Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAHULUAN

DIABETES MILETUS

SUKMA NURHAYATI
NIM. 2302032323

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH LAMONGAN

2023
BAB 1

DIABETES MELITUS

1. KONSEP
KONSEP DASAR
DASAR DIABET
DIABETES
ES MELITU
MELITUS
S
A. DFINISI
Diabet
Diabetes
es berasa
berasall dari
dari bahasa
bahasa Yunani
Yunani yang
yang berart
berartii “mengal
“mengalir
irkan
kan atau
atau mengal
mengalihk
ihkan”
an”
( siphon). Mellitus berasal dari bahasa latin yang bermakna manis atau madu. Penyakit
diabetes
diabetes melitus dapat diartikan
diartikan individu
individu yang mengalirkan
mengalirkan volume urine yang banyak
dengan
dengan kadar
kadar glukos
glukosaa tinggi
tinggi.. Diabet
Diabetes
es melitu
melituss adalah
adalah penyaki
penyakitt hiperg
hiperglik
likemi
emiaa yang
yang
ditandai
ditandai dengan ketidakadaan
ketidakadaan absolute
absolute insulin
insulin atau penurunan
penurunan relative
relative insensitiv
insensitivitas
itas sel
terhadap insulin (Corwin, 2019).
Diabetes Melitus adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan
metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik
pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah, disertai lesi pada membran basalis dalam
pemeriksaan dengan mikroskop elektron (Mansjoer dkk, 2017)
Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2015, diabetes merupakan
suatu kelompok
kelompok panyakit
panyakit metabolic
metabolic dengan karakteristik
karakteristik hiperglikem
hiperglikemia
ia yang terjadi
terjadi
karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya.
kedu a-duanya.
Diabetes Mellitus adalah kelainan defisiensi dari insulin dan kehilangan toleransi
terhadap glukosa (Rab, 2018).
Diabetes Melitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh

kelainan
kelainan kadar
kadar glukos
glukosaa dalam
dalam darah
darah atau
atau hiperg
hiperglik
likemi
emiaa yang diseba
disebabkan
bkan defis
defisien
iensi
si
insulin atau akibat kerja insulin yang tidak adekuat (Smeltzer, S.C., 2015).

B. KLAS
KLASIF
IFIK
IKAS
ASII
Dokumen konsesus
konsesus tahun 1997 oleh American
American Diabetes
Diabetes Associati
Association’s
on’s Expert
Commit
Committee
tee on the Diagnos
Diagnosis
is and Classi
Classific
ficati
ation
on of Diabet
Diabetes
es Mel
Melitu
itus,
s, menjab
menjabark
arkan
an 4
kategori utama diabetes, yaitu (Corwin, 2019) :
1. Ti
Tipe
pe I : Insu
Insuli
lin
n Depen
Depende
dent
nt Di
Diab
abet
etes
es Meli
Melitu
tuss (I
(IDD
DDM)
M)// Di
Diab
abet
etes
es Meli
Melitu
tuss
tergantung insulin (DMTI)
Lima persen sampai sepuluh persen penderita diabetik adalah tipe I. Sel-
sel beta dari pankreas yang normalnya menghasilkan insulin dihancurkan oleh
proses autoimun. Diperlukan suntikan insulin untuk mengontrol kadar gula
darah. Awitannya mendadak biasanya terjadi sebelum usia 30 tahun.
2. Tipe II: Non
Non Insulin
Insulin Dependent Diabetes
Diabetes Melli
Mellitus
tus (NIDDM)/
(NIDDM)/ Diabetes
Diabetes Mellit
Mellitus
us
tak tergantung insulin (DMTTI)
Sembilan puluh persen sampai 95% penderita diabetik adalah tipe II.
Kondisi ini diakibatkan oleh penurunan sensitivitas terhadap insulin (resisten
insuli
insulin)
n) atau
atau akibat
akibat penurun
penurunan
an jumlah
jumlah pembent
pembentukan
ukan insuli
insulin.
n. Pengobat
Pengobatan
an
pertama adalah dengan diit dan olah Pengobatan pertama adalah dengan diit
dan olah raga,
raga, jika kenaikan
kenaikan kadar , jika kenaikan
kenaikan kadar glukos
glukosaa darah
darah
mene
meneta
tap,
p, supl
suplem
emen
en de
deng
ngan
an prep
prepar
arat
at hi
hipo
pogl
glik
ikem
emik
ik (s
(sun
unti
tika
kan
n in
insu
suli
lin
n
dibutuhkan, jika preparat oral tidak dapat mengontrol hiperglikemia). Terjadi

paling sering pada orang yang berusia lebih dari 30 tahun dan pada orang yang
obesitas.
3. DM ti
tipe lain
Karena kelainan genetik, penyakit pankreas (trauma pankreatik), obat,
infeksi, antibodi, sindroma penyakit lain, dan penyakit dengan karakteristik
gangguan endokrin.
4. Diabetes
Diabetes Kehamil
Kehamilan:
an: Gestasi
Gestasional
onal Diabetes
Diabetes Melitus
Melitus (GDM)
(GDM)
betes Kehamilan: Gestasional Diabetes Melitus (GDM) Diabetes yang terjadi
pada wanita hamil yang sebelumnya tidak mengidap diabetes.
C. ETIO
ETIOLO
LOGI
GI
1. Diabete
Diabetess Melitus
Melitus tergantu
tergantung
ng insuli
insulin
n (DMTI)
(DMTI)
a. Fa
Fakt
ktor
or gene
geneti
tik
k:
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi mewarisi suatu
presdisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya diabetes tipe I.
Kecenderungan genetik ini ditentukan
ditentukan pada individu yang memiliki
memiliki tipe
tipe antigen
antigen
HLA (Human Leucocyte Antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang
bertanggungjawab atas antigen tranplantasi dan proses imun lainnya.
b. Faktor imunologi :
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Ini merupakan
respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara
bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai
jaringan asing.

c. Fakt
Faktor
or ling
lingku
kung
ngan
an
Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel β pankreas, sebagai contoh hasil
penyelid hasil penyelidikan menyatakan bahwa virus ikan menyatakan bahwa
virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang dapat menimbulkan
destruksi sel β pancreas.
2. Diabete
Diabetess Melitus
Melitus tak terga
tergantu
ntung
ng insulin
insulin (DMT
(DMTTI)
TI)
a. Seca
Secara
ra pa
past
stii pe
peny
nyeb
ebab
ab da
dari
ri DM tipe
tipe II in
inii be
belu
lum
m di
dike
keta
tahu
huii fakt
faktor
or ge
gene
neti
tik
k
diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin
b. Diabetes Melitus tak tergantung insulin (DMTTI) penyakitnya mempunyai pola
famili
familiar
ar yang kuat.
kuat. DMTTI
DMTTI ditand
ditandai
ai dengan
dengan kelain
kelainan
an dalam
dalam sekres
sekresii insuli
insulin
n
maupun dalam kerja insulin. Pada awalnya tampak terdapat resistensi dari sel-sel
sasara
sasaran
n terhad
terhadap
ap kerja
kerja insuli
insulin.
n. Insuli
Insulin
n mula-m
mula-mula
ula mengik
mengikat
at diriny
dirinyaa kepada
kepada
reseptor-re
reseptor-reseptor
septor permukaan
permukaan sel tertentu,
tertentu, kemudian
kemudian terjadi
terjadi reaksi intras
intrasellul
elluler
er
yang mening
meningkat
katkan
kan trans
transpor
portt glukos
glukosaa menemb
menembus
us membra
membran
n sel.
sel. Pada pasien
pasien
dengan DMTTI terdapat kelainan dalam pengikatan insulin dengan reseptor. Hal
ini dapat disebabkan oleh berkurangnya jumlah tempat reseptor yang responsif
insuli
insulin
n pad
padaa membra
membran
n sel.
sel. Akibat
Akibatnya
nya ter
terjad
jadii penggabu
penggabunga
ngan
n abnorma
abnormall antara
antara

