkan kebijakan pensiun yang diatur oleh undang undang di
negaranya untuk menjamin kelangsungan kesejahteraan lansia. Berbagai program terkait
pemberdayaan lansia juga diupayakan agar selain dari sisi kesehatan, ekonomi namun juga dari
sisi kebutuhan sosial lansia terpenuhi.

Dari uraian diatas, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tentang determinan penyebab
kemiskinan lansia di Indonesia. Selain itu, penelitian ini juga dilakukan untuk bisa melihat
dinamika determinan kemiskinan pada lansia yang terjadi sejak tahun 2000 sampai dengan 2020.
Informasi mengenai dinamika determinan kemiskinan pada lansia penting untuk diketahui. Kajian
mengenai Ageing Population perlu banyak dilakukan untuk mengurai masalah-masalah serta
merumuskan solusi yang bisa diambil dalam upaya menangani permasalahan peningkatan
komposisi penduduk tua di Indonesia

1.2 Permasalahan

Permasalahan tentang lansia di Indonesia berkaitan dengan banyak aspek kehidupan seperti
kesehatan, ekonomi dan keberlangsungan kehidupan lansia. Tingkat kerentanan lansia untuk
masuk kedalam kelompok penduduk miskin cenderung meningkat seiring dengan bertambahnya
umur lansia. Kondisi fisik yang terus mengalami degradasi berbagai fungsi tubuh membuat
kemampuan mobilitas dan profuktivitas lansia mengalami kemundura. Begitu juga dengan kondisi
kehidupan sosialnya. Fenomena keluarga besar yang mengerucut menjadi keluarga inti
menjadikan banyak lansia yang tidak memiliki keluarga yang menemani saat masa tua nya.
Data Statistik Lanjut Usia BPS menunjukkan bahwa rasio ketergantungan penduduk tua terus
mengalami peningkatan. Pada tahun 1990 tercatat bahwa angka ketergantungan penduduk tua di
Indonesia sebesar 11,03, kemudian dalam tiga dekade atau pada tahun 2020 angka katergantungan
ini meningkat menjadi 15,45. Hal ini berarti terjadi peningkatan beban penduduk usia produktif
untuk menanggung usia lansia. Kondisi lain yang menjadi perhatian adalah tentang statusi
ekonomi lansia yang erat kaitannya dengan kemiskinan lansia. Pada tahun 2006, klasifikasi status
ekonomi lansia dengan kategori 40 persen terbawah sebesar 36,30 persen. Sedangkan pada tahun
2020, persentase lansia dengan kategori status ekonomi 40 persen terbawah naik menjadi 43,36
persen. Kenaikan ini mengindikasikan bahwa ekonomi pada lansia terus mengalami kesulitan yang
lebih besar dari tahun ke tahun. Atas dasar hal tersebut perlu dilakukan penelitian tentang
determinan kemiskinan lansia dan juga pengamatan tentang dinamika determinan tersebut dalam
periode dua dekade terakhir.

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh tujuan sebagai berikut:

a. Menganalisis dampak peningkatan penduduk lansia di Indonesia pada berbagai sektor


pembangunan dan kewilayahan
b. Mengkaji tentang faktor-faktor determinan kemiskinan lansia di Indonesia tahun 2000-
2020
c. Mengkaji tentang dinamika determinan dimensi kemiskinan lansia di Indonesia tahun
2000-2020

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Secara keilmuan, hasil dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat pada
pengembangan ilmu pengetahuan dibidang kependudukan khususnya studi tentang kemiskinan
pada lansia. Ada tiga hal yang akan dihasilkan dari penelitian ini. Pertama yaitu informasi
tentang karakteristik kemiskinan penduduk lansia. Kedua, informasi tentang dimensi
kemiskinan pada lansia. Ketiga tentang dinamika dimensi kemiskinan pada lansia dalam
periode dua puluh tahun terakhir.
1.4.2 Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan mampu mrmberikan manfaat pada stake holder pemerintahan
diantaranya:
a. Sebagai referensi untuk memahami karakteristik penduduk lansia dan kemiskinan pada
lansia di Indonesia
b. Sebagai salah satu sumber informasi dari determinan kemiskinan pada lansia dan
dinamikanya di Indoensia
c. Sebagai bahan masukan untuk menentukan kebijakan perencanaan pembangunan dimasa
depan utamanya terkait tentang kebijakan untuk lansia.

1.5 Keaslian Penulisan

Penelitian-penelitian yang mengkaji dan mengulas tentang kemiskinan pada lansia telah
banyak dilakukan pada periode sebelumnya. Tabel berikut ini menunjukkan keaslian penelitian
yang memberdakan penlitian yang dilakukan dengan penelitian terdahulu:
Tabel 1. Keaslian Penulisan