komple
komplek
k reseptor
reseptor insuli
insulin
n dengan
dengan system
system tr
trans
anspor
portt glukosa.
glukosa. Kadar
Kadar glukos
glukosaa
normal dapat dipertahankan dalam waktu yang cukup lama dan meningkatkan
sekres
sekresii insuli
insulin,
n, tetapi
tetapi pada
pada akhirny
akhirnyaa sekres
sekresii insuli
insulin
n yang beredar
beredar tet
tetapi
api pada
pada
ak
akh
hirnya sek
ekrresi insuli
ulin yang ber
ereedar tida
dak
k lagi memadai un
unttuk
mempertahankan euglikemia (Price, 1995 cit Indriastuti 2018). Diabet
Diabetes
es Melitus
tipe II disebut juga Diabetes Melitus tidak tergantung insulin (DMTTI) atau Non
Insulin Dependent Diabetes Melitus (NIDDM) yang merupakan suatu kelompok
heterogen
heterogen bentuk-bentuk
bentuk-bentuk Diabet
Diabetes
es yang lebih
lebih ringan, terutam
terutamaa dijumpai
dijumpai pada
orang dewasa, tetapi terkadang dapat timbul pada masa kanak-kanak.
c. Faktor risiko
risiko yang
yang berhubungan
berhubungan dengan
dengan proses
proses terjadin
terjadinya
ya DM tipe
tipe II, diantara
diantaranya
nya
adalah:
1) Usia (resist
(resistensi
ensi insulin
insulin cenderun
cenderung
g meningkat
meningkat pada usia
usia di atas 65 tahun)
tahun)
2) Obesitas
3) Riwa
Riwaya
yatt kelu
keluar
arga
ga

4) Kelo
Kelomp
mpok
ok et
etni
nik
k

D. PATO
PATOFIS
FISIO
IOLO
LOGI
GI
1. Diab
Diabet
etes
es tipe
tipe I
Pada diabetes tipe satu terdapat ketidakmampuan
ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin
karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh proses. autoimun.
autoimun. Hiperglikemi
puasa terjadi akibat produkasi glukosa yang tidak terukur oleh hati. Di samping itu
glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap
berada dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia posprandial (sesudah makan).
Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi maka ginjal tidak dapat menyerap
kembali semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya glukosa tersebut muncul
dalam urin
urin (glukosu
(glukosuria)
ria).. Ketika
Ketika glukosa
glukosa yang berlebihan
berlebihan di ekskresikan
ekskresikan ke dalam
dalam
urin, ekskresi
ekskresi ini akan disertai
disertai pengeluaran
pengeluaran cairan dan elektrolit
elektrolit yang berlebihan.
berlebihan.
Keadaa
Keadaan
n ini dinama
dinamakan
kan diures
diuresis
is osmoti
osmotik.
k. Seba
Sebagai
gai akibat
akibat dari
dari kehila
kehilangan
ngan cairan
cairan
berlebihan, pasien akan mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa
haus (polidipsia).
Defisiensi insulin juga akan menggangu metabolisme protein dan lemak yang

menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami peningkatan selera


makan (polifagia),
(polifagia), akibat menurunnya
menurunnya simpa
simpanan
nan kalori.
kalori. Gejala
Gejala lainnya
lainnya mencakup
mencakup
ke
kele
lela
laha
han
n da
dan
n ke
kele
lema
maha
han.
n. Dala
Dalam
m ke
kead
adaa
aan
n no
norm
rmal
al in
insu
suli
lin
n meng
mengen
enda
dali
lika
kan
n
glik
glikog
ogen
enol
olis
isis
is (pem
(pemec
ecah
ahan
an gluk
glukos
osaa ya
yang
ng di
disi
simp
mpan
an)) da
dan
n gl
gluk
ukon
oneo
eoge
gene
nesi
siss
(pembentukan glukosa baru dari dari asam-asam amino dan substansi lain), namun
pada penderita defisiensi insulin, proses ini akan terjadi tanpa hambatan dan lebih
lanjut akan turut menimbulkan
menimbulkan hiperglikemia. Disamping it
itu
u akan terjadi pemecahan
lemak yang mengakibatkan peningkatan produksi dan keton yang merupakan produk
samp
sampin
ing
g pe
peme
meca
caha
han
n le
lema
mak.
k. Bada
Badan
n keton
keton meru
merupa
paka
kan
n as
asam
am ya
yang
ng mengg
menggan
angu
gu
keseimbanga
keseimbangan
n asam basa tubuh apabila jumlahnya
jumlahnya berlebihan.
berlebihan. Ketoasidosi
Ketoasidosiss yang
diakibatkannya dapat menyebabkan tanda-tanda dan gejala seperti nyeri abdomen,
mual,
mual, muntah
muntah,, hiperv
hipervent
entila
ilasi,
si, nafas
nafas berbau
berbau aseton
aseton dan bil
bilaa tidak
tidak dit
ditanga
angani
ni akan
akan
menim
menimbul
bulkan
kan perubah
perubahan
an kesada
kesadaran
ran,, koma
koma bahkan
bahkan kemati
kematian.
an. Pem
Pember
berian
ian insuli
insulin
n
bersama cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan akan memperbaiki dengan cepat

kelainan metabolik
kelainan metabolik tersebut
tersebut dan mengatasi
mengatasi gejala
gejala hiperglikem
hiperglikemii serta
serta ketoasidosi
ketoasidosis.
s.
Diett dan latiha
Die latihan
n disert
disertai
ai pemant
pemantauan
auan kadar
kadar gula
gula darah
darah yang
yang sering
sering merupa
merupakan
kan
komponen terapi yang penting.

2. Diab
Diabet
etes
es tipe
tipe II
Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah utama yang berhubungan dengan
insulin
insulin yaitu
yaitu resistens
resistensii insulin
insulin dan
dan gangguan
gangguan sekresi
sekresi insuli
insulin.
n. Normalnya
Normalnya insuli
insulin
n
akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya
insulin dengan resptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme
gluko
glukosa
sa di da
dala
lam
m se
sel.
l. Resi
Resist
sten
ensi
si insu
insuli
lin
n pada
pada di
diabe
abete
tess ti
tipe
pe II di
dise
sert
rtai
ai de
deng
ngan
an
penurunan reaksi intrasel ini. Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk
menst
menstimu
imulas
lasii pengam
pengambil
bilan
an glukos
glukosaa oleh
oleh jar
jaring
ingan.
an. Untuk
Untuk mengat
mengatasi
asi iresis
iresisten
tensi
si
insuli
insulin
n dan untuk
untuk mencega
mencegah
h terbent
terbentukny
uknyaa glukos
glukosaa dalam
dalam darah,
darah, harus
harus ter
terdap
dapat
at
peningkatan jumlah insulin yang disekresikan. Pada penderita toleransi toleransi
glukosaa terganggu,
glukos terganggu, keadaan ini
ini terjadi
terjadi akibat
akibat sekres
sekresii insulin
insulin yang
yang berlebihan
berlebihan dan
kadar glukosa akan dipertahankan
dipertahankan pada tingkat
tingkat yang normal atau sedikit meningkat.
meningkat.
Namun demikian, jika sel-sel beta tidak mampu mengimbangi peningkatan

kebutuhan akan insulin, maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi di
diabetes
abetes tipe
II. Meskipun
Meskipun terjadi
terjadi gangguan sekresi insulin yang merupakan ciri khas DM tipe II,
na
namu
mun
n masi
masih
h te
terd
rdapa
apatt insu
insuli
lin
n denga
dengan
n ju
juml
mlah
ah ya
yang
ng ad
adek
ekuat
uat un
untu
tuk
k mence
mencega
gah
h
pemecahan lemak dan produksi badan keton yang menyertainya. Karena itu
ketoasidosis diabetik tidak terjadi pada diabetes tipe II. Meskipun demikian, diabetes
tipe
tipe II ya
yang
ng tida
tidak
k te
terk
rkon
ontr
trol
ol da
dapat
pat meni
menimb
mbul
ulka
kan
n masa
masala
lah
h akut
akut la
lain
inny
nyaa yang
yang
dinamakan sindrom hiperglikemik hiperosmoler nonketoik (HHNK).
Diabet
Diabetes
es tipe
tipe II paling
paling sering
sering terjadi
terjadi pada penderit
penderitaa diabet
diabetes
es yang
yang berusi
berusiaa
berusia lebih dari 30 tahun dan obesitas. Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung
lambat (selama bertahun-tahun) dan progresif, maka awitan diabetes tipe II dapat
berjalan tanpa terdeteksi. Jika gejalanya dialami pasien, gejala tersebut sering
bersifat ringan dan dapat mencakup kelelahan, iritabilitas, poliuria, polidipsi, luka
pada kulit yang lama sembuh-sembuh, infeksi vagina atau pandangan yang kabur
(jika kadar glukosanya sangat tinggi).
E. PATWAY
F. MANIF
MANIFES
ESTA
TASI
SI KLIN
KLINIS
IS