Judul, Tahun,
No Wilayah, Nama Tujuan Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian
Peneliti
1 DINAMIKA - Memperoleh - Metode penelitian - Sebagian besar
KEMISKINAN DI gambaran pada adalah analisis data kabupaten / kota di Jawa-
JAWA-MADURA variasi dan sekunder. Madura dari tahun 2002
MENURUT pengembangan - Sumber data utama hingga 2007 tingkat
KABUPATEN/KOTA kemiskinan (angka diambil dari Data kemiskinan berfluktuasi
TAHUN 2002-2007 kemiskinan) di Dan Informasi terutama di pusat dan
2009 Jawa-Madura Kemiskinan, Tahun timur Jawa.
Jawa dan Madura berbasis pada 2002 2005/2006, - Ada perbedaan nyata
Ade Ermasari, kabupaten / kota dan 2007 Buku 2: antara tingkat
Sukamdi, Tukiran - Mengetahui Kabupaten / Kota kemiskinan di kabupaten
faktor-faktor yang diterbitkan oleh dan kotamadya.
dapat menjelaskan BPS. Kabupaten cenderung
perubahan - Analisis data dalam - Faktor yang paling
kemiskinan. penelitian ini seperti berpengaruh adalah
tabulasi silang, Chi persentase orang yang
Square, grafik, peta, bekerja di sektor informal
dan analisis regresi dengan nilai R2 yang
linier ganda selalu di atas 40 persen
disediakan oleh pada tahun 2002-2007.
analisis kuadran.
2 Faktor-Faktor - Mengetahui - Metode pelenitian - Dari hasil analisis
Penentu Kemiskinan kemiskinan yang digunakan kuadran diketahui bahwa
di Indonesia: Analsisi diindonesia dengan model regresi logit, selama 2007 sampai
Rumah Tangga melakukan analisis determinan dengan 2012 terjadi
2016 pemetaan dan analisis perubahan kondisi
pertumbuhan kuadran kemiskinan dibeberapa
Ayu Setyo Rini, Lilik ekonomi dan tingkat - Sumber data yang provinsi yang semakin
Sugiharti kemiskinan menurut digunakan Susenas membaik seperti Jawa
provinsi Maret 2012 Tengah, Maluku
- Mengetahui sedangkan beberapa
determinan provinsi lain yang
penyebab semakin memburuk yaitu
kemiskinan di Sumatra Utara, Banten,
Indonesia untuk Sumatera
level rumah tangga Barat,Kalimantan Selatan
dan Sumatra Selatan
- Determinan kemiskinan
yang memiliki hasil
signifikan pada
penentuan kemiskinan
diantaranya jenis kelamin
kepala rumah tangga,
jumlah anggota rumah
tangga, status pekerjaan
kepala rumah tangga,
akses pada pinjaman,
pendidikan pelaka rumah
tangga, akses teknologi
komunikasi dan
informasi, dan lokasi
tempat tinggal
(perdesaan/perkotaan)
3 ANALISIS - Mengetahui faktor- - Metode yang - Hasil penelitian
FAKTOR - faktor yang digunakan adalah menunjukkan bahwa
FAKTOR YANG menyebabkan metode kuantitatif variabel independent
MEMPENGARUHI kemiskinan secara dengan uji regresi pertumbuhan ekonomi,
KEMISKINAN DI panel sejak 2011 sd data panel TPT, dan IPM
INDONESIA 2015 di 33 provinsi - Sumber data yang berpengaruh secara
SELAMA LIMA di Indonesia digunakan adalah simultan/bersama-sama
TAHUN data sekunder dari terhadap variabel
TERAKHIR (Studi BPS dependent kemiskinan
Kasus Pada 33 - Pertumbuhan ekonomi,
Provinsi) TPT, dan IPM memiliki
2017 hubungan yang negatif
Noor Zuhdiaty terhadap kemiskinan.
- Diantara ketiga variabel
tersebut hanya variabel
Ipm yang berpengaruh
terhadap kemiskinan.
Sementara pertumbuhan
ekonomi tidak
berpengaruh terhadap
kemiskinan, hal ini
menunjukkan bahwa
pertumbuhan yang ada
kurang berkualitas
sehingga tidak
mempengaruhi
kemiskinan. Begitu juga
dengan pengangguran
bahwa tingkat TPT juga
tidak berpengaruh
terhadap kemiskinan, hal
ini menandakan bahwa
mereka yang
menganggur belum tentu
memiliki pendapatan
yang rendah.
4 ANALISIS - Mengukur, - Metode yang - Persentase penduduk
KEMISKINAN menganalisis, dan digunakan adalah miskin multidimensi yang
MULTIDIMENSI DI memetakan metode penelitian lebih besar dibanding
PROVINSI JAWA kondisi kuantitatif dengan persentase penduduk
TENGAH 2011-2013 kemiskinan konsep teori miskin secara moneter,
2018 multidimensi di kemiskinan mengindikasikan bahwa
Lestari Indriani1, Jawa Tengah, multidimensi terdapat penduduk yang
Setiyono selama kurun metode Alkire tidak teridentifikasi
waktu 2011— Foster miskin secara moneter
2013 - Sumber Data yang namun masih mengalami
digunakan adalah deprivasi pada berbagai
data Susenas 2011- dimensi kemiskinan yang
2013 lain.
- Kontributor terbesar
terhadap tingkat
kemiskinan multidimensi
di Provinsi Jawa Tengah
(M0) adalah dimensi
nutrisi dan kesehatan,
terutama berasal dari
indikator konsumsi
- Dengan mendekomposisi
hingga tingkat
kabupaten/kota, diperoleh
bahwa Kabupaten
Banjarnegara merupakan
kabupaten dengan tingkat
kemiskinan tertinggi di
Provinsi Jawa Tengah,
selama 3 tahun berturut-
turut.
5 KEMISKINAN - Mengetahui - Metode yang - Pada bidang pendidikan
MULTIDIMENSI kondisi digunakan adalah untuk jenjang SLTA,
DALAM kemiskinan metode penelitian APM masih dibawah
PERCEPATAN dilihat dari kuanitatif dengan nasional, trennya
PENCAPAIAN pencapaian pendekatan meningkat dengan adanya
SUSTAINABLE indikator sdgs Multidimentional penurunan angka putus
DEVELOMENT Provinsi Riau Poverty sekolah.
GOALS (sdgs) DI - Mengetahui Approach/MPA - Dari sisi ketenagakerjaan
RIAU struktur - Sumber data yang ada tren meningkat dalam
2020 multidimensi digunakan adalah jumlah angkatan kerja,
Syapsan1; Dahlan kemiskinan di data sekunder tingkat partisipasi
Tampubolon2; Sri Provinsi Riau angkatan kerja (TPAK),
Endang Kornita3 dan tingkat pengangguran
Pusat terbuka di Provinsi Riau.
- Pembangunan inklusif,
pertumbuhan ekonomi
yang stagnan berujung
pada peningkatan angka
kemiskinan Pertumbuhan
harus mampu menciptakan
lapangan kerja produktif
dalam jumlah besar.
Selanjutnya, diharapkan
terdapat multiplier effect
pada peningkatan
pendapatan mayoritas
penduduk, peningkatan
taraf hidup,
danpengurangan angka
kemiskinan.
6 KEMISKINAN - Mengetahui - Data yang - Tingkat kemiskinan
MULTIDIMENSI DI kondisi digunakan dalam moneter di Kota
KOTA kemiskinan penelitian ini Yogyakarta berada di
YOGYAKARTA moneter, adalah data angka 7,66%, sedangkan
2018 kemiskinan sekunder yang angka kemiskinan
Pandu Baniadi & multidimensi, dan diperoleh dari multidimensi adalah
Mustofa - Mengetahui Badan Pusat 1,39%. Kemiskinan
perbandingan Statistik (BPS) multidimensi paling
antara kemiskinan Provinsi DIY dan banyak terjadi pada
moneter dan sumber lainnya indikator kepemilikan
multidimensi di sebagai rumah.
Kota Yogyakarta. pendukung. - Perbandingan
- Metode analisis menunjukkan bahwa tren
yang digunakan angka kemiskinan
dalam penelitian ini moneter cenderung
adalah metode menurun sementara
analisis deskriptif. multidimensi fluktuatif.
7 DINAMIKA - Mengkaji - Metode yang - Angka kemiskinan pulau
KEMISKINAN DAN gambaran digunakan adalah jawa terus menurun
PENGUKURAN dinamika Vulnerability as dalam periode 2000 sd
KERENTANAN kemiskinan serta Expected Poverty 2010
KEMISKINAN kerentanan rumah (VEP). - Angka kemiskinan pulau
DALAM UPAYA tangga terhadap - Sumber data yang Jawa lebih besar di
MELINDUNGI kemiskinan yang digunakan adalah wilayah perdesaan
ANAK-ANAK DARI selanjutnya dapat karakteristik dengan karakter kepala
DAMPAK dijadikan dasar penduduk dan rumah tangga yang
KEMISKINAN untuk melindungi anak-anak secara bekerja di sektor primer,
(Studi Kasus pada anak-anak dari individu maupun seperti pertanian,
Rumah Tangga di bahaya rumah tangga perikanan, kehutanan,
Pulau Jawa Tahun kemiskinan merupakan data dan pertambangan
2008-2010) panel yang
diperoleh dari - Dinamika kemiskinan
2012 Susenas tahun 2008 yang terjadi pada daerah
Armelia Zukma hingga 2010. perkotaan dan perdesaan
Kumala, S. S. T. Sementara itu, menunjukkan pergerakan
Haerani Natali karakteristik dalam kemiskinan, tetapi
Agustini, Ph. D. lingkungan/wilayah tidak mengubah tingkat
Rais, S. S. T. tempat tinggal kemiskinan dalam kedua
dengan objek daerah itu. Pergerakan
penelitian desa tersebut menggambarkan
diperoleh dari BPS sifat dan karakteristik
melalui Pendataan kemiskinan di Pulau Jawa
Potensi Desa
(Podes) tahun 2008.
Data-data tersebut
kemudian dimatch-
kan dengan data
panel rumah
tangga.
8 PENGARUH - Penelitian ini - Sumber data dari - Berdasarkan hasil analisis
VARIABEL SOSIAL bertujuan untuk pengumpulan data ditemukan bahwa Variabel
DEMOGRAFI DAN menganalisis primer dengan sosial demografi yang
SOSIAL EKONOMI pengaruh variable metode sampling meliputi status perkawinan
TERHADAP sosial demografi purposive jumlah lansia, pendidikan lansia,
PARTISIPASI dan sosial ekonomi responden 87 lansia dan kesehatan lansia serta
KERJA PENDUDUK terhadap partisipasi di Desa Penatih, variabel sosial ekonomi
LANJUT USIA kerja penduduk Bali yang meliputi pendapatan
2014 lansia - Teknik analisis rumah tangga lansia dan
Ni Putu Rusmala Dewi yang digunakan beban tanggungan lansia
Kartika adalah teknik berpengaruh secara
analisis regresi simultan terhadap
linear berganda.
partisipasi kerja penduduk
lanjut usia.
- Status perkawinan lansia,
pendidikan lansia,
kesehatan lansia,
pendapatan rumah tangga
lansia berpengaruh negatif
secara parsial terhadap
partisipasi kerja penduduk
lanjut usia.
- Beban tanggungan lansia
berpengaruh positif secara
simultan terhadap
partisipasi kerja penduduk
lanjut usia.
- Variabel yang paling
dominan berpengaruh
adalah variabel kesehatan
lansia.
9 FAKTOR-FAKTOR Penelitian ini - Sumber data yang Hasil penelitian
SOSIAL EKONOMI bertujuan untuk digunakan menemukan:
YANG menganalisis: bersumber dari - Penduduk lansia
MEMPENGARUHI - Karakteristik “raw data” Survei yang bekerja di
KETERLIBATAN individu dan Sosial Ekonomi Provinsi Jambi
PENDUDUK pekerjaan Nasional masih relatif besar.
LANJUT USIA penduduk lanjut (SUSENAS) Hampir separuh
DALAM PASAR usia (lansia) yang Provinsi Jambi (48,99 persen) dari
KERJA DI bekerja di Tahun 2015 lansia memiliki
PROVINSI JAMBI Provinsi Jambi; - Metode penelitian kegiatan utama
- Faktor-faktor yang digunakan bekerja;
2017 sosial ekonomi adalah statistik
yang deskriptif dan - Karakteristik lansia
Junaidi; Erfi; mempengaruhi model regresi bekerja ditandai
Purwaka Hari keterlibatan logistik biner oleh:
Prihanto penduduk lansia a) Lebih dominan di
dalam pasar perdesaan;
kerja. b) Didominasi
oleh laki-laki;
c) umumnya
berstatus kepala
keluarga;
d) umumnya
berpendidikan SD
ke bawah;
f) sebagian besar
bekerja pada
lapangan usaha
pertanian dengan
jam kerja yang
relatif panjang;
- Hasil uji regresi binary
logistik menunjukkan
bahwa umur, jenis
kelamin, pendidikan,
status kawin, status
dalam keluarga, kondisi
kesehatan dan lokasi
desa-kota berpengaruh
signifian terhadap
keterlibatan penduduk
lansia dalam pasar kerja
10 KEMISKINAN - Tujuan penelitin - Sumber data yang - Hasil estimasi
MULTIDIMENSI ini untuk digunakan adalah menemukan hunbungan
DAN mengarahkan Survei Sosial negatif signifikan antara
PERLINDUNGAN sistem Ekonomi Nasional pendidikan, kesehatan,
SOSIAL perlindungan (SUSENAS) dan kualitas hidup
sosial dalam 2014, terhadap kemiskinan
2017 membantu - Temuan empiris multidimensi.
Abdul Khaliq, mewujudkan diestimasi - Fakta empiris
Betty Uspri pembangunan menggunakan menunjukkan dampak
yang lebih merata Structural positif signifikan
dan berkeadilan Equation kemiskinan
- Tujuan penelitian Modelling multidimensi terhadap
ini adalah untuk Bootstrap perlindungan sosial di
memberi model Aggregating Indonesia. Hasil ini
pengembangan (SEM robust antar berbagai
alternatif yang BAGGING). metode estimasi dan
membahas berbagai level bootstrap
hubungan antara resampling.
kemiskinan
multidimensi dan
perlindungan
sosial di
Indonesia.

11 DINAMIKA - Mengetahui - Metode penelitian Hasil yang diharapkan


DETERMINAN determinan yang digunakan adalah
KEMISKINAN kemiskinan adalah metode - Memperoleh determinan
MULTIDIMENSI multidimensi penelitian kemiskinan lansia di
LANSIA 2000-2020 lansia di Indonesia kuantitatif dengan Indonesia
2021 - Mengetahui teknik analisis - Memperoleh informasi
Nur Amanah dinamika kemiskinan dinamika determinan
determinan Multidimentional kemiskinan lansia
kemiskinan Poverty Approach/ Indonesia 2000-2020
multidimensi MPA - Memperoleh hasil
lansia di Indonesia - Sumber data yang proyeksi kemiskinan
- Mengetahui digunakan adalah lansia dimasa yang akan
proyeksi data sekunder datang
kemiskinan SUSENAS 2000-
multidimensi 2020
lansia di Indonesia
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KAJIAN TEORI

2.1.Tinjauan Pustaka

Satu dari lima kerangka teorema yang ditulis oleh Paul Ehrlich dan John P Holdren dalam Impact
of Population Growth (1971) adalah pertumbuhan penduduk menyebabkan ketidak
proporsionalan yang berdampak negatif pada lingkungan. Selama masih ada pertumbuhan
penduduk, maka dinamika kependudukan yang berkaitan dengan pembangunan akan terus
bersifat dinamis dan berdampak satu sama lain. Salah satu teori yang leibh spesifik menjelaskan
dinamika penduduk tersebut adalah teori transisi demografi. Ronald D.Lee dan David S.Reher
(2011) menyatakan bahwa transisi demografis mengacu pada pergeseran fertilitas dan mortalitas
dari tingkat tinggi ke tingkat rendah dan relatif stabil. Transisi demografis menyebabkan
perubahan sosial dan ekonomi dalam masyarakat yaitu mengubah struktur usia, meningkatkan
migrasi internal dan internasional, meningkatkan efisiensi reproduksi, dan peningkatan usia yang
lebih panjang.