Manifestasi klinis yang sering dijumpai pada pasien DM menurut Wijaya & Yessie
(2013) yaitu:

a. Poliur
Poliuria
ia (p
(peni
eningka
ngkatan
tan pengel
pengeluar
uaran
an urine
urine))
Gejala yang paling utama yang dirasakan oleh setiap pasien. Jika konsentrasi glukosa
dalam
dalam darah
darah tinggi
tinggi,, ginjal
ginjal tidak
tidak mampu
mampu menyer
menyerap
ap kembal
kembalii semua
semua glukos
glukosaa yang
yang
tersaring
tersaring keluar, akibatnya
akibatnya glukosa
glukosa tersebut
tersebut muncul dalam urin (glukosuria).
(glukosuria). Ketika
Ketika
glukos
glukosaa yang berleb
berlebiha
ihan
n dieksk
diekskres
resika
ikan
n ke dalam
dalam urin,
urin, eksres
eksresii ini akan
akan disert
disertai
ai
pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan diuresis
osmosis. Sebagai akibat dari kehilangan cairan dan elektrolit yang berlebihan, pasien
akan mengalami peningkatan dalam berkemih ( poliuria).

b. Polidipsia
Pening
Pen ingkat
katan
an rasa
rasa haus akibat
akibat volume
volume urine
urine yang besar dan keluar
keluarnya
nya air yang
yang
menyebabkan
menyebabkan dehidrasi
dehidrasi ekstrasel.
ekstrasel. Dehidrasi
Dehidrasi intrasel
intrasel mengikuti
mengikuti dehidrasi
dehidrasi ekstrasel
ekstrasel
karena air intrasel akan derdisfusi keluar mengikuti penurunan gradien konsentrasi ke
plasma hipertonik. Dehidrasi intrasel merangsang pengeluaran ADH (antideuretik
hormone) dan menimbulkan rasa haus.
c. Polifagia
Polifagia (peningkat
(peningkatan
an rasa lapar)
lapar) diakibat
diakibatkan
kan habisnya
habisnya cadangan
cadangan gula didalam
didalam tubuh
tubuh
meskipun kadar gula darah tinggi
d. Rasa
Rasa lelah dan kelemaha
kelemahan
n otot
otot akibat ganggua
gangguan
n darah pada pasien
pasien diabetes
diabetes lama,
lama,
ka
kata
tabo
boli
lism
smee prot
protei
ein
n diot
diotot
ot da
dan
n ke
keti
tida
dakm
kmam
ampu
puan
an se
seba
bagi
gian
an be
besa
sarr se
sell un
untu
tuk
k
menggunakan glukosa sebagai energi.
e. Kesemu
Kesemutan
tan rasa baal akibat
akibat terjadi
terjadinya
nya neuropat
neuropatii Pada penderita
penderita DM regenera
regenerasi
si sel
persyarafan mengalami gangguan akibat kurangnya bahan dasar utama yang berasal
da
dari
ri un
unsu
sur.
r. prot
protei
ein.
n. Akiba
Akibatt ba
bany
nyak
ak pe
pers
rsya
yara
rafa
fan
n te
teru
ruta
tama
ma perif
perifer
er meng
mengal
alam
amii
kerusakan.
G. PEM
PEMERIK
ERIKSAA
SAAN
N PENUN
PENUNJAN
JANG
G
Pe
Perk
rkum
umpu
pula
lan
n Endo
Endokr
krin
inol
olog
ogii Indon
Indones
esia
ia (P
(PER
ERKE
KENI
NI,, 2017)
2017),, menj
menjel
elas
aska
kan
n bahwa
bahwa
pemeriksaan pemeriksaan penunjang penunjang atau diagnosis diagnosis klinis DM
dite
ditega
gakk
kkan
an dite
ditega
gakk
kkan
an bila
bila ad
adaa ge
geja
jala
la khas
khas DM be
beru
rupa
pa po
poly
lyur
uria
ia (p
(pen
enin
ingk
gkat
atan
an
pengeluaran urine), polydipsia (peningkatan rasa haus) , polifagia (peningkatan rasa
lapar) dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya. Jika terdapat
gejala khas, maka pemeriksaan dapat dilakukan, yaitu:
1. Pemeriksaa
Pemeriksaan
n Glukosa Darah
Darah Sewaktu
Sewaktu (GDS) ≥ 200 mg/dl diagnosis
diagnosis DM sudah
sudah dapat
ditegakkan.
2. Pemeri
Pemeriksa
ksaan
an Glukosa
Glukosa Darah
Darah Puasa (GDP)
(GDP) ≥ 126 mg/dl
mg/dl juga dapat diguna
digunakan
kan untuk
pedoman diagnosis DM.
3. Pe
Peme
meri
riks
ksaa
aan
n Hemo
Hemogl
globi
obin
n A1c
A1c (H
(HbA
bA1C
1C)) meru
merupa
paka
kan
n pe
peme
meri
riks
ksaa
aan
n tu
tung
ngga
gall ya
yang
ng
sangat akurat untuk menilai status glikemik jangka panjang dan berguna pada semua

tipe penyandang
penyandang DM. Pemeriksaan
Pemeriksaan ini bermanfaat bagi pasien yang membut
membutuhkan
uhkan
kendali glikemik.
4. Pe
Peme
meri
riks
ksaa
aan
n HbA1
HbA1cc dian
dianju
jurk
rkan
an un
untu
tuk
k di
dila
lakuk
kukan
an se
seca
cara
ra ru
ruti
tin
n pada
pada pa
pasi
sien
en DM.
DM.
Pe
Peme
meri
riks
ksaa
aan
n pe
pert
rtam
amaa untuk
untuk menge
mengeta
tahui
hui ke
keada
adaan
an gl
glik
ikem
emik
ik pa
pada
da ta
taha
hap
p awal
awal
penanganan, penanganan, pemeriksaan pemeriksaan selanjutnya merupakan
pemantauan terhadap berhasilan pengendalian.
5. Untuk pasien
pasien tanpa
tanpa gejala khas
khas DM, hasil
hasil pemeriks
pemeriksaan
aan glukosa
glukosa darah abnormal
abnormal satu
satu
kali saja belum cukup kuat untuk menegakkan diagnosis DM Diperlukan investigasi
lebih lanjut yaitu:
1) Pemeriksaan
Pemeriksaan GDP ≥ 126 mg/dl,
mg/dl, GDS
GDS ≥ 200 mg/dl pada hari yang lain
2) Tes Toleran
Toleransi
si Glukos
Glukosaa Oral
Oral (TTGO)
(TTGO) ≥ 200 mg/dl.
mg/dl.
H. PENA
PENATA
TALA
LAKS
KSAN
ANAA
AAN
N
1. Obat
a. Tablet OAD (Oral
(Oral Antidi
Antidiabetes
abetes)) / Obat
Obat Hipoglik
Hipoglikemik
emik Oral
Oral (OHO)
(OHO)
1) Mekani
Mekanisme
sme kerja
kerja sulf
sulfani
ani lurea
lurea
Obat ini bekerja dengan cara menstimulasi pelepasan insulin yang tersimpan,
menurunkan ambang sekresi insulin dan meningkatkan sekresi insulin sebagai
akibat
akibat rangsa
rangsanga
ngan
n glukos
glukosa.
a. Obat
Obat golonga
golongan
n ini biasan
biasanya
ya diberi
diberikan
kan pada
penderita dengan berat badan normal dan masih bisa dipakai pada p
pasien
asien yang
berat badannya sedikit lebih.
2) Mekani
Mekanisme
sme kerja
kerja Biguani
Biguanida
da
Biguanida tidak mempunyai efek pankreatik, tetapi mempunyai efek lain yang
dapat meningkatkan efektivitas insulin, yaitu :
a) Biguanida
Biguanida pada
pada tingkat
tingkat pre
pre reseptor
reseptor → ekstra
ekstra pankreatik
pankreatik