Transisi demografis menghasilkan empat perubahan yang memiliki pengaruh dan bertahan lama
bagi masyarakat yaitu :
1. Penurunan fertilitas dalam jangka panjang akan menyebabkan perubahan permanen struktur
usia penduduk.
2. Penurunan fertilitas disertai peningkatan harapan hidup akan memiliki pengaruh langsung
pada hubungan kekerabatan.
3. Meningkatkan efisiensi reproduksi yang mengarah pada pengurangan waktu yang
dihabiskan oleh ibu melahirkan dan membesarkan anak.
4. Usia yang lebih panjang akan meningkatkan pengembalian investasi modal manusia dan
memperpanjang tahun yang dihabiskan pada usia yang lebih tua.
2.1.1. Konsep Lansia

Ageing population atau penuaan penduduk menurut United Nation adalah fenomena yang terjadi
ketika umur median penduduk dari suatu wilayah atau negara mengalami peningkatan yang
disebabkan oleh bertambahnya tingkat harapan hidup atau menurunnya tingkat fertilitas.
Keduanya merupakan produk keberhasilan transisi demografi dalam menekan kematian dan
kelahiran serta peningkatan kualitas hidup masyarakat dunia.

Perubahan struktur usia penduduk merupakan hasil dari perubahan tiga aspek utama proses
demografi, yaitu fertilitas, mortalitas, dan migrasi. Menurut klasifikasi struktur kelompok umur
yang digunakan Badan Pusat Statistik/ BPS, penduduk dibagi menjadi tiga kelompok besar
berikut.
1. Kelompok usia muda, yaitu mereka yang berumur di bawah 15 tahun (0-14)
2. Kelompok usia produktif, yaitu penduduk yang masuk dalam kategori umur 15 sampai 64
tahun
3. Kelompok usia lanjut, yaitu mereka yang berumur 65 tahun ke atas.

Menurut Mundiharni (1997), beberapa ukuran demografi penuaan penduduk dapat dilihat dari:
1. Rasio beban ketergantungan penduduk tua. Struktur penduduk dapat disebut penduduk tua jika
angka ketergantungan penduduk tua sebesar 10 persen atau lebih, atau jika ketergantungan
penduduk muda sebesar 30 persen atau kurang.
2. Persentase penduduk tua, yaitu ketika proporsi penduduk berumur 65 tahun ke atas telah di
atas 7 persen
3. Umur median penduduk 20, yang artinya bahwa 50 persen dari penduduk berumur 20 tahun
ke bawah dan 50 persen lainnya berumur 20 tahun ke atas.

Lee dan Mason (2006) menyatakan bahwa transisi demografi akan membawa seluruh wilayah
yang mengalaminya pada dua fase dividen demografi yaitu bonus demografi penduduk muda, dan
kedua adalah bonus penduduk lansia. Bonus demografi kedua muncul setelah sebelumnya terjadi
bonus demografi pertama yaitu meningkatnya struktur penduduk usia muda terjadi. Bonus
demografi kedua dideskripsikan sebagai keadaan suatu negara atau wilayah ketika proporsi dari
penduduk yang berusia tua semakin banyak. Melonjaknya penduduk usia lanjut ini merupakan
keniscayaan ketika jumlah mereka yang berusia produktif saat ini berlimpah yang kemudian dalam
beberapa tahun yang akan datang akan memasuki usia lanjut atau pensiun. Dengan alasan tersebut,
memikirkan kondisi dan permasalahan kependudukan di Indonesia ke depannya merupakan suatu
keharusan. Kesiapan Indonesia dalam mengatasi penuaan populasi ini menjadi isu kritis yang lain
untuk pembangunan berkelanjutan pada 2030.

United Nation Population Fund/ UNFPA Indonesia dalam buku Population Dynamics and
Sustainable Development In Indonesia merumuskan The Future We Want dalam menghadapi
dinamika penduduk Indonesia diantaranya:

1. Mempertahankan struktur usia produktif


2. Menciptakan dan meningkatkan pekerjaan yang produktif dan layak
3. Mempromosikan pembangunan berkelanjutan yang inklusif dan produktif.

Masalah penduduk lansia merupakan permasalahan yang dialami banyak negara di dunia. Rosero
–Boxby dalam tulisannya Transfer Generasi Dan Penuaan Penduduk Di Amerika Latin
menemukan bahwa penuaan penduduk merupakan akibat langsung dari transisi demografis
sebagai efek dari “bonus demografis”. Individu, keluarga, dan masyarakat mengatur diri mereka
sendiri dengan cara yang berbeda untuk memenuhi defisit siklus hidup di usia muda dan tua dengan
cara:
1. Transfer pribadi antargenerasi
Orang tua yang merawat anak kecil dan orang dewasa yang bekerja mendukung orang tua
mereka yang tidak aktif dan kerabat yang lebih tua
2. Transfer publik antargenerasi
Individu yang membayar pajak dan pemerintah memberikan layanan atau uang tunai kepada
individu muda atau tua
3. Realokasi intragenerasional biasanya dari usia menengah ke usia tua melalui tabungan dan
akumulasi aset.

Menurut Undang-Undang Nomor 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia, penduduk lansia
dibagi di Indonesia menjadi dua, yaitu lansia potensial dan lansia non potensial. Lansia potensial
adalah lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan menghasilkan
barang/jasa, sedangkan lansia tidak potensial adalah lansia yang tidak berdaya mencari nafkah
sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain. Strategi penyiapan masa depan bagi kedua
kelompok lansia di Indonesia perlu dirumuskan agar tercapai tujuan pemerintah mewujudkan
lansia yang sejahtera.
2.1.2. Konsep Kemiskinan Multidimensi

Bank Dunia (2000) mendefinisikan kemiskinan sebagai “poverty is lack of shelter. Poverty is being
sick and not being able to see a doctor. Poverty is not being able to go to school and not knowing
how to read. Poverty is not having a job, is fear of the future, living one day at a time. Poverty is
losing a child to illness brought about by unclean water. Poverty is powerlessness, lack of
representation and freedom”. Kemiskinan berkenaan dengan kondisi ketiadaan tempat tinggal
untuk bernaung, sakit dan tidak mampu untuk berobat ke dokter, tidak mampu untuk sekolah dan
tidak tahu baca tulis. Kemiskinan adalah bila tidak memiliki pekerjaan sehingga takut menatap
masa depan, tidak memiliki akses akan sumber air bersih. Kemiskinan adalah ketidakberdayaan,
kurangnya representasi dan kebebasan.

Kemiskinan oleh Todaro (2006) didefinisikan sebagai ketidakmampuan dalam memenuhi standar
kehidupan minimal yang memenuhi kelayakan hidup. Kemiskinan merupakan suatu kondisi yang
tercipta sebagai akibat dari berbagai kejadian yang saling berpengaruh satu sama lain. Kemiskinan
memiliki berbagai dimensi yang menjadi penyebabnya, keberagaman kemiskinan dalam suatu
kelompok bergantung pada karakteristik kependudukan yang mengakibatkan terbentuknya
dimensi kemiskinan yang berbeda.

Darmojo (2004) mendefinisikan pengertian lansia/lanjut usia sebagai fase menurunnya


kemampuan fisik dan akal yang dimulai dengan adanya berbagai perubahan dalam hidup. Ketika
penduduk mencapai masa lansia, mereka akan mengalami perubahan dalam berbagai aspek hidup
seperti reproduksi, sosial, dan ekonomi. Berbagai peranan aktivitas produksi pada usia produktif
sebelumnya akan mengalami penurunan hingga akhirnya hilang seiring dengan kemampuan fisik
yang cenderung mengalami kemunduran. Pada usia Penuaan adalah sebuah proses kependudukan
yang pasti dilalui oleh semua penduduk.

Kemiskinan yang dialami penduduk disuatu wilayah bisa berubah-ubah dari waktu ke waktu.
Adanya faktor luar yang selalu bersifat dinamis seperti kondisi perekonomian, sosial dan bencana
alam bisa berdampak pada kemiskinan penduduk disuatu wilayah. Hal lain yang bisa terjadi akibat
adanya faktor luar tersebut adalah berkaitan dengan kerentanan. Kemiskinan dan kerentanan
adalah dua hal yang berbeda namun saling berkaitan. Hubungan keterkaitan antara keduanya tidak
bisa dilepaskan dari fenomena dinamika kemiskinan. Seseorang bisa masuk kedalam kemiskinan
dan bisa juga keluar dari kondisi kemiskinan. Hal inilah yang membuat penanganan kemiskinan
bukan hanya membuat penduduk miskin menjadi tidak miskin lagi, namun juga menjaga agar
penduduk rentan miskin untuk masuk kedalam kategori penduduk miskin.

World Bank Institute (2002) menjelasankan kerentanan sebagai peluang atau risiko seorang
penduduk menjadi miskin atau jatuh menjadi lebih miskin pada seiring berjalannya waktu dimasa
mendatang. Konsep kerentanan ini bersifat forward looking dan secara implisit memperhitungkan
ketidakpastian kejadian masa depan. Kerentanan berarti bahwa peluang untuk mengalami
kekurangan atau kesulitan dalam memenuhi kebutuhan dimasa depan tinggi (Baulch dan
Hoddinot, 2000 dalam Christiaensen dan Boisvert, 2000).

Kemiskinan di Indonesia diukur dengan pendekatan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan


dasar seperti sandang, pangan, perumahan, pendidikan dan kesehatan (Esmara 1986). BPS sebagai
lembaga pemerintah yang memiliki kewenangan mengeluarkan angka kemiskinan menggunakan
konsep kebutuhan atau basic need yang diukur dari sisi pengeluaran. BPS menggunakan sebuah
garis imaginer yang kemudian disebut garis kemiskinan untuk mengkategorikan penduduk miskin
atau tidak miskin. Garis kemiskinan ini merupakan suatu indikator yang dihitung daru rata-rata
pengeluaran seseorang dalam satu periode tertentu. Jika seseorang memiliki pengeluaran diatas
garis kemiskinan maka digolongkan tidak miskin begitu juga sebaliknya jika seseorang memiliki
pengeluaran lebi rendah dari garis kemiskinan maka akan masuk dalam kategori penduduk miskin.