 Menghambat absorpsi karbohidrat


 Menghambat glukoneogenesis di hati
 Meningkatkan afinitas pada reseptor insulin
b. Insulin
Indikasi penggunaan insulin:
1) DM tipe I
2) DM tipe
tipe II yang
yang pada saat
saat tertentu
tertentu tidak
tidak dapat
dapat dirawat
dirawat dengan
dengan OAD
3) DM keha
keham
mila
lan
n
4) DM dengan
dengan ganggua
gangguan
n faal
faal hati
hati yang
yang berat
berat
5) DM dangan
dangan gangguan
gangguan infeksi
infeksi akut
akut (selulit
(selulit seluli
selulitis,
tis, gangren)
gangren)
6) DM da
dan
n TBC
TBC pa
paru
ru ak
akut
ut
7) DM da
dan
n koma
koma la
lain
in pada
pada DM
DM
8) DM op
oper
eraasi
9) DM pa
pata
tah
h tul
tulan
ang
g
10) DM dan under
under weight
11) DM dan penyakit
penyakit graves
Beberapa cara pemberian insulin

1) Suntika
Suntikan
n iinsu
nsulin
lin subkut
subkutan
an
Insulin regular mencapai puncak kerjanya pada 1 – 4 jam, sesudah suntikan
subkutan, kecepatan absorpsi di tempat suntikan tergantung pada beberapa factor

antara lain :
a) Cang
Cangkokokk pan
pancr
crea
eass
Pendekatan terbaru untuk cangkok adalah segmental dari donor hidup saudara
kembar identik
2. Diet
a. Syara
Syaratt diet
diet DM
DM hend
hendakn
aknya
ya dapa
dapatt :
1) Memper
Memperbai
baiki
ki kesehat
kesehatan
an umum pender
penderita
ita
2) Mengar
Mengarahk
ahkan
an pada
pada berat
berat badan
badan norma
normall
3) Menekan dan menunda
menunda timbulny
timbulnyaa penyakit
penyakit angiopat
angiopatii diabetic
diabetic
4) Memberikan
Memberikan modifik
modifikasi
asi diit
diit sesuai
sesuai dengan
dengan keadaan
keadaan penderita
penderita
5) Menari
Menarik
k dan
dan mudah
mudah diberi
diberikan
kan
b. Prinsip diet DM, adalah :
1) Ju
Juml
mlah
ah sesu
sesuai
ai kebu
kebutu
tuha
han
n
2) Ja
Jadw
dwal
al diet
diet ket
ketat
at
3) Jenis
Jenis : boleh
boleh dimakan
dimakan / tida
tidak
k
c. Dalam
Dalam melaks
melaksanak
anakan
an diet diabe
diabetes
tes sehari
sehari-ha
-hari
ri hendakl
hendaklah
ah diikuti
diikuti pedoma
pedoman
n 3 J
yaitu:

1) Jumlah
Jumlah kalori yang
yang diberikan
diberikan harus
harus habis,
habis, jangan dikurangi
dikurangi atau
atau ditambah
ditambah
2) Jadwal diet harus sesuai
sesuai dengan
dengan interv
intervalnya
alnya
3) Jenis
Jenis makan
makanan
an yang mani
maniss harus
harus dihind
dihindari
ari

Penentu
Penentuan
an jumlah
jumlah kalori
kalori Diit
Diit Diabet
Diabetes
es Melit
Melitus
us harus
harus disesu
disesuaik
aikan
an oleh
oleh status
status gizi
gizi
penderita, penentuan gizi dilaksanakan dengan menghitung Percentage of Relative Body
Weight ( BBR = berat badan normal) dengan rumus :
a. Kuru
Kuruss (und
(under
er wei
weigh
ghtt ) BBR
BBR < 90
90 %
b. Normal (ideal) BBR 90% - 110% BBR 90% - 110%
c. Gemu
Gemuk
k (over
(overwe
weig
ight
ht ) BBR
BBR > 110%
110%

d. Obes
Obesit
itas
as apa
apabi
bila
la BBR
BBR > 120
120%
%
1) Obesitas
Obesitas ringan
ringan BBR 120 % - 130%
130%
2) Obesitas
Obesitas sedang
sedang BBR 130% - 140%
140%
3) Obesitas
Obesitas berat BBR
BBR 140% - 201%
201%
4) Morbid
Morbid BBR
BBR >201
>201 %

Sebagai pedoman
pedoman jumlah kalori yang diperlukan
diperlukan sehari-hari
sehari-hari untuk penderita
penderita DM yang
bekerja biasa adalah :

a. Kurus
Kurus (under
(underwei
weight
ght ) BB
BB X 40-60
40-60 kalori
kalori sehar
seharii
b. Normal (ideal) Normal (ideal) BB X 30 kalori sehari
c. Gemuk
Gemuk (over
(overwei
weight
ght ) BB X 20 kalor
kalorii se
sehar
harii
d. Obesit
Obesitas
as apabi
apabila
la BB X 10-15
10-15 kalor
kalorii seh
sehari
ari

3. Latihan
Beberapa kegunaan latihan teratur setiap hari bagi penderita DM, adalah :
a. Meningk
Meningkatk
atkan
an kepekaa
kepekaan
n insulin
insulin , apabila
apabila dikerj
dikerjaka
akan
n setiap
setiap 1 1/2 jam sesud
sesudah
ah
maka
makan,
n, berart
berartii pula
pula meng
mengur
uran
angi
gi insuli
insulin
n re
resi
sist
sten
en pada pe
pend
nder
erit
itaa de
denga
ngan
n

kegemukan atau menambah jumlah reseptor insulin dan meningkatkan sensivitas


insulin dengan reseptornya.
b. Mencegah kegemukan bila ditambah latihan pagi dan sore
c. Memperbaiki
Memperbaiki aliran
aliran perifer
perifer dan menambah
menambah suplai
suplai oksigen
oksigen
d. Meningkatkan
Meningkatkan kadar kolesterol
kolesterol – high
high density
density lipoprotei
lipoprotein
n
e. Kadar
Kadar glukosa
glukosa otot dan hati menjad
menjadii berkurang,
berkurang, maka
maka latihan
latihan akan dirangs
dirangsang
ang
pembentukan glikogen baru.
f. Menurun
Menurunkan
kan koleste
kolesterol
rol (total)
(total) dan triglise
trigliseri
rida
da dalam
dalam darah karen pembakar
pembakaran
an
asam lemak menjadi lebih baik.
4. Penyu
yulluha
han
n
Penyuluhan
Penyuluhan merupakan
merupakan salah satu bentuk penyuluhan kesehatan
kesehatan kepada penderita
penderita
DM, melalu
melaluii bermac
bermacam-
am-mac
macam
am cara
cara atau
atau media
media misaln
misalnya:
ya: leafle
leaflet,
t, video
video senam
senam
diabetik,perawatan kaki diabetik , pemantauan gula darah dan sebagainya.