Alkire dan Santos (2011) menyatakan ada 3 dimensi dalam penghitungan kemiskinan
multidimensi yaitu kesehatan, pendidikan dan standar hidup. Dari tiga dimensi yang ada, terdapat
10 indikator antara lain 2 indikator untuk dimensi kesehatan, 2 indikator untuk dimensi pendidikan,
dan 6 indikator untuk dimensi standar hidup (gambar 2.1). Sepuluh indikator diambil sebagai
perwujudan dari permasalahan yang dihadapi penduduk miskin yang terjadi pada umumnya.
Perbedaan karakteristik kependudukan suatu negara dengan negara lain menjadikan idealnya tiap
negara memiliki dan merumuskan indikator kemiskinan multidimensianya masing-masing.
Berikut skema kemiskinan multidimensi yang terwujudkan dalam 3 bahasan induk yang
disebutkan sebelumnya.
Gambar 1. Indikator Kemiskinan Multidimensi

Sumber: Prakarsa (2015)

2.1.3. Kemiskinan Lansia

Kemiskinan lansia didefinisikan sebagai kondisi ketidak mampuan lansia dalam memenuhi standar
kehidupan layak atau jika dilihat dari pengeluaran nya maka berada dibawah garis kemiskinan.
Lansia yang memiliki kerentanan tinggi untuk menjadi miskin memiliki keadaan yang tidak stabil
dalam pemenuhan kebutuhan ekonominya. Keterbatasan lapangan keja, upah rendah serta
kesehatan yang terus memburuk membuat banyak lansia tidak memiliki pilihan untuk bisa terus
melakukan kegiatan produksi sendiri. Hal ini yang membuat banyak lansia khususnya di Indonesia
yang memasuki masa tidak produktif dan bergantung pada anak, saudara maupun kerabat yang
masih produktif.

Affandi (2009) menyatakan bahwa peningkatan jumlah penduduk lansia membawa dampak
terhadap sosial ekonomi di semua level baik itu level keluarga, level masyarakat maupun level
pemerintahan. Dampak tersebut tercermin dari indikator rasio beban letergantungan usia lanjut
yang semakin meningkat. Lansia secara ekonomi menurut Affandi dibedakan menjadi dua yaitu :

a. Lansia produktif yaitu lansia yang sehat baik dari aspek fisik, mental maupun sosial; dan
b. Lansia tidak produktif yaitu lansia yang sehat secara fisik, tetapi tidak sehat dari aspek
mental dan sosial atau dapat dikatakan sehat secara mental tetapi tidak sehat dari aspek
fisik dan sosial atau lansia yang tidak sehat baik dari aspek fisik, mental, maupun sosial

Semakin besarnya proporsi penduduk lansia di Indonesia ternyata tidak dibarengi dengan
peningkatan yang sama pada upaya-upaya penyediaan jaminan sosial (Murjana, 2002). Hal ini
mengakibatkan lansia harus melakukan upaya sendiri untuk memenuhi kebutuhan utamanya
kebutuhan ekonomi. Salah satu upaya yang dilakukan lansia adalah terus bekerja untuk
mendapatkan pendapatan. Menurut Mutiara (2003), beberapa faktor yang menjadi bekal penting
lansia untuk tetap bisa bekerja diusia tua nya adalahh peran keluarga dan pendidikan tertinggi yang
ditamatkan. Peran kelurga yang dimaksudkan adalah menyangkut variabel jumlah anak dan status
perkawinan. Sedangkan untuk peran pendidikan tertinggi yang ditamatkan adalah sebagai nilai
daya saing lansia tersebut untuk bisa tetap bekerja di pasar ternaga kerja yang ada.

2.2. Kerangka Teori

2.2.1. Teori Lansia

Robin dan Michael (2004) mengemukakan teori utama tentang penuaan populasi berdasarkan data
terbaru tentang umur panjang manusia/ longevity, harapan hidup/ expected life, perubahan
morbiditas, tren kecacatan/ disability, dan penurunan mortalitas disajikan dan dibahas dalam
konteks geografis, budaya, sosial ekonomi, dan medis mereka sendiri. Dalam konteks penuaan
populasi, empat elemen diperkenalkan dengan implikasinya:

1) Peningkatan tingkat kelangsungan hidup orang sakit, yang akan menjelaskan perluasan
morbiditas,
2) Pengendalian perkembangan penyakit kronis, yang akan menjelaskan keseimbangan halus
antara penurunan mortalitas dan peningkatan kecacatan,
3) Peningkatan status kesehatan dan perilaku kesehatan kelompok baru lanjut usia, yang akan
menjelaskan kompresi morbiditas, dan akhirnya
4) Munculnya populasi yang sangat tua dan lemah, yang akan menjelaskan perluasan baru
morbiditas.
Renuga dkk (2016) membuat sebuah skema dampak penuaan penduduk pada pertumbuhan
ekonomi sebagai berikut:

Gambar 2. Mekanisme Utama Penuaan Penduduk yang Berdampak Pada Pertumbuhan


Ekonomi

Dari skema diatas terlihat hubungan antara ageing population dengan faktor penyebab dan dampak
akibatnya. Kemajuan dalam bidang kesehatan dan pengobatan, pilihan individu serta krisis
finansial menjadi akar dari proses penuaan. Kemajuan dalam bidang kesehatan dan pengobatan
membuat angka harapan hidup yang semakin meningkat serta angka tingkat kematian yang terus
menurun. Selain itu faktor pilihan individu seperti meningkatnya jumlah perempuan yang
berpartisipasi dalam pasa tenaga kerja serta pilihan untuk menunda pernikahan akibat kesulitan
keuangan membuat angka tingkat kelahiran yang terus menurun. Kondisi ini memunculkan
dinamika struktur kependudukan yang melebar pada kelompok umur tua.

Besarnya jumlah penduduk usia tua memiliki potensi dampak baik negatif maupun positif.
Keberhasilan memberdayakan lansia meski di usia yang tidak lagi produktif bisa menjadi
tambahan sumber daya manusia yang bermanfaat untuk percepatan pembangunan ekonomi negara.
Disisi lain kegagalan dalam melakukan penanganan permasalahan penduduk lansia akan membuat
negara kehilangan potensi sumber daya manusia sekaligus menambah beban baik dari sisi
tanggungan kehidupan lansia oleh pemerintah maupun beban yang terjadi pada keluarga lain yang
masih produktif. Dalam level makro dan periode yang lama kondisi ini dapat memperlambat
pembangunan.

Selain dari sisi ekonomi, teori lansia dalah hal kesehatan juga menjadi perhatian penting karena
dampak yang diakibatkan bisa mempengaruhi aspek lain kehidupan lansia. Menurut Blum, derajat
kesehatan diperngaruhi oleh 4 komponen yaitu genetik, lingkungan, genetik dan pelayanan
masyarakat. Keempat komponen tersebut memiliki andil dalam penentuan kondisi lansia maupun
kondisi penduduk pra lansia. Derajat kesehatan ini erat kaitanyya dengan transisi demografi dan
transisi epidemiologi.

Kerangka teori yang dipakai dalam menjelaskan transisi demografi dan epidemiologi yang terjadi
adalah kerangka teori dari Mosley (1993). Kerangka teori ini berfokus pada pemahaman hubungan
antara transisi demografi yang terlihat dengan adanya kemajuan dalam pendidikan, teknologi
kesehatan, serta ekspansi industrialisasi dan urbanisasi yang berdampak pada penurunan kelahiran
dan kematian dengan transisi atau perubahan pola penyakit dari yang umumnya mayoritas
penyakit menular menjadi penyakit tidak menular dan kecelakaan sebagai penyebab utama
kematian. Hubungan kedua perubahan pola tersebut terlihat pada bagan dibawah ini:

Gambar 3. Kerangka Teori Hubungan Transisi Demografi dengan Transisi Epidemiologi


Menurut Mosley (1993)
Transisi demografi yang terjadi berdampak pada semakin membaiknya kesehatan, pendidikan
serta kualitas kehidupan lainnya pada penduduk. Kondisi ini memicu semakin meningkatnya
angka harapan hidup penduduk. Hal ini dikarenakan semakin baiknya teknologi medis dalam
memberikan pertolongan kesehatan yang mampu menekan angka kematian akibat penyakit
utamanya pada anak-anak seperti sebelum era 90-an. Peningkatan kualitas kesehatan ini membuat
semakin banyak bayi lahir yang tumbuh dan memiliki kesempatan usia yang lebih panjang. Dalam
hal kelahiran, program pengendalian penduduk seperti Keluarga Berencana/KB berhasil menekan
angka kelahiran dengan cukup signifikan. Disisi lain, perbaikan kesehatan dan kemajuan ekonomi
yang pesat mendorong penduduk melakukan banyak aktivitas produksi. Partisipasi perempuan
dalam sektor publik menjadikan faktor lain setelah KB yang membuat perempuan membatasi
kelahiran anak dan dalam skala makro membuat Total Fertility Rate/TFR menurun signifikan.

Selanjutnya kondisi penurunan kelahiran dan kematian yang terus menerus akan mempengaruhi
perubahan struktur umur penduduk dari yang awalnya didominasi anak-anak karena tingginya
kelahiran menjadi didominasi penduduk usia kerja dan kemudian lanjut usia. Hal ini menyebabkan
perubahan pada tren pola penyakit dari menular yang umumnya diderita anak-anak ke penyakit
tidak menular serta kecelakaan. Dalam kasus Indonesia, penurunan tingkat kematian dan kelahiran
yang telah terjadi sejak 1960 sd 2000an menjadikan struktur kependudukan saat ini akan segera
memasuki tahapan memanen penduduk tua.

Dalam kaitannya dengan transisi epidemiologis, perubahan pola penyakit yang menyebabkan
kematian pada penduduk berubah dari penyakit menular menjadi penyakit tidak menular. Data
Riset Kesehatan Dasar/Riskesdas menunjukkan bahwa dalam 2 dekade terakhir terjadi pergeseran
pola penyakit yang ada di Indonesia. Penyakit-penyakit menular seperti hepatitis, diare, malaria
dll semakin menurun seiring dengan perkembangan teknologi medis sehingga ditemukannya
vaksin maupun metode pengobatan lainnya. Sebaliknya, tren penyakit tidak menular jumlahnya
terus meningkat. Penyakit-penyakit seperti kanker, diabetes, stroke, dan hipertensi semakin
banyak diderita oleh penduduk. Kondisi ini erat kaitannya dengan perubahan pola perilaku dan
kebiasaan konsumsi makanan yang beralih dari natural food menjadi instant food yang berdampak
pada meurunnya imun tubuh dan meningkatnya zat-zat kimia dalam tubuh yang mampu
menimbulkan berbagai penyakit.
2.2.2. Indikator Kemiskinan Multidimensi

Penjelasan secara detail mengenai indikator kemiskinan multidimensi yang telah ditampilkan
dalam skema gambar 1 diantaranya sebagai berikut:

a. Pendidikan

Pendidikan didefinisikan sebagai kemampuan sentral yang merupakan dasar penting bagi
pengembangan kesejahteraan individu. Pendidikan membuka social opportunities atau
kesempatan sosial. Peluang tersebut selanjutnya akan menjadi jalan untuk memerdekakan diri
dan menciptakan kualitas hidup yang lebih layak (Amartya Sen, 1976). Teori human capital
menggambarkan hubungan antara pendidikan dan kemiskinan dalam bentuk pendidikan
sebagai bagian dari penurunan tingkat kemiskinan. Sejalan dengan itu, Bogale, Hagedorn, &
Korf (2005) menyatakan, pendidikan merupakan dimensi penting dalam kemiskinan ketika
definisi kemiskinan mencakup ketiadaan kemampuan dan kekurangan pengetahuan, sehingga
pendidikan diharapkan mampu meningkatkan potensi, pekerjaan, dan mobilitas tenaga kerja.
Indikator pendidikan yang digunaka adalah Rata-rata lama sekolah lansia Lansia dikatakan
terdeprivasi pada indikator ini apabila tidak menyelesaikan pendidikan dasar sembilan tahun.