I. KOMPLIKASI

Kada
Kadarr gluk
glukos
osaa da
dara
rah
h ya
yang
ng tida
tidak
k te
terk
rkon
ontr
trol
ol pa
pada
da di
diab
abet
etes
es meli
melitu
tuss ti
tipe
pe 2 ak
akan
an
menyebabkan berbagai berbagai komplikasi.
komplikasi. Komplikasi
Komplikasi diabetes melitus melitus tipe 2
terbagi dua berdasarkan nama terjadinya, yaitu : komplikasi akut dan komplikasi kronik
(Smeltzer dan Bare, 2016).

a. Komp
Kompllikas
kasi Aku
Akutt

a) Ketoas
Ketoasido
idosis
sis diabet
diabetik
ik (KA
(KAD)
D)
KAD
KA D meru
merupa
paka
kann ko
komp
mpli
likas
kasii ak
akut
ut di
diabe
abete
tess meli
melitu
tuss yang
yang di
dita
tanda
ndaii denga
dengan
n
peningkatan kadar glukosa darah yang tinggi (300-600 mg/dL), mg/dL), disertai
dengan adanya tanda dan gejala asidosis dan plasma keton (+) kuat.
b) Osmolaritas plasma meningkat (300-320 mOs/mL) dan terjadi peningkatan anion
gap (PERKENI, 2017).
c) Hipero
Hiperosmo
smolar
lar non ketoti
ketotik
k (HNK)
(HNK) Pada keadaan
keadaan ini terjadi
terjadi peningkat
peningkatan
an glu
glukos
kosaa
darah
darah sa
sanga
ngatt ting
tinggi
gi (600
(600-- 1200
1200 mg/d
mg/dL)
L),, ta
tanpa
npa ta
tand
ndaa da
dan
n ge
geja
jala
la as
asid
idos
osis
is,,
osmolarit
osmolaritas
as plasma
plasma sangat meningkat (330-380 mOs/mL),
mOs/mL), plasmaketon
plasmaketon (+/-),
(+/-),
anion gap normal atau sedikit meningkat (PERKENI, 2017).
d) Hipogl
Hipoglike
ikemia
mia Hipoglike
Hipoglikemia
mia ditandai
ditandai dengan menurunya
menurunya kadar glukosa
glukosa darah
darah
mg/d
mg/dL.
L. Pa
Pasi
sien
en diab
diabet
etes
es meli
melitu
tuss ya
yang
ng ti
tidak
dak sa
sada
dark
rkan
an di
diri
ri ha
haru
russ di
dipi
piki
kirk
rkan
an
mengalami
mengalami keadaan hipoglikemia.
hipoglikemia. Gejala
Gejala hipoglikemi
hipoglikemiaa terdiri
terdiri dari berdebar-
berdebar-
debar,
debar, banyak
banyak kering
keringat,
at, gemeta
gemetar,
r, rasa
rasa lapar,
lapar, pusing
pusing,, gel
gelisa
isah,
h, dan kesada
kesadaran
ran
menurun sampai koma (PERKENI, 2017).
b. Komplikasi Kronis
1) Kompli
Komplikas
kasii makrov
makrovask
askule
ulerr
Komplikasi makrovaskular pada diabetes melitus terjadi akibat akteros
leorosis dari pembulu-pembulu darah besar, khususnya arteri akibat timbunan plat
ateroma.Makroangiopati tidak spesifik pada diabetes mellitus namun dapat timbul
lebih cepat, lebih seri
sering
ng terjadi
terjadi dan lebih serius.
serius. Berbagai
Berbagai studi epidemiologi
epidemiologiss
menunjukan bahwa angka kematian akibat penyakit kardiovaskular dan penderita
diabetes
diabetes mellitus
mellitus meningkat 4-5 kali dibandingkan
dibandingkan orang normal. Komplikas
Komplikasii
makroangiopati umumnya tidak ada hubungan dengan control kadar gula darah
yang baik.
baik. Tetapi
Tetapi telah
telah terbukt
terbuktii secara
secara epidem
epidemiol
iologi
ogi bahwa
bahwa hiperi
hiperinsu
nsulin
linemi
emiaa
merupakan suatu factor resiko mortalitas kardiovaskular dimana peninggian kadar
insulin
insulin dapat menyebabkan
menyebabkan terjadinya
terjadinya resiko
resiko kardiovaskul
kardiovaskular
ar menjadi
menjadi semakin
semakin
tinggi. Kadar insulin puasa >15 mU/mL akan meningkatkan resiko mortalitas
koroner sebesar 5 kali lipat. Makroangiopati, mengenai pembuluh darah besar
antar
antaraa la
lain
in ad
adal
alah
ah pe
pemb
mbul
ulu
u da
dara
rah
h ja
jant
ntung
ung at
atau
au pe
penya
nyaki
kitt ja
jant
ntun
ung
g korone
koroner,
r,

pembuluh darah otak atau


a tau strok, dan penyakit
pen yakit pembuluh
p embuluh darah. Hiperinsulinemia
juga dikenal sebagai faktor aterogenik dan diduga berperan penting dalam
timbulnya komplikasi makrovaskular (Smeltzer dan Bare, 2016).

2) Kompli
Komplikas
kasii mikrov
mikrovask
askula
ularr
Komplikasi mikrovaskular terjadi akibat penyumbatan pada pembuluh
darah kecil khususnya kapiler yang terdiri dari retinopati diabetik dan neprovati
diabetik.Ret
diabetik.Retinopat
inopatii diabetic
diabetic dibagi dalam dua kelompok,
kelompok, yaitu retinopat
retinopatii non-
proliveratif proliveratif dan retinopati pro-liveratif. Retinopati non-proliveratif
merupakan
merupakan stadium
stadium awal dengan ditandai
ditandai adanya mikroaneorisma
mikroaneorisma,, sedangkan
sedangkan
retino
retinopat
patii proliv
prolivera
erati
tif,
f, ditanda
ditandaii dengan
dengan adanya
adanya pertum
pertumbuh
buhan
an pembul
pembuluh
uh darah
darah
kapiler, jaringan ikat dan adanya hipoksiaretina. Seterusnya, neprovati diabetik
adala
adalah
h ga
gangg
nggua
uan
n fung
fungsi
si ginj
ginjal
al akiba
akibatt ke
keboc
bocor
oran
an se
sela
lapu
putt pe
penya
nyari
ring
ng da
dara
rah.
h.
Nefrovati diabetic ditandai dengan adanya proteinuria persisten (>0,5 gr/24 jam),
terdapat retinopati jam), terdapat retinopati dan hipertensi. Kerusakan ginjal yang
spesif
spesifik
ik pada
pada diabet
diabetes
es mellit
mellitus
us mengaki
mengakibat
batkan
kan perubah
perubahan
an fungsi
fungsi penyari
penyaring,
ng,
sehing
sehingga
ga molekul
molekul-mo
-molek
lekul
ul besar
besar sepert
sepertii protei
protein
n dapat
dapat masuk
masuk kedalam
kedalam kemih
kemih

seperti protein dapat masuk kedalam kemih (albumino (albuminoria). Akibat dari
neprovatik diabetic tersebut dapat menyebabkan kegagalan ginjal progresif dan
upaya preventif pada nepropati
nepropati nepropati adalah control
control metabolism dan control
tekanan darah (Smeltzer dan Bare, 2016).

3) Neu
eurropa
patti
Diabetes neurovatik adalah kerusakan saraf sebagai komplikasi serius
akibat diabetes mellitus.
mellitus.Kompl
Komplikasi
ikasi yang tersering
tersering dan paling penting adalah
neuropati terifer, berupa hilangnya sensasi distal dan biasanya mengenai kaki
terlebih dahulu, lalu kebagian tangan. Neuropati beresiko tinggi untuk terjadinya
ulkus kaki dan amputasi. Gejala yang sering dirasakan adalah kaki terasa terbakar
dan bergetar
bergetar sendiri,
sendiri, dan lebih terasa
terasa sakit dimalam
dimalam hari.Setel
hari.Setelah
ah hari.Setel
hari.Setelah
ah
diagnosis diabetes mellitus ditegakan, pada setiap pasien perlu dilakukan skrining
untuk
untuk mend
mendet
eteks
eksii ad
adan
anya
ya polin
polineur
europa
opati
tidi
dist
stal
al.. Apabi
Apabila
la di
dite
temu
muka
kan
n ad
adan
anya
ya

polineuropati distal, perawatan kaki yang memadai akan menurunkan resiko


amputasi. Semua penyandang diabetes diabetes mellitus yang disertai neuropati
perifer harus diberikan diberikan edukasi perawatan kaki untuk mengurangi
resiko ulkus kaki (PERKENI, 2017).
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
DIABETES MELITUS

A. PENG
PENGKA
KAJI
JIAN
AN
Adapun
Adapun pengkaj
pengkajian
ian Diabet
Diabetes
es Melit
Melitus
us menuru
menurutt Smellt
Smelltzer
zer,, (2011)
(2011).. Yaitu
Yaitu
sebagai berikut:
1. Anam
Anamne
nese
se
a. Iden
Identi
tita
tass Pende
Penderi
rita
ta
Meliputi nama, umur, jenis Kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat,
status
status perkawinan,
perkawinan, suku bangsa,
bangsa, nomer register,
register, tanggal
tanggal masuk Rumah Sakit,
dan Diagnosa Medis

b. Keluhan Utama
Adanya rasa kesemutan pada kaki/ tungkai bawah, rasa raba yang menurun,
adanya luka yang tidak sembuh-sembuh dan berbau, adanya nyeri pada luka.
Badan terasa panas, mual, lemas dan nafsu makan menurun.
c. Riwa
Riwaya
yatt Kese
Keseha
hata
tan
n
Berisi tentang kapan terjadinya luka, penyebab terjadinya luka serta upaya
yang telah dilakukan oleh penderita untuk mengatasinya
d. Ri
Riwa
wayat
yat Kese
Kesehat
hatan
an Dah
Dahul
ulu
u
Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit-penyaki
penyakit-penyakitt lain yang ada kaitannya
dengan defisiensi insulin misalnya penyakit pancreas, adanya riwayat penyakit
jantung, obesitas, maupun arterosklerosis, tindakan medis yang pernah didapat
atau obat-obatan yang bisa digunakan oleh penderita
e. Ri
Riwa
wayat
yat Kese
Kesehat
hatan
an Kel
Keluar
uarga
ga
Dari genogram keluarga biasanya terdapat salah satu anggota keluarga yang
juga menderita diabetes mellitus atau penyakit keturunan yang dapat
menyebabkan terjadinya defisiensi insulin missal hipertensi, jantung.
f. Riwa
Riwaya
yatt Ps
Psik
ikos
osos
osia
iall
Meliputi
Meliputi informasi
informasi mengenai
mengenai perilaku,
perilaku, perasaan,
perasaan, emosi yang di alami oleh
penderita sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga terhadap
penyakit penderita.

2. Pemeri
Pemeriksa
ksaan
an Fisik
Fisik
1. Keadaan Um
Umum
a. Tanda-
Tanda-tan
tanda
da vital
vital Yang terdiri
terdiri dari tekana
tekanan
n darah,
darah, pernafa
pernafasan
san,, dan suhu
suhu
badan meningkat. Tubuh tampak lemah, tekanan darah dan pernafasan pada
pasien DM bisa tinggi maupun normal nadi dalam batas normal, sedangkan
suhu akan mengalami perubahan jika
jika terjadi infeksi
b. Kesadaran
Ting
Tingka
katt ke
kesa
sada
dara
ran
n da
dapa
patt te
terg
rgan
angg
ggu,
u, re
rent
ntak
ak da
dari
ri ce
cend
nder
erun
ung
g ti
tidu
dur,
r,

disorientasi/bingung, sampai koma

3. Pemeriksaan
Pemeriksaan Fisik
Fisik Head to
to Toe
a. Kepa
Kepala
la dan
dan Muk
Mukaa
Kaji bentuk kepala keadaan rambut biasanya
biasanya tidak terjadi
terjadi pembesaran kelenjar
tiroid, kelenjar getah bening
b. Mata
Mata
Mata ce
ceku
kung
ng (pen
(penur
urun
unan
an ca
cair
iran
an tu
tubu
buh)
h),, anemi
anemiss (p
(penu
enuru
runa
nan
n ok
oksi
sige
gen
n ke
jaringan), konjungtiva pucat dan kering (Sukarmin, 2013)
c. Mul
Mulut dan
dan Far
Fariing
Mukosa bibir kering (penurunan cairan
cairan intrasel mukosa), bibir pecah-pecah,
lida
lidah
h ko
koto
tor,
r, ba
bau
u mulu
mulutt tida
tidak
k se
seda
dap
p (p
(penu
enuru
runa
nan
n hi
hidr
dras
asii hi
hidr
dras
asii bi
bibi
birr da
dan
n
personal hygiene) (Sukarmin, 2013).
d. Abdomen
- Inspeksi:
Keadaa
Keadaan
n kulit
kulit : warna,
warna, elastisi
elastisitas
tas,, kering
kering,, lem
lembab,
bab, besar dan bentuk
bentuk
abdomen rata atau menonjol. Jika pasien melipat lutut sampai dada sering

merubah posisi, menandakan pasien nyeri.


- Auskultasi:
Disten
Distensi
si bunyi
bunyi usus
usus sering
sering hipera
hiperakti
ktiff selama
selama perdar
perdaraha
ahan,d
n,dan
an hipoakt
hipoaktif
if
setelah perdarahan.
- Perkusi:
Padaa penderi
Pad penderita
ta gastr
gastriti
itiss suara
suara abdomen
abdomen yang ditemu
ditemukan
kan hypert
hypertimp
impani
ani
(bising usus meningkat).
- Palpasi:
Pada pasien gastritis dinding abdomen tegang. Terdapat nyeri tekan pada
regio epigastik (terjadi karena distruksi asam lambung) (Doengoes, 2014)
e. Integumen
Warna
Warna kulit
kulit pucat,
pucat, sianos
sianosis
is (terg
(tergant
antung
ung pada
pada jumlah
jumlah kehilan
kehilangan
gan darah)
darah),,
kelema
kelemahan
han kulit/
kulit/mem
membra
bran
n mukosa
mukosa berker
berkering
ingan
an (menunj
(menunjukka
ukkan
n status
status syok,
syok,

nyeri akut, respon psikologik) (Doengoes, 2014).


4. Pemeri
Pemeriksa
ksaan
an kebutu
kebutuhan
han
a. Akti
Aktivi
vita
tass atau
atau ist
istir
irah
ahat
at
Tanda:
1) Lemah,
Lemah, letih, susah
susah bergerak/su
bergerak/susah
sah berjalan,
berjalan, kram otot,
otot, tonus otot
otot menurun
menurun
2) Takikardi,
Takikardi, takipne
takipneaa pada keadaan
keadaan istir
istirahat/
ahat/daya
daya aktivit
aktivitas
as
3) Letarg
Letargi/d
i/diso
isorie
rienta
ntasi,
si, koma
koma
b. Sirkulasi
Tanda:
1) Adan
Adanya
ya riwa
riwaya
yatt hipe
hipert
rten
ensi
si:: inf
nfar
ark
k mioka
iokard
rd akut
akut,, kese
kesemu
muttan pada
pada
ekstremitas, takikardia
2) Perubah
Perubahan
an tekanan
tekanan darah postura
postural:
l: hiperten
hipertensi,
si, nadi yang menuru
menurun/
n/ tidak
ada
3) Dis
Disritm
ritmiia
c. Neur
Neuros
osen
enssori
ori
Gejala:
Pusing/ pening, gangguan pemglihatan, disorientasi, mengantuk, sakit kepala,

kesemutan pada otot, parestesia, gangguan memori.