b. Kesehatan

Faktor kesehatan merupakan penyebab sekaligus dampak dari kemiskinan menurut UNFPA
(2002) . Efek dari kesehatan yang buruk adalah tungkat produktivitas dan pendapatan yang
lebih rendah. Pengaruh kondisi kesehatan kemungkinan akan lebih besar dirasakan oleh orang
miskin, karena pekerja yang dilakukan biasanya pekerjaan fisik yang berat. Oleh sebab itu,
banyak studi kemiskinan yang memasukkan kesehatan sebagai indikator untuk mengukur
tingkat kemiskinan individu maupun rumah tangga. Penelitian ini menggunakan kepemilikan
jaminan sosial berupa jaminan kesehatan dan morbiditas sebagai indikator untuk mengukur
kesehatan. Sebagaimana yang dikemukakan Suharto (2013), perlindungan sosial merupakan
elemen penting dalam strategi kebijakan sosial untuk menurunkan tingkat kemiskinan serta
memperkecil kesenjangan multidimensional.
c. Standar hidup

Beberapa indikator yang digunakan untuk mengukur dimensi standar hidup yaitu sanitasi, akses
listrik, sumber air minum bersih, jenis lantai rumah, bahan bakar utama memasak, dan kepemilikan
asset. Akses terhadap air layak dan sanitasi merupakan dimensi penting dari kesejahteraan rumah
tangga. Semakin baiknya kondisi pada dimensi ini menunjukkan bahwa lansia memiliki
kemampuan untuk memenuhi standar hidupnya.

2.3. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan studi literatur dan kajian teori, berikut hipotesis penelitian yang disusun dalam
penelitian ini diantaranya:

1. Determinan kemiskinan lansia akan berbeda antar klasifikasi kelompok umur lansia.
Karakteristik seperti pendidikan, kesehatan dan juga sosial budaya yang berbeda akan
menghasilkan kecenderungan determinan kemiskinan lansia yang berbeda juga.
2. Kemiskinan lansia kaitannya dengan gender akan menghasilkan determinan yang berbeda.
Lansia perempuan yang lebih rentan pada kemiskinan akan memiliki determinan
kemiskinan yang lebih intens daripada lansia laki-laki.
3. Dinamika determinan kemiskinan lansia dalam periode 20 tahun terakhir akan mengalami
perubahan. Perkembangan teknologi dan kemajuan pesat pembangunan diberbagai sektor
kehidupan akan berdampak pada signifikan tidak nya determinan tersebut dari waktu ke
waktu dalam mempengaruhi kemiskinan lansia.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1.Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan peelitian dengan basis teknik analisis penelitian kuantitatif dengan
tujuan untuk menganalisis kausalitas atau pengaruh antara variabel ekonomi, dan sosial budaya
terhadap kemiskinan multidimensi lansia dan memihat dinamika determinan variabel tersebut
dalam periode 20 tahun terakhir. Kemiskinan multidimensi diukur dengan mengacu 3 dimensi
kehidupan yaitu pendidikan, kesehatan, dan standar kualitas hidup. Variabel dependen dan
independen dalam penelitian ini menggunakan data Susenas tahun 2000 sampai dengan 2020.
Tahapan penelitian dimulai dengan pengumpulan berbagai bahan bacaan atau referensi terkait
topik penelitian. Selanjutnya tahapan memasuki proses pengumpulan data yang diperlukan
dan kemudian akan dilakukan pengolahan data. Dalam tahapan pengolahan, data sekunder
yang telah dikumpulkan akan diolah dengan tahapan sebagai berikut:

1. Raw data yang diperoleh akan diolah menggunakan R menjadi angka/persentase rumah
tangga miskin multidimensi lansia di Indonesia.
2. Angka/persentase karakteristik yang didapat akan diinterprestasikan (analisis deskriptif)
dan akan dilakukan dialog teoritik.
3. Selanjutnya dilakukan pengujian untuk menjawab hipotesis penelitian dengan
menggunakan analisis regresi logistik biner menggunakan R untuk melihat apakah
variabel wilayah tempat tinggal, jenis kelamin lansia, status migrasi lansia, Jumlah
lansia, dan lapangan usaha lansia, berpengaruh terhadap status kemiskinan multidimensi
rumah tangga lansia
4. Tahapan berikutnya adalah mengolah data panel determinan kemiskinan lansia dari
2000 sampai dengan 2020 untuk mengetahui detemninan-determinan apa saja yang
memperngaruhi kemiskinan lansia dari waktu e waktu.
5. Pada tahap terakhir akan dilakukan dialog teoritik kembali terkait hasil pengolahan
tersebut untuk memperkaya hasil analisis, kemudian proses selanjutnya adalah
menuliskan keseluruhan hasil serta menyempurnakannya sehingga menjadi sebuah
karya ilmiah berupa tesis.

3.2. Sumber Data

Data merupakan komponen paling esensial yang dibutuhkan dalam suatu penelitian. Definisi
data adalah sekumpulan informasi yang akan ditelaah untuk menyelesaikan rumusan masalah
yang ada. Menurut Supranto (2000) data dapat berfungsi untuk memberikan gambaran tentang
suatu keadaan atau permasalahan yang menjadi objek penelitian. Selain itu data kuantitatif
adalah fakta yang direpresentasikan dalam bentuk angka (Soejoeti, 1985). Penelitian ini
menggunakan data sekunder hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2000
sampai dengan 2020 yang dikumpulkan oleh BPS.

Susenas pertama kali dilaksanakan pada tahun 1963. Pengumpulan data Susenas dibagi
menjadi Kor (dilaksanakan tiap tahun) dan Modul (3 tahun sekali). Susenas Modul terdiri dari
tiga jenis modul, yaitu (Modul Konsumsi/Pengeluaran Rumah Tangga; Modul Sosial, Budaya
dan Pendidikan; serta Modul Perumahan dan Kesehatan) yang pelaksanaannya dilakukan
secara bergantian. Mulai tahun 2011 pengumpulan data Susenas Kor dan Modul Konsumsi
atau pengeluaran rumah tangga dilakukan secara triwulanan, pada bulan Maret, Juni,
September, dan Desember. Oleh karena itu, Susenas Modul terdiri dari Modul Pendidikan dan
Sosial Budaya, Modul Kesehatan dan Perumahan, dan Modul Ketahanan Sosial yang
pelaksanaannya dilakukan secera bergantian. Mulai tahun 2015, Susenas dilaksanakan 2 (dua)
kali dalam setahun, yaitu pada bulan Maret dan September (Sirusa, 2018).

3.3. Definisi Operasional Penelitian

Penelitian ini menggunakan variabel yang berasal dari data Susenas sehingga konsep dan
definisi operasional merujuk pada Buku Konsep dan Definisi Susenas yang diterbitkan oleh
BPS. Dimensi, titik potong, dan pembobot yang digunakan untuk membentuk indeks
kemiskinan multidimensi dalam penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan Alkire
dan Foster dengan modifikasi pada beberapa indikator dan titik potong serta
mempertimbangkan ketersediaan data dalam Susenas. Pada dimensi pendidikan menggunakan
indikator yaitu lama sekolah. Pada dimensi standar hidup indikator yang digunakan adalah
akses listrik, luas lantai per kapita, bahan utama lantai rumah, sanitasi, sumber air minum
bersih dan status kepemilikan rumah.

3.3.1. Variabel Terikat

Variabel terikat atau variabe Y yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah kemiskinan
pada lansia. Pengkategorian kemiskinan akan mengacu pada konsep pengeluaran seperti yang
digunakan oleh BPS. Lansia dikategorikan miskin jika termasuk dalam kelompok dengan
pengeluaran 30 persen terbawah. Adapun untuk lansia yang berada pada 40 persen pengeluaran
menengah masuk dalam kategori rawan miskin.

Variabel kemiskinan lansia ini kemudian akan dilihat dalam satuan level yang berbeda, mulai
dari individu, rumah tangga dan juga institusi sosial diatasnya seperti wilayah perdesaan dan
perkotaan. Analisis yang dilakukan menggunakan beberapa level ini dilakukan untuk
mengetahui bagaimana pengaruh hubungan sosial budaya dengan kemiskinan lansia pada
berbagai leve;.

3.3.2. Variabel Bebas

Variabel bebas atau variabel X yang digunakan merupakan variabel yang terdapat dalam
pertanyaan kuesioner Susenas. Beberapa variabel bebas yang digunakan diantaranya:

Variabel Bebas (X)


Jenis kelamin jk Jenis kelamin KRT 1. Perempuan
KRT 0. Laki-laki
Not sociable unsoc Status sociable (suka 1. Ya
bergaul) rumah tangga 0. Tidak
Pengeluaran exp Pengeluaran perkapita 1. < 1000.000
lansia 0. > 1000.000
Pendidikan edu Rata-rata Lamanya 1. <9 tahun
waktu sekolah 0. > 9 tahun
Jumlah ART size Jumlah anggota rumah 1. <4 orang
tangga 0. ≥4 orang
Wilayah wil Wilyah tempat tinggal 1. Perdesaan
0. Perkotaan

3.3.3. Variabel Kontrol

Variabel kontrol yang digunakan dalam penelitian ini adalah lama pendidikan yang ditempuh
Kepala Rumah Tangga (KRT), jenis kelamin KRT, tempat tinggal dan jumlah anggota rumah
tangga.