5. Pemeriksaan
Pemeriksaan Laboratori
Laboratorium
um
a. Pe
Peme
meri
riks
ksaa
aan
n Dara
Darah
h
Pemeriksaan Darah meliputi: GDS >200mg/dl, gula darah puasa >120mg/dl,
dan 2 jam post prandial >200mg/dl
b. Pemeriksaan Urine
Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa pada urine. Pepemriksaan dilakukan
dengan cara benedict(reduksi). Hasil dapat dilihat melalui perubahan warna
pada urine: hijau (+), kuning (++). Merah (+++), dan merah bata (++++).
C. DIAGNO
DIAGNOSA
SA KEPERA
KEPERAWAT
WATAN
AN
Berdasarkan Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017):
1. Resi
Resiko
ko kese
keseim
imba
banga
ngan
n cairan
cairan
2. Resi
Resiko
ko kekur
kekuran
angan
gan nut
nutri
risi
si
3. Into
Intole
lera
rans
nsii Akti
Aktivi
vita
tass

D. INTERV
INTERVENS
ENSII KEPE
KEPERAW
RAWATA
ATAN
N

NO Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi


(SLKI) (SIKI)
1. Resiko keseimbangan Keseimbangan cairan manajemen cairan (I.03098)

cairan d.d (L.03020)


Defini
Definisi
si : Ekuili
Ekuilibri
brim
m ant
antara
ara
Observasi
mening
ingkatn
atnya suh
suhu
tubuh (D.0036) volume Cairan di ruang 1. Monito
Monitorr status
status hidrasi
hidrasi
intraselu
intraseluler
ler dan ekstrasel
ekstraselular
ular (mis: frekuensi nadi,
kekuatan nadi, akral,
Definisi : tubuh.
pengisian kapiler,
Ekspektasi : meningkat kelembaban mukosa,
Beresiko mengalami
Setelah dilakukan
Setelah dilakukan tindakan
tindakan turgor kulit, tekanan
penurunan, peningkatan darah)
keperawatan, tingkat
atau percepatan kelet
keletih
ihan
an tetera
rata
tasi
si dedenga
ngan
n 2. Monito
Monitorr berat
berat badan
badan
kriteria hasil: harian
perpindahan cairan dari 3. Monito
Monitorr berat
berat badan
badan
- Asupan cairan
intravaskuler, interstitial meningkat sebelum dan sesudah
- Output urin dialisis
atau intraseluler 4. Moni
Monitotorr hasil
hasil
meningkat
- Membrane mu mukosa pemeriksaan
lembab meningkat laboratorium (mis:
Faktor Risiko : hematokrit, Na, K, Cl,
- Edema me
menurun
1. Prosedur - Deh
Dehidrasi menururu un berat jenis urin, BUN)
pembedahan mayor - Tekanan darah 5. Monito
Monitorr status
status
2. Trau
Trauma
ma/p
/pem
embebeda
daha
han n membaik hemodinamik (mis:
3. Luka ba
bakar - Frekuensi nadi MAP, CVP, PAP,
4. Aferesis membaik PCWP, jika tersedia)
5. Obst
Obstru
ruks
ksii inte
intest
stin
inal
al - Kekuatan nadi
6. Pe
Pera
rada
dang
ngan
an pank
pankre reas
as membaik Terapeutik
7. Pe
Peny
nyak
akit
it gin
ginja
jall dan
dan - Teka
kan
nan ar
arteri rraata-
kelenjar rata membaik 1. Ca
Cata
tatt inta
intake
ke-ou
-outp
tput
ut dan
dan
8. Di
Disf
sfun
ungs
gsii inte
intest
stin
inal
al - Mata cekung hitung balans cairan 24
membaik jam
2. Be
Beri
rika
kan
n asupa
asupan
n cai
caira
ran,
n,
Kondisi Klinis Terkait - Turgor ku
kulit sesuai kebutuhan
1. Prosedur membaik 3. Be
Beri
rika
kan
n ca
cair
iran
an
pembedahan mayor - Tidak ad
ada as
asistes intravena, jika perlu
2. Pe
Peny
nyak
akit
it gin
ginja
jall dan
dan
- Mata cekung
kelenjar Kolaborasi
3. Per
erd
darahan - Turgor ku
kulit n
no
ormal
4. Luka ba
bakar 1. Ko
Kola
labor
boras
asii pe
pemb
mber
eria
ian
n
diuretik, jika perlu

2 Resiko defisit nutrisi Status nutrisi Manajemen nutrisi


(D.0056) (SLKI: L. 03030) (I. 03119)

Definisi : Defenisi: Keadekuatan asupan Definisi : mengidentifikasi


Beresiko mengalami nutri
rissi untuk memenuhi dan mengelola asupan
asupan nutrisi tidak nutrisi yang seimbang
keb
kebutu
tuha
han
n me
mettabol
aboliisme
me..
cukup untuk memenuhi
metabolisme Ekspetasi: membaik Tindakan
Observasi:
Faktor Risiko Setela
Setelah
h dilaku
dilakukan
kan tindak
tindakan
an 1. Identifikasi status nutrisi
1. Keti
Ketida
dakm
kmam ampu
puan
an 2. Identifikasi alergi dan
menelan makanan kepera
keperawat
watan
an,, defici
deficitt nutris
nutrisii intoleransi makanan
2. Keti
Ketida
dakm
kmam ampu
puan
an 3. Identifikasi kebutuhan
membaik dengan
mencerna makanan kalori dan Janis nutrient
3. Keti
Ketida
dakm
kmam ampu
puan
an Kriteria hasil 4. Identifikasi perluhnya
mengabsorbsi 1. Po
Pors
rsii mak
makan
an yang
yang penggunaan selang
nutrien nasogastric
dihabiskan
4. Peni
Pening
ngka
kattan 5. Monitoring asupan
kebutuhan 2. Ke
Keku
kuat
atan
an oto
otott pen
pengu
guny
nyah
ah makanan
metabolisme kekuatan otot menelan 6. Monitoring berat badan
5. Fa
Fakt
ktor
or ek
ekon
onom
omii 7. Monitoring hasil
(mis. finansial tidak 3. ke
kein
ingi
gina
nan
n untu
untuk
k pemeliharaan
mencukupi) meningkatkan nutrisi laboratorium
6. Fa
Fakt
ktor
or psik
psikol
olog
ogis
is
4. Pe
Peng
nget
etah
ahua
uan
n te
tent
ntan
ang
g
(mis. stres, Terapeutik
keenganan untuk pilihan makanan yang
yang 1. Lakukan oral hygiene
makan) sehat sebelum makan, jika
perlu
5. Pe
Peng
nget
etah
ahua
uan
n te
tent
ntan
ang
g
Kondisi Klinis Terkait 2. Fasilitasi menentukan
minuman yang sehat pedoman diet.
1. Stroke 6. Pe
Peng
nget
etah
ahua
uan
n te
tent
ntan
ang
g
3. Sajikan makanan secara
2. Parkinson menarik dan suhu yang
standar asupan nutrisi sesuai
3. Mobi
Mobius
us Synd
Syndrorome
me
4. Cele
Celebr
bral
al pal
palssy yang tepat 4. Berikan makanan tinggi
serat untuk mencegah
5
6.. Cl
Cleeft
Clefftt lpala
iplatte
pa 7. Frek
Frekue
uens
nsii maka
makan
n konstipasi
7. Amyo
Amyotr trop
opic
ic la
late
tera
rall membaik 5. Berikan makanan tinggi
scierosis kalori dan tinggi
8. Bera
Beratt bada
badan
n memb
membai
aik
k
8. Kerusakan protein.
neuromuskular 9. Sikap terhadap 6. Berikan suplemen
9. Luka ba bakar makanan/minuman sesuai
makanan, jika perlu.
10
10.. Kanke
Kankerr 7. Hentikan pemberian
11. Infeks
Infeksii dengan tujuan kesehatan makan melalui selang
12.
12. AIDS
AIDS nasogatrik jika asupan
13. Penyakit
Penyakit Crohn’s
Crohn’s oral dapat ditoleransi.
14. Enterokolot
Enterokolotis is
15. Fibrosis
Fibrosis kisti
kistik
k Edukasi
1. Anjurkan posisi duduk,
jika perlu
2. Ajarkan diet yang di
programkan

Kolaborasi
1. Kola
Kolabor
boras
asii pe
pemb
mber
eria
ian
n
medikasi sebelum
makan (mis. Pereda
nyeri, antiametik), jika
perlu
2. Kola
Kolabor
boras
asii d
deng
engan
an ahli
ahli
gizi untuk
menentuhkan jumlah
kalori dan jenis nutrien
yang dibutuhkan, jika
perlu

3 Intoleransi Aktivitas TOLERASI


TOLERASI AKTIVITAS
AKTIVITAS TERAPI AKTIVITAS
b/d kelemahan (D.0056) (L.05047) (I.05186)