1. Rumah tangga adalah seseorang atau sekelompok orang yang mendiami sebagian atau
seluruh bangunan dan biasanya tinggal bersama serta makan dari satu dapur. Makan dari
satu dapur maksudnya adalah jika pengurusan kebutuhan seluruh anggota rumah tangga
dikelola bersama.
2. Kepala rumah tangga (KRT) adalah seorang dari sekelompok anggota rumah tangga yang
bertanggung jawab atas kebutuhan sehari-hari rumah tangga atau orang yang
dianggap/ditunjuk sebagai KRT.
3. Jenis kelamin dibedakan menjadi laki-laki dan perempuan.
4. Lama sekolah kepala rumah tangga dalam penelitian ini, mengacu pada berapa lama (tahun)
pendidikan yang ditempuh oleh kepala rumah tangga.
5. Tempat tinggal rumah tangga dibedakan berdasarkan wilayah perkotaan dan pedesaan
6. Jumlah Anggota Rumah Tangga (ART) adalah jumlah orang yang menjadi anggota rumah
tangga termasuk kepala rumah tangga

3.4.Metode Analisis

Metode Analisis yag digunakan ada dua yaitu metode analisis deskriptif dan metode analisis
inferensia. Pengkombinasian kedua metide tersebut dilakukan untuk memperkaya analisis dan
mempertajam analisis sehingga bisa menjawab semua tujuan penelitian

3.4.1. Analisis Deskfiprif

Analisis statistik deskriptif merupakan metode analisis sederhana yang bertujuan untuk
menggambarkan karakter suatu variabel, kelompok atau fenomena sosial yang terjadi di
masyarakat (Martono, 2012). Analisis deskriptif dapat ditampilkan dengan frekuensi, distribusi
persentase, ataupun tabel silang (cross tabulation). Analisis statistik deskriptif dapat digunakan
untuk mempermudah penafsiran dan penjelasan dengan cara menganalisis tabel, grafik,
diagram, atau peta. Pada penelitian ini, analisis deskriptif digunakan untuk memberikan
gambaran umum karakteristik lansia di Indonesia dan dinamika nya selama dua puluh tahun
terakhir.

Pada analisis deskriptif juga dilakukan analisis bivariat menggunakan tabel silang antara status
kemiskinan multidimensi rumah tangga dengan variabel-variabel bebas yaitu jenis kelamin
KRT, pendidikan, pengeluaran, jumlah ART, dan kewilayahan.

3.4.2. Analisis Inferensia

Definisi analisis inferensia yaitu serangkaian teknik untuk mengkaji, menaksir, dan mengambil
kesimpulan berdasarkan data sampel yang dipilih secara acak dari seluruh populasi, sehingga
dalam analisis ini dapat ditarik kesimpulan/generalisir (Harlan, 2004). Ssifat datanya dapat
mencerminkan dalam berbagai skala nilai, yaitu nominal, ordinal, interval dan rasio (Yunus,
2016). Analisis inferensia yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi logistik
multinomial (model logit politomus). Model regresi ini digunakan untuk menganalisis
pengaruh satu atau lebih variabel bebas kontinu atau kategorik terhadap variabel tidak bebas/
terikat berupa data kualitatif. berbentuk multinomial (lebih dari dua kategori). Atau regresi
yang digunakan untuk data prediktor-respons dengan respons kategorik nominal non-biner
(Harlan, 2018).

Analisis statistik inferensia dilakukan untuk menjawab tujuan penelitian kedua. Penentuan
status miskin multidimensi pada lansia untuk level yang berbeda dilakukan dengan metode
Alkire Foster. Setelah dapat diklasifikasikan rumah tangga yang miskin atau tidak dengan
pendekatan multidimensi, selanjutnya mencari tahu faktor-faktor apa saja yang berpengaruh
terhadap kemiskinan multidimensi dengan menggunakan regresi logistik.

Analisis statistik inferensial yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji independensi dan
regresi logistik. Uji independensi (asosiasi) digunakan untuk melihat keterkaitan antar variabel
bebas dengan variabel terikat menggunakan uji chi square. Regresi logistik digunakan untuk
menjawab pertanyaan penelitian kedua yaitu mengetahui pengaruh dan kecenderungan
karakteristik yang berpengaruh pada kemiskinan lansia dari waktu kewaktu.

Untuk menjawab tujuan ketiga tentang dinamika determinan kemiskinan lansia di Indonesia
digunakan teknik pengolahan data panel time series. Penggunaan teknik ini bertujuan untuk
melihat perubahan posisi antara satu dengan variabel bebas lain dari waktu ke waktu.
Perrubahan ini bisa dijadikan dasar untuk mengetahui lebih jauh tentang karakter kemiskinan
lansia dan kerentanannya.

3.5. Jadwal Penelitian

Januari Februari Maret April Mei


NO Uraian
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pengajuan
Proposal
2 Pengumpulan
Data
3 Pengolahan
Data
4 Analisis
5 Penulisan
Tesis
Daftar Pustaka

Alkire, S., & Foster, J. 2007. Counting and Multidimensional Poverty Measurement. OPHI
Working Paper No.7 December 2007 (Revised May 2008).

Alkire, S., & Foster, J. 2009. Counting and Multidimensional Poverty Measurement. OPHI
Working Paper No. 32.

Badan Pusat Statistik. 2018. Indikator Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Jakarta: Badan Pusat
Statistik.

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, 2019. Transisi Demografi dan Epidemiologi


Permintaan Layanan Kesehatan di Indonesia. Jakarta: Direktorat Kesehatan dan
Gizi Masyarakat Bappenas RI
Bloom, David et all, 2011. Social Protection of Older People. Boston: School of Public Health
Harvard T.H. Chan
Budi-Darmajo, R; Hadi Martono, Haji; Budi-Darmajo, R. (1999). Geriatri : (ilmu kesehatan usia
lanjut) : editor, R. Boedhi-Darmojo, H. Hadi Martono. Jakarta :: Balai Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,.

Buniadi, Pandu & Mustofa. (2018). Kemiskinan Multidimensi Kota Yogyakarta. Yogyakarta:
Universitas Negeri Yogyakarta

Esmara, H. (1986). Perencanaan dan Pembangunan di Indonesia. Jakarta: Gramedia

ILO. 2014. Social Protection for older peersons: Key policy trends and statistics. Switzerland:
International Labor Organization
Indriani, Lestari, Setiyono. (2018). Analisis Kemiskinan Multidimensi di Provinsi Jawa Tengah
2011-2013. Jakarta : Sekolah Tinggi Ilmu Statistik

Kurniawidi, Andrian Septi. 2020. Kemiskinan Multidimensional Sektor Informal di Provinsi


Lampung Tahun 2018: Pendekatan Analisis Multilevel. [Tesis]. Yogyakarta:
Universitas Gadjah Mada.
Manuaba, IM Pidada, IBG Yudha Triguna, dan IGB Wirawan. 2019. Cultural Poverty within the
Life of Hindu Poor People in Karangasem Regency. International Journal of
Interreligious and Intercultural Studies (IJIIS).

Prakarsa. 2019. Kemiskinan Multidimensi Papua Paling Parah. Diakses melalui


https://tirto.id/prakarsa-kemiskinan-multidimensi-di-Papua-paling-parah-dlVt
pada tanggal 10 September 2020.

Renuga.N et all . 2016. The Impact Of An Ageing Population On Economic Growth: An


Exploratory Review Of The Main Mechanisms. Lisbon: Instituto Ciências Sociais
da Universidad de Lisboa
Sirusa. (2018). Survei Sosial Ekonomi Nasional Kor 2018. Jakarta: BPS. Diakses dari
https://sirusa.bps.go.id/sirusa/index.php/dasar/pdf?kd=1558&th=2018 pada
tanggal 28 Maret 2021.

Setyo, Ayu & Lilik Sugiharti. (2016). Faktor-Faktor Kemiskinan di Indonesia:Analisis Rumah
Tangga. Surabaya: Universitas Airlangga

Syapan dkk, (2020). Kemiskinan Multidimensi Dalam Percepatan Pencapaiam SDGs di Riau.
Pekan Baru: Universitas Riau

Todaro, M. P., & Stilkind, J. (1981). City Bias and Rural Neglect: The Dilemma of Urban
Development (Vol. 4). Population Council.

World Bank, 2020. Berinvertasi Pada Manusia: Perlindungan Sosial untuk Visi Indonesia 2045.
Jakarta: World Bank Indonesia
World Bank Group. (2006). Era Baru dalam Pengentasan Kemiskinan di Indonesia (Ikhtisar).
World Bank. Yunus, H. S. (2016). Metodologi Penelitian Wilayah Kontemporer.
Pustaka Pelajar.

Zuhdiyaty, Noor & David Kaluge. (2017). Analisis Faktor Faktor Yang
Mempengaruhi Kemiskinan di Indonesia Selama Lima Tahun
Terakhir (Studi Kasus Pada 33 Provinsi). Malang: Universitas
Brawijawa
Zukma, Armelia dkk. (2013). Dinamika Kemiskinan dan Pengaruh Kerentanan
Kemiskinan Dalam Upaya Melindungi Anak-Anak Dari Dampak
Kemiskinan (Studi Kasus pada Rumah Tangga Pulau Jawa 2008-
2010). Jakarta: SMERU Institute

Giyarsih S.R. 2010. Pola Spasial Transformasi Wilayah di Koridor Yogyakarta-Surakarta. Forum
Geografi 24 (1) : 28-38

Giyarsih S.R., Abdi. Z., Ma’mun. S., Hasanati. S., Sitohang. L.L., & Junaidi, I.A. 2011. Analisis
Karakteristik Sosial Ekonomi dan Sinergisme Kelembagaan Sebagai Bentuk
Pengelolaan DAS Terpadu. Potensi dan Permasalahan Lingkungan di Daerah
Aliran Sungai (DAS) dan Wilayah Pesisir. Badan Penerbit Fakultas Geografi UGM,
Yogyakarta

Giyarsih S.R., & Dalimunthe. S.A. 2012. Surviving the Bantul Earthquake: Perspective from
Livelihood Aspecte. Community Approach to Disaster. Gadjah Mada University
Press.

Giyarsih S.R. 2012. Sinergisme Spasial dan Sinergisme Fungsional Sebagai Bagian Penting
Untuk Kerjasama Antar Daerah di Koridor Antar Kota. Prosiding Seminar
Nasional Informasi Geospasial Untuk Kajian Kebencanaan Dalam Pelaksanaan
Pembangunan Berkelanjutan dan Pengembangan Kecerdasan Spasial Masyarakat
di Surakarta 22 Maret 2012 : 222-232.

Giyarsih S.R. 2012. Pola Spasial Kepadatan Unit Aktivitas Sektor Informal di Ruang Publik
Perkotaan di Kota Yogyakart. Prosiding Seminar Nasional Informasi Geospasial
Untuk Kajian Kebencanaan Dalam Pelaksanaan Pembangunan Berkelanjutan dan
Pengembangan Kecerdasan Spasial Masyarakat di Surakarta 22 Maret 2012 : 233-
239.

Giyarsih S.R. 2012. Koridor Antar Kota Sebagai Penentu Sinergisme Spasial, Kajian Geografi
Yang Semakin Penting. Jurnal Tata Loka 14 (2): 90-97.

Giyarsih S.R. 2012. Dampak Transformasi Wilayah Terhadap Kondisi Kultural


Penduduk,Tinjauan Perspektif Geografis. Forum Geografi 26 (2) :120-131
Giyarsih S.R. (2012). Strategi Penghidupan Korban Bencana Merapi di Tempat Hunian
Sementara di Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman. Merapi Dalam Kajian
Multidisiplin, Badan Penerbit Sekolah Pascasarjana UGM : 155-168

Arsanti. V.A., & Giyarsih S.R. 2012. Pengelolaan Sampah oleh Masyarakat Perkotaan di Kota
Yogyakarta. Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan 4 (1): 55-66.

Akuntomo. P., Suprodjo. S.W., & Giyarsih S.R. 2012. Tingkat Partisipasi Masyarakat Dalam
Kegiatan Sosial Budaya Berbasis Konsep Tri Hita Karana di Lingkungan
Permukiman Perkotaan di Perumnas Monang Maning Kota Denpasar. Jurnal
Pembangunan Wilayah dan Kota 8 (1): 95-104.

Ridwan. U.H., & Giyarsih S.R. 2012. Kualitas Lingkungan Permukiman Masyarakat Suku Bajo
di Daerah Yang Berkarakter Pinggiran Kota dan Daerah Berkarakter Perdesaan di
Kabupaten Muna. Jurnal Pembangunan Wilayah dan Kota 8 (2):118-125

Purwaningsih. E., & Giyarsih S.R. 2012. Penyesuaian Diri Penghuni Rumah Susun Terhadap
Lingkungan Tempat Tinggal, Kasus Penghuni Rumah Susun Cokrodirjan
Yogyakarta. Prosiding Seminar Nasional tentang Green Urban Policy, di Semarang
4 September 2012: 227-239

Akuntomo. P., Suratman., & Giyarsih S.R. 2012. The Application of Tri Hita Karana Concept in
the Environment of Perumnas (Public Settlement) Monang Maning in Denpasar
Bali Based on the Cultural Component of Environment. Proceeding of
International Conference on Sustainable Built Environment di Yogyakarta tanggal
10-12 Juli 2012: 393-400

Ma’mun S., Giyarsih S.R.,, & Marfai. M.A. 2012. Participation of Coastal Communities in
Mangrove Forests Conservation in Pasekan Sub District Indramayu District.
Prceeding of International Conference on Sustainable Built Environment di
Yogyakarta tanggal 10-12 Juli 2012: 546-554.

Akuntomo P., Suratman, & Giyarsih. S.R. 2012. Persepsi Masyarakat Terhadap Konsep Tri Hita
Karana di Lingkungan Perumnas Monag Maning Kota Denpasar Provinsi Bali.
Prosiding Seminar Nasional Informasi Geospasial Untuk Kajian Kebencanaan
Dalam Pelaksanaan Pembangunan Berkelanjutan dan Pengembangan Kecerdasan
Spasial Masyarakat, Surakarta 22 Maret 2012 : 208-214.

Giyarsih S.R. 2012. Sinergisme Spasial dan Sinergisme Fungsional Sebagai Bagian Penting
Untuk Kerjasama Antar Daerah di Koridor Antar Kota. Prosiding Seminar
Nasional Informasi Geospasial Untuk Kajian Kebencanaan Dalam Pelaksanaan
Pembangunan Berkelanjutan dan Pengembangan Kecerdasan Spasial Masyarakat
di Surakarta 22 Maret 2012 : 222-232.

Giyarsih S.R. 2012. Pola Spasial Kepadatan Unit Aktivitas Sektor Informal di Ruang Publik
Perkotaan di Kota Yogyakart. Prosiding Seminar Nasional Informasi Geospasial
Untuk Kajian Kebencanaan Dalam Pelaksanaan Pembangunan Berkelanjutan dan
Pengembangan Kecerdasan Spasial Masyarakat di Surakarta 22 Maret 2012 : 233-
239.

Giyarsih S.R. 2012. Koridor Antar Kota Sebagai Penentu Sinergisme Spasial, Kajian Geografi
Yang Semakin Penting. Jurnal Tata Loka 14 (2) : 90-97.

Giyarsih S.R. 2012. Dampak Transformasi Wilayah Terhadap Kondisi Kultural


Penduduk,Tinjauan Perspektif Geografis. Forum Geografi 26 (2) :120-131

Giyarsih S.R. 2012. Strategi Penghidupan Korban Bencana Merapi di Tempat Hunian Sementara
di Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman. Merapi Dalam Kajian
Multidisiplin, Badan Penerbit Sekolah Pascasarjana UGM : 155-168

Giyarsih S.R. & Alfana M.A.F. 2013. The Role of Urban Area as the Determinant Factor of
Population Growth. Indonesian Journal of Geography 45(1): 25-36

Giyarsih S.R., & Alfana. M.A. F. 2013. Livelihood Strategies of Informal Sector in Urban Area
(Particular Reference from Angkringan Merchant in Yogyakarta City. Proceeding
of Internatonal Seminar, Utilizaion of Geospatial Information to Raise
Environmental Awareness in Realizing the Nation Character, di Surakarta 3th-4th
November 2012 : 321-327
Giyarsih S.R., & Dalimunthe S.A. 2013. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas
Permukiman Pasca Gempa Bumi di Kecamatan Pleret Kabupaten Bantul. Jurnal
Tataloka 15 (1) : 28-38

Giyarsih S.R.,Listyaningsih U., & Sarmita. I.M. 2013. Pedagang Angkringan Sebagai Entitas
Ekonomi di Kota Yogyakarta : Pelarian atau Menjanjikan?.Jurnal Patrawidya 14
(2) : 211-230

Giyarsih S.R., U.Listyaningsih., & S.R. Budiani. 2013. Aspek Sosial Banjir Lahar., Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.

Tuloli. Y., Yunus H.S., & Giyarsih S.R. 2013. Proses Perubahan Spasial Kota Gorontalo,
Konversi Lahan Pertanian Menjadi Lahan Terbangun. Prosiding Pertemuan Ilmiah
Tahunan XVI Ikatan Geograf Indonesia, Banjarmasin 2-3 November 2013 : 478-
484

Sarwadi A., Giyarsih S.R., & Pramono R.W.D. 2013. Kajian Perluasan Sifat Fisik Kekotaan Kota
Yogyakarta di Kawasan Hinterland, Studi Kasus Kawasan Sekitar Kampus
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan
XVI Ikatan Geograf Indonesia, Banjarmasin 2-3 November 2013 : 503-514

Christiawan P.I., Yunus H.S., & Giyarsih S.R. 2014. The Spatial Patterns of the Carrying
Capacity of Road in Singaraja City, Bali. KKU International Journal of
Humanities and Social Sciences : 15-23

Saputra I.A., Giyarsih S.R., & Marwasta D. 2014. Faktor Pengaruh Transformasi Wilayah di
Kabupaten Klaten. Prosiding Mega Seminar Nasional, Geografi Untukmu Negeri,
di Yogyakarta 5 Mei 2014 : 91-102

Harini R., Giyarsih S.R., Ariani R.D., & Darusasi R. 2014. Community Adaptation Model of
Food Security Due to Global Warming in Kulon Progo. Proceeding of The 6th
International Graduate Students and Scholars’ Conference in Indonesia,
Yogyakarta November 19-20, 2014: 305-320.
Giyarsih S.R. 2014. The Role of Yogyakarta and Surakarta Cities in the Intensity of the Regional
Transformation of Two Villages Located in the Yogyakarta-Surakarta Corridor.
Romanian Review of Regional Studies X (1): 15-22.

Giyarsih S.R. 2015. Kegiatan Digitalisasi Data Kependudukan Berdasarkan Registrasi Penduduk
di Desa Sentolo Kecamatan Sentolo Kabupaten Kulonprog. Jurnal Pengabdian
Kepada Masyarakat 1(1) : 63-66

Ramdani D., Giyarsih S.R., & Ariani I. 2015. Peran Pemuda Sarjana Penggerak Pembangunan di
Pedesaan (PSP-3) Terhadap Kemandirian Wirausaha Pemuda Dalam Mendukung
Ketahanan Ekonomi Wilayah di Kecamatan Dlingo Kabupaten Bantul.
Pengembangan Iptek Berbasis Multikultural dan Kearifan Lokal Sebagai Fondasi
Kemandirian dan Kedaulatan Bangsa. Badan Penerbit Sekolah Pascasarjana
UGM : 1-20.

Tajuddin, L., Rijanta R., Yunus H.S., & Giyarsih S.R. 2015. Migrasi Internasional : Perilaku
Pekerja Migran di Malaysia dan Perempuan Ditinggal Migrasi di Lombok Timur.
Jurnal Kawistara 5 (3) : 310-321.

Sriartha, I.P., Suratman., & Giyarsih S.R. 2015. Spatial Zonation Model of Local Irrigation
System Sustainability (A Case of Subak System in Bali). Indonesian Journal of
Geography 47(2): 142-150

Sriartha, I.P., & Giyarsih S.R. 2015. The Effect of Regional Development on The Sustainability
of Local Irrigation System (A Case of Subak System in Badung Regency, Bali
Province). Forum Geografi 29 : 31-40.

Giyarsih S.R., & Fauzi N. 2016. Factors That Affect Urban Sprawl Symptoms in Sub Urban
Areas of Yogyakarta. Proceeding of The 8th International Graduate Students and
Scholars’ Conference in Indonesia (IGSSCI, Yogyakarta 26-27 October 2016: 314-
329.

Anjarsariningtyas, R., Laksmiasri W., Pratiwi A.A., & Giyarsih S.R. 2016. Food Security in
Urban Sprwal Effected Area : Case Study in Sub Districts on The Outskirts of
Yogyakarta City. Proceeding of The 13th International Asian Urbanization
Conference, di Yogyakarta, January 6-8, 2016 : 713-718

Harini, R., Rahayu E., Sarastika T., & Giyarsih S.R. 2016. Adaptation Strategy of Communities
Facing Coastal Hazard in Demak Coastal Area. Proceeding of The 8th International
Graduate Students and Scholars’ Conference in Indonesia (IGSSCI, 26-27 October
2016: 314-329

Alviawati, E., Rijanta R., & Giyarsih S.R. 2016. Household Livelihood Strategies of Dairy Cattle
Farmers in Kepuharjo Village, Pre and Post 2010 Merapi Volcano Eruption.
Romanian Review of Regional Studies XI (1): 91-98.