Definisi : Setelah dilakukan


Setelah dilakukan tindakan
tindakan
Ketida
Ketidakcuk
kcukupan
upan energi
energi kepe
keperrawat
awatan
an,, tol
oleranssi Observasi:
eran
untuk melakukan akt
aktivi
ivitas
tas menigk
menigkat
at dengan
dengan 1. Id
Iden
enti
tifi
fika
kasi
si defic
deficit
it

aktivitas sehari hari kriteria hasil : tingkat aktivitas

1. Frekuensi nadi 2. Id
Iden
enttif
ifik
ikas
asii
Penyebab : meningkat kemampuan
1. Keti
Ketidak
dakse
seim
imba
bang
ngan
an 2. Keku
Kekuat
atan
an tubu
tubuh
h bagia
bagian
n berpartisipasi dalam
antara suplai dan atas dan bawah aktivotas tertentu
kebutuhan oksigen meningkat 3. Id
Iden
enti
tifi
fika
kasi
si su
sumb
mber
er
2. Tira
Tirah
h ba
bari
ring
ng 3. Keluh
Keluhan
an le
lela
lah
h menur
menurun
un daya untuk aktivitas
3. Kel
Kelemah
emahan
an 4. Perasaan lemah yang diinginkan
4. Imobi
mobili
littas menurun 4. Id
Iden
enti
tifi
fika
kasi
si stra
strate
tegi
gi
5. Gaya
Gaya hidu
hidup
p mono
monoto
ton
n 5. Tekanan darah meningkatkan
membaik partisipasi dalam
Gejala dan Tanda aktivitas
Mayor Subjektif 5. Id
Iden
enti
tifi
fika
kasi
si makna
makna
1. Disp
Dispne
neaa sa
saat
at//se
settel
elah
ah aktivitas rutin (mis.
aktivitas bekerja) dan waktu
2. Mer
Meras
asaa tida
tidak
k nyam
nyaman
an luang
setelah beraktivitas 6. Mo
Moni
nito
torr re
resp
spon
on
3. Mer
Meras
asaa lemah
emah emosional, fisik,
social, dan spiritual
terhadap aktivitas

Terapeutik:
1. Fas
Fasili
ilitas
tasii focus
focus pada
pada
kema
kemamp
mpua
uan,
n, buka
bukan
n
deficit yang dialami
2. Se
Sepa
paka
kati
ti ko
komi
mitm
tmen
en
untuk
untuk meni
mening
ngka
katk
tkan
an
frekuen
frekuensi
si danren
danrentan
tang
g
aktivitas
3. Fas
Fasil
iliita
tasi
si memi
memillih
aktivitas
aktivitas dan tetapkan
tetapkan
tujuan
tujuan aktivi
aktivitas
tas yang
konsisten sesuai
kemampuan fisik,
psikologis, dan social
4. Koordinasikan

pemilihan aktivitas

sesuai usia
5. Fasilitasi makna
aktivitas yang dipilih

Edukasi:
1. Jelaskan metode
aktivi
aktivitas
tas fis
fisik
ik sehari
sehari--
hari, jika perlu
2. Ajarkan cara
mela
melakuk
kukan
an ak
akti
tivi
vita
tass
yang dipilih
3. Anjurkan melakuka
kan
n
aktivitas
aktivitas fisik,
fisik, social,
social,
spiritual, dan ko , dan

kognitif, dalam
menj
menjag
agaa fu
fung
ngsi
si da
dan
n
kesehatan
4. An
Anju
jurk
rkaa ter
terli
liba
batt dal
dalam
am
ak
akti
tivi
vita
tass ke
kelo
lomp
mpok
ok
atau terapi, jika sesuai
5. Anjurkan keluarga
untuk member
penguatan positif atas
partisipasi dalam
aktivitas

Kolaborasi:
1. Kolaborasi dengan
ter
terapi
api okupas
okupasii dalam
dalam
merenc
ncaanakan dan
memo
memoni
nito
torr pr
progr
ogram
am

aktivitas, jika sesuai


2. Ru
Ruju
juk
k pada
pada pus
pusat
at ata
atau
u
program aktivitas
komunitas, jika perlu

5. IMPL
IMPLE
EMENT
MENTAS
ASII
Implementa
Implementasi
si merupakan
merupakan tindakan
tindakan yang sudah direncanakan
direncanakan dalam rencana perawatan.
perawatan.
Tindakan keperawatan mencangkup tindakan mandiri (independen) dan tindakan kolaborasi
(Tarwoto & Wartonah, 2015).

6. EVALUASI
Evalua
Evaluasi
si merupak
merupakan
an tahap
tahap akhir
akhir dalam
dalam proses
proses keperaw
keperawata
atan
n untuk
untuk dapat
dapat menent
menentuka
ukan
n
keberhasilan dalam asuhan keperawatan. Evaluasi pada dasarnya adalah membandingkan

status keadaan kesehatan dengan tujuan atau kriteria hasil yang telah ditetapkan (Tarwoto &
Wartonah, 2015).

DAFTAR PUSTAKA
American Diabetes Associaon (ADA). 2018. Diagnosis and Classifcaon o Diabetes Melitus.

Diabetes Care.

Gillani, S. W., Sulaiman S.A.,


S.A., Abdul, M.I.M
M.I.M.,
., & Saad S.Y. 2018. Aqualitave study to Aqualitave

study to explore the explore


explore the percepon and behavior percepon and behavior o

paent
paentss toward
towardss o pa
paent
entss toward
towardss diabet
diabetes
es man
manage
agemen
mentt with
with phy
physic
sic dia
diabet
betes
es
mana
managem
gemen
entt with
with ph
phys
ysic
ical
al disa
disabi
bili
lity
ty,, al disa
disabi
bili
lity
ty,, Di
Diab
abet
etol
olog
ogy
y & Me
Meta
tabo
boli
licc

Syndrome. Biomed Central.

Perkum
Perkumpul
pulan
an End
Endokr
okrino
inolog
logii Indon
Indonesi
esia
a (PERKE
(PERKENI)
NI).. 201
2017.
7. Konsen
Konsensus
sus Pen
Pengen
gendal
dalian
ian dan

Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia 2017 . Jakarta.

Smeltzer,
Smeltzer, S.C. dan Bare, B.G. 2016. Buku Ajar Buku Ajar Keperawatan
Keperawatan Medikal Keperawatan
Keperawatan

Medikal Bedah Brunner & Bedah Brunner & Suddarth, Suddarth, edisi 8 . EGC : Jakarta

Price dan Wilson. 2017. Patofsiologi


Patofsiologi Konsep Klinis Proses – Proses Penyakit . EGC. Jakarta

Tim Pokja
Pokja SDKI DPP PPN
PPNII (20
(2017)
17).. Standa
Standarr Diagn
Diagnosa
osa Kep
Kepera
erawat
watan
an Indone
Indonesia
sia:: Def
Defnis
nisii dan

Indikator Diagnosk
Diagnosk Edisi 1. Cetaka
Cetakan
n III. Jakarta Selatan:Dewan Pengu Edisi 1. Cetaka
Cetakan
n

III. Jakarta Selatan:Dewan Pengurus Pusat PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Defnisi dan Kriteria

Hasil Keperawatan. Edisi 1. Cetakan II. Jakarta Selatan:Dewan Pengurus Pusat PPNI

Tim Pokja
Pokja SIK
SIKII DPP PPN
PPNII (20
(2019)
19).. Standa
Standarr Interv
Intervens
ensii Kep
Keperaw
erawata
atan
n Indon
Indonesi
esia:
a: Defnis
Defnisii dan

Tindakan Keperawatan. Edisi 1. Cetakan II. Jakarta Selatan:Dewan Pengurus Pusat PPNI

Wijaya, A dan Yessie M Putri. 2013. KMB 1 Keperawatan Medikal Bedah Keperaatan Dewasa

Teori dan Catatan Askep. Yogyakarta : Nuha Medika.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. S DENGAN DIANGNOSA DIABETES MELITUS DI

RUANG………… rsm ahmad dahlan kota Kediri

Anda mungkin juga menyukai