Abadi, R., Ritohardoyo S., & Giyarsih S.R. 2016. Persepsi dan Motivasi Masyarakat Lokal
Terhadap Program Transmigrasi Pasca Konflik di Kabupaten Aceh Barat Provinsi
Aceh. Jurnal Kawistara 6 (2) : 188-197

Shofa. M A., Riyono B., & Giyarsih S.R. 2016. Peran Pemuda Dalam Pendampingan Mahasiswa
Difabel dan Implikasinya Terhadap Ketahanan Pribadi Pemuda (Studi di Pusat
Layanan Difabel (PLD) UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta). Jurnal Ketahanan
Nasional 22 (2) : 199-216

Hatam, R., Rijanta R, Yunus H.S., & Giyarsih S.R. 2016. Transformation of Land Use in Kota
Utara Subdistrict Kotamobagu City From 2000-2013. International
Multidisciplinary e-Journal (An International Peer Reviewed, Refereed Journal)
5(9): 31-38

Setyono, J.S. Yunus H.S., & Giyarsih S.R. 2016. Spatial Pattern of Urbanization and Small Cities
Development in Central Java : A Case Study of Semarang-Yogyakarta-Surakarta
Region. Journal of Geomatic and Planning. 3(1): 53-66

Putri, R.F., Wibirama S., Sukamdi., & Giyarsih S.R. 2017. Sand Dune Conservation Assessment
in Coastal Area Usng Alos Palsar DlnSAR Technique. Journal of Urban and
Environmental Engineering 11(1) : 9-29

Sriartha, I.P., & Giyarsih S.R. 2017. Subak Edurance in Facing External Development in South
Bali, Indonesia. International Research Journal of Management, IT & Social
Sciences (IRJMIS) 4 (4) : 20-30, http://ijcu.us/online/journal/index.php/irjmis, DOI
http://dx.doi.org/10. 21744/irjmis.v4i4.494

Setyono, J.S., Yunus H.S., & Giyarsih S.R. 2017. Pengelolaan Kota-Kota Kecil di Jawa Tengah
: Studi Kasus Pada Empat Kota Kecil di Wilayah Joglosemar. Jurrnal Tataloka 19
(2): 142-162. http://www.ejournal2.undip.ac.id/index.php/tataloka

Murwani, P., Rijanta R., Giyarsih S.R., & Khakim N. 2017. Circular Mobility of Migrants in
Small Islands: A Case Study of Migrantsin Lease Islands to Ambon City.
International Multidisciplinary e-Journal (An International Peer Reviewed,
Refereed Journal), 6 (7) : 37-45; ISSN: 2277-4262,
http://www.shreeprakashan.com/Documents/20170726093943437.5.%20Prapti%
20Murwani.pdf

Arif, D.A., Mardiatno D., & Giyarsih S.R. 2017. Kerentanan Masyarakat Perkotaan Terhadap
Bahaya Banjir Di Kelurahan Legok Kecamatan Telanipura Kota Jambi. Majalah
Geografi Indonesa 31 (1) : 1-11

Giyarsih S.R.,& Marfai, M.A. 2017. Regional Transformation in Semarang City, Indonesia.
Journal of Urban and Regional Analysis IX (2) : 129-139

Giyarsih S.R. 2017. Regional Management of Areas with Indications of Urban Sprawl in the
Surrounding Areas of Universitas Muhamadiyah Yogyakarta, Indonesia.
Indonesian Journal of Geography 49 (1) : 35-41, DOI
https://dx.doi.org/10.22146/ijg2323

Putra M., Giyarsih S.R., & Kurniawan A. 2017. Sektor Unggulan dan Interaksi Antar Wilayah
Pada Kawasan Strategis Nasional Perkotaan MEBIDANGRO. Jurnal Wilayah dan
Lingkungan 5 (3) : 181-187

Giyarsih S.R., & Marfai M.A. 2018. The Perception of Stakeholders on Regional Transformation
on the Outskirts of Yogyakarta City, Indonesia. Geojournal 83 : 983-991

Putri R.F., Wibirama S., Sukamdi., & Giyarsih S.R. 2018. Population Condition Analysis of
Jakarta Land Deformation Area. IOP Conf. Series : Earth and Environmental
Science 148 (2018)012007 doi : 10.1088/1755-1315/148/1/012007. ICERM 2017
IOP Publishing.

Putri R.F., Wibirama S., Giyarsih S.R., Pradana A., & Kusmiati Y. 2018. Landuse Change
Monitoring and Population Density Analysisi of Penjaringan, Cengkareng, and
Cakung Urban Area in Jakarta Province. Paper Presented in the International
Conference on Science and Technology (ICST 2018) held on 7-8 August 2018 in
Yogyakarta, Indonesia, organied by Universitas Gadjah Mada

Kaho H.E.D.P.R., & Giyarsih S.R. 2018. Kualitas Permukiman di Basin Wonosari dan Perbukitan
Karst Gunungsewu di Kabupaten Gunungkidul. Majalah Geografi Indonesia 32 (1)
:68-76

Choirunnisa A.K., & Giyarsih S.R. 2018. The Socioeconomic Vulnerability of Coastal
Communities to Abrasion in Samas, Bantul Regency, Indonesia. Quaestiones
Geographicae 37 (3) : 115-126

Setyawan A., Gunawan T.,Dibosaputra S,. & Giyarsih S.R. 2018. Jasa dan Etika Lingkungan
Untuk Pengendalian Air dan Banjir Sebagai Dasar Pengelolaan DAS Serang.
Jurnal Pembangunan Wilayah dan Kota Vol 14, No 4 : 241-251

Yetti A., Giyarsih S.R., & Pangaribowo E.H. 2018. Kajian Ketimpangan Wilayah di Kawasan
Subosukowonosatren Tahun 2001-2016. Kawistara 8 (3) : 288-295

Pradika M.I., Giyarsih S.R., & Hartono. 2018. Peran Pemuda Dalam Pengurangan Risiko
Bencana Dan Implikasinya Terhadap Ketahanan Wilayah Desa Kepuharjo,
Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal
Ketahanan Nasional 24 (2) :261-286

Nastiti F.N.,& Giyarsih S.R. 2019. Green Open Space in Urban Areas : A Case in the Government
Office of Boyolali, Indonesia. Regional Science Inquiry, XI (2) : 19-28

Fauziyah, C., Priyambodo, T.K. & Giyarsih S.R. 2019. Kontribusi PT. Telkom dalam
Pengembangan UMKM Perkotaan di Kota Yogyakarta. Majalah Geografi
Indonesia 33 (2) : 14-21
Shara, A. R. I. D., Listyaningsih. U.,& Giyarsih S.R. 2019. Analisis Sebaran Spasial Pengemis
di Kawasan Sanglah Denpasar. Media Komunikasi Geografi 20 (2) : 150-160.

Putri, R.F., Giyarsih S.R., Naufal, M., Dwiputra, D.S., Wibirama, S., Sumantyo, J.T.S. 2019. The
Impact of Population Pressure on Agricultural Land Toawrds Food Suffiency
(Case in West Kalimantan Province, Indonesia. IOP Conference Series : arth and
Environmental Science 256 (2019) 012050 doi 10.1088/1755-1315/256/1/012050

Saputra, W., Giyarsih S.R., & Pitoyo, A.J. 2019. Effects of Disruptive Innovation on the
Employment Status and Income of Migrants and Non Migrants Engaging in Online
Transportation, the City of Palembang. Proceeding of the International
Conferences on Information System and Technology (CONRIST) : 261-265

Alabshar, N., & Giyarsih S.R. 2020. Factors Infuencing the Prosperity of Migrants in Indonesia.
Solid State Technology 63 (3) : 4358-4372.

Saputra, W., Giyarsih S.R., & Pitoyo, A.J. 2020. Employment Status Transformation of Online
Transportation Workers at the City of Palembang in the Demographic Bonus Era.
Solid State Technology 63 (1) : 1390-1402

Saputra, W., Giyarsih S.R., & Pitoyo, A.J. 2020. Redefinition of the Employment Status and
Income Transformation of Online Transportation Workers in Palembang,
Indonesia. Solid State Technology 63 (3) : 4419-4433

Giyarsih S.R., & Harini, R. 2020. The Social and Demographic Characteristics of Vulnerable
Communities on the Outskirts of Yogyakarta City, Indonesia. Solid State
Technology 63 (3): 4373-4387

Giyarsih S.R., & Harini R. 2020. Roles of University Campuses in Building the Capacity of
Vulnerable Communities in Urban Fringe of Yogyakarta, Indonesia. Solid State
Technology 63 (3) : 4388-4401

Rahmawati, S.S., Sudrajat.,& Giyarsih, S.R. 2020. Analysis of Settlements along Abandoned
Railway Tracks in Majalaya Subdistric, Bandung Regency, Indonesia. Forum
Geografi 34 (1) : 51-65
Saputra, W., Giyarsih, S.R., & Pitoyo, A. J. 2020. Online Transportation Workers in Palembang
City : Context and Characteristics. IOP Conferences Earth and Environmental
Sciences 451 (2020) 012100, doi 10.1088/1755-1315/451/1/012100 : 1-8

Amri, I., & Giyarsih, S.R. 2020. Quantifying urban physical growth types in Banda Aceh City
after the 2004 Indian Ocean Tsunami. The 1st Geosciences and Environmental
Sciences Symposium (ICST 2020) E3S Web of Conferences 200 : 1-6.

Purwatiningsih, S.E., Sukamdi., & Giyarsih, S.R. 2020. Timor Leste Population on Internal
Migration, in the Analysis of Direction, Flow, Pathways, Boundaries, and
International Procedures. The 1st Geosciences and Environmental Sciences
Symposium (ICST 2020) E3S Web of Conferences 200 : 1-9

Purwatiningsih, S.E., Sukamdi., & Giyarsih, S.R. 2020. The Comparative Analysis of TL-SDI
Values, Within the Area of Administrative Posts in the Municipality of Oecusse.
The 1st Geosciences and Environmental Sciences Symposium (ICST 2020) E3S Web
of Conferences 200 : 1-10

Nuranisa., Mei. E.T.W., Giyarsih, S.R., Sukmaniar., Saputra, W.,& Putri, M.K. 2020.
Socioeconomic Vulnerability Level in the Demographic Bonus Era among Musi
Riverbanks Community, the City of Palembang. TEST Enginnering A Management
: 6493-6502

Shara, A. R I. D., Listyaningsih, U., & Giyarsih, S.R. 2020. Differences in the Spatial Distribution
and Characteristics of Urban Beggars : The Case of the Sanglah District in
Denpasar (Indonesia). Quaestiones Geographicae 39 (4) : 109-119

Amri, I., & Giyarsih, S.R. 2020. Monitoring Urban Physical Growth in Tsunami Affected Areas
: A Case Study of Banda Aceh City, Indonesia. Geojournal 85 (6)

Satriawan D., Pitoyo A.J., Giyarsih S.R. 2020. Cakupan Kesehatan Universal (UHC) Pekerja
Sektor Informal di Indonesia. Tata Loka 22 (4) : 556-572

Jannah R., Giyarsih S.R., & Marwasta . (2021. Feasibility of Determining Padukuhan Blotan As
Slum Settlement in Sleman Regency : Perspective From Community and Local
Government. Book Chapter Empowering Human Development Through Science and
Education : 177-186

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai